You are on page 1of 16

MODEL - MODEL PEMBELAJARAN SOSIAL

Posted on September 4, 2008 by xipemai

BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling
berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua
komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik
dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik
dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan
hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik
harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga
berbagai jenis model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center)
sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta
dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.

.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF


A.Konsep Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk
mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap
perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.
Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang
tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan
peserta didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu
iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta
didik, dan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan
yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar.
Partisipasi dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik
dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program
pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses,
hasil dan dampak pembelajaran.

B.Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif


Berdasarkan pada pengertian pembelajaran partisipatif yaitu upaya untuk
mengikutsertakan peserta didik dalam pembelajaran, maka ciri-ciri dalam kegiatan
pembelajaran partisipatif adalah :
1.Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui terhadap semua
bahan ajar.
2.Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
3.Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran.
4.Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.
5.Pendidik bersama peserta didik saling belajar.
6.Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif.
7.Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.
8.Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi.
9.Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupannya.

C.Peran Pendidikan Dalam Pembelajaran


Peran pendidik dalam pembelajaran partisipatif lebih banyak berperan sebagai
pembimbing dan pendorong bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran
sehingga mempengaruhi terhadap intensitas peranan pendidik dalam pembelajaran.
Pada awal pembelajaran intensitas peran pendidik sangat tinggi yaitu untuk menyajikan
berbagai informasi bahan belajar, memberikan motivasi serta memberikan bimbingan
kepada peserta dalam melakukan pembelajaran, tetapi makin lama makin menurun
intensitas perannya digantikan oleh peran yang sangat tinggi dari peserta didik untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran secara maksimal.
Langkah-langkah yang harus ditempuh pendidik dalam membantu peserta didik untuk
mengembangkan kegiatan pembelajaran :
1.Membantu peserta didik dalam menciptakan iklim belajar
2.Membantu peserta didik dalam menyusun kelompok belajar
3.Membantu peserta didik dalam mendiagnosis kebutuhan pelajar
4.Membantu peserta didik dalam menyusun tujuan belajar
5.Membantu peserta didik dalam merancang pengalaman belajar
6.Membantu peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
7.Membantu peserta didik dalam penilaian hasil, proses dan pengaruh kegiatan
pembelajaran.

2.2MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN


A.Konsep Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran
tentang belajar dilihat dari proses transfer belajar, lingkungan belajar.
Dilihat dari proses, belajar tidak hanya sekedar menghapal. Dari transfer belajar, siswa
belajar dai mengalami sendiri, bukan pemberian dari orang lain. Dan dilihat dari
lingkungan belajar, bahwa belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa.
Pembelajaran kontekstual (contextual learning) merupakan upaya pendidik untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta
didik, dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
Dalam penerapan pembelajaran kontekstual tidak lepas dari landasan filosofisnya, yaitu
aliran konstruktivisme. Aliran ini melihat pengalaman langsung peserta didik (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.

B.Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional


Karakteristik model pembelajaran kontekstual dalam penerapannya di kelas, antara lain :
1.Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
2.Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi
3.Pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan nyata atau masalah
4.Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
5.Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
6.Peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan.
7.Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni peserta didik diajak
menggunakan bahasa dalam konteks nyata.
Karakteristik model pembelajaran konvensional dalam penerapannya di kelas, antara lain
:
1.Siswa adalah penerima informasi
2.Siswa cenderung belajar secara individual
3.Pembelajaran cenderung abstrak dan teoritis
4.Perilaku dibangun atas kebiasaan
5.Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
6.Peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
7.Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural
Pembelajaran kontekstual memiliki perbedaan dengan pembelajaran konvensional,
tekanan perbedaannya yaitu pembelajaran kontekstual lebih bersifat student centered
(berpusat kepada peserta didik) dengan proses pembelajarannya berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan peserta didik bekajar dan mengalami. Sedangkan pembelajaran
konvensional lebih cenderung teacher centered (berpusat kepada pendidik), yang dalam
proses pembelajarannya siswa lebih banyak menerima informasi bersifat abstrak dan
teoritis.

