You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun berkelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling , Prinsip-

prinsipbimbinganharusditerjemahkankedalam

program-program

sebagaipedomanpelaksanaan di sekolah. Di dalammembuat program tersebut, kerjasamakonselordenganpersonel lain di sekolahmerupakansuatusyarat yang tidakbolehditinggalkan. Kerjasamainiakanmenjamintersususnnya program

bimbingandankonseling yang komprehensif, memenuhisasaran, sertarealistik. Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah atau madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik,emosi, intelektual, sosial, dan moralspiritual). Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Selain itu mempunyai empat komponen, layanan bimbingan dan konseling juga memiliki 22 strategi. Dari 22 strategi tersebut adalah layanan konsultasi. Pada makalah ini kami akan membahas tentang layanan konsultasi.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian konsultasi? 2. Apa tujuan adanya layanan konsultasi Konsultasi? 3. Apa saja model-model konsultasi? 4. Apa saja komponen yang terdapat dalam konsultasi? 5. Apa saja asas asas layanan konsultasi? 6. Bagaimana tahap-tahap konsultasi?

C. Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengertian Konsultasi 2. Tujuan layanan Konsultasi 3. Model-model Konsultasi 4. Komponen-komponen Konsultasi. 5. Asas-asas dalam konsultasi 6. Tahap-tahap konsultasi.

BAB II PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN KONSULTASI Layanan konsultasi adalah bantuan dari konselor ke klien dimana klien sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah pihak ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orangtuanya. Bantuan yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia mampu mengahdapi pihak ketiga yang dipermasalahkannya. Jika konselor tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi oleh konsulti maka direferalkan kepada pihak lain yang lebih pakar. Berikut ini merupakan pengertian konsultasi menurut beberapa Ahli: 1) Menurut Prayitno (2004: 1), layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor terhadap pelanggan (konsulti) yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani masalah pihak ketiga. Konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) dengan konsulti. Konsultasi dapat juga dilakukan terhadap dua orang konsulti atau lebih kalau konsulti- konsulti itu menghendakinya. 2) Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 6) dijelaskan bahwa layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. 3) Dalam program bimbingan di sekolah, Brow dkk (dalam Marsudi, 2003:124) menegaskan bahwa konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada siswa (klien), tetapi secara tidak langsung melayani siswa melalui bantuan yang diberikan oleh orang lain.

B. TUJUAN LAYANAN KONSULTASI Pada dasarnya setiap kegiatan tidak akan terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Tujuan diberikannya bantuan yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas (Winkel, 2005:32). Layanan konsultasi merupakan bagian dari layanan Bimbingan dan Konseling, maka tujuan dari layanan ini sepenuhnya akan mendukung dari tercapainya tujuan Bimbingan dan Konseling. Tujuan layanan konsultasi sebagaimana dikemukakan oleh Prayitno (2004:2) adalah: 1.Tujuan umum Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi dan permasalahan yang dialami pihak ketiga. Dalam hal ini pihak ketiga mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konsulti, sehingga permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga itu (setidak-tidaknya) sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti. 2. Tujuan khusus Kemampuan sendiri yang dimaksudkan diatas diatas dapat berupa wawasan, pemahaman dan cara-cara bertindak yang terkait lansung dengan suasana dan/atau permasalahan pihak ketiga itu (fungsi pemahaman). Dengan kemampuan sendiri itu konsulti akan melakukan sesuatu (sebagai bentuk lansung dari hasil kosultasi) terhadap pihak ketiga. Dalam kaitan ini, proses konsultasi yang dilakukan Konselor disisi yang pertama dan proses pemberian bantuan atau tindakan konsulti terhadap pihak ketiga pada sisi yang kedua, bermaksud mengentaskan masalah yang dialami pihak ketiga (fungsi pengentasan).

C. MODEL-MODEL KONSULTASI Schein mengembangkan tiga model konsultasi yaitu sebagai berikut : 1. Model mencari pemahaman dan pengetahuan dari konsultan sebgai orang ahli. (consultation as content; purchase ofexpertise). 2. Model mencari pandangan dari konsultan mengenai apa yang tidak beres (consultation as content ; doctor-patient type). 3. Model ditolong oleh konsultan sebagai fasilitator (consultation as a process). De Wayne Kurpius membedakanantara 4 type konsultasi: 1) Tipe modalitas, yaitu pelayanan langsung bilakonsultanlangsungbertemumukadengankliennn, tanpabanyakkontakdenganpihak yang memintabantuansesudahkonsultanselesaiberurusandenganklien; 2) Tipememberikanresep bila konsultan bertindak sebagai narasumber yang dihubungi oleh seseorang yang meminta pandangan saran mengenai persoalan tertentu.; 3) Tipekerjasama bila konsultan membantu pihak yang menghubunginya untuk menemukan penyelesaiannya sendiri melalui proses pemecahan masalah ; 4) Tipemenjadiperantara bila konsultan sendiri menyadari adanya masalah, mengumpulkan informasi yang relevan mengenai masalah itu, menentukansuatutindakanperbaikan, dankemudianmengundang orangorang terlibatdandiharapkanmampumenyelesaikanmasalahituuntukberapat.

