You are on page 1of 18

EMANSIPASI WANITA

Kelompok 12 Firmansyah Aditya P. Fajar Hidayat 5109.100.203 5109.100.205

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya hingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Segala upaya telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah mengenai emansipasi wanita ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar memahami lebih lanjut mengenai emansipasi wanita. Agar kita semua dapat mengetahui arti emansipasi wanita sesungguhnya. Dampak apa saja yang diakibatkan oleh emansipasi wanita. Serta tindakan apa saja yang semestinya kita lakukan sebagai muslim sejati. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing kami Bapak Muchtarom atas bimbingan dan arahannya kami ucapkan terima kasih banyak. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena memang penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan kekurangan. Untuk itu, saran dan kritikan dari para pembaca sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga apa yang telah dibahas dalam makalah ini member manfaat dan berkah bagi kita semua. Semoga Allah selalu memberikan berkah dan hidayah-Nya selalu kepada kita, Amin Allahuma amin ya rabbal aalamin.

DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar ......................................................................................... Daftar Isi .................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ..... BAB II PERMASALAHAN BAB III PEMBAHASAN 3.1 Hakikat Emansipasi Wanita .... 3.2 Wanita Dalam Islam .... 3.3 Emansipasi Wanita Dalam Islam 3.4 Batasan Emansipasi .... 3.5 Dampak Negatif Emansipasi Wanita . 3.6 Solusi Islam Terhadap Emansipai .. DAFTAR PUSTAKA . 2 3 4 6 7 7 8 9 10 11 15 17

BAB I PENDAHULUAN Islam merupakan agama yang bersifat universal. Semua sisi kehidupan tercangkup dan tertata rapi di dalam Islam. Hal sekecil apapun termasuk tata cara makan, tidur ataupun ke kamar mandi diatur dalam agama Islam Begitu pula dalam hal derajat dan hak-hak perempuan telah diterangkan secara jelas adanya. Wanita sebagai hamba Allah yang lemah, memiliki peran amat besar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpanya, kehidupan tidak akan berjalan semestinya. Sebab ia adalah pencetak generasi baru. Sekiranya di muka bumi ini hanya dihuni oleh laki-laki, kehidupan mungkin sudah terhenti beriburibu abad yang lalu. Oleh sebab itu, wanita tidak bisa diremehkan dan diabaikan, karena dibalik semua keberhasilan dan kontinuitas kehidupan, di situ ada wanita. Kebanyakan wanita saat ini dalam pengertian emansipasi telah sedikit demi sedikit mengikis agama islam padahal Sesungguhnya Islam menempatkan wanita di tempat yang sesuai pada tiga bidang: 1. Bidang Kemanusiaan Islam mengakui haknya sebagai manusia dengan sempurna sama dengan pria. Umat-umat yang lampau mengingkari permasalahan ini. 2. Bidang Sosial Telah terbuka lebar bagi mereka (terpisah dari kaum priat) di segala jenjang pendidikan, di antara mereka menempati jabatan-jabatan penting dan terhormat dalam masyarakat sesuai dengan tingkatan usianya, masa kanak-kanak sampai usia lanjut. Bahkan semakin bertambah usianya, semakin bertambah pula hak-hak mereka, usia kanak-kanak; kemudian sebagai seorang isteri, sampai menjadi seorang ibu yang menginjak lansia, yang lebih membutuhkan cinta, kasih dan penghormatan. 3. Bidang Hukum Islam memberikan pada wanita hak memiliki harta dengan sempurna dalam mempergunakannya tatkala sudah mencapai usia dewasa dan tidak ada seorang pun yang berkuasa atasnya baik ayah, suami, atau kepala keluarga.

Hak-hak ini semua tidak terdapat dalam faham yang menamakan dirinya faham modern, yang menyerukan Emansipasi Wanita itu. (Bahkan sebaliknya) mereka mengatakan bahwa Islam menghilangkan hak-hak wanita dan memenjarakannya di dalam rumah. Apakah karena Islam tidak menjadikan wanita sebagai dagangan murah yang bisa dinikmati setiap pandangan mata dan pemuas nafsu bejat musuh Islam? Emansipasi wanita yang seharusnya mengangkat derajat wanita saat ini justru membuat semakin kacau. Wanita Islam semakin jauh dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Islam mulai digerogoti dari dalam dengan adanya emansipasi. Bagaimankah emansipasi sesungguhnya?

