You are on page 1of 14

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DISUSUN OLEH : 1. 2. 3. 4. 5. CHRISTINE NATALIA FIYA DINIARTI MEILANI HUTABARAT RACHMADONA YULIA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN TAHUN AJARAN 2011/2012

1.1. Analisa Situasi Sesuai dengan strategi Indonesia sehat tahun 2010 dan kebutuhan pembangunan sektor kesehatan di era desentralisasi ini, Departemen Kesehatan Republik Indonesia sudah menetapkan visi dan misi Puskesmas. Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas adalah terwujudnya Kecamatan sehat tahun 2010. Kecamatan sehat merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang hidup di lingkungan yang sehat dan prilaku hidup masyarakat yang juga sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang ada di wilayahnya serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pencapaian visi Indonesia 2010 dapat dicapai dengan menggerakan Puskesmas sebagai pelaksana teknis Dinas Kesehatan terbawah yang memiliki enam kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan (kesling), kesehatan ibu anak dan keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan. Program Kesehatan Lingkungan pada masyarakat adalah bagian dari program pembangunan kesehatan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan dengan titik berat pada upaya peningkatan kualitas hidup dan pencegahan penyakit disamping pengobatan dan pemulihan. Indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat, meningkatnya industri dan tempat-tempat umum yang sehat, menurunnya angka penyakit diare, demam berdarah dan penyakit akibat kurang sehatnya lingkungan di sekitar masyarakat. Di Puskesmas Harapan Raya program Kesling yang dilaksanakan di Puskesmas Harapan Raya secara umum yaitu pengawasan terhadap TempatTempat Umum (TTU), pengawasan terhadap Tempat Pengolahan Makanan (TPM) dan pengawasan terhadap industri rumah tangga. Program yang dituangkan dalam tugas intregasi kepada petugas Kesling adalah melaksanakan program UKS, melaksanakan kunjungan TK, melaksanakan kunjungan SD, melaksanakan kunjungan rumah, melaksanakan kunjungan TTU, melaksanakan kunjungan TPM, serta penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan Laporan Evaluasi Program Kerja Puskemas Harapan Raya mengenai program Kesling dan P2P pada tahun 2007 menunjukan 90% warga memiliki sumber air bersih, 98.80% warga memiliki jamban dan 89.77% warga memiliki sistem pengelolaan air limbah dengan baik. Sanitasi pada TTU telah mencapai 100% memenuhi syarat. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara warga dalam kodisi yang sangat baik yaitu mencapai 100% untuk 2 TPS yang diawasi oleh Kesling. Jumlah persentase air bersih yang memenuhi persyaratan didapatkan angka 100%, dan perincian sarana ibadah yang baik juga mencapai 100%, sedangkan untuk penyakit berbasis lingkungan terbanyak adalah demam berdarah 63 kasus, diare 59 kasus dan 18 kasus scabies. 2.1. Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dan manusia. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut World Health Organization (WHO), yaitu ; 1. Penyediaan air minum 2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran 3. Pembuangan sampah padat 4. Pengendalian vektor 5. Pencegahan / pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 6. Higiene makanan, termasuk higiene susu 7. Pengendalian pencemaran udara 8. Pengendalian radiasi 9. Kesehatan kerja 10. Pengendalian kebisingan 11. Perumahan dan pemukiman 12. Aspek kesling dan transportasi udara 13. Perencanaan daerah dan perkotaan 14. Pencegahan kecelakaan 15. Rekreasi umum dan pariwisata 16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi / wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk 17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan Di Indonesia, berdasarkan undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kesehatan pasal 22 ayat 3 menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi kegiatan / program penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan penyakit berbasis lingkungan, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya, serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah, mengakibatkan penyakit berbasis lingkungan seperti diare, ISPA, TB Paw, DBD dan lain-lain. Di samping itu juga disebabkan oleh pola pelayanan kesehatan yang masih menitik beratkan pada pelayanan kuratif. Bila melihat kondisi lingkungan yang kurang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah, maka perlu adanya program kegiatan terobosan yang dapat memacu peningkatan kualitas lingkungan yang lebih baik, sehingga dapat menekan kejadian penyakit yang berbasis lingkungan. Program kegiatan Siaga Kesehatan Lingkungan (Siaga Kesling) yang merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan dengan melibatkan peran serta masyarakat agar masyarakat terlindungi dan masalah penyakit yang berbasis lingkungan. Tujuan khusus dari kegiatan Siaga Kesling adalah : 1. Meningkatnya perilaku masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 2. Penanggulangan masalah kesehatan ke arah upaya preventif dan promotif. 3. Meningkatnya gerakan masyarakat dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan lingkungan. 4. Menurunnya penyakit berbasis lingkungan. 5. Penyebarluasan informasi mengenai kesehatan lingkungan dan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan kepada masyarakat.

