You are on page 1of 16

ASAL-USUL MANUSIA Menurut Bibel, Al-Quran, Sains Dr.

Maurice Bucaille Penerbit Mizan, Cetakan VII, 1994 -----------------------------------------------------------DAFTAR ISI -----------------------------------------------------------DAFTAR ISI 19. ASAL-USUL DAN KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN Asal-Usul Kehidupan Keberlangsungan Kehidupan 20. ASAL-USUL MANUSIA DAN TRANSFORMASI-TRANSFORMASI BENTUK MANUSIA SEPANJANG ZAMAN Makna Spiritual Mendalam Penciptaan Manusia dari Tanah Komponen-Komponen Bumi (Tanah) Dan Pembentukan Manusia Transformasi-Transformasi Manusia Sepanjang Berabad-Abad 21. REPRODUKSI MANUSIA: AKIBAT-AKIBATNYA ATAS TRANSFORMASITRANSFORMASI SPESIES Pengingat Gagasan-Gagasan Tertentu Mengenai Reproduksi Manusia Pernyataan-Pernyataan dalam Al-Quran Sejumlah Cairan Yang Dibutuhkan Untuk Pembuahan Kompleksitas Cairan Pembuah Penanaman Telur Dalam Organ-Organ Kemaluan Wanita Evolusi Embrio di Dalam Rahim Transformasi-Transformasi Bentuk Manusia Sepanjang Abad dan Perkembangan Embrionik -----------------------------------------------------------19. ASAL-USUL DAN KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN -----------------------------------------------------------Salah satu sifat asli Al-Quran, yang membedakannya dari Bibel sebagaimana disebutkan di atas, adalah bahwa untuk mengilustrasikan penegasan yang berulang-ulang tentang ke-Mahakuasaan Tuhan, Kitab tersebut merujuk kepada suatu keragaman gejala alam. Dalam hal sejumlah besar fenomena ini ia juga memberilan suatu uraian terinci tentang cara fenomena-fenomena itu berevolusi -penyebab-penyebab dan akibat-akibatnya. Kesemua rincian ini pantas untuk diperhatikan. Pernyataan-pernyataan yang dikandung oleh Al-Quran tentang manusia, adalah di antara yang paling mengejutkan saya ketika saya membaca kitab tersebut untuk pertama kalinya dalam bahasa Arab aslinya. Hanya yang aslinya sajalah yang bisa menjelaskan makna sejati pernyataan-pernyataan yang amat sering disalahterjemahkan disebabkan alasan-alasan yang disebut di atas. Yang menjadikan penemuan-penemuan ini sangat penting adalah bahwa kesemuanya itu merujuk pada banyak pengertian yang belum dikenal pada saat-saat Al-Quran diwahyukan kepada manusia dan yang -baru empat belas abad kemudian- terbukti sepenuhnya selaras dengan sains modern. Dalam konteks ini sama sekali tak perlu mencari-cari penjelasan-penjelasan palsu yang cenderung muncul di beberapa publikasi dan bahkan di dalam sejarah-sejarah ilmu kedokteran yang di dalamnya

Muhammad dianggap sebagai memiliki kemampuan-kemampuan kedokteran (sebagaimana juga Al-Quran disebut-sebut sebagai mengandung resep-resep kedokteran, suatu gagasan yang sepenuhnya tidak tepat).[1] Asal-Usul Kehidupan -----------------------------------------------------------Al-Quran memberikan jawaban yang amat jelas pada pertanyaan: Pada titik manakah kehidupan bermula? Dalam bagian ini, saya akan mengajukan ayat-ayat Al-Quran yang di dalamnya dinyatakan bahwa asal-usul manusia adalah (bersifat) air. Ayat pertama di bawah ini juga menunjuk kepada pembentukan alam semesta. [Tulisan Arab] "Tidakkah orang-orang kafir itu melihat bahwa lelangit dan bumi disatukan, kemudian mereka Kami pisahkan dan Kami menjadikan setiap yang hidup dari air. Lantas akankah mereka tak beriman?" (QS 21:30) Pengertian 'menghasilkan sesuatu dari sesuatu yang lain' sama sekali tidak menimbulkan keraguan. Ungkapan tersebut bisa juga berarti bahwa setiap sesuatu yang hidup dibuat dari air (sebagai komponen pentingnya) atau bahwa semua benda hidup berasal dari air. Kedua makna itu sepenuhnya sesuai dengan data saintifik. Pada kenyataannya, kehidupan berasal dari yang bersifat air dan air adalah komponen yang paling penting dari seluruh sel-sel hidup. Tanpa air hidup menjadi tidak mungkin. Jika kemungkinan kehidupan pada planet lain diperbincangkan, maka pertanyaan yang pertama selalu: Adakah cukup air untuk mendukung kehidupan di tempat tersebut? Data modern membawa kita untuk berpikir bahwa wujud hidup yang paling tua barangkali termasuk dalam dunia tumbuh-tumbuhan: ganggang telah ditemukan sejak periode pra-Cambria yaitu saat dikenalinya daratan yang paling tua. Organisme yang termasuk dalam dunia hewan barangkali muncul sedikit lebih kemudian: mereka muncul dari laut. Kata yang di sini diterjemahkan sebagai 'air' pada kenyataannya adalah ma'[2] yang berarti baik air di langit maupun air di lautan atau segala jenis cairan. Dalam arti yang pertama air merupakan unsur yang penting bagi seluruh kehidupan tumbuh-tumbuhan: [Tulisan Arab] "(Tuhan sajalah) yang telah menurunkan air dari langit. Maka Kami[3] tumbuhkan (dari air itu) berpasang-pasang tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda." (QS 20:53) Inilah perujukan pertama kepada tumbuh-tumbuhan. Nanti kita akan kembali ini. suatu kepada 'pasangan' pengertian

