You are on page 1of 13

NAMA NPM KELAS

: MUHAMMAD FAHMY AVICENNA : 200110110071 : FAPET B

PERUBAHAN SOSIAL

A. Pengertian Perubahan Sosial Perubahan Sosial adalah suatu keadaan dimana tidak terjadinya penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. berikut ini akan disajikan pendapat para ahli tentang pengertian Perubahan sosial. 1. Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap dan perilaku di antara kelompokkelompok dalam masyarakat. 2. Kingsley Davis menyatakan bahwa perubahan sosiasl adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. 3. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin melihat perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. 4. Mac Iver melihat perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial (sosial relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial. 5. Wilbert Moore mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari polapola perilaku dan interaksi sosial. 6. Robert H. Lauer mendefiniskan perubahan sosial sebagai perubahan dalam segi fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia.

7. B. Teori-teori Perubahan Sosial

peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Ketiga sistem kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. 1. Kebudayaan ideasional Kebudayaan ini didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supernatural). 2. Kebudayaan idealistis Kebudayaan ini berisi kepercayaan terhadap unsur adikodrati dan rasionalitas berdasarka fakta saling bergabung dalam menciptakan masyarakat yang ideal. 3. Kebudayaan sensasi Dalam kebudayaan ini, sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

B. Faktor Penyebab Perubahan Sosial 1. Faktor Intern

2. perubahan jumlah penduduk 3. terjadinya konflik/pertentangan dalam masyarakat 4. pemberontakan/revolusi 5. reformasi 6. penemuan-penemuan baru

C. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial I. . Faktor Pendorong 1. 2. 3. 4. sistem pendidikan formal yang maju sikap menghargai hasil karya orang lain kontak dengan kebudayaan lain toleransi terhadap perubahan yang menyimpang

5. 6. 7. 8. 9.

sistem pelapisan sosial yang terbuka penduduk yang heterogen ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan orientasi ke masa depan pandangan bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki

hidupnya.

II.

Faktor penghambat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. kurangnya hubungan dengan masyarakat lain perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat sikap masyarakat yang tradisional adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat (Vested Interest) rasa takut akan kegoyahan pada integrasi sosial yang telah ada prasangka buruk terhadap unsur-unsur budaya asing yang masuk Hambatan-hambatan yang bersifat idiologis

D. Dampak Perubahan Sosial 1. globalisasi suatuproses/tatanan yang menyebabkan seseorang/ sekelompok orang/negara saling dihungkan dengan orang / negara lain akibat kemajuan teknologi komunikasi diseluruh dunia. unsur-unsur positif : imu pengetahuan maju, cara berfikir kritis, bersikap rasional, dan menghargai waktu, unsur negatif : bergesernya norma dan nilai moral dalam masyarakat sehingga menjadi lebih lunak.

Dampak globalisasi a. (Cultur Shock) suatu kondisi terjadi goncanga jiwa / mental seseorang / sekelompok orang akibat belum adanya keanggupan / kesiapan untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang berbeda jauh dengan kebudayaan yang dimiliki. b. (Cultur Lag) perubahan unsur kebudayaan yang mengalami perubahan yang tidak sama cepatnya. ketertinggalan budaya.

2. Demokratisasi berkaitan dengan keikutsertaaan masyarakat secara langsung dalam menentukan arah kehidupan berbangsa dan bernegara dalam arti pemerintah sebagai abdi negara memberi kewenangan kepada masyarakat untukmenentukan langkah yang harusditempuh dalammencapai masa depan yang baik. Atau suatu pangdangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga masyarakat. 3. Modernisasi suatu bentuk perubahan sosial yang biasanyaterarah dan didasarkan pada perencanaan (social planing) syarat modernisasi 1. 2. 3. 4. cara berfikir ilmiah dan melembaga memiliki sistem administrasi yang baik pengumpulan data yang baik terciptanya suasana yang mendukung (kondusif) dengan cara mengembangkan

media massa 5. 6. meningkatnya organisasi yang tinggi dalam artian disiplin melakukan sentralisasi wewenang dalam melakukan perencanaan

