You are on page 1of 37

Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 53

BAB III
SISTEM PERPIPAAN DAN MESIN-MESIN FLUIDA
A. SISTEM PERPIPAAN
Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari
sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat
kompleks. Contoh sistem perpipaan adalah, sistem distribusi air minum pada gedung
atau kota. sistem pengangkutan minyak dari sumur bor ke tandon atau tangki
penyimpan, sistem distribusi udara pendingin pada suatu gedung, sistem distribusi
uap pada proses pengeringan dan lain sebagainya.
Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan
lokasi tujuan antara lain, saringan (strainer), katup atau kran, sambungan, nosel dan
sebagainya. Untuk sistem perpipaan yang fluidanya liquid, umumnya dari lokasi awal
fluida, dipasang saringan untuk menyaring kotoran agar tidak menyumbat aliran
fuida. Saringan dilengkapi dengan katup searah ( foot valve) yang fungsinya
mencegah aliran kembali ke lokasi awal atau tandon. Sedangkan sambungan dapat
berupa sambungan penampang tetap, sambungan penampang berubah, belokan
(elbow) atau sambungan bentuk T (Tee).
Perencanaan maupun perhitungan desain sistem perpipaan melibatkan
persamaan energi dan perhitungan head loss serta analisa tanpa dimensi yang telah
dibahas pada bab sebelumnya. Perhitungan head loss untuk pipa tunggal adalah
dengan persamaan Darcy-Weisbach yang mengandalkan Diagram Moody untuk
penentuan koefisien geseknya. Untuk keperluan analisa jaringan perpipaan umumnya
dipergunakan persamaan Hazen-Williams.
III.A.1. Sistem Pipa Tunggal
54 Mekanika Fluida
Penurunan tekanan (pressure drop) pada sistem pipa tunggal adalah
merupakan fungsi dari laju aliran, perubahan ketinggian, dan total head loss.
Sedangkan head loss merupakan fungsi dari faktor gesekan, perubahan penampang,
dll atau dapat dinyatakan dengan persamaan :
p = f ( L,Q, D, e, z, konfigurasi sistem, , )
Untuk aliran tak mampu mampat, sifat fluida diasumsikan tetap. Pada saat
sistem telah ditentukan, maka konfigurasi sistem, kekasaran permukaan pipa,
perubahan elevasi dan kekentalan fluida bukan lagi merupakan variabel bebas.
Persamaan akan menjadi :
p = f ( L,Q, D)
Empat kasus yang mungkin timbul pada penerapan di lapangan adalah :
1. L, Q, D diketahui, p tidak diketahui
2. p , Q, dan D diketahui, L tidak diketahui
3. p , L dan D diketahui, Q tidak diketahui
4. p , L dan Q diketahui, D tidak diketahui
Penjelasan masing-masing kasus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Untuk kasus ini, faktor gesekan f, dapat diperoleh dari diagram Moody ataupun
dari persamaan empiris perhitungan f dari Re dan e yang diketahui. Total head
loss dihitung dan penurunan tekanan dapat dihitung dari persamaan energi.
Kasus ini diilustrasikan pada contoh soal 3.1.
2. Hampir sama dengan kasus 1 maka total head loss dapat dihitung dari
persamaan energi, kemudian faktor gesekan diperoleh dari diagram Moody. L
yang tidak diketahui dapat dihitung dari persamaan mayor losses. Kasus seperti
ini ditampilkan pada contoh soal 3.2 dan 3.3.
3. Karena Q atau V belum diketahui maka faktor gesekan dinyatakan sebagai
fungsi V atau Q terlebih dahulu. Kemudian diasumsikan sebuah nilai f yang
diambil dari diagram Moody dengan kenyataan bahwa aliran dalam pipa, angka
Reynoldnya pasti cukup besar. Dari f asumsi tersebut diperoleh V asumsi yang
dipergunakan untuk menghitung angka Reynold asumsi. Dari angka Reynold
yang baru ini dicari nilai f yang baru untuk asumsi V yang kedua. Langkah ini
diulangi sampai diperoleh nilai yang sesuai. Karena f adalah fungsi yang lemah
terhadap angka Reynold maka 2 atau 3 kali iterasi sudah diperoleh nilai V yang
hampir benar seperti pada contoh soal 3.4.
4. Apabila D pipa belum diketahui tentunya diinginkan diameter terkecil yang
memungkinkan agar ekonomis. Perhitungan dimulai dengan mengasumsikan
nilai D terlebih dahulu. Kemudian angka Reynold dan kekasaran relatif pipa
dapat dihitung demikian pula faktor gesekan. Total head loss dihitung dan juga
penurunan tekanan, dari persamaan energi. Hasil perhitungan penurunan
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 55
tekanan ini dibandingkan dengan penurunan tekanan yang disyaratkan. Jika
perhitungan pressure drop jauh lebih besar, maka perhitungan diulangi dengan
mengasumsikan nilai diameter pipa yang lebih besar atau sebaliknya. Iterasi
diulangi sampai ketelitian yang diharapkan.
Contoh Soal 3.1.
Pipa halus/smooth dipasang horisontal pada tandon air yang besar. Tentukan
kedalaman air yang harus dijaga tetap agar menghasilkan laju aliran volume sebesar
0,03 m
3
/dt. Diameter dalam pipa adalah 75 mm dan koefisien minor losses untuk
inletnya adalah 0,5. Air dibuang ke udara luar.
Penyelesaian :
Diketahui
d D= 75 mm
Q
K= 0,5
Ditanya : kedalaman air, d
Jawab:
Persamaan dasar:
p
gz
V p
gz
V
h h h
h f
L
D
V
K
V
lt l lm
l
1
1
1
2
2
2
2
2
2 2
2 2
2 2

