You are on page 1of 21

Bagaimana menilai kecakapan dan kemandirian karyawan dalam melakukan tugas-tugas mereka.

Suatu cara yang dianggap efektif oleh seorang pemimpin dalam menggerakkan segenap sumber daya untuk mencapai hasil organisasi yang efisien.

DIRECTING (PENGARAHAN) CONSULTATIVE (KONSULTASI) SUPPORTING (DUKUNGAN) DELEGATING (DELEGASI)

Gaya ini dicirikan dengan memberikan instruksi kepada karyawan, melakukan supervisi yang ketat atas kinerja mereka, dan melakukan hampir semua pengambilan keputusan dan pemecahan masalah oleh manajer

CONSULTATIVE (KONSULTASI)
Pengarahan manajer melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Penyempurnaan :
meminta opini pribadi karyawan mengajukan pertanyaan untuk dijawab menunjukkan minat pada mereka sebagai seorang individu.

SUPPORTING (DUKUNGAN)
Gaya ini dapat diterapkan bila karyawan mampu melakukan tugas-tugasnya namun tidak cukup memiliki kepercayaan diri. Peran manajer adalah menguatkan suara para karyawan dan menjadi mitra diskusi bagi pemecahan masalah.

DELEGATING (DELEGASI)
Gaya ini dapat diterapkan pada karyawan yang telah terampil dan memiliki kepercayaan diri atas kemampuan mereka melakukan tugas-tugasnya.

Konsep Manajemen MODERN muncul setelah Revolusi Industri (abad ke-18) bahwa manusia adalah komponen objektif yg perlu distandarisasi dlm proses produksi Ide ttg pendelegasian dan tingkatan manajemen (top.middle.low)

Lanjutan
Aspek Positif : - Efisien - Disiplin - Sadar akan waktu - Penghormatan terhadap inisiatif individu. Aspek Negatif : - Manusia diperlakukan seperti mesin - Masyarakatnya yang konsumtif.

KONSEP MANAJER NEGARA BARAT


Bagaimana organizing perusahaan dg efektif dan delegasi wewenang Bagaimana menghargai dan memotivasi TK serta mengendalikan hasil Perlu pemisahan posisi manusia sebagai SOSIAL dan SPIRITUAL

DOMINASI GAYA BARAT


Sosialitas Efisien Efektivitas Profitabilitas Sistem ekonomi KAPITALIS KOLEKTIF (kepentingan buruh diutamakan)

Ciri Kebudayaan Jepang: - Disiplin dan kerja keras - Loyal terhadap pimpinan + perusahaan - Sistem pendidikan relevan - Mau menerima perubahan demi kemajuan - Hubungan kerja seumur hidup - Sistem pengambilan keputusan - Evaluasi & promosi - Paternalisme - TQC

BUDAYA KERJA JEPANG : 5R


Seiri Seiton Seiso Seiketsu Shitsuke Ringkas Rapi Resik Rawat Rajin

SEIRI (RINGKAS)
Prinsip kerja ini merupakan prinsip kerja pemilahan barang. Keuntungan : - Area kerja menjadi lebih luas, dan banyak space yang bisa dimanfaatkan - Mencegah dis-fungsional dari barang yang ada - Mengurangi jumlah penggunaan media penyimpanan dan material handling tools

SEITON (RAPI)
Setelah barang-barang diringkas, selanjutnya barang tersebut dirapikan sesuai dengan tempat penyimpanan dan juga standar penyimpanannya Keuntungan : - Mempermudah pencarian barang - Mempermudah stock counting - Kondisi kerja akan terlihat jauh lebih rapi dan sedap dipandang mata

SEISO (RESIK)
Sesuai dengan namanya, Resik berarti membersihkan. Baik barang maupun lingkungan. Keuntungan : - Lingkungan kerja jauh lebih bersih - Meningkatkan mood untuk bekerja - Kualitas barang akan lebih bagus - Meningkatkan image perusahaan di mata orang lain

SEIKETSU (RAWAT)
Rawat dimaksudkan agar masing-masing individu dapat menerapkan secara kontinu ketiga prinsip sebelumnya. Dalam fase ini dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan 3R sebelumnya.

SHITSUKE (RAJIN)
Diharapkan secara disiplin, masing-masing individu dapat menjalankan prinsip kerja tersebut meski tidak diawasi oleh atasannya. Keuntungan : - Peningkatan image perusahaan - Peningkatan sense of belonging karyawan - Efisiensi - Mengurangi waste

Profil Manajer Indonesia menurut hasil temuan Danandjaja (1986) : - Bagi para Manajer, perusahaan adalah wujud lain dari pemilik, yang patut dihormati dan dituruti segala kehendaknya dengan taat. - Bagi para Manajer, pemilik adalah orang yang sampai batas tertentu dapat memberikan kesempatan memperoleh apa yang dibutuhkannya.

Lanjutan
Manajemen Indonesia secara umum bercirikan diantaranya adalah : 1. Bersifat budaya tradisional seperti solider , hierarkis, rukun dan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam mengambil keputusan (Astrid S. Susanto, 1980). 2. Bersifat pragmatis dan dalam beberapa tahun terakhir bersifat otokritik dan berpikir jangka pendek (Danandjaja, 1986).

Lanjutan
3. Bersifat rutin, formalistik, kurang tersentralisasi, kurang berkomunikasi tugas, umumnya lebih dikoordinasi melalui rencana daripada saling menyesuaikan, namun tidak seluruhnya birokratis serta bersifat paternalistik dan otokritik (Budi Paramita, 1992).

You might also like