C.Komponen-komponen Pembelajaran Kontekstual


Peranan pendekatan pembelajaran kontekstual di kelas dapat didasarkan pada tujuh
komponen, yaitu :
1.Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia didalam dirinya sedikit demi sedikit, yang hasilnya
dapat diperluas melalui konteks yang terbatas.
2.Pencairan (inquiry)
Menemukan merupakan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa merupakan hasil dari penemuan siswa itu sendiri.
3.Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan awal dari pengetahuan yang dimiliki seseorang. Bagi siswa kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis
inquiriy, yaitu untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui,
dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahui.
4.Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada komunikasi dua
arah atau lebih, yaitu antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan pendidik
apabila diperlukan atau komunikasi antara kelompok.

5.Pemodelan (Modeling)
Model dapat dirancang dengan melibatkan guru, siswa atau didatangkan dari luar sesuai
dengan kebutuhan. Dengan pemodelan, siswa dapat mengamati berbagai tindakan yang
dilakukan oleh model tersebut.
6.Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang sesuatu yang sudah dipelajari. Realisasi dari refleksi
dalam pembelajaran dapat berupa:
a)Pernyataan langsung tentang sesuatu yang sudah diperoleh siswa
b)Kesan dan pesan/saran siswa tentang pembelajaran yang sudah diterimanya
c)Hasil karya
7.Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Assessment merupakan proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Assessment menekankan pada proses pembelajaran maka
data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan pada saat
melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment, yaitu :
a)Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
b)Dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif
c)Yang diukur adalah keterampilan dan penampilan bukan mengingat fakta
d)Berkesinambungan
e)Terintegrasi
f)Dapat digunakan sebagai feed back

2.3MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI


A.Konsep Pembelajaran Mandiri
Dalam rangka menuju kedewasaan, seorang anak harus dilatih untuk belajar mandiri.
Belajar mandiri merupakan suatu proses, dimana individu mengalami inisiatif dengan
atau tanpa bantuan orang lain.
1.Dapat mengurangi ketergantungan pada oran lain
2.Dapat menumbuhkan proses alamiah perkembangan jiwa
3.Dapat menumbuhkan tanggung jawab pada peserta didik
Berdasarkan hal tersebut pendidik bukan sebagai pihak yang menentukan segala-galanya
dalam pembelajaran, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator atau sebagai teman peserta
didik dalam memenuhi kebutuhan belajar mereka.

B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar Mandiri


Banyak faktor yang mempengaruhi untuk tumbuhnya belajar mandiri, yaitu :
1.Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar, belajar pada dasarnya tidak dibatasi oleh
waktu, tempat dan usia
2.Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang efektif, seseorang yang memiliki
konsep diri berarti senantiasa mempersepsi secara positif mengenai belajar dan selalu
mengupayakan hasil belajar yang baik
3.Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar, inisiatif merupakan dorongan yang muncul
dari diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh orang lain, seseorang yang memiliki inisiatif
untuk belajar tidak perlu dirangsang untuk belajar.
4.Memiliki kecintaan terhadap belajar, menjadikan belajar sebagai bagian dari kehidupan
manusia dimulai dari timbulnya kesadaran, keakraban dan kecintaan terhadap belajar.
5.Kreativitas. Menurut Supardi (1994), kreativitas merupakan kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun kerja nyata, yang
relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Ciri perilaku kreatif yang dimiliki seseorang diantaranya dinamis, berani, banyak akal,
kerja keras dan bebas. Bagi seseorang yang kreatif, tidak akan kuatir atau takut
melakukan sesuatu sepanjang yang dilakukannya mengandung makna.
6.Memiliki orientasi ke masa depan
Seseorang yang memiliki orientasi ke masa depan akan memandang bahwa masa depan
bukan suatu yang mengandung ketidakpastian.
7.Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang mendasar dan memecahkan
masalah.
C.Peran Pendidik Dalam Belajar Mandiri
Dalam pembelajaran mandiri, tutor berperan sebagai fasilitator dan teman bagi peserta
didik. Sebagai fasilitator, pendidik dapat membantu peserta didik dalam mengakrabi
masalah yang dihadapi peserta didik, dan berupaya agar peserta didik dapat menemukan
alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya.
Peran lain yang harus dilakukan pendidik adalah sebagai teman. Pendidik berusaha
menempatkan dirinya sama dengan peserta didik sebagai peserta yang mengharapkan
nilai tambah dalam kehidupannya untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi, serta
mengaktualisasikan dirinya.
BAB III
KESIMPULAN

Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat


digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center)
sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta
dapat melatih kemandirian peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
Model-model pembelajaran sosial ini mencakup : model pembelajaran partisipatif, model
pendekatan pembelajaran kontekstual, dan model pembelajaran mandiri.
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk
mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dalam tahap :
perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.
Dalam menyiapkan anak untuk bersosialisasi di masyarakat, sejak dini anak harus sudah
mengenal lingkungan kehidupannya. Model pembelajaran kontekstual merupakan upaya
pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata peserta didik dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Dalam rangka menuju kedewasaan, seorang anak harus dilatih untuk belajar mandiri.
Belajar mandiri merupakan suatu proses, dimana individu mengambil inisiatif denganatau
tanpa bantuan orang lain. Dalam pembelajaran mandiri menekankan pada keaktifan
peserta didik yang lebih bersifat student centered daripada teacher centered sehingga
pendidik lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan teman (partner).
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan Pertama.


(2003). Pendekatan Kontekstual (Centered Teaching and Learning). Jakarta.

Sudjana, D. (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.

Hatimah, I. (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung : Andira.

Knowles, M. (1975). Self Directed Learning. Chicago : Follet Publishing Company.


LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
Posted on September 4, 2008 by xipemai

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita bangsa Indonesia tidak dapat
dilepaspisahkan dari sejarah masa lampau. Demikianlah halnya dengan terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila sebagai dasar
negaranya. Sejarah masa lalu dengan masa kini dan masa mendatang merupakan suatu
rangkaian waktu yang berlanjut dan berkesinambungan. Dalam perjalanan sejarah
eksistensi Pnacasila sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia mengalami
berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa
demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara
Pancasila. Bahkan pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya sebagai
Dasar dan Filsafat Negara Republik Indonesia. Bagi bangsa Indonesia tidak ada keraguan
sedikitpun mengenai kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup dan
dasar negara.
Dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dapat menelusuri sejarah kita di
masa lalu dan coba untuk melihat tugas-tugas yang kita emban ke masa depan, yang
keduanya menyadarkan kita akan perlunya menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Sejarah di belakang telah dilalui dengan berbagai cobaan terhadap Pancasila, namun
sejarah menunjukkan dengan jelas bahwa Pancasila yang berakar dia bumi Indonesia
senantiasa mampu mengatasi percobaan nasional di masa lampau. Dari sejarah itu, kita
mendapat pelajaran sangat berharga bahwa selama ini Pancasila belum kita hayati dan
juga belum kita amalkan secara semestinya.

Penghayatan adalah suatu proses batin yang sebelum dihayati memerlukan pengenalan
dan pengertian tentang apa yang akan dihayati itu. Selanjutnya setelah meresap di dalam
hati, maka pengamalannya akna terasa sebagai sesuatu yang keluar dari esadaran sendiri,
akan terasa sebagai sesuatu yang menjadi bagian dan sekaligus tujuan hidup. Sementara
itu, Pengamatan terhadap tugas-tugas sejarah yang kita emban ke masa depan yang penuh
dengan segala kemungkinan itu, juga menyadarkan kita akan perlunya penghayatan dan
pengamalan Pancasila.
Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan bernegara
seperti yang diatur oleh UUD 1945.
kesimpulan yang kuat. Dimana pengumpulan data diperoleh dari berbagai macam sumber
sebagai bahan untuk dijadikan suatu makalah.