+ +

_
,
+ +

_
,
+
dan h
lm
Dari soal maka
p
1
= p
2
= p
atm
,
V
1
0, z
2
= 0, z
1
= d
sehingga:
56 Mekanika Fluida
gd
V
f
L
D
V
k
V
d k
V V V
g
f
L
D
K
+
+ +

1
]
1
+ +

1
]
1
2 2 2
2 2 2
2 2 2
2 2 2
1 =
1
g
f
L V
D 2
=
Kecepatan dapat disubstitusikan dari
V = Q/A = 4Q/ D
2
sehingga:
d
Q
D g
f
L
D
K + +

1
]
1
8
1
2
2 4

Untuk air pada suhu 20


0
C maka
= 999 kg/m
3

= 1x10
-3
kg/m.dt
sehingga
Re
, .
,

VD Q
D
x
kg
m
x
m
dt
x
mdt
x kg
x
m
x
4
999 0 03
110
1
0 075
5 10
3
3
3
5
=
4
Untuk pipa halus, dari Diagram Moody maka f = 0,0131 sehingga
( )
( )
( )
d
Q
D g
f
L
D
K
x
m
dt
x
m
x
dt
m
m
m
d m
+ +

1
]
1
+ +

1
]
1

8
1
0 03 1
0 075
9 81
0 0131
100
0 075
0 5 1
44 6
2
2 4
2
6
2 4
4
2

=
8 ,
,
,
,
,
,
,
Contoh Soal 3.2.
Air dipompa melalui pipa diameter 0,25 dari discharge pompa yang tekanannya 1,42
MPa (gage) ke tandon yang terbuka. Apabila ketinggian air di tandon 7 m diatas
discharge pompa dan kecepatan air rata-rata di dalam pipa adalah 3 m/dt, perkirakan
jarak dari discharge pompa tersebut ke tandon apabila kekentalan air 1,4x 10
-3
kg/m.dt
dan koefisien gesek pipa adalah 0,015
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 57
Penyelesaian :
Diketahui :
2
10 m
V= 3m/dt
1
L
pompa
Ditanya : Panjang pipa dari discharge pompa ke tandon, L
Jawab :
Persamaan dasar
P
gz
V P
gz
V
h h h
h f
L
D
V
K
V
lt l lm
l
1
1
1
2
2
2
2
2
2 2
2 2
2 2

+ +

_
,
+ +

_
,
+
dan h
lm
Dengan kondisi head loss minor diabaikan dan V
2
0 maka persamaan menjadi
( )
( )
f
L
D
V p p
g z z
V
L
D
f V
V p p
g z z
1
2
1 2
2 1
1
2
1
2
1
2
2 1
2 1
2 2
2
2

1
]
1




p
2
-

p
1
= 1,42 MPa (abs) dan z
2
- z
1
= 10 m serta
air
= 999 kg/m
3
maka
L
m
x
dt
m
x
m
dt
x kg m
dt
x
m
kg
m
dt
x m
L

1
]
1

0 25
0 015
2
3
3 1 42 10
999
9 8
10
2
2 2
2 2
2
6
2
3
2
,
,
, . ,
-1750 m
Meskipun nilainya negatif namun karena untuk panjang pipa maka yang diambil
adalah nilai mutlaknya yaitu 1750 m
58 Mekanika Fluida
Contoh Soal 3.3.
Udara mengalir melalui saluran dengan panjang L dan diameter D = 40 mm dan
tekanan pada kondisi masuk adalah 690 kPa dan suhu T = 40
0
C. Bila tekanan pada
kondisi keluar 2 adalah 650 kPa dan m = 0,25 kg/dt, tentukan panjang saluran, L yang
dimungkinkan dari aliran udara tersebut.
Penyelesaian :
Diketahui :
T
1
= 40
0
C
p
1
= 690 kPa D = 40 mm p
2
=650 kPa
m = 0,25 kg/dt
1 2
L
Ditanyakan : Panjang pipa, L
Jawab :
Persamaan dasar :
P
gz
V P
gz
V
h h h
h f
L
D
V
K
V
lt l lm
l
1
1
1
2
2
2
2
2
2 2
2 2
2 2

+ +

_
,
+ +

_
,
+
dan h
lm
Dengan asumsi aliran tak mampu mampat sehingga adalah tetap, V
1
= V
2
, kerugian
minor diabaikan dan z
1
= z
2
maka:
p p
f
L
D
V p p D
fV
1 2
2
1 2
2
2
2



atau L =
Untuk menentukan massa jenis udara pada kondisi 1 digunakan persamaan gas ideal
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 59

