You are on page 1of 15

BATUAN SEDIMEN

1.

Pengertian Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah Batuan yang terbentuk dari proses pengendapan

bahan lepas (fragmen) hasil perombakan atau pelapukan batuan lain yang terangkut dari tempat asalnya oleh air, es atau angin, yang kemudian mengalami proses diagenesa atau pembatuan (pemadatan dan perekatan). Tidak semua material penyusun batuan sedimen berasal dari daratan. Beberapa mineral terbentuk pada cekungan pengendapan oleh proses kimia atau

biokimia. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis. Total volume dan massa dari batuan-batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang berbeda-beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat. Beberapa ahli dalam bidangnya telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata-rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh muka bumi.

2.

Pembentukan Batuan Sedimen


Proses pembentukan batuan sedimen diawali oleh pengangkatan batuan

yang sudah ada, termasuk batuan sedimen, ke permukaan bumi. Selanjutnya batuan tersebut mengalami proses pelapukan, erosi dan pengendapan pada cekungan-cekungan di permukaan bumi. Endapan sdimen tersebut kemudian mengalami pembebanan dari endapan yang berikutnya sehingga mengalami diagenesis. Proses diagenesis ini merubah endapan sedimen menjadi batuan sedimen. Apabila batuan sedimen yang terbentuk mengalami pengangkatan kembali maka batuan tersebut akan muncul lagi ke permukaan bumi. Selanjutnya proses pembentukan batuan sedimen berulang kembali. Proses tersebut disebut siklus sedimentasi. Siklus sedimentasi ini diawali dari tersingkapnya batuan yang sudah ada di permukaan bumi. Selanjutnya batuan yang tersingkap mengalami proses pelapukan, pengikisan, pengangkutan material hasil pengikisan, dan akhirnya proses pengendapan pada cekungan-cekungan di permukaan bumi. Jadi siklus

pengendapan merupakan proses yang kompleks, dan merupakan siklus yang tidak ada hentinya. Proses-proses yang terjadi pada suatu siklus tersebut tidak selalu lengkap. Artinya semua proses tersebut tidak selalu ada pada pembentukan batuan sedimen. Tidak semua batuan sedimen mengalami pendauran di daratan, ada pula semua proses yang membentuk batuan sedimen berada di lautan. Dengan berkembangnya teori tektonik lempeng, tempat dan proses pembentukan batuan sedimen dapat juga diuraikan dengan teori tersebut. Cekungan-cekungan pengendapan akan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri sesuai dengan letaknya pada tatanan tektonik kerak bumi. Masing-masing tempat tersebut akan menghasilkan batuan sedimen yang berbeda bentuk dan komponen penyusunnya. Aktivitas tektonik merupakan bagian yang sangat penting pada siklus sedimentasi, karena aktivitas tektonik mengakibatkan batuan mengalami pengangkatan hingga muncul ke permukaan bumi. Selanjutnya batuan yang tersingkap di permukaan bumi mengalami proses pelapukan dan proses lainnya pada siklus sedimentasi .

Gambar 1 Rock Cycle

3.

Klasifikasi Batuan Sedimen


Pettijohn (1975), ODunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar

teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan sedimen non-klastika. Batuan Sedimen Klastika Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika. Proses diagenesa antara lain : 1. Kompaksi Sedimen Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat. 2. Sementasi Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar. 3. Rekristalisasi Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat. 4. Autigenesis Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll. 5. Metasomatisme Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.

Batuan Sedimen Non Klastika Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk

sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO 2 CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut. Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu : 1.Golongan Detritus Kasar Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut. 2. Golongan Detritus Halus Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal. 3. Golongan Karbonat Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan

cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya. 4. Golongan Silika Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

5. Golongan Evaporit Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi

pengayaan unsur-unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuanbatuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam. 6. Golongan Batubara Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuhtumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.

4. Deskripsi Batuan Sedimen


Warna Batuan Sedimen Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-abu terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu gelap sampai hitam, serta merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan sedimen sangat bervariasi, terutama sangat tergantung pada komposisi bahan penyusunnya. Kekompakan Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 oC dan tekanan 12 kilobar, berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu : 1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air. 2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan semakin dalam. 3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.

Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan sedimen juga sangat bervariasi, yakni : 1. Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen) 2. Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering, tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air. 3. Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat dilepas dengan tangan atau kuku. 4. Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku. 5. Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi). Tekstur Seperti diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah terjadi rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur kristalin. Batuan sedimen kristalin umum terjadi pada batu gamping dan batuan sedimen kaya silika yang sangat kompak dan keras. Bentuk Butir Berdasarkan perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu : 1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s. 2. Equant, bila l = i = s. 3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s. 4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l. Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule (kerikil, f 2 mm). Bentuk butir itu dapat disebutkan seperti halnya pemerian kebundaran Kebundaran Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu: 1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular) 2. Meruncing (menyudut) (angular)

3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular) 4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded) 5. Membundar (membulat (rounded), dan 6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded). Tekstur Permukaan 1. Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat meruncing-meruncing. 2. Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat tanggung. 3. Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan demikian butiran sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat sampai sangat membulat. Ukuran Butir Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922, dalam Boggs, 1992). Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin. Kemas atau Fabrik 1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast supported. 2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).

Pemilahan Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik. 1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup. 2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang seragam maupun yang tidak seragam. 3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas terbuka. Porositas (Kesarangan) Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau poripori di dalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-pori. Permeabilitas (Kelulusan) Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat cair). 1. Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu : a. Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar. b. Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan. c. Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih kasar. d. Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan / rekahan. 2. Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu: a. Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling

berhubungan. b. Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau lempung. Material lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.

c. Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan. Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan. Sebaliknya, batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila di permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke dalam batuan atau tetap di permukaan batuan. Kompaksi Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites, f > 2 mm) biasanya terdiri dari fragmen dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran yang lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai dengan pasir, atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder. Mineral utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa, opal dan kalsedon), felspar serta mineral lempung. Sebagai mineral tambahan adalah mineral berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan mika. Untuk batuan klastika gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi. Selain mineral, maka di dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan fosil tumbuh-tumbuhan. Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil penguapan), utamanya tersusun oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan sedimen ironstone tersusun oleh mineral oksida besi (hematit, magnetit, limonit, glaukonit dan pirit). Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit. Batubara tersusun oleh mineral carbon. Batuan sedimen silika (chert atau opal)tersusun oleh kuarsa dan kalsedon. Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya bahan semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah material karbonat, oksida besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan cairan HCl. Semen oksida besi, selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna coklat, Semen silika umumnya tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan yang terbentuk sangat keras. Semen itu tidak selalu dapat diamati secara megaskopik.

5. Contoh Batuan Sedimen


BREKSI Breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter. Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan menyudut. Fragmenfragmen dari Breksi biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi. Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batu gamping, dan lainlain.

Foto 1 Batu Breksi

KONGLOMERAT Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-

256 milimeter dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat. Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang membulat

Foto 2 Batu Konglomerat

SANDSTONE Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran

pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.

Foto 3 Sandstone

SHALE Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan

ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu

pasir dan batu serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila dipanasi menjadi plastis.

LIMESTONE Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki

komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Batu gamping dapat dibedakan menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.

Foto 4 Batu Limestone

CALCARENITE Calcarenite memiliki ukuran butir 1/16 hingga 2 milimeter, batuan ini

terdiri dari 50% atau lebih material carbonate detritus, yaitu material yang tersusun terutama atas fosil dan oolit.

Foto 5 Batu Calcarenite

GAMPING TERUMBU Batu Gamping terumbu terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu

pada perairan yang hangat dan dangkal

Foto 6 Batu Gamping Terumbu

SALTSTONE Saltstone terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya

penguapan yang biasanya terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini berbentuk kristalin.

Foto 7 Saltstone

GIPSUM Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti

dengan Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap. Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.

Foto 8 Batu Gipsum

COAL Coal atau batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi

material yang berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun. Teksturnya amorf, berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon. Warna biasanya coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik. Batu bara terbentuk pada rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya mengandung sedikit oksigen. Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar rawa semakin lama semakin bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-kelamaan terkubur oleh material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan air keluar, dan kemudian mengalami kompaksi menjadi batubara.

Foto 9 Batubara

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_sedimen http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-sedimen/ http://earlfhamfa.wordpress.com/2009/04/26/batuan-sedimen-sedimentoryrocks/ http://museum.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=categor y&layout=blog&id=20&Itemid=18 http://www.masbied.com/2011/10/01/batuan-sedimen-siklus-sedimentasi/ http://ptbudie.wordpress.com/2012/04/02/pengertian-umum-batuan-sedimendan-klasifikasinya/ http://devoav1997.blog.com/?p=421 http://adesmansa.blogspot.com/2011/09/siklus-batuan-sebelumnya-kitasudah.html

You might also like