You are on page 1of 14

PERAN KEPEMIMPINAN NASIONAL DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN DAPAT MEMBANGUN PENDIDIKAN POLITIK

1.

Pendahuluan. Kepemimpinan merupakan suatu seni untuk melaksanakan tugas

pokok melalui manusia. Dalam perkembangannya peranan pimpinan mengalami perubahan sesuai perkembangan masyarakat, berkembang pula corak-corak kepemimpinan yang beraneka ragam. Era penjajahan Belanda, elit kepemimpinan yang dikembangkan sistem feodalisme dan bersifat priyayi. Elit kepemimpinan pada masa akhir pendudukan Jepang dengan menggunakan sifat musyawarah mufakat yang mengagumkan dengan mengesampingkan perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi, golongan, agama, suku,/ras, dan daerah. Perwujudan interaksi antara elit kepemimpinan dengan rakyat yang luar biasa pada era Perang Kemerdekaan, dimana kharisma peran Pimpinan Inonesia saat itu (Presiden Soekarno) mewarnai kepemimpinan nasional. Presiden Soeharto, mengembangkan peranan pemerintah yang cenderung pada pada prioritas pengembangan fisik material, karena perencanaan secara terpusat sehingga cenderung adanya kesenjangan sosial antar daerah. Reformasi digulirkan untuk merespon keadaan kemelut yang sedang dihadapi bangsa ini, yang diwarnai oleh maraknya sikap dan perilaku KKN, ketidak adilan, arogansi, ketidak benaran serta kemunafikan para penguasa penyelenggara pemerintahan pada waktu itu. Reformasi yang telah kita laksanakan sejak tahun 1998 itu dewasa ini telah banyak menghasilkan hal-hal yang positif, namun reformasi juga meninggalkan ekses negatif sebagai akibat dari ephoria yang dampaknya sangat mengganggu kelangsungan kehidupan berbangsa, bernegara yang utamanya dalam kehidupan politik, ekonomi dan keamanan pada kondisi memprihatinkan. Disamping itu, sikap/perilaku KKN, ketidakadilan, kemunafikan dan arogansi masih dirasakan bukan hanya dalam jajaran eksekutif tetapi juga sudah merebak dikalangan legislatif dan yudikatif. Menghadapi keadaan yang masih memprihatinkan itu, jangan hendaknya kita bersikap negatif/apriori menuding pihak lain berbuat salah, namun harus memandang secara jernih dan harus kita dicarikan jalan keluarnya secara bersama.

