You are on page 1of 6

Definisi zina adalah : Memasukkan penis (zakar) ke dalam vagina (farji) milik wanita yang bukan istrinya dengan

sengaja dan tanpa unsur paksaan. Suatu perbuatan dapat dikatakan zina apabila memenuhi 2 unsur: Terjadi persetubuhan antara dua orang yang berbeda jenis kelaminnya Adanya unsur kesengajaan dan tanpa unsur paksaan. Perbuatan yang tidak mengandung dua unsur diatas tidak dikatakan zina. Misalnya jika ada dua orang yang berbeda kelaminnya bermesraan, berciuman atau berpelukan, belum dapat dikatakan zina. Sehingga perbuatan tersebut tidak menjadikan pelakunya dijatuhi hukuman had, berupa dera bagi yang belum menikah, dan hukuman rajam bagi yang sudah menikah. Tetapi hukuman bagi orang yang bermesraan tersebut adalah hukuman tazir yang bersifat edukatif. Demikian pula dengan inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor untuk memperoleh keturunan juga tidak dapat dikatakan zina. Sebab tidak terjadi persetubuhan (bertemunya kelamin pria dan wanita). Namun Mahmud Syalthut menganggap inseminasi buatan sebagai zina. Sebab terjadi percampuran nasab dan pencemaran kelamin, padahal Islam sangat menjaga kesucian kelamin, dan kemurnian nasab.2 Persetubuhan yang dilakukan karena unsur ketidak sengajaan juga tidak termasuk zina. Misalnya seseorang melakukan persetubuhan dengan wanita yang dia kira istrinya, tapi ternyata bukan. Demikian pula jika persetubuhan dilakukan dengan unsur pemaksaan (perkosaan), maka yang dapat dikatakan zina adalah yang memperkosa, dan yang diperkosa tidak disebut zina. Hukuman Bagi Pelaku Zina Berdasarkan hukum Islam, hukuman bagi pelaku zina adalah hukuman had. Namun hukuman ini dibedakan antara pelaku zina yang belum menikah dan yang sudah menikah.

Pelaku zina yang belum menikah hukumannya adalah didera/dipukul dengan tongkat, tangan atau benda tumpul lainnya sebanyak 100 kali. Hukuman dera ini tidak boleh berakibat fatal bagi yang didera. Oleh karena itu disarankan pukulan/dera tidak hanya pada satu bagian saja, melainkan pada berbagai bagian tubuh, kecuali bagian vita dan rawan. Pelaku zina yang sudah menikah hukumannya adalah dirajam sampai mati. Dari Ubadah Ibnu al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Ambillah (hukum) dariku. Ambillah (hukum) dariku. Allah telah membuat jalan untuk mereka (para pezina). Jejaka berzina dengan gadis hukumannya seratus cambukan dan diasingkan setahun. Duda berzina dengan janda hukumannya seratus cambukan dan dirajam. (H.R. Muslim).

Referensi:
Masail Fiqhiyah, Prof Dr. H. Masjfuk Zuhdi, 1996

Had zina
a. Arti zina: adalah hubungan badan yang dilakukan antara lak-laki dan perempuan tanpa melalui pernikahan yang sah, baik melalui alat kelamin maupun dubur. b. Hukum zina: 100 kali dera (QS. An-Nuur:2)

c. Syarat-syarat pemberlakuan had zina: pelaku zina adalah muslim dan berakal,

PENGERTIAN ZINA
Zina bisa dipilah menjadi dua macam pengertian, yaitu pengertian zina yang bersifat khusus dan yang dalam pengertian yang bersifat umum. Pengertian yang bersifat umum meliputi yang berkonsekuensi dihukum hudud dan yang tidak. Yaitu hubungan seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan haknya pada kemaluannya.Dan dalam pengertian khusus adalah yang semata-mata mengandung konsekuensi hukum hudud.