BAB II
PERMASALAHAN
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 merupakan sumber hukum
bagi pembentukan, kelahiran, dan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Pembentukan, kelahiran, dan keberadaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan merupakan tujuan akhir perjuangan bangsa
Indonesia, tetapi merupakan sarana untuk mencapai cita-cita nasional dan tujuan nasional
yang didambakannya.
Perubahan UUD 1945 hanya terjadi dilakukan terhadap batang tubuh dan penjelasan,
tidak menjamin karena mempunyai kedudukan yang tetap dan melekat pada diri mereka
sendiri, seiring dengan perkembangan dan perubahan modernisasi membawa dampak
yang sangat berpengaruh di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menyadari
bahwa ketidakrukunan yang terjadi di Indonesia ini mengganggu kesatuan nasional,
sebagaimana dalam masa Kolonial Belanda dan pemberontakan Komunis yang gagal
pada tahun 1965. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya disintegrasi nasional yang
disebabkan ketidakrukunan masyarakat yang sangat majemuk maka semua ini hanya
dapat diselesaikan dengan UUD 1945 dan Pancasila sebagai salah satu hukum yuridis.
Tidak ada satupun kehidupan yang menjadi faktor integratif dan disintegratif yang dapat
membawa bangsa pada kekuatan atau sebaliknya kehancuran.
Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 dalam
perjalanan kehidupan bangsa Indonesia, khususnya sejarah kehidupan politik dan
ketatanegaraan Indonesia, telah mengalami persepsi dan interpretasi sesuai dengan
kehendak dan kepentingan yang berkuasa selama masa kekuasaannya berlangsung.
Bahkan pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya sebagai dasar dan
falsafah negara Republik Indonesia sehingga bangsa Indonesia nyaris berada di tepi
jurang perpecahan kendati sebelumnya pernah disepakati bersama dalam konsensus
nasional tanggal 22 Juni 1945 dan tanggal 18 Agustus 1945.
Adapula masa dimana usaha-usaha untuk mengubah Pancasila itu dengan
pemberontakan-pemberontakan senjata, yang penyelesaiannya memakan waktu bertahun-
tahun dan meminta banyak pengorbanan rakyat. Di samping berbagai faktor lain,
pemberontakan yang berlarut-larut itu jelas menghilangkan kesempatan bangsa Indonesia
untuk membangun, menuju terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan.
Jalan lurus pelaksanaan pancasila, juga mendapat rintangan –rintangan dengan adanya
pemutarbalikan Pancasila dijadikannya Pancasila sebagai tameng untuk menyusupkan
faham dan ideologi lain yang justru bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Masa ini
ditandai antara lain dengan memberi arti kepada Pancasila sebagai “nasakom”,
ditampilkannya pengertian “Sosialisme Indonesia” sebagai Marxisme yang diterapkan di
Indonesia dan banyak penyimpangan-penyimpangan lainnya lagi yang bersifat mendasar.
Masa pemutarbalikan Pancasila ini bertambah kesimpangsiurannya karena masing-
masing kekuatan politik, golongan atau kelompok di dalam masyarakat pada waktu itu
memberi arti sempit kepada Pancasila untuk keuntungan dan kepentingannya sendiri.
Bagi bangsa Indonesia, mempersoalkan kembali Pancasila sebagai dasar negara sama
halnya berarti memutar mundur jarum jamnya sejarah, yang berarti membawa bangsa kita
kembali kepada awal meletakkan dasar-dasar Indonesia merdeka. Mempersoalkan
kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berarti mementahkan kembali kesepakatan
nasional dan menciderakan perjanjian luhur bangsa Indonesia yang telah secara khidmat
kita junjung tinggi sejak tanggal 18 Agustus 1945, ialah sejak lahirnya Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD 1945, yang mendukung Pancasila itu.
PEMBAHASAN