2 Apabila dalam pelaksanaan reformasi ini terdapat berbagai penyimpangan dan kekeliruan, serta sasaran-sasaran yang ditetapkan belum tercapai, jangan hendaknya kita cepat bersikap pesimis yang menimbulkan keinginan untuk lebih baik kembali kejaman sebelum reformasi. Sikap yang demikian adalah tidak bijaksana dan hanya akan membawa bangsa ini kembali ke masa lalu. Keadaan itu harus kita sikapi secara positif dan kita terima sebagai tantangan yang harus kita hadapi dan kita selesaikan bersama. Saat ini telah terjadi degradasi dengan indikasi merosotnya tanggung jawab moral dan etika kepemimpinan, yang menyebabkan kepemimpinan tidak lagi kompherensif, integrated dan balanced. terhadap memburuknya kondisi kehidupan ekonomi, sosial Merosotnya dan budaya tanggung jawab, moral, etika dan integritas kepemimpinan nasional berdampak bangsa.Krisis multi dimensi, pengaruh arus globalisasi dan dampak reformasi yang melanda Indonesia sampai saat ini masih berkepanjangan dan belum terselesaikan dengan tuntas. Juga pengaruh budaya asing masuk yang belum tentu cocok dengan budaya bangsa Indonesia dan penegakan hukum yang belum merata atau dengan kata lain reformasi disegala bidang belum berjalan dengan baik, akan berdampak pada sektor perekonomian, politik, sosial, budaya bahkan juga pada para pemimpin nasional. Untuk itu pada era reformasi, rakyat Indonesia menuntut agar negara Indonesia menjadi negara dengan pemerintahan yang baik (good governance), pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang kesemua itu adalah merupakan dambaan rakyat dan bangsa Indonesia Peranan pimpinan yang telah bergulir sejak masa penjajahan, perang kemerdekaan dan masa kemerdekaan merupakan pembelajaran bangsa yang masih mencari jati diri sebagai negara berkembang, visi dan misi seorang pemimpin perlu serta harus dimiliki guna meningkatkan peranannya dalam menjadikan negara yang memiliki stabilitas nasional yang mantap, tahan terhadap gangguan baik dari dalam maupun dari luar. Memasuki era globalisasi dimana perubahan dalam segala sektor sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, isue-isue yang bergulir tentang HAM, lingkungan hidup, dan demokratisasi harus dapat dieliminir oleh bangsa Indonesia dengan tidak menutup diri, tetapi menerapkannya secara tepat dalam kebijaksanaan pemerintah serta inti peranan pemimpin dalam menjalankan roda pemerintahannya yang berjalan sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional yang telah dicetuskan dalam Pembukaan UUD 1945. sendiri maupun berperan aktif di dunia Perlunya peningkatan peranan internasional sehingga dapat pemimpin yang lebih baik untuk dapat berperan aktif dalam masyarakat bangsa

3 mempertahankan stabilitas nasional yang kuat dan handal terhadap perubahan jaman. Dengan berbagai penjelasan diatas maka perlu dilaksanakan peran kepemimpinan nasional dalam menghadapi perubahan agar dapat membangun pendidikan politik 2. Pembahasan/Analisis. a Kepemimpinan Nasional. Adalah pimpinan tingkat nasional

yang memiliki kemampuan kepemimpinan untuk mewujudkan cita cita dan tujuan nasional, secara kejiwaan memiliki karakter, moral dan etika yang didasari nilai nilai Pancasila serta memiliki pola pikir maupun pola tindak sehingga terbangun sikap negarawan. Kepemimpinan Nasional adalah Pemimpin yang mengarahkan seluruh kegiatan kenegaraan atas mandat yang diberikan oleh rakyat dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan nasional. seharusnya Negara Indonesia kita tidak memiliki sejumlah aspek potensial yang mengalami krisis multidimensi. berlama-lama

Tersedianya sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi yang potensial, namun mengapa kita masih seperti sekarang ini? manajemen Kelemahan indonesia yang paling utama adalah lemahnya pengelolaan nasional sebagai dari akibat dari lemahnya

kepemimpinan nasional. Pada saat ini kepemimpinan nasional masih belum mampu membawa bangsa ini keluar pemimpinan nasional hendaknya krisis multidimensi yang Moral kepemimpinan berkepanjangan dan untuk keluar dari krisis tersebut maka seorang memiliki tinggi,memiliki rasa nasionalisme yang kuat, serrta memiliki standar kepemimpinan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi saat itu : 1) dalam Moral Pemimpin. implementasinya Kondisi kepemimpinan nasional saat ini kurang melaksanakan nilai-nilai

kepemimpinannya dengan nilai keimanan dan ketaqwaan sehingga jauh dari harapan bangsa Indonesia yang sedang mengalami krisis multi dimensi yang belum berakhir. Pemimpin nasional hanya mengumbar janji saat akan menuju ke tampuk pimpinan tapi jauh dari harapan rakyat setelah menduduki jabatan. Faktor yang mempengaruhi selain pribadi pemimpin adalah tekanan dari kelompok partainya, sehingga bukan kepentingan bangsa yang menyeluruh, tapi