1
1
1
5
2 3
79110
287
1
313
8 81
p
RT
x N
m
x
kg K
N m
x
K
kg
m
, .
.
,
Dari persamaan kontinuitas maka :
( )
V
m
A
m
D
x
kg
dt
x
m
kg
x
m
m dt

4 4 0 25
8 81
1
0 04
226
2
3
2
2
,
,
,
, /
Untuk udara pada suhu 40
0
C maka = 1,8x10
-5
kg/m.dt sehingga
Re
, ,
,
.
,
,

VD kg
m
x
m
dt
x mx
m dt
x kg
x
8 81 22 6
0 04
1 8 10
4 42 10
3 5
5
Untuk pipa halus dari diagram Moody, maka f = 0,0134
( )
L =
=
0,4x10
x
5
p p D
fV
N
m
x x
m
kg
x x
dt
m
x
kg m
N dt
L m
1 2
2
2
3 2
2
2
2
2
2
0 04
8 81
1
0 0134
226
531

,
, ,
,
.
.
,
Contoh Soal 3.4.
Sistim pemadam kebakaran suatu pabrik, terdiri atas menara air setinggi 25 m dengan
pipa distribusi terpanjangnya 180 m diameter 10 cm, terbuat dari besi tuang. Pipa
distribusi tersebut berumur sekitar 20 tahun. Minor losses akan dipertimbangkan dari
sebuah katup gerbang saja. Tentukan kapasitas aliran air maksimum.
Penyelesaian :
Diketahui:
1
25 m
katup gerbang 2

60 Mekanika Fluida
Q
180 m

Ditanya: Kapasitas aliran, Q
Jawab:
Persamaan dasar
p
gz
V p
gz
V
h h h
h f
L
D
V
f
L
D
V
lt l lm
l
e
1
1
1
2
2
2
2
2
2 2
2 2
2 2

+ +

_
,
+ +

_
,
+
dan h
lm
Tandon terbuka maka p
1
= p
2
= p
atm
dan V
1
0 dan untuk katup gerbang terbuka
maka L
e
/D = 8, sehingga
( )
( )
( )
( )
h f
L
D
V
f
V
g z z
V
V
f
L
D
g z z
g z z
f L D
lT
+
+

_
,

1
]
1

+ +

1
]
1
2
2
2
2
1 2
2
2
2
2
1 2
1 2
1 2
2
8
2 2
2
8 1
8 1

V =
2
2
/
/
Diasumsikan bahwa pipa vertikal diameternya sama dengan pipa horisontal sehingga
L
D
m m
m

180 25
0 1
2050

,
Iterasi kecepatan V
2
diawali dengan mengasumsikan nilai koefisien gesek pada
diagram Moody karena angka Reynold tidak dapat ditentukan. Dengan mengambil
nilai e/D untuk pipa besi tuang yang tua adalah 0,005 maka perkiraan pertama
misalkan aliran mencapai fully rough zone maka f 0,03 sehingga
( )
V x
m
dt
x
m
x
x
2
2
2 9 8 25 1
0 03 2050 8 1

+ +

1
]
1






= 7,93
m
dt
,
,
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 61
Pencocokkan nilai koefisien gesek dengan menghitung angka Reynold
Re
, ,
,




VD VD m
dt
x
m
x
dt
x m
x
7 98 0 1
1 10
7 98 10
2
6
5
Untuk e/D= 0.005 maka dari diagram Moody f = 0,0385. Dengan nilai ini maka
kecepatan dihitung kembali untuk iterasi kedua:
( )
V x
m
dt
x
m
x
x
2 2
2 9 8 25 1
0 0385 2050 8 1

+ +

1
]
1






= 6,2
m
dt
,
,
Pencocokkan nilai koefisien gesek dengan menghitung angka Reynold
Re
, ,
,




VD VD m
dt
x
m
x
dt
x m
x
6 2 01
1 10
6 2 10
2
6
5
Untuk e/D= 0.005 maka dari diagram Moody, f = 0,04. Dengan nilai ini maka
kecepatan dihitung kembali untuk iterasi ketiga:
( )
V x
m
dt
x
m
x
x
2 2
2 9 8 25 1
0 04 2050 8 1

+ +

1
]
1






= 6
m
dt
,
,
Misalkan telah dianggap cukup konvergen maka kapasitas aliran dapat ditentukan
dari
Q V A V
D m
dt
x
x m
.
,
,
2
2 2 2
4
6 0 1
4
0 0471






m
dt
3
Contoh Soal 3.5.
62 Mekanika Fluida
Sebuah sistim penyiram tanaman dirancang untuk mengalirkan air melalui pipa
aluminium dengan panjang 150 m. Pompa yang dipakai mampu mengalirkan air 0,1
m
3
/dt dengan tekanan pada discharge tidak melebihi 450 kPa. Sedangkan
sprinklernya beroperasi pada tekanan minimum 200 kPa. Dengan mengabaikan head
loss minor dan perubahan ketinggian, tentukan diameter minimum pipa agar sistim
dapat bekerja dengan baik.
Penyelesaian:
Diketahui :
Pompa
1 D 2
Q=0,1 m
3
/dt
p
1
< 450 kPa L=150 m p
2
> 200 kPa
Ditanya : Diameter pipa minimum, D
Jawab:
Persamaan dasar
p
gz
V p
gz
V
h h h
h f
L
D
V
f
L
D
V
lt l lm
l
e
1
1
1
2
2
2
2
2
2 2
2 2
2 2