D. KOMPONEN KONSULTASI

Dari definisi layanan konsultasi, dijelaskan bahwa dalam proses konsultasi akan melibatkan tiga pihak, yaitu konselor, konsulti, dan pihak ketiga/konseli. Ketiga pihak ini disebut sebagai komponen layanan konsultasi. Ketiga komponen layanan konsultasi tersebut menjadi syarat untuk menyelenggarakan kegiatan layanan.

Dijelaskan oleh Prayitno (2004: 3-4), bahwa: 1. Konselor adalah tenaga ahli konseling yang memiliki kewenangan melakukan pelayanan konseling pada bidang tugas pekerjaannya. Sesuai dengan keahliannya, konselor melakukan berbagai jenis layanan konseling, salah satu diantaranya adalah layanan konsultasi; 2. Konsulti adalah individu yang meminta bantuan kepada konselor agar dirinya mampu menangani kondisi dan atau permasalahan pihak ketiga yang (setidaktidaknya sebahagian) menjadi tanggung jawabnya. Bantuan itu diminta dari konselor karena konsulti belum mampu menangani situasi dan atau permasalahan pihak ketiga itu; 3. Pihak ketiga adalah individu (atau individu-individu) yang kondisi dan atau permasalahannya dipersoalkan oleh konsulti. Menurut konsulti, kondisi/ permasalahan pihak ketiga itu perlu diatasi, dan konsulti merasa (setidak-tidaknya ikut) bertanggung jawab atas pengentasannya. Dalam layanan konsultasi ini dapat diperjelas bahwa penanganan masalah yang dialami konseli (pihak ketiga) dilakukan oleh konsulti. Konsulti akan dikembangkan kemampuannya oleh konselor pada saat tahap konsultasi berlangsung, yaitu mengembangkan pada diri konsulti tentang wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Akhir proses konsultasi ini adalah konselor menganggap bahwa konsulti mampu membantu menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga yang setidaknya menjadi tanggung jawabnya. Konsulti adalah orang yang ikut bertanggung jawab terhadap masalah yang dialami pihak ketiga. E. Asas Asas Layanan Konsultasi Munro, dkk (dalam Prayitno, 2004: 5) menyebutkan ada tiga etika dasar konseling yaitu kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri (kemandirian). Etika dasar ini terkait langsung dengan asas konseling.

Asas ini juga berlaku pada layanan konsultasi. Ketiga asas ini diuraikan sebagai berikut: 1. Asas kerahasiaan Seorang konselor diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan, dengan harapan adanya kepercayaan dari semua pihak maka mereka akan memperoleh manfaat dari pelayanan BK. Oleh karena itu, Mugiarso (2004: 24) mengemukakan bahwa asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam usaha BK, dan harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Asas kerahasiaan pada layanan konsultasi yang dimaksudkan adalah menyangkut jaminan kerahasiaan identitas konsulti dan pihak ketiga, dan jaminan kerahasiaan terhadap permasalahan yangdialami pihak ketiga. 2. Asas kesukarelaan

Kesukarelaan yang dimaksudkan pada layanan konsultasi adalah kesukarelaan dari konselor dan konsulti. Konselor secara suka dan rela membantu konsulti untuk membantu mengarahkan bantuan pemecahan masalah yang akan diberikan kepada pihak ketiga. Kesukarelaan konsulti yaitu bersikap sukarela datang sendiri kepada konselor, dan kemudian terbuka mengemukakan hal-hal yang terkait dengan konsulti sendiri dan pihak ketiga dengan tujuan agar permasalahan yang dialami pihak ketiga segera terselesaikan. 3. Asas kemandirian Pada layanan konsultasi, konsulti diharapkan mencapai tahap-tahap kemandirian berikut: (1) memahami dan menerima diri sendiri secara positif dan dinamis, (2) memahami dan menerima lingkungan secara objektif, positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan secara positif dan tepat, (4) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil, (5) mewujudkan diri sendiri (Prayitno,2004: 8-9). F. TAHAP KONSULTASI Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah/madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan

persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Tahap perencanaan kegiatan konsultasi Padatahapini: 1. Konsultan menjelaskan nilai-nilai, kebutuhan, anggapan, dan tujuan tentang
individu, kelompok, organisasi serta menilai kemampuan dan keterampilan konsultan sendiri, apakahseorangkonseloritulayakmenjadiseorangkonsultan.