4 hanya mengedepankan kepentingan kelompok. Moral kepemimpinan nasional tidak lagi menjadi suri tauladan rakyat, namun mengumbar keinginan pribadi yang menyangkut korupsi, KKN, tidak memegang janji bahkan ada pemimpin nasional yang kawin lagi sehingga sudah tidak lagi menjadi figur pemimpin rakyat, tidak pernah merasa salah atau pura-pura tidak tahu atas pelanggaran moral yang dilakukan. 2) Nasionalisme. Rasa nasionalisme atau kebangsaan tidak lagi bangsa

dapat dibanggakan dan dicerminkan pemimpin nasional

Indonesia. Sadar atau tidak bahwa negara Republik Indonesia merdeka ditempuh dengan darah dan nyawa, mungkin sudah terlupakan karena jaman ini sudah tidak lagi merebut kemerdekaan. Hal-hal yang telah dicapai bangsa Indonesia kurang menjadi kebanggaan bangsanya, yang ada hanya kurang dan kurang bahkan lebih membanggakan produk luar. Kurangnya nasionalisme bangsa Indonesia menjadikan keterpurukan kehidupan bangsa secara menyeluruh, tadak percaya atas kemampuan sendiri, sehingga setiap program pembangunan selalu mengedepankan produk luar. Akibat dari itu pengelolaan SDM dan SDA kurang mendapatkan perhatian, yang sebetulnya dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan bangsa. 3) Standarisasi Kepemimpinan Nasional. Belum diterapkannya

secara utuh paramater yang baku sebagai acuan bagi calon-calon pemimpin. Disamping itu masih terdapat kecenderungan menipisnya kredibilitas kepemimpinan nasional berakibat terjadi kerawanan yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Kredibilitas dan kapabilitas pemimpin dalam mengelola persoalan bangsa secara cermat dan tepat akan mempercepat penyelesaian masalah krisis multi dimensi. 4) Permasalahan yang dihadapi. a) Bidang Penegakan peraturan perundang-undangan

dan hukum. Penegakan supremasi hukum berdasarkan nilainilai kebenaran dan keadilan mengalami degradasi. Kondisi tersebut, antara lain, disebabkan :

5 (1) dibuat Banyaknya peraturan perundang-undangan yang oleh pemerintahan aspirasi pada masa dan lalu tidak masyarakat kebutuhan

mencerminkan pembangunan. (2) Kurang

berperannya peraturan

pelaksanaan juga

Program yang

Legislasi banyaknya

Nasional

(Prolegnas)

menyebabkan

perundang-undangan

ditetapkan mempunyai materi yang saling tumpang tindih satu sama lain serta masih adanya peraturan perundangundangan yang kurang mencerminkan keadilan. (3) Adanya tindakan pembatasan keterlibatan

kekuasaan rakyat oleh pemerintah untuk ikut berperan serta secara aktif dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan yang merupakan permasalahan dan sekaligus menjadi tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan hukum. (4) Peranan lembaga peradilan dalam mewujudkan

peradilan yang mandiri, tidak dipengaruhi oleh pihak mana pun, bersih, dan profesional belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan. (5) Kualitas, profesionalitas, moral dan akhlak aparat

penegak hukum yang masih rendah. Sebagai akibatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan sebagai benteng terakhir untuk mendapatkan keadilan semakin menurun. (6) Lemahnya penegakan hukum juga disebabkan

oleh kinerja aparat penegak hukum lainnya seperti, kepolisian, kejaksaan, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang belum menunjukkan sikap yang profesional dan integritas moral yang tinggi. (7) Kondisi sarana dan prasarana hukum yang sangat diperlukan oleh aparat penegak hukum juga masih jauh