2.2. Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet dengan atau tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti petekie spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa protrombin yang memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit. Etiologi dari penyakit ini adalah virus dengue yang tergolong dalam famili / suku / grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, disamping juga dilaporkan Aedes albopictus sebagai vektor. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih, tidak mengalir dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas dan lain-lain. Adanya vektor tersebut berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain : 1. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari. 2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik. 3. Penyediaan air bersih yang langka. Daerah yang terserang DBD adalah wilayah yang ada penduduknya, karena : 1. Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes aegypti berkisar antara 40-100 meter. 2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple bitters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu yang singkat. 2.3. Pengendalian Vektor DBD Pengendalian vektor DBD adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menekan kepadatan nyamuk dan jentik nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit DBD di rumah atau bangunan yang meliputi perumahan, perkantoran, tempat umum, sekolah, gudang, dan sebagainya. Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara paling memadai saat ini. Vektor demam berdarah dengue khususnya Aedes aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbang maksimal dan nyamuk ini hanya 100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas maka untuk keberhasilan pemberantasan perlu dilakukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi. Langkah-langkah kegiatan berhubungan dengan pengendalian vektor demam berdarah dengue yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu: 1. Surveilans tempat perindukan vektor - Pendataan rumah/bangunan di wilayah keija - Pemeriksaan tempat perindukan vektor pada rumah / bangunan - Pengolahan data hasil pemeriksaan tempat perindukan vektor - Rekomendasi kepada petugas kesehatan dan sektor terkait - Laporan kepada atasan langsung dan sektor terkait - Penyebarluasan (sosialisasi, diseminasi informasi) hasil surveilans / pengamatan kepada lintas - Program dan lintas sektor maupun swasta dan masyarakat

