You are on page 1of 161

fo.

net> Produk Makanan > Gula

Gula

Rasa manis, seperti halnya rasa asin, merupakan rasa yang sangat dikenal. Rasa manis terutama disebabkan oleh gula, yaitu jenis dari karbohidrat dapat larut (dalam air) yang berukuran kecil, terdapat dalam buah-buahan, tanaman dan produk alam lainnya. Gula yang umum dijumpai adalah fruktosa (levulosa, gula buah), maltosa (gula malt), laktosa (gula susu), glukosa (dekstrosa) dan sakarosa (sukrosa, gula meja yang biasa kita kenal). Sakarosa terutama digunakan dalam berbagai makanan olahan. Gula ini bisa didapatkan dari tebu ataupun dari bit. Gula tidak hanya digunakan dalam makanan karena rasanya yang manis, tetapi juga karena hasil reaksi yang terjadi selama pemanasan; berupa karamel dan produk Maillard. Karamel diperoleh dari pemanasan gula secara langsung tanpa adanya bahan tambahan ataupun air. Karamel yang dihasilkan berwarna coklat hingga hitam dan memiliki rasa yang lezat. Produk Maillard dihasilkan dari pemanasan gula dan protein. Ini merupakan reaksi yang sangat kompleks, menghasilkan berbagai cita rasa yang khas seperti flavor roti, cookies, popcorn, daging goreng, dll. Gula dapat mengikat air secara efisien. Oleh karenanya penambahan gula ke dalam sebuah produk akan memberikan efek pengawetan karena air tidak lagi tersedia untuk pertumbuhan organisme pembusuk. Pengawetan buah-buahan ataupun produk-produk lainnya dengan gula (seperti selai) atau madu telah dipraktekkan selama lebih dari 2000 tahun.

Gula merupakan bagian dasar yang penting pada berbagai makanan olahan. Permen tanpa gula akan kehilangan volumenya hingga 60%, sedangkan berbagai jenis cake akan kehilangan 1530% volumenya tanpa adanya gula. Untuk informasi lebih lanjut mengenai topik gula silakan klik di sini:

Sejarah gula Sumber-sumber gula Pembuatan gula o Gula bit o Gula tebu Jenis-jenis gula dan produk-produk terkait Kimia gula

http://www.food-info.net/id/products/sugar/intro.htm

Sejarah gula
Gula tebu
Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orangorang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol. Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan rempah baru yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar dua shilling tiap pound. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu. Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.

Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orangorang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka. Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia. Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat. Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal.

Pabrik gula tebu di Hindia Belanda sekitar tahun 1850 oleh A. Salm (Sumber)

Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun. Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah

dan memberi keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki emas putih. Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.

Catatan perdagangan impor gula dari Jamaika pada tahun 1739 (Sumber)

Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya gula tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga biasa.

Gula Bit
Gula bit pertama kali diketahui sebagai sumber gula pada tahun 1747. Tidak diragukan lagi, tanaman ini tidak begitu menarik perhatian dan hanya sekedar keingintahuan beberapa negara Eropa karena kepentingan nasional dan ekonomi lebih tertuju pada perkebunan tebu. Keadaan ini bertahan sampai dengan perang-perang Napoleon pada awal abad ke-19 ketika Britania menblokade impor gula ke benua Eropa. Pada tahun 1880 gula bit menggantikan gula tebu sebagai sumber utama gula di benua Eropa. Masuknya gula bit ke Inggris tertunda sampai dengan Perang dunia Pertama ketika impor gula Britain terancam. Sebelumnya Britain mengimpor gula tebu dari jajahannya di kawasan tropis.

Masa kini
Konsumsi gula per tahun saat ini berkisar 120 juta ton dan terus bertambah pada laju sekitar 2 juta ton per tahun. Uni-Eropa, Brazil dan India adalah tiga produsen terbesar dan gabungan dari ketiganya menyumbang sekitar 40% produksi per tahun. Namun demikian kebanyakan gula dikonsumsi di negara penghasil dan hanya sekitar 25% yang diperdagangkan secara internasional.

Tebu dibudidayakan di lebih dari 100 negara dan gula yang dihasilkan dari tebu berkisar 6 kali lebih besar dari pada gula bit. Sumber:

http://www.sucrose.com http://wv.essortment.com/historysugarca_ruef.htm http://www.pantrinbago.com/Landofbeginings12.html http://www.britishsugar.co.uk

http://www.food-info.net/id/products/sugar/history.htm

Sumber sumber Gula


Sukrosa Gula atau gula meja sukrosa yang kita kenal berasal dari hasil ekstraksi tanaman. Dua tanaman gula yang paling penting adalah tebu (Saccharum spp.) dan bit (Beta vulgaris), dengan kadar gula bisa mencapai 12% - 20% dari berat kering tanaman. Beberapa tanaman gula komersial lainnya termasuk kurma (Phoenix dactylifera), sorgum (Sorghum vulgare), dan mapel (Acer saccharum).

Tebu
Tebu (Saccharum) merupakan genus yang terdiri dari 6-37 spesies (tergantung dari pengertian taksonominya) dari rerumputan tinggi (famili Poaceae), berasal dari kawasan bersuhu hangat hingga tropis di Dunia Tua (sebagian Eropa, Asia dan Afrika) dan Pasifik. Tanaman ini memiliki batang berserat yang kuat dan beruas dengan ketinggian 2-6 m dan mengandung cairan yang kaya dengan gula. Seluruh spesies saling berkawinan, dan varietas komersial yang paling banyak ditemui adalah jenis hibrida kompleks terutama dari varietas Saccharum officinarum, S. spontaneum, S. barberi dan S. sinense.

Tebu (Sumber)

Budidaya tanaman tebu membutuhkan iklim tropis atau subtropis dengan curah hujan paling sedikit 600 mm per tahun. Tanaman ini memiliki kemampuan fotosintesis yang paling efisien dibandingkan dengan seluruh jenis tanaman lainnya, dan dimana dapat mengubah sebanyak 2% energi matahari menjadi biomasa. Jumlah tebu Tebu diperbanyak dibiakkan dari pemotongan batang-batangnya dan bukan dari benih. Setiap potong paling tidak musti harus mengandung satu ruas bakal-tanaman (bud), dan potongan-potongan tersebut biasanya ditanam secara manual dengan tangan. Dalam sekali tanam, satu batang tebu dapat dipanen hingga beberapa kali; setelah tiap kali pemanenan, anakan tebu akan tumbuh menjadi batang-batang baru dinamakan ratoons. Hasil yang didapat pada pemanenan berikutnya biasanya lebih rendah, oleh karena itu dilakukan penanaman kembali. Pada tiap penanaman, panen dapat dilakukan 2 hingga 10 kali tergantung pada praktik pertanian yang dilakukan. Rata-rata tebu yang dihasilkan adalah 100 ton tebu per hektar atau 10 ton gula per hektar. Tebu dapat dipanen secara manual dengan tangan atau menggunakan mesin. Lebih dari separuh produksi tebu di dunia dipanen secara manual dengan tangan, khususnya yang dilakukan di negara-negara yang berkembang. Pemanenan cara ini diawali dengan pembakaran lahan. Api yang menyebar cepat akan membakar daun-daun, tetapi meninggalkan batang-batang yang kaya air dan akar juga tidak rusak. Para pemanen kemudian memotong batang tepat di atas tanah dengan parang. Pemanen tebu yang sudah terlatih dapat memotong 500 kg tebu dalam satu jam.

Pemanenan (Sumber)

Bit
Bit (Beta vulgaris L.) termasuk dalam anggota sub-famili Chenopodiaceae dan famili Amaranthaceae. Bit merupakan tanaman yang umbinya mengandung sukrosa dalam jumlah yang dengan konsentrasi tinggi. Bit secara langsung memiliki hubungan dengan beetroot, chard dan fodder beet. Bit merupakan tanaman umbi biennial (tanaman yang memiliki siklus 12 hingga 24 bulan) dari wilayah beriklim sedang (temperate). Tanaman ini menghasilkan gula selama tahun pertama pertumbuhan dan kemudian muncul bunga-bunga dan benih di tahun kedua. Oleh karena itu bit mulai ditanam pada musim semi dan dipanen pada permulaan musim gugur atau awal musim dingin. Bit mengandung gula yang tersimpan dalam umbi yang memiliki suatu kemiripan mirip dengan parsnip (semacam wortel) bulat. Kandungan gula di dalam bit umumnya adalah 17% dari berat, tetapi angka ini tergantung dari varietas dan juga bervariasi dari tahun ke tahun dan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Secara

mendasar Pada dasarnya, jumlah ini lebih besar dari kandungan gula tebu yang sudah dewasa tetapi hasil dari bit per hektar jauh lebih kecil dari tebu, sehingga hasil yang diharapkan untuk menghasilkan gula hanya sekitar 7 ton per hektar.

Bit (Sumber)

Sampai dengan akhir pertengahan abad ke-20, pembudidayaan bit membutuhkan buruh dalam jumlah yang sangat banyak, karena penanganan gulma dilakukan dengan mengatur tanaman dengan jarak yang rapat, yang kemudian harus dipangkas secara manual dengan sabit/ parang tiap dua atau tiga kali selama musim tanam. Pemanenan juga membutuhkan banyak pekerja. Meskipun akar umbinya dapat diambil keluar dengan alat seperti bajak yang bisa ditarik oleh sekelompok kuda, namun pekerjaan selanjutnya musti menggunakan tangan. Para pekerja membersihkan bit-bit dengan memegang daun-daunnya kemudian dihentakkan untuk menghilangkan sisa-sisa tanah yang menempel, dan kemudian menaruhnya dalam sebuah barisan/lajur, umbi akar di satu sisi dan bagian berdaun di sisi yang lain. Para pekerja yang lain dilengkapi dengan semacam pengait untuk mengangkat bit-bit tersebut dan memotong mahkota

dan daun-daun dari umbi akar dalam sekali potong. Para pekerja ini kemudian menempatkan barisan bit yang kemudian dapat diangkut ke dalam gerobak. Pada saat ini, pemanenan seluruhnya dilakukan secara mekanis. Para pekerja memotong daun dan mahkota dari umbi akar, mencabut akar, dan menghilangkan sisa-sisa tanah dari umbi akar dalam satu urutan sekaligus. Pemanen yang modern biasanya dapat mengerjakan 6 baris dalam waktu bersamaan. Bit ini ditampung di tepi lahan dan kemudian dialirkan ke dalam trailer pengangkut untuk dibawa ke pabrik. Dengan menggunakan ban berjalan (konveyor), sisa-sisa tanah di bit dapat lebih banyak dibersihkan seorang petani akan didenda oleh pabrik jika sisasisa tanah di panenannya melebihi batas yang dipersyaratkan.

Kurma
Tanaman kurma (Phoenix dactylifera) merupakan tanaman palma yang secara luas dibudidayakan dan diambil buahnya. Sejarah budidaya tanaman ini sangat panjang sehingga penyebaran alaminya tidak diketahui secara pasti, tetapi tanaman kurma kemungkinan berasal dari suatu tempat di oase-oase padang gurun Afrika Utara, dan mungkin juga di Asia B b arat D d aya. Tanaman ini berukuran sedang, dengan tinggi 15-25 m. Dari satu sistem akar seringkali terdiri dari kumpulan beberapa batang, tetapi bisa juga berupa batang-batang yang tumbuh sendiri-sendiri. Daunnya menyerupai daun kelapa, berupa tangkai panjang dengan banyak helaian daun (pinnate ), dengan panjang mencapai 3m. Tangkai-tangkai daun muncul dari bagian petiola dan terdiri dari sekitar 150 helai daun; helaian daun ini bisa mencapai panjang 30 cm dan lebar 2 cm. Gula dapat diekstrak dari buah kurma, tetapi ini hanya dilakukan secara lokal pada skala kecil.

Tanaman kurma di Siprus (Sumber)

Sorgum
Sorgum merupakan genus yang terdiri dari 20 spesies rumput-rumputan, berasal dari kawasan tropis hingga subtropis di Afrika Timur, dengan satu spesies di antaranya berasal dari Meksiko. Tanaman ini dibudidayakan di Eropa Selatan, Amerika Tengah dan Asia Selatan. Gula dapat diekstrak dari biji-bijinya, tetapi seperti halnya kurma, ekstraksi ini hanya dilakukan secara lokal dalam skala kecil.

Sorgum (Sumber)

Mapel
Pohon mapel (Acer saccharum) merupakan tanaman yang sangat dikenal di kawasan hutan di Amerika Utara bagian timur. Tanaman ini merupakan spesies mapel Amerika yang terbesar, dapat mencapai ketinggian hingga 30-37 m. Gula mapel sudah diproduksi di Amerika Utara selama beberapa abad dan hingga sekarang masih digunakan untuk pemanis, terutama dibuat menjadi sirup mapel yang dimurnikan sebagian. Gula mapel memiliki kemanisan dua kali lipat dari gula pasir standar, dan gula mapel ini tidak mengandung gula yang sesungguhnya (sukrosa, sakarosa), tetapi penyusun utamanya adalah fruktosa.

Pohon mapel (Sumber)

Sumber utama:

www.sucrose.com

http://en.wikipedia.org

http://www.food-info.net/id/products/sugar/sources.htm

Pembuatan gula bit


Gula bit putih dibuat dari bit dalam suatu proses tunggal, bukan dua tahap seperti pada pembuatan gula tebu.

Pemanenan
Bit dipanen pada saat musim gugur dan awal musim dingin dengan cara menggalinya keluar dari tanah. Biasanya bit-bit tersebut dikirim ke pabrik dengan truk-truk besar karena jarak kirim yang lebih jauh dibandingkan industri gula tebu. Hal ini karena bit merupakan tanaman rotasi yang membutuhkan hampir 4 kali luas lahan tanaman tebu yang ditanam dalam kultur tunggal (monokultur). Karena letaknya di dalam tanah, bit-bit tersebut jauh lebih kotor dibandingkan tebu dan harus dibersihkan dan dipisahkan dari daun-daun bit yang masih tertinggal, batu-batu dan kotoran-kotoran lainnya sebelum diolah.

Ekstraksi
Tahap ini diawali dengan pemotongan bit menjadi irisan-irisan tipis. Proses ini akan meningkatkan luas permukaan bit sehingga mempermudah ekstraksi gula. Ekstraksi berlangsung dalam sebuah diffuser dimana bit mengalami kontak dengan air panas selama kurang lebih satu jam. Proses ini dapat diumpamakan dengan proses ketika daun teh diseduh sehingga warna dan cita rasanya keluar, sedangkan diffuser khusus gula bit mampu menampung beberapa ratus ton bit dan air ekstraksi. Diffuser merupakan tangki pengaduk berukuran besar dengan posisi horisontal ataupun vertikal, di dalamnya irisan-irisan bit digerakkan dengan pelan dari ujung satu ke ujung yang lain dan air panas bergerak dari arah berlawanan. Ini dinamakan dengan aliran berlawanan (counter-current flow) dan seiring dengan alirannya, air pengekstrak akan menjadi larutan gula yang semakin kental dan umumnya dinamakan jus. Jus ini tentu saja ini juga mengandung banyak substansi lain dari daging bit. Jus dari proses diffusi yang masih 'mentah' ini mengandung sekitar 14% gula dan bubur residu atau bubur sisanya mengandung 1 hingga 2% gula dan total 8-12 % padatan.

Pengempaan
Irisan-irisan bit yang diekstrak dari diffuser masih sangat basah dan kandungan air di dalamnya masih mengandung sejumlah gula yang bermanfaat. Oleh karenanya dilakukan pengempaan/pengepresan dalam kempa-kempa ulir untuk memeras jus sebanyak mungkin. Jus ini digunakan sebagai bagian dari air dalam diffuser, dan bit yang sudah dikempa, yang sekarang berupa bubur, dikirim ke bagian pengeringan dan nantinya akan diolah menjadi pelet-pelet yang merupakan bahan penting untuk pakan hewan.

Karbonatasi
Tahap pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum, dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur / lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikelpartikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Tidak seperti pada pembuatan gula tebu, proses fosfatasi tidak dilakukan di sini. Demikian juga tahap penghilangan warna secara terpisah umumnya tidak dilakukan.

Pendidihan
Pada tahap akhir ini, cairan gula yang sudah berupa sirup ditempatkan dalam sebuah panci yang sangat besar, biasanya mampu menampung 60 ton sirup gula bahkan lebih. Di dalam panci tersebut dilakukan pendidihan dan penguapan sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh, campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/atau disimpan siap untuk didistribusikan. Seperti pada pembuatan gula tebu, cairan induk pada pembuatan gula bit masih mengandung sejumlah gula sehingga kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini khususnya terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian diraih suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan. Hal ini biasanya terjadi setelah 3 tahap.

Hasil
Gula yang dihasilkan berwarna putih dan siap untuk digunakan, baik itu untuk rumah tangga maupun industri seperti pabrik pembuatan minuman ringan. Seperti pada pembuatan gula mentah, gula yang masih terkandung dalam jus diolah lebih lanjut menjadi produk samping berupa: molase bit. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke

pabrik fermentasi tanaman seperti misalnya pabrik penyulingan alkohol. Mutu dari segi bau dan rasa molase bit tidak sama dengan molase tebu sehingga tidak dapat digunakan untuk pembuatan rum. Sumber :

www.sucrose.com

http://www.food-info.net/id/products/sugar/prodbeet.htm

Pembuatan gula tebu


Pemanenan
Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung dan ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering, namun masih mempunyai beberapa daun hijau. Sebelum panen, jika memungkinkan, seluruh tanaman tebu dibakar untuk menghilangkan daundaun yang telah kering dan lapisan lilin. Api membakar pada suhu yang cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat sehingga tebu dan kandungan gulanya tidak ikut rusak. Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman tebu tidak diijinkan karena asap dan senyawasenyawa karbon yang dilepaskan dapat membahayakan penduduk setempat. Meskipun demikian, tidak ada dampak lingkungan, karena CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang terikat melalui fotosintesis selama pertumbuhan. Besarnya areal tanam dan jumlah tanaman tebu dapat dikurangi jika ekstraksi gula dapat dilakukan semakin baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula dunia. Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan ataupun dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan merupakan pekerjaan kasar yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan banyak orang di area di mana banyak terjadi pengangguran.Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah, dedauan hijau di bagian atas dihilangkan dan batangbatang tersebut diikat menjadi satu. Potongan-potongan batang tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal perkebunan dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu menuju ke penggilingan. Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu menjadi potongan pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan ketika kondisi lahan memungkinkan dengan topografi yang relatif datar. Sebagai tambahan, solusi ini tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula karena modal yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin dan hilangnya banyak tenaga kerja kerja.

Ekstraksi

Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

Ekstraksi gula Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar 50% air serta pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai abu. Sebuah tebu bisa mengandung 12 hingga 14% serat dimana untuk setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap 100 ton tebu atau 10 ton gula.

Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)


Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming. Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih. Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

Penguapan (Evaporasi)

Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

Pendidihan/ Kristalisasi
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.

Sentifugasi gula (Sumber)

Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan. Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya dilakukan tiga proses pendidihan. Pertama atau pendidihan A akan menghasilkan gula terbaik yang siap disimpan. Pendidihan B membutuhkan waktu yang lebih lama dan waktu tinggal di dalam panci pengkristal juga lebih lama hingga ukuran kristal yang dinginkan terbentuk. Beberapa pabrik melakukan pencairan ulang untuk gula B yang selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk pendidihan A, pabrik yang lain menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A dan pabrik yang lainnya menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual. Pendidihan C membutuhkan waktu secara proporsional lebih lama daripada pendidihan B dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuk kristal. Gula yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan lagi. Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat dengan pabrik gula tebu.

Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.

Afinasi (Affination)
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum perlakuan berikutnya (karbonatasi). Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.

Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Penghilangan warna
Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

Pendidihan
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal

tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

Pengolahan sisa (Recovery)


Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan pada tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti pengolahan gula kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik penyulingan alkohol. Sumber :

www.sucrose.com

http://www.food-info.net/id/products/sugar/prodcane.htm

Jenis-jenis gula dan berbagai produk terkait


Kata-kata yang dicetak miring dapat ditemukan pengertiannya di bagian lain di daftar ini.

Brix (derajat): suatu pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah gula dalam sebuah larutan, berdasarkan pada pembiasan cahaya. Terutama digunakan dalam industri minuman ringan dan minuman buah. Dekstrosa : Istilah bahasa Inggris untuk glukosa. Fruktosa (padanan kata levulosa, gula buah): gula yang agak manis (1,7 kali lebih manis dari gula biasa) umumnya didapat dari buah-buahan dan madu. Galaktosa: suatu gula yang tidak umum dijumpai dalam makanan, kecuali sebagai bagian dari jenis gula yang lain, seperti laktosa (gula susu) dan raffinosa (gula dalam kacang-kacangan). Seringkali merupakan bagian dari komponen dinding sel tanaman. Glukosa (padanan kata dekstrosa): gula yang terdapat pada berbagai tanaman, juga dalam darah. Sumber energi yang utama bagi tubuh. Kurang manis dibandingkan sakarosa. Gula: umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa. Secara kimiawi gula identik dengan karbohidrat. Gula anggur : padanan kata dari glukosa. Gula Barbados : gula tebu yang berwarna coklat. Gula Barley : bukan termasuk gula, melainkan permen Amerika yang keras dan memiliki citarasa jeruk lemon, terbuat dari cairan barley dengan penambahan gula.

Gula batu : tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi secara lambat. Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahaya. Kristal berwarna kuning kecoklatan mengandung berbagai karamel. Gula ini kurang manis karena adanya air dalam kristal.

Gula Bit : gula kristal putih (sakarosa) yang diperoleh dari tanaman bit. Gula bubuk : Gula granulasi (gula pasir) bubuk, juga dikenal sebagai gula confectionary'. Gula ini didapat dari penghancuran secara mekanis sehingga tidak ada cristal-kristal yang tertinggal. Terkadang gula ini dicampur dengan sedikit pati atau bahan anti kempal untuk mencegah penggumpalan. Gula Castor : Gula castor atau caster adalah nama dari gula pasir yang sangat halus, terdapat di Britania. Dinamai demikian karena ukuran butirannya sangat kecil sehingga dapat ditaburkan dari wadah berlubang-lubang kecil. Karena kehalusannya, gula ini lebih cepat larut dibandingkan gula putih pada umumnya, dan oleh karenanya gula ini secara khusus bermanfaat dalam pembuatan meringues' dan cairan dingin. Gula ini tidaklah sehalus gula bubuk yang dihaluskan secara mekanis (dan biasanya dicampur dengan sedikit pati untuk menghindari penggumpalan).

Gula Coklat : gula yang ditambah dengan sedikit molase (tetes) untuk memberikan citarasa dan warna.

Gula Dekorasi : lihat gula sdaning. Gula Gelatin (padanan kata gula gel, gula selai/ jam): campuran dari gula granulasi dan pektin. Digunakan dalam pembuatan selai dan marmelade'.

Gula Granulasi (Gula pasir) : Kristal-kristal gula berukuran kecil yang pada umumnya dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).

Gula inversi : Gula inversi dibuat dengan menggabungkan sirup gula dengan sedikit asam (seperti pada krim tartar atau jus lemon) dan pemanasan. Proses ini mengubah, atau memecah, sakarosa menjadi dua komponen, glukosa dan fruktosa, sehingga menurunkan ukuran kristal-kristal gula. Karena struktur kristalnya yang halus, gula inversi menghasilkan produk yang lebih halus dan digunakan dalam pembuatan berbagai jenis permen seperti fondant, dan berbagai sirup. Proses pembuatan jam dan selai secara otomatis menghasilkan gula inversi dengan menggabungkan asam alami dalam buah dengan gula granulasi dan memanaskan campuran tersebut. Gula Jagung: glukosa yang diperoleh dari jagung. Gula Jawa : gula yang mengalami pemurnian sebagian, berasal dari Indonesia. Terbuat dari tebu ataupun palm (kelapa). Gula kristal: gula bit atau tebu berbentuk granulasi seperti gula pada umumnya, lihat sakarosa. Dijual dalam bentuk gula butiran/pasir atau dicetak dalam bentuk gula kubus.

Gula Malt: lihat maltosa. Gula meja: gula tebu atau gula bit butiran pada umumnya, lihat sakarosa. Gula Muscovado : gula coklat gelap. Gula mutiara (Pearl sugar) : lihat gula sdaning. Gula Palma (kelapa/ kurma) : gula yang didapatkan dari palma ataupun kurma.Terutama mengandung sakarosa. Gula sangat halus: suatu jenis gula di USA. Merupakan gula granulasi yang sangat halus, lihat gula Castor. Gula Sdaning: Gula Sdaning merupakan gula kasar atau gula dekorasi. Kristalnya berukuran 4 kali lipat lebih besar dari gula granulasi pada umumnya. Digunakan untuk menghias makanan-makanan yang dipanggang dengan oven .

Gula Spun (Spun sugar) : gula lembut hasil dari pendidihan gula sehingga dapat dibentuk dan digunakan untuk dekorasi berbagai hidangan penutup. Pembuatan gula spun diawali dengan pemasakan gula, air dan krim tartar hingga menjadi keras tapi tetap mudah dibentuk. Kemudian dapat dibentuk seperti gumpalan helaian benang dengan menggunakan garpu pengocok dan dioleskan ke permukaan kue untuk dekorasi

Gula susu: lihat laktosa. Gula Tebu : gula kristal putih (sakarosa) yang diperoleh dari tanaman tebu. Terkadang dijual dalam bentuk gula coklat (brown sugar) di Eropa. Gula Vanila : gula beraroma dan citarasa harum yang khas dibuat dengan cara memendam biji-biji vanilla dalam gula pasir; biasanya dengan takaran dua biji vanila untuk setiap satu pound gula. Campuran tersebut disimpan dalam wadah kedap udara selama sekitar satu minggu sebelum biji-biji vanila tadi dipisahkan kembali. Hasilnya berupa gula dengan rasa dan aroma yang harum yang dapat digunakan untuk bahan baku ataupun penghias baked goods', buah dan hidangan penutup lainnya. Biji-biji vanila dapat digunakan kembali sampai dengan dengan 6 bulan. Gula Vanilla dapat juga dibuat dari ekstrak vanillin (vanili) murni. Citarasanya sama kuatnya dengan vanilla tetapi tetap dapat dibedakan. Gula ini dinamai gula-vanillin.

Gur (padanan kata jaggery): gula yang mengalami pemurnia n sebagian, berasal dari India. Terbuat dari tebu ataupun palm (kelapa). HFCS : High Fruktose Corn Syrup (Gula Jagung Kaya Fruktosa). Suatu sirup yang didapatkan dari pati jagung. Mula-mula pati dipecah menjadi glukosa secara enzimatis, kemudian glukosa ini diubah lagi secara enzimatis menjadi fruktosa yang memiliki rasa lebih manis. Digunakan sebagai pemanis kadar tinggi. Icing (Icing sugar) : gula bubuk yang digunakan sebagai krim gula (gula pelapis) pada cake.

Jaggery (padanan kata gur): gula yang mengalami pemurnian sebagian, berasal dari India. Terbuat dari tebu ataupun palm (kelapa).

Karamel : berbagai produk yang diperoleh dari hasil pemanasan gula. Senyawa-senyawa ini berwarna coklat hingga hitam dan menghasilkan aroma khas. Digunakan sebagai pewarna makanan dan aroma rasa.

Laktosa: gula yang terdapat pada susu, suatu kombinasi dari galaktosa dan glukosa. Levulosa : padanan kata untuk fruktosa Madu : merupakan larutan 80% gula dalam air. Gula utama yang ada dalam madu adalah fruktosa, glukosa dan sakarosa.

Maltosa (padanan kata gula malt) : gula yang terdapat pada malt dan bir. Sirup Mapel : sirup yang didapatkan dari pohon mapel yang terdapat di America Utara. Sirup ini merupakan larutan 70% sakarosa dan glukosa dalam air. Penyusun utamanya adalah sakarosa.

Melis : jenis gula meja pada umumnya, yang agak halus. Dari kawasan Skandinavia. Molase : Produk samping dari pembuatan gula, berwarna coklat. Terutama tersusun dari berbagai karamel dan mineral. Dipakai dalam pembuatan gula coklat (brown sugar).

Oligosakarida : karbohidrat rantai pendek yang didapatkan dari polisakarida berukuran besar atau dengan proses enzimatis. Banyak terdapat dalam tanaman (kacang-kacangan,

bawang) atau susu. Rasanya tidak manis atau sedikit manis. Digunakan sebagai prebiotik, bukan untuk pemanis produk. Panela: lihat piloncillo Panocha: lihat piloncillo Pemanis: senyawa pemanis bukan karbohidrat. Kebanyakan merupakan pemanis buatan tetapi beberapa di antaranya adalah pemanis alami. Tingkat kemanisan pemanis berkisar dari 0,8 kali manisnya gula (seperti misalnya sorbitol) hingga 2000 kali (protein thaumatin). Piloncillo (padanan kata panela, panocha): gula tebu dari Mexico yang mengalami pemurnian sebagian. Gula ini dicetak dalam bentuk kerucut; namanya berarti menara kerucut kecil .

Sakarosa (padanan kata sukrosa, gula meja, gula kristal): nama kimia resmi dari jenis utama gula dan gula ini terutama digunakan dalam berbagai produk maupun di rumah tangga. Sirup : suatu larutan yang sangat kental berupa gula dalam air. Kandungan gula berkisar 50-80%. Sukrosa : Istilah bahasa Inggris untuk sakarosa.

Gambar-gambar dari :

http://www.dlc.fi/~marianna/gourmet/i_sugars.htm http://www.uni-graz.at/~katzer/engl/Vani_pla.html http://www.fermacol.com/Logos/Kolner%20Klutje.jpg http://myspace-283.vo.llnwd.net/00110/38/24/110204283_m.jpg http://www.sweetstall.com/acatalog/barley-sugars.jpg

http://www.food-info.net/id/products/sugar/types.htm

Food-Info.net> Produk Makanan > Gula

Kimia Gula
Secara kimiawi gula sama dengan karbohidrat, tetapi umumnya pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut. Kata gula pada umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa (sukrosa). Pada bagian ini pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut (dalam air). Rasa manis yang biasa dijumpai pada tanaman terutama disebabkan oleh tiga jenis gula, yaitu sakarosa, fruktosa dan glukosa. Gula-gula ini berada secara sendiri-sendiri ataupun dalam bentuk campuran satu dengan yang lain. Madu merupakan larutan yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sakarosa dalam air, dengan komposisi sekitar 80% gula dan 20% air. Komposisi sesungguhnya sangat tergantung pada asal tanaman. Dalam pembuatan bir, pati (karbohidrat berukuran besar yang tidak manis) dari biji-bijian terpecah menjadi karbohidrat yang berukuran lebih kecil, salah satunya adalah gula malt (maltosa) yang memiliki sedikit rasa manis. Satu-satunya gula utama yang dihasilkan oleh hewan adalah laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam semua susu hewan. Seluruh gula yang dicerna oleh hewan akan diubah di dalam hati menjadi glukosa, oleh karena itu gula di dalam darah hewan (dengan kata lain di dalam daging) adalah glukosa. Karena laktosa memiliki tingkat kemanisan yang lebih rendah dibandingkan fruktosa dan sakarosa, susu tidak memiliki rasa manis, meskipun kadar gulanya cukup tinggi (4,5% pada susu sapi, 7% pada ASI). Selain lima jenis gula utama ini, terdapat ratusan jenis karbohidrat berukuran kecil lainnya yang terdapat pada tanaman dan susu, tetapi tidak satupun yang berasa sangat manis dan menarik secara komersial.