6 dari memadai sehingga sangat mempengaruhi

pelaksanaan penegakan hukum untuk berperan secara optimal dan sesuai dengan rasa keadilan di dalam masyarakat. (8) Sebagai bagian dari upaya penegakan supremasi

hukum, secara kelembagaan posisi kepolisian dan kejaksaan yang belum mandiri menjadi penyebab tidak berjalannya penegakan hukum yang efektif, konsisten, dan berkeadilan. (9) Krisis kepercayaan masyarakat terhadap hukum

disebabkan, antara lain, karena masih banyaknya kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang belum tuntas penyelesaiannya secara hukum. (10) Kurangnya sosialisasi peraturan maupun perundangkepada

undangan baik sebelum maupun sesudah ditetapkan baik kepada persepsi, antara masyarakat seringkali umum menimbulkan dengan penyelenggara negara untuk menciptakan persamaan kesalahpahaman negara masyarakat penyelenggara

termasuk aparat penegak hukum. b) Bidang Perekonomian. Pertumbuhan ekonomi

Indonesia yang lamban, iklim investasi di Indonesia belum menguntungkan akibat instabilitas politik dan stabilitas politik belum mendukung, termasuk keamanan dalam investasi, kondisi ekonomi Indonesia masih rapuh, atau ringkih. Perkembangan perekonomian di Indonesia pasca-pemutusan kerja sama dan pelunasan utang-utang Indonesia terhadap IMF, Pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi konservatif yang tidak memberi ruang bagi pengurangan kemiskinan dan pengangguran. Agenda tersebut adalah kebijakan yang dijalankan pemerintah seperti sekarang yang konservatif dan hanya berorientasi moneteris serta liberalisasi. Disisi lain, tetap

7 mengenyampingkan kesejahteraan rakyat. IMF akan

mengatakan ekonomi Indonesia sudah on the track (pada jalurnya--Red) dan tidak akan mengatakan bahwa fundamental ekonomi kita rapuh. Padahal kebijakan ekonomi yang dijalankan saat ini ternyata tidak memberi perbaikan pada kesejahteraan rakyat dan sebaliknya memberi ruang besar berbiaknya liberalisas c) Bidang Politik. Stabilitas politik dalam negeri masih

didominasi oleh kepentingan partai politik yang mempengaruhi keputusan pemimpin nasional. Hal itu didasarkan pada kumulasi dari perilaku politik kelompok-kelompok strategis yang ada, terutama partai politik, pengusaha serta mahasiswa dan aktivis, sementara itu. Politik luar negeri masih terlihat lemah dalam berdiplomasi berbagai permasalahan yang terkait dengan kepentingan bangsa Indonesia. d) (SBE) ini Bidang dalam Sosial budaya. kegiatan Kurangnya perhatian telah teknis

pemerintah pada aspek-aspek sosial, budaya dan ekonorni berbagai lebih pembangunan aspek menyebabkan timbulnya berbagai kesenjangan sosial. Selama pemerintah banyak menonjolkan pembangunan fisik dibandingkan dengan aspek tersebut yang notabene belum mendapat porsi yang seimbang, dimana masyarakat belum ditempatkan secara benar posisinya sebagai subyek dan pelaku utama dalam pembangunan. Akibatnya masyarakat seringkali hanya dilihat sebagai obyek daripada subyek dalam sektor pembangunan. b Peran Kepemimpinan nasional dalam menghadapi perubahan.

Kepemimpinan nasional dalam menghadapi perubahan diharapkan mampu membawa bangsa dan negara Indonesia keluar dari krisis multi dimensi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan kepemimpinan secara demokratis, profesional, transparan, akuntabel, berkredibilitas dan bebas KKN dalam rangka mencapai tujuan nasional yang mewujudkan cita-cita nasional yang merupakan konsekwensi logis. Kepemimpinan dalam suprastruktur politik diharapkan dapat secara konsisten menjalankan amanat rakyat dengan