2. Pengendalian vektor - Investigasi rumah/ bangunan dan lingkungan yang potensial jentik di wilayah kerja melalui survey lingkungan, sosekbud, dan survei entomologi. - Menentukan jenis pengendalian vektor sesuai dengan permasalahan di wilayah kerja. - Melakukan pemberantasan vektor sesuai dengan jenisnya. 3. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat - Melakukan identifikasi masalah sesuai dengan sasaran. - Menentukan jenis media penyuluhan sesuai dengan sasaran. - Menentukan materi penyuluhan pengendalian vektor. - Melaksanakan penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam rangka pengendalian vektor khususnya tempat perindukan. - Menghimpun feed back (umpan balik) yang diberikan oleh sasaran. 4. Sosialisasi, advokasi, dan kemitraan - Melakukan pertemuan untuk sosialisasi terhadap lintas program, lintas sektor terkait, swasta dan masyarakat. - Menentukan jumlah dan jenis peraturan / pedoman yang akan disosialisasikan. - Melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan di tingkat kec maupun kab/kota. - Menjalin jejaring kerjasama baik terhadap lintas sektor maupun swasta. - Hasil sosialisasi dilaporkan kepada atasan langsung dan sektor terkait. 5. Monitoring dan evaluasi - Pemantauan secara terus menerus terhadap hasil survailans tempat perindukan. - Pembinaan teknis terhadap pemerintah (dinas kesehatan, puskesmas), swasta dan masyarakat. 6. Peningkatan SDM - Menentukan jenis pelatihan yang sesuai dengan peserta yang dilatih - Melaksanakan pelatihan pengendalian vektor. Langkah-langkah kegiatan penanggulangan kasus demam beradarah dengue di wilayah kerja Puskesmas meliputi penyelidikan epidemiologi (PE) yaitu pencarian penderita / tersangka DBD lainnya dan pemeriksaaan jentik di rumab penderita / tersangka dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter (di rumah penderita dan 20 rumah sekitarnya) serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan. Dari hasil PE bila ditemukan penderita DBD lain atau ada jentik dan penderita panas tanpa sebab yang jelas > 3 orang maka dilakukan kegiatan penyuluhan mengenai 3 M Plus, tindakan larvasidasi, pengasapan/fogging focus. Apabila tidak ditemukan maka hanya melakukan penyuluhan dan kegiatan 3M Plus. Dalam hal pemberantasan vektor, langkah kegiatannya meliputi pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) dengan cara 3 M Plus dan pemeriksaan jentik berkala (PJB) tiap 3 bulan sekali tiap desa / kelurahan endemis pada 100 rumah / bangunan dipilih secara acak (random sampling) yang merupakan evaluasi hasil kegiatan PSN DBD yang telah dilakukan masyarakat. Kegiatan ini harus ditunjang dengan pelaksanaan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang penyakit demam berdarah dengue serta kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara aktif yaitu melalui supervisi dan secara pasif melalui laporan hasil kegiatan.

2.4. Upaya Peningkatan Mutu Upaya peningkatan mutu ini dimulai dengan mendapatkan topik permasalahan yang kemudian dilakukan observasi kegiatan terhadap topik permasalahan yaitu dibidang Kesling dan bidang P2P Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Observasi dilaksanakan melalui pendekatan program. Kemudian dilakukan wawancara dengan petugas kesehatan dibidang Kesling dan P2P yang dimulai pada bulan Juni 2008. Hasil observasi dan wawancara didiskusikan dengan pembimbing kegiatan upaya peningkatan mutu untuk menentukan permasalahan yang perlu mengalami perbaikan. Metode yang digunakan dalam upaya peningkatan mutu ini adalah metode Plan, Do, Check, and Action (PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi (problem-faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving). Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan Shewhart cycle. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan The Deming Wheel. PDCA cycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu: a. Plan 1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu. 2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini Pelajari proses dan awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose tersebut. Teknik yang dapat digunakan : brainstorming 3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses Teknik yang digunakan observasi Mengunakan alat ukur seperti wawancara 4. Fokus pada peluang peningkatan mutu Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan Kritenia masalah menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur. 5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah Menyimpulkan penyebab Teknik yang dapat digunakan : brainstorming Alat yang digunakan : fish bone analysis Ishikawa 6. Menemukan dan memilih penyelesaian Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah Teknik yang dapat digunakan : brainstorming b. Do 1. Merencanakan suatu proyek uji coba Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya. Merencanakan rencana kegiatan (plan of action) 2. Melaksanakan Pilot Project Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat ( 2 minggu).

c.

Check 1. Evaluasi hasil proyek Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama) Target yang ingin dicapai 80% Teknik yang digunakan : observasi dan survei Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner 2. Membuat kesimpulan proyek Hasil menjanjikan namun perlu perubahan Jika proyek gagal, caa penyelesaian lain Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas d. Action 1. Standarisasi perubahan Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan Revisi proses yang sudah diperbaiki Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan Lakukan pelatihan bila perlu Mengembangkan rencana yang jelas Dokumentasikan proyek 2. Memonitor perubahan Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur Alat yang digunakan untuk dokumentasi

