You are on page 1of 16

Patofisiologi dan klinis abortus

Patofisiologi Perubahan patologi dimulai dari perdarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi rahim sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi ekspulsi. Bila ketuban pecah terlihat janin mengalami maserasi bercampur air ketuban. Seringkali fetus tak tampak dan ini disebut blighted ovum

Klinis 1. Abortus iminens Ialah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih dalam kandungan. 2. Abortus insipiens Ialah abortus yang sedang berlangsung dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri. 3. Abortus inkomplit Ialah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, masih ada yang tertinggal. 4. Abortus komplet. Ialah keadaan dimana seluruh konsepsi telah keluar dari kavum uteri. 5. Missed abortion Ialah abortus dimana embrio atau janin telah meninggal dalam kandungan selama 8 minggu atau lebih. 6. Abortus habitualis Adalah keadaan terjadinya abortus spontan tiga kali berturut-turut atau lebih. 7. Abortus infeksiosa Abortus yang disertai dengan infeksi organ genitalia. 8. Abortus septik Abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksin ke peritoneum dan peredaran darah.

Keguguran (abortus) adalah hantu menakutkan bagi ibu yang memang


mengharapkan kehamilannya. Berdoa pada Yang Maha Kuasa sudah seharusnya dilakukan untuk menjauhi kejadian yang tidak diinginkan ini. Tapi itu saja belum cukup. Ibu hamil pun mesti memiliki pengetahuan mengenai tanda-tanda dan penyebab keguguran sehingga dapat melakukan antisipasi dan tindakan penyelamatan sebelum keguguran terjadi. GEJALA DINI Ada beberapa tanda yang bisa dijadikan peringatan dini keguguran, setidaknya dengan begitu ibu bisa lebih waspada. Gejala-gejala tersebut adalah: * Tidak enak badan; merasa lemas atau tidak fit seperti hari-hari sebelumnya * Perut tidak nyaman, kepala pusing, atau terasa limbung * Mimisan. Jika ibu mengalami gejala tadi, beberapa tindakan ini bisa membantu mengatasinya: - Minum air putih, setelah itu bisa diteruskan dengan minum minuman segar lain, seperti jus. - Makan makanan bergizi. Jika tidak bisa (karena mual), makanlah buah-buahan segar, biskuit, atau minum susu. - Hentikan semua aktivitas. - Lakukan relaksasi (atur napas dan tenangkan pikiran). Kuatkan keyakinan bahwa ibu dapat melalui kondisi ini dengan baik. Berdoalah dan pikirkan hal-hal yang menyenangkan yang akan dilakukan dengan si jabang bayi saat ia lahir nanti. Jika semua ini tidak membuat kondisi ibu membaik, segera hubungi dokter. Jika Anda diminta datang kontrol, sempatkan diri untuk itu. Saat pemeriksaan, ceritakan apa yang terjadi. Sebaiknya ibu tidak melewatkan satu gejala pun karena anamnesis (mencari keterangan dari pasien) sangat memengaruhi diagnosis. Akan baik bila ibu memiliki buku catatan kejadian dan pengalaman selama kehamilan. GEJALA UMUM Ada juga gejala umum keguguran yang memerlukan penanganan medis segera, yaitu: 1. Ibu hamil kehilangan tanda-tanda kehamilan, seperti tegangnya payudara disertai pusing dan tubuh terasa loyo. 2. Nyeri di bagian tengah perut yang bertambah parah dan berlanjut lebih dari sehari. 3. Mengalami kontraksi berlebihan. Cirinya perut mulas dan tegang yang teramat sangat.