Dampak Modernisasi a. disorganisasi sosial b. kesenjangan budaya dan disintegrasi sosial

Bentuk-bentuk disintegrasi sosial : 1. 2. 3. 4. 5. kriminalitas pergolakan daerah aksi protes/ demonstrasi, unjuk rasa kenakalan remaja protistusi (pelacuran)

4. westernisasi peniruan gaya hidup orang barat secara berlebihan mulai dari tingkah laku, pergaulan, kebiasaan, gaya hidup dan mode atau suatu proses sosial yang memperkenalkan dan mempratekkan peradaban barat. ciri-ciri westernisasi a. pengaruh datang dari negara-negara Eropa barat dan Amerika Serikat b. tidak diseleksi, tidak terorganisasi, dan tidak terencana c. menimbulkan pengaruh negatif dalam kehidupan masyarakat karena merusak nilainilai kepribadian bangsa d. berlangsung dan berpengaruh pada aspektertentu

5. Sekularisme Paham yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama / paham yang mengutamakan kepentingan duniawi dang mengabaikan kepentingan spiritual (nilai-nilai ketuhanan).

6. Konsumerisme paham / gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan / kesenangan sehingga mendorong seseorang untuk mengkonsumsi barang dan jasa secara berlebihan.

7. Hedonisme pandangan / paham yang lebih mementingkan kesenangan / kenikmatan hidup. kaum hedonis merupakan kaum yang mempunyai tujuan hidup untuk mengejar kesenangan hidup semata baik secara psikologis maupun etis.

TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarmanusia dan antarmasyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsurunsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Adapun teori-teori yang menjelaskan mengenai perubahan sosial adalah sebagai berikut. 1. Teori Evolusi ( Evolution Theory ) Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaituunilinear theories of evolution, universal theories of evolution, dan multilined theories of evolution. a. Unilinear Theories of Evolution Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang

sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer. b. Universal Theories of Evolution Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen. c. Multilined Theories of Evolution Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt , ada beberapa kelemahan dari Teori Evolusi yang perlu mendapat perhatian, di antaranya adalah sebagai berikut. a. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah rangkaian tahapan seringkali tidak cermat. b. Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas, karena ada beberapa kelompok masyarakat yang mampu melampaui tahapan tertentu dan langsung menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu tahapan. Sebaliknya, ada kelompok masyarakat yang justru berjalan mundur, tidak maju seperti yang diinginkan oleh teori ini. c. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya, ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Pandangan seperti ini perlu ditinjau ulang, karena apabila perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan perubahan akan mencapai titik akhir. Padahal perubahan merupakan sesuatu yang bersifat terusmenerus sepanjang manusia melakukan interaksi dan sosialisasi. 2. Teori Konflik ( Conflict Theory ) Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas

secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat. Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf. Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut ini. a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah. b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat. c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik. d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh golongan yang lainnya. 3. Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory ) Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial ataucultural lag . Para penganut Teori Fungsionalis lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn.

Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut. a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil. b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat. c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi. d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat. 4. Teori Siklis ( Cyclical Theory ) Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari. Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut. a. Teori Oswald Spengler (1880-1936) Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun. b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968) Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi. 1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural. 2) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal. 3) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

c. Teori Arnold Toynbee (1889-1975) Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.