OPTIMALISASI KEGITAN PEMERTKSAAN JENTIK BERKALA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU 3.1. Analisa Masalah Proses identifikaasi masalah dilakukan dengan cara : 1. Observasi. 2. Wawancara dengan staff dengan staff di bagian Kesling dan P2P. 3. Wawancara mengenai pola penyakit DBD dengan pengunjung Puskemas mengenai 3M plus. 4. Data sekunder mengenai evaluasi program kerja Puskesmas Harapan Raya tahun 2007 mengenai DBD, khususnya kegiatan pemeriksaan jentik berkala. Dari data-data tersebut teridentifikasikan masalah-masalah, yaitu : Tabel 3.1 Masalah yang ditemukan pada program Kesling P2P bidang penyelidikan epidemiologi dan pemberantasan menular di Puskesmas Harapan Raya
No 1 Aspek yang dinilai Masalah Evidance Base Dari laporan hasil evaluasi Puskesmas tahun 2007 diketahui 0% kegiatan dilakukan 14 dari 20 Pengunjung yang di wawancarai tidak dapat menyebutkan apa itu 3M plus. Tidak ada media promosi mengenai 3M + Plus dan pola penyakit DBD Metode Identifikasi Masalah Wawancara dan data sekunder

Kegiatan Pemeriksaan survailans Jentik Berkala epidemiologi (PJB) berjalan Promosi kesehatan lingkungan Kurangnya promosi mengenai 3 M plus dan Pola penyakit DBD

Wawancara dan observasi

Masalah Kegiatan surveilans epidemiologi Pemeriksaan Jentik Berkala ( PJB ) tidak berjalan. Dari laporan hasil evaluasi Puskesmas tahun 2007 diketahui 0% kegiatan dilakukan Wawancara dan data sekunder,kurangnya promosi kesehatan lingkungan mengenai 3 M plus dan pola penyakit DBD.14 dari 20 pengunjung yang diwawancarai tidak dapat menyebutkan apa itu 3M plus.Tidak ada media promosi mengenai 3M + Plus dan pola penyakit DBD wawancara dan observasi Berdasarkan permasalahan yang ditemukan ditetapkan satu prioritas masalah dengan metode scoring yang menggunakan pertimbangan 4 aspek yaitu : 1. Urgensi/kepentingan Nilai 1 tidak penting Nilai 2 penting Nilai 3 sangat penting 2. Solusi Nilai 1 tidak mudah Nilai 2 mudah Nilai 3 sangat mudah 3. Kemampuan merubah Nilai 1 tidak mudah Nilai 2 mudah

Nilai 3 sangat mudah 4. Biaya Nilai 1 tinggi Nilai 2 sedang Nilai 3 rendah 3.2. Penentuan Prioritas Masalah Penetuan prioritas masalah dibuat ke dalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah pada bidang Keling - P2P program penyelidikan epidemiologi dan pemberantasan penyakit menular di Puskesmas Rarapan Raya.
Kriteria Masalah Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) tidak dilakukan Kurangnya promosi mengenai 3 M plus dan Pola 2 penyakit DBD Urgensi 3 Solusi 2 Kemampuan untuk Biaya merubah 2 1 Total 12 Rank I

II

Dari 2 masalah tersebut, didapatkan 1 prioritas masalah yang ditentukan berdasarkan pembobotan nilai dengan seleksi yang terdiri dan dua unsur yaitu kriteria masalah dan skor. Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas masalah dan selanjutnya akan dicari altenatif pemecahan masalah yaitu tidak optimalnya pelaksaanaan program Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) demam berdarah dengue di Puskesmas Harapan Raya. 3.3. Identifikasi Penyebab Masalah Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah di atas, di dapatkan prioritas masalah utama pada kegiatan ini adalah optimalisasi program Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) demam berdarah dengue di Puskesmas Harapan Raya. Beberapa hal yang menjadi penyebab masalah tersebut antara lain terlihat dan bebrbagai aspek dibawah ini : Tabel 3.3 Identifikasi Penyebab Masalah
Masalah Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) tidak dilakukan Penyebab Timbulnya Masalah Mankurangnya petugas pelaksana Kesling P2P untuk pelaksanaan pemeriksaan jentik berkala (PJB) khususnya Penanggungan jawab kegiatan tidak ada Method Tidak ada protap mengenai pelaksanaan kegiatan pemeriksaan jentik berkala di Puskesmas Harapan Raya Berdasarkan wawancara, protap mengenai pemeriksaan jentik berkala tidak ada Evidence Base Berdasarkan wawancara, petugas Kesling dan petugas P2P dilapangan masing-masing hanya 1 orang dari wawacara diketahui tidak ada penangung jawab