Dalam arti keduanya yang merujuk pada segala jenis cairan, kata tersebut dipergunakan dalam bentuk tak-tentunya untuk

menunjukkan zat kehidupan hewan:

yang berada pada dasar pembentukan seluruh [Tulisan Arab]

"Dan Allah telah menciptakan semua jenis (QS 24:45)

hewan

dari

air."

Sebagaimana akan kita lihat nanti, kata tersebut juga bisa diterapkan pada cairan mani.[4] Jadi, pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran tentang asal-usul kehidupan, apakah itu merujuk kepada kehidupan secara umum, unsur yang melahirkan tumbuh-tumbuhan di dalam tanah ataupun benih hewan-hewan, seluruhnya sepenuhnya sesuai dengan data saintifik modern. Tak satu pun mitos tentang asal-usul kehidupan yang lazim dianggap benar oleh orang pada saat Al-Quran diwahyukan kepada manusia disebutkan dalam teks tersebut. Keberlangsungan Kehidupan -----------------------------------------------------------Al-Quran merujuk pada banyak aspek kehidupan di dalam dunia hewan dan tetumbuhan. Saya telah menguraikan kesemuanya itu dalam karya saya sebelum ini yang diterbitkan pada tahun 1976 (edisi bahasa Inggris, 1978). Dalam studi ini saya ingin memusatkan perhatian pada ruang yang diberikan dalam Al-Quran kepada tema keberlangsungan kehidupan. Berbicara secara umum, komentar-komentar yang diberikan atas pembiakan (reproduksi) dalam dunia tumbuh-tumbuhan bersifat lebih panjang daripada yang merujuk kepada pembiakan dalam dunia hewan. Meskipun demikian, ada banyak pernyataan yang menggarap tema reproduksi manusia, sebagaimana akan kita lihat di bawah ini. Sudah merupakan suatu pengetahuan yang diakui bahwa ada dua metode reproduksi di dalam dunia tumbuh-tumbuhan: yaitu yang bersifat seksual dan aseksual (contohnya, pelipatgandaan spora-spora atau proses menyetek yang merupakan kasus-khusus pertumbuhan). Perlu kita perhatikan, bahwa Al-Quran merujuk kepada bagian-bagian jantan dan betina tetumbuhan tersebut: [Tulisan Arab] "(Tuhan sajalah) yang telah menurunkan air dari langit. Maka Kami tumbuhkan (dari air itu) berpasang-pasang tumbuh-tumbuhan yang saling terpisah." (QS 20:53) "Satu dari sepasang" merupakan penerjemahan dari kata zauj (jamaknya azwaj) yang arti aslinya adalah "yang bersama-sama dengan yang lainnya membentuk satu pasangan." Kata tersebut bisa juga langsung diterapkan pada pasangan kawin (artinya, manusia), sebagaimana juga pasangan sepatu. [Tulisan Arab] "Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasangpasangan." (QS 13:3)