BAB II PERMASALAHAN

Beberapa permasalahan yang perlu dibahas dalam tema emansi wanita adalah: 1. Apa makna atau hakikat emansipasi wanita sebenarnya? 2. Adakah emansipasi wanita dalam islam? 3. Apakah dampak negatif emansipasi wanita yang salah pengertiannya? 4. Apa sajakah batasan emansipasi wanita agar tidak salah mengartikannya dan tidak kebablasan dalam implementasi emansipasi? 5. Apa saja inti dari emansipasi wanita yang disebarkan oleh bangsa non muslim?

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Hakikat Emansipasi Wanita Emansipasi berasal dari bahasa latin emancipatio yang artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke-14 M dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hak kaum laki-laki. Jadi para penyeru emansipasi wanita menginginkan agar para wanita disejajarkan dengan kaum pria disegala bidang kehidupan, baik dalam pendidikan, pekerjaan, perekonomian maupun dalam pemerintahan. Semboyan dan slogan-slogan emansipasi wanita sendiri diusung oleh musuhmusuh Islam. Dimana targetnya adalah untuk menebarkan kebencian terhadap

agama Islam dengan menampilkan potret yang bukan sebenarnya. Mereka kesankan bahwa Islam adalah agama yang memasung hak-hak kaum wanita, membelenggu kebebasannya serta mengubur segala potensinya. Target berikutnya adalah untuk menjerumuskan kaum wanita ke dalam jurang kenistaan, manakala terpengaruh dengan syubhat emansipasi tersebut dan melepaskan dirinya dari rambu-rambu dan bimbingan Islam yang suci. Demikianlah salah satu gerakan propaganda (usaha untuk memanipulasi persepsi) yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Sehingga amat tepat bila gerakan emansipasi disebut dengan GPK (Gerakan Pengacau Keimanan), karena demikian gencarnya upaya yang mereka tempuh untuk mengacaukan keimanan umat Islam (terkhusus kaum wanitanya) dengan intrik manipulasi tersebut. Menyikapi hal ini umat Islam tak perlu kecil hati, karena Allah Subhanahu wa Taala telah berjanji untuk menjaga agama Islam dari rongrongan para musuhnya. Bahkan Dia akan senantiasa menyempurnakan cahaya agama Islam tersebut dan memenangkannya. Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya: Mereka berupaya untuk memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapanucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orangorang kafir benci. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas semua agama meskipun orang-orang musyrik benci. (Ash-Shaff: 8-9)

3.2 Wanita Dalam Islam Islam benar-benar memperhatikan peran wanita muslimah, karena di balik peran mereka inilah lahir pahlawan dan pemimpin agung yang mengisi dunia dengan hikmah dan keadilan. Wanita begitu dijunjung dan dihargai perannya baik ketika menjadi seorang anak, ibu, istri, kerabat, atau bahkan orang lain. Saat menjadi anak, kelahiran anak wanita merupakan sebuah kenikmatan agung, Islam memerintahkan untuk mendidiknya dan akan memberikan balasan yang besar sebagaimana dalam hadits riwayat `Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Barangsiapa yang mempunyai tiga orang anak wanita lalu bersabar menghadapi mereka dan memberi mereka pakaian dari hasil usahanya maka mereka akan menjadi penolong baginya dari neraka. (HR. Ibnu Majah: 3669, Bukhori dalam Adabul Mufrod: 76, dan Ahmad: 4/154 dengan sanad shahih, lihat Ash-Shahihah: 294). Ketika menjadi seorang ibu, seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepada ibu, berbuat baik kepadanya, dan dilarang menyakitinya. Bahkan perintah berbuat baik kepada ibu disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebanyak tiga kali baru kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam sebutkan perintah untuk berbuat baik kepada ayah. Dari Abu Hurairah berkata, Datang seseorang kepada Rasulullah lalu bertanya, Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk menerima perbuatan baik dari saya? Rasulullah menjawab, Ibumu, dia bertanya lagi, Lalu siapa? Rasulullah menjawab, Ibumu, dia bertanya lagi, Lalu siapa? Rasulullah kembali menjawab, Ibumu, lalu dia bertanya lagi, Lalu siapa? Rasulullah menjawab, Bapakmu. (HR. Bukhori: 5971, Muslim: 2548) Begitu pun ketika menjadi seorang istri, Islam begitu memperhatikan hak-hak wanita sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nisa ayat-19 yang artinya: Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik Dan saat wanita menjadi kerabat atau orang lain pun Islam tetap memerintahkan untuk mengagungkan dan menghormatinya. Banyaknya pembahasan tentang wanita di dalam Al-Quran dan As-Sunnah menunjukkan

