You are on page 1of 4

SISTEM POLITIK INDONESIA DI ERA ORDE BARU

Kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru pada dasarnya mencerminkan dinamika pergulatan pemikiran mengenai ekonomi-politik pembangunan yang berkembang dalam komunitas politik negeri ini. Karena itu, untuk memahami kebijakan yang diterapkan pemerintah kita perlu menelaah berbagai pemikiran yang berkembang di kalangan intelektual, pemimpin politik dan tokoh dunia bisnis Indonesia. Secara garis besar bisa diidentifikasikan pola pemikiran dan praktek pembangunan yang berkembang di Indonesia, yang masing-masing menekankan pendapatan yang berbeda. Untuk memudahkan pemahaman, masing-masing pendekatan diberi nama popular yaitu: politik sebagai panglima (PSP), ekonomi sebagai panglima (ESP), dan moral sebagai panglima (MSP). Karakteristik masing-masing pola pemikiran atau pendekatan bisa digambarkan sbb: Pendekatan pertama memprioritaskan pertimbangan politik dalam proses pembangunan dan menekankan peranan Negara, yang diwakili oleh para birokratnya, sebagai aktor utama pembangunan. Negara, yang didukung oleh mekanisme kekuasaan politik dan dituntun oleh ideologis statist, dipandang sebagai satu-satunya pelaku yang mampu melakukan intervensi kedalam proses pembangunan ekonomi demi mengatasi berbagai bottlenecks yang dihadapi oleh proses itu. Karena itu, pembangunan yang berhasil hanya mungkin kalau dijamin oleh Negara yang kuat. Dengan kata lain, esensi dari proses pembangunan adalah pembinaan kekuatan negara. Pendekatan kedua lebih mengutamakan peranan pengusaha dan korporasi dalam proses pembangunan. Kelompok pemikiran ketiga, walaupun sering diperdebatkan di kalangan cendikiawan, bukanlah pendekatan yang biasa dibahas di kalangan elit penguasa. Ini adalah pandangan yang menegaskan bahwa cara yang paling efektif untuk menangani persoalan kemiskinan yang dihadapi rakyat adalah dengan membantu mereka menemukan kekuatan mereka sendiri. Untuk itu wewenang pembuatan keputusan mengenai pembangunan, yang selama ini dimonopoli pemerintah, harus dikembalikan kepada rakyat atau komunitas lokal. Lapisan masyarakat yang dalam retolika para elit penguasa selalu disebut-sebut sebagai pelaku pembangunan yang sejati. Karena itu, mekanisme pembangunan yang diandalkan adalah kekuatan rakyat (peoples power). Misalnya, demi menanggulangi krisis pembangunan sekarang ini, seperti masih meluasnya kemiskinan, memburuknya perusakan lingkungan, dan meningkatnya tindak kekerasan, pendekatan yang didasarkan pada ideologi populisme ini menganjurkan pengaktifan kembali lembaga-lembaga komunitas lokal. Sementara pendekatan pertama menekankan peranan Negara sebagai mode pengorganisasian yang dominan dan pendekatan kedua menekankan korporasi, pendekatan ketiga ini mengandalkan pengorganisasian politik berupa gerakan-gerakan sosial yang issue-oriented dan yang memiliki aspirasi global melintas batas-batas Negarabangsa. Berbagai gerakan sosial ini memobilisasi kekuatan dari bawah dengan tujuan mengendalikan kondisi-kondisi kehidupan yang fundamental, seperti pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan hak-hak asasi lainnya. Ketika pemikiran ini dikritik sebagai utopian, para pendukungnya menunjukkan bahwa pola pemikiran lain itupun utopian. Bedanya, pendekatan yang mainstream itu memiliki dukungan kekuasaan politik, sedangkan pendekatan alternatif ini tidak.