4. Perdarahan yang cukup banyak, seperti saat menstruasi atau dalam satu jam bisa menghabiskan lebih dari dua pembalut. Namun waspadai juga keluarnya bercak-bercak darah yang berlanjut terus-menerus (selama lebih dari tiga hari). 5. Ibu mengeluarkan gumpalan berwarna merah muda atau keabuan-abuan dari vagina. Ini bisa diartikan keguguran telah dimulai. Jika ini terjadi di rumah, simpan gumpalan tersebut untuk diperlihatkan kepada dokter. Bukti ini sangat membantu dalam penegakkan diagnosis; apakah ibu hamil hanya mengalami ancaman keguguran atau memang sudah mengalami keguguran. Bila memang sudah jadi, apakah janin sudah keluar sebagian atau sudah lengkap, dan apakah membutuhkan prosedur D&C (Dilation dan Curetage). 6. Punya riwayat keguguran dan saat hamil sekarang mengalami perdarahan atau kejang, atau kedua-duanya. Bila ibu hamil merasakan satu atau lebih gejala di atas, segeralah datang ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan yang semestinya. TIGA JENIS ABORTUS Apakah ibu hamil yang mengalami gejala-gejala tadi pasti akan kehilangan calon bayinya? Belum tentu. Perdarahan yang dialami ibu hamil, umpamanya, bisa bukan merupakan tanda keguguran tapi hal lain, seperti letak plasenta yang tidak benar atau karena ibu hamil mengalami trauma. Abortus sendiri pun digolongkan menjadi tiga; abortus yang mengancam, abortus spontan, serta abortus lanjut. * Abortus mengancam Biasanya terjadi di antara kehamilan timester pertama dan kedua awal. Tandatandanya; ibu mengalami kontraksi, perdarahan, dan bisa disertai keluarnya cairan. Janin bisa diselamatkan jika masih dalam kondisi baik dan ostium (lubang rahim) belum terbuka. Sebaliknya jika lubang rahim sudah terbuka, dokter tidak bisa berbuat banyak. Kemungkinan yang terjadi adalah abortus spontan. * Abortus spontan Yakni keluarnya janin dari dalam rahim sebelum dapat hidup mandiri. Biasanya terjadi di kehamilan trimester pertama atau bahkan sebelum seorang wanita menyadari bahwa dirinya hamil. Dengan kata lain, abortus spontan bisa terjadi tanpa diketahui karena gejalanya mirip haid hanya lebih berat dan lebih terasa tegang. Maka itu waspadai bila ibu mengalami keluarnya bercak-bercak darah yang terus menerus, perdarahan disertai nyeri di bagian tengah perut dan kadang-kadang disertai sakit pinggang serta terdapat bekuan darah. Penyebab abortus jenis ini adalah kelainan embrio, janin atau plasenta kekurangan hormon, penyakit infeksi yang diderita ibu seperti gondong, cacar air dan campak atau juga reaksiauto-immune dimana sel-sel kekebalan ibu menyerang janin. * Abortus lanjut Keluarnya hasil konsepsi yang disebabkan kelainan plasenta dan serviks atau ibu hamil terpapar bahan beracun seperti asap rokok, alkohol dan bahan kimia. Tanda-tandanya sama dengan abortus spontan.

JENIS KEGUGURAN
Istilah keguguran sendiri dibedakan berdasarkan waktu kejadiannya. Disebut keguguran dini jika terjadi sebelum minggu ke-12 kehamilan dan keguguran lambat jika terjadi setelah minggu ke-12. Pembagian lain adalah keguguran penuh dan tidak penuh. Disebut keguguran penuh apabila jaringan janin dan plasenta keluar seluruhnya dari rahim pada saat keguguran. Disebut keguguran tidak penuh jika sebagian jaringan fetus tertinggal dalam rahim.

SIAPA YANG PALING BERISIKO KEGUGURAN?


Risiko keguguran lebih banyak dialami ibu-ibu dengan kondisi: 1. Ketika mengandung berusia lebih dari 33 tahun atau suami berusia lebih dari 53 tahun. 2. Pernah mengalami keguguran lebih dari 3 kali. 3. Pernah melahirkan bayi meninggal atau bayi cacat. 4. Punya keluarga dengan riwayat keguguran.

