You are on page 1of 17

1

TUGAS INDIVIDU

ALKALOID

NAMA NIM KELAS

: IKA LISMAYANI ILYAS : 70100110052 : FARMASI B

JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2012

ALKALOID
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada tumbuhan berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae, Solanaceae, Berberidaceae) dan juga pada tumbuhan monokotil (Familia Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tumbuhan rendah. Beberapa contoh yang terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dari sejenis musang Kanada; turunan Pirrol-Feromon seks serangga; Saksitoksin-Neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella; pirosiamin dari bacterium Pseudomonas aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea; dan likopodin dari genus lumut Lycopodium. Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada tumbuhan berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tumbuhan. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili atau genus tumbuhan tertentu. Berdasarkan sistem Engler dalam tumbuhan yang tinggi terdapat 60 order. Sekitar 34 daripadanya mengandung alkaloid. 40% dari semua famili tumbuhan paling sedikit mengandung alkaloid. Namun demikian, dilaporkan hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada disekitar 10.000 genus. Kebanyakan famili tumbuhan yang mengandung alkaloid yang penting adalah Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Famili tumbuhan yang tidak lazim yang mengandung alkaloid adalah Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili tumbuhan yang mengandung alkaloid, beberapa genus mengandung alkaloid sedangkan genus yang lain tidak mengandung alkaloid. Suatu genus sering menghasilkan alkaloid yang sama, dan bahkan beberapa genus yang berbeda dalam suatu famili dapat mengandung alkaloid yang sama. Sebagai contoh hiossiamin diperoleh dari tujuh genus yang berbeda dari famili tumbuhan Solanaceae. Di lain pihak

alkaloid yang lebih kompleks, seperti vindolin dan morfin, sering terdapat dalam jumlah yang terbatas pada satu spesies atau genus tumbuhan. Di dalam tumbuhan yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terlokasi (terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada bagian tumbuhan tertentu. Sebagai contoh: reserpin terkonsentrasi pada akar (hingga dapat diisolasi) Rauvolfia sp; Quinin terdapat dalam kulit, tidak pada daun Cinchona ledgeriana; dan morfin terdapat pada getah atau latex Papaver samniferum. Pada bagian tertentu tumbuhan tidak mengandung alkaloid tetapi bagian tumbuhan yang lain sangat kaya alkaloid. Namun ini tidak berarti bahwa alkaloid yang dibentuk di bagiam tumbuhan tersebut. Sebagai contoh dalam species Datura dan Nicotiana dihasilkan dalam akar tetapi ditranslokasi cepat ke daun, selain itu alkaloid juga dalam biji (Nux vomica, Areca catechu), buah (Piperis nigri ), daun (Atropa belladona), akar dan rhizoma (Atrpa belladona dan Euphorbia ipecacuanhae) dan pada kulit batang (Cinchona succirubra). Fungsi alkaloid ini bermacam-macam diantaranya sebagai racun untuk melindungi tumbuhan dari serangga dan binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang merupakan hasil metabolit akhir dari komponen yang membahayakan bagi tumbuhan, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan. (http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/03/alkaloid.pdf) Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin, dan stiknin adalah alkaloid yang terkenal dan mempunyai efek fisiologis dan psikologis. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.

2.2.1. Klasifikasi Senyawa Alkaloid Alkaloid tidak mempunyai tatanama sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin, dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan alkaloid. Sistem klasifikasi menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai: a. Alkaloid sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik; diturunkan dari asam amino; biasanya terdapat aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa. b. Protoalkaloid Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. Contohnya adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin. c. Pseudoalkaloid Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal. Contohnya: konessin dan purin (kaffein).

Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas: a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah: 1. Alkaloid Piridin-Piperidin Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Struktur inti:
Reduksi N Piridin N H Piperidin

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan: Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis Nigri Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (famili: Piperaceae) berguna sebagai bumbu dapur.

Turunan Propil-Piperidin, meliputi konini yang diperoleh dari Conii Fructus; yang berasal dari tumbuhan Canium maculatum (famili: Umbelliferae) berguna sebagai antispasmodik dan sedatif.

Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu (famili: Palmae) berguna sebagai anthelmentikum pada hewan.

Turunan Pirinin dan Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum (famili: Solanaceae) berguna sebagai antiparasit, insektisida, dan antitetanus.

2. Alkaloid Tropan Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sumsum tulang belakang. Struktur inti:

CH3

Hiosiamin dan Skopolamin Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam: Solanaceae), tumbuh pada daerah yang memiliki suhu yang panas, daun dan bijinya mengandung alkaloid Skopolamin; berfungsi sebagai antispasmodik dan sedatif.