Pernyataan ini berarti kemaujudan organ-organ jantan dan betina dalam seluruh beragam spesies buah-buahan. Hal ini sepenuhnya sesuai dengan data yang ditemukan pada kurun waktu yang jauh lebih kemudian berkenaan dengan pembentukan buah, karena seluruh tipe berasal dari tetumbuhan yang memiliki organ-organ seksual (sekalipun beberapa varietas, seperti pisang, berasal dari bunga-bungaan yang tidak dibuahi). Pada umumnya, reproduksi seksual di dunia hewan hanya digarap secara ringkas dalam Al-Quran. Pengecualian dalam hal ini adalah berkenaan dengan manusia. Karena, seperti yang akan kita lihat kemudian dalam bab berikut ini, pernyataan-pernyataan mengenai topik ini berjumlah banyak dan sangat terinci. -----------------------------------------------------------20. ASAL-USUL MANUSIA DAN TRANSFORMASI-TRANSFORMASI BENTUK MANUSIA SEPANJANG ZAMAN -----------------------------------------------------------Beberapa ayat di dalam Al-Quran berikut ini tidak mengandung sesuatu pun kecuali makna spiritual mendalam. Yang lainnya, dalam pandangan saya, merujuk kepada transformasi-transformasi yang tampaknya menunjukkan perubahan-perubahan di dalam morfologi manusia. Yang terkemudian ini menguraikan fenomena yang sepenuhnya bersifat material, yang terjadi di dalam berbagai fase tapi selalu dalam susunan yang tepat. Campur tangan kehendak Tuhan, yang mengatasi segalanya, disebutkan beberapa kali dalam ayat-ayat ini. Hal tersebut tampak dimaksudkan untuk mengarahkan transformasi-transformasi yang terjadi selama suatu proses yang hanya bisa diuraikan sebagai suatu 'evolusi.' Di sini, kata tersebut dipergunakan dengan maksud untuk menunjukkan satu rangkaian modifikasi-modifikasi yang tujuannya adalah untuk sampai kepada satu bentuk definitif (tetap). Tambahan pula, penekanan diberikan kepada gagasan bahwa ke-Mahakuasaan Tuhan tampil pada kenyataan bahwa Ia memusnahkan populasi manusia untuk memberi jalan bagi populasi baru lainnya: hal ini tampak bagi saya sebagai tema-tema utama yang muncul dari himpunan ayat Al-Quran yang disatukan di dalam bab ini. Tak syak lagi, para pengulas terdahulu tidak mampu melihat adanya gagasan bahwa bentuk manusia bisa jadi telah mengalami transformasi. Meskipun demikian, mereka berkehendak untuk mengakui bahwa perubahan-perubahan mungkin saja benar-benar telah terjadi dan mereka mengakui kemaujudan tahapan-tahapan di sepanjang perkembangan embrionik -suatu gejala yang biasa teramati pada seluruh kurun waktu dalam sejarah. Meskipun demikian, hanya pada masa kita inilah, sains modern mengizinkan kita untuk sepenuhnya memahami arti ayat-ayat Al-Quran yang menunjuk kepada tahapan-tahapan berturutan dari perkembangan embrionik di dalam rahim. Pada saat ini kita memang bisa bertanya-tanya apakah perujukan-perujukan di dalam Al-Quran kepada tahap-tahap yang berurutan dari perkembangan manusia, paling tidak pada