1. Zina Dalam Pengertian Khusus Sedangkan yang dalam pengertian khusus hanyalah yang berkonsekuensi pelaksanaan hukum hudud. Yaitu zina yang melahirkan konsekuensi hukum hudud, baik rajam atau cambuk. Bentuknya adalah hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang mukallaf yang dilakukan dengan keinginannya pada wanita yang bukan haknya di wilayah negeri berhukum Islam.Untuk itu konsekuensi hukumya adalah cambuk 100 kali sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Quran Al-Kariem :Wanita dan laki-laki yang berzina maka jilidlah masing-masing mereka 100 kali. Dan janganlah belas kasihan kepada mereka mencegah kamu dari menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman. (QS. An-Nuur : 2) Sedangkan Al-Malikiyah mendefinisikan bahwa zina itu adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang mukallaf muslim pada kemaluan wanita yang bukan haknya (bukan istri atau budak) tanpa syubhat atau disengaja. Sedangkan As-syafi'iyyah mendefiniskan bahwa zina adalah masuknya kemaluan laki-laki atau bagiannya ke dalam kemaluan wanita yang bukan mahram dengan dilakukan dengan keinginannya di luar hal yang syubhat. Dan Al-Hanabilah mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan fahisyah (hubungan seksual di luar nikah) yang dilakukan pada kemaluan atau dubur.Namun untuk menjalankan hukum zina seperti ini, maka ada beberapa syarat penting yang harus dipenuhi antara lain :1. Pelakunya adalah seorang mukallaf , yaitu aqil dan baligh. Sedangkan bila seorang anak kecil atau orang gila melakukan hubungan seksual di luar nikah maka tidak termasuk dalam kategori zina secara syar`i yang wajib dikenakan sangsi yang sudah baku. Begitu juga bila dilakukan oleh seorang idiot yang para medis mengakui kekuranganya itu. 2. Pasangan zinanya itu adalah seorang manusia baik laki-laki ataupun seorang wanita. Sehingga bila seorang laki-laki berhubungan seksual dengan binatang seperti anjing, sapi dan lain-lain tidak termasuk dalam kategori zina, namun punya hukum tersendiri. 3. Dilakukan dengan manusia yang masih hidup. Sedangkan bila seseorang menyetubuhi seorang mayat yang telah mati, juga tidak termasuk dalam kategori zina yang dimaksud dan memiliki konsekuensi hukum tersendiri. 4. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa zina itu hanyalah bila dilakukan dengan