8 melaksanakan sistem penyelenggaraan negara yang demokratis, transparan, bermoral dan dengan mengedepankan nasionalisme bangsa dalam upaya membangun bangsa dan negara seutuhnya sehingga mampu keluar dari krisis multidimensi serta dapat mencapai masyarakat adil dan makmur dengan memperhatikan dua hal : 1) Moral pemimpin. Seorang pemimpin hendaknya bermoral dan

memiliki karakter yang baik serta terpuji, sebagai pancaran dari kehidupan beriman dan bertaqwa, yaitu suatu kehidupan yang dilandasi pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang dianut secara konsisten dan konsekuen. Keimanan dan ketaqwaan harus diletakkan dalam sikap yang menghargai pluralitas bangsa. Selanjutnya seorang pemimpin yang berkarakter harus berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Pemimpin yang memiliki karakter bukanlah sosok yang gemar mengumbar janji, mementingkan diri sendiri atau kelompok ataupun secara sadar dan tidak telah merugikan bangsa lewat berbagai cara. Kondisi saat ini bangsa Indonesia membutuh kepemimpinan nasional yang memiliki moral kepemimpinan yang bersumber pada Pancasila yang tercermin secara terpadu dalam kelima sila adalah : a) Moral Ketaqwaan, untuk mengembangkan kualitas

pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara untuk kepentingan ibadah kepada Tuhan YME. b) Moral kemanusiaan, perilaku pemimpin yang menyadari

adanya hak-hak azasi manusia untuk kehidupan yang semakin beradab. c) Moral kebersamaan dan kebangsaan, untuk membangun kebangsaan dan semangat pengabdian serta

semangat

kesadaran bela negara untuk tetap utuhnya NKRI. d) Moral kerakyatan, untuk membangun kehidupan yang

demokratis, budaya membangun musyawarah dan mufakat, transparan, konsisten, aspiratif dan kepastian serta bersatu bersama rakyat.

e) yang

Moral kuat

keadilan, untuk

sikap

dan

perilaku

keadilan

dan

kejujuran, memiliki kredibilitas dan kemandirian serta kemauan mengembangkan keteladanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2) Nasionalisme Pemimpin. Setelah mengalami krisis multi

dimensi yang tidak pernah berakhir, apakah pemimpin nasional bangsa ini akan tetap tidak mengindahkan dan memperbaiki untuk kedepan menjadikan kebanggaan dan kepercayaan diri lebih baik. Untuk itu perlu penanaman kembali jiwa nasionalisme bangsa terutama pemimpin nasional sebagai pemegang roda pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Dalam rangka pembangunan kepemimpinan nasional diperlukan langkah-langkah : 1) Penanaman pemahaman Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) merupakan milik seluruh bangsa Indonesia mulai dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi. 2) Perlunya meningkatkan penanaman nilai-nilai 45 dalam

kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, sehingga tidak menyimpang dari azas dan tujuan dalam melaksanakan kepemimpinannya. 3) Perlunya peningkatan penanaman jiwa nasionalisme

bangsa Indonesia, agar rasa kebanggaan terhadap negara sangat melekat dalam jiwa pemimpin. 4) Perlunya menerapkan norma norma kepribadian bangsa

dalam berbagai aspek kehidupan yang mencerminkan pribadi bangsa Indonesia yang baik. 5) Perlunya penanaman keikutsertaan dan rasa

bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembanguna nasional guna selalu mengedepankan program pembangunan untuk kepentingan rakyat.

10 6) Perlu meningkatkan pelajaran sejarah perjuangan dan

budaya luhur bangsa Indonesia. Diharapkan nilai perjuangan dan budaya luhur bangsa dapat dijadikanpegangan dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. 7) Perlu upaya menumbuhkembangkan kesadaran bela

negara bagi seluruh rakyat Indonesia agar : a) b) Memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi. Memiliki kesadaran berbangsa dan ber negara