3.1 LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA


1. Landasan Historis
Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda satu dengan yang
lainnya, diambil dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan
bangsa yang bersangkutan. Demikianlah halnya dengan Pancasila yang merupakan
ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia digali dari tradisi dan budaya yang
tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri seja
kelahirannya dan berkembang menjadi bangsa yang besar seperti yang dialami oleh dua
kerajaan besar tempo dulu yaitu Kedatuan Sriwijaya dan Keprabuan Majapahit.
Setelah berproses dalam rentang perjalanan sejarah yang panjang sampai kepada tahap
pematangannya oleh para pendiri negara pada saat akan mendirikan negara Indonesia
merdeka telah berhasil merancang dasar negara yang justru bersumber pada nilai-nilai
yang telah tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia yang kemudian diformulasikan dan disistematisasikan dalam rancangan dasar
negara yang diberi nama Pancasila. Nama tersebut untuk pertama kalinya diberikan oleh
salah seorang penggagasnya yaitu Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 juni 1945
dalam persidangan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atas saran dan petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa.
Dengan demikian kiranya jelas pada kita bahwa secara historis kehidupan bangsa
Indonesia tidak dapat dilepaspisahkan dari dan dengan nilai-nilai Pancasila serta telah
melahirkan keyakinan demikian tinggi dari bangsa Indonesia terhadap kebenaran dan
ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia, sejak resmi disahkan menjadi dasar negara Republik Indonesia pada tanggal
18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sampai dengan saat ini
dan Insya Allah untuk selama-lamanya.

2. Landasan Kultural
Pandangan hidup suatu bangsa merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaspisahkan dari
kehidupan bangsa yang bersangkutan. Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup
adalah bangsa yang tidak memiliki jati diri (identitas) dan kepribadian, sehingga akan
dengan mudah terombang-ambing dalam menjalani kehidupannya, terutama pada saat-
saat menghadapi berbagai tantangan dan pengaruh baik yang datang dari luar maupun
yang muncul dari dalam, lebih-lebih di era globalisasi dewasa ini.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah jati diri dan kepribadian
bangsa yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam
budaya masyarakat Indonesia sendiri dengan memiliki sifat keterbukaan sehingga dapat
mengadaptasikan dirinya dengan dan terhadap perkembangan zaman di samping
memiliki dinamika internal secara selektif dalam proses adaptasi yang dilakukannya.
Dengan demikian generasi penerus bangsa dapat memperkaya nilai-nilai Pancasila sesuai
dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya terutama dalam
meraih keunggulan IPTEK tanpa kehilangan jati dirinya.
3. Landasan Yuridis
Alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan yuridis konstitusional antara lain
di dalamnya terdapat rumusan dan susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang
sah, benar dan otentik sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin olrh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Batang tubuh UUD 1945 pun merupakan landasan yuridis konstitusional karena dasar
negara yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut dan rinci
dalam pasal-pasal dan ayat-ayat yang terdapat di dalam Batang Tubuh UUD 1945
tersebut.

4. Landasan Filosofis
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila secara filosofis dan obyektif
merupakan filosofi bangsa Indonesia yang telah tumbuh, hidup dan berkembang jauh
sebelum berdirinya negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi
logisnya menjadi kewajiban moral segenap bangsa Indonesia untuk dapat
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik kehidupan bermasyarakat maupun
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai dasar filsafat negara, maka Pancasila harus menjadi sunber bagi setiap tindakan
para penyelenggara negara dan menjiwai setiap peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia.