kemuliaan mereka. Karena sesuatu yang banyak dibahas dan mendapat banyak perhatian tentunya adalah sesuatu yang penting dan mulia. Syariat Islam menempatkan wanita di singgasana kemuliaan. Adapun di zaman sekarang, kenyataan yang terjadi di masyarakat sungguh jauh dari itu semua. Penyebabnya tidak lain adalah karena jauhnya umat Islam dari pemahaman yang benar terhadap agama mereka. Seringkali ada orang yang menjadikan kesalahan orang lain sebagai hujjah (argumentasi) baginya untuk turut berbuat kesalahan yang sama. Jadikan Al-Qur`an dan Sunnah dengan pemahaman para shahabat sebagai petunjuk.

3.3 Emansipasi Wanita dalam Islam Adakah emansipasi wanita dalam Islam? Wanita muslimah merupakan bagian terbesar dari komunitas masyarakat secara umum. Apabila mereka baik, niscaya masyarakat pun akan menjadi baik. sebaliknya, apabila mereka rusak, masyarakat pun akan rusak. Sungguh, apabila mereka benar-benar memahami agama, hukum dan syariat Allah, niscaya mereka akan mampu melahirkan generasi-generasi baru yang tangguh dan berguna bagi umat seluruhnya. Di tengah perhelatan dunia Islam sekarang ini, alangkah banyaknya kekuatan yang hendak menarik, sekaligus mengeluarkan wanita dari agama dan syariat Nabi-Nya ke jalan yang amat jauh dari jalan yang diridhai Allah, diantaranya adalah derasnya suara seruan kebebasan wanita yang mendapatkan sambutan memuaskan dari kalangan orang-orang yang memang berfikiran tidak karuan. Para penyeru kebebasan wanita belakangan ini, bertambah gencar dan lancar, dengan berusaha sekuat tenaga menodai kehormatan dan kedudukan para wanita, berbagai ucapan dan slogan-sloganpun dengan entengnya keluar dari mulut mereka. Semua itu pada intinya adalah untuk menyeret wanita agar supaya mempunyai kedudukan setara dengan kaum laki-laki, agar wanita meninggalkan serta menanggalkan busana (jilbab) muslimahnya, agar wanita bekerja di sektorsektor pekerjaan kaum laki-laki, agar wanita berhias secantik mungkin agar bertambah ayu, supel, feminim, menawan bagi kaum laki-laki ketika keluar dari tempat tinggalnya. Dan berbagai seruan-seruan lainnya yang pada lahirnya terlihat manis dan menggiurkan, namun pada hakekatnya pahit dan menghancurkan. Langkah-langkah penjerumusan dan penyesatan seperti di atas bertambah deras