2. Mengemukakansuatupermasalahan serta mencari kesepakatan antara pihak yang meminta bantuan (konsulti) dan konsultan mengenai peranan dan tanggung jawab masing-masingpihak yang terlibat. Dan menetapkanlangkahselanjutnya yang harusdilakukan. Tahap Pelaksanaan layanan konsultasi Padatahapini,: 1. Merupakantahappengumpulan data, seorangkonsultanmencariinformasi, data danfakta yang relevan, yang memungkinkansuatupermasalahanitudapatditinjaudariberbagaisudut. 2. Penilaiaanterhadap informasi digunakan dalam menentukan tujuan untuk
perubahan. Laporan permasalahan diterjemahkan kedalam suatu laporan dan disetujui oleh konsultan dan konsulti. 3. Informasi yang telahdilaporkankemudian di analisisdan yang di

sintesisuntukmenemukanpemecahaanmasalah efektifterhadapmasalah yang

paling

dihadapikonsulti. memilih,

Karakteristikdaritahapiniadalahpencurahanpikiran, danmenentukanprioritas.

4. Menetapkansasaran-sasarankonkret yang harusditujudalamjangkawaktutertentu, yang

merupakankonkrettisasidariapa yang telahdiputuskandalamlangkahsebelumnya. 5. Intervensi diimplementasikan dengan mengikuti garis pedoman / langkah,
dengan cara memberitahukan semua bagian yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, siapa yang bertanggung jawab dan hasil-hasil yang diharapkan

Tahap Evaluasi Layanan Konsultasi: 1. Aktivitas-aktivitas yang sedang berjalan dimonitor, proses, penaksiran hasil
yang diperlukan untuk mengevaluasi aktivitas konsultan. Data-data yang telahdiperolehdikumpulkandalamrangkaevaluasiproses danevaluasiproduk. 2. Padatahapini, kontaklangsungdengankonsultanberhenti, tetapipengaruh proses diharapkanberlanjut. perancangankembali, sertamengakhirinyadengansempurna. Putusandibuatuntukmenundaperbuatan, danmelaksanakankembali,

G. ContohKasus: Orangtuasebagaikonsulti, mempunyaipermasalahandengananaknya yang terkaitdenganketidakmampuanorangtuadalammengaturtingkahlakuanak, termasukcarabelajaranak. Konselor yang bertindaksebagaikonsultan, memberikanpelatihankepadaorangtuaberkaitandenganketrampilanmelatihbelajaran aksecarabaikdanefektif.Dampakpelatihan yang diberikanseorangkonselorkepadaorangtuaadalahuntukanaksebagaipihakketiga (konseli).Meskikonselortidaksecaralangsungmemberikanbantuankepadaanak (konseli).

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Layanan konsultasi adalah bantuan dari konselor ke klien dimana klien sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah pihak ketiga. Tujuan dari layanan konseling yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas. Sehingga layanan konsultasi sangat membantu kita juga dalam menyelesaikan masalah kita.Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah/madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.Kompenenlayanankonsultasiadalahkonsultan, konsulti, danpihakketiga (konseli).AsasdalamlayananKonsultasiadalahasaskerahasiaan, asaskesukarelaan, danasaskemandirian.Pelaksanaan layanan konsultasi dimulai dari penilaian layak atau tidaknya seorang konselor sebagai konsultan, kemudian pengumpulan data (informasi) serta mencapai kesepakatan antara konsultan dan konsulti. Dan diakhiri dengan evaluasi yang didalamnya terdapat evaluasi proses dan evaluasi produk serta pengakhiran hubungan antara konsultan dan konsulti.

10

DAFTAR RUJUKAN Ardi, Zadrian. 2011. LayananKonsultasidalamPelayananKonseling. (online) http://za-doc.blogspot.com/2011/05/layanan-konsultasi-dalam-pelayanan.html, diaksespadatanggal 23 Februari 2012 Widodo, Bernadius. 2009.LayananKonsultasiOrangtua, Salah SatuBidangLayananBimbinganKonselinguntukMembantuMengatasiMasalahAnak (sebuahrefleksianalitis) (online) (puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/jiw/article/.../17052/17085), diakses 21 Februari 2012

Santoso,Djoko Budi.2009.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Malang.Tanpa penerbit Sj, Ws Winkel.1991.Bimbingan danKonseling diInstitusiPendidikan.Jakarta:PTGrasindo

11

You might also like