An initiative of :

Wageningen University

Gula

Struktur

Tingkat kemanisan dibandingkan dengan sakarosa

Sakarosa (glukosa + fruktosa)

100%

Glukosa

74%

Fruktosa

173%

Maltosa (glukosa + glukosa)

33%

Laktosa (galaktosa + glukosa)

16%

Lebih jauh tentang kimiawi karbohidrat dapat dilihat pada topik Karbohidrat (sedang dalam tahap penyusunan) http://www.food-info.net/id/products/sugar/chemistry.htm

Kamis, 12 Agustus 2010

GULA RAFINASI DAN PROSES PEMBUATANNYA


Posted on/at 00:54 by Admin Gula selain dikonsumsi langsung juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri makanan. Pada saat ini kebanyakan pabrik gula di Indonesia hanya mampu menghasilkan gula kualitas GKP (gula kristal putih) yang dikonsumsi langsung. Gula SHS ini masih belum memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku industri makanan. Untuk itu industri makanan membutuhkan kualitas gula yang lebih baik yang diperoleh dari gula rafinasi. Kata rafinasi diambil dari kata refinery artinya menyuling, menyaring, membersihkan. Jadi bisa dikatakan bahwa gula rafinasi adalah gula yang mempunyai kualitas kemurnian yang tinggi. Proses Pembuatan Gula Rafinasi Proses rafinasi yang digunakan dalam pabrik gula rafinasi bervariasi tergantung pada bahan yang diolah produk yang dikehendaki dan pertimbangan lain sesuai kondisi lokal. Namun demikian secara garis besar dapat diuraikan menjadi stasiun sebagai berikut :

A. Afinasi Tujuan afinasi adalah mencuci kristal GKM (raw sugar) agar lapisan molases yang melapisi kristal berkurang sehingga warnanya semakin ringan atau warna ICUMSA lebih kecil. Pencucian dilakukan dalam mesin sentrifugal yaitu setelah GKM dicampur dengan sirup menjadi magma. Penurunan warna yang dicapai pada stasiun ini berkisar 30-50 %. Kristal yang telah dicuci dilebur dengan mencampur dengan air atau sweet water menghasilkan leburan (liquor) dengan brix sekitar 65. B. Klarifikasi Pengoperasian unit ini bertujuan untuk membuang semaksimal mungkin pengotor non sugar yang ada dalam leburan (melt liquor). Ada dua pilihan teknologi yaitu fosflotasi dan karbonatasi, keduanya banyak dipakai, fosflotasi pada umumnya digunakan di pabrik rafinasi di negara Amerika Latin dan beberapa di Asia sedangkan selebihnya menggunakan teknologi karbonatasi, termasuk pabrik rafinasi di Indonesia. Teknologi Fosflotasi Pada proses ini digunakan asam fosfat dan kalsium hidroksida yang akan membentuk gumpalan (primer) kalsium fosfat, reaksi ini berlangsung di reaktor. Penambahan flokulan (anion) sebelum tangki aerator dilakukan untuk membantu pembentukan gumpalan sekunder yang terbentuk dari gumpalan-gumpalan primer yang terikat oleh rantai molekul flokulan. Pembentukan gumpalan sekunder dapat menjerap berbagai pengotor : zat warna, zat anorganik, partikel yang melayang dan lain-lain. Untuk memisahkan gumpalan tersebut oleh karena dalam media liquor yang kental (brix: 65-70) maka gumpalan tidak diendapkan melainkan diambangkan. Proses pengambangan berlangsung dengan bantuan partikel udara yang dibangkitkan dalam aerator, proses pengambangan terjadi pada clarifier. Pada clarifier ini juga pemisahan gumpalan yang mengambang (scum) terjadi, yaitu dengan sekrap yang berputar pada permukaan clarifier dan menyingkirkan scum ke kanal yang dipasang pada sekeliling clarifier. Teknologi Karbonatasi Pada proses karbonatasi leburan dibubuhi kapur {Ca(OH)2} kemudian dialiri gas CO2 dalam bejana karbonatasi , terbentuk endapan kalsium karbonat yang akan menyerap pengotor termasuk zat warna. Sumber gas CO2 berasal dari gas cerobong ketel yang sudah dimurnikan melalui scrubber. Proses karbonatasi dilakukan dua tahap, pertama dilakukan pembubuhan kapur sebanyak 0,5% brix bersamaan dengan pengaliran CO2 ekivalen dengan jumlah kapur yang ditambahkan. Kedua pada karbonator akhir menyempurnakan reaksi dengan aliran CO2 sampai pH turun di sekitar 8,3. Selanjutnya liquor ditapis pada penapis bertekanan (leaf filter) menghasilkan filter liquor dan mud. C. Dekolorisasi Liquor yang dihasilkan dari stasiun klarifikasi setelah ditapis dipompa ke stasiun dekolorisasi.

Pada stasiun dekolorisasi pada prinsipnya ada dua teknologi yang lazim digunakan yaitu karbon aktif dan penukar ion, masing-masing dengan keunggulan dan kelemahannya. Kedua teknologi tersebut dapat menurunkan warna sekitar 75-85 %, pemilihan teknologi harus disesuaikan dengan kondisi lokal. Macam zat warna Terdapat beberapa macam zat warna yang terbawa atau terbentuk dalam proses refinery, yaitu : 1. Senyawaan Phenolic. Senyawaan ini terdapat dalam tebu yang terbentuk dari hasil reaksi enzimatik flavonoid dan asam cinamic. 2. Melanoidins. Warna senyawa ini umumnya hitam, terbentuk dari reaksi antara gula reduksi dengan asam amino (Reaksi Maillard), terbentuk dalam proses. 3. Karamel. Terbentuk dalam proses bila sukrosa mengalami pemanasan berlebihan sehingga terbentuk senyawaan yang berwarna. Warna yang dihasilkan bisa kuning, coklat atau hitam tergantung dari tingkatan reaksi selama pemanasan. 4. Produk degradasi gula invert. Meskipun kandungan glukosa dan fruktosa dalam proses refinery sangat kecil, namun senyawa ini mudah rusak oleh pemanasan terutama pada pH tinggi akan membentuk senyawaan polimer berwarna coklat yaitu 5-(hydroksimetil)-2-furaldehid. Untuk menghilangkan zat warna dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Dengan granul karbon aktif. Kandungan karbon aktif sekitar 60 % dan dicampur dengan 5% MgO untuk mencegah turunnya pH. Karbon aktif ini dapat digunakan selama 3-6 minggu tergantung dari kualitas dan jumlah bahan yang masuk. Kemampuan karbon aktif dalam mereduksi zat warna sangat tinggi, namun bahan ini tidak mampu menghilangkan zat anorganik yang terlarut. 2. Bone Char. Bahan ini terdiri dari campuran 90 % kalsium fosfat dan 10 % karbon yang dibuat dari tulangtulang binatang ternak dipanaskan pada suhu 700 oC. Bone char dapat digunakan selama 4-5 hari kemudian di regenerasi kembali. Meskipun kemampuan mereduksi zat warna tidak sebaik karbon aktif namun mampu mereduksi kotoran zat anorganik.

3. Resin penukar ion (Ion- Exchange Resin) Bahan ini mudah diregenerasi dan dalam penggunaannya mempunyai kapasitas lebih besar dibandingakan dengan karbon aktif maupun bone char, Selain itu penggunaan air juga lebih efisien. Ada dua jenis resin yang digunakan dalam refinery yaitu :Resin anion yang berfungsi mereduksi warna dan resin kation untuk menghilangkan senyawaan anorganik. Penggunaan resin senyawa akrilic lebih tahan dari resin stiren, namun resin akrilik kurang effektif dibanding resin stiren. Oleh sebab itu dalam proses dekolorisasi dianjurkan untuk menggunakan gabungan dua jenis resin ini secara seri, pertama sirup dilewatkan resin akrilik terlebih dahulu kemudian baru dilewatkan resin stiren. Pada umumnya stasiun dekolorisasi menghasilkan liquor dengan warna di bawah 300 IU sehingga dengan bahan tersebut dapat diproduksi gula rafinasi lebih rendah dari 45 IU. D. Kristalisasi Produksi gula rafinasi Bahan utama kristalisasi adalah liquor yang sudah melewati tahap dekolorisasi. Liquor tersebut kemurniannya tinggi sehingga teknik kristalisasi berbeda dengan kristalisasi pada PG. Kristalisasi (evapocrystalisation) dilakukan di bejana vakum (65 cm Hg) dengan penguapan liquor pada suhu sekitar 70-80 0C sampai mencapai supersaturasi tertentu. Pada kondisi tersebut dimasukkan bibit kristal secara hati-hati sehingga inti kristal akan tumbuh mencapai ukuran yang dikehendaki tanpa menumbuhkan kristal baru. Campuran kristal sukrosa dengan liquor disebut masakan. Pemisahan kristal dilakukan dengan cara memutar masakan dalam mesin sentrifugal menghasilkan kristal (gula A) dan sirop A. Selanjutnya sirop A dimasak seperti yang dilakukan sebelumnya menghasilkan gula B dan sirop B. Demikian seterusnya sehingga secara berjenjang menghasilkan gula A, B dan C yang masuk dalam katagori gula rafinasi. E. Pengeringan gula produk Untuk gula produk dibuat dua jalur dengan tujuan agar dapat diproduksi dua macam produk misal GKR dan GKP pada waktu yang bersamaan. Pembuatan dua jalur dimulai dari stasiun sentrifugal, pengering gula penimbangan dan pengemasan. F. Pengemasan gula produk Produk dikemas dalam kantong polipropilen dengan liner, dengan berat gula 50 kg setiap kantong. Gula ditampung dalam sugar bin kapasitas 150 ton. Tabel Persyaratan SNI Gula Rafinasi :

Sumber : http://www.risvank.com/2008/07/gula-rafinasi-dan-proses-pembuatannya/ http://topagriculture.blogspot.com/2010/08/gula-rafinasi-dan-proses-pembuatannya.html

Selasa, 10 Agustus 2010

Teknologi Gula Cetak dan Gula Semut Dari Nila Kelapa


Posted on/at 21:06 by Admin

Proses pengolahan gula merah cetak dan gula semut Penampungan: Nira yang ditampung adalah nira yang belum rusak atau belum mengalami fermentasi. Kondisi

yang terbaik dalam pembuatan gula merah adalah nira yang mengandung kadar gula di atas 12% dan pH 6-7. Untuk menghindari kerusakan nira saat penampungan dapat diberi bahan pengawet kapur sirih. Disamping menjaga wadah penampungan agar tetap bersih. Penyaringan: Menggunakan kain blacu agar kotoran seperti ranting/ daun, semut, lebah, dan serangga lainnya tersaring. Pemasakan: Nira dituang ke dalam wajan kemudian dimasak (suhu 110- 120oC) dan terus menerus dan agar nira tidak meluap. Dapat pula ditambahkan minyak kelapa (1 sendok makan/25 l) atau menggunakan kopra yang dijepit pada kayu lalu dicelup sekali-kali ke dalam nira yang sedang dimasak. Nira yang telah masak bila ditetaskan ke dalam air akan Gula merah cetak Pencetakan: Nira yang telah masak diaduk terus agar cepat dingin. Ada juga yang melakukan penumbukan, yakni menuangkan ke wadah tertentu lalu ditumbuk dengan menggunakan sepotong kayu berlangsung kurang lebih 15 menit. Selanjutnya nira dituangkan ke dalam cetakan, telah dibasahi dengan air bersih agar mudah dilepaskan. Bentuk cetakan bermacam-macam, ada yang berbentuk gelang, kerucut, kubus, setengah lingkaran, dan sebagainya. Pengemasan: Gula merah yang dingin dikeluarkan dari cetakan lalu dikemas. Macam-macam bahan kemasan yang dapat digunakan yaitu daun jari, daun pisang kering, batang pisang kering, daun lontar, bambu, plastik, dan lainlain.

Gula semut Pengkristalan: Nira yang telah masak didinginkan dalam wajan sambil diaduk secara perlahan-lahan, lama pendinginan 10-15 menit. Bila mulai terbentuk butiran-butiran, pengadukan dipercepat dengan menggunakan pengaduk kayu yang berbentuk garpu. Pengayakan: Untuk memperoeh keseragaman, maka butiran-butiran yang telah diayak menggunakan ayakan 20 mess. Sisa ayakan diaduk/ digerus lagi dalam wajan yang masih panas. Pengemasan:

Gula semut yang telah dingin untuk dikemas. Macammacam bahan kemasan yang dapat digunakan antara lain kantong plastik, botol plastik, dan stoples. Sumber: BPTP Sulawesi Utara http://topagriculture.blogspot.com/2010/08/teknologi-gula-cetak-dan-gula-semut.html

Proses pembuatan gula di PT. Candi Baru Sidoarjo menggunakan proses sulfitasi alkalis continue. Produknya adalah gula jenis SHS (Superoir Hooft Suiker) 1-A dengan hasil samping berupa tetes dan ampas. Adapun tahapan proses produksi dan tujuan dari tiap tahap meliputi : Pemerahan nira (stasiun gilingan) Tujuannya untuk memerah nira sebanyak-banyaknya dan menekan kehilangan gula dalam ampas seminimal mungkin; terjadi pemisahan antara ampas dengan nira pada batang tebu; tebu diterima di Crane yard untuk didaftarkan dan ditimbang dan selanjutnya diproses. Pemurnian (stasiun pemurnian) Untuk menghilangkan atau membuang bahan baku bukan gula yang terdapat pada nira mentah semaksimal mungkin tanpa menimbulkan banyak kerugian berupa kerusakan maupun kelihangan sukrosa; dalam proses penapis hampa dilakukan pemisahan antara blotong dan filtrat (nira tapis). Penguapan (stasiun penguapan) Untuk menghilangkan air yang terdapat dalam nira jernih hasil proses pemurnian sampai dicapai konsentrasi (% brix) tertentu, sebelum terbentuk kristal dengan menghindari kerusakankerusakan pada sacharosa. Kristalisasi (stasiun masakan) Terjadi proses kristalisasi untuk mengubah sakarosa yang terdapat pada nira kental dari stasiun penguapan menjadi kristal-kristal gula yang memenuhi syarat tertentu, yakni mempunyai ukuran dan keseragaman yang telah distandartkan. Proses kristalisasi pada PT. PG. Candi Baru ada 3 tahap (A-C-D). Masakan A gula SHS (produk utamanya). Masakan C & D untuk bibit. Pemisahan kristal (stasiun puteran) Untuk memisahkan kristal gula dari larutan induknya.

Pengeringan dan pengemasan (stasiun pengeringan dan pengemasan) Mengeringkan gula SHS agar bebas dari air karena kristal gula SHS dari puteran SHS masih mempunyai kadar air yang tinggi. Terjadi juga proses pengemasan; sedang gula kasar dibawa ke peti leburan, dimana setelah dilebur larutan tersebut dibawa ke tangki sulfitasi II bercampur dengan nira kental

Proses pembuatan gula di PT. Candi Baru Sidoarjo menggunakan proses sulfitasi alkalis continue. Produknya adalah gula jenis SHS (Superoir Hooft Suiker) 1-A dengan hasil samping berupa tetes dan ampas. Adapun tahapan proses produksi dan tujuan dari tiap tahap meliputi : Pemerahan nira (stasiun gilingan) Tujuannya untuk memerah nira sebanyak-banyaknya dan menekan kehilangan gula dalam ampas seminimal mungkin; terjadi pemisahan antara ampas dengan nira pada batang tebu; tebu diterima di Crane yard untuk didaftarkan dan ditimbang dan selanjutnya diproses. Pemurnian (stasiun pemurnian) Untuk menghilangkan atau membuang bahan baku bukan gula yang terdapat pada nira mentah semaksimal mungkin tanpa menimbulkan banyak kerugian berupa kerusakan maupun kelihangan sukrosa; dalam proses penapis hampa dilakukan pemisahan antara blotong dan filtrat (nira tapis). Penguapan (stasiun penguapan) Untuk menghilangkan air yang terdapat dalam nira jernih hasil proses pemurnian sampai dicapai konsentrasi (% brix) tertentu, sebelum terbentuk kristal dengan menghindari kerusakankerusakan pada sacharosa. Kristalisasi (stasiun masakan) Terjadi proses kristalisasi untuk mengubah sakarosa yang terdapat pada nira kental dari stasiun penguapan menjadi kristal-kristal gula yang memenuhi syarat tertentu, yakni mempunyai ukuran dan keseragaman yang telah distandartkan. Proses kristalisasi pada PT. PG. Candi Baru ada 3 tahap (A-C-D). Masakan A gula SHS (produk utamanya). Masakan C & D untuk bibit. Pemisahan kristal (stasiun puteran) Untuk memisahkan kristal gula dari larutan induknya. Pengeringan dan pengemasan (stasiun pengeringan dan pengemasan) Mengeringkan gula SHS agar bebas dari air karena kristal gula SHS dari puteran SHS masih mempunyai kadar air yang tinggi. Terjadi juga proses pengemasan; sedang gula kasar dibawa ke peti leburan, dimana setelah dilebur larutan tersebut dibawa ke tangki sulfitasi II bercampur dengan nira kental

Proses Pembuatan Gula

http://www.candibaru.com/indeks.php?p=prosesproduksi

Wednesday, September 22, 2010


Sekilas Proses Pembuatan Gula Rafinasi Sekilas Proses Pembuatan Gula Rafinasi
Oleh Daniyanto

Secara umum proses pembuatan gula rafinasi dilakukan melalui beberapa tahapan proses sebagai

berikut: 1. Penanganan gula mentah (Raw sugar handling) 2. Affinasi (Affination) 3. Pemurnian (Purification) 4. Penghilangan warna (Decolourization) 5. Penguapan (Evaporation) 6. Masakan (Boiling) 7. Puteran (Sentrifugation) 8. Pengeringan (Drying) 9. Pengepakan dan Pengarungan (Packing and Bagging) Block diagram proses pembuatan gula rafinasi:

Posted by Gula Rafinasi at 12:32 AM

http://gularafinasi.blogspot.com/2010/09/sekilas-proses-pembuatan-gula-rafinasi.html

PROSES PEMBUATAN GULA ( SUGAR FACTORY PROCESS )


8.19.2008
PROSES PEMISAHAN NIRA DAN AMPAS Pabrik Gula di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem gilingan ( Mill Tandem ) sebagai berikut :

Three Roll Mill + fooding roll ( total 4 roll ) Fourth Roll Mill ( total 4 roll ) Three Roll Mill + pressure feeder ( total 5 roll ) Sixth Roll Mill ( total 6 roll )

Semua jenis sistem di atas bertujuan sama yaitu mendapatkan hasil pemerahan tebu yang semaksimal mungkin. Tetapi pada prinsipnya pemerahan utama terjadi pada tiga roll antara lain :

Rol depan (feeding roll) Rol atas (top roll) Rol belakang (bagasse roll)

Aliran proses yang terjadi di bagian Gilingan telah ditunjukkan pada bagan di atas. Komponen peralatan yang berperan antara lain : Unit Gilingan, merupakan peralatan utama terjadinya proses pemerahan. Macam mill tandem telah tersebut diatas. Turbin Uap ( steam turbine ), merupakan peralatan penggerak roll gilingan Intermediate Carrier ( IMC ), merupakan peralatan transfer ampas antar gilingan Bagasse Elevator ( BE ), merupakan peralatan transfer ampas hasil akhir gilingan dikirim sebagai bahan bakar boiler. Mekanisme kerja gilingan: Gilingan memerah nira dengan jalan memadatkan umpan (ampas). Rol pengumpan (feeding roll) akan mengatur tebu sedemikian rupa sehingga masuk ke bukaan depan (voor opening) dengan baik. Pada bukaan depan ampas mengalami pemerahan yang pertama. Selanjutnya ampas melewati ampas plate dan masuk ke bukaan belakang (bagasse opening) dan mengalami pemerahan yang kedua. Selanjutnya ampas akan mengalami proses pemerasan di beberapa unit gilingan dengan bukaan depan dan bukaan belakang unit gilingan berikutnya dibuat lebih kecil sebab sebagian nira sudah terperas di gilingan di depannya. Selama ampas dipadatkan maka timbul gaya reaksi dari ampas. Gaya reaksi ini menyebabkan rol gilingan atas (top roll) naik turun tergantung besarnya gaya. Proses naik turunnya rol gilingan atas (top roll) akan mengurangi kemampuan memerah nira pada bukaan depan maupun bukaan belakang. Untuk mengatasi hal tersebut tidak hanya menggunakan gaya berat dari rol gilingan atas saja, melainkan diperlukan gaya tambahan untuk menekan rol gilingan atas sehingga

pemadatan ampas dapat sesuai dengan yang direncanakan. Gaya tambahan yang dipakai merupakan suatu sistem tekanan hidrolik dari pompa hidrolik. Pada waktu gilingan bekerja diusahakan jangan sampai terjadi slip. Bila terjadi slip maka ampas yang akan digiling bertumpuk di muka roll gilingan sehingga terjadi slip. Sebaliknya, pengeluaran ampas pada gilingan juga harus lancar sebab kemacetan pengeluaran akan mengakibatkan ampas melimpah keluar gilingan. Alat bantu pada unit gilingan yaitu : Pompa hidrolik Menstabilkan gerakan rol gilingan. Pada top roll dilengkapi dengan alat hidrolik dengan tujuan untuk melawan rol gilingan atas pada saat ada beban dengan menambahkan tekanan, namun jika tekanannya melebihi tekanan optimum 2600 psi 3000 psi maka hidrolik akan pecah. Cara kerjanya menggunakan prinsip pompa piston. Pompa Pelumas Perputaran rol menyebabkan adanya gesekan yang dapat memicu terjadinya panas. Untuk mencegah timbulnya percikan api maka digunakan mesin pendingin pada tiap rol yang dipisahkan dengan bantalan luncur. Mekanisme proses pada stasiun gilingan Proses pengolahan tebu menjadi gula pada stasiun gilingan terbagi menjadi dua tahap yaitu : Perlakuan awal dengan memotong dan mencacah tebu. Menggiling cacahan tebu. Pada perlakuan awal dalam mencacah tebu dengan kapasitas tinggi maka diperlukan pisau tebu yang dapat dioperasikan pada kecepatan tinggi. Pisau tebu I cenderung dipasang dengan arah yang searah dan pisau tebu II dengan arah yang berlawanan. Setelah melewati pisau tebu, hasil potongan tebu melewati unigrator untuk menumbuk tebu hingga halus sehingga mempermudah proses penggilingan. Proses penggilingan tebu diawali dari pengumpanan serat tebu dari main carrier ke gilingan I melalui alat bantu donally chute. Pada gilingan I umpan masuk pada celah di antara roll depan dan roll atas (bukaan depan) setelah melewati feeding roll sebagai rol pengatur umpan, kemudian ampasnya terdorong ke celah antara roll atas dan roll belakang (bukaan belakang) melalui perantara ampas plate. Nira yang dihasilkan gilingan I disebut NPP (Nira Perahan Pertama) dan dialirkan ke penampung A. Jumlah penampung nira pada stasiun ini sebanyak 4 buah. Ampas tebu dari gilingan I dengan kekeringan 41% melalui alat bantu transportasi yaitu intermediate carrier I dialirkan ke gilingan II yang selanjutnya digiling pada gilingan II. Dalam pemerahan agar lebih efisien maka perlu ditambahkan nira imbibisi dari gilingan III. Nira yang terperah pada gilingan II kemudian dialirkan pada penampung A bercampur dengan nira perahan gilingan I dan dipompa ke saringan DSM untuk memisahkan nira yang masih terkontaminasi ampas dan kotoran. Nira hasil penyaringan selanjutnya dialirkan ke stasiun pemurnian. Pada saringan DSM ditambahkan susu kapur yang bertujuan untuk mempertahankan kenetralan pH nira mentah. Ampas tebu dari gilingan II dengan kekeringan 44% digiling oleh gilingan III dan ditambahkan nira imbibisi dari gilingan IV. Nira yang dihasilkan gilingan III ditampung pada penampung B dan dialirkan sebagai nira imbibisi menuju gilingan II. Ampas tebu dari gilingan III dengan kekeringan 47% digiling oleh gilingan IV dan ditambahkan

nira imbibisi dari gilingan V. Nira yang dihasilkan gilingan IV ditampung pada penampung C dan dialirkan menuju gilingan III sebagai nira imbibisi. Ampas tebu dari gilingan IV dengan kekeringan 50% digiling oleh gilingan V dan ditambahkan air imbibisi dengan temperatur 70 - 80derajat celcius yang dipompa dari stasiun penguapan. Nira yang dihasilkan gilingan V ditampung pada penampung D dan dialirkan sebagai nira imbibisi menuju gilingan IV. Ampas dari gilingan V dengan kekeringan 50% dibawa ke baggase silo separator melalui belt conveyor. Ampas halus dihembuskan ke mud mixer dengan menggunakan blower. Ampas dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap dimana uapnya digunakan untuk menggerakkan turbin gilingan. Pada tiap unit gilingan terjadi dua kali pemerahan nira. Pemerahan pertama dilakukan top roll (roll atas) dan voor roll (roll depan). Pemerahan kedua dilakukan top roll dan achter roll (roll belakang). Karena digunakan lima unit gilingan, maka diperoleh 10 kali pemerahan. Hasil pemerahan gilingan I merupakan yang terbanyak, kemudian makin ke belakang makin sedikit nira yang dihasilkan. Nira hasil perahan gilingan I dan II dicampur pada penampung A dan campuran ini disebut nira mentah. Selama proses penggilingan tersebut masih tetap dapat terjadi kehilangan gula atau sakarosa. Kehilangan gula ini kemungkinan disebabkan oleh :

masih adanya gula yang tidak dapat diperah dan tertinggal di dalam ampas. aktivitas mikroorganisme Leuconostoc kurangnya air imbibisi. banyaknya kebocoran pada talang nira. tekanan hidrolik yang rendah pada tiap gilingan mantel dari rol gilingan banyak yang pecah atau rompal sehingga nira tidak bisa terperah dengan baik. adanya sudut-sudut mati pada peti nira yang mengakibatkan berkurangnya sirkulasi.

Air Imbibisi Pemberian air maupun campuran nira pada ampas yang akan masuk gilingan II, III, IV, dan V disebut imbibisi. Tujuan pemberian imbibisi adalah untuk melarutkan kandungan gula (sukrosa) yang masih tertinggal dalam ampas secara maksimal tanpa memberatkan pada proses selanjutnya. Ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah mungkin karena apabila hal itu tercapai berarti proses pemerahan berjalan dengan baik. Ada dua sistem pemberian imbibisi, yaitu:

Imbibisi tunggal Pemberian air imbibisi dilakukan hanya pada ampas yang akan masuk pada unit gilingan terakhir. Imbibisi ganda Pemberian air imbibisi ditujukan pada lebih dari satu unit gilingan. Imbibisi ganda ini ada yang berupa double compound, triple compound, ataupun quadruple compound imbibisi.

Dalam penggunaan air imbibisi ada dua macam air imbibisi, yaitu imbibisi panas dan imbibisi dingin. Air imbibisi panas merupakan air imbibisi yang dipompakan ke gilingan V dengan suhu sekitar 70 - 80 derajat Celcius. Air imbibisi dingin merupakan air imbibisi yang berasal dari air sungai yang sudah dijernihkan dan bertemperatur 30 derajat Celcius. Keuntungan yang diperoleh dengan pemanfaatan air imbibisi panas pada proses penggilingan adalah :

larutan glukosa yang dapat diperah menjadi lebih banyak karena dapat lebih membuka pori-pori pada ampas. dapat menghambat aktivitas dan membunuh mikroorganisme perusak nira.

Sementara kerugian dari penggunaan air imbibisi panas adalah:


melarutkan zat-zat bergetah lilin (pektin) sehingga hasil perahan menjadi kurang bagus. pengoperasian dan pengontrolan lebih sulit karena adanya penguapan. kebutuhan air panas (energi) lebih besar.

Keuntungan yang diperoleh dengan pemanfaatan air imbibisi dingin pada proses penggilingan adalah :

tidak melarutkan zat-zat pengotor nira sehingga memudahkan proses pemurnian. tidak menyulitkan proses penggilingan karena jika temperatur tinggi dapat menyebabkan slip.

Sementara kerugian dari penggunaan air imbibisi panas adalah:


proses pelarutan gula dalam ampas kurang sempurna. mikroorganisme pengganggu masih aktif.

Diposkan oleh Ratmanto di 02:48 2 komentar Link ke posting ini

8.14.2008
TEBU MASUK PABRIK GULA Tahap Persiapan Bahan Pada tahap ini, tebu ( cane ) yang akan di giling dipersiapkan, baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan dan potensi kandungan gula ( rendemen ) di dalamnya. Sedang dari segi kuantitas, dilihat jumlahnya dengan ditimbang yang akhirnya menentukan jumlah gula yang akan dihasilkan. Dari segi kualitas, tebu ( cane ) yang baik adalah secara umum memenuhi 3 persyaratan, antara lain :

1. Manis, berarti tebu yang akan di giling harus memiliki kandungan gula ( rendemen ) yang mencukupi. Besarnya kandungan gula dipengaruhi oleh varietas, sistem tanam, iklim dan tingkat kemasakan pada saat tebang. 2. Bersih, berarti tebu yang akan di giling harus bersih dari kotoran, baik itu kotoran berupa tanah, daun atau akar yang terikut pada saat tebang.

3. Segar, berarti waktu yang diperlukan dari mulai tebu ditebang, masuk pabrik hingga di giling harus secepat mungkin. Karena semakin lama waktunya, kandungan gula dalam tebu juga semakin menurun. Cane preparation. Pada tahap ini tebu yang akan di giling dipersiapkan sehingga mempermudah proses pemisahan air tebu ( nira ) di bagian penggilingan.Peralatan utama ( machine ) yang digunakan pada tahap ini dalam proses produksi gula di Pabrik Gula akan diuraikan sebagai berikut.

Transfer / lifter machine, berfungsi untuk transfer tebu dari kendaraan pengangkutnya ( truck atau lori ). Sebagai alatnya ada beberapa jenis mesin yang digunakan di Pabrik Gula, antara lain MRC ( Mono Rail Crane ), OHC ( Over Head Crane ), truck dumper, cane tipler. Kapasitas masing - masing menyesuaikan kapasitas giling ( Mill Capasity ) dari PAbrik Gula, mulai dari SWL ( Safe Working Load ) 10 hingga 25 ton. Cane table, berfungsi untuk transfer dan mengatur jumlah tebu yang akan di giling. Beberapa komponen pada mesin ini, antara lain :

Rantai penggerak yang berfungsi mentransfer tebu menuju conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan transfer yang diinginkan. Sedangkan rantai yang dipakai adalah jenis rantai conveyor ( Conveyor chain ). Spesifikasi disesuaikan dengan mill capasity. Cane leveller yang berfungsi mengatur jumlah tebu yang masuk ke conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan putar yang diinginkan.

Cane Conveyor ( Cane Carrier ), berfungsi untuk mentransfer tebu menuju mesin giling ( milling machine ). Beberapa komponen ( part ) pada mesin ini antara lain :

Slate sebagai tempat jatuhan tebu dan menggerakkannya menuju milling machine. Rantai penggerak, berfungsi untuk menggerakkan slate. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik ( variable speed electric motor ) yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan transfer yang diinginkan. Sedangkan rantai yang dipakai adalah jenis rantai conveyor ( Conveyor chain ) dengan spesial attachment. Spesifikasi disesuaikan dengan mill capasity. Cane leveller yang berfungsi mengatur ketebalan tebu pada conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan putar yang diinginkan.

Cane Cutter ( cane knife ), berfungsi untuk memotong tebu yang masuk masih dalam bentuk batangan, menjadi potongan yang lebih kecil berukuran 10 - 15 cm. tujuannya untuk memperoleh luas permukaan pemerahan yang lebih besar sehingga air tebu ( nira ) dapat semaksimal mungkin terperah di mill station. Beberapa komponen ( part ) pada mesin ini antara lain :

Cane cutter ( pisau tebu ) terdiri dari, mata pisau ( cutting edge ), tangkai pisau ( disc ) dan disc holder. Bentuk ukuran dan jumlah disesuaikan dengan mill capasity Cane cutter driven dalam hal ini yang sering dipakai adalah steam turbine ( turbin uap ) merupakan penggerak dari cane cutter. Kapasitas turbin uap menyesuaikan kapasitas cane cutter.