Perubahan Sosial menurut Wilbert Moore

Menurut Wilbert Moore, mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial, dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Perubahan sosial didefinisikan sebagai variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses sosial, pola sosial dan bentuk-bentuk sosial serta setiap modifikasi pola antar hubungan yang mapan dan standar perilaku. Perubahan sosial adalah fenomena yang tampil rumpil dalam arti menembus keberbagai tingkat kehidupan sosial. Keseluruhan aspek kehidupan sosial itu terus-menerus berubah, yang berbeda hanyalah tingkat perubahannya. Contoh: sikap laki-laki terhadap wanita yang bekerja, mungkin akan berubah lebih cepat dibandingkan dengan perubahan institusi sosial bersangkutan. Jadi perubahan sosial akan dipandang sebuah konsep yang serba mencakup, yang menunjuk kepada perubahan fenomena sosial diberbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia. Faktor yang dapat menghambat perubahan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sifat traumatis Sikap tertentu (sikap dari individu) Sistem stratifikasi sosial sangat mencolok Fragmentasi komunitas Kepentingan terselubung Faktor sosial psikologis Ada perbedaan pandangan mengenai sebab timbulnya rintangan terhadap perubahan ini, Spicer menyatakan orang selalu mengubah cara-cara mereka, tetapi mereka akan merintangi perubahan karena 3 hal yaitu: 1. Jika perubahan itu dibayangkan dapat mengancam keamanan mendasar 2. Jika perubahan itu tidak dipahami 3. Jika perubahan itu dipaksakan terhadap / kepada mereka

Teori Perubahan Sosial menurut Barrington Moore

Teori yang disampaikan oleh Barrington Moore berusaha menjelaskan pentingnya faktor struktural dibalik sejarah perubahan yang terjadi pada negara-negara maju. Negaranegara maju yang dianalisis oleh Moore adalah negara yang telah berhasil melakukan transformasi dari negara berbasis pertanian menuju negara industri modern. Secara garis besar proses transformasi pada negara-negara maju ini melalui tiga pola, yaitu demokrasi, fasisme dan komunisme. Demokrasi merupakan suatu bentuk tatanan politik yang dihasilkan oleh revolusi oleh kaum borjuis. Pembangunan ekonomi pada negara dengan tatanan politik demokrasi hanya dilakukan oleh kaum borjuis yang terdiri dari kelas atas dan kaum tuan tanah. Masyarakat petani atau kelas bawah hanya dipandang sebagai kelompok pendukung saja, bahkan seringkali kelompok bawah ini menjadi korban dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut. Terdapat pula gejala penhancuran kelompok masyarakat bawah melalui revolusi atau perang sipil. Negara yang mengambil jalan demokrasi dalam proses transformasinya adalah Inggris, Perancis dan Amerika Serikat. Berbeda halnya demokrasi, fasisme dapat berjalan melalui revolusi konserfatif yang dilakukan oleh elit konservatif dan kelas menengah. Koalisi antara kedua kelas ini yang memimpin masyarakat kelas bawah baik di perkotaan maupun perdesaan. Negara yang memilih jalan fasisme menganggap demokrasi atau revolusi oleh kelompok borjuis sebagai gerakan yang rapuh dan mudah dikalahkan. Jepang dan Jerman merupakan contoh dari negara yang mengambil jalan fasisme. Komunisme lahir melalui revolusi kaun proletar sebagai akibat ketidakpuasan atas usaha eksploitatif yang dilakukan oleh kaum feodal dan borjuis. Perjuangan kelas yang digambarkan oleh Marx merupakan suatu bentuk perkembangan yang akan berakhir pada kemenangan kelas proletar yang selanjutnya akan mwujudkan masyarakat tanpa kelas. Perkembangan masyarakat oleh Marx digambarkan sebagai bentuk linear yang mengacu kepada hubungan moda produksi. Berawal dari bentuk masyarakat primitif (primitive communism) kemudian berakhir pada masyarakat modern tanpa kelas (scientific communism).

Tahap yang harus dilewati antara lain, tahap masyarakat feodal dan tahap masyarakat borjuis. Marx menggambarkan bahwa dunia masih pada tahap masyarakat borjuis sehingga untuk mencapai tahap kesempurnaan perkembangan perlu dilakukan revolusi oleh kaum proletar. Revolusi ini akan mampu merebut semua faktor produksi dan pada akhirnya mampu menumbangkan kaum borjuis sehingga akan terwujud masyarakat tanpa kelas. Negara yang menggunakan komunisme dalam proses transformasinya adalah Cina dan Rusia.

You might also like