beberapa ayat, tidak melampaui sekadar pertumbuhan embrionik sedemikian sehingga mencakup transformasi-transformasi morfologi manusia yang terjadi selama berabad-abad. Kemaujudan perubahan-perubahan seperti itu telah secara resmi dibuktikan oleh paleontologi dan buktinya sangat banyak sehingga tak perlu lagi untuk mempertanyakannya. Para penafsir Al-Quran terdahulu barangkali tak punya firasat bakal adanya penemuan-penemuan pada berabad-abad kemudian. Mereka hanya bisa memandang ayat-ayat khusus ini dalam konteks perkembangan embrio, tak ada alternatif lain pada masa itu. Kemudian tibalah bom Darwin yang -melalui pemuntiran terang-terangan teori Darwin oleh para pengikut awalnyamengekstrapolasikan pengertian tentang suatu evolusi yang bisa diterapkan atas manusia, meskipun tingkat evolusinya belum lagi dibuktikan di dalam dunia hewan. Dalam hal Darwin, teori tersebut didorong sampai ke tingkat ekstrem sedemikian sehingga para peneliti mengklaim sebagai telah memiliki bukti bahwa manusia berasal dari kera -suatu gagasan yang, bahkan pada masa sekarang, tak seorang ahli paleontologi terhormat sekalipun mampu membuktikannya. Meski demikian jelas terdapat satu jurang yang sangat senjang di antara konsep tentang manusia yang berasal dari kera (suatu teori yang sepenuhnya tak bisa dipertahankan) dengan gagasan transformasi-transformasi bentuk manusia di sepanjang waktu (yang telah sepenuhnya dibuktikan). Kerancuan antara keduanya telah mencapai puncaknya ketika mereka digabungkan menjadi satu -dengan hujjah-hujjah yang sangat dicari-caridi bawah panji kata EVOLUSI. Kerancuan yang tidak menguntungkan ini telah menyebabkan beberapa orang secara salah mengkhayalkan bahwa karena kata tersebut dipergunakan untuk menunjuk manusia, maka ia mesti berarti bahwa, menurut kenyataan itu sendiri, asal-usul manusia bisa dilacak hingga kera. Adalah amat penting untuk memahami dengan gamblang perbedaan di antara keduanya; kalau tidak, ada risiko timbulnya kesalahpahaman tentang makna yang dikaitkan kepada beberapa ayat Al-Quran tertentu yang akan saya kutip. Di dalam ayat-ayat ini tak ada satu isyarat yang paling samar-samar pun berkenaan dengan bukti untuk mendukung teori materialistis tentang asal-usul manusia yang amat mengguncangkan kaum Muslim, Yahudi dan Nasrani tersebut. Makna Spiritual Mendalam Penciptaan Manusia dari Tanah -----------------------------------------------------------Sebagaimana ditunjukkan oleh kedua ayat berikut ini, manusia ditampilkan di dalam Al-Quran sebagai suatu wujud yang amat erat berkaitan dengan tanah (perujukan pertama): [Tulisan Arab] "Dan Allah menumbuhkan kamu sebagai suatu tumbuhan dari tanah, dan kemudian Dia akan mengembalikan kamu kepadanya, Dia akan mengeluarkan kamu lagi, sebagai suatu keluaran baru." (QS 71 :17-18) Ayat berikut ini menyebutkan tentang tanah (perujukan nomor

2): [Tulisan Arab] "Dari (tanah) itulah Kami,[5] membentuk kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. " (QS 20:55) Aspek spiritual asal manusia dari tanah ini ditekankan oleh kenyataan bahwa kita mesti kembali ke tanah setelah kematian dan juga oleh gagasan bahwa Tuhan akan mengeluarkan kita lagi pada Hari Pengadilan, suatu makna spiritual yang, sebagaimana telah kita lihat, juga ditegaskan oleh Bibel. Sehubungan dengan penerjemahan di atas, berkenaan dengan perujukan nomor 2, saya ingin menunjukkan kepada baik para pembaca berbahasa Arab maupun yang menguasai bahasa Arab di Barat, kata bahasa Arab khalaqa biasa diterjemahkan dengan kata kerja 'menciptakan'. Tetapi, penting untuk diketahui, bahwa sebagaimana ditunjukkan oleh kamus yang amat baik yang disusun oleh Kasimirski, arti asli kata tersebut adalah 'memberikan suatu proporsi kepada sesuatu atau membuatnya memiliki proporsi atau jumlah tertentu.' Bagi Tuhan (saja), penerjemahan tersebut telah dimudahkan dengan penggunaan kata 'menciptakan,' yakni mewujudkan sesuatu yang sebelumnya tidak maujud. Dengan berbuat demikian, orang-orang yang secara eksklusif menggunakan istilah 'menciptakan' sebagai merujuk kepada tindakan itu, telah gagal menerjemahkan gagasan tentang 'proporsi' yang menyertainya. Penerjemahan yang lebih tepat, barangkali, adalah dengan menggunakan kata 'membentuk' atau 'membentuk dalam proporsi tertentu.' Hal ini akan membawa kita lebih dekat kepada makna asli kata bahasa Arabnya. Inilah sebabnya, kenapa saya telah memilih menggunakan kata 'membentuk' di dalam sebagian besar terjemahan-terjemahan saya, dengan makna yang disiratkan oleh kata bahasa Arab primitifnya. Komponen-Komponen Bumi (Tanah) Dan Pembentukan Manusia -----------------------------------------------------------Makna spiritual utama asal-usul manusia dari tanah tidak menyingkirkan pengertian, yang ada di dalam Al-Quran, tentang apa yang pada masa kini disebut sebagai 'komponen-komponen' kimiawi tubuh manusia yang bisa ditemukan di tanah[6] agar bisa membawakan pengertian ini yang pada masa kini diakui sebagai tepat secara saintifik kepada orang-orang yang hidup ketika Al-Quran diwahyukan, maka terminologi yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pada masa itu harus digunakan. Manusia dibentuk dari komponen-komponen yang dikandung di dalam tanah. Gagasan ini muncul dengan sangat jelas dari berbagai ayat yang di dalamnya elemen-elemen pembentuk tersebut ditunjukkan dengan berbagai nama (perujukan nomor 3): [Tulisan Arab] "Dia telah 11.61) menyebabkan kamu tumbuh dari bumi (tanat)." (QS Arab) diulangi

Gagasan tentang tanah (ardh di dalam bahasa pada surah 53 ayat 32.

Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 4): [Tulisan Arab] "Maka sesungguhnya (soil)." (QS 22 :5) Kami telah membentukmu dari tanah gemuk

Asal manusia dari tanah gemuk (thurab di dalam bahasa Arab) diulangi dalam surah 18 ayat 37, surah 30 ayat 20, surah 35 ayat 11 dan surah 40 ayat 67. Selanjutnya (perujukan nomor 5): [Tulisan Arab] "Dialah yang membentuk kamu dari lempung." (QS 6 :2) Lempung (thin dalam bahasa Arab) dipergunakan dalam beberapa ayat untuk mendefinisikan komponen-komponen pembentuk manusia. Selanjutnya (perujukan nomor 6): [Tulisan Arab] "(Tuhan) memulai penciptaan manusia dari lempung." (QS 32:7) Penting untuk dicatat dalam hal ini bahwa Al-Quran menunjuk kepada 'awal' suatu penciptaan dari lempung. Hal ini jelas bermakna bahwa tahap yang lain akan segera mengikuti. Meskipun tampak tidak memberikan data baru bagi studi masa kini, kutipan berikut ini diberikan demi kelengkapan. Ayat ini merujuk kepada manusia (perujukan nomor 7): [Tulisan Arab] "Sesungguhnya Kami telah membentuk mereka dari lempung yang pekat." (QS 37:11) Selanjutnya (perujukan nomor 8): [Tulisan Arab] "Dia membentuk manusia dari lempung, seperti tembikar." 55:14) (QS

Citra di atas menunjukkan bahwa manusia 'dimodelkan', sebagaimana ditunjukkan dalam ayat berikut ini. Kita juga bisa menemukan gagasan tentang 'pencetakan' manusia, yang merupakan subyek sub-bagian berikut (perujukan nomor 9): [Tulisan Arab] "Dan sesungguhnya Kami telah membentuk manusia dari lempung, dari lumpur yang dicetak." (QS 15:26) Gagasan yang sama diulangi (perujukan nomor 10): [Tulisan Arab]

"Dan sesungguhnya Kami telah membentuk manusia dari suatu saripati lempung." (QS 23 :12) Saya menggunakan kata 'saripati' untuk menerjemahkan istilah bahasa Arab sulalat yang berarti 'sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain' sebagaimana akan kita lihat nanti. Kata tersebut muncul di bagian lain Al-Quran, yang di dalamnya dinyatakan bahwa asal-usul manusia adalah sesuatu yang disarikan dari cairan mani; (pada masa kini diketahui bahwa komponen aktif cairan mani adalah organisme sel tunggal yang disebut 'spermatozoon' ). Saya membayangkan bahwa 'saripati lempung' pasti merujuk pada berbagai komponen kimiawi yang menyusun lempung yang disarikan dari air yang dalam hal bobotnya merupakan unsur utama. Air yang di dalam Al-Quran dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan, disebutkan sebagai unsur penting dalam ayat berikut (perujukan nomor 11): [Tulisan Arab] "Dan Dia (pula) yang membentuk manusia dan air, maka jadikan pertalian keturunan (oleh laki-laki) kekeluargaan oleh wanita." (QS 25:54) Sebagaimana di tempat lain dalam dirujuk di sini adalah Adam. Al-Quran, 'manusia' Dia dan yang

Beberapa ayat menyinggung penciptaan wanita (perujukan nomor 12): [Tulisan Arab] "Tuhanmu sajalah) yang telah membentuk kamu dari diri dan darinya menciptakan istrinya." (QS 4:1) setunggal

Ayat ini diulangi pada surah 7 ayat 189 dan surah 39 ayat 6. Topik yang sama dirujuk dalam peristilahan yang kurang lebih sama dalam surah 30 ayat 21 dan surah 42 ayat 11. Tak akan timbul keraguan bahwa di dalam kedua belas perujukan di atas banyak ruang diberikan kepada perenungan simbolis tentang asal-usul manusia, termasuk suatu isyarat yang jelas tentang apa yang akan terjadi atasnya setelah kematiannya, dan mengandung penunjukan-penunjukan kepada fakta bahwa manusia akan kembali ke bumi demi dimunculkan kembali pada Hari Pengadilan. Meskipun demikian, di sana juga tampak adanya perujukan kepada komposisi kimiawi tubuh manusia. Transformasi-Transformasi Manusia Sepanjang Berabad-Abad -----------------------------------------------------------(3/5) Bertentangan dengan di atas, komentar yang diberikan terhadap beberapa ayat Al-Quran, yang akan saya kutip di bawah ini, terutama mengandung pengertian-pengertian material. Kita di sini berada di dalam lingkungan transformasi-transformasi morfologis tulen yang terjadi