Cane shreeder ( cane hammer / unigrator / heavy duty cane shreeder )berfungsi untuk mencacah potongan tebu menjadi serat potongan yang lebih kecil. tujuannya untuk memperoleh luas permukaan pemerahan yang lebih besar sehingga air tebu ( nira ) dapat semaksimal mungkin terperah di mill station. Beberapa komponen ( part ) pada mesin ini antara lain :

Cane shreeder terdiri dari, mata pisau ( hammer tip), tangkai pisau ( disc ) dan disc holder. Bentuk ukuran dan jumlah disesuaikan dengan mill capasity

Cane cutter driven dalam hal ini yang sering dipakai adalah steam turbine ( turbin uap ) merupakan penggerak dari cane cutter. Kapasitas turbin uap menyesuaikan kapasitas cane cutter.

Diposkan oleh Ratmanto di 01:34 1 komentar Link ke posting ini GULA DIOLAH BUKAN DI BUAT

Dalam proses pembuatan gula membutuhkan sumber daya seperti material, energi, tenaga kerja, informasi serta mesin dan peralatan yang terkoordinasi. Peran utama sumber daya mesin dan peralatan yaitu membantu proses produksi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas khususnya pada proses penggilingan di pabrik gula dalam mencapai target produksi. Proses penggilingan merupakan faktor terpenting dalam penentuan efisiensi proses produksi karena menunjukkan banyaknya nira dalam tebu yang terekstraksi untuk diproses menjadi gula pasir. Kondisi proses penggilingan yang efisien ditunjukkan dengan makin banyak nira yang terekstraksi maka makin banyak pula gula pasir yang diproduksi. Proses produksi sangat dipengaruhi oleh sumber daya mesin dan peralatan yang berperan vital sebagai fasilitator terselenggaranya proses pengolahan. Oleh karena itu keandalan dari mesin dan peralatan harus terjaga dengan baik, terutama mesin dan peralatan pada stasiun giling. Menurut Hajek (1988), yang erat hubungannya dengan parameter keandalan adalah faktor pemeliharaan/perawatan, ketersediaan, dan keefektifan. Produksi gula khususnya gula pasir pada pabrik-pabrik gula di Indonesia menggunakan tanaman tebu sebagai bahan baku. Garis besar proses pembuatan gula mulai dari bahan baku tebu sampai menjadi gula kristal terdiri dari lima tahapan proses, yaitu :

Proses pemerahan tebu menjadi nira di bagian / Stasiun Gilingan ( Mill Station ). Proses pengendapan kotoran dari nira di Stasiun Pemurnian ( Purification Station ). Proses pemekatan nira encer menjadi nira jernih di Stasiun Penguapan ( Evaporation Station ). Proses Kristalisasi gula di Stasiun Masakan ( Boiling Station ). Proses Pemisahan kristal gula dari tetes di Stasiun Puteran ( Cetrifuge Station )

Diposkan oleh Ratmanto di 00:49 0 komentar Link ke posting ini

8.06.2008
TANTANGAN INDUSTRI GULA Pabrik Gula akhir - akhir ini menjadi sorotan, bukan karena teknologinya melainkan hal - hal lain diluar itu. Apakah soal harga gula, persaingan harga dengan gula import, gula rafinasi yang berbondongbondong membanjiri pasaran yang menyebabkan harga gula anjlok. Jika ditelaah secara mendalam mungkin hal itu disebabkan oleh kita sendiri, para pengawal industri gula. Oleh karena itu perlu secepatnya dicari solusinya Perlu disadari bersama, teknologi di Pabrik Gula sangat kompleks. Kalo diibaratkan semua disiplin ilmu bisa bermanfaat. KArena itu patut kiranya mulai digunakan teknologi-teknologi terbaru untuk lebih memajukannya. Diposkan oleh Ratmanto di 05:35 0 komentar Link ke posting ini

Posting Perdana Hallo Indonesia Hallo para engineer Indonesia Hallo para engineer Pabrik Gula di seluruh Indonesia Ilmu bisa dikatakan sempurna, jika bermanfaat bagi banyak orang. Ilmu yang disimpan rapi didalam pikiran tak ubahnya seperti buku yang usang teronggok di gudang yang dilirikpun tidak. Mari kita bersama - sama berbagi ilmu demi kemajuan teknologi kita. Aku yakin masih banyak ilmu yang bisa tertuang, bagaikan satu titik air di kubangan air di danau toba. Sayang memang kalo dilewatkan sia-sia . Saya berharap sekarang dan dikemudian hari, blog ini bisa menjadi tempat dan ajang berbagi informasi, ilmu, ide mengenai segala hal mengenai teknologi yang sedang dan akan dipakai di proses pengolahan gula. Segala komentar, kritik, saran, ide sangat saya butuhkan untuk pelengkap blog ini. Dengan demikian bersama bisa diwujudkan cita-cita bersama Indonesia berswasembada gula dan target akhir bisa bersaing dengan pabrik gula di dunia. Terimakasih Diposkan oleh Ratmanto di 05:28 1 komentar Link ke posting ini Beranda

http://favetech.blogspot.com/ ned

Proses Produksi Gula Pasir


Posted by volcano-distro | Label: Pengetahuan | 0 komentar

Proses Produksi Gula Pasir

Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya di gunakan kalsium oksida) untuk menghilangkan ketidak kemurnian, campuran tersebut kemudian dimurnikan dengan belerang dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses kristalisasi. MESIN PENGOLAH:

Penimbangan Penimbangan di sini dimaksudkan untuk mengetahui berat tebu yang akan digunakan dalam proses pembuatan gula, hal ini berkaitan dengan berapa banyak gula yang dihasilkan nantinya. Bahan baku tebu yang diangkut dari kebun dengan truk, sesampai di pabrik akan ditimbang dan dipindahkan ke lori (kereta pengangkut tebu) menuju meja tebu sebagai tempat dimulainya perlakuan pendahuluan pengolahan gula kristal. Penggilingan Penggilingan dimaksudkan untuk mengambil nira mentah dari batang tebu dan memisahkannya dari ampas. Alat penggilingan disusun seri dengan jumlah alat penggilingan 4-5 unit. Saat penggilingan diberikan air imbibisi untuk mengurangi kehilangan gula dalam ampas, akibat dari kurang sempurnanya daya perah unit gilingan. Pemurnian Tujuan pemurnian adalah membuang sebanyak-banyaknya zat bukan gula dan mengusahakan agar kerusakan gula akibat perlakuan proses pabrikasi minimal. Pemurnian dengan susu kapur dilakukan dalam peti defecator (bejana yang berfungsi untuk mencampurkan susu kapur dengan nira mentah) dengan pH 10 Penguapan Tujuan penguapan adalah untuk memekatkan nira encer sehingga diperoleh nira dengan kepekatan yang diharapkan. Di dalam badan penguapan secara seri, persen brix nira dari badan pertama ke badan penguapan selanjutnya akan semakin meningkat, maka titik didih dibuat rendah dengan tekanan hampa agar komponen nira tidak rusak.

Pengkristalan Pengkristalan bertujuan untuk memisahkan sakarosa dari larutannya dengan cara mengkristalkan molekul-molekul sakarosa dalam pan kristalisasi dan diusahakan hasil kristalisasi yang memenuhi syarat yang dikehendaki. Pemutaran Pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal dengan larutannya (stroop) menggunakan proses sentrifugasi dalam saringan sehingga massa akan terlempar. Saat pemutaran sesekali diberikan air siraman untuk mempermudah pemisahan kristal gula dengan larutannya ). Pengeringan, Pendinginan dan Penyaringan Fungsi dari pengeringan ini adalah untuk menguapkan kadar air pada bahan sehingga memudahkan proses selanjutnya. Pengeringan dilakukan dalam tabung getar, di mana gula akan melompat-lompat sehingga mempercepat pengeringan karena seluruh kristal terkena hembusan udara panas dari pengering gula. Pendinginan berfungsi agar gula menjadi dingin setelah melalui proses pengeringan karena telah dilewati panas. Pendinginan gula dikerjakan dengan menghembuskan udara dingin sampai suhu gula sama dengan suhu gudang. Setelah dingin dan kering, gula disaring untuk memisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula produk. Fungsi dari penyaringan ini supaya didapatkan bentuk gula yang diinginkan. Gula halus dan gula kasar akan dilebur kembali, sedangkan gula produk ditimbang dan dikemas. Pengemasan Pengemasan berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap produk dari segala macam kerusakan yang terjadi baik untuk produk pangan maupun produk non pangan. Gula produk ditimbang dengan timbangan curah dengan skala yang sudah diatur untuk berat bersihnya dan langsung masuk ke karung dan dijahit secara otomatis. Selanjutnya gula produk dibawa ke gudang yang memenuhi syarat untuk disimpan dan didistribusikan ke konsumen. http://markerinfo.blogspot.com/2010/05/proses-produksi-gula-pasir-untuk.html
Tentang tanaman tebu Wednesday, May 19, 2010 by Mr. Andry Labels: Serba-serbi

Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press)

di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Tebu (Sacharum officinarum) adalah termasuk keluarga Graminae atau rumput-rumputan dan berkembang biak di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Tebu cocok pada yang mempunyai ketinggian tanah 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut.

Tebu yang tumbuh di lebih dari 200 negara, India adalah terbesar kedua produsen gula sedangkan penghasil terbesarnya adalah Brasil. Di negera Negara Karibia tebu diolah menjadi Falernum dan dipergunakan sebagai bahan campuran cocktail. Manfaat tebu : 1. Meredakan Jantung Berdebar Bahan: 3 genggam akar tebu hitam; Cara membuat: dicuci dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas; Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari. 2. Sakit Panas Bahan: tebu hitam secukupnya; Cara membuat: diperas untuk diambil airnya Cara menggunakan: diminum. 3. Batuk Bahan: 3-5 ruas tebu hitarn; Cara membuat: disesap dan diminum aimya. Cara menggunakan: dibakar, kemudian dikupas dan diperas untuk diambil aimya.

http://mr-andry.blogspot.com/2010/05/tentang-tanaman-tebu.html

PROSES PEMBUATAN GULA PASIR (KRISTAL) DARI TEBU

Persiapan bahan baku pembuatan gula tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumput-rumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa kepabrik untuk diproses menjadi gula. Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen. Ekstraksi Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai abu. Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming) Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan

liming. Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih. Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

Penguapan (Evaporasi) Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi). Pendidihan/ KristalisasiPada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan. Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%. Penyimpanan Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna. Afinasi (Affination) Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi. Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikelpartikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses. Karbonatasi Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisikondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi

tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas. Penghilangan warna Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi. Pendidihan Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

http://mialkhoiriyah.blogspot.com/2011/01/proses-pembuatan-gula-pasir-kristal.html

PROSES KRISTALISASI GULA


Posted on Mei 8, 2010 by Syamsul Amarudin

Very Poor

Salah satu langkah dalam proses pembuatan gula adalah kristalisasi. Proses kristalisasii merupakan salah satu pekerjaan proses agar mendapatkan bahan murni yang berupa gula kristal yang berwarna putih, berbentuk padat, sehingga gula dapat terpisah dari larutan induknya dalam bentuk kristal. Sebagai hasil dari proses kristalisasi tersebut dihasilkan suatu magma yang terdiri atas larutan induk dan kristal gula. Campuran dari larutan induk dan kristal tersebut biasanya disebut masakan atau dalam bahasa Perancis disebut massecuite, yang berarti massa, dan cuite berarti diproses atau dimasak. Proses kristalisasi terjadi di dalam suatu pan masak, yang proses kerjanya dilakukan pada suasana atau kondisi vakum (hampa udara). Disamping itu, proses kristalisasi dilakukan secara single efek (badan tunggal), jadi berbeda dengan kegiatan dalam pan penguapan yang dilakukan secara multiple effect (badan rangkap, > 1 badan). Proses kristalisasi dilakukan pada kondisi vakum untuk mencegah kerusakan dari nira. Bahan Dasar Proses Kristalisasi Dalam proses pembuatan gula, yang dimulai dari pemerahan tebu menghasilkan nira mentah, kemudian dengan pemurnian untuk menghilangkan kotoran dan penguapan untuk menguapkan air maka akan diperoleh nira kental. Nira kental ini adalah bahan baku utama dalam proses

kristalisasi. Dari rangkaian proses sebelumnya nira masih mengandung kotoran dan kadar air. Di proses kristalisasi ini kadar kotoran dan air yang ada dalam nira akan dihilangkan. Di nira kental masih terkandung kotoran sebesar 15 20 % zat terlarut, sedangkan kadar airnya 35 40 % (memiliki brix 60 65). Nira kental sebagian besar mempunyai brix sebesar 60 65 % dengan tujuan supaya larutan tersebut mendekati konsentrasi jenuhnya. Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Kristalisasi Pelbagai faktor yang dipandang dapat mempengaruhi proses pemasakan atau proses kristalisasi, a.l. suhu, vakum, proses penguapan sebelumya, kerataan kristal, kadungan kotoran dalam larutan, viskositas larutan dan pencampuran atau sirkulasi larutan. Langkah-langkah proses kristalisasi adalah sebagai berikut :

a. Menarik larutan dan pemekatan

Bahan dasar yang akan dikristalkan dipanaskan sampai mendekati suhu masak, selanjutnya pemekatan dimulai. Dengan demikian koefisien kejenuhannya berangsurangsur meningkat. Pada keadaan lewat jenuh akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Proses kristalisasi dijaga pada suhu rendah karena molekul sukrosa akan mudah rusak pada suhu tinggi, oleh karena itu digunakan vakum. Pemekatan tidak boleh melewati daerah metastabil, karena akan terjadi inti baru berupa kristal-kristal halus. b. Membuat bibitan v Pembuatan bibit dengan cara serentak (spontan) - Larutan diuapkan sampai berada pada daerah goyah (A) - Bila akan mulai memasak larutan dialihkan ke daerah metastabil dengan menaikkan suhu. (B) - Apabila kristal yang terbentuk kurang maka larutan diarahkan ke daerah goyah lagi (C) - Bila inti kristal telah cukup maka ditarik bahan masak lagi, kemudian menurunkan vakum agar kembali ke daearah metastabil. (D) v Pembuatan bibit dengan cara kejutan (shock seeding) - Larutan gula dikentalkan sampai daerah intermediate kemudian dimasukkan gula halus. - Bila kristal telah terbentuk dan terlihat besar kristal merata maka dikembalikan lagi ke daerah metastabil. v Pembuatan bibit dengan cara pemberian inti penuh (full seeding) Pada cara ini dengan menggunakan bibit (seeding) yang sudah jadi dan dimasukkan pada daearah metastabil. Untuk bahan bibitan sistem ini bisa menggunakan fondan atau FCS (Fine Crystal Seed). b. Membesarkan Inti Kristal. Pada langkah pembesaran kristal diusahakan untuk menempelkan sebanyak mungkin molekul sukrosa pada kristal yang telah jadi dalam waktu yang singkat. c. Merapatkan Inti Kristal

Apabila pembesaran dirasa telah cukup dengan kristal yang kuat, maka selanjutnya adalah merapatkan inti kristal. Tujuannya adalah supaya jarak antara kristal yang satu dengan yang lain berdekatan sehingga kecepatan kristalisasi tidak berkurang. d. Menurunkan masakan Masakan yang sudah tua akan diturunkan kedalam palung pendingin. Fungsi palung pendingin adalah untuk mendinginkan masakan dan juga untuk kristalisasi lanjut. Pada dasarnya masakan boleh diakhiri dan diturunkan kedalampalung pendingin apabila : - Brix masakan sudah tinggi, artinya masakan sudah tua. Dan perlu dimengerti bahwa tuanya masakan bukan hanya karena hampir habis airnya, tetapi masakan harus banyak mengandung pasir. Jika tidak banyak pasirnya maka sewaktu masakan tadi berada di dalam palung pendingin (trog), kemungkinan sangat besar akan rusak atau menjadi kotor. Akibatnya masakan lalu sukar diputar. Jika masakan sukar diputar, biasanya terpaksa diencerkan atau di cuci, sehingga strop yang diperoleh banyak, sedang gula pasirnya menjadi berkurang. - Karena itu masakan sewaktu turun harus dalam keadaan tua karena banyak mengandung pasir keras. Tanda-tandanya adalah masakan harus poro, tidak terasa ngayiyat (tidak seperti berlendir tidak licin), kalau ditekan dengan jari terasa pasir. Untuk masakan D kecuali tanda-tanda tersebut, kalau dilemparkan ( ke dinding pan misalnya), tidak mudah menjadi gepeng dan keras. Sumber : http://www.risvank.com/ http://sweetcandyind.wordpress.com/2010/05/08/proses-kristalisasi-gula/

Libur Asyik Berkunjung PG Toelangan


06Jul2010 Posted by Cempluk at 7/06/2010 10:10:00 AM Labels: wisata

Pabrik gula Tulangan, atau disingkat PG Toelangan (ejaan jaman dahulu kala) berdiri pada tahun 1850. PG Toelangan berada di kecamatan tulangan, kota Sidoarjo, propinsi Jawa Timur, Indonesia itu merupakan salah satu pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara X. Hari minggu yang lalu (4/7/2010),saya mendapatkan momen istimewa untuk bisa masuk ke dalam pabrik gula Toelangan. Om Pri menawarkan pada kami untuk melihat proses mulai dari bahan baku tebu yang disetor para petani sampai menjadi gula.Dalam proses awal inilah seharusnya para petani sdh mensortir kualitas tebu yang dikirim ke pabrik antara lain : bersih dari daun daun dan akar akar tebu

- batang tidak termasuk pucuk tebu yang berwarna hijau daun karena batang ini tidak berasa manis. Selain akan mempengaruhi warna cairan gula,juga pengaruh rasa gula dan proses penghancuran batang tebu jadi terhambat. Sebaiknya petani menjadi sumber pertama yang mensortir mutu batang tebu sebelum dikirim ke pabrik.

Proses pengolahan tebu menjadi gula pasir membutuhkan alur proses yang panjang, dan membutuhkan pengawasan hati - hati oleh para pegawai yang bertugas. Apabila terdapat satu proses saja yang bermasalah, maka seluruh rangkaian pengolahan menjadi bermasalah pula. Proses secara sederhananya seperti ini : dimulai dari memasukkan bahan baku, yakni tebu ke dalam mesin pembersihan dan pemotongan tebu, kemudian dilakukan proses pembersihan lagi. Pada proses pemerasan tebu tidak serta merta mengeluarkan air tebu murni, masih terdapat kotoran berupa tanah dan bagian tanaman tebu yang melekat, sehingga proses pemilahan air tebu memerlukan beberapa tahapan proses lagi. Seluruh rangkaian proses mengolah tebu menjadi gula pasir pada mesin - mesin di PG Toelangan masih menggunakan mesin buatan negeri Belanda tahun 1919, 1940, dan 1928. Bahkan bangunan pun masih asli arsitektur negeri Belanda. "Hmm..kokoh sekali yah buatan dari Belanda ini", gumamku. Selepas memilah air tebu maka dilakukan pengadukan pada bak penampung besar, dimana pada proses ini juga dimasukkan beberapa zat kimia tak berbahaya untuk bisa menghasilkan gula pasir berkualitas. Pengecekan kekristalan gula juga dilakukan oleh pegawai. Berdasarkan penuturan om Pri, bahwa di PG Toelangan merupakan pabrik gula paling tradisional dari seluruh pabrik gula yang ada di Jawa Timur. Permasalahan tidak hanya proses yang berhubungan dengan mesin dan pegawai yang bekerja pada PG Toelangan. Hampir setiap saat, demonstrasi petani tebu yang mengeluhkan rendahnya daya beli bahan baku dari PG Toelangan selalu ada di kantor PG Toelangan, bahkan demonstrasi terjadi dari para pegawai sendiri yang menuntut kenaikan gaji. Perlu diketahui juga bahwa PG Toelangan adalah pabrik yang bergerak dalam bidang jasa, dimana pendapatan perusahaan yang diterima berasal dari pemrosesan mesin bukan berasal dari pembuatan produk. Input berupa bahan baku berasal dari para petani dan output berupa gula pasir nantinya akan diambil dan dijual oleh para investor. Sedangkan PG Toelangan memperoleh pembayaran jasa pemrosesan dari penjualan tersebut.

Liburan sekolah akan bernilai positif dan bermanfaat bila digunakan untuk berekreasi sembari belajar, salah satunya di PG Toelangan ini kawan. Jadi, tak ada salahnya bila rekan - rekan pembaca budiman meluangkan waktu bersama keluarga/sahabat tuk mengunjungi PG Toelangan.

http://andibagus.blogspot.com/2010/07/libur-asyik-berkunjung-pg-toelangan.html

Senin, 19 Juli 2010


INDUSTRI GULA TEBU INDUSTRI GULA DARI TEBU

Diagram alir proses pengolahan gula dari tebu Penjelasan proses : I.STASIUN PENGGILAN 1.Proses dimulai dari gambar kanan atas (truck pengangkut tebu), tebu dari Truck pengangkut di pindahkan ke meja tebu 2.Tebu Dari meja tebu dipindahkan Cane Cutter (Pemotong tebu), peralatan yang Sejenis dengan Cane Cutter adalah Unigrator . setelah sampai di alat ini tebu dipotong dan dihancurkan menjadi potongan kecil-kecil. 3.Potongan tebu yang sudah kecil tersebut di masukkan ke Gilingan(umumnya tersusun dalam 4 set gilingan, masing-masing set terdiri dari 3 silinder baja dengan diameter 1 meter. Potongan tebu dari Cane Cutter di masukan ke : a.Gilingan I potongan tebu diperas menghasilkan nira I dan ampas I b.Gilingan II ampas I diperas menghasilkan nira II dan ampas II (ampas I pada umumnya ditambahkan air imbibisi berupa air panas yang berfungsi untuk membantu pelarutan gula yang ada dalam ampas ) c.Gilingan III ampas II (ditambahkan air imbibisi) diperas menghasilkan nira III dan ampas III d.Gilingan IV ampas III (ditambahkan air imbibisi) diperas menghasilkan nira IV dan ampas IV karena kadar gula sudah kecil, biasanya ampas ini digunakan sebagai bahan bakar boiler/ketel atau dijual ke pabrik kertas sebagai bahan baku kertas) Perjalanan nira : a.Peti nira mentah: Nira I dan nira II di campur tangki (Peti nira mentah) Dihilangkan kotoran kasar seperti pasir (penyaring pasir) dilakukan penimbangan untuk mengendalikan kapasitas produksi ditampnung dalam bak nira mentah sebagai nira mentah b.Pompa : Nira mentah dipompa ke Pan Pemanasan

II.STASIUN PEMURNIAN Pada stasiun pemurnian nira mengalami proses melewati alat alat seperti Pan Pemanas, defikator,sulfitator, expander, door Clarifier, rotary vacuum filter dan lain lain. Proses yang dialami dapat ditampilkan sebagai berikut : 1.Pan Pemanas I Nira mentah dari stasiun gilingan dipanaskan pada suhu 70oC, dilanjutkan proses pemurnian. 2.Defikator Nira yang sudah dipanaskan + susu kapur (CaCO3, H2O)dimasukkan ke defikator(PH =9,5), untuk mengendapkan kotoran-kotoran dalam nira yang dapat membentuk endapan dengan Ca++ dan CO3-2 , nira diteruskan sulfitator. 3.Sulfitator Nira dari defikator di reaksikan dengan SO2, SO3 dalam sulfitator(PH = 7,0-7,2), untuk mengendapkan kotoran-kotoran yang dapat mengendap dengan dalam sulfat dan sulfit, nira diteruskan ke Pan pemanas II untuk mendapatkan suhu yang lebih tinggi. 4.Pan pemanas II Nira pada Pan Pemanas II dipanaskan sampai 100-105oC, nira dipompa ke atas sampai ke expander 5.Expander Pada expander ini nira ditambahkan flokulan untuk memperbesar endapan kotoran yang sudah bentuk, expander mencampur flokulan dan nira serta menyebarkannya ke door Clarifier. 6.Door Clarifier Kotoran nira yang masuk dalam door Clarifier membentuk gumpalan besar yang turun ke dasar door clarifier yang mulai terpisah dari nira bersih, karena perbedaan berat jenis dan gravitasi terjadi pemisahan campuran: a.Bagian endapan (gumpalan ) akan turun ke dasar Door Clarifier, selanjut endapan / gumpalan ini (nira kotor) di teruskan ke Rotary Vacum Filter. b.Bagian yang bersih berada di bagian atas, nira bersih ini langsung diteruskan ke stasiun penguapan 7.Rotary vacuum filter (DSM screen) Nira kotor dari door Clarifier di saring menghasilkan : a.Blotong, di endapan padat yang kadang masih dimanfaatkan petani sebagai pupuk b.nira bersih, dilanjutkan ke stasiun penguapan III.STASIUN PENGUAPAN Nira bersih (dari door Clarifier dan Rotary Vacum filter) mengalami prose sebagai berikut: a.Pan Penguapan dipekatkan /diuapkan airnya di Pan Penguapan (evaporator bertingkat ) yang dioperasikan pada kondisi vakum sampai nira hampir jenuh atau sering disebut nirkental. b.Pan Masak Nira kental dari pan penguapan dilanjutkan ke Pan masak (kristalisator) yang juga beroprasi dan kondidisi vakum sampai terjadi kristal , untuk membantu pembentukan Kristal yang sempurna dibantu dengan pendinginan menggunakan palung pendingin IV.STASIUN PUTERAN (Centrifuge)

Pada bagian akhir dari pengolahan gula ini terdiri dari beberapa tahap meliputi a.Centrifugasi, memisahkan Kristal gula dan tetes. Centrifugasi dapat diguanakan yang otomatis maupun yang manual, namun sering kali dijumpai masih digunakan gabungan keduanya. Kristal gula dilanjutkan ke proses berikutnya sedangkan tetes yang dihasilkan masih laku untuk dijual sebagai bahan baku MSG (mono sodium glutamate, alcohol , kecap dan lain-lain) pengeringan b.Pengeringan, untuk menjaga kualias gula sangat diperlukan proses pengeringan ini , pada umumnya untuk pengeringan gula dari tebu ini menggunakan talang goyang c.Pengepakan, setelah gula kering siap dikemas dan dipasarkan Diposkan oleh Sugianto di Senin, Juli 19, 2010 Label: CHEMICAL TECHNOLOGY

http://sugianto-industri.blogspot.com/2010/07/industri-gula-tebu.html

REMBANG, 8/10 - PRODUKSI GULA. Sejumlah pekerja melakukan proses pengolahan gula, di Pabrik Gula Mini Pamotan, di Desa Bangunrejo, Pamotan, Kabupaten Rembang, Jateng, Kamis (8/10). Pabrik gula yang saat ini telah menggunakan mesin dan teknologi dalam negeri sebesar 75 persen itu mampu memproduksi gula pasir sebanyak 3 ton per hari. FOTO ANTARA/R. Rekotomo/pd/09 http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1255008505/produksi-gula

Gula

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari

Kristal Gula yang sudah dimurnikan. Artikel ini berhubungan dengan gula sebagai makanan dan komoditi perdagangan. Untuk pengertian lainnya, silakan lihat Gula (disambiguasi).

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.

Daftar isi
1 Gula sebagai komoditi 2 Sejarah singkat pergulaan di Indonesia 3 Macam-macam gula o 3.1 Gula merah o 3.2 Gula tebu o 3.3 Gula bit 4 Rujukan 5 Lihat pula 6 Pranala luar

[sunting] Gula sebagai komoditi


Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun

dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan). Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Hindia-Belanda (sekarang Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin, negara-negara Karibia, dan negara-negara Asia Timur. Lain halnya dengan bit, gula bit diproduksi di tempat dengan iklim yang lebih sejuk, Eropa Barat Laut dan Timur, Jepang utara, dan beberapa daerah di Amerika Serikat, musim penumbuhan bit berakhir pada pemanenannya di bulan September. Pemanenan dan pemrosesan berlanjut sampai Maret di beberapa kasus. Lamanya pemanen dan pemrosesan dipengaruhi dari ketersediaan tumbuhan, dan cuaca. Bit yang telah dipanen dapat disimpan untuk di proses lebih lanjut, namum bit yang membeku tidak bisa lagi diproses. Pengimpor gula terbesar adalah Uni Eropa. Peraturan pertanian di EU menetapkan kuota maksimum produksi dari setiap anggota sesuai dengan permintaan, penawaran, dan harga. Sebagian dari gula ini adalah gula "kuota" dari industry levies, sisanya adalah gula "kuota c" yang dijual pada harga pasar tanpa subsidi. Subsidi-subsidi tersebut dan pajak impor yang tinggi membuat negara lain susah untuk mengekspor ke negara negara UE, atau bersaing dengannya di pasar dunia. Amerika Serikat menetapkan harga gula tinggi untuk mendukung pembuatnya, hal ini mempunyai efek samping namun, banyak para konsumen beralih ke sirup jagung (pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat permen) Pasar gula juga diserang oleh harga sirup glukosa yang murah. Sirup tersebut di produksi dari jagung (maizena), Dengan mengkombinasikannya dengan pemanis buatan pembuat minuman dapat memproduksi barang dengan harga yang sangat murah.

[sunting] Sejarah singkat pergulaan di Indonesia


Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur. Ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur. Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun[1]. Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93 pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik aktif. Tahun 1950-an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi eksportir netto. Pada tahun 1957 semua

pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah sangat meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia kembali menjadi importir gula. Macetnya riset pergulaan, pabrik-pabrik gula di Jawa yang ketinggalan teknologi, tingginya tingkat konsumsi (termasuk untuk industri minuman ringan), serta kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu di luar Jawa menjadi penyebab sulitnya swasembada gula[1]. Pada tahun 2002 dicanangkan target Swasembada Gula 2007[2]. Untuk mendukungnya dibentuk Dewan Gula Indonesia pada tahun 2003 (berdasarkan Kepres RI no. 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia)[3]. Target ini kemudian diundur terus-menerus[2].

[sunting] Macam-macam gula


[sunting] Gula merah Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gula merah

Gula merah atau gula Jawa biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Gula merah yang dipasarkan dalam bentuk bubuk curah disebut sebagai gula semut.
[sunting] Gula tebu

Gula tebu kebanyakan dipasarkan dalam bentuk gula kristal curah. Pertama tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya menggunakan kalsium oksida) untuk menghilangkan ketidakkemurnian, campuran tersebut kemudian diputihkan dengan belerang dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses kristalisasi. Gula batu adalah gula tebu yang tidak melalui tahap kristalisasi. Gula kotak/blok adalah gula kristal lembut yang dipres dalam bentuk dadu. Gula mentah (raw sugar) adalah gula kristal yang dibuat tanpa melalui proses pemutihan dengan belerang. Warnanya agak kecoklatan karena masih mengandung molase.