lajunya dengan terbentangnya berbagai sarana informasi yang tidak lagi mengenal batasan. Akhirnya, melalui sarana informasi itulah, kaum wanita sangat mudah diekspose bahkan dikomersialkan. Lihatlah hampir tidak ada satu iklanpun dimedia elektronik maupun media cetak yang tidak menampilkan wanita, bahkan sesuatu yang dulunya sangat tabu dibicarakan, kini menjadi tontonan dan sarapan harian. Jelas, semua ini merupakan bentuk pelecehan bagi wanita. Namun anehnya, kenapa jarang sekali wanita yang membencinya, bahkan banyak sekali dukungan dan persetujuan dari para wanita? Benarlah sabda Nabi Muhammad: Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada fitnah kaum wanita (Muttafaqun Alaihi) Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau. Sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai kholifah di atasnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat. Lantaran itu, waspadailah dunia, dan waspadailah wanita, sebab awal fitnah (masalah) di kalangan Bani Israil adalah pada wanita. [HR. Muslim dalam Adz-Dzikr wa As-Du'a' (no.6883)] Sebenarnya hal semacam ini tidak akan pernah terjadi bilamana para wanita berpegang teguh dengan jalan yang digariskan Allah sejak ribuan tahun yang lalu yaitu sebuah solusi yang mencakup seluruh segi kehidupan wanita yang akan membawa kaum wanita ke tempat terhormat dan terhindar dari berbagai jurang kehinaan. 3.4 Batasan Emansipasi Kesalahpahaman wanita Islam dalam memaknai emansipasi tanpa dibarengi dengan penafsiran Al Quran dan Hadits yang benar dapat berakibat sebaliknya. Wanita Islam akan semakin terperosot dalam lembah kenistaan. Islam adalah
Agama yang mengajak kepada keadilan, bukan persamaan dalam segala hal. tingkatan kelebihan daripada istrinya. (Al-Baqarah: 228). Allah Subhanahu wa Taala berfirman yang artinya: Akan tetapi para suami mempunyai satu

Oleh karena itu, Islam memerintahkan untuk memberikan hak kepada masing-masing yang memiliki hak. Inilah yang disebut keadilan. Adil bukanlah persamaan hak dalam segala hal. Namun adil adalah menempatkan setiap manusia

10

pada tempat yang selayaknya dan semestinya, serta menempatkan segala sesuatu pada posisinya yang telah diatur dalam syariat-Nya. Namun bagaimana dengan kenyataan emansipasi? Emansipasi mengajak wanita untuk mendapatkan kebebasan layaknya laki-laki. Hak untuk berkarir, hak untuk bercampur baur dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Inilah yang akhirnya bukan memajukan wanita namun malah membuat wanita semakin terperosot jauh dari ajaran Islam. Sangat jelas bahwa antara wanita dan pria sangat berbeda. Agama Islam telah mengajarkan keadilan. Semua hak dan kewajiban antara wanita dan pria telah ditentukan dengan kadar yang sesuai dengan kemampuan masing-masing pihak.
Untuk itu marilah kembali kepada Alquran dan Hadist nabi Muhammad SAW dan jangan mendasarkan semua pada kenikmatan dunia dan hawa nafsu belaka. Semua peraturan hidup telah ditata rapi dan teratur dalam islam. Janganlah berusaha untuk mengingkarinya.

3.5 Dampak Negatif Emansipasi Wanita Musuh-musuh Islam sangat paham bahwa peran wanita muslimah sangat penting dalam membangun masyarakat Islam. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha menyerang Islam melalui kaum wanitanya. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menghancurkan wanita muslimah melalui emansipasi. Mereka menamakan emansipasi sebagai gerakan yang membebaskan wanita dari kezhaliman dan untuk memenuhi hak-hak mereka secara adil (menurut mereka) dengan slogan toleransi, kebebasan wanita, serta persamaan gender. Emansipasi yang diusung oleh musuh-musuh Islam tumbuh dari sistem sekuler yang memisahkan antara kehidupan dan nilai agama. Emansipasi menginginkan wanita menjadi pesaing bagi laki-laki dan memperebutkan kedudukan dengan kaum laki-laki. Wanita dalam konsep emansipasi ibarat barang dagangan yang dipajang di etalase, yang siap dijadikan tontonan bagi para hamba syahwat dan menjadi budak nafsu. Na`udzubillah, emansipasi berusaha menjauhkan wanita dari hijab dan rumah-rumah mereka, padahal dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Imran bin Hushain Radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