3.2 KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA


1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dalam perjuangan untuk mencapai
ehidupan yang lebih sempurna senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang
dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup. Nilai-nilai luhur adalah merupakan suatu
tolok ukur kebaikan yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi
dalam hidup manusia seperti cita-cita yang hendak dicapainya dalam hidup manusia.
Proses perumusan pandangan hidup masyarakat dituangkan dan dilembagakan menjadi
pandangan hidup bangsa yang disebut sebagai ideologi bangsa (nasional) dan selanjutnya
pandangan hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara
yang disebut sebagai ideologi negara.
Transformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa dan
akhirnya menjadi pandangan dasar negara juga terjadi pada pandangan hidup Pancasila.
Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar negara dan ideologi negara, nilai-nilainya
telah terdapat pada bangsa Indonesia dalam adat istiadat, budaya serta dalam agama-
agama sebagai pandangan hidup masyarakat Indonesia. Dengan suatu pandangan hidup
yang jelas maka bangsa Indonesia akan maniliki pegangan dan pedoman bagaimana
mengenal dan memecahkan berbagai masalah politik, sosial budaya, eonomi, hukum,
hankam dan persoalan lainnya dalam gerak masyarakat yang semakin maju.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan sutau kristalisasi dari nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat Indonesia, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi
oleh warganya karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan
hidup masyarakat. Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia
yang Bhinneka Tunggal Ika harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak
boleh mematikan keanekaragaman.
2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar
Falsafah Negara (Philosofische Grondslag) dari negara, ideologi negara atau (Staatsidee).
Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan negara atau dengan kata lain Pancasila merupakan suatu dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum, Pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional
mengatur negar Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah
serta pemerintahan negara.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum
Indonesia.
b. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945.
c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis).
d. Mengandung norma yang megharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara.
e. Merupakan sumer semangat bagi UUD 1945, bagi penyelenggara negara, para
pelaksana pemerintahan.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia. Oleh karena itu fungsi
pokok Pancasila adalah sebagai dasar negar Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan
dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, Ketetapan MPR No.
XX/MPRS/1966.
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil peranungan atau pemikiran seseorang atau kelompok
orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namu Pancasila diangkat dari nilai-
nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara dengan kata lain
unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis
(asal bahan) Pancasila.

3.3 PANCASILA SEBAGAI JIWA, KEPRIBADIAN, PANDANGAN HIDUP DAN


DASAR NEGARA
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan
yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup
inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
menentukan arah serta cara bagaimana bangsa itu memecahkan persoalan-persoalan tadi.
Tanpa memiliki pandangan hidup maka sesuatu bangsa akan merasa terus terombang-
ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti timbul, baik persoalan-
persoalan di dalam masyarakat sendiri maupun persoalan-persoalan besar umat manusia
dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang
jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan
masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak
masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula
sesuatu bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pandangan hidup ini terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan oleh sesuatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan
sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnya,
pandangan hidup sesuatu bangsa adalah suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa
itu untuk mewujudkannya. Karena itulah dalammelaksanakan pembangunan misalnya,
kita tidak dapat begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan oleh bangsa
lain, tanpa menyesuaikannya dengan pandangan hidup dan kebutuhan-keutuhan bangsa
kita sendiri. Suatu corak pembangunan yang barangkali baik dan memuaskan bagi
sesuatu bangsa, belum tentu baik atau memuaskan bagi bangsa yang lain.
Karena itulah pandangan hidup suatu bangsa merupakan masalah yang sangat asasi bagi
kekokohan dan kelestarian sesuatu bangsa.
Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara kita. Di samping itu, maka bagi kita
Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila bagi kita
merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan
watak yang sudah berurat akar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah suatu
kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencaai kebahagiaan jika
dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai
pribadi, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan
alam, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya,maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Negara Republik Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya melampaui dan menempuh
berbagai jalan dengan gaya yang berbeda. Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui
perjuangan yang sangat panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan
segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang
ditempuhnya sendiri yang merupakan hasila antara proses sejarah di masa lampau,
tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang, yang secara keseluruhan
membentuk kepribadiannya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya Bangsa dan Negara
itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara yaitu Pancasila.
Karena itu, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945; melainkan telah
melalui proses panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri, dengan
melihat pengalaman-pengalaman bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan besar dunia,
dengan tetap berakar pada kepribadian dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri .
Karena Pancasila sudah menjadi pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian
bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal
ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak
berbeda, namun dalam tiga buah Undang-Undang Dasar yang pernah kita miliki yaitu
dalam Pembukaan UUD 1945, Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan
Mukadimah UUDS RI (1950) Pancasila itu tetap tercantum di dalamnya.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia sendiri merupakan :
1) Dasar Negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang berlaku di negara kita.
2) Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita, serta memberi
petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dalam
masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
3) Jiwa dan kepribadiaan bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang
khas kepada bangsa Indonesia, dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, aserta
merupakan ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain.
4) Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu nmasyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah NKRI
yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan
bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
5) Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil rakyat Indonesia
menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar
karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia
yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah
mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan
mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini, maka Pancasila hanya
akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang terlukis dalam Pembukaan UUD 1945,
yang merupakan rumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi
kehidupan bangsa kita.