Kokain Senyawa ini berfungsi sebagai analgetik narkotik yang menstimulasi pusat syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari daun tumbuhan Erythroxylum coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam: Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak

disalahgunakan (drug abuse) oleh sebagian orang dengan nama-nama

yang lazim dikalangan mereka seperti snow, shabu-shabu, crak dan sebagainya. Atropin, Apotropin, dan Belladonina Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata Atropos yang berarti tidak dapat dibengkokkan atau disalahgunakan, ini disebabkan karena belladona merupakan obat yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kematian.

3. Alkaloid Quinolin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Struktur inti:

Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai antimalaria, alkaloid ini terdapat pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan Cinchona succirubra (famili: Rubiaceae). Ada beberapa jenis dari Cinchona diantaranya C. Calisaya yang berwarna kuning berasal dari Peru dan Bolivia, C. Officinalis dan C. Ledgeriana lebih banyak di Indonesia yang ditanam di pulau Jawa.

Akronisina Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (famili: Rutaceae), berfungsi sebagai antineoplastik yang telah diuji cobakan pada hewan dan diharapkan mampu merupakan obat yang efektif untuk kemoterapi neoplasma pada manusia.

Camptothecin Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon Camptotheca acuminata (famili: Nyssaceae), suatu pohon yang secara endemik tumbuh di daratan Cina. Ekstrak dari tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan terhadap leukemia limpoid.

Viridicatin

Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur Penicillium viridicatum (famili: Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk semua jenis Plasmodium (kecuali P. vivax) penyebab malaria. Penggunaan senyawa ini memiliki efek samping berupa Cindronism yaitu pendengaran berkurang.

4. Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Struktur inti:

Morfin Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum dan P. Bracheatum (famili: Papaveraceae)

Emetina Senyawa ini berfungsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari akar tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (famili: Rubiaceae)

Hidrastina dan Karadina Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis (famili: Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada radang selaput lendir.

Beberina Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris (dari Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari famili: Berberidaceae yang berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.

5. Alkaloid Indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol.

Struktur inti:

N H

Reserpina Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentine dari suku Apocynaceae yang terkadang bercampur dengan fragmen rhizima dan bagian batang yang melekat padanya. Senyawa ini berfungsi sebagai antihipertensi.

Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus (famili: Apocynaceae) berupa herba yang berkhasiat sebagai antitumor.

Striknina dan Brusina Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii (famili: Loganiaceae) yang terdapat di Filipina, Vietnam dan Kamboja. Bagian tanaman yang diambil berupa ekstrak biji yang telah kering dengan khasiat sebagai tonikum dalam dosis yang kecil sedangkan dalam pertanian digunakan sebagai ratisida (racun tikus).

Fisostigmina dan Eserina Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut dan split nut berupa biji dari tumbuhan Physostigma venenosum (famili: Leguminosae) glaukoma. yang berkhasiat sebagai konjungtiva pengobatan

Ergotoksina, Ergonovina, dan Ergometrina Alkaloid ini asalnya berbeda dibandingkan dengan yang lain, sebab berasal dari jamur yang menempel pada sejenis tumbuhan gandum yang kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna sebagai vasokonstriktor untuk penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai oxytoksik.

Kurare

Diperoleh dari kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C. Toxifera (fam: Loganiaceae) dan Chondodendron tomentosum (famili:

Menispermaceae) yang berguna sebagai relaksan pada otot.

6. Alkaloid Imidazol Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Struktur inti:
N N H

Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang berasal dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi rermambuco, P. Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius atau J. Paraguay dari famili: Rutaceae yang berkhasiat sebagai konjungtiva pada penderita glaukoma.

7. Alkaloid Lupinan Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, Struktur inti:

Alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus (famili: Leguminocaea) dan Anabis aphylla (famili: Chenopodiaceae) berupa daun tumbuhan yang telah dikeringkan berkhasiat sebagai oksitoksik.

8. Alkaloid Steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Struktur inti:

10

CH3 CH3

Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu: Golongan I : Sevadina, Germidina, Germetrina,

Neogermetrina, Gemerina, Neoprotoperabrena, Veletridina. Golongan II : Pseudojervina, Veracrosina,

Isorobijervosina. Golongan III : Protoveratrin, Sevadina, Jervina, Rubijervina, Isoveratromina, Banyak ditemukan pada famili: Solanaceae, Zigadenus venenosus. Germina, Germidina, Germitrina,

9. Alkaloid Amina Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin. Struktur inti:
HO NH2 NH2 COOH Fenilalanin

Feniletilamin

Efedrina Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E. Equisetina (famili: Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator.

Kolkisina Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (famili: Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada

11

biji kormus (pangkal batang yang ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid yang sama. d-Norpseudo Efedrina Alkaloid ini diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis (famili: Celastraceae). Nama lain dari tumbuhan ini adalah Khat atau teh Abyssina, tumbuhan ini berupa pohon kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah tropik Afrika Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah stimulan pada SSP. Meskalina Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (famili: Cactaceae) dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan halusinasi dan euphoria.