11

Tidaklah rasa malu itu ada, kecuali selalu mendatangkan kebaikan. Demikian juga Imam Hakim dan yang lainnya mengeluarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiallahu anhuma, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Perasaan malu dan iman itu selalu berdampingan, bila salah satunya hilang, hilanglah yang lainnya. Disamping semua itu, emansipasi juga berusaha mengajak wanita mengabaikan pengasuhan anak dengan mengatakan bahwa mengasuh anak tidak mendatangkan materi, membunuh kreatifitas dan menghambat potensi sumber daya manusia kaum wanita. Betapa menyedihkannya pemikiran tersebut yang memandang baik buruknya kehidupan dari sudut pandang materi. Dalam dunia pendidikan, emansipasi menyerukan agar para wanita menuntut ilmu di bangku-bangku sekolah hingga perguruan tinggi sejajar dengan pria, sekalipun harus mengorbankan nilai-nilai agamanya. seperti ikhtilath (campur baur dengan laki-laki), bepergian tanpa mahram, pergaulan bebas tanpa batas, bersikap toleran terhadap kemungkaran yang ada di depan mata, yang penting bisa mendapat ijazah yang diidamkan atau berbagai gelar yang dicita-citakan. Dalam dunia kerja, emansipasi juga menyerukan wanita untuk memasuki sektor-sektor pekerjan kaum laki-laki, bercampur baur dengan mereka. Dan tentunya akan membawa dampak negatif antara lain: 1. Timbulnya pengangguran bagi kaum pria, sebab lapangan pekerjaan telah dibanjiri oleh kebanyakan kaum wanita. 2. Pecahnya keharmonisan rumah tangga, sebab sang ibu lalai dengan tugas-tugas utamanya dalam rumah, seperti, memasak, mencuci, membersihkan rumah, melayani suami dan anggota keluarga. Akibatnya, rumah tanggapun berantakan tak terurus 3. Keadaan perkembangan anak menjadi kurang terkontrol, lantaran ayah dan ibu sibuk bekerja di luar rumah. Dari celah inilah, akhirnya muncul dengan subur kenakalan anak-anak dan remaja-remaji. 4. Terjadinya percekcokkan dan perseteruan antara suami-istri.

Dikarenakan ketika suami menuntut pelayanan dari sang istri dengan sebaik-baiknya, si istri merasa capek dan lelah, lantaran seharian bekerja di luar rumah.

12

5. Terjadinya perselingkuhan. Karena ditempat kerja tersebut, tidak ada lagi larangan bercampur antar lain jenis, dandanan yang menggoda lawan jenisnya dan selainnya dari malapetaka yang hanya Allahlah Maha mengetahuinya.

Allah berfirman: "Hendaklah kaum wanita (wanita muslimah), tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang orang jahiliyah dahulu." (QS. Al-Ahzab: 33) Rasulullah bersabda: Dan wanita adalah penanggung jawab di dalam rumah suaminya ia akan di minta pertanggung jawabannya atas tugasnya. (HR. Buhkari Muslim). Pada hakekatnya, Allah tidaklah membebani kaum wanita untuk bekerja mencari nafkah keluarga, karena itu merupakan kewajiban kaum laki-laki Alloh berfirman: Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf (baik). (QS. Al-Baqarah: 233) Dari ayat tersebut tersirat bahwa seorang istri merupakan tanggungan suami, begitu juga seorang putri, tanggungan orang tua. Karenanya, apabila seorang wanita muslimah memaksakan dirinya untuk bekerja menjadi wanita karir misalnya, maka pada hakekatnya dia telah merusak citra dirinya sendiri, karena bagaimanpun juga, wanita tidak bakalan sanggup menandingi kaum pria dalam segala pekerjaan lantaran beberapa kelemahan yang ada pada diriwanita, seperti, kekuatan fisik yang lemah, mengalami haidh, hamil, melahirkan, nifas, menyusui, mengasuh anak, sehingga mereka tidak punya waktu penuh dan tenaga ekstra kuat yang mampu mengimbangi kaum laki-laki. Mayoritas wanita zaman sekarang ini, begitu mudah tergiur dan terbujuk dengan slogan emansipasi ini, sehingga mereka beramai-ramai berusaha mencari tambahan pemasukan guna meningkatkan taraf hidup mereka, sekalipun harus melanggar syariat, seperti bekerja membungakan uang pinjaman, padahal ini termasuk riba.