Penatalaksanaan Pada puskesmas non perawatan : Abortus Imminens - Tirah baring sedikitnya 2 3 hari (sebaiknya rawat inap) - Pantang senggama - Setelah tirah baring 3 hari, evaluasi ulang diagnosis, bila masih abortus imminens tirah baring di lanjutkan - Mobilisasi bertahap (duduk berdiri berjalan) dimulai apabila diyakini tidak ada perdarahan pervaginam 24 jam Abortus tingkat selanjutnya - Bila mungkin lakukan stabilisasi keadaan umum dengan pembebasan jalan nafas, pemberian oksigenasi (O2 2 - 4 liter per menit), pemasangan cairan intravena kristaloid (Ringer Laktat / Ringer Asetat / NaCl 0,9 %) sesuai pedoman resusitasi. - Pasien dirujuk setelah tanda vital dalam batas normal ke Puskesmas Perawatan atau RS Pada puskesmas perawatan Abortus Imminens - Seperti pada Puskesmas non perawatan Abortus Insipiens - Antibiotika profilaksis : Ampisilin i.v sebelum tindakan kuretase. - Perlu segera dilakukan pengeluaran hasil konsepsi dan pengosongan kavum uteri. Dapat dilakukan dengan abortus tang, sendok kuret, dan kuret hisap - Uterotonika : Oksitosin 10 IU i.m Abortus Inkompletus Perlu segera dilakukan pengosongan kavum uteri. Dapat dilakukan dengan abortus tang, sendok kuret, dan kuret hisap - Segera atasi kegawatdaruratan : 1. Oksigenisasi 2 4 liter/menit 2. Pemberian cairan i.v kristaloid (NaCl 0,9%, Ringer Laktat, Ringer Asetat) 3. Transfusi bila Hb kurang dari 8 g/dl

Abortus Kompletus - Evaluasi adakah komplikasi abortus (anemia dan infeksi) - Apabila dijumpai komplikasi, penatalaksanaan disesuaikan - Apabila tanpa komplikasi, tidak perlu penatalaksanaan khusus. Missed Abortion - Evaluasi hematologi rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit) dan uji hemostasis (fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan). - Bila terjadi gangguan faal hemostasis dan hipofibrinogenemia, segera rujuk di rumah sakit yang mampu untuk transfusi trombosit / Buffy-Coat dan komponen darah lainnya. - Hasil konsepsi perlu dievakuasi dari kavum uteri. Dilaksanakan setelah dipastikan tidak terdapat gangguan faal hemostasis

Komplikasi Abortus 11JUN


Komplikasi Abortus

Akibat Dilakukannya Tindakan Abortus Provokatus / Kriminalis Komplikasi Medis yang Dapat Timbul Pada Ibu: 1. Perforasi Dalam . Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hatihati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera. 2. Luka pada serviks uteri.

Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks. 3. Pelekatan pada kavum uteri. Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi. 4. Perdarahan. Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina. 5. Infeksi. Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi. 6. Lain-lain Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejalagejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare. Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin: Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik. Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya. RESIKO ABORSI Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: 1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 2. Resiko gangguan psikologis