[sunting] Gula bit

Setelah dicuci, bit kemudian di potong potong dan gulanya kemudian di ekstraksi dengan air panas pada sebuah diffuse. Pemurnian kemudian ditangani dengan menambahkan larutan kalsium oksida dan karbon dioksida. Setelah penyaringan campuran yang terbentuk lalu dididihkan hingga kandungan air yang tersisa hanya tinggal 30% saja. Gula kemudian diekstraksi dengan kristalisasi terkontrol. Kristal gula pertama tama dipisahkan dengan mesin sentrifugal

dan cairan yang tersisa digunakan untuk tambahan pada proses kristalisasi selanjutnya. Ampas yang tersisa (dimana sudah tidak bisa lagi diambil gula darinya) digunakan untuk makanan ternak dan dengan itu terbentuklah gula putih yang kemudian disaring ke dalam tingkat kualitas tertentu untuk kemudian dijual.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gula

Proses Produksi Gula


Tebu adalah bahan baku utama untuk proses produksi di pabrik gula yang akan menghasilkan produk utama yaitu Gula Kristal Putih (GKP) dan tetes. Disamping itu proses pengolahan tebu ini juga memproduksi ampas tebu, selain itu juga menghasilkan limbah yang bisa dimanfaatkan seperti blotong, abu boiler dan lain-lain. Parameter yang digunakan untuk menunjukkan mutu gula antara lain : NIlai Remisi Direduksi (NRD), Warna Icumsa (IU), Besar Jenis Butir (BJB), Kadar Air dan Pol pada suhu 20o C. Sedangkan faktor yang menentukan mutu gula adalah kondisi dan mutu tebu yang akan diolah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi biaya pengolahan tebu, diantaranya adalah : a. Kapasitas giling yang sesuai dengan design capacity, sehingga jumlah hari giling sesuai dengan rencana. b. Kehilangan gula selama proses pengolahan baik secara chemis, mekanis maupun kehilangan tak diketahui seperti pada ampas, blotong dan tetes. c. Biaya penggunaan utilitas seperti uap air, listrik, air dan udara bertekanan harus sesuai kebutuhan d. Tingkat kerusakan peralatan yang berpengaruh pada biaya pemeliharaan disamping hal tersebut juga berimbas pada proses pembuatan gula pasir Pabrik gula di lingkungan PT PG Rajawali I menggunakan sistem proses sulfitasi untuk mengolah gula. Secara umum proses produksi di pabrik gula dibagi menjadi : 1. Emplasement 2. Stasiun Ketel (Boiler) 3. Stasiun Listrik / Sentral 4. Stasiun Gilingan 5. Stasiun Pemurnian 6. Stasiun Penguapan 7. Stasiun Masakan 8. Stasiun Puteran 9. Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan 10. Unit Pengolah Limbah (UPL) Masing-masing stasiun atau unit ini mempunyai fungsi dan tugas tersendiri, namun tetap merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga harus dipahami berbagai aspek operasionalnya, termasuk pengendalian dan pengawasan prosesnya.

http://www.pgrajawali1.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=42&Itemid=1

PROSES GULA DI PABRIK GULA MINI - Document Transcript


1. 2. Proses Pembuatan Gula Putih Pabrik Gula Mini Berbahan baku tebu Teknologi Masakan hampa 1 DESKRIPSI PROSES PROSES PEMBUATAN GULA TEBU Flow Proses BAGAN ALIR PROSES PGM tebu INTEGRATE ETHANOL TEBU PEMERAHAN PROSES AMPAS NIRA INPUT/OUTPUT PEMURNIAN PRODUK BLOTONG NIRA JERNIH lumayan PENGUAPAN dapat gula bisa AIR SYRUP sampai 7,5 ton ditambah ethanol 1000 liter MASAKAN A AIR CUITE A KRISTALISER A PEMISAHAN SYRUP A GULA A MASAKAN D AIR CUITE D KRISTALISER D ETHANOL PEMISAHAN GAS CO2 ETHANOL PLAN TETES GULA D VINASE 2 Illustrasi neraca masa 1.000 KG TEBU BX>20 EXTRAKSI 650 KG 350 KG NIRA KASAR AMPAS BX>20 MC > 50% PEMURNIAN 30 KG 620 KG BLOTONG NIRA JERNIH MC > 60% BX>20 PENGENTAL HAMPA 414 KG 206 KG AIR DIUAPKAN SYRUP KENTAL BX 0 BX> 60 MASAKAN & KRISTALISASI 130 KG MASSECUITE BX>90 PEMISAHAN 54.6 KG 61.5 KG 61.75KG GULA CETAK PENGENTAL STROOP A GULA PUTIH MC APP 10% HAMPA BX>80 POL>97 eff 90% Catatan: Dari gambaran diatas terlihat bahwa rendemen ditentukan oleh kwalitas bahan olah/kwalitas tebu, baik brix dalam batang tebu maupun varitas tebu, makin banyak kandungan serat dalam

3.

4.

5.

6.

7.

8.

batang tebu berarti makin sedikit bagian nira yang bisa diperah begitu pula makin rendah brix tebu berarti bagian padatan dalam nira makin rendah yang pada akhirnya mempengaruhi rendemen yang dihasilkan. 3 Module Penerimaan Tebu. Pengangkutan tebu dari ladang sudah direncanakan dengan truk dengan menggunakan double atau triple wire rope, sehingga untuk menurunkan dan menimbang tebu dapat dilakukan dua atau tiga kali angkat dengan menggunakan Jib Crane lengkap dengan Electric Hoist dan ditimbang dengan Digital Scale dengan ketelitian 10 kg, selanjutnya tebu dihampar diatas meja tebu. Peralatan module penerimaan No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas 1 Jib Crane 1 unit > 5 ton 2 Electric/manual hoist 1/2 unit 5 ton 3 Truck scale 1 unit 30 ton 4 Cane table 1 unit 20 ton Module Extraksi. Dari meja tebu, tebu di umpankan secara manual keatas horizontal conveyor untuk di remahkan dengan crusher mill, tujuan peremahan adalah untuk memecah sel sel tebu agar kehilangan gula yang terikut diampas pada gilingan berikutnya terkendali, tebu yang telah diremahkan diterima diatas inclined chute untuk diumpankan kegilingan no 1, dan selanjutnya dengan melalui intermediate conveyor di masukkan ke gilingan no 2 (dan no 3 disertai dengan penambahan air imbibisi atau tidak), ampas yang keluar dari gilingan diterima conveyor ampas untuk ditranfer ke lapangan ampas sebelum digunakan untuk bahan bakar boiler. Nira kotor yang keluar dari gilingan ditampung dalam tangki/palung nira kotor dan dengan pompa open impeler dipompakan ke module pemurnian setelah melewati static sceen, pada static sceen ini dipisahkan serpihan serpihan dan kotoran yang terikut dinira kotor. Peralatan module Extraksi No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas 1 Horizontal conveyor 1 unit 8/10 meter 2 Crusher mill 1 unit 5 ton tebu/jam 3 Three Roll Mill 2/3 unit @ 2.5/5 ton tebu/jam 4 Bagasse conveyor 1 unit 5 10 meter 5 Raw juice tank 1 unit 600 liter 6 Static screen 1 unit 7 Raw Juice Pump 2 unit @5 m3/jam 4 Crusher mill dan three roll mill Menimbang 100 kg tebu untuk uji giling Standart / procedure operasi. 1.Pemeriksaan sebelum operasi. Periksa minyak pelumas pada oil pot, periksa semua kekencangan mur pengikat roll, periksa semua mulit roll barangkali ada benda asing, periksa kekencangan van belt dll. 2.Menghidupkan dan mematikan. Urutan menghidupkan module pemerahan dari paling belakang kedepan sedangkan untuk mematikan dari depan kebelakang. 3.Uji giling harian. Lakukan penimbangan 100 kg tebu dan giling kemudian timbang berat ampas yang ada, lapaorkan kepada supervisor atau manager apakah sudah cukup atau perlu di stel ulang. 4.Kebersihan. Lakukan pembersihan tiap kali selesai operasi dengan penyemprotan air bersih. 5.Trouble. Kalau terjadi masalah segera matikan mesin berurutan dari bagian yang bermasalah kedepan. 5 Module Pemurnian. Nira kotor tersaring ditampung ditangki nira kotor tersaring selanjutnya dipompakan ke juice heater untuk dipanaskan sampai app 75 celsius, selanjutnya dimasukkan ke dalam tangki reaksi untuk pemberian larutan asam phosphat sampai pH app 5 diikuti pengadukan agar pencampuran merata, selanjutnya nira dinetralkan dengan susu kapur sampai pH sedikit diatas netral (pH 6.8-7.2), untuk mempercepat pengendapan perlu penambahan flokulan pada dosis 3 - 20 ppm, selanjutnya nira diendapkan dalam klarifier selama tidak lebih dari 50 menit, bagian yang jernih dikeluarkan dari katup katup bagian atas dan ditampung dalam tangki nira jernih yang terletak dibagian bawah tangki pemurnian, dan bagian endapan (+/- 10 s/d15 % dari volume) dialirkan ke muddy juice tank untuk selanjutnya dipompakan ke filter press, filtrat dialirkan ke clear juice tank sedangkan cake (blotong) ditampung ditempat penampungan blotong. Peralatan module pemurnian No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas 1 Reaksi tank c/w reagen tank 3 unit @ 200 liter 2 Juice heater unit @ 10 m2 HS 3 Continous Settling tank unit 4 Clear Juice Tank unit @ 2.500 liter 5 Muddy juice tank unit 700 liter 6 Mud pump 1 unit 700 liter 7 Filter press 2 unit 8 Static screen mesh 200 1 unit 1 m2 Juice heater, tangki reaksi , dosing pump dan tangki pengendapan 6 Nira jernih dan Filter press. Standart/procedure operasi. 1.Persiapan peralatan dan bahan pembantu. Periksa peralatan pemurnian dan siapkan bahan pembantu pengolahan, bahan pembantu pengolahan adalah susu kapur dengan kepekatan 5 s/d 10 boume, asam phosphate dengan perbandingan 1 : 14 satuan volume, larutan flokulan dengan konsentrasi . 025%. 2.pH adjuster dan dosing pump. Pengontrol automatic pH di set pada posisi netral pH 7 begitu pula semua dosing pump harus sudah di kalibrasi. 3.Menjalankan module pemurnian. Apabila telah siap hidupkan pompa nira kasar dan panaskan nira kasar sampai temperature yang di inginkan, biarkan nira mengalir dari tangki pengaduk pertama kedua dan ketiga, ambil contoh dari tangki pengaduk ketiga dan amati apakah sudah sesuai dengan keinginan. 4.Pengendapan. Biarkan mengendap sampai bagian permukaan sudah jernih, kemudian buka katup nira jernih agar mengalir ke tangki nira jernih melalui saringan mesh no 200, tiap tiga jam bagian kotor di tap ke tangki nira Lumpur untuk di pompakan ke filter press. Pada akhir proses secara manual sisa nira di masing masing peralatan dikeluarkan melalui katup bawah untuk proses manual/ tidak dibuang. 5.Filter press. Secara kontinu filter pres di buka dan kainnya dilepas untuk dilakukan pencucian. 6.Kebersihan. Kebersihan di module pemurnian harus selalu dijaga untuk mengurangi effect bakteriosis (kerusakan gula akibat activitas jasad renik). 7.Pencatatan. Dari nira jernih yang dihasilkan dilakukan pencatatan tiap jam meliputi pH nira jernih, derajat brix nira jernih dan temperature nira jernih. 8.Selesai pemurnian. Tiap selesai operasi dilakukan pembersihan peralatan module pemurnian, dan harus di ingat probe/sensor pH setelah dibersihkan harus terendam air (artinya tangki pengaduk no 2 setelah di bersihkan diisi air bersih sampai sensor pH tercelup air). 7 Module Penguapan Selanjutnya Nira Jernih dimasukkan kedalam pesawat penguap hampa yang dioperasikan dengan kehampaan 40-50 cm kolom air raksa, untuk diuapkan sampai dicapai kepekatan antara 55-60 Brix, apabila telah dicapai kepekatan yang cukup yang disebut syrup, selanjutnya diturunkan kedalam syrup vacuum tank untuk selanjutnya dialirkan ke tangki pengumpan syrup melalui montejus tank. Peralatan module Penguapan No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas 1 Pesawat penguap hampa 1-2-3 unit @ 30/35 m2 HS 2 Tangki syrup hampa 1 unit 200400 liter 3 Syrup pump 1 unit 1000 liter Syrup hasil penguapan selanjutnya diproses sesuai dengan produk akhir

9.

10.

11.

12.

13.

yang diinginkan, dapat dijual langsung sebagai gula pekat apabila diturunkan pada brix 67, Pesawat penguap hampa Standart/procedure operasi. 1.Persiapan. Persiapan meliputi persiapan alat utama dan alat bantu, utamanya kondisi kevacuuman harus sudah dicapai untuk operasi Diatas 40 cm kolam air raksa (untuk operasi double effect badan 1 dengan vacuum 20 cm kolom air raksa badan 2 dengan vacuum 50-55 cm kolom air raksa), periksa tekanan ketel apa sudah siap, alat bantu meliputi boume hydrometer atau refractometer dll. 2.Memasukan nira dan uap. Buka katup nira masuk dan katup uap untuk memulai proses penguapan, ikuti kondisi kevacuuman, biasanya awalnya selalu diikuti dengan turunnya vacuum . 3.Operasi single effect. Dengan asumsi jumlah air yang diuapkan 2/3 bagian maka dapat diperkirakan apakah tujuan penguapan sudah dicapai, apabila brix sudah 8 dicapai tutup kran uap, buka kran keseimbangan vacuum dan selanjutnya buka kran pengeluaran syrup, semua tahapan operasi penguapan dicatat dalam buku penguapan meliputi start penguapan, waktu penguapan, kevacuuman dan hasil penguapan. 4.Memindahkan syrup dari tangki vacuum. Buka kran udara agar tekanan sama dengan tekanan udara luar kemudian jalankan pompa syrup. 5.Pembersihan. Setiap selesai operasi pesawat penguap harus dibersihkan dengan mengisi air kedalamnya dan dipanasi dengan sisa uap yang ada kemudian keluarkan. Tangki syrup hampa Statiun Masakan (Proses gula Putih combinasi gula merah) Selanjutnya syrup pekat dimasukkan kedalam pesawat masakan Gula A untuk diuapkan lebih lanjut sampai terbentuk massecuite A, yaitu larutan gula jenuh dan pekat yang berisi butiran butiran gula, Peralatan statiun Masakan No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas 1 Pesawat Masakan 1/2/3 unit @ 20/24 M2 HS 2 Syrup feeder tank 1 unit 1.000 liter/ lebih 3 Molasse A Feeder Tank 1 unit 1.000 liter/ lebih Masakan hampa 9 Standart/procedure operasi. Proses masakan merupakan bagian dari proses yang relative sulit dan tidak ada batasan yang pasti, misalnya kapan bibit gula harus dimasukkan, bagaimana methode pemasukannya, kapan dilakukan manipulasi air dll, sehingga masakan adalah seni membuat gula. Selanjutnya harap diikuti apa yang dilakukan intruktur masakan waktu melakukan tugasnya untuk dicatat dan diingat. Statiun Pemisahan. Massecuite A yang dihasilkan pesawat masakan diturunkan dan ditampung dalam palung kristaliser A, yang dilengkapi dengan slow moving agitator agar kristal gula yang terbentuk tidak mengendap dan mengeras yang akan menyulitkan proses pemisahan, massecuite A selanjutnya diumpankan kedalam sentrifugal separator untuk dipisahkan bagian kristal gulanya dengan bagian cairannya, kristal gula A yang menempel didinding separator dicuci dengan aliran air hangat dan dikeringkan dengan pemanas listrik untuk menurunkan kadar airnya, gula A yang dihasilkan selanjutnya diturunkan ke talang goyang untuk menghilangkan sisa uap air agar tidak terjadi caking waktu penyimpanan, sedangkan cairan yang keluar disebut Molase A ditransfer ke Molase A Feeder Tank untuk proses lanjut apakah dijadikan gula kristal lagi atau dijadikan gula cetak tergantung dari kondisi bahan olah yang diproses. Peralatan statiun Pemisahan No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas 1 Kristaliser A 1 unit 1.000 liter 2 Molasse A tank 1 unit 500 liter 3 Final Molasse Tank 1 unit 10.000 liter 4 Sentrifugal Separator A 1 unit Kristaliser 10 Separator vertical dan horizontal Talang goyang Module Pengentalan dan Pencetakan (Untuk Produk Gula Merah) Dari tangki pengumpan syrup A, syrup dihisap kedalam pesawat masakan/pengentalan untuk diuapkan dengan kondidi kehampaan app 60 cm kolom air raksa, sampai dicapai kekentalan app 90-93 Brix, massa yang kental ini lazimnya disebut massecuite, pengentalan dilakukan tanpa penambahan seeding (bibit gula). Massecuite/Gula kental yang dihasilkan pada proses pengentalan dicampur dalam mixer/filler untuk proses homogenisasi dalam keadaan panas sambil memberi kesempatan menurunkan fraksi air, sehingga akan didapatkan gula cetak dengan kadar air yang rendah, dengan demikian gula yang dihasilkan mempunyai ketahanan simpan yang cukup baik. Dari mesin mixing selanjutnya dilakukan pencetakan sesuai dengan bentuk dan ukuran berat yang diinginkan.dan apabila diinginkan gula mawur/gula semut hasil dari masakan dituangkan kedalam cooling pan. Peralatan module masakan dan pencetakan. No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas 1 Pan masakan hampa 1 unit @ 24 m2 HS 2 Mixer/ filler 1 unit 1.500 liter 3 Cooling pan 1 unit 1.500 liter 11 Module utility/bantu. Guna mendukung proses tersebut diperlukan module pendukung antara lain: Boiler. Pesawat penghasil uap yang digunakan untuk seluruh proses utamanya proses pemurnian, penguapan, masakan, pemisahan gula, pembersihan dll. Ketel pipa air tekanan rendah Barometric Condenser dan tower Pesawat pengembun uap yang dihasilkan pada proses penguapan dan masakan sekaligus sebagai pompa vacuum untuk membuat dan mempertahankan tingkat kehampaan yang diperlukan selama proses, barometric condenser diletakkan diatas tower setinggi 12 meter. Barometric condenser dan spray pond. 12 Pompa air condenser dan pompa vacuum Kelistrikan. Daya listrik diperlukan untuk mendukung sistem pompa, penggerak penggerak conveyor, hoisting crane dll yang dipenuhi dari PLN dan dibackup dengan emergensi genset. Laboratorium Equipment. Minimal disediakan alat alat lab, tabung reaksi, timbangan analisa, ph meter, polarimeter, brix weigher. Office equipment. Tersedia fasilitas perkantoran yang memadai lengkap dengan sistem komunikasi, computer dll. Workshop Equipment. Peralatan bengkel sederhana minimal untuk kerja bangku, pesawat las listrik, oxy acetilene aparat, standart tool dll. Safety equipment. Tersedia alat keselamatan kerja meliputi system penangkal petir, pemadam kebakaran, safety glass, safety belt dan safety cloth, helmet dll. No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas 1 Boiler 1 unit 3.5 ton/jam 2 Water jet condenser 4 unit 3 Diesel genset 2 unit @ 150 Kw 4 Lab equipment 1 lot 5 Office equipment 1 lot 6 Workshop equipment 1 lot 7 Safety equipment 1 lot 13

http://www.slideshare.net/ss170952/proses-gula-di-pabrik-gula-mini

[] Proses pengolahan tebu menjadi gula

... Dengan Pabrik yang modern untuk menghasilkan gula yang lebih manis, alami, beraroma dan halal ...

SEJARAH SINGKAT

Pabrik Gula Gunung Madu terletak diujung selatan Pulau Sumatera, tepatnya berada di Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung, 90 km ke arah utara dari Ibukota Propinsi Lampung (Bandar Lampung). Didirikan sejak tahun 1975 dan melaksanakan musim giling yang pertama pada tahun 1978 dengan produksi gula 18.000 ton. Merupakan industri gula patungan antara perusahaan swasta asing dan swasta nasional yang berstatus PMA, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Kuok Investment, Ltd (Hongkong). Pada awal pendiriannya, semula pabrik gula ini merupakan pabrik yang sederhana dengan kapasitas giling awal 4,000 TCD (Ton Cane Per Day). Secara bertahap pabrik dikembangkan dan dimodernisasi sejalan dengan kemajuan yang dialami Perusahaan. Pada musim giling ke 31 ditahun 2008, kemampuan giling sudah mencapai 14,000 TCD dan memproduksi gula putih sebesar 218,248 ton dengan jumlah tebu digiling 2,374,619 ton.

Timbangan tebu

PENGIRIMAN DAN PENIMBANGAN TEBU Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer (tebu urai), truk bak dan truk loss bak (tebu ikat), melewati jembatan timbang dengan sistem komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomor petak, lokasi, jenis tebang, nama pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Selanjutnya, truk dan trailer yang telah dibongkar, meninggalkan pabrik melewati jembatan timbang keluar untuk pengambilan data berat kendaraan kosong.

Ruang pusat kendali unit preparasi dan ekstraksi

PENGENDALIAN OPERASIONAL PERALATAN PABRIK Pengendalian peralatan pabrik pada masing-masing stasiun melalui ruang pusat kendali yang ditempatkan pada posisi paling leluasa bagi operator untuk memonitor aktivitas dan berhubungan dengan petugas jaga peralatan di lapangan. Pada bagian tertentu yang tidak memungkinkan bagi operator melihat langsung secara visual, dilengkapi dengan kamera CCTV dari pusat ruang kendali. Sistem pengendalian menggunakan programmable logic control (PLC) dipadukan dengan supervisory system sebagai piranti kendali dan informasi data trending.

Pelataran tebu dan peralatan penanganan tebu

PENANGANAN TEBU Berbagai peralatan bongkar (unloading) tebu dipasang menyesuaikan dengan model angkutan yang ada, tebu yang diangkut menggunakan trailer dibongkar menggunakan side unloader yang terpasang pada 2 unit gantry crane, selanjutnya Hydraulic cane grab pada gantry crane bekerja menumpuk dan mengumpan pada cross cane carrier.

Wheel loader disamping digunakan untuk membongkar dan menumpuk tebu loss bak di pelataran juga dipergunakan sebagai sarana pengumpan dan perata pada main cane carrier. Untuk meningkatkan kapasitas umpan langsung pada main cane carrier , tahun 2001 dipasang 1 unit cane feeder table yang dilengkapi dengan hydraulic cane lifter yang dapat melayani tebu yang diangkut dengan trailer dan hydraulic truck tippler untuk melayani truk bak ataupun truk loss bak.

Pengisian dan preparasi tebu

PREPARASI TEBU Sebelum tebu diperah pada unit gilingan, terlebih dahulu dilakukan preparasi untuk membuka sel-sel tebu, tebu diumpankan kedalam 1st. main cane carrier dari cross carrier #1, cross carrier #2 dan Feeder table diangkut menuju unit mesin pemotong pertama (1st. cane cutter), kemudian dengan 2nd. elevating cane carrier menuju unit pemotong tebu kedua (2nd. cane cutter), dan selanjutnya menggunakan unit heavy duty shredder hammer tebu dihancurkan. Tingkat open cell yang dicapai pada unit preparasi ini 90.92%.

Stasiun gilingan

EKSTRAKSI NIRA Enam unit gilingan jenis 4-roller disusun secara seri digunakan sebagai unit ekstraksi nira, masingmasing unit gilingan digerakkan dengan tenaga turbin uap. Tingkat ekstraksi sukrosa dari unit gilingan ini pada kisaran 95 - 96%. Nira mentah dari gilingan dipompa menuju stasiun pemurnian setelah terlebih dahulu melewati sebuah magnetic flow meter untuk memonitor dan merekam laju alirannya dalam satuan m3/jam, kemudian ampas tebu yang disebut bagasse menuju stasiun pembangkit uap untuk digunakan sebagai bahan bakar pada ketel uap (Boiler).

Boiler dan pembangkit tenaga listrik

BOILER DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK 3 unit boiler dengan kapasitas terpasang masing-masing : No.1 = 120 ton/jam; No.2 = 80 ton/jam; dan No.3 = 120 ton/jam dengan tekanan kerja masing masing 20kg/cm2G. Energi potensial uap yang dibangkitkan digunakan untuk menggerakkan 3 buah back pressure turbo-alternator yang masing masing mampu membangkitkan tenaga listrik sebesar 5MW, juga digunakan untuk menggerakkan turbin uap penggerak unit preparasi (cane cutter dan shredder) dan unit ekstraksi (gilingan). Pada masa tidak giling (off-season) 1 unit boiler tetap beroperasi dan memanfaatkan bahan bakar (ampas tebu) kelebihan dari masa giling untuk melayani kebutuhan uap penggerak turbine generator dalam memenuhi kebutuhan listrik perumahan divisi I s/d divisi VI, perkantoran, maintenance peralatan di pabrik dan pompa irigasi pertanian.

Clarifier dan Vacuum filter

PEMURNIAN Pemisahan kotoran dilakukan dalam bejana pengendap single tray SRI clarifier ( yang telah dimodifikasi menjadi perforated clarifier ) yang merupakan rangkaian tahapan pengaturan suhu, pH, waktu dan penambahan bahan pembantu (susu kapur, gas belerang dan flokulan). Tingkat kekeruhan (turbidity) nira yang dicapai pada level 70 - 100 derajat NTU. Endapan kotoran dari clarifier dicampur dengan bagacillo kemudian ditapis menggunakan 6 buah vacuum filter menghasilkan limbah padat berupa blotong (filter cake) yang kemudian dikirim kembali ke kebun sebagai pupuk organik.

Evaporator

PENGUAPAN (EVAPORATION) Proses pengentalan nira jernih dilaksanakan dengan bejana penguap (evaporator). Guna

meminimalisasikan kebutuhan uap, stasiun evaporator dirancang dengan konsep maximum vapour bleed. Bejana (evaporator) disusun dengan sistem quintuple effect yang terdiri dari sembilan buah bejana jenis Roberts. Uap dari badan pertama digunakan sebagai media pemanas badan kedua, pan kristalisasi "A" dan bejana pemanas nira tersulfitir. Uap dari badan dua digunakan untuk media pemanas pada pan kristalisasi "C". Evaporator dibersihkan secara periodik setiap dua minggu sekali dengan cara kimiawi selama 12 jam. Brix nira kental dijada pada level 52-55%.

Vacuum Pans

KRISTALISASI Kristal gula dibuat dalam Vacuum Pans melalui proses pembesaran kristal hingga mencapai ukuran yang dikehendaki dengan cara memasukkan nira kental (syrup), gula leburan, molasses kedalam pans pada kondisi temperatus dan vacuum yang terkendali. Hasil resultan dari kristalisasi adalah berupa massecuite (campuran kristal gula dengan molasses). Tingkatan masak (kristalisasi) dilaksanakan dengan sistem ABC. Kristalisasi untuk "A" dan "B" Massecuite dikerjakan dengan menggunakan batch pan yang dilengkapi dengan pengaduk, sedangkan untuk "C" massecuite dikerjakan dengan continous pan. Nira kental, leburan gula "B" dan "C" sebagai bahan masakan "A" massecuite. Bahan masakan "B" massecuite berasal dari "A" molasses dan nira kental. Bahan masakan "C" massecuite berasal dari "B" molasses dan bibitnya menggunakan "A" molasses.

Batch centrifugal dan Continuous centrifugal

PEMISAHAN KRISTAL GULA DAN MOLASSES Bila satu siklus proses masak pembesaran kristal telah selesai, massecuite dari vacuum pans kristalisasi dituangkan kedalam strike receiver sambil melanjutkan pertumbuhannya. Kristal gula dipisahkan dari molasses menggunakan sebuah basket berlubang yang diputar sampai pada kecepatan tertentu sehingga molasses terlepas dari kristal gula akibat gaya sentrifugal (centrifugals machine). Pemisahan "A" massecuite menggunakan batch centrifugals menghasilkan kristal gula SHS (produk) dan "A" moolasses. Pemisahan "B" massecuite menggunakan continuous centrifugals menghasilkan gula "B" dan "B" molasses, pemisahan "C" massecuite menggunakan continuous centrifugals menghasilkan gula "C" dan final molasses.

Pengemasan

PENANGANAN DAN PENGEMASAN PRODUK Setelah proses pemisahan kristal gula produk (SHS) dikondisikan melalui sebuah unit fluidized bed vibrating cooler dengan maksud untuk menurunkan tingkat kelembaban serta meningkatkan kualitas penyimpanan, kemudian dilakukan pemilahan ukuran butiran menggunakan vibrating screen. Kristal gula kemudian ditampung dalam sugar bin untuk selanjutnya dilakukan penimbangan dan pengemasan. Sensor pengirim sinyal bobot pada timbangan digunakan jenis load cell. Untuk menjamin keakuratan berat kristal dalam kemasan, mekanisme kerja mesin timbangan dan pengemasan bekerja secara integral yang dikendalikan secara otomatis. Setiap informasi penyimpangan terekam dan secara otomatis sistem memberi peringatan.

Sertifikasi jaminan mutu

STANDARISASI KUALITAS DAN KEAMANAN PRODUK Guna menjamin kualitas, keamanan dan kehalalan produk baik gula maupun final molasses, telah diterapkan secara konsisten Quality & Management System yang mengacu pada standarc HACCP (SNI 01-4582-1998) dan GMP STANDARD B2, telah mendapatkan sertifikasi dari PDV the Netherland (Certifiate No. GMP'B2 0016), HACCP (Certificate No. PSC 00015) dan sertifikat HALAL dari MUI (Halal No.:02100005008608). Kembali keatas

http://www.gunungmadu.co.id/index.php?modul=artikel&id=utama&kodebrt=pabrik&colvis=false Lampung

PROPOSAL
EFISIENSI UNIT-UNIT KEGIATAN EKONOMI INDUSTRI GULA YANG MENGGUNAKAN PROSES KARBONATASI DI INDONESIA NAMA : ABDUL RAHMAN NIM : 41609010020

UNIVERSITAS MERCUBUANA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TAHUN 2009/2010
JUDUL PENELITIAN : 1. SISTEM PENANGANAN LIMBAH GAS PABRIK KARET REMAH 2. EFISIENSI UNIT-UNIT KEGIATAN EKONOMI INDUSTRI GULA YANG MENGGUNAKAN PROSES KARBONATASI DI INDONESIA 3. PEMANFAATAN SELLULOSA BAGAS UNTUK PRODUKSI ETHANOL MELALUI SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK DENGAN ENZIM XYLANASE 4. MANAGEMENT OF LANDFILL LEACHATE 5. ANALISIS KINERJA PENGOLAHAN AIR LIMBAH PAVILYUN KARTIKA RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

1. MODIFIKASI KIMIA DARI KITOSAN DAN APLIKASI PRODUK YANG DIHASILKAN 1. DAMPAK PEMBANGUNAN TERMINAL KARGO TERHADAP SISTEM TRANSPORTASI ANGKUTAN BARANG INDUSTRI BESAR DI KOTA KUDUS 1. PENGARUH SARI KERING LIMBAH PABRIK KULIT ATAS POPULASI MIKROBIA DAN SUSUNAN PADA BERBAGAI JENIS TANAH 1. PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGOLAHAN AIR LIMBAH PROSES PEMUTIHAN PULP DENGAN REAKTOR UP-FLOW ANAEROBIC SLUDGE BLANKET (UAS-B) DAN LUMPUR AKTIF TERMOBILISASI 1. TEKNOLOGI MINERAL DAN BATU BARA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi studi ini berkaitan dengan maraknya isu mengenai pro-kontra impor produk pertanian khususnya gula. Isu tersebut merebak karena dihadapkan kepada kekuatan pihak produsen gula domestik, khususnya petani tebu, akan terancam kelangsungan produksi gula dalam negeri. Kekuatan produsen gula domestik dapat dipahami karena harga pasar gula impor lebih rendah dari harga gula produksi domestik. Produksi gula nasional semakin menurun selama beberapa tahun terakhir. Produksi gula nasional pernah meningkat relatif cepat dalam periode 1980-an, akan tetapi lambat sekali dalam periode awal 1990-an, dan setelah tahun 1994 produksi gula nasional terus menurun. Peningkatan produksi gula adalah disebabkan oleh perluasan areal tanaman tebu, bukan disebabkan oleh peningkatan produktivitas (Sekretariat Dewan Gula, 2001). Menurut Statistik Impor, Badan Pusat Statistik 2000, pasokan gula dunia akan semakin terbatas pada sejumlah kecil negara. Kondisi ini dapat menjadi rawan bila ketergantungan impor gula Indonesia dalam jumlah besar. Kecenderungan ini hendaknya dapat menstimulir untuk meningkatkan produksi gula nasional melalui upaya perbaikan produktivitas dan efisiensi dengan sasaran kemandirian dan peningkatan daya saing industri gula nasional dengan prioritas utama pemenuhan kebutuhan gula di dalam negeri. 1.2 Identifikasi Masalah Para petani tebu hanya memiliki dua pilihan, jika krisis industri gula tidak tertangani. Petani akan membongkar kebun tebu dan beralih ke tanaman lain atau mereka akan membiarkan tanaman tebu yang ada tanpa perawatan, sehingga hasilnya minim. Apabila langkah ini dilakukan, maka

pasokan tebu ke pabrik gula akan anjlok yang mengakibatkan pabrik gula dapat ditutup. Hal ini terjadi karena masuknya gula impor sehingga gula dalam negeri tidak dapat bersaing (Harian Kompas, 10 September 2002). Gula impor legal dan ilegal yang masuk ke pasar telah menekan harga gula produksi dalam negeri. Situasi demikian akan membawa industri gula pada situasi krisis karena pabrik gula mengalami kesulitan pasokan tebu. Sebanyak 44 pabrik gula di Indonesia terancam bangkrut. Pemicu rendahnya suplai bahan baku ini karena petani tertarik menanam tebu akibat merosotnya nilai ekonomisnya (Harian Kompas, 14 September 2002). 1.3 Perumusan Masalah Efisiensi merupakan salah satu indikator kinerja unit kegiatan ekonomi dalam industri gula agar dapat bersaing dengan gula impor. Untuk maksud tersebut, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah industri gula di Indonesia, khususnya pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi, sudah efisien ? 2. Alokasi input mana dalam pengelolaan pabrik gula yang sudah dan belum efisien ? 3. Pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi mana yang efisien ? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengukur efisiensi relatif pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbo-natasi di Indonesia. 2. Mengidentifikasi alokasi input yang sudah dan belum efisien dan cara mengatasinya dalam pengelolaan pabrik gula di Indonesia. 1.5 Batasan Masalah Terdapat lima kriteria pokok yang dapat dijadikan pedoman awal untuk menentukan tidak efisiennya suatu pabrik gula, yaitu : 1. Kesulitan memperoleh lahan. 2. Pengembangan lahan tebu mengarah ke lahan kering sehingga biaya angkut tebu meningkat.