10. Alkaloid Purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Struktur inti:
N N N N H

Susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang tergabung dengan Imidazole Kafeina (1,3,7 trimetil Xanthin) Alkaloid ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C. Liberica (famili: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada susunan syaraf pusat, ginjal, otot-otot jantung. Selain tumbuan kopi ada tumbuhan lain yang juga mengandung caffein seperti camellia sinensis (famili: Theaceae), cola nitida (famili:
Starculiaceae).

12

O H3C N N CH3 Kafeina

CH3 N N

Theobromina (3,7 dimetil Xanthin) Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (famili: Sterculaceae) yang berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.
O HN O N CH3 Theobromina CH3 N N

Theofilina (1,3 dimetil Xanthin) Merupakan


O H3C N N CH3 Theofilina H N N

isomer

dari

Theobromina

yang

berguna

sebagai

bronkodilator dan diuretik.

b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping. 1. Alkaloid Efedrin (Alkaloid Amina) Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora

13

williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale. 2. Alkaloid Capsaicin Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu: Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.

Klasifikasi alkaloid dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu: 1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloid dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloid pirolidin, alkaloid piperidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin dan alkaloid indol. Struktur masing-masing alkaloid tersebut adalah sebagai berikut:

N H Pirolidin

N H Piperidin Isokuinolin

N H Indol

Kuinolin

2. Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloid ditemukan. Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloid yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloid dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloid tembakau, alkaloid amaryllidaceae, alkaloid erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu: beberapa alkaloid yang berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.

3. Berdasarkan asal-usul biogenetik.

Cara ini sangat

berguna untuk

menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloid yang diklasifikasikan

14

berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloid, menunjukkan bahwa alkaloid berasal dari hanya beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloid dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu: a. Alkaloid alisiklik yang berasal dari asam-asam amino omitin dan lisin. b. Alkaloid aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin. c. Alkaloid aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.

Sebagian besar alkaloid mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloid hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedangkan substituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksi (-OCH3) atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O). Substituen-substituen oksigen

ini dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar alkaloid. Pada alkaloid aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu. Pada senyawasenyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi para atau posisi para dan meta dari cincin aromatik. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana alkaloid dikelompokkan atas: 1. Alkaloid Sesungguhnya Alkaloid ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quarterner yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

2. Protoalkaloid

15

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. Contohnya adalah meskalin, ephedin, dan N, N-dimetiltriptamin. 3. Pseudoalkaloid Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloid steroidal (contohnya: konessin), dan purin (contohnya: kafein).

2.2.2. Sifat Fisika dan Kimia Alkaloid Pada umumnya alkaloid mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tersier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya). Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek fisiologis. Kebanyakan alkaloid berupa padatan kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik meskipun beberapa Pseudoalkaloid dan Protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quarterner sangat larut dalam air.

16

Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Sebagai contoh: gugus alkil. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh: gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam. Sebagai contoh: senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi. Secara umum sifat-sifat senyawa alkaloid: Alkaloid mengandung atom C, H, O dan pada umumnya juga mengandung atom N Alkaloid memiliki rasa pahit sebagai rasa yang khas, aktif secara fisiologis dan sebagian sangat beracun Alkaloid dapat dikristalisasi dan beberapa diantaranya mempunyai bentuk amorf Alkaloid yang membentuk kristal umumnya berwarna putih Alkaloid dengan asam akan membentuk garam yang akan larut dalam air, tetapi hampir tidak larut dalam pelarut organik Alkaloid akan dibebaskan dari garamnya dengan penambahan alkali Alkaloid memperlihatkan tipe stereoisomer dan umumnya bersifat optis aktif Alkaloid dapat diendapkan oleh reagent Mayer, Wagner, Dragendorff, dan Bouchardat

17

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden R.J. dan Fessenden J.S., (1983), Kimia Organik, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta Lenny Sovia, S.Si, M.Si, (2006), Senyawa Flavonoida Fenilpropanoida dan Alkaloida, Karya Ilmiah, FMIPA, USU, Medan Sastrohamidjojo. H., (1985), Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta Simanjuntak B., Dra., MS. dan Sianipar H., Drs., M.Sc, (2006), Kimia Organik III, FMIPA UNIMED, Medan Sitorus M., Drs., M.Si dan Purba J., Drs., M.Si, (2006), Kimia Organik II, FMIPA UNIMED, Medan Widodo Nanang, (2007), Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid Yang Terkandung Dalam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus, Skripsi, FMIPA, UNS, Semarang

You might also like