dalam cara yang selaras dan seimbang berkat adanya suatu organisasi yang amat terencana, mengingat fenomena-fenomena tersebut terjadi dalam tahap-tahap yang berturutan. Dengan demikian, kehendak Tuhan yang terus-menerus memimpin nasib masyarakat manusia, ditampakkan dalam keseluruhan kekuatan dan keagungan-Nya melalui peristiwa-peristiwa ini. Al-Quran, pertama kali, berbicara tentang suatu 'penciptaan', tetapi ia meneruskan dengan menguraikan suatu tahap kedua, yang di dalamnya Tuhan memberikan bentuk kepada manusia. Tak syak lagi, penciptaan dan organisasi morfologis manusia dilihat sebagai peristiwa-peristiwa yang berturutan. Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 13): [Tulisan Arab] "Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami memberimu bentuk, kemudian Kami katakan kepada para Malaikat: 'Bersujudlah kamu kepada Adam'." (QS 7:11) Karenanya, adalah mungkin untuk membedakan tiga peristiwa berturutan yang dua di antaranya penting bagi studi kita: Tuhan menciptakan manusia dan kemudian memberinya suatu bentuk (Shawwara dalam bahasa Arab). Di bagian-bagian lain dinyatakan bahwa bentuk bersifat selaras (perujukan nomor 14): manusia akan

[Tulisan Arab] "Ketika Tuhan mereka berfirman kepada para malaikat: Aku hendak membentuk seorang manusia dari lempung, dari lumpur yang diacu; bila Aku telah membentuknya secara selaras dan meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka sujudlah kepadanya." (QS 16 :28-29) Ungkapan 'membentuk dengan selaras' (sawwai) diulangi dalam surah 38 ayat 72. Ayat lain menguraikan bagaimana bentuk selaras manusia didapat melalui adanya keseimbangan dan kompleksitas struktur. Kata kerja rakkaba dalam bahasa Arab berarti 'membuat sesuatu dari komponen-komponen' (perujukan nomor 16): [Tulisan Arab] "(Tuhanlah) yang telah menciptakan kamu lalu membentukmu secara selaras dan dalam proporsi yang tepat, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia membuatmu dari komponen-komponen." (QS 82 :73) Manusia diciptakan dalam bentuk apa pun yang kehendaki. Ini adalah suatu hal yang amat penting. Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 16): [Tulisan Arab] "Sesungguhnya Kami telah membentuk manusia menurut rencana Tuhan

organisasional yang sebaik-baiknya." (QS 95 :4) Kata bahasa Arab taqwim berarti 'mengorganisasikan sesuatu dengan cara terencana' yang, oleh karena itu, berarti suatu susunan kemajuan yang telah lebih dahulu didefinisikan secara cermat. Kebetulan sekali para spesialis evolusi, ketika menguraikan transformasi-transformasi yang terjadi sepanjang waktu, menggunakan ungkapan itu pula: perencanaan organisasional itu sudah benar-benar terbukti dari studi-studi saintifik mengenai masalah ini. Konteks surah 95, yang darinya ayat di atas diambil, adalah penciptaan manusia secara umum dengan merujuk kepada kenyataan bahwa begitu manusia telah diberi bentuk yang sedemikian terorganisasikan oleh kehendak Tuhan, ia terbenam ke dalam kondisi yang amat buruk (yang berarti jompo dalam usia tua). Surah tersebut sama sekali tidak menyebut-nyebut perkembangan embrionik melainkan hanya menguraikan penciptaan makhluk manusia secara umum. Dalam kerangka struktur, perencanaan organisasional tersebut jelas merujuk kepada spesies manusia sebagai suatu keseluruhan. Penafsiran yang telah saya berikan atas ayat ini mencerminkan pentingnya konteks sebagai sarana untuk menyampaikan apa yang dirujuk oleh suatu kata tertentu (perujukan nomor 17): [Tulisan Arab] "Dia sesungguhnya telah membentukmu (tingkat-tingkat)." (QS 71:14) dalam tahap-tahap

Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai 'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat', adalah athwar (kata tunggalnya thaur). Inilah satu-satunya ayat di dalam Al-Quran yang di dalamnya kata tersebut muncul dalam bentuk majemuknya. Tidak mungkinlah untuk mencari-cari di tempat lain di dalam teks tersebut kepastian mengenai apakah 'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat' itu -yang jelas merujuk kepada manusia- berkenaan dengan perkembangan manusia di dalam rahim (yakni, seperti yang diduga oleh para pengulas terdahulu dan yang juga merupakan anggapan saya sendiri di dalam buku saya terdahulu), ataukah kesemuanya itu menunjuk kepada transformasi-transformasi yang dialami oleh spesies manusia di sepanjang waktu. Ini adalah satu masalah yang patut direnungkan. Untuk memperoleh jawabannya, sudah pasti pertama sekali kita mesti membahas tema tersebut sebagaimana diuraikan di dalam Al-Quran. Demikianlah kita melihat bahwa surah 7l, yang darinya ayat di atas kita ambil, terutama berhu

Bulan ramadhan seperti ni memang ada baiknya disisi dengan berbagai kegiatan positif, seperti kegiatan mencari ilmu. berbagai ilmu patut kita pelajari, tapi tentunya ilmu tersebut haruslah ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupan kita.... :D termasuk mempelajari bagaimana sih manusia ini di ciptakan oleh ALLAH SWT... :) nah ternyata kalo kita mempelajari lebih lanjut tentang manusia tersebut rumit banget, dan kita harus bersyukur sudah di ciptakan sebagai manusia, makhluk yang paling sempurna di dunia ini karena kita mempunyai akal pikiran untuk bisa merubah kehidupan kita, manusia makhluk yang paling mulia diantara makhluk2 ciptaan

ALLAH

SWT

yang

laennya

:?

nah potingan ini juga terinspirasi karena permintaan teman yang diminta dicarikan artikel tentang asal-usul terjadinya manusia, jadi ya ini hasil dari copas saja soalnya ingat salah satu hadist yang menyebutkan bahwa sampaikanlah suatu kebenaran walaupun hanya satu ayat :D jadi ya dibaca-baca saja, lumayan untuk nambah2 ilmu ^_^ asal usul manusia, menurut hasil pencarian di paman google salah satunya adalah ini Tujuh Macam Unsur dalam Asal Kejadian Manusia Di Al Qur'an disebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam kejadian. Pertama: Di surat Ar Rahman ayat 14: "Dia menjadikan manusia seperti tembikar (tanah yang dibakar)". Yang dimaksudkan dengan kata "Shal-shal" di ayat ini ialah: Tanah kering atau setengah kering yakni "Zat pembakar" atau Oksigen Kedua: Di ayat itu disebutkan juga kata "Fakhkhar" yang maksudnya ialah "Zat Arang" atau Carbon. Ketiga: Di surat Al Hijr, ayat 28: "dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang manusia dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk". Di ayat ini, tersebut juga "shal-shal" telah saya terangkan, sedangkan kata "Hamaa-in" di ayat tersebut ialah "Zat Lemas" atau Nitrogen. Keempat: Di surat As Sajadah ayat 7: "Dan Allah membuat manusia berasal dari pada tanah". Yang dimaksud dengan kata "thien" (tanah) di ayat ini ialah "Atom zat air" atau Hidrogen. Kelima: Di Surat Ash Shaffaat ayat 11: "Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia daripada Tanah Liat". Yang dimaksud dengan kata "lazib" (tanah liat) di ayat ini ialah "Zat besi" atau ferrum Keenam: Di Surat Ali Imran ayat 59: "Dia menjadikan Adam daripada tanah kemudian Allah berfirman kepadanya "jadilah engkau, lalu berbentuk manusia". Yang dimaksud dengan kata "turab" (tanah) di ayat ini ialah: "Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah" yang dinamai "zat-zat anorganis". Ketujuh: Di surat Al Hijr ayat 28: "Maka setelah Aku sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya" nah itu dia tujuh macam unsur dalam asal kejadian manusia menurut Al-qur'an yang di ambil dari K.H. Bahaudin Mudhary, almarhum (1920 1979).