3. Jumlah produksi gula kurang dari 250.000 kwintal per tahun, sehingga harga pokok per unit hasil masih mahal. 4. Mutu bahan baku belum optimal sehingga biaya produksi pabrik gula tidak efisien. 5. Kapasitas giling masih banyak yang dibawah 2000 ton tebu per hari. Berdasarkan lima kriteria pokok tersebut terdapat indikasi bahwa efisiensi pabrik gula Indonesia masih rendah khususnya pabrik gula milik BUMN yang dapat disebabkan karena biaya produksi gula belum efisien (Sekretariat Dewan Gula Indonesia, 1997). Setelah mengemukakan kriteria pokok efisiensi pabrik gula sebagaimana diuraikan di atas, terdapat aspek-aspek yang erat kaitannya dengan biaya produksi gula yaitu : (1) produksi gula, (2) produksi tebu, (3) impor gula, dan (4) liberalisasi perdagangan. Sehubungan dengan itu, perlu diketahui apakah industri gula domestik di masa mendatang masih dapat diharapkan untuk dipertahankan eksistensinya, khususnya industri gula yang menggunakan proses karbonatasi yaitu pabrik gula Tasik Madu, Gondang Baru, Rejoagung Baru, Sweet Indo Lampung dan Indo Lampung Perkasa. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk mendukung terhadap penyusunan proposal yang baik, maka Makalah hendaknya disesuaikan dengan sistematika sebagai berikut : 1) Lembar Judul , memuat: a) Judul Makalah b) Nama, NIM c) Nama dan Tempat Perguruan Tinggi d) Tahun 2) Lembar Pendahuluan, memuat:

a) Latar Belakang b) Identifikasi Masalah c) Perumusan Masalah d) Tujuan dan manfaat penelitian e) Batasan Masalah 3) Lembar Tinjauan Pustaka 4) Metodologi Penelitian, memuat: a) Variabel penelitian b) Metode Analisis Data 5) Daftar Pustaka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Harian Kompas, 10 September 2002). 2.2 (Harian Kompas, 14 September 2002). 2.3 P3GI 2.4 Ferrantino, M.J. dari US International Trade Commission Office of Economics III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam kajian efesiensi relatif antar pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi yaitu: 1. Komponen Input a. Jumlah tebu giling (X1, ton) b. Biaya tebu giling ( CX1, 1000Rp) c. Jumlah bahan bakar (X2, kg) d. Biaya bahan bakar (CX2, 1000Rp)

e. Jumlah Tenaga kerja (X3, orang) f. Biaya tenaga kerja (CX3, 1000Rp) g. Biaya Management (Z1, 1000Rp) h. Biaya Penyusutan (Z2, 1000Rp) 2. Komponen Output a. Produksi Gula (Q1, ton) b. Penerimaan gula (TRQ1, 1000Rp) c. Produksi Tetes (Q2, ton) d. Penerimaan tetes (TRQ2, 1000Rp) 3.2 Metode Analisis Data Metode Analisis Penelitian ini menggunakan alat analisis DEA (Data Envelopment Analysis). Setiap unit kegiatan ekonomi (UKE) yaitu setiap pabrik gula diukur efisiensi relatifnya. Untuk mengukur efisiensi industri digunakan alat analisis DEA. Data Envelopment Analysis (DEA) dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio parsial dan regresi berganda. DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit kegiatan ekonomi (yang selanjutnya disingkat UKE) yang menggunakan banyak input dan banyak output, dimana penggabungan input dan output tersebut tidak mungkin dilakukan, efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE dibanding dengan UKE lain dalam sample (sekelompok UKE yang saling diperbandingkan) yang menggunakan jenis input dan output yang sama. Dalam DEA, efisiensi relatif UKE didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbangnya (total weight output/total weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weights) atau timbangan untuk setiap input dan output UKE. Bobot tersebut memiliki sifat : (1) tidak bernilai negatif, dan (2) bersifat universal, artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperanagkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output / total weighted input 1). DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimalkan rasio efisiensinya (maximum total weighted output/total weighted input), karena setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula, maka setiap UKE akan memiliki seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Secara umum UKE akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input yang penggunaannya sedikit dan untuk output yang dapat diproduksi dengan banyak. Bobot-bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya, melainkan sebagai penentu untuk memaksimumkan efisiensi dari suatu UKE. Sebagai gambaran jika suatu UKE merupakan perusahaan yang berorientasi pada keuntungan (profit-maximizing firm), dan setiap input dan outputnya memiliki biaya per unit serta harga jual per unit, maka perusahaan

tersebut akan berusaha menggunakan sedikit mungkin input yang biaya per unitnya termahal dan berusaha memproduksi sebanyak mungkin output yang harga jualnya tertinggi. Efisiensi silang UKE A terhadap KE B merupakan rasio dari output tertimbang dibagi input tertimbang yang dihitung dengan enggunakan tingkat input dan output UKE A dan bobot input dan output UKE B. Analisis fisiensi silang dapat membantu seorang manajer untuk mengenali UKE yang efisien tetapi menggunakan kombinasi input dan menghasilkan kombinasi output yang sangat berbeda dengan UKE yang lain (PAU-SE UGM, 2000). Konsep Dasar Data Envelopment Analysis (DEA) Data Envelopment Analysis (DEA) adalah pengembangan programasi linier yang didasarkan pada teknik pengukuran kinerja relatif dari sekelompok unit input dan output. DEA dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio parsial maupun regresi berganda. DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang menggunakan banyak input maupun output. Dalam DEA efisiensi relatif UKE didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbangnya. Inti dari DEA adalah menentukan bobot yang memiliki sifat: a. Tidak bernilai negatif b. Bersifat Universal Metode DEA memiliki asumsi bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya. Karena setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan output yang berbeda pula, maka setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Nilai Manajerial DEA 1. DEA menghasilkan efisiensi untuk setiap UKE, relatif terhadap UKE yang lain didalam sampel. 2. Jika suatu UKE kurang efisien (efisiensi < 100%), DEA menunjukkan sejumlah UKE

yang memiliki efisiensi sempurna (100%). 3. DEA menyediakan matriks efisiensi silang. Keterbatasan DEA 1. DEA mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur. 2. DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan unit lain dalam tipe yang sama. 3. Dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi adanya Constrant Return To Scale (CRTS). 4. Bobot input dan output yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat diinterpretasikan dalam nilai ekonomi. IV. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Impor. Binswanger, H.P. 1974. A Cost Function Approach to the Measurement of Elasticities of Factor Demand and Elasticities of Distribution. Amer J. Agr. Econ. 56 : 377-386. Chand, R. and J.L. Kaul. 1986. A Note on the Use of the Cobb-Douglass Profit Function. Amer. J. Agr. Econ. 68:162-164. Christensen, L.R. and W.H. Green. 1976. Economic of Scale in U.S. Electric Power Generator. Journal of Political Economics. 84:655-676. Dewa, K.S.S. 1996. The Measurement of Total Factor Productivity Growth using Production Frontier : A Case of Irrigated Rice Farming in West Java. Jurnal Agro Ekonomi 15:1-19. Pakpahan, A. 1982. Analisis Fungsi Produksi Usahatani untuk Menunjang Pengembangan Daerah Aliran Sungai Cimanuk. Jurnal Agro Ekonomi 1 : 28-49. Prabowo, D. 1996. Monitoring dan Analisa Prospek Industri Gula di Jawa. Center for Policy

and Implementation Studies (CPIS). Jakarta. Pusat Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). 1997. Ikhtisar Angka Perusahaan Masa Giling 1980-1997. PSE dan P3GI. 1996. Dinamika Ekonomi Tebu Rakyat dan Industri Gula Indonesia. Studi Panel Petani Tebu. PSE dan P3GI Buku II. Bogor. PAU Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada. 2000. Data Envelopment Analysis. Rosegrant. M.W., F. Kasryno, L.A. Gonzales, C.A. Rasahan and Y. Saerfudin. 1987. Price and Investment Policies in the Indonesian Food Crop Sector. IFTRI, Washington D.C., and CASER Bogor. Sawit, M.H. 1998. Dua Puluh Dua Tahun Program TRI di Jawa. Agro Ekonometrika XXVIII (1): 37-56. Sekretariat Dewan Gula Indonesia 1997. Rencana Operasional Pemecahan Permasalahan Industri Gula di Indonesia. ________. 2001. Produksi Gula Nasional. Simatupang, P. 1987. Fungsi Keuntungan : Landasan Teori dan Terapannya. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Bogor. 16 ______. 1988. Penentuan Ekonomi Skala Usaha dengan Fungsi Keuntungan : Landasan Teoritis dengan Contoh Fungsi Cobb-Douglass dan Translog. Jurnal Agro Ekonomi, 7:1-16. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departeman Pertanian. Simatupang P., dan Mewa. 1987. Efisiensi Teknis Usahatani Kubis di Desa Galagah, Sumatera Barat. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Mimeo.

Soentoro, N. Indarto dan A.M.S. Ali. 1999. Usaha Tani dan Tebu Rakyat Intensifikasi di Jawa. Dalam Ekonomi Gula di Indonesia Disunting oleh Sawit, M.H., P. Suharno dan A. Rachman. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Sugianto, T. 1985. Production Efficiency of Cauliflower (Brassica Oleracca var Botrytys) at Ciarutan, West Java, Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi 4 : 27-39. Suryana, A. 1987. Keterbatasan Fungsi Cobb-Douglass dalam Pendugaan Elastisitas Permintaan Input. Jurnal Agro Ekonomi 6 : 19-28
http://industri09abdul.blog.mercubuana.ac.id/category/ringkasan-skripsi/

ENDALIAN DAN PENGAWASAN PROSES PADA STASIUN MASAKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GULA PASIR DI PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR Oleh : Tiyas Widiyaningsih ABSTRAKSI Pengendalian dan pengawasan proses merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam kegiatan proses produksi. Mengingat saat ini kebutuhan akan gula belum mampu memenuhi target yang diharapkan, negara kita masih harus mengimpor gula dari negara lain, hal ini disebabkan karena kurangnya bahan baku yaitu tebu. Untuk terus meningkatkan hasil produksi yang baik maka pada saat proses produksi PG Tasikmadu harus mampu mengendalikan dan melakukan pengawasan produksi secara maksimal dari tahap awal hingga tahap akhir yaitu pengemasan. Agar dapat meminimalisasikan kecacatan produk dan juga kegagalan proses produksi. Tujuan penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan pada stasiun masakan dan bagaimana cara pengendalian dan pengawasan proses pada stasiun masakan. Tujuan pengendalian dan pengawasan proses adalah agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan, berjalan dengan lancar dan cepat serta apabila terjadi penyimpangan maka penyimpangan tersebut dapat langsung dikoreksi, hal ini tentunya akan dapat meningkatkan kualitas hasil produksi. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan maka dilakukan analisis mengenai proses yang terjadi di stasiun masakan yaitu proses kristalisasi sesuai dengan SOP (Standar Operating Prosedure) PG Tasikmadu dan bagaimana pengendalian dan pengawasan proses di stasiun masakan. Dalam melakukan pengendalian proses untuk mengetahui penyebab terhambatnya kecepatan proses kristalisasi pada stasiun masakan maka dilakukan analisis dengan menggunakan diagram sebab akibat. Berdasarkan diagram sebab akibat tersebut diketahui bahwa terdapat empat faktor yang dapat dianalisis keempat kategori tersebut yaitu, (1)metode seperti salah dalam perencanaan proses yang mengakibatkan skema masak menjadi keliru, (2)material seperti bahan baku habis, nira kental basi yang mengakibatkan kualitas gula yang dihasilkan kurang baik, (3)sumber daya manusia seperti pekerja tidak mengindahkan aturan dalam SOP, (4)mesin seperti terjadi kerusakan alat contoh pan jebol, pipa pecah. Berdasarkan hasil pembahasan maka sebaiknya PG tasikmadu lebih mengoptimalkan perencanaan produksi khususnya untuk inventory control karena jika bahan baku yang diperlukan kurang hal itu akan menyebabkan proses kristalisasi menjadi lama, PG Tasikmadu sebaiknya menambah upah untuk buruh tebang angkut, para pekerja hendaknya lebih memanfaatkan waktu kerja semaksimal mungkin dalam melakukan kegiatan produksi pada stasiun masakan. Keyword: Pengendalian dan Pengawasan proses Proses kristalisasi Stasiun Masakan Analisis Fish bone

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=16046

2. SONDOKORO PABRIK GULA TASIKMADU Adanya Sondokoro sangat bermanfaat. Sondokoro merupakan tempat merilekskan diri dengan kegiatan outbond. Sondokoro juga memberikan suasana sejuk yang mendukung. Dan adanya Pabrik Gula Tasikmadu bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Penulis dapat mengetahui proses tebu menjadi gula. Dan penulis mengetahui adanya alat modern yang membantu dalam proses tebu menjadi gula.

http://www.scribd.com/doc/37674093/BAB-I-Lengkap AZ Cara Membuat Gula Pasir Lokasi Wisata Sondokoro, Karanganyar, Jawa Tengah, mungkin bisa menjadi pilihan untuk berlibur. Di lokasi wisata ini Anda akan diperlihatkan proses pembuatan gula dari awal hingga selesai, di pabrik gula PG Tasikmadu. Sebuah lori tebu kuno di lokasi wisata ini telah disiapkan untuk mengantar wisatawan berkeliling lokasi wisata. Selain akan membawa Anda menikmati pemandangan indah, lori ini juga mengantar Anda ke area pabrik gula Tasikmadu. Meski proses produksi sedang berlangsung, para pengunjung tetap diizinkan masuk dan berkeliling pabrik. Sejumlah petugas juga siap mengantar dan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai berbagai proses pembuatan gula. Mulai dari penghancuran tebu dalam penggilingan besar hingga gula benar-benar siap untuk dipasarkan. Harga masuk ke lokasi wisata ini relatif murah, hanya Rp 8.000 per orang. Selain mengunjungi pabrik gula, pengunjung juga bisa menikmati keindahan taman dan berbagai permainan. Sejumlah kendaraan kuno pun ditampilkan di lokasi wisata ini untuk menambah daya tarik juga menambah pengetahuan. -http://gambar.mitrasites.com/mesin-pabrik-gula.html

PERUBAHAN KEPEMILIKAN PERUSAHAAN GULA MANGKUNEGARAN TAHUN 1946-1952

Oleh : Wahyuningsih ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) latar belakang berdirinya perusahaan gula Mangkunegaran, (2) proses perubahan status kepemilikan dari perusahaan gula Mangkunegaran pasca Kemerdekaan Republik Indonesia, (3) pengaruh pengambilalihan perusahaan gula Mangkunegran terhadap perubahan ekonomi praja dan pegawai perusahaan gula Mangkunegaran. Sejalan dengan tujuan di atas, maka penelitian ini menggunakan metode historis. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, kemudian merekonstruksikan berdasarkan data yang diperoleh sehingga dapat menghasilkan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer maupun sumber data sekunder. Sumber data berupa arsip-arsip tentang perusahaan gula Mangkunegaran dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan proses pengambilalihan perusahaan gula yang diantaranya meliputi; PP No. 16/ S.D tahun 1946, PP. No. 3 dan 4 tahun 1946, dan PP. No. 9 tahun 1947. Sumber tertulis sekunder berupa buku-buku yang mempunyai relevansi dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan wawancara. Studi pustaka yaitu memperoleh data dengan cara membaca literatur, surat kabar, dokumen atau arsip yang tersimpan dalam perpustakan. Wawancara ditujukan kepada para abdi

dalem Mangkunegaran dan pegawai perusahaan gula Mangkunegaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Berdirinya perusahaan gula Mangkunegaran terjadi setelah diterapkannya Undang-Undang Agraria tahun 1870an untuk berkembangnya usaha penanaman tebu. Selain itu didukung oleh adanya kondisi geografis yang baik dan adanya usaha KPAA Mangkunegara IV untuk mendirikan perusahaan gula Colomadu dan perusahaan gula Tasikmadu, (2) Proses perubahan status kepemilikan dari perusahaan gula Mangkunegaran pasca kemerdekaan Republik Indonesia dilakukan melalui kebijakan pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan Mangkunegaran oleh pemerintah, dan (3) Pengambilalihan perusahaan gula Mangkunegaran berpengaruh besar pada aspek ekonomi praja. Pengaruh lainnya terhadap kehidupan ekonomi pegawai perusahaan gula Mangkunegaran, yang ditandai dengan adanya perubahan harga sewa tanah yang naik dan adanya perubahan pegawai Belanda ke dalam tenaga kerja dari golongan bumiputera. Dari kesimpulan di atas maka muncul implikasi, yaitu: (1) Perubahan status kepemilikan perusahaan perkebunan merupakan bagian dari adanya perubahan sosial dalam sistem perkebunan yang terjadi karena kebijakan ekonomi pemerintah RI pasca kemerdekaan. Hal ini berdasarkan UUD 1945 pasal 33 ayat 2 dan 3, (2) Perubahan status kepemilikan perusahaan gula Mangkunegaran (Tasikmadu dan Colomadu) yang berlangsung tahun 1946-1952 membawa pengaruh yang besar terhadap Mangkunegaran terutama dalam aspek ekonomi. Di sisi lain adanya perubahan kepemilikan perusahaan gula Mangkunegaran membawa dampak yang positif bagi pegawai perusahaan gula bumiputera untuk menggantikan posisi para pegawai Belanda. ABSTRACT The aims of this research are to describe: (1) the background of the building of Mangkunegarans sugar factory, (2) the changing process of ownership status Mangkunegarans sugar factory post Indonesia Independence Day, (3) the influece of take over Mangkunegarans sugar factory to the economic life of praja and staffs sugar factory. Along with the aims, this research to use historical method. Historical method is the process of testing and analyzing critically of the record and inheritance of the past and reconstructed to historiography. The source of data used primary and secondary data is archives of Mangkunegaran sugar factory and the regulation related to the taking over of the sugar factory; PP No. 16/S.D 1946, PP. No. 3 and 4 1946, PP. No. 9 1947. The secondary data source is the books that relevance with the problem of the research. The technique of collecting data is literary study and interview. The literary study is review of literatures, newspapers, documents or archives. Interview was done to the internal staffs of Mangkunegaran and the staffs that worked to Mangkunegarans sugar factory. Based on the result of the research was conclude that: (1) The building of Mangkunegarans sugar factory was happened after the implementation of the growth of plantation and Agrarische Wet 1870s, besides supported by geographical condition and efforts of KPAA Mangkunegara IV to built Colomadu and Tasikmadu sugar factory, (2) The changing process of ownership status Mangkunegarans sugar factory post RI independence day was marked by taking over the farming factory of Mangkunegaran by the Government, (3) The taking over of Mangkunegarans sugar factory was influence very important to the economic life of praja and staffs sugar factory, it can be seen the changing of land rent price is increasing and the alteration of Dutch workers to the internal worker. From the above conclusion, there are implication which can be stated as: (1) The status changing of the ownership of farming factory is a part of the social changing in the farming system that had happened because of Indonesian Republics government policy in post independence day. This is based to the UUD 1945 chapter 33 verse 2 and 3, (2) the status changing of sugar factory that last in 1946-1952 gave large influence especially in economic aspects. In the other side, this gave positive influence to the staffs of the sugar factory to replace the Dutch staffs.

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=13318

http://gambar.mitrasites.com/gula-pasir.html
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROSES PADA STASIUN PEMURNIAN UNTUK MENUNJANG KUALITAS GULA PG TASIKMADU KARANGANYAR

Oleh : Qodarul Laili ABSTRAK PG Tasikmadu merupakan perusahaan yang memproduksi gula pasir. Pada perusahaan proses produksi mempunyai peran yang penting dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, maka diperlukan manajemen yang baik. Perusahaan yang mempunyai manajemen yang baik apabila segala kegiatannya direncanakan, diorganisasi, diarahkan, diawasi serta dikendalikan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui yang perlu dilakukan pada stasiun pemurnian sebelum proses produksi, untuk mengetahui proses produksi gula, dan untuk mengetahui apa saja yang perlu dikendalikan di stasiun pemurnian dalam proses produksi untuk menjaga kulitas gula supaya tetap memenuhi standar perusahaan. Sesuai dengan masalah yang telah ada maka dilakukan analisis menggunakan diagram pareto untuk mengetahui kerusakan apa saja yang paling sering terjadi pada stasiun pemurnian, dan diagram sebab-akibat untuk mengetahui penyebab dari kerusakan. Proses produksi yang berlangsung pada PG Tasikmadu ada beberapa stasiun, yaitu stasiun pemerahan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun kristalisasi, stasiun puteran dan stasiun penyelesaian. Adapun hal yang perlu dilakukan proses pemurnian sebelum proses produksi adalah menyiapkan bahan baku, bahan pembantu, mesin-mesin dan tenaga kerja. Penyebab kerusakan nira pada stasiun pemurnian yaitu pada PP I, PP II dan Clarity, dari hasil analisis menggunakan diagram pareto maka dapat diambil kesimpulan bahwa Jumlah kerusakan yang paling besar adalah tidak tercapainya suhu pada PPI yaitu 2277 jam dengan presentase 65.9 %. Kemudian Untuk penyebab kerusakan terbesar kedua yaitu tidak tercapainya suhu pada PP II, Yaitu 1092 jam dengan presentase 31.61 %. Penyebab kerusakan yang ketiga yaitu kejernihan pada nira yaitu 86 jam dengan presentase 2.49 % Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari penelitian yang dikemukakan diatas, maka peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan. Sebaiknya pengendalian pada stasiun pemurnian perlu di tingkatkan, baik pengendalian bahan baku, mesin, pengendalian proses, dan pengendalian terhadap tenaga kerja, supaya tidak menghambat kelancaran proses. Membersihkan peralatan pada stasiun pemurnian secara rutin supaya kerak nira tidak menghambat proses pemanasan pada PPI dan PPII, Sehingga pemanasan dapat tercapai. Mencatat semua ketidak sesuaian proses khususnya pada setasiun pemurnian untuk dilakukan perbaikan segera dan sebagai dasar dalam proses berikutnya. Dokomen-dokumen pada giling sebelumnya sebaiknya di simpan, sebagai dokumentasi jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Keyword : Perencanaan dan Pengendalian Proses

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=10311

Namanya adalah Agro Wisata Sondrokoro. Tempat ini merupakan area wisata, yang selalu ditunggu oleh keluarga. Apalagi anak-anak. Mereka seakan tak kenal lelah bermain dan belajar di sini.

Foto: Berita Daerah-Sudaryono

Agro Wisata Sondrokoro karena mempunyai nilai pendidikan dan sejarah dengan bernuansa

tempo doeloe. Keberadaan tempat ini tidak dapat dipisahkan dengan PG Tasikmadu yang merupakan rangkaian yang tak terpisahkan.

Keduanya dalam satu lokasi yang saling mendukung, dimana PG Tasikmadu sebagai pabrik gula yang sampai saat ini masih aktif telah dikembangkan menjadi salah satu daya tarik wisata yang memiliki nilai sejarah dan pendidikan dimana kita bisda mengetahui tentang proses pembuatan gula, mulai dari tanaman tebu hingga proses penggilingan serta pengepakan gula.

Foto: Berita Daerah-Sudaryono

Dengan aset yang telah ada, keduanya mampu menjadi obyek wisata andalan Kabupaten Karanganyar yang saat ini terus dikembangkan baik dalam hal penataan obyek wisata yang dipetakan menjadi beberapa kelompok yang terpisah antara wahana haritage yang bersifat sejarah , wahana pendidikan , permainan anak dan penunjang lainnya.

Jika anda tertarik mengunjungi tempat ini, anda bisa menempuh perjalanan dengan jarak sekitar 15 km dari kota Solo ke arah timur sebelum memasuki kota Karanganyar, lalu belok kiri menuju PG Tasikmadu Karanganyar, dan ditempuh 30 menit dari kota Solo.

Foto: Berita Daerah-Sudaryono

Dengan membayar tiket masuk Rp. 5.000,-/orang, anda pun bisa bertamasya dan bisa memilih sendiri wahana yang disuka dengan biaya yang terjangkau. Mulai dari Rp. 4000-7000,-.

Wahana yang paling disukai adalah sepur tebu , ini merupakan ikon Sondrokoro, tak hanya rekreasi saat musim giling bulan Mei Oktober pengunjung bisa belajar dengan menyaksikan proses penggilingan nya ( proses dari tebu menjadi gula ).

Tak perlu mahal kan untuk menikmati wisata bermanfaat ini? Tunggu apalagi, ajak keluarga anda untuk menikmati agrowisata seru ini.

(Sudaryono/DN/bd)
http://beritadaerah.com/budaya/jawa/38157

Target giling PG Tasikmadu, tahun ini meningkat

Dimuat admin Apr 14th, 2011 dalam Kategori Breaking news, Liputan Utama, Ragam Peristiwa. Anda bisa mengikuti setiap tanggapan melalui RSS 2.0. Anda bisa meninggalkan tanggapan atau trackback untuk berita ini

prosesi ritual jelang giling Karanganyar (Soloraya Online), Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, selamatan giling tebu diawali dengan mempersembahkan berbagai macam sesaji, termasuk persembahan kepala kerbau sebagai simbol diawalinya musim giling, Kamis (14/4). Selamatan giling tebu diawali dengan arak-arakan budaya. Iringan musik dan berbagai sesajen seperti bubur, tumpeng, dan hasil bumi yang lain diarak menuju tempat penggilingan. Pabrik Gula (PG) Tasikmadu Karanganyar menargetkan bisa menggiling 4,2 juta kuintal tebu pada musim giling tahun 2011 ini. Target ini meningkat dibanding musim giling tahun sebelumnya yang total hanya menggiling 3,9 juta kuintal tebu. Ikut diarak pula dalam ritual itu dua pohon batang tebu, serta kembang telon. Sesajen yang dibawa menggunakan jolen atau joli ini diarak oleh sejumlah pegawai pabrik dan masyarakat sekitar. Ribuan warga Karanganyar dan sekitarnya ikut menjadi saksi menyaksikan dari dekat ritual selamatan giling tebu tersebut. Bagi masyarakat sekitar, sesajen itu dipercaya membawa berkah. Tebu bagi masyarakat Tasikmadu telah menjadi tumpuan harapan petani dan keluarga karyawan pabrik gula. Dari cairannya yang manis dihasilkan gula yang berarti besar bagi kehidupan mereka. Namun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sesajen kepala kerbau pada selamatan musim giling tahun 2011 ini hanya satu. Padahal pada tahun sebelumnya, sebanyak tujuh ekor kepala kerbau dijadikan sesajen. Nggak ada maksud apa-apa, satu saja cukup. Ritual yang lain tetap dilaksanakan sama. Hanya kepala kerbau yang membedakan, kalau sebelumnya kami mempersembahkan tujuh kepala, kali

ini satu saja kami anggap cukup, ujar Administratur PG Tasikmadu, Bambang ucahyo di sela acara ritual. Menurut Bambang, ritual menjelang dimulainya giling tebu ini digelar dengan maksud untuk nguri-uri budaya dan manifestasi doa kepada Tuhan. Harapannya kegiatan giling tebu yang akan segera dimulai bisa berjalan lancar, aman dan proses giling mencapai target. Kenapa kerbau yang dipilih sebagai sesajen karena mempunyai simbol etos kerja karyawan. Kerbau selama ini dikenal sebagai binatang yang kuat dan tak gampang menyerah di segala medan. * (dit)
http://solorayaonline.com/2011/04/14/target-giling-pg-tasikmadsu-tahun-ini-meningkat/

Ribuan Warga Karanganyar Saksikan Tradisi Selamatan Giling Tebu 2011

Written by Leni Widiya | 15 April 2011 Share

KBRN, Karanganyar : Ribuan warga masyarakat menyaksikan tradisi "Selamatan Giling Tebu Tahun 2011" di Pabrik Gula PG Tasikmadu Karanganyar Jumat (15/4). Tradisi ini ditandai dengan arak-arakan Temanten (pengantin).

Tebu yang merupakan pasangan Manten Tebu Pria dan Manten Tebu wanita lengkap dengan iringiringan Joli yang terbuat dari anyaman bambu dan hiasan kertas yang dibawa para pegawai pabrik gula, untuk kelengkapan sesajen berupa bubur, tumpeng dan kembang telon. suasana berlangsung meriah tidak ubahnya seperti pesta pernikahan pengantin.

"Tradisi ini selalu kami adakan setiap menjelang musim giling, sebagai upacara selamatan dan permohonan doa kepada Tuhan YME untuk kelancaran giling tebu dalam proses pembuatan gula kristal", ungkap Administratur PG Tasikmadu Karanganyar, Bambang Sucahyono, Jumat (15/4).

Disebutkan dalam musim giling tahun 2011 ini PG Tasikmadu siap menggiling 4,2 juta kuintal tebu atau

meningkat

dibanding

tahun

sebelumnya

sebanyak

3,9

juta

kuintal

tebu.

"Dari 4,2 juta kuintal tebu itu akan menghasilkan gula kristal atau ngula pasir sebanyak 307.963 kuintal", jelas Bambang Sucahyono .

Musim giling tebu itu akan dimulai 20 Mei mendatang dan berlangsung selama 135 hari. Sedangkan tebu yang diling PG tersebut berasal dari Karanganyar sendiri, serta Sragen, Sukoharjo, Wonogiri, Boyolali, Grobogan bahkan dari Kabupaten Semarang. (Sriyanto/Leni/WDA)

http://www2.rri.co.id/index.php/component/content/article/44-index-berita-terbaru/9489-wargakaranganyar-saksikan-tradisi-selamatan-giling-tebu

Arak Temanten Tebu Jelang Musim Giling


Dimuat Editor Jun 17th, 2010 dalam Kategori DOKUMENTASI SOLORAYA, HEADLINE, KLIPING BERITA, SENI BUDAYA, WISATA BUDAYA. Anda bisa mengikuti setiap tanggapan melalui RSS 2.0. Anda bisa meninggalkan tanggapan atau trackback untuk berita ini Menjelang musim giling tebu, dapat dipastikan hampir semua pabrik gula menggelar serangkaian ritual sakral untuk keselamatan, yang disebut cembengan. Sebutan itu sebenarnya merujuk pada keramaian pasar malam yang selalu digelar setiap awal bulan April, bulan di mana masa panen raya tebu datang. Pasar malam yang digelar masyarakat tersebut biasanya bertempat di sekitar lokasi pabrik gula. Di Karanganyar, sekitar 15 kilometer arah timur Kota Solo, Jawa Tengah, pasar malam cembengan menempati sekitar Pabrik Gula (PG) Tasik Madu. Puluhan lapak berderet-deret, menjajakan berbagai makanan khas pasar malam tradisional, seperti arum manis, es dawet, brondong jagung dan jajan pasar. Ada juga beberapa hiburan anak-anak semacam komidi putar, dan tong setan. Hiburan jadul itu memang seperti mengingatkan kembali kenangan masa lalu.