+ +

_
,
+ +

_
,
+
dan h
lm
Penurunan tekanan maksimum adalah :
p
maks
= p
1

maks
- p
2min
= (450 -200) kPa = 250 kPa
Sehingga
p f
L
D
f
L
D
Q
f
L
D
Q

_
,

V
2 2 D
2
2 2
4
8
2
5
2
Angka Reynold diperlukan untuk menentukan f. Karena D belum diketahui maka
angka Reynold dinyatakan dalam Q
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 63
Re


VD

4 4
2
QD
D
Q
D
Iterasi pertama dilakukan mengambil nilai D = 0,1 m, sehingga :
Re
,
,
4 1
0 1
1 27 10
2
6


0,1m
dt
x
1x10
3
-6
x x
m
dt
m
x
Dari diagram Moody, untuk pipa jenis aluminum (drawn tubing) e/D= 0,000016 maka
f 0,012. Sehingga:

p
fL Q
D
x
m
x
m
x
kg
m
x
m
dt

8 8 0 012
0 1
150 999 0 1
2
5 2 5 5 3
2 6
2




= 1205 kPa > p
2
maks
,
,
,

Dicoba dengan D = 0.15 m maka
Re
,
,
4 1
0 15
8 49 10
2
5


0,1m
dt
x
1x10
3
-6
x x
m
dt
m
x
Sehingga, e/D = 0,00001 dan f = 0,013

p
fL Q
D
x
m
x
m
x
kg
m
x
m
dt

8 8 0 013
0 15
150 999 0 1
2
5 2 5 5 3
2 6
2




= 267,2 > p
2
maks
,
,
,
Diambil nilai D = 0,18 m sehingga angka Reynoldnya adalah :
Re
,
,
4 1
0 18
7 07 10
2
5


0,1m
dt
x
1x10
3
-6
x x
m
dt
m
x
Sehingga, e/D = 0,0000085 dan f 0,0125

p
fL Q
D
x
m
x
m
x
kg
m
x
m
dt

8 8 0 0125
0 18
150 999 0 1
2
5 2 5 5 3
2 6
2




= 110 kPa < p
2
maks
,
,
,
Karena dengan D= 0,18 m terlalu jauh dari p
maks
maka dicoba dengan D = 0,17
64 Mekanika Fluida
Re
,
,
4 1
0 17
7 38 10
2
5


0,1m
dt
x
1x10
3
-6
x x
m
dt
m
x
Sehingga, e/D = 0,000009 dan f 0,0126

p
fL Q
D
x
m
x
m
x
kg
m
x
m
dt

8 8 0 0127
0 17
150 999 0 1
2
5 2 5 5 3
2 6
2




= 167 kPa < p
2
maks
,
,
,
Dengan demikian maka diameter pipa yang sebaiknya dipergunakan untuk sistem ini
adalah D= 0,17 m
III.A. 2. Sistem Pipa Majemuk (Multipath)
Pada kenyataannya kebanyakan sistem perpipaan adalah sistem pipa
majemuk, yaitu rangkaian pipa seri, paralel maupun berupa jaringan perpipaan. Untuk
rangkaian pipa seri atau paralel, penyelesaiannya adalah serupa dengan perhitungan
tegangan dan tahanan pada Hukum Ohm. Penurunan tekanan dan laju aliran identik
dengan tegangan dan arus pada listrik. Namun persamaannya tidak identik seperti
hukum Ohm, karena penurunan tekanan sebanding dengan kuadrat dari laju aliran.
Semua sistim pipa majemuk lebih mudah diselesaikan dengan persamaan empiris.
Pada sistem pipa seri maka semua pipa akan dialiri kapasitas aliran yang
sama, dan head loss total adalah jumlah aljabar dari masing-masing head loss pipa.
Apabila
setiap pipa diberikan simbul 1,2 dan seterusnya, maka persamaan kapasitas aliran dan
persamaan head loss total adalah :
Q
1
= Q
2
= Q
3
= . . . = Q
n
(3.1)
atau V
1

A
1
= V
2
A
2
= V
3
A
3
=. . . = V
n
A
n
h
l
= h
l1
+ h
l2
h
l3
+. . . + h
ln
(3.2)
Pada sistem pipa paralel maka total laju aliran adalah sama dengan jumlah
aljabar kapasitas masing-masing aliran dalam setiap pipa dan rugi atau head loss pada
sebuah cabang adalah sama dengan rugi pada pipa cabang yang lain. Persamaannya
adalah :
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 65
Q = Q
1
+ Q
2
+ Q
3
+. . . +Q
n
(3.3)
atau V. A = V
1

A
1
+ V
2
A
2
+ V
3
A
3
+. . . + V
n
A
n

h
l1
= h
l2
= h
l3
=. . . = h
ln
(3.4)
Dengan menyatakan head loss sebagai persamaan Darcy-Weisbach maka persamaan
3.4. akan menjadi :
f
L
D
k
V
g
f
L
D
k
V
g
f
L
D
k
V
g
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2 2 2
+

