You are on page 1of 7

STRUKTUR DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Guna memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Ekonomi

Disusun oleh : RE Bhisma W. P. W. D0310057

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Struktur sosial Struktur sosial ialah jalinan unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur sosial yang pokok menurut Soerjono Soekanto (1988: 8-9) meliputi antara lain:

Kelompok sosial. Kebudayaan. Lembaga sosial atau institusi sosial. Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial. Kekuasaan dan wewenang.

Unsur-unsur sosial itu dapat berubah bentuknya. Proses perubahan unsur sosial tersebut biasanya berjalan lambat, dapat mendadak berubah dengan cepat jika terjadi peristiwa-peristiwa seperti perang atau revolusi. Kelompok sosial Kelompok sosial ialah kumpulan dari berbagai individu yang memiliki pola perilaku yang saling berhubungan dan berinteraksi, hinggan di antara mereka memiliki hubungan erat dan bahkan timbul adanya perasaan bersama. Di dalam kelompok sosial terdapat banyak tipe. Tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan berdasar beberapa kriteria. Kriteria- kriteria tersebut antara lain : 1. Besar kecilnya jumlah anggota 2. Derajat interaksi sosial 3. Kepentingan dan wilayah 4. Berlangsungnya suatu kepentingan 5. Derajat organisasi 6. Kesadaran akan jenis, hubungan sosial, dan tujuan yang sama. Dengan demikian setiap jenis dari kelompok sosial lahir berdasarkan kriteriakriteria tersebut.

Stratifikasi sosial Pengertian stratifikasi sosial Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap- tiap negara terdapat 3 unsur lapisan masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang berada di tengahtengahnya dan mereka yang melarat. Ucapan Aristoteles tersebut membuktikan bahwa terjadinya lapisan- lapisan dalam masyarakat sudah ada sejak saat itu bahkan diduga pada zaman sebelumnya telah diakui adanya tingkatan atau lapisan- lapisan dalam masyarakat. Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul Social Stratification mengatakan bahwa sistem pelapisan dalam masyarakat itu adalah merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Menurut Pitirim A. Sorokin bahwa stratifikasi sosial ialah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan- lapisan secara bertingkat (hierarkis). Menurut Drs. Robert M.Z. Lawang, stratifikasi sosial adalah penggolongan orang orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisanlapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Lalu apakah yang membuat terjadinya penggolongan kelas- kelas dalam masyarakat? Selama di dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka barang sesuatau itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem yang berlapis- lapis di dalam masyarakat itu. Mungkin berupa uang atau benda- benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama, atau mungkin juga keturunan terhormat. Biasanya golongan yang berada pada lapisan atas, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat.

Untuk dapat menggolongkan bahwa seseorang berada pada lapisan atas, menengah dan bawah, ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan, antara lain: Konsep Penggolongan Penggolongan sebagai suatu konsep, kalau kita lihat sebagai suatu proses, secara subjektif seorang individu dapat menggolongkan dirinya berada pada lapisan teratas, oleh karena seseorang tersebut memiliki sesuatu yang banyak, apakah itu kekuasaan, kehormatan, ilmu

pengetahuan, benda- benda yang bernilai ekonomis dan lain- lain. Ataupun sebaliknya seorang individu dapat menggolongkan dirinya pada lapisan bawah karena dia merasa tidak memiliki apa- apa. Dan sebagai proses hal ini kita lihat dari aspek objektif. Misalnya dalam suatu masyarakat ada orang bodoh dan orang pintar. Hal tersebut lepas dari pada subjektifitas individu. Dan jelasnya bahwa sosial stratifikasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu subjektifitas ( dari diri individu ) dan objektifitas sebagai suatu kenyataan yang terlepas dari subjektifitas. Contoh : Bila kita sebagai mahasiswa bertemu dengan seorang profesor, maka kita akan menempatkan diri lebih rendah dari profesor tersebut dalam bidang ilmu pengetahuan misalnya. Konsep sistem sosial Konsep sistem sosial dalam kaitannya dengan stratifikasi sosial terbatas pada sejauh mana penggolongan itu berlaku. Dalam keluarga, sang suami secara objektif maupun secara subjektif digolongkan atau menggolongkan dirinya sebagai yang lebih tinggi daripada isteri dan anakanaknya. Tetapi dalam kampung sebagai suatu sistem yang lebih luas, sang suami bisa saja lebih rendah dari yang lain. Konsep Lapisan Hierarkis Konsep lapisan sosial kaitannya dengan stratifikasi sosial yaitu, yang berada pada lapisan yang lebih tinggi lebih bernilai atau lebih besar daripada yang di bawahnya.