Pasar malam tersebut memang sangat kental dengan warna tradisional. Namun justru itulah kekuatannya. Setiap malam, pasar malam yang berlangsung selama dua pekan itu dipadati pengunjung. Mereka datang dengan gembira bersama keluarga; anak dan istri. Bagi masyarakat di sekitar pabrik gula, musim panen memang identik dengan musim kebahagiaan, dan pasar malam cembengan adalah gambaran perayaan kebahagiaan itu. Ya, masa seperti sekarang ini adalah masa gembira bagi masyarakat di sekitar pabrik gula; para petani tebu, buruh tebang, buruh angkut, dan karyawan pabrik. Sebab sebentar lagi roda ekonomi akan bergerak, lapangan kerja akan terbuka, pendapatan akan mengalir. Impian setelah selama satu tahun (periode tanam tebu) akan segera bisa dinikmati. Maka sungguh wajar jika wajah-wajah mereka terlihat sumringah (gembira). Konon, kegembiraan panen yang kemudian dilanjutkan dengan menggiling tebu itulah yang melahirkan ritual cembengan, atau kirab pengantin tebu yang digelar pihak pabrik gula. Di PG Tasik Madu, ritual cemengan itu sendiri dilakukan selama dua hari. Pada hari pertama, Kamis (29/4) pagi, ritual dimulai dengan penebangan dua batang tebu temanten (pengantin). Batang tebu tersebut akan dijadikan sebagai tebu pertama saat dilakukan giling tebu pada keesokan harinya atau Jumat (30/4). Namun sebelum giling tebu, pihak pabrik gula terlebih dulu menggelar prosesi kirabn sesaji, yaitu mengarak atau mengkirab aneka sesaji keliling kampung, sebelum akhirnya meletakkannya di ruang mesin produksi di dalam pabrik. Sebelum dikirab, bermacam sesaji diletakkan di dalam jolen atau joli (semacam tandu kecil) yang dihias dengan kertas warna-warni. Selain tujuh kepala kerbau, sesaji tersebut antara lain berupa jenang merah dan putih, telur asin, kinangan (perlengkapan menginang), nasi tumpeng, dan hasil bumi. Bermacam sesaji selanjutnya diarak bersama gagar mayang dari dua batang tebu. Arak-arakan sesaji dimulai dari halaman Balai Desa Suruh menuju pabrik gula yang berjarak sekitar 5 kilometer. Ritual ini digelar untuk memohon keselamatan selama proses penggilingan tebu yang dimulai pada keesokan harinya. Setelah dilakukan pembacaan doa, aneka sesaji, terutama tujuh kepala kerbau, diletakkan di bagian bawah mesin produksi. Kepala kerbau ini

diyakini sebagai penolak bala atau bencana. Ritual untuk memohon keselamatan selama masa giling tebu dipimpin Administratur PG Tasik Madu Sri Harjanto. Ritual cembengan tersebut konon juga berkaitan dengan hasil produksi gula. Entah kebetulan atau tidak, dulu pabrik gula ini pernah tidak melakukan cembengan, lalu hasil produksi gula menurun. Tapia pa pun, ritual ini adalah cara kami memohon keselamatan, sehingga tidak terjadi sesuatu yang buruk selama musim giling. Kami juga memohon kepada Tuhan agar hasil giling tebu nantinya bisa bermanfaat bagi petani, pabrik, karyawan, dan masyarakat sekitar, kata Sri Harjanto. Sri Harjanto menambahkan syukuran atau selamatan ini dilakukan seperti syukuran yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu menggunakan nasi tumpeng dan perlengkapan lainnya. Syukuran ini bertujuan agar prosesi giling tebu berjalan lancer, mulai awal tebang, angkut, penggilingan hingga dengan akhir penggilingan nanti. Yang mengikuti syukuran atau selamatan ini adalah para pekerja kebun tebu, dan karyawan pabrik. Malam sebelum proses giling pertama, kami menggelar pentas wayang kulit semalam suntuk, terang dia. Tebu Temanten Puncak ritual cembengan berlangsung pada keesokan harinya, Jumat (30/4) pagi, yaitu prosesi kirab tebu temanten. Tentu saja, tebu yang menjadi pengantin merupakan tebu pilihan, sehingga diperlakukan secara khusus dan khas. Selain batang tebunya dipilih yang paling baik dan memiliki rendemen tinggi, sepasang tebu temanten pun didandani layaknya sepasang mempelai, tak ubahnya pasangan pengantin manusia. Tahun ini, pasangan temanten yang dinikahkan adalah pasangan Bagus Wijaya dan Raden Roro Sri Rejeki dari varietas tebu PS 864, yang diambil dari Kebun Sroyo di Kebakkramat dan Kebun Wonolopo, Tasikmadu. Keduanya mengenakan topeng Dewi Sri dan Dewa Sadana. Lambang kemakmuran masyarakat agraris. Sepasang tebu temanten ini sebagai simbol adanya tebu lanang (laki-laki) atau tebu yang berasal dari daerah lain, serta tebu wadon (wanita) yang ditanam sendiri oleh pabrik gula Tasik Madu PG sendiri, ungkap Sri Harjanto, sebelum memimpin prosesi. Soal pemeilihan nama tebu temanten itu, kata Sri harjanto, mengandung harapan agar kelak gula yang dihasilkan nantinya berlimpah dan kualitasnya bersih, sekaligus membawa berkah bagi karyawan dan warga sekitar pabrik. Hingga akhirnya, dari rumah dinas kepala tanaman pasangan tebu temanten dikirab bersama 14 pasang tebu pengiring keliling desa, menuju besaran atau rumah dinas administratur pabrik gula. Dari sepanjang pinggir jalan, warga mengelu-elukan kirab pengantin. Atraksi reog menyambut kedatangan tebu temanten dan pengiringnya di halaman pabrik gula. Begitu arak-arakan pengantin memasuki ruang giling, sepasang temanten tebu kemudian diletakkan di atas mesin giling, disusul kemudian 14 pasang tebu pengirinyanya. Glek! Mesin penggiling pun bergerak, mulai menggilas dan melumat batang-batang tebu. Bergeraknya mesin giling itu pun menandai dimulainya proses giling tebu hingga 100 hari mendatang, sekaligus mengakhiri ritual cembengan di PG tasik Madu, Karanganyar. Begitulah. Tebu telah menjadi tumpuan harapan para petani, karyawan pabrik gula, dan orangorang di sekitar pabrik. Air manis dari tebu yang digiling, yang nantinya akan menjadi gula, sungguh sangat berarti kehidupan mereka. Maka, musim giling tebu barangkali menjadi musim yang paling ditunggu.(Ganug Nugroho Adi)

Popularity: 1% [?]
http://kabarsoloraya.com/2010/06/17/1693/

Agro Wisata Sondokoro

Spoor Uap Agrowisata Sondokoro

Terletak diantara jalan raya Solo dan Karanganyar desa Ngijo kecamatan Tasikmadu. Fasilitas yang ditawarkan di Agro Wisata Sondokoro Tasikmadu ini adalah Tour keliling Pabrik Gula dengan naik lokomotif, Jembatan Gantung, Flying Fox, Dunia Kreasi, Panjat Dinding, Graha Sondokoro, Ruang Metting, Lapangan Tennis, Griya Resto, Monumen Giling, Kolam Renang, Jalan Refleksi, Live Music. Museum Mesin Gula

museum gula

Disini anda dapat melihat bekas-bekas mesin yang dahulu digunakan dalam pembuatan gula di pabrik ini karena terletak di area taman, jadi tempat ini sangat nyaman untuk bersantai dan berfoto Sejarah Singkat Sondokoro SONDOKORO sebenarnya adalah nama desa yang dulu konon cerita berasal dari nama Kyai Sondo dan Kyai Koro yang bertarung 40 hari 40 malam demi mendapatkan menantu bagi anak gadis mereka yang sama-sama mencintai Tumenggung Joyo Lelono. Namun pertarungan tersebut berakhir imbang tanpa ada yang menang ataupun kalah di karenakan mereka berasal dari satu perguruan yang sama. Kemudian oleh penduduk setempat tempat tersebut di namai SONDOKORO yang di ambil dari nama Kyai Sondo dan Kyai Koro, yang petilasannya dapat dilihat di lokasi Jalan Refleksi yang berada di Wahana SRI WIDOWATI, yang diambil dari nama anak gadis Kyai Sondo. Agrowisata SONDOKORO memulai kegiatannya pada tahun 2005 yang dahulu hanya berupa pabrik gula, yang berkapasitas 31.000 TCD dan sangat tertutup untuk kepentingan umum. pada tahun tersebut terbentuk pemikiran membuka diri dengan wisata Agro dan industri Gula yang bernuansa tempoe Doeloe. Agrowisata SONDOKORO meliputi wisata Spoor Teboe, Spoor Sakarosa, Spoor Gula yang melintasi kawasan sekeliling dan kebun tebu sekitar Pabrik Gula Tasikmadu, dilengkapi dengan beragam fasilitas permainan untuk dewasa dan anak dan juga berbagai wahana kesehatan. Kami juga melengkapi dengan fasilitas Edukasi yaitu Wisata Pendidikan dan Wisata Pabrik untuk melihat proses pembuatan gula beserta Instalasinya.

http://kabaena.forumplatinum.com/t2969-obyek-wisata-tawangmangu-candi-sukuh-argowisatasondokoro

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI DI PTP NUSANTARA IX (PERSERO) PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR Oleh : Lisa Indriastuti

Tujuan penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui perencanaaan dan pengendalian proses produksi. Tujuan dari perencanaan dan pengawasan produksi adalah mengusahakan agar barang jadi hasil proses produksi itu tepat sesuai dengan kebutuhan langganan dengan memperhatikan kualitas dan harganya. Sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan yaitu Bagaimana perencanaan proses produksi dan Bagaimana efektifitas pengendalian proses produksi pada PG. Tasikmadu, maka dilakukan analisis mengenai perencanaan proses produksi, kemudian Diagram Pareto untuk mengetahui kerusakan apa saja yang paling sering terjadi pada produk yang dihasilkan, Diagram Sebab-Akibat untuk mengetahui penyebab dari kerusakan. Analisis pareto kerusakan tertinggi pada jenis kerikil yaitu sebesar 4.623,50 atau 95 % kemudian pada jenis debu sebesar 243.00 atau 5% dari semua jumlah kerusakan. Penyebabnya antara lain peralatan yang kurang seksama, kurangnya kontrol pada mesin, bahan baku yang kurang baik untuk diproduksi dan konsentrasi tenaga kerja yang

menurun. Berdasarkan pembahasan analisis data dan kesimpulan hasil penelitian yang dikemukakan diatas, maka peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak perusahaan untuk menentukan langkah lebih lanjut mengenai pengendalian kualitas. Agar perusahaan meninjau kembali mengenai perencanaan yang telah dibuat mengingat masih banyak kesalahan dari manajemen mulai dari bahan baku, tenaga kerja, alat bantu proses, urutan proses dengan cara membuat, mengganti atau menambah langkah-langkah yang perlu dibuat dan dilakukan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan.

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=1696

Paradigma Baru bagi Limbah


Reply

Topic List < Prev Topic | Next Topic >

< Prev Message | Next Message >

Kompas - Rabu, 12 Juli 2000 Paradigma Baru bagi Limbah TIGA tahun yang lalu, limbah pabrik gula masih menjadi masalah besar bagi PG Tasikmadu di Solo. Kecuali tetes tebu yang sudah lama dimanfaatkan untuk pembuatan ethanol dan bahan pembuatan monosodium glutamate (MSG/salah satu bahan untuk membuat bumbu masak), beraneka limbah dalam proses produksi gula seperti blothong, abu, dan ampas tebu terbuang percuma. Bahkan untuk buangan limbahnya pun menimbulkan pencemaran lingkungan, sehingga PG mesti keluar biaya Rp 200 juta setahun. Di luar limbah pabrik itu, tanaman tebu menghasilkan limbah pula sejak masa tanam hingga penebangan. Daun tebu kering yang disebut klethekan, pucuk tebu hingga sogolan (pangkal tebu); menimbulkan kesulitan tersendiri untuk membuangnya. Padahal semua itu bisa dimanfaatkan, dan punya nilai ekonomis pula. "Lebih tepat menyebut limbah-segala limbah dalam suatu proses produksi pertanian-sebagai hasil samping produksi, yang belum dimanfaatkan karena belum diketahui manfaatnya," kata Ir Suharto MS, seorang pakar kompos. Ia menunjuk jerami atau batang padi yang lebih banyak terbuang pada saat panen padi, kecuali dibakar untuk "pupuk" di sawah, atau pakan ternak. Padahal jumlahnya luar biasa banyak dan sebagai bahan organik, jerami juga amat bagus untuk pembuatan pupuk kompos. Sejak 1998, PG Tasikmadu mengolah hasil limbah produksinya seperti blothong, abu, tetes, dan ampas, dicampur kotoran hewan,

menjadi pupuk kompos unggul (fine compost) yang punya nilai tinggi. Tasikmadu sudah mengantungi untung Rp 8 milyar dari bahan yang semula limbah ini. Limbah tebu yang lain seperti pucuk tebu segera akan berubah menjadi produk yang mendatangkan keuntungan ekstra. Pucuk tebu bisa diolah jadi pakan ternak (sapi), dengan harga antara Rp 300-Rp 400 per kg. Harga ekspor 0,5 dollar AS. Selain peternak dalam negeri, pasar ekspor pun siap menerima produk pakan ternak dari pucuk tebu ini. Jumlah limbah pucuk tebu ini mencapai 15 persen dari total tanaman, ditambah sogolan dua persen. Sementara ampas tebu diserap untuk bahan pembuatan kertas oleh pabrik kertas. "Tetapi kami belum siap untuk memproduksi pakan ternak. Mungkin mulai tahun 2001 nanti," kata Administratur PG Tasikmadu, Soeparno DS. Ia menyayangkan, kebutuhan akan modal terbentur oleh birokrasi di PTP Nusantara IX (Jateng) yang masih menerapkan manajemen konservatif. Soeparno melukiskan, prospek usaha pembuatan pupuk kompos dan pakan ternak sangat cerah, dan pasar nyaris "tak terbatas". Untuk tambahan modal usahanya itu pihaknya membutuhkan dana segar Rp 5 milyar. Untuk itu PG Tasikmadu siap bekerjasama dengan pihak ketiga. Asisten Ahli Menteri Pertanian Ir Erwin Soetirto menyebutkan, diversifikasi usaha seperti yang dilakukan PG Tasikmadu itu merupakan bisnis baru yang patut memperoleh dukungan. Ia menjanjikan akan mempertemukan PG Tasikmadu dengan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) yang akan siap menyerap produk pakan ternak. *** SELAIN industri gula (tebu), industri perkebunan besar lain sebenarnya memiliki potensi yang kurang lebih sama, seperti perkebunan kelapa sawit, kakao (cokelat). Pengelola perkebunan-perkebunan itu selama ini kesulitan membuang limbahnya yang jumlahnya amat banyak. "Perkebunan kakao di Inderagiri Hulu, Riau (Sumatera) setiap hari membuang kulit, daging buah serta kulit biji kakao. Jumlahnya sangat banyak sampai membentuk gunung tinggi, sehingga menimbulkan masalah lingkungan sendiri," cerita Ir Suharto. Limbah kakao itu sebenarnya mengandung protein yang lumayan. Atas sarannya, limbah tersebut oleh pengelolanya PT Tri Bhakti Sari Mas diolah menjadi pakan ternak sebagai pengganti rumput. Caranya, limbah kakao itu difermentasikan, dan hasilnya bisa menjadi subtitusi rumput yang aman bagi ternak. Perusahaan tersebut kemudian juga membuka usaha peternakan sapi dengan memanfaatkan limbah kakao sebagai pakan ternak. Jumlah sapinya sekarang mencapai 4.000 ekor. Begitu pula dalam perkebunan kelapa sawit. Selama ini banyak cangkang kelapa sawit yang terbuang, padahal jumlah limbah ini setiap hari teramat banyak. Setiap tandan sawit, 60 persennya kosong, dan ini menjadi limbah yang

menimbulkan pencemaran udara karena asap. Dari setiap produk limbah cangkang sawit ini, 12 persennya bisa menjadi pakan ternak (sapi). Dan sisanya, setelah diproses, bisa dijadikan kompos untuk pemupukan tanaman sawit. Sedangkan untuk pembuatan kompos, dengan memanfaatkan limbah bungkil sawit ditambah kotoran sapi. Dengan demikian terjadi siklus alam yang tak terputus. "Jadi usaha perkebunan cokelat sekarang tidak lagi hanya mengandalkan produk dari biji cokelat, tetapi juga peternakan sapi. Begitu pula perkebunan kelapa sawit tidak hanya menjual CPO (crude palm oil), tetapi juga menghasilkan sapi dan pakan ternak," paparnya. Kompos dari bahan sawit ini telah diproduksi menjadi komplet-vit (pelet), bahkan mulai dilirik oleh pengusaha perkebunan sawit di Malaysia. Mereka siap mengimpor kompos sawit dari Riau ini. (asa)

http://groups.yahoo.com/group/mmaipb/message/4346

JURNAL 01 EFISIENSI UNIT-UNIT KEGIATAN EKONOMI INDUSTRI GULA YANG MENGGUNAKAN PROSES KARBONATASI DI INDONESIA VICTOR SIAGIAN
21/10/2010 abdulrahman2009 No comments

EFISIENSI UNIT-UNIT KEGIATAN EKONOMI INDUSTRI GULA YANG MENGGUNAKAN PROSES KARBONATASI DI INDONESIA VICTOR SIAGIAN Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta ABSTRACT Highly government intervention caused crucial Indonesian sugar market structure. This condition stimulated low productivity, high cost economy, increasing in sugar price and imported sugar. Increased sugar import either legal or illegal must be concerned because international sugar market is thin market and also sugar industry is capital intensive, more over in the beginning of trade liberalization. One of the methods for eliminating imported sugar namely to identified sugar industry efficiency especially carbonatization sugar industry using Data Envelopment Analysis (DEA). DEA calculates relative efficiency to peer unit namely sugar factories in which have highly efficiency score. There are three sugar factories, using carbonatization process, have lowly efficiency score and need input multiplier or reallocation in using input from peer unit.

Keywords : Government Intervention, Sugar Market Structure, Legal and Illegal Import, Thin Market, DEA, Relative Efficiency, Peer Unit. PENDAHULUAN Latar Belakang Motivasi studi ini berkaitan dengan maraknya isu mengenai pro-kontra impor produk pertanian khususnya gula. Isu tersebut merebak karena dihadapkan kepada kekuatan pihak produsen gula domestik, khususnya petani tebu, akan terancam kelangsungan produksi gula dalam negeri. Kekuatan produsen gula domestik dapat dipahami karena harga pasar gula impor lebih rendah dari harga gula produksi domestik. Produksi gula nasional semakin menurun selama beberapa tahun terakhir. Produksi gula nasional pernah meningkat relatif cepat dalam periode 1980-an, akan tetapi lambat sekali dalam periode awal 1990-an, dan setelah tahun 1994 produksi gula nasional terus menurun. Peningkatan produksi gula adalah disebabkan oleh perluasan areal tanaman tebu, bukan disebabkan oleh peningkatan produktivitas (Sekretariat Dewan Gula, 2001). Menurut Statistik Impor, Badan Pusat Statistik 2000, pasokan gula dunia akan semakin terbatas pada sejumlah kecil negara. Kondisi ini dapat menjadi rawan bila ketergantungan impor gula Indonesia dalam jumlah besar. Kecenderungan ini hendaknya dapat menstimulir untuk meningkatkan produksi gula nasional melalui upaya perbaikan produktivitas dan efisiensi dengan sasaran kemandirian dan peningkatan daya saing industri gula nasional dengan prioritas utama pemenuhan kebutuhan gula di dalam negeri. Victor Siagian, Staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Para petani tebu hanya memiliki dua pilihan, jika krisis industri gula tidak tertangani. Petani akan membongkar kebun tebu dan beralih ke tanaman lain atau mereka akan membiarkan tanaman tebu yang ada tanpa perawatan, sehingga hasilnya minim. Apabila langkah ini dilakukan, maka pasokan tebu ke pabrik gula akan anjlok yang mengakibatkan pabrik gula dapat ditutup. Hal ini terjadi karena masuknya gula impor sehingga gula dalam negeri tidak dapat bersaing (Harian Kompas, 10 September 2002). Gula impor legal dan ilegal yang masuk ke pasar telah menekan harga gula produksi dalam negeri. Situasi demikian akan membawa industri gula pada situasi krisis karena pabrik gula mengalami kesulitan pasokan tebu. Sebanyak 44 pabrik gula di Indonesia terancam bangkrut. Pemicu rendahnya suplai bahan baku ini karena petani tertarik menanam tebu akibat merosotnya nilai ekonomisnya (Harian Kompas, 14 September 2002). Peluang masuknya gula impor karena produksi gula nasional mencapai 3,2 sampai 3,5 juta ton setahun. Selain itu tarif bea masuk gula putih (White Sugar) Rp. 700,- perkilogram dan gula mentah (Raw Sugar) Rp. 550,- per kilogram yang cukup tinggi sehingga mendorong masuknya gula impor ilegal. Kondisi ini mengakibatkan daya saing gula dalam negeri menurun. Tingginya intervensi pemerintah menyebabkan berbagai masalah dalam struktur pasar gula Indonesia yang pada akhirnya mendorong rendahnya peningkatan produktivitas, tingginya harga gula di tingkat konsumen serta meningkatnya impor gula. Meningkatnya impor gula patut diwaspadai mengingat pasar internasional gula termasuk pasar yang tipis (Thin Market), sementara industri gula nasional merupakan industri yang padat karya, apalagi dengan semakin meningkatnya arus liberalisasi perdagangan. Salah satu upaya untuk menghadapi ancaman gula impor adalah mengkaji industri gula dalam negeri, khususnya pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi. Akhir-akhir ini, sejumlah besar pabrik gula (PG) di Jawa menghadapi kesulitan

dalam penyediaan bahan baku tebu, hal ini dilihat dari menurunnya Hari Giling serta meningkatnya Jam Berhenti Giling yang disebabkan oleh kekurangan bahan baku. Kondisi PG yang telah tua dan kesulitan tebang dan angkut telah mempengaruhi rendemen dan kualitas tebu, sehingga biaya produksi gula lebih mahal (Sawit, 1998; Prabowo, 1996 dan Sekretariat Dewan Gula, 1997). Tampaknya program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang diimplementasikan selama ini telah mempersulit perkembangan industri gula nasional yang efisien. Kegagalan peningkatan produksi gula di satu pihak, dan meningkatnya permintaan gula di lain pihak, telah mendorong pemerintah untuk meningkatkan impor gula pasir. Tebu rakyat nantinya diperkirakan akan berkembang pada wilayah yang secara tradisional telah mengenalnya seperti di Pati dan Malang Selatan. (Soentoro et.al. 1999). Rosengrant et.al (1987) mengemukakan bahwa industri gula Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif dan tanpa penjatahan areal, petani akan beralih kepada komoditas lain. Peningkatan efisiensi perlu terus diupayakan untuk memantapkan daya saing komoditas gula. Pengembangan industri gula untuk tujuan substitusi impor dan promosi ekspor tidak memiliki daya saing (Rosegrant et.al, 1987). Hasil studi PSE dan P3GI (1996) menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur pertanaman dan katagori tanaman tebu yang berlangsung sejak awal tahun delapan puluhan. Dalam periode 1980-1990 proporsi areal tebu lahan kering meningkat dengan laju 11,9 persen/tahun, yaitu dari 20,9 persen menjadi 48,9 persen. Kategori tanaman tebu kepras (ratoon) meningkat dari 31,3 persen menjadi 62,6 persen atau meningkat dengan laju 7,3 persen/tahun. Dengan demikian peranan tebu kepras dan tebu lahan kering menjadi semakin penting dalam penentuan keunggulan komparatif industri gula secara keseluruhan. Selain faktor produktivitas, pengembangan tebu di lahan kering yang semakin meluas memunculkan masalah baru seperti meningkatnya biaya pengangkutan tebu ke pabrik, melemahnya lingkup kendali (span of control) dan skala ekonomi (PSE dan P3GI, 1996). Kesemuanya ini akan memperlemah keunggulan komparatif pengembangan tebu di lahan tegalan yang akhirnya akan memberikan dampak secara agregat. Dengan demikian impor gula menguras devisa negara cukup besar, dan diperkirakan akan semakin memberatkan perekonomian nasional dalam kondisi rupiah yang mengalami depresiasi yang cukup tinggi sekarang ini. Menurut Statistik Impor, Badan Pusat Statistik, pasokan gula dunia akan semakin terbatas pada sejumlah kecil negara. Kondisi ini bisa menjadi rawan bila ketergantungan impor gula Indonesia dalam jumlah yang besar. Kecenderungan ini hendaknya dapat menstimulir untuk meningkatkan produksi gula nasional melalui upaya perbaikan produktivitas dan efisiensi dengan sasaran kemandirian dan peningkatan daya saing industri gula nasional dengan prioritas utama pemenuhan kebutuhan di dalam negeri. Menurut P3GI (1997), salah satu langkah yang perlu ditempuh dalam pembangunan industri gula adalah melalui peningkatan efisiensi pabrik gula. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya efisiensi pabrik gula adalah : (1) pabrik yang sudah tua, (2) harigiling yang belum optimal, (3) kapasitas giling yang kurang dari 2.000 ton tebu per hari dan (4) jam berhenti giling yang tinggi. Menurut Sekretariat Dewan Gula Indonesia (2001), kendala utama yang dihadapi pabrik gula saat ini adalah :

(1) rendahnya kualitas bahan baku, (2) rendahnya kapasitas sebagian pabrik serta rendahnya efisiensi pabrik (tingginya jam berhenti dan (3) tingginya biaya produksi. Penelitian tentang efisiensi teknis dapat dibaca pada Simatupang dan Mewa (1987) dan Dewa (1996), kedua penelitian tersebut mempergunakan fungsi produksi frontier. Ini merupakan suatu kemajuan dibandingkan dengan penelitian lainnya yang mempergunakan fungsi rata-rata. Berbagai efisiensi alokatif dapat dibaca pada Pakpahan (1982) dan Sugianto (1985). Contoh penggunaan fungsi produksi dapat dilihat pada Sawit (1985). Fungsi produksi yang banyak dipergunakan adalah fungsi produksi Cobb-douglass. Fungsi ini terkenal kesederhanaannya. Penentuan skala ekonomi dengan fungsi biaya dapat dibaca pada Christiansen dan Green (1976) dan Binswanger (1974). Simatupang (1988) mengemuka-kan akhir-akhir ini analisa yang banyak dipakai dalam penelitian ekonomi produksi adalah fungsi keuntungan. Dengan alat analisa ini hampir semua parameter yang berkaitan langsung dengan produksi dapat diperoleh. Jenis fungsi keuntungan yang banyak dipakai dalam penelitian adalah fungsi Cobbgotglass dan translog. Fungsi keuntungan Cobbdouglass adalah salah satu bentuk khusus dan fungsi translog (Simatupang, 1987). Karena sifatnya yang banyak batasan, fungsi keuntungan ini banyak memiliki kelemahan (Chand and Kaul, 1986, Simatupang, 1987, Suryana, 1987). Namun fungsi keuntungan Cobb-Douglass ini lebih mudah dalam penerapan secara empiris. Oleh karena itulah ia lebih banyak digunakan. Penelitian tentang efisiensi pabrik gula di India dilakukan oleh Ferrantino, M.J. dari US International Trade Commission Office of Economics disertai Ferrier, G.D. dan Linvill, C.B. masing-masing dari Departemen Ekonomi Universitas Arkansas pada tahun 1994. efisiensi pabrik gula yang diteliti meliputi efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi alokatif dengan menggunakan pendekatan nonstocastik-nonparametric production dan cost frontiers yang diestimasi dengan metode linear programming. Menurut P3GI (1997), terdapat lima kriteria pokok yang dapat dijadikan pedoman awal untuk menentukan tidak efisiennya suatu pabrik gula, yaitu : 1. Kesulitan memperoleh lahan. 2. Pengembangan lahan tebu mengarah ke lahan kering sehingga biaya angkut tebu meningkat. 3. Jumlah produksi gula kurang dari 250.000 kwintal per tahun, sehingga harga pokok per unit hasil masih mahal. 4. Mutu bahan baku belum optimal sehingga biaya produksi pabrik gula tidak efisien. 5. Kapasitas giling masih banyak yang dibawah 2000 ton tebu per hari. Berdasarkan lima kriteria pokok tersebut terdapat indikasi bahwa efisiensi pabrik gula Indonesia masih rendah khususnya pabrik gula milik BUMN yang dapat disebabkan karena biaya produksi gula belum efisien (Sekretariat Dewan Gula Indonesia, 1997). Setelah mengemukakan kriteria pokok efisiensi pabrik gula sebagaimana diuraikan di atas, terdapat aspek-aspek yang erat kaitannya dengan biaya produksi gula yaitu : (1) produksi gula,