memasukkan kemaluan lak-laki ke dalam kemaluan wanita . Jadi bila dimasukkan ke dalam dubur (anus), tidak termasuk kategori zina yang dimaksud dan memiliki hukum tersendiri. Namun Imam Asy-Syafi`i dan Imam Malik dan Imam Ahmad tetap menyatakan bahwa hal itu termasuk zina yang dimaksud. 5. Perbuatan itu dilakukan bukan dalam keadaan terpaksa baik oleh pihak laki-laki maupun wanita. 6. Perbuatan itu dilakukan di negeri yang secara resmi berdiri tegak hukum Islam secara formal , yaitu di negeri yang 'adil'atau 'darul-Islam'. Sedangkan bila dilakukan di negeri yang tidak berlaku hukum Islam, maka pelakunya tidak bisa dihukum sesuai dengan ayat hudud. Zina Dalam Pengertian UmumZina tangan, mata, telinga dan hati merupakan pengertian zina yang bermakna luas. Tentu saja zina seperti ini tidak berkonsekuensi kepada hukum hudud baik rajam atau cambuk dan pengasingan setahun. Namun zina dalam pengertian ini juga melahirkan dosa dan ancaman siksa dari Allah SWT. Dalil larangan zina secara umum adalah firman Allah SWT :Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Israa' : 32) lalu menyambung pertanyaan akhi diatas 1. Yang termasuk zina adalah apa-apa yang telah ditetapkan oleh Hukum Syar'i contohnya ialah seperti keterangan diatas baik menurut imam Madzhab 2. Yang termasuk Zina Besar adalah masuknya kemaluan laki-laki atau bagiannya ke dalam kemaluan wanita yang bukan mahram dengan dilakukan dengan keinginannya di luar hal yang syubhat.dan yang termasuk zina kecil seperti keterangan hadist dibawah iniDari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. Sabdanya : Nasib anak Adam mengenai zina telah ditetapkan. Tidak mustahil dia pernah melakukannya. Dua mata, zinanya memandang. Dua telinga, zinanya mendengar. Lidah, zinanya berkata. Tangan zinanya memegang. Kaki, zinanya melangkah. Hati, zinanya ingin dan rindu, sedangkan faraj (kemaluan) hanya mengikuti dan tidak mengikuti. (Hadis Shahih Muslim No. 2282) Jika kita melihat dari Hadis Shahih Muslim tersebut, sudah jelas-jelas bahwa Pacaran itu termasuk Zina. Zina Mata = Memandang, Zina Telinga = Mendengar, Zina Lidah = Berkata, Zina Tangan = Memegang, Zina Kaki = Melangkah, Zina Hati = Ingin dan RinduMemang ini semua masuk dalam kategori Zina kecil. Tapi ini semua menjadi pintu untuk melakukan Zina besar , seperti dijelaskan pada akhir hadis yang berbunyi sedangkan faraj (kemaluan) hanya mengikuti dan tidak mengikuti.Kenapa? Karena tidaklah mungkin orang akan berzina besar, jika zina kecil ini tidak dilakukan terlebih dahulu. Jadi meskipun zina kecil, hal ini juga tetap haram hukumnya.Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bishshawab,Wassalam Hartono - Mangga Besar XIII (sumber:http://dirga-sma-khadijah-surabaya.blogspot.com/2009/03/pengertian-zina.html)

melakukan dengan senang hati perbuatan zina dan tidak ada perasaan benci, mengakui perbuatan sedang ia dalam keadaan stabil (jika tidak mengakui setidaknya harus ada 4 saksi), tidak ada pencabutan pengakuan pelaki zina. d. Cara memberlakukan had zina kepada wanita yang berzina: Perawan (didera 100 kali dan

diasingkan 1 tahun), janda/ bersuami (didera 100 kali kemudian dirajam/dilempari batu). e. Hukum perempuan yang diperkosa, jika ada saksi maka lepas dari hukuman had. f. Rajam bagi wanita muhshan yang hamil karena zina: dirajam setelah melahirkan. g. Batalnya kesaksian dan gugurnya hukuman had jika wanita itu masih gadis atau kemaluannya sangat sempit sehingga kemaluan laki-laki akat terputus karenanya. h. Mendera dengan tandan kurma ketika yang didera dalam keadaan sakit (sumber:sumafone.blogspot.com)

Batas Zina yang Mewajibkan Rajam/Cambuk


Muslim category

Batas Zina yang Mewajibkan Rajam/Cambuk ketegori Muslim. Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh Ustadz yang di rahmati 4JJ1 SWT.Apakah bila kemaluan menyentuh, tapi tidak masuk, juga termasuk zina yang dihukum rajam/cambuk? Terima kasih. Wassalam. Zulfitri Jawaban Assalamu `alaikum WarahmatullahiWabarakatuh, Namun bentuk zina yang melahirkan hukum hudud ini memang spesifik, yaitu sebagaimana yang telah didefinisikan oleh para ulama. Dalam banyak literatur sering disebutkan bahwa zina dalam hal ini adalah proses masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan wanita di luar nikah atau syibhunnikah. Bahkan ulama Al-Hanafiyah memberikan definisi yang jauh lebih rinci lagi yaitu: hubungan seksual yang haram yang dilakukan oleh mukallaf pada kemaluan wanita yang hidup dan musytahah dalam kondisi tanpa paksaan dan dilakukan di wilayah hukum Islam di luar hubungan kepemilikan atau nikah atau syubhat kepemilikan atau syubhat nikah Bila kita breakdown definisi Al-Hanafiyah tentang batasan zina yang mewajibkan hukum cambuk atau rajam ini, maka kita bisa melihat lebih detail lagi: Hubungan seksual : sedangkan percumbuan yang tidak sampai penetrasi bukanlah dikatakan sebagai zina. Yang haram : maksudnya pelakunya adalah seorang mukallaf . Maka orang gila atau atau anak kecil tidak masuk dalam definisi ini. Pada kemaluan : sehingga bila dilakukan pada dubur bukanlah termasuk zina oleh Al-Imam Abu Hanifah.