Kurangnya kerjasama lintas sektroal dan pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya untuk melakukan secara bersama. Money Kurangnya dana yang dialokasikan khusus terhadap kegiatan pemeriksaan jentik berkala Time Kurangnya waktu yang dimiliki petugas Kesling dan P2P untuk pelaksanaan kegiatan PJB, karena petugas tersebut juga diberdayakan untuk pelaksanaan kegiatan lain di puskesmas

Berdasarkan wawancar, belum adanya koordinasi dengan pihak terkait

Berdasarkan wawancara, tidak adanya dana khusus pelaksanaan kegiatan PJB

Wawancara, diketahui bahwa petugas Kesling dan P2P juga memegang kegiatan lain di luar bidangnya

Dibawah ini dapat dilihat hubungan antara keempat faktor dengan menggunakan fishbone Analysis Ishikawa.

3.4. Tujuan Kegiatan 3.4.1 Tujuan Umum Optimalisasi pelaksanaan kegiatan PJB di lingkungan kesehatan Puskesmas Harapan Raya. 3.4.2 Tujuan Khusus 1. Teridentifikasinya masalah di kegiatan PJB melalui data sekunder, wawancara dan observasi. 2. Teranalisisnya setiap permasalahan yang ada di kegiatan PJB. 3. Diperolehnya penyebab timbulnya masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan PJB melalui data sekunder, pendekatan / metode wawancara dan observasi. 4. Diperolehnya beberapa solusi dan alternative pemecahan masalah pada kegiatan PJB. Sasaran Primer, Sekunder : - Sasaran primer, masyarakat yang berada di wilayah kerja PKM Harapan Raya. Sasaran sekunder - Nakes Sasaran Tersier - Tokoh masyarakat yang berada di wilayah kerja PKM Harapan Raya Kegiatan yang dilakukan untuk penanggulangan DBD di wilayah kerja Puskesmas Harapan adalah penyelidikan epidemiologi (PE), pemeriksaan jentik di rumah pada daerah adanya kasus, fogging, dan pemberiaan bubuk abate. Dan data evaluasi Puskesmas tahun 2007 mengenai pemeriksaan jentik berkala (PJB) dinyatakan 0% dilaksanakan dan promosi kesehatan mengenai DBD

(penyuluhan 3M plus dan pola penularan penyakit DBD) di Puskesmas Harapan Raya dilaksanakan apabila terjadi kasus. Seharusnya menurut Departemen Kesehatan harus dilakukan PJB dan penyuluhan 3M minimal setiap 3 bulan sekali oleh Puskesmas sebagai upaya penanggulangan DBD. Berdasarkan observasi dan wawancara, maka penulis merasa perlu untuk meningkatkan mutu pelaksanaan program penangulangan DBD oleh Puskesmas Harapan Raya, terutama program pemeriksaan jentik berkala (PJB), mengingat kasus demam berdarah dengue menempati peringkat pertama dan penyakit berbasis lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya Bengkulu.
No 1 Waktu 01 Januari 01 Febriari 2011 01 Januari 01 Februari 2011 Kegiatan Fogging pemberian bubuk Abate Fogging pemberian bubuk Abate Nama Desa - RT 01 - RT 02 - RT 03 - RT 04 - RT 05 - RT 06 Tim Pelaksana Tenaga Kes PKM Harapan Raya Tenaga Lepasan Paraf