(2) produksi tebu, (3) impor gula, dan (4) liberalisasi perdagangan. Sehubungan dengan itu, perlu diketahui apakah industri gula domestik di masa mendatang masih dapat diharapkan untuk dipertahankan eksistensinya, khususnya industri gula yang menggunakan proses karbonatasi yaitu pabrik gula Tasik Madu, Gondang Baru, Rejoagung Baru, Sweet Indo Lampung dan Indo Lampung Perkasa. Perumusan Masalah Efisiensi merupakan salah satu indikator kinerja unit kegiatan ekonomi dalam industri gula agar dapat bersaing dengan gula impor. Untuk maksud tersebut, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah industri gula di Indonesia, khususnya pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi, sudah efisien ? 2. Alokasi input mana dalam pengelolaan pabrik gula yang sudah dan belum efisien ? 3. Pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi mana yang efisien ? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengukur efisiensi relatif pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbo-natasi di Indonesia. 2. Mengidentifikasi alokasi input yang sudah dan belum efisien dan cara mengatasinya dalam pengelolaan pabrik gula di Indonesia. METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, dalam bagian ini akan diuraikan : (1) Obyek penelitian, (2) Data dan Sumberdata, (3) Variabel Penelitian dan (4) Metode Analisis. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi sebagai Unit-unit Kegiatan Ekonomi (UKE). Data dan Sumber Data Data diperoleh dari Pusat Penelitian Industri Gula (P3GI). Asosiasi Gula Indonesia (AGI), Dewan Gula Indonesia (DGI), Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Urusan Logistik, sebagai data sekunder. Data mengenai input output pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi tahun 2002. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam kajian efesiensi relatif antar pabrik-pabrik gula yang

menggunakan proses karbonatasi yaitu: 1. Komponen Input a. Jumlah tebu giling (X1, ton) b. Biaya tebu giling ( CX1, 1000Rp) c. Jumlah bahan bakar (X2, kg) d. Biaya bahan bakar (CX2, 1000Rp) e. Jumlah Tenaga kerja (X3, orang) f. Biaya tenaga kerja (CX3, 1000Rp) g. Biaya Management (Z1, 1000Rp) h. Biaya Penyusutan (Z2, 1000Rp) 2. Komponen Output a. Produksi Gula (Q1, ton) b. Penerimaan gula (TRQ1, 1000Rp) c. Produksi Tetes (Q2, ton) d. Penerimaan tetes (TRQ2, 1000Rp) Metode Analisis Penelitian ini menggunakan alat analisis DEA (Data Envelopment Analysis). Setiap unit kegiatan ekonomi (UKE) yaitu setiap pabrik gula diukur efisiensi relatifnya. Untuk mengukur efisiensi industri digunakan alat analisis DEA. Data Envelopment Analysis (DEA) dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio parsial dan regresi berganda. DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit kegiatan ekonomi (yang selanjutnya disingkat UKE) yang menggunakan banyak input dan banyak output, dimana penggabungan input dan output tersebut tidak mungkin dilakukan, efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE dibanding dengan UKE lain dalam sampel (sekelompok UKE yang saling diperbandingkan) yang menggunakan jenis input dan output yang sama. Dalam DEA, efisiensi relatif UKE didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbangnya (total weight output/total weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weights) atau timbangan untuk setiap input dan output UKE. Bobot tersebut memiliki sifat : (1) tidak bernilai negatif, dan (2) bersifat universal, artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperanagkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output / total weighted input 1). DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimalkan rasio efisiensinya (maximum total weighted output/total weighted input), karena setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula, maka setiap UKE akan memiliki seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Secara umum UKE akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input yang penggunaannya sedikit dan untuk output yang dapat diproduksi dengan banyak. Bobot-bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya, melainkan sebagai penentu untuk memaksimumkan efisiensi dari suatu UKE. Sebagai gambaran jika suatu UKE merupakan perusahaan yang berorientasi pada keuntungan (profit-maximizing firm), dan setiap input dan outputnya memiliki biaya per unit serta harga jual per unit, maka perusahaan tersebut akan berusaha menggunakan sedikit mungkin input yang biaya per unitnya termahal dan berusaha memproduksi sebanyak mungkin output yang harga jualnya tertinggi. DEA memiliki beberapa

nilai manajerimal. Pertama, DEA menghasilkan efisiensi untuk setiap UKE, relatif terhadap UKE yang lain didalam sampel. Angka efisiensi ini memungkinkan seorang analis untuk mengenali UKE yang paling membutuhkan perhatian dan merencanakan tindakan perbaikan bagi UKE yang tidak / kurang efisien. Kedua, jika suatu UKE kurang efisien (efisiensi<100%), DEA menunjukkan sejumlah UKE yang memiliki efisiensi sempurna (efficient reference set, efisiensi = 100%) dan seperangkat angka pengganda (multipliers) yang dapat digunakan oleh manajer untuk menyusun strategi perbaikan. Informasi tersebut memungkinkan seorang analis membuat UKE hipotesis yang menggunakan input yang lebih sedikit dan menghasilkan output yang paling tidak sama atau lebih banyak dibanding UKE yang tidak efisien, sehingga UKE hipotesis tersebut akan memiliki efisiensi yang sempurna jika menggunakan bobot input dan bobot output dari UKE yang tidak efisien. Pendekatan tersebut memberi arah strategis bagi manajer untuk meningkatkan efisiensi suatu UKE yang tidak efisien melalui pengenalan terhadap input yang terlalu banyak digunakan serta output yang produksinya terlalu rendah. Sehingga seorang manajer tidak hanya mengetahui UKE yang tidak efisien, tetapi ia juga mengetahui seberapa besar tingkat input dan output harus disesuaikan agar dapat memiliki efisiensi yang tinggi. Ketiga, DEA menyediakan matriks efisiensi silang. Efisiensi silang UKE A terhadap UKE B merupakan rasio dari output tertimbang dibagi input tertimbang yang dihitung dengan menggunakan tingkat input dan output UKE A dan bobot input dan output UKE B. Analisis efisiensi silang dapat membantu seorang manajer untuk mengenali UKE yang efisien tetapi menggunakan kombinasi input dan menghasilkan kombinasi output yang sangat berbeda dengan UKE yang lain (PAU-SE UGM, 2000). Konsep Dasar Data Envelopment Analysis (DEA) Data Envelopment Analysis (DEA) adalah pengembangan programasi linier yang didasarkan pada teknik pengukuran kinerja relatif dari sekelompok unit input dan output. DEA dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio parsial maupun regresi berganda. DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang menggunakan banyak input maupun output. Dalam DEA efisiensi relatif UKE didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbangnya. Inti dari DEA adalah menentukan bobot yang memiliki sifat: a. Tidak bernilai negatif b. Bersifat Universal Metode DEA memiliki asumsi bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya. Karena setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan output yang berbeda pula, maka setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Nilai Manajerial DEA 1. DEA menghasilkan efisiensi untuk setiap UKE, relatif terhadap UKE yang lain didalam sampel. 2. Jika suatu UKE kurang efisien (efisiensi < 100%), DEA menunjukkan sejumlah UKE yang memiliki efisiensi sempurna (100%). 3. DEA menyediakan matriks efisiensi silang. Keterbatasan DEA 1. DEA mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur.

2. DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan unit lain dalam tipe yang sama. 3. Dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi adanya Constrant Return To Scale (CRTS). 4. Bobot input dan output yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat diinterpretasikan dalam nilai ekonomi. Dalam analisis DEA pada dasarnya ada tiga tahapan yang dilakukan yaitu : 1. Table of Efficiencies (Radial) Analisis ini menunjukkan Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) mana yang paling efisien. Efisiensi ditunjukkan dengan nilai optimal dari fungsi tujuan yang dikembangkan dari Linear Programming (LP). Nilai fungsi tujuan 100 (100%) berarti bahwa UKE tersebut efisien sementara yang kurang dari 100 berarti tidak efisien. 2. Table of Peer Units Tabel ini digunakan untuk menentukan jika suatu UKE tidak efisien maka akan ditunjukkan bagaimana cara mencapai tingkat efisiensi (mencapai angka 100) dengan melihat peer (UKE yang menjadi acuan / pedoman untuk mencapai tingkat efisiensi). 3. Table of Target Values Analisis ini digunakan untuk menentukan berapa persen efisiensi sudah terjadi untuk setiap UKE baik dari setiap struktur input maupun struktur output. Dalam tabel ini akan ditunjukkan nilai aktual dan target yang harus dicapai dari setiap input maupun setiap output. Jika besarnya nilai aktual sudah sama dengan nilai targetnya maka efisiensi untuk setiap input atau output sudah terjadi. Sebaliknya jika nilai antara aktual dengan target tidak sama maka efisiensi belum tercapai. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis DEA terhadap Efisiensi UKE Indusri Gula yang Menggunakan proses karbonatasi Penggunaan Input dan Perolehan Output Perbandingan secara kasar tingkat efisiensi antar pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi dapat dilihat dari rasio antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Semakin kecil rasio biaya dengan penerimaan mengindikasikan bahwa proses produksi berjalan semakin efisien dan berlaku sebaliknya. Hal ini diakibatkan oleh hubungan adanya hubungan positif antara penerimaan dengan keuntungan dan hubungan negatif antar biaya dengan keuntungan. Sehingga semakin tinggi tingkat penerimaan dengan biaya semakin kecil akan berdampak pada peningkatan perolehan keuntungan perusahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, penelitian ini dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat dua pabrik gula yang menggunakan proses karbo-natasi yang memiliki tingkat skor efisiensi paling tinggi yaitu Sweet Indo Lampung dan Indo Lampung Perkasa. 2. Pabrik-pabrik gula yang efisiensi relatifnya masih rendah dapat ditingkatkan efisiensinya melalui multiplier input dari pabrik acuannya.

3. Pabrik-pabrik gula yang skor efisiensinya rendah, memiliki alokasi penggunaan seluruh input yang belum optimal. Saran 1. Realokasi penggunaan input untuk pabrik-pabrik gula yang belum efisien agar segera dilakukan. 2. Institusi yang terkait dengan pengelolaan industri gula segera menindaklanjuti upaya peningkatan efisiensi pabrik-pabrik gula di Indonesia, khususnya pabrik-pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Impor. Binswanger, H.P. 1974. A Cost Function Approach to the Measurement of Elasticities of Factor Demand and Elasticities of Distribution. Amer J. Agr. Econ. 56 : 377-386. Chand, R. and J.L. Kaul. 1986. A Note on the Use of the Cobb-Douglass Profit Function. Amer. J. Agr. Econ. 68:162-164. Christensen, L.R. and W.H. Green. 1976. Economic of Scale in U.S. Electric Power Generator. Journal of Political Economics. 84:655-676. Dewa, K.S.S. 1996. The Measurement of Total Factor Productivity Growth using Production Frontier : A Case of Irrigated Rice Farming in West Java. Jurnal Agro Ekonomi 15:1-19. Pakpahan, A. 1982. Analisis Fungsi Produksi Usahatani untuk Menunjang Pengembangan Daerah Aliran Sungai Cimanuk. Jurnal Agro Ekonomi 1 : 28-49. Prabowo, D. 1996. Monitoring dan Analisa Prospek Industri Gula di Jawa. Center for Policy and Implementation Studies (CPIS). Jakarta. Pusat Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). 1997. Ikhtisar Angka Perusahaan Masa Giling 1980-1997. PSE dan P3GI. 1996. Dinamika Ekonomi Tebu Rakyat dan Industri Gula Indonesia. Studi Panel Petani Tebu. PSE dan P3GI Buku II. Bogor. PAU Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada. 2000. Data Envelopment Analysis. Rosegrant. M.W., F. Kasryno, L.A. Gonzales, C.A. Rasahan and Y. Saerfudin. 1987. Price and Investment Policies in the Indonesian Food Crop Sector. IFTRI, Washington D.C., and CASER Bogor. Sawit, M.H. 1998. Dua Puluh Dua Tahun Program TRI di Jawa. Agro Ekonometrika XXVIII (1): 37-56. Sekretariat Dewan Gula Indonesia 1997. Rencana Operasional Pemecahan Permasalahan Industri Gula di Indonesia. ________. 2001. Produksi Gula Nasional. Simatupang, P. 1987. Fungsi Keuntungan : Landasan Teori dan Terapannya. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Bogor. 16 ______. 1988. Penentuan Ekonomi Skala Usaha dengan Fungsi Keuntungan : Landasan Teoritis dengan Contoh Fungsi Cobb-Douglass dan Translog. Jurnal Agro Ekonomi, 7:1-16. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departeman Pertanian. Simatupang P., dan Mewa. 1987. Efisiensi Teknis Usahatani Kubis di Desa Galagah, Sumatera Barat. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Mimeo.

Soentoro, N. Indarto dan A.M.S. Ali. 1999. Usaha Tani dan Tebu Rakyat Intensifikasi di Jawa. Dalam Ekonomi Gula di Indonesia Disunting oleh Sawit, M.H., P. Suharno dan A. Rachman. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Sugianto, T. 1985. Production Efficiency of Cauliflower (Brassica Oleracca var Botrytys) at Ciarutan, West Java, Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi 4 : 27-39. Suryana, A. 1987. Keterbatasan Fungsi Cobb-Douglass dalam Pendugaan Elastisitas Permintaan Input. Jurnal Agro Ekonomi 6 : 19-28
http://industri09abdul.blog.mercubuana.ac.id/2010/10/21/efisiensi-unit-unit-kegiatan-ekonomiindustri-gula-yang-menggunakan-proses-karbonatasi-di-indonesia-victor-siagian/

Agrowisata Sondokoro

Sondokoro di kompleks Pabik Gula Tasikmadu Karanganyar yang dikembangkan menjadi suatu objek wisata. Pabrik gula ini dibangun pada zaman pemerintahan KPAA Mangkunegaran IV. Di pabrik itu banyak terdapat peninggalan Raja Mangkunegaran IV di antaranya, Kremoon yakni gerbong kereta yang digunakan oleh Mangkunegaran IV untuk meninjau perkebunan tebu, Lorri Bader yang sarat dengan mistis, dan Loko Doen Masyarakat di sekitar pabrik menamakan Loko Doen karena apabila loko tersebut datang selalu berbunyi peluit doen...doen. Selain banyak peninggalan masa lampau yang dapat dilihat pengunjung juga bisa menikmati lingkungan pabrik dengan menumpang kereta lorri atau membuat proses pembuatan gula. Di lokasi tersebut pengunjung juga dapat rileks di tempat refleksi, kolam renang, flying fox, panggung hiburan dan setelah penat pengunjung dapat meningmati lezatnya makanan di resto Sondokoro.

http://www.promojateng-pemprovjateng.com/detail.php?id=896

Ritual Cembengan, Tandai Datangnya Musim Giling Tebu

indosiar.com, Karanganyar - Indonesia dikenal memiliki beragam budaya. Salah satunya yang digelar oleh warga Desa Boron, Kecamatan Tasik Madu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang menggelar ritual cembengan. Ritual menjelang giling tebu ini ditandai dengan mengarak bermacam sesaji, termasuk delapan kepala kerbau sebagai simbol penolak bencana atau bala. Arak - arakan sesaji ini dimulai dari halaman Balai Desa Boron menuju pabrik gula Tasik Madu yang berjarak sekitar 5 kilometer. Ritual ini digelar untuk memohon keselamatan selama proses penggilingan tebu yang dimulai hari Jum'at (25/4/08) ini. Bermacam - macam sesaji disiapkan untuk diarak dalam ritual ini, antara lain berbagai jenis bubur, tumpeng dan hasil bumi. Ikut diarak dalam ritual ini adalah gagar mayang dari dua batang pohon tebu, kembang telon serta delapan kepala kerbau yang merupakan simbol kekuatan untuk menolak bencana atau bala. Sesaji dibawa dengan menggunakan jolen atau joli yang dibuat dari bambu kertas hias diusung warga secara bergantian. Ritual ini merupakan tradisi yang sudah berumur sekitar 150 tahun peninggalan Pakubowono ke X Kasunanan Surakarta. Setelah dilakukan pembacaan doa aneka sesaji diletakkan disejumlah tempat didalam pabrik terutama di deretan mesin giling. Giling tebu di pabrik gula Tasik Madu ini akan berlangsung hingga seratus hari mendatang. (Ganuk Nugroho Adi/Dv/Sup/Ijs)

http://www.indosiar.com/ragam/69553/ritual-cembengan-tandaidatangnya-musim-giling-tebu

Upacara tasikmadu

OLEH MAKSUMNURFAUZAN 6 BULAN LALU

Suatu acara yang dilakukan secara turun temurun guna mengawali proses penggilingan gula di tasikmadu karangayar

http://fotokita.net/foto/130606886910_0034208/upacara--tasikmadu

A-Z Cara Membuat Gula Pasir


Lokasi Wisata Sondokoro, Karanganyar, Jawa Tengah, mungkin bisa menjadi pilihan untuk berlibur. Di lokasi wisata ini Anda akan diperlihatkan proses pembuatan gula dari awal hingga selesai, di pabrik gula PG Tasikmadu. Sebuah lori tebu kuno di lokasi wisata ini telah disiapkan untuk mengantar wisatawan berkeliling lokasi wisata. Selain akan membawa Anda menikmati pemandangan indah, lori ini juga mengantar Anda ke area pabrik gula Tasikmadu. Meski proses produksi sedang berlangsung, para pengunjung tetap diizinkan masuk dan berkeliling pabrik. Sejumlah petugas juga siap mengantar dan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai berbagai proses pembuatan gula. Mulai dari penghancuran tebu dalam penggilingan besar hingga gula benar-benar siap untuk dipasarkan. Harga masuk ke lokasi wisata ini relatif murah, hanya Rp 8.000 per orang. Selain mengunjungi pabrik gula, pengunjung juga bisa menikmati keindahan taman dan berbagai permainan. Sejumlah kendaraan kuno pun ditampilkan di lokasi wisata ini untuk menambah daya tarik juga menambah pengetahuan. --

http://videos.recettes-de-cuisine.eu/0/video/Tebu/GQt2XbfFzgc.html

Agrowisata Sondokoro

Naik Kereta Kuno Keliling Kebun Tebu Tasikmadu


Rabu, 5 Desember 2007

Ingin merasakan romantisme masa lalu di kebun tebu? Datang saja ke tempat agrowisata Sondokoro yang terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tempat yang semula hanya ada bangunan pabrik gula Tasikmadu milik PTP Nusantara (persero) IX itu kini ditambah dengan fasilitas wisata yang cukup menarik. Wisatawan yang datang akan diajak berwisata dengan melihat dan merasakan kembali apa yang dilakukan pekerja-pekerja di kebun tebu puluhan tahun lalu. Mereka akan melihat langsung mesin-mesin penggilingan tebu yang sampai saat ini masih digunakan untuk memproses tebu menjadi gula. Dan bila datang tepat waktunya, yakni dari Mei sampai Oktober, wisatawan bisa melihat secara langsung proses penggilingan tebu. Mulai dari upacara kirab "tebu manten" atau yang dikenal dengan sebutan "cembengan" hingga proses penggilingan dengan mesin-mesin peninggalan zaman Belanda. Jika datang tepat waktu penggilingan tebu, wisatawan juga akan disuguhi minuman segar dari sari tebu yang banyak dijajakan di kawasan itu. Namun, bagi mereka yang datang tidak pada waktu itu, tak perlu khawatir. Masih ada sisa-sisa romantisme masa lalu yang bisa dinikmati. Wisatawan akan diajak berkeliling pabrik gula Tasikmadu dengan menggunakan kereta wisata Spoor Teboe yang sudah sangat kuno. Kereta ini buatan Jerman pada abad ke-20, maka tak mengherankan kalau bahan bakarnya pun kayu. Berbeda dengan kereta kuno di Ambarawa, gerbong yang diangkut dengan lokomotif berwarna hijau ini sengaja dibuat seperti layaknya kereta kelinci, sehingga wisatawan bisa menikmati secara langsung pemandangan di sekitar pabrik tebu Tasikmadu. Harga tiketnya pun hanya Rp 3.000 per orang. Sangat murah untuk bisa kembali ke masa lalu, saat sinder-sinder Belanda berkeliling kebun tebu dengan kudanya.

Wisata dengan lokomotif yang dibuat sekitar tahun 1920-an ini dimulai dari Spoor Teboe Stasion Remise, lantas berkeliling di kawasan pabrik gula Tasikmadu yang dikelilingi kebun tebu. Wisatawan diajak melihat bengkel lokomotif penarik tebu yang saat ini telah diubah menjadi museum kereta. Berbagai kereta kuno juga tampak dipamerkan di sana. Kereta tebu atau yang disebut juga lori itu terus merambat pelan dengan kecepatan kurang dari 10 km per jam hingga akhir perjalanan. Di Agrosiwata Sondokoro ini tidak hanya disuguhkan perjalanan masa lalu di kebun tebu, tetapi ada juga arena outbound yang baik untuk anak-anak. Fasilitas yang disediakan juga lumayan lengkap, mulai dari flying frog hingga jembatan tali. Ada juga arena yang menggunakan bagian-bagian kereta pengangkut tebu yang sudah tidak terpakai. Dengan fasilitas yang disediakan itu, tak mengherankan jika setiap hari Sabtu dan Minggu, kawasan ini dipadati oleh rombongan anak-anak sekolah TK maupun SD. "Musim liburan dan akhir pekan tempat ini selalu dipadati pengunjung. Bahkan saat libur Lebaran kemarin, sebanyak 7.000 pengunjung datang ke sini," ujar Manajer Agrowisata Sondokoro, Megantoro. Fasilitas yang cukup menarik adalah rumah yang terletak di atas sebuah pohon sangat rindang. Untuk naik ke atas rumah pohon itu memang dibutuhkan keberanian yang cukup. Pasalnya, pengunjung harus menaiki jembatan tali yang cukup tinggi. Lokasi Agrowisata Sondokoro yang terletak di Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu, ini sangat mudah dijangkau. Dari pusat Kota Solo hanya berjarak 15 kilometer ke arah timur atau arah ke Karanganyar. Wisatawan yang datang ke lokasi tersebut langsung disambut dengan bangunan kuno pabrik tebu peninggalan Belanda lengkap dengan pohon-pohon yang rindang serta udara yang masih sejuk. (Endang Kusumastuti)

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=188010

AGROWISATA SONDOKORO BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai visi PTP NUSANTARA IX (PERSERO) adalah suatu perusahaan agro busines dan agro industri yang tangguh dan berkembang yang berwawasan lingkungan, dimana PG Tasikmadu adalah salah satu dari delapan PG ( Sub Unit) Devisi Tanaman Semusim dari PTP NUSANTARA IX dengan lokasi tepatnya di Desa Ngijo Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Program Agrowisata telah dicanangkan di lingkungan PTP NUSANTARA IX (PERSERO) seperti telah diresmikannya agrowisata di PG Pangka Slawi dan agrowisata di PG Gondang Baru Klaten yang sudah berkembang, mengikuti jejak pendahulunya PG Tasikmadu sudah semenjak satu tahun yang lalu diresmikan AGROWISATA SONDOKORO akan semakin memperkaya asset wisata diwilayah propinsi Jawa Tengah bagian selatan.

Selama ini PTPN IX (PERSERO) hanya memiliki sumberdaya manusia yang mumpuni dalam mengelola budidaya perkebunan dan hampir- hampir tidak ada yang ahli dalam mengelola pariwisata, sehingga perlu mencetak kader-kader untuk menangani dan mengembangkan agrowisata . Demikian halnya dengan peninggalan masa lalu yang mempunyai nilai historis tinggi yang setiap tahun dilaksanakan yaitu suatu upacara selamatan giling yang berlangsung pada waktu selama kurang lebih satu bulan sebelum pabrik mulai melaksanakan proses produksi (giling) secara umum dinamakan cembengan sudah menjadi kebiasan masyarakat umum ikut menyaksikan dan meramaikan suasana dan menimbulkan kesan tradisi sosial yang sangat menguntungkan bagi lingkungan baik

untuk pedagang maupun penyelenggara hiburan dan mainan baik untuk anak-anak, remaja dan orang tua. Selama tidak lebih dalam waktu satu bulan sudah menimbulkan terjadinya peredaran uang yang sangat berlebihan, seperti menjadi indikator sangat makmurnya masyarakat lingkungan . Dibukanya AGROWISATA SONDOKORO menambah luasnya wawasan llingkungan

mengenai teknologi proses produksi pembuatan gula dari tebu, yang pada mulanya masyarakat umum hanya merasakan manisnya gula namun sekarang semakin banyak pengunjung melalui jalur sekolah

murid-murid dari TK sampai perguruan tinggi dan juga turis asing, selain menikmati suasana lingkungan pabrik dengan mempergunakan sepoor tebu juga dapat melihat langsung dari dekat proses produksi dari awal tebu yang dibawa dari kebun digiling sampai menjadi gula pasir yang sudah bisa dikonsumsi. Semoga dengan ridho Allah SWT AGROWISATA SONDOKORO akan menambah manfaat yang sangat berarti, baik untuk masyarakat lingkungan maupun karyawan dan keluarganya, keberadaanya akan dapat tumbuh berkembang dengan baik, sehingga menambah profit perusahaan dan akan dikenang sepanjang masa seperti keberadaan PG Tasikmadu yang telah menjalankan proses produksi semenjak tahun 1817 yang didirikan oleh KGPAA Mangkunegoro IV, dengan petuahnya pada saat itu yang tak lekang oleh jaman adalah:Pabrik iki openono, sanadyan ora nyugihi nanging nguripi, kinaryo papan pangupo jiwane kawulo dasih, mengandung arti bahwa dengan melalui suatu keikhlasan dalam menjalankan pekerjaan, semua akan mampu mempertahankan kelestarian pabrik ini untuk kepentingan masyarakat pada umumnya juga karyawan serta keluarganya. B. Tujuan Visi dan misi utama dibukanya Agrowisata Sondokoro ini untuk menggali keunggulan potensi wisata dalam mendukung revitalisasi dan profitisasi core business PG Tasikmadu. Agrobisnes dan agrowisata juga sejalan dengan program INTANPARI yang dicanangkan Pemkab Karanganyar adalah program sinergi antara Industri, Pertanian dan Pariwisata. Selain seperti tersebut diatas juga memperkenalkan Wisata Edukasi adalah salah satu misi yang diemban guna memberikan pemahaman kepada generasi penerus tentang teknologi gula melalui budi daya tanaman tebu yang pernah mengalami masa kejayaan ditahun tujuh puluhan, sehingga perlu diangkat kembali sebagai bekal untuk menghadapi tantangan global . C. Potensi Agrowisata Sondokoro Agrowisata Sondokoro tepatnya berlokasi dilingkungan emplasmen PG Tasikmadu dengan luas lahan kurang lebih 10 Ha. KGPAA Mangkunegoro IV adalah seorang raja jawa, ulama, pujangga sekaligus ahli ekonomi dengan hati yang bening mampu menatap jauh kedepan, pada kawasan dahulu kala nama Desa Sondokoro adalah kawasan yang mempunyai potensi yang subur. Seperti kisah yang melegenda dimasyarakat tentang dua tokoh ulama yang sama-sama berilmu tinggi Kyai Sondo dan Kyai Koro, yang namanya diabadikan untuk sebuah desa yaitu Sondokoro.

Gerbong penumpang ada 2 buah, setiap gerbong mempunyai fasilitas tempat duduk sebanyak 32 kursi, waktu tempuh perjalanan wisata Spoor Teboe kurang lebih 1,5 jam .

Jalan refleksi. Selain usaha menarik wisatawan untuk sarana hiburan dan mainan terdapat pula sarana untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yaitu sarana berupa jalan refleksi . Diketahui secara seksama bahwa kesehatan mempunyai nilai yang tak terhingga atau mahal harganya, sehingga diharapkan wisatawan yang berkunjung selain menikmati hiburan melalui obyek wisata juga dapat secara gratis menjaga kesehatan sambil berjalan dijalan refleksi,karena jalan dibuat secara khusus dengan penataan batu-batu sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi seperti pijat refleksi. Kegiatan berwiraswasta adalah kegiatan untuk mendapatkan penyegaran baik jasmani maupun rokhani, sehingga wisatawan yang sudah pernah datang

berkunjung akan selalu mengenang dan akan datang kembali untuk dapat juga megajak keluarganya secara rutin.

Kolam Renang Pada lokasi yang sama sebelum memasuki areal jalan refleksi terdapat pula kolam renang anak-anak, pengunjung terutama anak-anak dapat menikmati dengan bergembira dan saling bercanda ria bermainmain dalam kolang renang.

Taman Bermain Anak-anak. Anak-anak yang masih berumur 4-6 tahun akan merasa bergembira dan senang, serata bercandaria karena disediakan pula arena bermain yaitu dengan mengendarai mobil kecil dengan tenaga bateray yang bisa berjalan dengan kecepatan rendah dengan mengelilingi kolam ikan atau yang ada disekitar kolam renang. Dunia anak adalah dunia bermain sehingga orang tua sadar kwajibannya untuk selalu memperhatikan kesenangan anak-anak .

Jembatan gantung, Rumah pohon, dan Flying Fox Fasilitas bermain anak-anak yang berumur diatas 7 tahun dapat menikmati suatu permainan yang sudah mempunyai sifat agak menantang dimana anak-anak dapat berjalan pada jembatan gantung. Jembatan gantung sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga anak-anak selain bermain juga akan merasakan suatu kelebihan yaitu suatu keberanian karena sudah berani dan menikmati berjalan dijembatan gantung. Ketinggian jembatan gantung dari awal dari permukaan tanah (0 m) sepanjang 130 m dengan ketinggian ada 20 m dari permukaan tanah dan pada tempat

pemberhentian sebagai tempat istirahat ada 2 buah yang dinamakan rumah pohon. Diantara kedua rumah pohon terdapat flyingfox atau suatu luncuran dengan kawat sling dengan diameter 16 mm dimana peluncur akan diberi suatu alat yang mengait pada sling dan turun meluncur dengan cepat kebawah, anak-anak pemberani akan merasakan kenikmatan yang luar biasa dan merupakan uji keberanian setelah sampai dipermukaan tanah.

Monumen mesin-mesin peralatan dan Loko uap PG Tasikmadu. Wisatawan akan merasa kagum dan terpesona karena Agrowisata Sondokoro mempunyai ciri khusus, pada lokasi disebelah utara Rumah Dinas Administratur (Besaran), terdapat beberapa bekas peralatan mesin-mesin gilingan yang sangat besar ditata dan diatur sedemian rupa sehingga sangat elok dan mempesona dipandang mata. Selain itu juga terdapat dua buah monumen loko uap terpampang dengan gagahnya . Salah satu diantaranya terletak disebelah utara dimana wisatawan yang melalui pintu gerbang utara pertama kali dipandang adalah monumen loko uap, dan loko uap satu lagi berada dipintu gerbang selatan, serta satu lagi berada disebelah lapangan tennis . Sambil menikmati gagahnya loko uap terbayang betapa hebatnya dahulu kala sebelum ada sarana angkutan truck seperti saat sekarang ini, dengan loko uap tersebut pada saat itu dapat menarik lori yang berisi tebu seberat 30 ton sebanyak

20-30 lori ditarik dari kebun ke PG Tasikmadu menempuh perjalanan baik siang maupun malam hari sejauh 2-30 km. B. Potensi Pertanian Sesuai progam INTANPARI dari Pemkab Karanganyar bahwa PG Tasikmadu selain melaksanakan program pariwisata terdapat pula program dari sub sektor pertanian selain budidaya tanaman tebu juga terdapat pengembanga hortikultura antara lain adalah tanaman hias dan sayuran. 1. Wisatawan yang memasuki areal Graha Sondokoro sambil menunggu anak- anaknya bermain dikolam renang dapat menikmati indahnya tanaman tomat chery yang berasal dari kota Malang dalam green house atau rumah kaca, terdapat pula tanaman hias yang dapat diperjual belikan dengan harga yang sangat memadai.Beberapa macam tanaman yang tersedia antara lain berbagai jenis anggrek, adenium, antorium, sansivera, srirejeki (aglonema), sikas, suklir, palem, dan berbagai jenis tanaman buah seperti jeruk, mangga, rambutan.

http://www.scribd.com/doc/24451443/tugas-kuL-1

Hal.1

AGROWISATA SONDOKORO BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai visi PTP NUSANTARA IX (PERSERO) adalah suatu perusahaan agro busines dan agro industri yang tangguh dan berkembang yang berwawasan lingkungan, dimana PG Tasikmadu adalah salah satu dari delapan PG ( Sub Unit) Devisi Tanaman Semusim dari PTP NUSANTARA IX dengan lokasi tepatnya di Desa Ngijo Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Program Agrowisata telah dicanangkan di lingkungan PTP NUSANTARA IX (PERSERO) seperti telah diresmikannya agrowisata di PG Pangka Slawi dan agrowisata di PG Gondang Baru Klaten yang sudah berkembang, mengikuti jejak pendahulunya PG Tasikmadu sudah semenjak satu tahun yang lalu diresmikan AGROWISATA SONDOKORO akan semakin memperkaya asset wisata diwilayah propinsi Jawa Tengah bagian selatan. Selama ini PTPN IX (PERSERO) hanya memiliki sumberdaya manusia yang mumpuni dalam mengelola budidaya perkebunan dan hampir- hampir tidak ada yang ahli dalam mengelola pariwisata, sehingga perlu mencetak kader-kader untuk menangani dan mengembangkan agrowisata . Demikian halnya dengan peninggalan masa lalu yang mempunyai nilai historis tinggi yang setiap tahun dilaksanakan yaitu suatu upacara selamatan giling yang berlangsung pada waktu selama kurang lebih satu bulan sebelum pabrik mulai melaksanakan proses produksi (giling) secara umum dinamakan cembengan sudah menjadi kebiasan masyarakat umum ikut menyaksikan dan meramaikan suasana dan menimbulkan kesan tradisi sosial yang sangat menguntungkan bagi lingkungan baik

Hal.2
tuk pedagang maupun penyelenggara hiburan dan mainan baik untuk anak-anak, remaja dan orang tua. Selama tidak lebih dalam waktu satu bulan sudah menimbulkan terjadinya peredaran uang yang sangat berlebihan, seperti menjadi indikator sangat makmurnya masyarakat lingkungan . Dibukanya AGROWISATA SONDOKORO menambah luasnya wawasan llingkungan

mengenai teknologi proses produksi pembuatan gula dari tebu, yang pada mulanya masyarakat umum hanya merasakan manisnya gula namun sekarang semakin banyak pengunjung melalui jalur sekolah murid-murid dari TK sampai perguruan tinggi dan juga turis asing, selain menikmati suasana lingkungan

pabrik dengan mempergunakan sepoor tebu juga dapat melihat langsung dari dekat proses produksi dari awal tebu yang dibawa dari kebun digiling sampai menjadi gula pasir yang sudah bisa dikonsumsi. Semoga dengan ridho Allah SWT AGROWISATA SONDOKORO akan menambah manfaat yang sangat berarti, baik untuk masyarakat lingkungan maupun karyawan dan keluarganya, keberadaanya akan dapat tumbuh berkembang dengan baik,

Hal. 3
sehingga menambah profit perusahaan dan akan dikenang sepanjang masa seperti keberadaan PG Tasikmadu yang telah menjalankan proses produksi semenjak tahun 1817 yang didirikan oleh KGPAA Mangkunegoro IV, dengan petuahnya pada saat itu yang tak lekang oleh jaman adalah:Pabrik iki openono, sanadyan ora nyugihi nanging nguripi, kinaryo papan pangupo jiwane kawulo dasih, mengandung arti bahwa dengan melalui suatu keikhlasan dalam menjalankan pekerjaan, semua akan mampu mempertahankan kelestarian pabrik ini untuk kepentingan masyarakat pada umumnya juga karyawan serta keluarganya. B. Tujuan Visi dan misi utama dibukanya Agrowisata Sondokoro ini untuk menggali keunggulan potensi wisata dalam mendukung revitalisasi dan profitisasi core business PG Tasikmadu. Agrobisnes dan agrowisata juga sejalan dengan program INTANPARI yang dicanangkan Pemkab Karanganyar adalah program sinergi antara Industri, Pertanian dan Pariwisata. Selain seperti tersebut diatas juga memperkenalkan Wisata Edukasi adalah salah satu misi yang diemban guna memberikan pemahaman kepada generasi penerus tentang teknologi gula melalui budi daya tanaman tebu yang pernah mengalami masa kejayaan ditahun tujuh puluhan, sehingga perlu diangkat kembali sebagai bekal untuk menghadapi tantangan global . C. Potensi Agrowisata Sondokoro Agrowisata Sondokoro tepatnya berlokasi dilingkungan emplasmen PG Tasikmadu dengan luas lahan kurang lebih 10 Ha. KGPAA Mangkunegoro IV adalah seorang raja jawa, ulama, pujangga sekaligus ahli ekonomi dengan hati yang bening mampu menatap jauh kedepan, pada kawasan dahulu kala nama Desa Sondokoro adalah kawasan yang mempunyai potensi yang subur. Seperti kisah yang melegenda dimasyarakat tentang dua tokoh ulama yang sama-sama berilmu tinggi Kyai Sondo dan Kyai Koro, yang namanya diabadikan untuk sebuah desa yaitu Sondokoro.