_
,
+

_
,
+

_
,


. . .
( ) V
V
f L D k
f L D k
2
1
1 1 1 1
2 2 2 2

+
+

/
/
Perbandingan kecepatan yang lain juga bisa ditentukan untuk dimasukkan ke
persamaan 3.3. menjadi :
Q V A
V
V
V A
V
V
V A + + +
1 1
2
1
1 2
3
1
1 3
. . .
Contoh Soal 3.6.
Pipa baja komersial baru, berdiameter 200 mm dan panjang 1000 m dipasang paralel
dengan pipa jenis yang sama berdiameter 300 mm dan panjang 3000 m. Total laju
aliran dalan kedua pipa adalah 0,2 m
3
/dt. Hitunglah head loss melalui sistem tersebut
dengan menganggap air yang mengalir bersuhu 20
0
C (= 10
-6
m
2
/dt) dan head loss
minor diabaikan.
Penyelesaian:
Kekasaran relatif pipa adalah berturut-turut adalah 0,000225 dan 0,00015. Pada angka
Reynold yang besar maka koefisien gesek masing-masing adalah 0,014 dan 0,013.
Kedua harga ini adalah nilai pendekatan dan penyelesaian coba-coba untuk
menghitung kecepatan dalam setiap pipa dilakukan berdasarkan data ini. Selanjutnya
angka-angka Reynold dan faktor gesekan yang lebih teliti dapat ditentukan secara
iteratif. Dengan subskrip 1 dan 2 untuk pipa kecil dan besar maka :
66 Mekanika Fluida
V
V
f
f
L
L
D
D
x x
2
1
1
2
1
2
2
1
0 014
0 013
1000
3000
300
200
0 734
,
,
,
Luas penampang pipa adalah 0,0314 m
2
dan 0,0707 m
2
Kemudian dari persamaan
kontinuitas Q = V
1
A
1
+ V
2
A
2
atau 0,2 = 0,0314 V
1
+ (0,734 V
1
) (0,0707) dan V
1
=
2,4 m/dt dan V
2
= 1,76 m/dt . Angka-angka Reynold yang bersangkutan adalah :
Re
, ,
, ,
Re
, ,
, ,
1 6
5
2 6
5
2 4 0 2
10
4 8 10 0 0156
1 76 0 3
10
5 3 10 0 0150

x
x
x
x
dan f
dan f
1
2
Setelah itu perhitungan iterasi selanjutnya akan menghasilkan V
2
/

V
1
=0,721,
sehingga V
1
= 2,43 m/dt. Head loss untuk kedua pipa sama besar dan untuk pipa 1
h
f L
D
V
g
x x
g
m
l

_
,

_
,

1 1
1
1
2 2
2
0 0156 1000 0 2 2 43
2
23 5
, / , ,
,
Jaringan perpipaan akan lebih mudah dihitung dengan persamaan empiris
yang tidak memerlukan tabel maupun diagram Moody untuk menentukan nilai
koefisien geseknya. Persamaan empiris yang paling banyak dipergunakan adalah
persamaan Hazen-Wiliams yaitu :
V = 1,318 C(R
h
)
0,63
S
0,54
( ft/dt) (3.5)
Q = 1,318 C(R
h
)
0,63
S
0,54
A ( ft
3
/dt) (3.6)
dimana :
R
h
: jari-jari hidrolik pipa(ft)
S : condong garis total head
A : luas penampang pipa
C : koefisien kekasaran
Dalam satuan Sistem Internasional maka persamaan Hazen-Williams adalah :
V = 0,850 C R
h
0,63
S
0,54
m/dt (3.7)
Q= 0,850 C R
h
0,63
S
0,54
A (m
3
/dt) (3.8)
Harga kekasaran C dapat dilihat pada tabel 3.1. Persamaan Hazen-William
didasarkan pada kenyataan bahwa angka Reynold nilainya cukup besar dan pipa-pipa
umumnya kasar sehingga jenis aliran yang masuk digolongkan sebagai aliran turbulen
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 67
berkembang penuh. Dalam hal ini koefisien gesekan tidak tergantung kepada angka
Reynold.
Tabel 3.1. Nilai kekasaran Hazen-Williams
Jenis pipa C
Pipa sangat mulus 140
Pipa baja atau besi tuang baru 130
Pipa kayu atau beton biasa 120
Pipa baja berkeling baru, pipa gerabah 110
Pipa besi tuang lama, pipa bata 100
Pipa baja berkeling lama 95
Pipa besi tuang berkarat 80
Pipa besi atau baja sangat berkarat 60
Aliran pada rangkaian pipa paralel dapat diselesaikan dengan persamaan
empiris ini karena R
h
= D/4 untuk pipa bundar maka persamaan 3.8 menjadi :
Q
h
L
l

_
,

0 850
0 54
,
,
C D
4
2,63
1,63
(3.9)
Sehingga persamaan 3.3. menjadi :
( )
Q h C C C
l
+ + +
0 54
1 2 3
, '
'
' '
. . . + C
n
'
(3.10)
dengan C
CD
L
'
,
, ,
,

0 850
4
2 63
1 63 0 54

yang mempunyai harga yang tetap untuk setiap pipa,


maka semua nilai yang awalnya diandaikan untuk perhitungan head loss pada sistim
paralel akan menghasilkan aliran dengan perbandingan yang tepat dalam tiap pipa,
meski harga total mungkin tidak tepat. Aliran dalam setiap cabang dapat dikoreksi
dengan faktor yang sama yang dibutuhkan untuk mengoreksi total aliran, Q.
Contoh Soal 3.7.