3.4 PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA


Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia serta merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa kita, yang telah dapat mengatasi percobaan dan
ujian sejarah, sehingga kita meyakini sedalam-dalamnya akan keampuhan dan
kesaktiannya.
Guna melestarikan keampuhan dan kesaktian Pancasila itu perlu diusahakan secara nyata
dan terus-menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara, serta setiap lembaga
kenegaraan dan kemasyarakatan, baik di pusat maupun daerah. Dan lebih dari itu, kita
yakin bahwa Pancasila itulah yang dapat memberi kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbing kita semua dalam mengejar kehidupan lahir batin yang
makin baik di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Untuk itu Pancasila
harus kita amalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat dan bernegara.
Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila
harus manusiawi, artinya merupakan pedoman yang memang mungkin dilaksanakan oleh
manusia biasa. Agar Pancasila dapat diamalkan secara manusiawi, maka pedoman
pengamalannya juga harusa bertolak dari kodrat manusia, khususnya dari arti dan
kedudukan manusia dengan manusia lainnya.
“Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila” dinamakan “Ekaprasetia
Pancakarsa”. Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta. Secara harfiah
“eka” berarti satu/tunggal, “prasetia” berarti janji/tekad, “panca” berarti lima dan “karsa”
berarti kehendak yang kuat. Dengan demikian “Ekaprasetia Pancakarsa” berarti tekad
yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak dalam kelima Sila Pancasila. Dikatakan
tekad yang tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak tergoyahkan lagi.
Ekaprasetia Pancakarsa memberi petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan
kelima Sila dari Pancasila sebagai berikut :
A. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepad orang lain.
B. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
1) Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia.
2) Saling mencintai sesama manusia.
3) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4) Tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7) Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
C. Sila Persatuan Indonesia
1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau golongan.
2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3) Cinta tanah air dan bangsa.
4) Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal
Ika.
D. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4) Musayawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
6) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.
E. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yan mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Bersikap adil.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormatsi hak-hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan terhadap orang lain.
6) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain..
7) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
Suka bekerja keras.
9) Menghargai hasil karya orang lain.
10) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Sadar sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah pandangan hidup Bangsa dan Dasar
Negara Republik Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaaan
masyarakat dan Negara Republik Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan
pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara Negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan,
baik di pusat maupun di daerah.
Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa dan Dasar Negara Republik
Indonesia akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam hubungannya
dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Untuk itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi
terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.
Demikianlah manusia dan Bangsa Indonesia menjamin kelestarian dan kelangsungan
hidup Negar Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat
berdasarkan Pancasila, serta penuh gelora membangun masyarakat yang maju, sejahtera,
adil dan makmur.

You might also like