Hal. 4

Mengharapkan hasil produksi gula yang melimpah bagai Danau Semanis Gula Madu maka dinamai Pabrik Goela Tasikmadoe, sejalan dengan perubahan nama desa.

Hal. 5
BAB 2 ISI A. Potensi Wisata Diobyek Agrowisata Sondokoro terdapat beberapa sarana hiburan dan mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi dan berbeda dengan obyek wisata yang pernah ada di Indonesia, yang dapat dinikmati pengunjung atau wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri diantaranya terdapat antara lain:

Wisata Spoor Teboe. Merupakan salah satu obyek unggulan diantara beberapa obyek wisata yang lain, yang terdapat di Agrowisata Sondokoro dimana wisatawan dapat merasakan dan menikmati sambil menumpang gerbong yang kondisinya selain bersih juga unik sambil mendengarkan suara alunan musik yang merdu, gerbong antik berjalan karena ditarik oleh loko uap dimana loko uap tersebut tertera buatan tahun 1912. Wisatawan akan merasa kagum dan bangga karena selain menikmati perjalanan diwilayah seputar PG Tasikmadu yang pada mulanya sebelum diresmikanya Agrowisata Sondokoro hanya dapat melihat saja namun sekarang sudah secara terbuka untuk wisatwan, selain itu apabila wisatawan mengengok arah timur pada saat pagi hari dapat melihat dengan jelas keelokan dan kemegahan dan asrinya pemandangan gunung Lawu yang berada diarah sebelah timur dari PG Tasikmadu. Route perjalanan Spoor Mini juga akan melewati lingkungan halaman PG Tasikmadu dengan melewati beberapa sarana antara lain Rumah dinas Administratur (Besaran), perkantoran, gudang gula, gudang pupuk, garasi, pertokoan koperasi, balai pertemuan (soositeit), perumahan dinas, jembatan gantung, homestay, monumen loko, monumen peralatan mesin-mesin,taman bermain anak-anak, lapangan tennis, homestay, graha ratu lesung dan taman monumen PTPN IX, resto pancingan, cafe, Sekolah TK, sehingga wisatawan dapat melihat secara jelas dan dapat menambah pengetahuan mengenai perkembangan pergulaan di PG Tasikmadu secara gamblang.

Hal. 6
Gerbong penumpang ada 2 buah, setiap gerbong mempunyai fasilitas tempat duduk sebanyak 32 kursi, waktu tempuh perjalanan wisata Spoor Teboe kurang lebih 1,5 jam

Jalan refleksi. Selain usaha menarik wisatawan untuk sarana hiburan dan mainan terdapat pula sarana untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yaitu sarana berupa jalan refleksi . Diketahui secara seksama bahwa kesehatan mempunyai nilai yang tak terhingga atau mahal harganya, sehingga diharapkan wisatawan yang berkunjung selain menikmati hiburan melalui obyek wisata juga dapat secara gratis menjaga kesehatan sambil berjalan dijalan refleksi,karena jalan dibuat secara khusus dengan penataan batu-batu sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi seperti pijat refleksi. Kegiatan berwiraswasta adalah kegiatan untuk mendapatkan penyegaran baik jasmani maupun rokhani, sehingga wisatawan yang sudah pernah datang Hal. 7

berkunjung akan selalu mengenang dan akan datang kembali untuk dapat juga megajak keluarganya secara rutin.

Kolam Renang Pada lokasi yang sama sebelum memasuki areal jalan refleksi terdapat pula kolam renang anak-anak, pengunjung terutama anak-anak dapat menikmati dengan bergembira dan saling bercanda ria bermainmain dalam kolang renang. Hal. 8

Taman Bermain Anak-anak. Anak-anak yang masih berumur 4-6 tahun akan merasa bergembira dan senang, serata bercandaria karena disediakan pula arena bermain yaitu dengan mengendarai mobil kecil dengan tenaga bateray yang bisa berjalan dengan kecepatan rendah dengan mengelilingi kolam ikan atau yang ada disekitar kolam renang. Dunia anak adalah dunia bermain sehingga orang tua sadar kwajibannya untuk selalu memperhatikan kesenangan anak-anak .

Jembatan gantung, Rumah pohon, dan Flying Fox Fasilitas bermain anak-anak yang berumur diatas 7 tahun dapat menikmati suatu permainan yang sudah mempunyai sifat agak menantang dimana anak-anak dapat berjalan pada jembatan gantung. Jembatan gantung sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga anak-anak selain bermain juga akan merasakan suatu kelebihan yaitu suatu keberanian karena sudah berani dan menikmati berjalan dijembatan gantung. Ketinggian jembatan gantung dari awal dari permukaan tanah (0 m) sepanjang 130 m dengan ketinggian ada 20 m dari permukaan tanah dan pada tempat

hal. 9

pemberhentian sebagai tempat istirahat ada 2 buah yang dinamakan rumah pohon. Diantara kedua rumah pohon terdapat flyingfox atau suatu luncuran dengan kawat sling dengan diameter 16 mm dimana peluncur akan diberi suatu alat yang mengait pada sling dan turun meluncur dengan cepat kebawah, anak-anak pemberani akan merasakan kenikmatan yang luar biasa dan merupakan uji keberanian setelah sampai dipermukaan tanah. Hal. 10

Monumen mesin-mesin peralatan dan Loko uap PG Tasikmadu. Wisatawan akan merasa kagum dan terpesona karena Agrowisata Sondokoro mempunyai ciri khusus, pada lokasi disebelah utara Rumah Dinas Administratur (Besaran), terdapat beberapa bekas peralatan mesin-mesin gilingan yang sangat besar ditata dan diatur sedemian rupa sehingga sangat elok dan mempesona dipandang mata. Selain itu juga terdapat dua buah monumen loko uap terpampang dengan gagahnya . Salah satu diantaranya terletak disebelah utara dimana wisatawan yang melalui pintu gerbang utara pertama kali dipandang adalah monumen loko uap, dan loko uap satu lagi berada dipintu gerbang selatan, serta satu lagi berada disebelah lapangan tennis . Sambil menikmati gagahnya loko uap terbayang betapa hebatnya dahulu kala sebelum ada sarana angkutan truck seperti saat sekarang ini, dengan loko uap tersebut pada saat itu dapat menarik lori yang berisi tebu seberat 30 ton sebanyak Hal. 11

20-30 lori ditarik dari kebun ke PG Tasikmadu menempuh perjalanan baik siang maupun malam hari sejauh 2-30 km. B. Potensi Pertanian Sesuai progam INTANPARI dari Pemkab Karanganyar bahwa PG Tasikmadu selain melaksanakan program pariwisata terdapat pula program dari sub sektor pertanian selain budidaya tanaman tebu juga terdapat pengembanga hortikultura antara lain adalah tanaman hias dan sayuran. 1. Wisatawan yang memasuki areal Graha Sondokoro sambil menunggu anak- anaknya bermain dikolam renang dapat menikmati indahnya tanaman tomat chery yang berasal dari kota Malang dalam green house atau rumah kaca, terdapat pula tanaman hias yang dapat diperjual belikan dengan harga yang sangat memadai.Beberapa macam tanaman yang tersedia antara lain berbagai jenis anggrek, adenium, antorium, sansivera, srirejeki (aglonema), sikas, suklir, palem, dan berbagai jenis tanaman buah seperti jeruk, mangga, rambutan. Hal. 12

2. Varietas tebu. Terletak disebelah selatan Graha Sondokoro ditanam berbagai varietas unggul yang bermaksud dapat diketahui bersama oleh wisatawan yang berkunjung bahwa saat ini varietas unggul tersebut dibudidayakan diwilayah kerja PG Tasikmadu . Varietas unggul tersebut mempunyai ciri produktifitas tinggi, tahan kepras, tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Varietas unggul tersebut anatara lain: PS 864, PS 921, PS 951 C. POTENSI INDUSTRI PG Tasikmadu didirikan pada tahun 1817 oleh KGPAA Mangkunegoro IV berbasis industri gula yang merupakan salah satu diantara sembilan bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari . Kantor pusat Direksi PTP NUSANTARA IX (PERSERO) di Jalan Rongowarsito no 164 Sala . hal. 13 Semenjak rehab pada tahun 1989 kapasitas giling eklusif menjadi 3500 tcd (ton cane per day) . Pada tahun 2007 akan direhab sistem proses dari semula sistem karbonatasi menjadi sulfitasi.

Pola tatatanam saat sekarang mempergunakan sistem pola antara lain yang pertama TRKm A (Tebu Rakyat Kemitraan pola A) dimana PG Tasikmadu mengusahakan budidaya tanaman tebu dengan menyewa lahan milik petani. Pola kedua adalah TRKm B (Tebu Rakyat Kemitraan pola B) merupakan system kemitraan antara petani pemilik lahan dan PG Tasikmadu sebagai avalis berfungsi mengolah bahan baku berupa tebu melalui proses produksi dihasilkan gula pasir, dan yang ketiga TRMd (Tebu Rakyat Mandiri) adalah petani mengusahakan budidaya tanaman tebu dengan mempergunakan biaya dan saprodi secara mandiri, bahan baku tebu diproses produksi di PG Tasikmadu. Pada pola TRKm B dan TRMd kemitraannya antara PG Tasikmadu dan petani sesuai ketentuan bersama merupakan hasil kesepakatan dan tertuang dalam SK Mentan adalah dengan mempergunakan sistem bagi hasil . PG Tasikmadu selain memproduksi gula pasir sebagai hasil utama dan juga meproduksi hasil samping yaitu berupa tetes dan produksi tetes pada tahun 2006 sebanyak 11.000 ton .

Hal. 14 Hasil samping tetes ini dipergunakan antara lain untuk dijadikan spiritus, dan bahan penyedap masakan (ajinomoto). Hasil samping yang lain adalah yang blotong dapat dipergunakan sebagai pupuk kompos dan blotong tersebut juga banyak sekali dibutuhkan oleh masyarakat untuk bahan penimbun tanah sebagai dasar bangunan. Hasil samping yang lain ada yang namanya ampas yaitu suatu hasil samping kering dari kulit tebu bisa dipergunakan kembali untuk bahan bakar ketel, bahan bakar loko uap. Pada saat hasil samping ampas berlimpah dapat dibutuhkan oleh pabrik jamur, pabrik kertas . Dalam bidang industri sudah dapat terangkum sedemikian rinci dan detail baik pada produksi utama dan produksi hasil samping, diharapkan wisatawan yang berkunjung juga dapat mengetahui wawasan mengenai pergulaan. D. Sarana dan Prasarana Penunjang Argowisata Sondokoro adalah diversifikasi dari PG Tasikmadu yang sesuai dengan misi PTP NUSANTARA IX (PERSERO) adalah mengusahakan agrobisnis dan agro industri yang tangguh dan berkembang .

Diharapkan wisatawan akan selalu bertambah jumlahnya setiap berkunjung dan menikmati lingkungan emplasmen PG Tasikmadu karena sudah tersedia beberapa sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan untuk wisatawan atau pengunjung. Beberapa sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan antara lain:

Graha Sondokoro Sebagai kantor pusat Agrowisata Sondokoro terdapat berbagai informasi mengenai PG Tasikmadu dari peninggalan alat-alat perkantoran pada jaman dahulu sebagai museum perkantoran, sampai dengan perkembangan terakhir mengenai pergulaan serta terdapat pula informasi jadwal kegiatan event-event tertentu yang berhubungan dengan agrowisata. Digraha Sondokoro juga disediakan penjualan berbagai macam souvenir sebagi kenang-kenangan antara lain miniatur loko terbuat dari kayu, kaos , topi, gula pasir dan lain lain. Hal. 15

Tempat Ibadah

Bagi umat muslim yang akan melakukan ibadah ada Masjid Nurul Huda yang berkapasitas 250 orang dan ada beberapa mushola antara lain berada di Graha Sondokoro, di Resto pancingan dan di home stay.

Lapangan tennis, Lapangan volly ball, gedung badminton. Sebagai sarana olahraga dimana wisatawan yang berkehendak untuk melakukan kegiatan olah raga merupakan suatu paket yang dapat diperoleh oleh wisatawan .

Gedung pertemuan (Sositeit). Mempunyai kapasitas sebanyak 500 orang dapat dipergunakan untuk suatu pertemuan atau rapat .

Resto pancingan Sondokoro

Hal. 16

Wisatawan yang datang berkunjung dapat menikmati masakan khas . Penempatan lokasi didesain dengan begitu indah dengan beberapa Gazebo ada juga sarana hiburan musik sehingga wisatawan dapat menikmati hidangan juga dapat menikmati hiburan musik secara langsung ( live).

Terdapat pula ruangan sebagai sarana untuk melaksanakan kegiatan rapat dengan kapasitas untuk 75 orang dengan ruangan ber AC, fasilitas LCD, fasilitas parkir sangat luas dan aman.

Homestay Bagi wisatawan yang datang berkunjung karena memerlukan penginapan juga disediakan tempat untuk bermalam, dan akan menikamti keindahan suasana emplasmen pada malam hari. Fasilitas kamar ada 6 kamar keluarga dan ada 2 kamar untuk pengemudi, terdapat garasi, halaman luas cukup untuk parkir mobil sebanyak 5 buah. Hal. 17

Graha Ratu Lesung Hasil kerjasama dengan Pemkab Karanganyar disediakan 1 rumah dinas yang bertujuan bagi wisatawan yang berkunjung akan mencintai dan mengenal Karanganyar secara mendalam, disediakan berbagai souvenir ciri khas Karanganyar dengan menonjolkan lesungnya, dan sebagai pusat informasi wisata lain yang berada di Kabupaten Karanganyar.

Sarana Parkir Wisatawan yang berkunjung di Agrowisata Sondokoro dengan mempergunakan sarana kendaraan mobil, motor, dan sepeda dapat dengan leluasa untuk menempatkan sarana tersebut pada tempat parkir yang telah disediakan dengan jaminan aman .

Agrowisata Sondokoro menyediakan sarana hiburan musik. secara live yang dbuka setiap hari munggu, terdapat pula tempat untuk pedagang berjualan hasil dagangannya, dengan kondisi yang sangat mengasikkan karena bertempat pada lokasi yang teduh. Hal. 18 BAB 3 PENUTUP 1. Kesimpulan Pengembangan Agrowisata Sondokoro kedepan memerlukan kader-kader yang mempunyai kompetensi mengenai bisnis agrowisata dengan latar belakang etos kerja 3 K: Kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas, sehingga akan menambah dan memperbesar profit perusahaan selain dari usaha agrowisata merupakan deversifikasi dari PG Tasikmadu, dan komoditi gula adalah sebagai komoditi utama yang selalu dibutuhkan dan dimanfaatkan insan manusia sehari-hari. Mengacu pada kebutuhan hidup manusia antara lain adalah kebutuhan jasmani dan

rohani sehingga perlu selalu ada penyegaran, insya Allah keberadaan PG Tasikmadu dan Agrowisata Sondokoro akan berkembang dan dengan ridho Allah dapat bermanfaat bagi umat manusia baik secara khusus untuk karyawan dan keluarganya juga untuk masyarakat pada umumnya. http://www.scribd.com/doc/24451443/tugas-kuL-1

Rekayasa dan Pengembangan Penyadap Gas CO2 Dari Cerobong Ketel untuk Pabrik Gula Rafinasi (2001)
Saechu, Muhammad ; Santoso, Bambang Edy ; Bahri, Subhanuel Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dan PG Tasikmadu Pemanfaatan CO2 dari gas cerobong ketel untuk proses karbonatasinira atau leburan telah dilakukan oleh banyak pabrik gula rafinasi di luar negeri dengan sasaran untuk menurunkan biaya produksi disamping perbaikan kualitas gula. Memperhatikan hal diatas nampaknya pengembangan gas CO2 scrubber di Indonesia adalah sangat penting. Untuk menciptakan gas CO2 crubber yang handal, pada tahun 2001 dengan didasarkan pada hasil studi literatur, survai lapang dan konsultasi telah didisain dan rekayasa CO2 scrubber pada skala pilot plant yang ditempatkan di PG Tasikmadu. Proses rancang bangun CO2 scrubber telah selesai sekitar 50% fisik, sesuai rencana kerja.

http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=147:rekayasadan-pengembangan-penyadap-gas-co2-dari-cerobong-ketel-untuk-pabrik-gula-rafinasi2001&catid=36:abstrak-litbang-mektan-2001&Itemid=51

TAMAN BERMAIN SONDOKORO


August 26th, 2009 | Author: redaksi

SIS Kroyo Campus - Agrowisata Sondokoro ini terletak di area Pabrik Gula Tasikmadu PTPN IX. Wisata ini menawarkan wisata historis tempo dulu, dengan dioperasikannya Spoor Teboe, kereta api uap pengangkut tebu. Penumpang diajak untuk menjelajah masuk area pabrik gula dengan kereta berbahan bakar kayu itu. Selain itu di kawasan wisata ini terdapat pula, taman bermain, outbound, kolam renang dan resto Sondokoro dengan hidangan khas ikan bakarnya. Melengkapi keindahan alam, Karanganyar menyiapkan agrowisata Sondokoro. Objek ini sangat tepat bagi pelajar untuk menyelami proses produksi gula. Kawasan ini tidak hanya memanjakan pengunjung dengan keindahan tanaman pohon langka yang tua nan rindang yang mengelilingi pabrik gula Tasikmadu. Pabriknya bukan semata-mata bangunan gedung kuno, pengunjung akan terpana dan menikmati fasilitas yang relatif lengkap di perusahaan ini. Sekadar contoh, fasilitas kolam renang, lapangan bermain, flying fox, restoran, dan tur keliling lokasi dengan sepur tua produksi Jerman tahun 1700, adalah beberapa di antara fasilitas-fasilitas yang tersedia di sana. Perusahaan juga menyediakan cottage dan guest house yang disewakan. Menyempurnakan kunjungan wisata alam, Kebun Teh Kemuning Ngargoyoso dan air terjun Parangijo.

http://sbikroyo.sch.id/2009/08/taman-bermain-sondokoro/

Produksi PG Tasikmadu Diprediksi Naik 12 Persen


29/04/2008 07:28:24 KARANGANYAR (KR) - Total produksi gula kristal putih di Pabrik Gula Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, pada musim giling tahun 2008 ini dipastikan bakal mengalami kenaikan hingga 12 persen dibandingkan tahun lalu. Pada musim giling yang rencananya dimulai pada 18 Mei 2008 mendatang, PG Tasikmadu merencanakan bisa mengolah sebanyak 425.915 ton tebu. Hal itu diungkapkan Administratur PG Tasikmadu Afdeling Colomadu Hanung Trihutomo, pada acara resepsi Selamatan Giling PG Tasikmadu Tahun 2008, belum lama ini. Pada tahun 2007, total bahan baku yang tergiling sebanyak 407.893 ton dengan total produksi 24.727 ton gula kristal putih dengan rendemen rata-rata masih 6,04 persen. Sedangkan pada tahun ini, jelas Hanung, direncanakan bisa mengolah tebu sebanyak 425.915 ton dengan rendemen ratarata 6,5 persen. Dari situ bisa dihasilkan gula kristal putih sebanyak 27.670 ton atau naik 12 persen dari tahun sebelumnya. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sejak 2003 hingga 2007, telah terjadi pertumbuhan produksi ratarata 8,5 persen per tahun. Dengan kata lain, jumlah tebu rakyat tergiling dari 286.179 ton menjadi 407.893 ton lebih atau terjadi kenaikan 43 persen selama lima tahun. Sementara, kenaikan gula kristal putih dari tahun 2003 yang sebanyak 18.254 ton kini menjadi 24.727 ton pada tahun 2007. Bisa dibilang ada kenaikan 36 persen selama lima tahun atau 7,1 persen per tahun. Namun demikian jumlah tersebut dirasa belum cukup untuk memenuhi skala usaha dari total kapasitas terpasang PG Tasikmadu, di mana kebutuhan total bahan baku adalah 500.000 ton setiap musim giling dengan total produk GKP sebanyak 35.000 ton dari capaian rendemen rata-rata 7 persen. Terkait hal itu, tambah Hanung, dalam tiga tahun ke depan pihaknya berharap banyak melalui program yang berfokus pada intensivikasi akan dicapai skala usaha yang ideal. Beberapa kendala atau permasalahan yang dihadapi PG Tasikmadu bersama petani tebu rakyat (PTR) dalam upaya meningkatkan kapasitas maupun kualitas produksi serta usaha taninya di antaranya sebanyak 90% budidaya tebu dilakukan di lahan kering yang letaknya tersebar di tujuh wilayah kabupaten. Selain itu, kondisi lahan tersebar, sehingga menyebabkan inefisiensi pada pascapanen. "Karena kesulitan air, maka pola tanam banyak dilakukan pada saat turun hujan sehingga umur tebu menjadi kurang atau berkisar 8-10 bulan dari yang seharusnya tidak kurang dari 12 bulan," tambahnya. Persoalan lain adalah komposisi varietas tebu yang belum ideal yang menyebabkan kesulitan dalam manajemen pascapanen maupun ketepatan tingkat kemasakan tebu yang kurang optimal pada saat proses pengolahannya. (M-1/Ths)-k

http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=161404&actmenu=38

http://sbikroyo.sch.id/2009/08/taman-bermain-sondokoro/

Kebutuhan Gula
Main Photo | Tue, Sep 29, 2009 at 16:47 | Jakarta, matanews.com

Sebuah truk melakukan proses bongkar tebu, di Pabrik Gula Madukismo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Selasa (29/9). Perluasan lahan tebu di Bantul yang dikelola olah petani diharapkan dapat meningkatkan produksi gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat DIY rata-rata 50.000 ton per Tahun. (*z/ Wahyu Putro A/ant) http://beta.matanews.com/2009/09/29/kebutuhan-gula/

pembaca, dan TS harapkan feedback dari agan berupa komen dan rate sebagai bentuk penghargaan bagi kami trit maker, makasih
Quote:

Quote:

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan). Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Hindia-Belanda (sekarang Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin, negara-negara Karibia, dan negara-negara Asia Timur. Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur.

Ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur. Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun. Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93 pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik aktif. Tahun 1950-an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi eksportir netto. Pada tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah sangat meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia kembali menjadi importir gula.
http://kaskushotthread.com/thread/gula-tebu-sejarah-amp-proses-pembuatannya.html

http://www.google.com/imgres?q=proses+gula&um=1&hl=en&sa=N&biw=1152&bih=562&tbm=isch&tbnid =iJtVM_PUDf4igM:&imgrefurl=http://sweetcandyind.wordpress.com/2010/05/08/proses-kristalisasigula/&docid=SKez3_WC0sOpM&imgurl=http://sweetcandyind.files.wordpress.com/2010/05/gulapasir.jpg&w=400&h=300&ei=d 8C8TrP6JoizrAea06nYAQ&zoom=1&iact=hc&vpx=498&vpy=249&dur=5281&hovh=194&hovw=259&tx=1 24&ty=133&sig=103802494352508878247&page=3&tbnh=149&tbnw=195&start=31&ndsp=10&ved=1t:4 29,r:7,s:31

http://www.google.com/imgres?q=proses+gula&um=1&hl=en&sa=N&biw=1152&bih=562&tbm=isch&tbnid =NDnlQgKSLzX93M:&imgrefurl=http://www.candibaru.com/indeks.php%3Fp%3Dprosesproduksi&docid= AthtxIwIwFQiQM&imgurl=http://www.candibaru.com/images/pros_pemb_gula.gif&w=600&h=695&ei=d8C 8TrP6JoizrAea06nYAQ&zoom=1&iact=hc&vpx=303&vpy=125&dur=3258&hovh=242&hovw=209&tx=132 &ty=139&sig=103802494352508878247&page=8&tbnh=154&tbnw=133&start=81&ndsp=10&ved=1t:429, r:6,s:81

Proses Pembuatan Gula Pasir

Persiapan bahan baku pembuatan gula tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumputrumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun.

Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa kepabrik untuk diproses menjadi gula. Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen. Ekstraksi Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai abu. Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming) Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming. Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih. Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

Penguapan (Evaporasi)

Setelah mengalami proses liming,

proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi). Pendidihan/ Kristalisasi Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan. Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan. Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%. Penyimpanan Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna. Afinasi (Affination) Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup

sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi. Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses. Karbonatasi Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materimateri non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas. Penghilangan warna Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika

jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi. Pendidihan Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.
sumber http://terselubung.blogspot.com/2010/10/proses-pembuatan-gula-pasir.html

Produksi gula pasir Februari 1, 2010 Filed under: Uncategorized faritdc @ 5:24 am

Proses Produksi Gula Pasir

Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya di gunakan kalsium oksida) untuk menghilangkan ketidak kemurnian, campuran tersebut kemudian dimurnikan dengan

belerang dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses kristalisasi.

MESIN PENGOLAH:

Penimbangan Penimbangan di sini dimaksudkan untuk mengetahui berat tebu yang akan digunakan dalam proses pembuatan gula, hal ini berkaitan dengan berapa banyak gula yang dihasilkan nantinya. Bahan baku tebu yang diangkut dari kebun dengan truk, sesampai di pabrik akan ditimbang dan dipindahkan ke lori (kereta pengangkut tebu) menuju meja tebu sebagai tempat dimulainya perlakuan pendahuluan pengolahan gula kristal. Penggilingan Penggilingan dimaksudkan untuk mengambil nira mentah dari batang tebu dan memisahkannya dari ampas. Alat penggilingan disusun seri dengan jumlah alat penggilingan 4-5 unit. Saat penggilingan diberikan air imbibisi untuk mengurangi kehilangan gula dalam ampas, akibat dari kurang sempurnanya daya perah unit gilingan. Pemurnian

Tujuan pemurnian adalah membuang sebanyak-banyaknya zat bukan gula dan mengusahakan agar kerusakan gula akibat perlakuan proses pabrikasi minimal. Pemurnian dengan susu kapur dilakukan dalam peti defecator (bejana yang berfungsi untuk mencampurkan susu kapur dengan nira mentah) dengan pH 10

Penguapan Tujuan penguapan adalah untuk memekatkan nira encer sehingga diperoleh nira dengan kepekatan yang diharapkan. Di dalam badan penguapan secara seri, persen brix nira dari badan pertama ke badan penguapan selanjutnya akan semakin meningkat, maka titik didih dibuat rendah dengan tekanan hampa agar komponen nira tidak rusak.

Pengkristalan Pengkristalan bertujuan untuk memisahkan sakarosa dari larutannya dengan cara mengkristalkan molekul-molekul sakarosa dalam pan kristalisasi dan diusahakan hasil kristalisasi yang memenuhi syarat yang dikehendaki.

Pemutaran Pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal dengan larutannya (stroop) menggunakan proses sentrifugasi dalam saringan sehingga massa akan terlempar. Saat pemutaran sesekali diberikan air siraman untuk mempermudah pemisahan kristal gula dengan larutannya ).

Pengeringan, Pendinginan dan Penyaringan Fungsi dari pengeringan ini adalah untuk menguapkan kadar air pada bahan sehingga memudahkan proses selanjutnya. Pengeringan dilakukan dalam tabung getar, di mana gula akan melompat-lompat sehingga mempercepat pengeringan karena seluruh kristal terkena hembusan udara panas dari pengering gula. Pendinginan berfungsi agar gula menjadi dingin setelah melalui proses pengeringan karena telah dilewati panas. Pendinginan gula dikerjakan dengan menghembuskan udara dingin sampai suhu gula sama dengan suhu gudang. Setelah dingin dan kering, gula disaring untuk memisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula produk. Fungsi dari penyaringan ini supaya didapatkan bentuk gula yang diinginkan. Gula halus dan gula kasar akan dilebur kembali, sedangkan gula produk ditimbang dan dikemas.

Pengemasan Pengemasan berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap produk dari segala macam kerusakan yang terjadi baik untuk produk pangan maupun produk non pangan. Gula produk ditimbang dengan timbangan curah dengan skala yang sudah diatur untuk berat bersihnya dan langsung masuk ke karung dan dijahit secara otomatis. Selanjutnya gula produk dibawa ke gudang yang memenuhi syarat untuk disimpan dan didistribusikan ke konsumen. KANDUNGAN GULA PASIR:

http://faritdc.wordpress.com/2010/02/

Tahapan tahapan pembuatan gula Pasir

Persiapan bahan baku pembuatan gula tebu

Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumput-rumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa kepabrik untuk diproses menjadi gula. Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen.

1.Ekstraksi
Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula. Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai "abu".

2.Pengendapan

kotoran

dengan

kapur

(Liming)

Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming. Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih. Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini

kemudian

dikembalikan

ke

proses.

3.Penguapan (Evaporasi)
Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam 'evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

4.Pendidihan/ Kristalisasi
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan. Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan. Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%.

5.Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini

sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.

6.Afinasi

(Affination)

Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan "afinasi". Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil ('magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi. Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikelpartikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.

7.Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisikondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna.

Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi

tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.

8.Penghilangan

warna

Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat "bone char", sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

9.Pendidihan
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.
http://www.gallerydunia.com/2011/01/tahapan-tahapan-pembuatan-gula-pasir.html

You might also like