Dari contoh soal 3.6. selesaikanlah dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams
68 Mekanika Fluida
Penyelesaian :
Dari tabel 3.1. maka nilai kekasaran, C adalah 130. Asumsikan head loss, h
l
= 20 m.
Kemudian untuk pipa 200 mm, h
l
/L = 20/1000 sehingga
( ) ( ) ( ) Q
dt
200
0 63 0 54
2
0 850 130
0 200
4
20
1000 4
0 200

_
,

_
,

_
,

,
,
,
/
, ,

= 0,0636 m
3
Untuk pipa 300 mm maka h
l
/L=20/3000 dan
( ) ( ) ( ) Q
dt
300
0 63 0 54
2
0 850 130
0 300
4
20
3000 4
0 300

_
,

_
,

_
,

,
,
,
/
, ,

= 0,1021 m
3
Total aliran untuk head loss yang diasumsikan 20 m adalah 0,1657 m
3
/dt, sedangkan
aliran sesungguhnya adalah 0,200 m
3
/dt. Jadi sebuah faktor pengali harus digunakan
untuk tiap cabang yaitu 0,200 m
3
/dt /0,1657 m
3
/dt = 1,27 agar diperoleh aliran
sesungguhnya pada tiap cabang.
Q
200
= 0,0636 x 1,207 = 0,0768 m
3
/dt
Q
300
= 0,1021 x 1,207 = 0,1232 m
3
/dt
Hasil-hasil ini tidak terlalu berbeda dengan hasil pada penyelesaian contoh soal 3.6.
Pada jaringan pipa yang kompleks pemakaian persamaan Hazen Williams
sangat mempermudah dibandingkan dengan persamaan lain. Perhitungan jaringan
pipa menjadi rumit karena umumnya arah aliran dalam pipa tidak bisa ditentukan
dam terdapat persyaratan yang harus dipenuhi pada sebuah lokasi serta proses interasi
penentuan head loss pada tiap pipa. Sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa pipa
mungkin membentuk beberapa loop dan sebuah pipa mungkin dipakai secara
bersama-sama oleh dua loop. Seperti Hukum Kirchoff pada rangkaian listrik, maka
pada jaringan pipa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi :
1. Aliran netto ke sebuah titik pertemuan harus sama dengan nol atau laju
aliran ke arah titik pertemuan harus sama dengan laju aliran dari
titik pertemuan yang sama
2. Head loss netto di seputar sebuah loop harus sama dengan nol
Metode iterasi untuk perhitungan loop jaringan pipa disebut metode Hardy-
Cross. Metode ini memberikan nilai koreksi kapasitas aliran pada tiap pipa dari
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 69
perbandingan head loss yang diasumsikan sebelumnya. Langkah perhitungan dengan
metode Hardy-Cross adalah sebagai berikut :
1. Mengasumsikan besar dan arah kapasitas aliran pada tiap pipa dengan
berpedoman pada syarat 1, yaitu total aliran pada tiap titik pertemuan
mempunyai jumlah aljabar sama dengan nol.
2. Membuat tabel perhitungan untuk analisa tiap loop tertutup.
3. Menghitung head loss dalam setiap pipa
4. Menentukan arah aliran dan head loss, yaitu positif untuk arah aliran yang
searah jarum jam dan negatif untuk arah aliran yang berlawanan dengan
jarum jam
5. Menghitung jumlah aljabar head loss pada setiap loop
6. Menghitung total head loss per laju aliran, h
l
/Q untuk setiap pipa dan
menentukan jumlah a;jabar dari perbandingan tersebut untuk tiap loop.
7. Menentukan koreksi aliran untuk tiap loop dengan rumus
Q
h
h Q
l
l

1 85 , /
(3.11)
Koreksi ini diberikan pada setiap pipa dalam loop dengan ketentuan
ditambahkan untuk aliran yang searah jarum jam dan di kurangkan untuk
aliran yang berlawanan dengan jarum jam. Untuk pipa yang digunakan
secara bersama dengan loop lain, koreksi aliran untuk pipa tersebut
adalah harga total dari koreksi-koreksi untuk kedua loop.
8. Mengulangi langkah 1 sampai dengan langkah ke 7 sampai nilai koreksi
aliran sekecil mungkin.
Contoh Soal 3.8.
Sebuah jaringan pipa seperti gambar di bawah dengan C bernilai 100. Pipa 1,3,5,7,
panjangnya 300 m dan pipa 2,4,6 panjangnya 250 m. Diameter pipa 1,4 adalah 25 cm
dan pipa 2,3,5,6 diameternya 20 cm. Pipa 7 diameternya 15 cm Tentukan laju aliran
pada tiap pipa.
70 Mekanika Fluida
1 5
125 12
4 63 2 38 6
62 25 26
Loop I Loop II
3 7
37 37 63
25 25
Jawab :
Iterasi I
Mengasumsikan kapasitas aliran di pipa 1 sampai dengan pipa 7 dengan berpedoman
kepada syarat no 1. yaitu jumlah aljabar kapasitas pada tiap titik pertemuan adalah
sama dengan nol.
Pada pipa 1,4 125 = 62 +63
Pada pipa 1,2,5 63 = 25 + 38
Pada pipa 3,4 62 = 25 +37
Pada pipa 2,3,7 25 +37 = 25 +37
Pada pipa 5,6 38 = 12 + 26
Pada pipa 6,7 26+37 =63
Menghitung head loss pada tiap pipa, yaitu :
Pada pipa 1
Re
1
1 1 1
1
2
1
1
3
2
4 4