13

Alloh berfirman: "Alloh menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al Baqarah: 275) Atau bekerja menawarkan produk-produk tertentu dengan menampilkan dan memamerkan kecantikannya walau harus membuka auratnya.

Padahal Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Wanita itu adalah aurat." (HR. Tirmidzi) Adapun yang di maksud aurat wanita muslimah dalam hadits ini adalah semua anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan (menurut sebagian ulama). Dalam bidang politik juga terjadi. Hal ini terjadi dengan antusiasnya kaum hawa untuk terjun dalam arena kancah politik. Padahal anggotanya (yang di pimpinnya) mayoritas terdiri dari kaum laki-laki. Seperti ini banyak kita saksikan di sekolahsekolah, kantor-kantor, lembaga-lembaga, istansi, maupun di berbagai sektor pekerjaan. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Alloh: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Alloh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). (QS. An Nisa: 34) Firman-Nya pula: Dan orang laki-laki tidaklah sama seperti orang perempuan. (QS.Al imron: 36) Inilah beberapa dalil Al Quran dan Sunnah yang menjadi hujjah dan bantahan atas para penyeru slogan emansipasi kaum wanita, semoga Alloh menjaga kaum muslimin semuanya dari tipudaya musuh-musuh-Nya, sesungguhnya Alloh Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

14

3.6 Solusi Islami Terhadap Emansipasi Menurut informasi samawi, bahwa laki-laki adalah penanggung jawab kehidupan wanita, dan wanita sebagai pengurus rumah tangga suami, merupakan aksioma dari Allah swt. Istri sepenuhnya bertanggung jawab kepada suami atas segala urusan rumah tangga, khususnya tatkala suami tidak berada di rumah. Hal ini Allah firmankan di dalam al-Qur'an surat an-Nisa' , 4:34. "Kaum laki-Iaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki- laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri di saat kepergian suaminya oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusah- kannya. Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha besar" . Secara fitrah, laki-laki dan wanita berbeda, baik fisiologis, psychis, maupun kesigapannya.Ini adalah kenyataan yang tidak mungkin dimanipulasi. Wanita secara fisiologis, memang lebih halus, lembut dan lunak, sehingga mampu mengikuti perilaku anak-anak, dan bersabar mengenda1ikan emosi di dalam mengasuh dan mendidik mereka. Adapun laki-laki, secara fisiologis lebih kuat dan lebih gesit, sehingga mampu lebih cepat melakukan tindakan, mampu melakukan perjuangan dan persaingan mengatasi kemelut dan kesulitan, serta mampu mempertahankan eksistensi diri dan keluarganya, menangkis ancaman bahaya dari luar terhadap diri dan keluarganya. Laki-laki sebagai penanggung jawab keluarga, sudah selayaknya memperoleh hak pengawasan atas tingkah laku istri dan keluarganya. Prinsip ini ternyata sesuai dengan sistem manajemen moderen, baik yang berlaku di dalam perusahaan maupun dalam pemerintahan. Bertitik tolak pada prinsip, bahwa laki-laki adalah penanggung jawab terhadap wanita, hal ini berdasarkan pada dua asas, yaitu: Pertama, laki-laki dijadikan lebih dari wanita secara kodrati untuk melakukan pekerjaan di luar rumah. Kedua, lakilaki dibebani kewajiban memberi nafkah kepada keluarganya.