Contoh: Si A berada pada lapisan atas menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Ini berarti si A lebih berkuasa, lebih berprivilese dan lebih berprestise daripada mereka yang berada pada lapisan bawah. Dalam studi sosiologi ada beberapa istilah baku yang menggambarkan perbedaan lapisan ini, yakni: 1. Lapisan Atas (Upper) 2. Lapisan Menengah (Middle) 3. Lapisan Bawah (Lower) Konsep Kekuasaan Kekuasaan oleh Max Webber adalah Kesempatan yang ada pada seseorang atau sejumlah orang untuk melakukan kemauannya sendiri dalam suatu tindakan sosial, meskipun mendapat tantangan dari orang lain yang terlibat dalam keadaan itu. Kekuasaan oleh Etzioni adalah Kekuatan untuk mengatasi sebagian atau semua perlawanan, untuk mengadakan perubahan- perubahan pada pihak yang memberi oposisi. Kekuatan ada kaitannya dengan kesempatan. Misalnya, kesempatan untuk memperoleh sesuatu misalnya uang, kehormatan, kekuasaan fisik, pengetahuan dan lain- lain. Seorang gubernur misalnya, dirinya mempunyai kesempatan untuk melaksanakan kemauannya pada orang lain. Kekuasaan pada seorang gubernur jauh lebih besar daripada yang dimiliki oleh seorang lurah, misalnya. Kesempatan yang dimiliki oleh seorang gubernur dapat kita lihat antara lain bahwa : dia adala orang yang dihormati dalam masyarakat, disegani, punya uang yang lebih banyak dari petani di desa. Kekuasaan dibagi menjadi 3 jenis : 1. Kekuasaan Utilitarian 2. Kekuasaan Koersif 3. Kekuasaan Persuasif Konsep Privilese

Privilese artinya hak istimewa, hak mendahului, hak memiliki perlakuan khusus. Dalam studi stratifikasi sosial, minimal privilese ini dihubungkan dalam dua hal, yaitu: Ekonomi dan Kebudayaan 1. Privilese Ekonomi Uang atau kekayaan merupakan alat yang dapat membuat seseorang mendapatkan perlakuan yang istimewa. Dari kehidupan sehari-hari kita dapat melihat beberapa contoh yang jelas membedakan perlakuan sosial antara mereka yang mempunyai orang dan yang tidak. Contoh: Orang yang punya uang tentu dapat mensekolahkan anaknya di sekolah yang bermutu atau orang yang memiliki uang dapat merawat kerabatnya yang sakit di rumah sakit yang bagus dengan pelayanan yang baik. 2. Privilese Budaya Kebudayaan dapat memberikan hak istimewa secara tidak langsung yang memungkinkan mereka yang memilikinya dapat memperoleh privilese dalam bidang ekonomi. Konsep Prestise Masalah kehormatan sifatnya relatif. Dalam arti bahwa kehormatan harus kita kaitkan dengan suatu kebudayaan atau sistem sosial tertentu. Contoh : Seorang raja dari belahan timur Indonesia pernah mengunjungi negara kincir angin. Raja tersebut hanya mengharapkan kehormatan pada diri mereka yang berada pada suatu sistem sosial yang sama dengan dia. Mobilitas Sosial Mobilitas dalam Bahasa Indonesia berarti gerak. Dalam hubungannya dengan konsep stratifikasi sosial, mobilitas berarti gerak yang menghasilkan perpindahan tempat. Jadi mobilitas sosial adala perpindahan dari suatu lapisan sosial ke lapisan sosial yang lain. Ada dua jenis mobilitas sosial yakni mobilitas vertikal dan mobilitas horisontal.

Mobilitas Vertikal Mobilitas vertikal ialah perpindahan dari lapisan sosial yang lebih rendah ke yang lebih tinggi atau sebaliknya. Contoh : Si A dahulu miskin sekarang kaya Mobilitas seperti ini kita sebut mobilitas Intragenerasi. Atau berarti mobilitas vertikal yang terjadi pada diri sendiri. Selain mobilitas vertikal Intragenerasi, ada juga mobilitas vertikal Intergenerasi, artinya mobilitas itu tidak terjadi pada diri sendiri melainkan pada dua generasi. Contoh : Anak dan bapak misalnya. Kalau dulu bapaknya miskin dan sekarang anaknya kaya, maka keluarga itu telah melakukan mobilitas vertikal intergenerasi.

Mobilitas Horisontal Mobilitas horisontal berarti berpindah dari kiri ke kanan. Ini berarti berpindah tapi sama tingkatan kelasnya. Contoh : Koko adalah seorang petani dari lapisan menengah. Karena menjadi petani penuh dengan resiko maka dia berpindah profesi menjadi pedagang pupuk dan secara ekonomi penghasilannya tidak berbeda. Dalam stratifikasi sosial Koko telah mengalami mobilitas sosial horisontal.

Sumber : Pengantar Sosiologi dan Ilmu Sosial Dasar, karangan Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk. Penerbit: Gunadarma.

You might also like