V D Q
D
D Q
D
m
dt m

=
4 x 63 x 10
x
dt
x 0,25 m x10
= 3,21 x10
-3
-6
5
Sehingga f
1
0,03 dan head loss dihitung sebagai berikut :
( )
h f
L
D
V
g
f
L
D
Q
D g
f
L
g
Q
D
x
x x m
dt
x
x
l

_
,

_
,

_
,

_
,

1
1
1
1
2
1
1
1 1
2
2
1
1
2
2
1
5
3
2
3 2
2 2 5
2
4 1
2 2
16
16 63 10
1
0 25

= 0,03x
300mxdt
2x9,8m m
= 3,3 m
2
5
( )
,
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 71
Perhitungan seterusnya, hasilnya ditabelkan pada tabel di halaman 72.
Setiap Loop diiterasi sampai perbedaan kapasitas aliran sebelum iterasi dan sesudah
iterasi cukup kecil.
Tabel hasil perhitungan contoh soal 3.8
Percobaan pertama Percobaan kedua Percobaan ketiga
Diameter L
Loop I Pipa (cm) (m) Q
o
(L/dt) h
l
(m) h
l
/Q
o
Q
o
(L/dt) h
l
(m) h
l
/Q
o
Q
o
(L/dt)
I 1 25 300 + 63 + 3,3 0,052 + 66 + 3,52 0,053 + 68,5
2 20 250 + 25 + 1,5 0,060 +19 +0,87 0,046 +20,2
3 20 300 - 37 - 3,6 0,097 - 34 - 3,06 0,090 - 31,5
4 25 250 - 62 - 2,7 0,044 - 59 - 2,38 0,040 - 56,5
-1,5 0,253 - 1,05 0,229
( )
( ) ( )
Q
1 5
1 85 0 253
,
, ,
= +3,2 L/ dt
( )
( ) ( )
Q
105
185 0 229
,
, ,
= +2,5 L / dt
( )
( ) ( )
Q
0 11
185 0 226
,
, ,
= +0,26 L / dt
II 5 20 300 + 38 + 3,8 0,100 + 47 + 5,56 0,118 + 48,3
6 20 250 + 26 + 1,6 0,062 + 35 + 2,68 0,077 + 36,3
7 15 300 - 37 - 14,5 0,392 - 28 - 8,66 0,309 - 26,7
2 20 250 - 25 - 1,5 0,060 - 19 - 0,87 0,046 - 20,2
- 1,29 0,550
72 Mekanika Fluida
( )
( ) ( )
Q
10 6
185 0 610
,
, ,
= +9,4 L / dt
( )
( ) ( )
Q
129
185 0 550
,
, ,
= +1,3 L / dt
( )
( ) ( )
Q
018
185 0 545
,
, ,
= +0,18 L / dt
B. MESIN-MESIN FLUIDA
Mesin Fluida adalah peralatan yang mempunyai bagian yang berputar yang
berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida yang melaluinya sehingga akan terjadi
pertukaran energi. Bagian yang berputar disebut sudu atau rotor/impeler. Berdasarkan
pertukaran energi yaitu menambahkan energi atau mengambil energi dari fluida maka
Mesin Fluida digolong menjadi 2 kategori yaitu :
1. Turbin : mesin yang mengambil energi dari fluida
2. Penggerak mula (prime mover) : mesin yang menambahkan energi ke fluida
Turbin diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu turbin aksi atau turbin
impuls dan turbin reaksi. Pada turbin aksi atau turbin impuls, energi diperoleh dari
semburan fluida yang melewati nosel diluar rotor. Jika pengaruh gravitasi dan
gesekan diabaikan maka pada sudu turbin tidak akan terjadi perubahan tekanan
ataupun kecepatan. Perubahan tersebut terjadi pada nosel di luar rotor. Sedangkan
pada turbin Reaksi sebagian ekspansi fluida terjadi di luar rotor sebagian lagi pada
sudu geraknya, sehingga pada turbin Reaksi akan selalu ditemui sudu tetap atau sudu
gerak untuk mengarahkan aliran. Kombinasi sebuah sudu gerak dan sudu tetap
disebut tingkat (stage). Turbin reaksi akan menghasilkan daya yang lebih besar jika
dibandingkan dengan turbin aksi.
Prime movers digolongkan menjadi 2 jenis yaitu yang fluidanya berupa cairan
misalnya pompa dan yang fluidanya berupa gas misalnya fan, blower dan kompresor.
Fan umumnya untuk aliran tak mampu mampat dan blower untuk kenaikan tekanan
fluida yang relatif rendah. Sedangkan untuk kenaikan tekanan yang tinggi digunakan
kompresor.
Kondisi aliran fluida yang melalui rotor dalam mesin fluida ada 4 yaitu :
Axial : sejajar dengan sumbu rotasi rotor
Radial :tegak lurus terhadap sumbu rotasi
Tangensial: tegak lurus terhadap arah aksial dan radial ( whirl
component)
Campuran (Mixed)
Untuk aplikasi tertentu maka perencanaan maupun pemilihan mesin fluida
ditentukan oleh unjuk kerjanya. Secara umum aliran fluida yang axial akan memiliki
unjuk kerja yang paling tinggi jika dibandingkan dengan yang radial dan mixed.
Aliran radial akan memiliki unjuk kerja yang paling rendah. Namun bila dipentingkan
penurunan maupun kenaikan tekanan, maka aliran radial mempunyai penurunan
tekanan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan yang aksial dan mixed.
B.1. Persamaan Euler untuk Mesin Fluida
Persamaan dasar untuk mesin fluida adalah persamaan torsi sebagai fungsi
momen dari momentum
Tshaft = (r
2
V
t2
- r
1
V
t1
) m (3.12)
dimana :
Tshaft : torsi poros
r : jari-jari rotor
Vt : kecepatan tangensial fluida
+ (positif) jika searah U (kecepatan sudu)
- (negatif) jika berlawanan dengan kecepatan sudu
subskrip 1 untuk kondisi masuk rotor
subskrip 2 untuk kondisi keluar rotor
Sehingga Tshaft <0 untuk turbin (kerjanya sebagai output)
Tshaft >0 untuk pompa (kerja sebagai input)
Persamaan Energi untuk menentukan usaha atau kerja dari mesin fluida
Win = T
shaft
x
= ( (r
2
V
2t
- r
1
V
1t
) m x dimana U = r x
= (U
2
V
2t
- U
1
V
1t
) m (3.13)
Apabila dibagi dengan m g akan diperoleh besaran berdimensi panjang yang disebut
Head :
( ) h
W
mg g
U V U V
in
t t