15

Sebagai konsekuensi dari asas pertama di atas, yaitu laki-laki secara kodrati dijadikan sebagai pihak yang harus bekerja di luar rumah, maka Islam menetapkan, bahwa kesaksian seorang wanita secara hukum tidak dapat disamakan dengan kesaksian seorang laki-laki. Dengan maksud agar kesaksian seorang wanita itu mendapat pengakuan hukum sama dengan kesaksian seorang laki-laki, Islam menetapkan, dua saksi wanita sama ni1ainya dengan kesaksian seorang laki-laki. Hal ini dengan tegas dinyatakan oleh Al1ah dalam QS. alBaqarah, 2:282. "Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. " Ayat ini menjelaskan, mengapa seorang wanita dipandang tidak pada tempatnya memasuki dunia kerja dan kehidupan kaum laki-laki, walaupun secara kebetulan terjadi suatu keadaan yang memaksa seorang wanita untuk melakukan pekerjaan seperti itu. Namun realitas kehidupan tetap menjadi saksi, bahwa tidaklah pernah dapat dibuktikan adanya kesanggupan wanita sama dengan kesanggupan laki-laki. Oleh sebab itu dalam hal kesaksian, wanita hanya dapat diterima bila dikuatkan oleh seorang wanita lagi sehingga nilainya sama dengan kesaksian seorang lakilaki. Ketentuan syari' at yang berpijak pada prinsip tanggung jawab laki-laki untuk menafkahi keluarganya, yaitu adanya bagian warisan dua kali dari bagian wanita. Hal ini ditetapkan berdasarkan firman Allah pada QS. an-Nisa', 4:11. " Allah mensyari 'atkan kepadamu tentang (pembagian harta pusaka untuk) anakanakmu, yaitu bagian dari seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. .. " Apabila kita mengakui, bahwa wanita dapat bekerja berdampingan dengan lakilaki di dalam semua lapangan kerja, dan berbagai bidang kepegawaian, karena meniru pola kehidupan Barat, sehingga hal ini kita jadikan sebagai salah satu sendi dalam membangun masyarakat, berarti kita membatalkan semua ketentuan syari' at Al-Qur' an, baik yang bersifat pokok maupun substansinya, karena ingin menyesuaikan dengan kondisi-kondisi baru yang sedang berlangsung.

16

Di samping ini semua, kepemimpinan laki-laki atas wanita tidak berarti, bahwa secara agama maupun keduniaan, laki-laki mempunyai nilai lebih unggul daripada wanita. Juga tidak berarti, bahwa Islam telah bersikap diskriminatif berdasarkan gender, sebagaimana banyak dikritik oleh orang-orang sekuler.

Sesungguhnya Allah swt. telah menyatakan dalam firman-Nya : " Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun wanita, (karena) sebagian kamu adalah turunan sebagian yang lain... " (Qs. Ali Imran,3:195).

DAFTAR PUSTAKA

Abizahra. 2009. Solusi Islami Terhadap Emansipasi. http://www.4shared.com/get/74148659/543ec2a6/Solusi_islami_terhadap_e mansip.html [edisi online] diakses 14 April 2010. Al-Quran Ul Karim. Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah. 2008. Emansipasi, Propaganda Untuk Meruntuhkan Aqidah. http://akhwat.web.id/muslimahsalafiyah/aqidah-manhaj/emansipasi-propaganda-untuk-meruntuhkan-aqidah/ [edisi online] di akses 21 Februari 2010. Al-Ustadz Ruaifi' bin Sulaimi. 2008. Emansipasi Wanita, Propaganda Musuhmusuh Islam. http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-

manhaj/emansipasi-wanita-propaganda-musuh-musuh-islam/ [seri online] di akses 21 Februari 2010. Anonim. 2009. Buletin Dakwah Al Islam edisi 494/Tahun XVII: Nikah Yang Sah Dipersoalkan Perzinaan Dibiarkan. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia Hasyim bin Hamid bin 'Ajil Ar Rifa'iy. 2006. Membina Keharmonisan Berumah Tangga Menurut Al Quran dan Sunnah dan Bahaya Emansipasi Wanita. Malang: Cahaya Tauhid Press. Majalah Al-Furqon Tahun 6 Edisi 9 Rabiuts Tsani 1428 H. Keagungan Wanita Dalam Naungan Islam. Yuli Kurniawati, Lisa dkk. 2008. Emansipasi Wanita Dalam Islam. Surabaya: Makalah tidak diterbitkan. Yuswaji, Ahmad dkk. 2006. Akhwat Jurnal Muslimah dan Keluarga Sakinah : Saudariku... Sampai Kapan Kau Terlena edisi 01. versi e-book. Yogyakarta: Yayasan Darussunnah Al-Islamy.

You might also like