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM By Ana A, Apriyati, Muhammad & Siti Khotipah

27 Oktober 2007 tafany Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsipprinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, AshShaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum. Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia benarbenar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka segala sesuatu dapat terjadi. Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa: Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah Lumpur hitam yang diberi bentuk (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet. Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala

sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-Ala 1-2 dan Nuh 14. Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena kata tsumma yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses. Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masingmasing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu. Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimi, biologi, dan lainlainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-Abbasiah. Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara lain menyatakan selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah. Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad ( al-Anbiya : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya :91 dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lainlain); dan Qolb ( Ali Imran 159, Al-Araf 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Maarif 19 ), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas ( al-Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan

seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu. Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaailun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata jaala mengarah pada sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata memberi bentuk baru. Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan apakah engkau akan menjadikan di bumi mereka yang merusak alam dan bertumpah darah? ungkapan malaikat tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat melihat ada makhluk dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu merusak alam dan bertumpah darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan, karena malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang tahu apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah. Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar pengayaan saint untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru. Misalnya, mungkinkah penemuan baru itu dilakukan oleh ulama islam?. Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihankelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra ayat 70. Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-Anam : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainny. Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal anaam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).

Sesi pertanyaan 1. Manusia pada dasarnya diciptakan dimuka bumi ini sebagai khalifah, apabila manusia tidak pernah menjadi pemimpin apakah menyalahkan hakikat sebagai manusia? Dan mengapa sampai bisa orang itu mabuk atau membunuh ?( Tryan Erlangga ) 2. Kenapa al-Quran tidak menjelaskan secara rinci asal-usul kejadian manusia, tetapi alQuran hanya menjelaskan prinsip-prinsip seperti apa yang dijelaskan oleh al-quran tentang manusia? ( Siti Anisa ) 3. Kenapa makhluk gaib memiliki kelebihan yang lain tetapi manusia tidak bisa seperti itu ? dan apakah dajal dapat disebut sebagai khalifah ? ( Mega Cari ) 4. Kenapa zahir ayat yang menyatakan bahwa allah itu menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki allah pasti akan terwujud seketika ? ( Rizal Taufik ) 5. Adakah ilmu selain dari ilmu Allah ? ( Rida Dwi Maharani ) 6. Apakah matematika, ilmu pengetahuan sosial, fisika termasuk ilmu Allah ? ( Dimas Ramadani ) Jawaban 1. Sebetulnya manusia hanya meneruskan ajaran allah dan manusia itu berada dalam posisi di tengah-tengah manusia bisa menjadi positif dan manusia bisa menjadi negatif dan semua itu kembali pada dirinya masing-masing, tidak ada penentuannya dan manusia sendiri yang menentukan dia bisa menjadi pemimpin yang baik itu dengan tingkah laku dan segalanya yang dia perlihatkan. Orang bisa jahat karena kurang keimanan dan ketakwaannya pada allah swt. 2. Karena dalam Al-Quran hanya menjelaskan prosesnya saja, hal tersebut bisa terungkap Kemudian Kami jadikan dia ( Adam ) , dan Allah meniupkan padanya ruhNya dan Allah menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati namun sedikit sekali antara kamu bersyukur. ( As-Sajadah : 9 ) dan terungkap juga surat Nuh : 17, Ash-Shafaat : 11, Al-Mukminuun : 12-13, Ar-rum : 20, Ali Imran : 59, As-Sajadah : 7-9, Al-Hijr : 28, dan Al-Hajj : 5. 3. Sebenarnya manusia itu sudah diberi kelebihan dan manusia juga sebagai makhluk yang mulia dimata Allah dibanding dengan makhluk lainnya. Tidak akan ada Dajal yang menjadi khalifah,karena tidak meneruskan ajaran Allah. Dan dajjal sebagai tanda akan terjadinya kiamat kubro dan dia akan keluar untuk menandakan akan datangnya kiamat tersebut. 4. Karena segala sesuatu yang dikehendaki Allah akan terwujud dan terwujudnya mengalami proses. Misalnya: pertemuan antara permatozoa dengan ovum akan menghasilkan bayi. Sebelum bayim itu lahir kedunia mengalamin beberapa tahap atau proses seperti diberikannya ruh, dan pembentukan-pembentukan bentuk tubuh. Dan contoh lain adalah buah mangga bisa ada dengan cara pada pohon itu terjadi bunga dan dari bunga baru menghasilkan buah.

5. Tidak ada ilmu selain ilmu Allah,maksudnya hanya ilmu-ilmu yang bermanfaat dan ilmu tersebut menuju ajaran Allah Swt,oleh sebab itu apabila ada ilmu yang menjadikan manusia jauh dari ajaran Allah maka itu disebut bukan ilmu Allah. contohnya Animisme, Dinamisme, ilmu Santet, dan semua ilmu sesat. 6. Termasuk apabila dengan belajar matematika, ilmu pengetahuan sosial maupun fisika tersebut kita dapat mengenal dan mendekatkan diri pada Allah.

You might also like