Sedangkan oleh Al-Malikiyah, Asy-Syafiiyah dan Al-Hanabilah meski dilakukan pada dubur sudah termasuk zina. Seorang Wanita : bila dilakukan pada sesama jenis atau pada binatang bukan termasuk zina. Yang Hidup: bila dilakukan pada mayat bukan termasuk zina. Musytahah: maksudnya adalah bukan wanita anak kecil yang secara umum tidak menarik untuk disetubuhi. BukanPaksaan : perkosaan yang dialami seorang wanita tidaklah mewajibkan dirinya harus dihukum. Di wilayah hukum Islam . Bila zina itu dilakukan di luar wilayah hukum yang memberlakukan hukum hudud, maka pelakunya tidak bisa dipaksa untuk dihukum sesuai hukum hudud, baik cambuk atau pun rajam. Di luar hubungan kepemilikan atau nikah atau syubhat kepemilikan atau syubhat nikah Semua syarat ini bisa kita baca pada kitab-kitab fiqih khususnya pada bab tentang Zina. Misalnya kitab Al-Badai jilid 7 halaman33 dan juga kitab Al-Bidayah Syarhul Hidayah jilid 4 halaman 138. Para ulama memang mensyaratkan adanya ghiyabul hasyafah atau hilangnyaataumasuknya bagian dari kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan wanita. Hal itu didasari oleh pertanyaan Rasulullah SAW kepada Maiz yang mengaku berzina: Barangkali kami hanya memegang atau hanya melihat?. Maiz menjawab,Tidak hanya itu ya Rasulullah. Rasulullah SAW bertanya lagi secara detail, Seperti masuknya almurud ke dalam mikhalah? Dan seperti masuknya ember ke dalam sumur?. Maiz menjawab dengan mantap, Benar!!!. Mikhalah adalah tempat menyimpan celak mata yang biasanya berupa wadah dan almurud adalah semacam batangan yang bisa masuk ke dalam wadah itu. Maka bila posisi sekedar menempel saja memang belum sampai kepada apa yang ditetapkan sebagai bentuk zina berdasarkan hadits di atas, karena belum ada peristiwa masuknya bagian penis ke dalam vagina. Namun semua ini sudah termasuk bagian dari zina meski belum sampai kepada keajiban hukum rajam. Dan hakim meski tidak boleh menjatuhkan vonis zina secara hudud, tetap punya peluang untuk memberi pelajaran berharga kepada pelakunya. Dan sisi ini di dalam fiqih Islam disebut dengan istilah tazir. Bentuknya terserah kepada hakim, yang penting hukuman itu bisa membuatnya jera dan kapok tidak akan pernah lagi melakukannya. Misalnya, pelaku perbuatan nyaris zina itu dihukum dengan cambuk sebanyak 50 kali. Sebagai ganti dari hukum hudud cambuk yang harus 100 kali buat yang belum menikah atau rajam bagi yang sudah pernah menikah.

Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh. Ahmad Sarwat, Lc. Sumber Batas Zina yang Mewajibkan Rajam/Cambuk

You might also like