Indonesia yang kokoh dan benar. c) Meyakini kebenaran dan kesaktian Pancasila

sebagai Ideologi Negara, falsafah bangsa dan dasar negara. d) Memiliki kerelaan berkorban demi keutuhan dan

kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. c. Membangun pendidikan politik. Pendidikan politik adalah aktifitas

yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan orientasi-orientasi politik pada individu. Ia meliputi keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, meliputi juga loyalitas dan perasaan politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkanseseorang memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik.Disamping itu, iajuga bertujuan agar setiap individu mampu memberikan partisipasi politik yang aktif di masyarakatnya. Pendidikan politik merupakan aktifitas yang terus berlanjut sepanjang hidup manusia dan itu tidak mungkin terwujud secara utuh kecuali dalam sebuah masyarakat yang bebas.Dengan demikian pendidikan politik memiliki tiga tujuan yaitu membentuk kepribadian politik, kesadaran politik, dan partisipasi politik. Pembentukan kepribadian politik dilakukan melalui metode tak langsung, yaitu pelatihan dan sosialisasi, serta metode langsung berupa pengajaran politik dan sejenisnya. Untuk membangun kesadaran politik ditempuh dua metode yaitu dialog dan pengajaran instruktif. Adapun partisispasi politik, ia terwujud dengan keikutsertaaan individu-individu secara sukarela dalam kehidupan politik masyarakatnya.

11 Pendidikan politik dalam masyarakat manapun mempunyai institusi dan perangkat yang menopangnya. Yang paling mendasar adalah keluarga, sekolah, partai-partai politik dan berbagai macam media penerangan. Pendidikan politik juga memiliki dasar dasar ideologis, sosial dan politik . bertolak dari situlah tujuan-tujuannya dirumuskan.Jika yang dimaksud dengan Pendidikan adalah proses menumbuhkan sisi-sisi kepribadian manusia secara seimbang dan integral, maka PendidikanPolitik dapat dikategorikan sebagai dimensi pendidikan, dalam konteks bahwa manusia adalah makhluk politik . sebagaimana halnya bahwa pendidikan mempunyai fungsi-fungsi pemikiran moral, dan ekonomi, maka pendidikan politik juga mempunyai fungsi politik yang akan direalisasikanoleh lembaga-lembaga pendidikan.Pendidikan politik itulah yang akan menyiapkan anak bangsa untuk mengeluti persoalan sosial dalam medan kehidupan dalam bentuk atensi dan partisipasi, menyiapkan mereka untuk mengemban tanggung jawab dan memberi kesempatan yang mungkin mereka bisa menunaikan hak dan kewajibannya. Hal itu menuntut pendidikan anak bangsa untuk menggeluti berbagai persoalan sosial dalam medan kehidupan mereka dalam bentuk atensi dan partisipasinya secara politik, sehingga mereka paham terhadap ideology politik yang dianutnya untuk kemudian membelanya dan dengannya mereka wujudkan cita-cita diri dan bangsanya. Pendidikan politik inilah yang mentransfer nilai-nilai dan ideology politik dari generasi ke generasi, dimulai dari usia dini dan terus berlanjut sepanjang hayat.Pendidikan politik merupakan kebutuhan darurat bagi masyarakat, karena berbagai factor yang saling mempengaruhi, dengan demikian pendidikan politiklah yang dapat membentuk perasaan sebagai warga Negara yang benar , membangun individu dengan sifat-sifat yang seharusnya, lalu mengkristalkannya sehingga menjadi nasionalisme yang sebenarnya. yang akan menumbuhkan perasaan untuk senantiasa barafiliasi, bertanggung jawab dan berbangga akan jati diri bangsa. Tuntunan ini demikian mendesak dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita, mengingat bahwa penumbuhan perasaan seperti itu menjadikan seorang warga Negara serius mengetahui hak dan kewajibannya, serta berusaha memahami berbagai problematika masyarakat d Peran kepemimpinan nasional dalam menghadapi perubahan agar politik. Adalah dengan keterlibatan