Tenaga Kes PKM Harapan Raya Tenaga lepasan

Menyusun Rencana Anggaran Pengeluaran


No 1 Nama Desa
- RT 01 - RT 02 - RT 03 - RT 04 - RT 05 - RT 06

Nama Kegiatan Fogging Pemberian Bubuk Abate Fogging Pemberian Bubuk Abate

Biaya Biaya Akomodasi , Transport Makan Pengadaan Bubuk Abate & Malapion serta Solar

Total

Ket

Rp .1.750.0000

Kegiatan foging 2 pemberian bubuk abate dapat terlaksana dengan baik selama 01 Jan 01 Feb dan akan dimonitoring selama 3 bulan 1 x (secara berkala) dan apabila dalam monitoring tersebut ditemukan DBD maka akan dilakukan kegiatan foging dan pemberian bubuk abate

PENUTUP 4.1. Simpulan Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan jektik berkala (PJB) yang merupakan bagian dan survailans penanggulangan dan pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Puskesmas Harapan Raya belum optimal, dimana ditunjukkan dan data evaluasi program Puskesmas Harapan Raya tahun 2007 mengenai program penanggulangan dan pemberantasan penyakit menular DBD khususnya kegiatan pemeriksaan jektik berkaa diketahui pelaksanaan kegiatan adalah 0%. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan ini tidak berjalan secara efektif meskipun sudah ditetapkan sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Dari hasil wawancara, observasi dan data sekunder yang telah diterangkan di BAB sebelumnya, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan tidak berjalannya dengan baik kegiatan tersebut yaitu: 1. Kurangnya petugas Kesling dan P2P di lapangan. 2. Penanggungjawab kegiatan tidak ada. 3. Tidak adanya protap mengenai pelaksanaan kegiatan. 4. Kerjasama lintas sektoral dalam pelaksanaan kegiatan masih kurang 5. Tidak adanya alokasi dana khusus untuk pelaksanaan kegiatan. 6. Kurangnya waktu yang dimiliki petugas Kesling dan P2P Dari berbagai masalah di atas, telah dibuat rekomendasi strategi pemecahan masalah yang dihadapi, meskipun belum ada perubahan yang dapat dilihat dalam pelaksanaan kegiatan PJB ini. 4.2. Saran 1. Dinas Kesehatan Kota Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota untuk lebih memperhatikan pelaksanaan kegiatan PJB vector DBD oleh Puskesmas yang ada di Pekanbaru. Hal ini dikarenakan oleh DBD masih merupakan masalah kesehatan di kota Pekanbaru. 2. Puskesmas Harapan Raya Diharapkan kepada pihak Puskesman Harapan Raya untuk mengupayakan pelaksanaan kegiatan PJB vector DBD ini, dengan melihat jumlah penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya masih cukup tinggi. Alangkah baiknya dilakukan tindakan preventif untuk keadaan ini dengan pelaksanaan kegiatan PJB dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. Informasi singkat penyelenggaraan Puskesmas si Era Desentralisasi. Depatemen Kesehatan RI. Jakarta 2001 ; 1-15 2. Depkes RI. Kesehatan dan Indonesia sehat 2010. www.depkes.go.id [diakses april 2008] 3. Trikarjana P. Pelayanan Kesehatan Di Era Globalisasi. [diakses April 2008] 4. Puskesmas Harapan Raya. Profil Puskesmas Harapan Raya tahun 2007. Pekanbaru: 2007. 5. Puskemas Harapan Raya. Laporan Tahunan Kinerja Program Kesling Puskesmas Harapan Raya. Pekanbaru: 2008. 6. Dinkes Curug. Sistem Kesling. www.dinkescurug.go.id [diakses mei 2008] 7. World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari : http://www.WHO.int. Last Update Januari 2008. 8. Setiyabudi R. Dasar Kesehatan Lingkungan. Disitasi dari: http://www.ajgo.blogspot.htm. Last Update : Desember 2007. 9. Departemen Kesehatan Repubik Indonesia. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 10. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Profil dan Laporan Tahunan Subdinas Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit Tahun 2006. Makasar : 2007.

You might also like