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: Kematian mendadak karena pendarahan hebat Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan Rahim yang sobek (Uterine Perforation) Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) Kanker indung telur (Ovarian Cancer) Kanker leher rahim (Cervical Cancer) Kanker hati (Liver Cancer) Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) Resiko kesehatan mental Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: 1. Kehilangan harga diri (82%) 2. Berteriak-teriak histeris (51%) 3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) 4. Ingin melakukan bunuh diri (28%) 5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) 6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Illustrasi Mendapatkan kehamilan yang tidak terduga memang kerap menimbulkan beban mental tersendiri. Akibatnya banyak praktik aborsi yang dilakukan meski itu terbilang ilegal. Apa saja bahaya dari aborsi? Aborsi bukanlah suatu prosedur medis yang sederhana. Jika dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Bahkan bagi beberapa perempuan hal ini dapat mempengaruhi fisik, emosional dan spiritualnya. Namun tidak semua orang tahu tentang risiko yang bisa dialami jika melakukan aborsi. Seperti dikutip dari Pregnancycenter, Senin (29/3/2010) aborsi bisa dilakukan dengan beberapa prosedur, yaitu: 1. Manual vakum Bedah aborsi ini dilakukan di awal kehamilan hingga usia 7 minggu setelah periode menstruasi terakhir. Prosedur ini menggunakan tabung tipis dan panjang yang dimasukkan ke dalam rahim. Jarum suntik yang melekat pada tabung akan menyedot embrio keluar. 2. Metode kuret Prosedur ini adalah yang paling umum, biasanya untuk usia 6-14 minggu. Karena bayi sudah lebih besar, maka dokter harus melakukan peregangan pada leher rahim dengan menggunakan batang besi. Setelah leher rahim terbuka, dokter akan memasukan tabung plastik keras ke dalam rahim yang dihubungan dengan mesin penghisap. Maka janin akan terisap keluar dari rahim, setelahnya dokter akan menggunakan pisau berbentuk lingkaran yang disebut dengan kuret untuk membersihkan sisa janin yang masih tertinggal di rahim. 3. Pelebaran dan evakuasi Prosedur aborsi ini dilakukan saat memasuki usia trimester kedua kehamilan. Dalam proses ini leher rahim akan dibuka lebih lebar, setelah terbuka maka dokter akan mengeluarkan janin dengan menggunakan forsep (tang). Tengkorak dari janin akan dilumatkan terlebih dahulu untuk mempermudah proses. 4. Aborsi dengan menggunakan pil Prosedur ini biasanya dilakukan saat usia kehamilan 4-7 minggu. Obat yang diberikan akan menyebabkan kematian embrio dan mengeluarkannya dari dalam rahim. Namun obat ini biasanya tidak dapat bekerja pada kasus kehamilan ektopik. Namun bukan berarti prosedur di atas aman untuk bayi dan ibu hamil. Ada beberapa efek samping yang bisa terjadi baik oleh bedah atau pil jika dilakukan secara sembarangan, seperti kram perut, mual, muntah dan diare. Ada juga risiko komplikasi seperti pendarahan, infeksi dan kerusakan organ. Sementara komplikasi yang serius bisa timbul adalah: Pendarahan hebat. Jika leher rahim robek atau terbuka lebar akan menimbukan pendarahan yang dapat berbahaya bagi keselamatan ibu. Terkadang dibutuhkan pembedahan untuk menghentikan pendarahan tersebut.

Infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh alat medis tidak steril yang dimasukkan ke dalam rahim atau sisa janin yang tidak dibersihkan dengan benar. Aborsi tidak sempurna. Adanya bagian dari janin yang tersisa di dalam rahim sehingga dapat menimbulkan perdarahan atau infeksi. Sepsis. Biasanya terjadi jika aborsi menyebabkan infeksi tubuh secara total yang kemungkinan terburuknya menyebabkan kematian. Kerusakan leher rahim. Kerusakan ini terjadi akibat leher rahim yang terpotong, robek atau rusak akibat alat-alat aborsi yang digunakan. Kerusakan organ lain. Saat alat dimasukkan ke dalam rahim, maka ada kemungkinan alat tersebut menyebabkan kerusakan pada organ terdekat seperti usus atau kandung kemih. Kematian. Meskipun komplikasi ini jarang terjadi, tapi kematian bisa terjadi jika aborsi menyebabkan perdarahan yang berlebihan, infeksi, kerusakan organ serta reaksi dari anestesi yang dapat menybabkan kematian. Selain itu ada juga risiko lain jika melakukan lebih dari satu kali aborsi yaitu meningkatkan risiko melahirkan prematur nantinya serta komplikasi lain akibat prematur seperti masalah pada mata, otak, pernapasan atau usus. Para ahli medis kini sedang meneliti hubungan antara aborsi dengan kanker payudara, yaitu saat seseorang mulai hamil maka dengan sendirinya jaringan yang berhubungan dengan air susu juga akan berkembang. Namun jika dilakukan aborsi ada kemungkinan jaringan ini mengembangkan kanker payudara. Sedangkan efek aborsi terhadap faktor emosional adalah menimbulkan kelainan pola makan, timbul rasa bersalah yang dapat memicu stres atau depresi serta kemungkinan disfungsi seksual. Mendapatkan kehamilan yang tidak terduga memang menimbulkan beban mental tersendiri, tapi memilih untuk melanjutkan kehamilan dan menjadi orangtua adalah satu-satunya pilihan yang terbaik. Bicaralah dengan seseorang yang bisa dipercaya serta adanya dukungan dari orang-orang disekitar akan membantu seseorang menjalani kehamilan yang tidak diinginkannya itu. Akibat Dilakukannya Tindakan Abortus Provokatus / Kriminalis Komplikasi Medis yang Dapat Timbul Pada Ibu: 1. Perforasi Dalam . Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hatihati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera. 2. Luka pada serviks uteri. Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.