dapat membangun pendidikan

12 langsung pemimpinan nasional diharapkan mampu membawa perubahan bangsa dan negara Indonesia keluar dari krisis multi dimensi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan kepemimpinan secara demokratis yaitu dalam kepemimpinanya bukan sebagai diktator melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya, hubungannya dengan para bawahannya bukan sebagai atasan dan bawahan tetapi lebih pada saudara tua pada adiknya.Dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran dari para bawahannya, demikian juga terhadap kritik yang membangun dari bawahannya dijadikan sebagai umpan balik dan bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.Disamping itu pemimpin ini juga memberikan kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasilkan sebagian kekuasaan dan tanggung jawab.membantu didalam melaksanakan tugas sehari hari,sebagai pemimpin yang demokratis tentu nya harus profesional, transparan, akuntabel, berkredibilitas dan bebas KKN dalam rangka mencapai tujuan nasional yang mewujudkan cita-cita nasional yang merupakan konsekwensi logis. Kepemimpinan dalam suprastruktur politik diharapkan dapat secara konsisten menjalankan amanat rakyat dengan melaksanakan sistem penyelenggaraan negara yang demokratis, transparan, bermoral dan dengan mengedepankan nasionalisme bangsa dalam upaya membangun bangsa dan negara seutuhnya sehingga mampu keluar dari krisis multidimensi serta dapat mencapai masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mewujudkan kepemimpinan nasional yang mampu menghadapi perubahan dan dapat membangun pendidikan politik yang kuat perlu didukung dengan perangkat piranti lunak yang kondusif yang meliputi : 1) Bidang peraturan perundang undangan dan hukum. a) Penegakan hukum harus dilakukan secara tegas dan

konsisten tanpa memandang kedudukan seseorang. b) Semua orang harus sama dalam kedudukannya di depan

hukum. c) secara Program Legislasi Nasional (Prolegnas) dilaksanakan benar sehingga tidak menyebabkan peraturan

13 perundang-undangan yang ditetapkan mempunyai materi yang saling tumpang tindih satu sama lain dan peraturan perundangundangan diarahkan untuk mencerminkan keadilan. 2) Bidang politik. a) justru Penyusunan sistem politik Indonesia yang sehat, tidak digunakan oleh anggotanya untuk mendapatkan

perlu adanya partai politik dalam jumlah yang banyak, yang keuntungan. b) Penyusunan kembali lembaga tinggi Negara masing-

masing komponen mempunyai kewenangan yang seimbang. c) Penyusunan aturan pejabat publik harus meninggalkan

kepentingan partainya demi mewujudkan loyalitas terhadap Negara. 3) Bidang ekonomi. a) Sistem ekonomi disusun berdasarkan asas kekeluargaan

yang diarahkan untuk kepentingan masyarakat luas. b) c) Membangun daerah-daerah yang masih tertinggal. Mengatur kepemilikan perusahaan oleh investor asing

terutama terhadap perusahaan yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. 4) Bidang sosial budaya. Memberikan perlakuan yang sama terhadap senua komponen bangsa, tidak diskriminasi yang didasarkan atas perbedaan suku, agama, ras dan golongan.Memelihara kebudayaan masing-masing daerah yang diwujudkan menjadi kebudayaan nasional.

3.

Penutup

14 a Kesimpulan. Bahwa peran pemimpinan nasional yang diharapkan

mampu membawa perubahan bangsa dan negara Indonesia keluar dari krisis multi dimensi yaitu seorang pemimpin yang didalam melaksanakan tugasnya atau perannya dilaksanakan secara demokratis yaitu dalam kepemimpinanya bukan sebagai diktator melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya, hubungannya dengan para bawahannya bukan sebagai atasan dan bawahan tetapi lebih pada saudara tua pada adiknya. b Saran. Untuk menghasilkan seorang pemimpin nasional yang sesuai

dengan harapan maka disarankan untuk menyiapkan kepemimpinan nasional melalui pengkaderan dengan melengkapi persyaratan dan standarisasi seorang pemimpin nasional.

You might also like