Negara dan Pasar. Sejarah kebijakan ekonomi-politik pembangunan Orde Baru pada dasarnya adalah sejarah persaingan antara pendukung pendekatan PSP, yang menekankan persoalan pembinaan basis materiil bagi kekuatan Negara, dengan pendukung pendekatan ESP, yang menekankan pembangunan ekonomi sebagai proses akumulasi dan reproduksi kapital dengan pameran utama aktor bisnis swasta. Periodisasi yang umum dikenal mengenai Orde Baru, yaitu 1966-1968, 1969-1974, 1974-1983, dan 1983-1992, dirumuskan berdasarkan pendekatan yang lebih berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan dalam suatu kurun waktu. Salah satu isyu sentral dalam pemikiran dan praktek pembangunan, terutama di masa awal Orde Baru, adalah bagaimana meningkatkan kemampuan pemerintah untuk memberikan jaminan keamanan bagi rakyat dan mempertahankan kelestarian rezim yang berkuasa. Dalam pengertian ini, pembangunan identik dengan nation-building. Pembinaan basis materiil bagi Negara akan terjamin kalau ekonominya mampu menciptakan surplus yang berkelanjutan. Tanpa kemampuan memobilisasi sumber dana internal maupun eksternal, upaya mengkonsolidasi legitimasi politik sulit dilakukan dan pada gilirannya bisa menganggu kelangsungan hidup rezim. Psikologi survival mewarnai cara para elit penguasa mendefinisikan tujuan pembangunan Orde Baru. Dua tujuan yang dipandang paling penting adalah pertumbuhan ekonomi dan ketertiban politik. Meskipun sering dinyatakan bahwa para pemimpin Orde Baru bertekad menciptakan masyarakat adil dan makmur, yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan keadilan sosial dalam arti pemerataan, namun pernyataan itu masih disertai dengan kualifikasi. Kalau terjadi konflik antara nilai pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan, sangat sering nilai pertumbuhan yang dimenangkan. Dalam banyak kesempatan para elit penguasa berusaha menegaskan argumen bahwa pembangunan yang lebih merata membutuhkan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi sehingga apa yang didistribusikan akan jauh lebih besar. Obsesi terhadap persoalan survival nampak jelas dalam pendefisian tujuan kedua, yaitu ketertiban, stabilitas dan keamanan nasional. Tiga nilai ini merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Diantara tujuan Orde Baru yang paling penting adalah membangun suatu masyarakat baru yang merasa aman, menikmati arti penting ketertiban, dan mengajar kemampuan dalam suasana kestabilan. Untuk mencapai dua tujuan besar itu, pemerintah Orde Baru menerapkan dua strategi umum. Pertama, strategi ekonomi yang mendorong pertumbuhan cepat dan yang bisa memobilisasi berbagai sumberdaya ekonomi dari luar negeri. Yaitu, strategi berorientasi keluar. Dan kedua, strategi politik mendorong penciptaan sistem ekonomi dan masyarakat yang terkendali dan tertib. Dalam kaitan inilah stabilitas dan keamanan merupakan hal paling berharga dalam pandangan elit politik Orde Baru. Pada gilirannya, penciptaan dan pemeliharaan stabilitas nasional mengharuskan pemerintah mengambil langkah-langkah berikut: Menciptakan politik yang bebas dari konflik ideologis dan berdasarkan atas ketertiban dan konsensus. Membatasi partisipasi politik yang pluralistik. Partisipasi rakyat harus diarahkan terutama pada penerapan program pembangunan yang dirancang oleh para elit penguasa.

ORDE LAMA LATAR BELAKANGOrde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahanPresidenSoekarnodiIndonesia. Orde Lama berlangsung dari tahun1945hingga1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantians i s t e m e k o n o m i l i b e r a l dans i s t e m e k o n o m i komando.D i s a a t m e n g g u n a k a n s i s t e m ekonomil i b e r a l , I n d o n e s i a m e n g g u n a k a n sistem pemerintahan parlementer . P r e s i a d e n S o e k a r n o d i g u l i n g k a n w a k t u I n d o n e s i a menggunakansistemekonomi komando. BERAKHIRNYA ORDE LAMA Setelah turunnya presiden soekarno dari tumpuk kepresidenan maka berakhirlah ordel a m a . k e p e m i m p i n a n d i s a h k a n k e p a d a j e n d r a l s o e h a r t o m u l a i m e m e g a n g kendali.pemerintahan dan menanamkan era kepemimpinanya sebagai orde baru k o n s e f r a s i p e n y e l e n g g a r a a n s i s t e m p e m e r i n t a h a n d a n k e h i d u p a n d e m o k r a s i menitipberatkan pada aspek kestabilan politik dalam rangka menunjang pembangunannasional.untuk mencapai titik-titik tersebut dilakukanlah upaya pembenahan sistemkeanekaragaman dan format politik yang pada prinsipnya mempunyai sejumlah sisi yang menonjol.yaitu; 1 . a d a n y a k o n s e p d i f u n g s i ABRI 2 . p e n g u t a m a a n g o l o n g a k a r y a 3 . m a n i f i k a s i k e k u a s a a n d i t a n g a n e k s e k u t i f 4.diteruskannya sistem pengangkatan dalam lembaga l e m b a g a pendidikanpejabat5.kejaksaan depolitisan khususnya masyarakat pedesaan melalui konsep mascam e n g e m b a n g ( f l a t i n g m a s s ) 6.karal kehidupan pers konsep diafungsi ABRI p a d a m a s a i t u s e c a r a i n p l i s i t s e b e l u m n y a s u d a h ditempatkan oleh kepala staf angkatan darat.mayjen A.H.NASUTION tahun1958 yaitu dengan konsep jalan tengah prinsipnya menegaskan bahwaperan t e n t a r a t i d a k t e r b a t a s p a d a t u g a s p r o f e s i o n a l m i l i t e r b e l a k a m e l a i n k a n j u g a mempunyai tugas-tugas di bidang sosial politik dengan konsep seperti inilah d i m u n g k i n k a n d a n b h a k a n menjadi semacam KEWAJIBAN JIKALAU M I L I T E R BERPARTISIPASI DI BIDANG POLITIK PENERAPAN ,konjungsi ini menurut pennafsiran militer dan

p e n g u a s a o r d e b a r u memperoleh landasan yuridi konstitusional di dalam pasal 2 ayat 1 UUD 1945yang menegaskan majelis permusyawaratan raky

You might also like