3. Pelekatan pada kavum uteri. Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi. 4. Perdarahan. Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina. 5. Infeksi. Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi. 6. Lain-lain Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejalagejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare. Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin: Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik. Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.

abortus dan penanganannya 21MAY


Latar Belakang Abortus merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil juga pada janin di dalam kandungan dimana usia kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat badan janin 1000 gr dan abortus ini bisa terjadi karena kondisi ibu yang lemah, kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan di luar nikah. Abortus yang sering terjadi adalah abortus inkompletus, yaitu dimana janin yang ada didalam kandung ibu sudah keluar sebagian dan sebagian lagi tinggal di dalam rahim. Bila keguguran ini terjadi harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan yang banyak yang dapat menyebabkan kematian pada ibu.(Manuaba, 1998) Pada tahun 2000, WHO memperkirakan 2/3 kehamilan di dunia merupakan kehamilan yang tidak diinginkan yaitu sekitar 50 juta per tahun. Sebanyak 60% mendapat pertolongan yang aman dan 40% mendapat pertolongan tidak aman. Hal ini menyumbangkan AKI 15-20% diperkirakan sekitar 700.000 wanita/ibu meninggal per tahun akibat abortus tak aman, yaitu 1 diantara 10 kehamilan atau 1

diantara 7 kelahiran. 90% terjadi di negara berkembang yang merupakan 15 kali angka kematian dibanding di negara maju.(Affandi, 2008)

1
Tingginya AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 yaitu 334/100.000 kelahiran hidup. Mengingat masih tinggi AKI maka pada tanggal 12 Oktober 2003 pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional kehamilan yang aman atau Making Pragnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 dan menetapkan target dengan menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup di tahun 2010.(Saefudin, 2001) Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (30%), infeksi (12%), eklampsi (25%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetri (3%), komplikasi masa nifas (8%) dan penyebab lainnya (12%). Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus. Menurut SDKI tahun 1997 menunjukkan bahwa wanita berstatus menikah melakukan abortus masih tinggi berkisar 9,2% dengan alasan tidak menginginkan anak lagi atau untuk menjarangkan kehamilan, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi.(Depkes RI, 2001) Di Indonesia diperkirakan sekitar 2-2,5% mengalami keguguran setiap tahun sehingga secara nyata dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7 per tahunnya (Manuaba, 2001). Berdasarkan kutipan Syahrianti tahun 2004 yang dikemukakan oleh Siegler dan Eastman, Insiden abortus secara umum berkisar 10% dari seluruh kehamilan. Demikian juga di Rumah Sakit Pirngadi Medan tahun 2003, prevalensi abortus meningkat sesuai dengan usia ibu 12% pada usia 20 tahun dan 50% pada usia 45 tahun dan 80% dari abortus terjadi pada bulan ke 2-3 kehamilan menurut Eastman dan 76% menurut Simens.(Syahrianti, 2004) Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Palembang berdasarkan laporan indikator Database 2005 United Nation Found Population (UNFPA) 6th Country Programe adalah 317 per 100.000 kelahiran, lebih rendah dari Propinsi Sumsel sebesar 467 per 100.000 kelahiran. Jumlah kematian ibu tahun 2005 di Kota Palembang sebanyak 15 orang diantaranya disebabkan oleh perdarahan dan selebihnya disebabkan faktor lainnya termasuk abortus dan dari data yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006, angka kejadian abortus sebesar 123 kasus dengan nkejadian abortus imminens sebanyak 106 kasus (86,17%), abortus komplit sebanyak 2 kasus (1,62%), abortus inkomplit sebanyak 12 kasus (9,75%) dan missed abortion sebanyak 3 kasus (2,44%). (Widyastuti, Y, 2010) Pengertian Abortus adalah pengeluaran hasil kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.(Azhari, 2008) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Prawirohardjo, 2008) Abortus didefenisikan sebagai keluarnya janin belum mencapai viabilitas (yang mampu hidup diluar kandungan). Dan masa gestasi mencapai 22 minggu atau lebih, berat janin 500 gr atau lebih.(Indra, 2007) Etiologi Menurut Akmal S, 2003 penyebab abortus sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :

a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena : 1. Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks 2.

Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi. Selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan. 1. Pengaruh luar a) b) c) d) a. 1. 2. 3. b. 1. 2. 3. 4. Infeksi endometrium Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi Faktor psikologis Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat) Kelainan plasenta Infeksi pada plasenta Gangguan pembuluh darah Hipertensi Penyakit ibu Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis Anemia Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM Kelainan rahim

Klasifikasi Abortus dibagi menjad dua yaitu: Berdasarkan kejadiannya Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :

1) Indikasi medis Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim. 1) Indikasi social

Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan. Berdasarkan pelaksanaanya Abortus buatan teraupetik. Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas berdasarkan indikasi medis Abortus buatan illegal yang dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum (Abortus Kriminalis). Berdasarkan gambaran klinis a. Keguguran lengkap (abortus kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya.

b. Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam rahim yang dapat menimbulkan penyulit. c. Keguguran mengancam (abortus imminen), abortus ini baru dan masih ada harapan untuk dipertahankan. d. Keguguran tak terhalangi (abortus insipien), abortus ini suadah berlangsung dan tidak dapat dicegah atau dihalangi lagi. e. Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurangkurangnya 3 kali. f. Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang disertai infeksi sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis. g. Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati Patofisiologi Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O 2. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya : a. b. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan

c. Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin Tanda dan Gejala 1. Tanda dan gejala pada abortus Imminen : a. b. Terdapat keterlambatan dating bulan. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules.

c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim. d. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup dapat dirasakan kontraksi otot rahim e. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.

2. Tanda dan gejala pada abortus Insipien : a. b. Perdarahan lebih banyak. Perut mules atau sakit lebih hebat.

c. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba. 3. Tanda dan gejala abortus Inkomplit : a. b. c. d. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)

5. Tanda dan gejala abortus Kompletus : a. b. c. Uterus telah mengecil. Perdarahan sedikit. Canalis servikalis telah tertutup.

6. Tanda dan gejala Missed Abortion : a. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin

b. Buah dada mengecil kembali Manifestasi Klinis 1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat 3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi 4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus 5. Pemeriksaan ginekologi : a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. Komplikasi 1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi 2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah. Pemeriksaan Penunjang 1. Tes Kehamilan Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus 2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup 3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion. Diagnosa Banding Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules. Asuhan Pasca Abortus Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan asuhan pascaabortus. Asuhan pascaabortus terdiri dari: 1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala kemungkinan komplikasinya. 2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pascaabortus. 3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu. Tiga Elemen Dasar Asuhan Pascaabortus yaitu: 1. Penatalaksanaan komplikasi abortus

2. Pelayanan KB paskaabortus termasuk konseling dan pelayanan kontrasepsi 3. Asuhan paskaabortus terintegrasi dengan pelayanan kegawatdaruratan dan kesehatan reproduksi termasuk KIE.

You might also like