1
2 2 1 1

(3.14)
B.2. Komponen kecepatan fluida pada masukan rotor dan keluaran rotor
Dari persamaan Euler itu, terlihat bahwa komponen kecepatan fluida pada
rotor perlu dinyatakan dengan jelas. Berdasarkan proyeksi kecepatan pada rotor akan
timbul komponen kecepatan rotor seperti terlihat pada gambar 3.1. Hubungan antara
kecepatan pada persamaan 3.14 dengan komponen kecepatan rotor seperti terlihat
pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Aliran melalui impeler sebuah pompa sentrifugal
Dari gambar 3.2. maka dapat dinyatakan persamaan komponen kecepatannya sebagai
berikut :
V V V V U V
U V
V U V
m t r t
t
r
2
2
2
2
2
2
2
2
2 2
2
2 2
2
2
2
2
2
2
2

+
( )
(3.15)
Untuk kondisi masuk rotor/impeler akan serupa dengan kondisi keluar impeler, yaitu:
UV
V U V
t
r
1 1
1
2
1
2
1
2
2

+
(3.16)
Apabila persamaan 3.15 dan 3.16 disubstitusikan ke persamaan 3.14 maka persamaan
Headnya akan menjadi :
h
V V
g
U U
g
V V
g
r r


+

+

2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2 2 2
(3.17)
B.3. Parameter tanpa dimensi dan kesamaan dinamik untuk mesin fluida
Analisa tanpa dimensi untuk mesin fluida menunjukkan bahwa pada kondisi
kesamaan dinamik atau homolog maka parameter tanpa dimensinya adalah tetap.
Parameter tanpa dimensi tersebut antara lain :
Koefisien aliran,
Q Q
1
1
3
2
2
3
D D

(3.18)
Perbandingan tekanan
H
D
H
D
1
1
2
1
2
2
2
2

2
2 (3.19)
Koefisien daya,
P P
1
1 1
3
1
5
2
2 2
3
2
5
D D

(3.20)
B.4. TURBIN
Turbin diklasifikasi menjadi tiga macam berdasarkan jenis fluidanya, yaitu :
turbin air (hidrolik), turbin gas dan turbin uap. Sedangkan berdasarkan arah aliran
melalui runner-nya, turbin dibedakan menjadi :
1. Turbin Impuls atau turbin aksi yaitu : turbin Pelton
2. Turbin Reaksi yaitu: turbin Francis dan turbin Kaplan
Arah aliran fluida melalui runner pada turbin Pelton, turbin Francis dan turbin
Kaplan diperlihatkan pada gambar 3.3.
Gambar 3.3. Aliran sudu-sudu turbin
B.4.1. Turbin Aksi
Turbin aksi atau turbin Pelton adalah turbin air yang mengubah head air yang
tinggi menjadi pancaran air berkecepatan tinggi oleh sebuah lubang pancar atau nosel
yang dirancang khusus. Pancaran air arah tangensial akan memukul serangkaian sudu
berbentuk seperti mangkuk pada kincir putar sehingga terjadi perubahan momentum
dan yang menghasilkan gaya dan momen gaya yang akan memutar kincir. Pancaran
air tidak terjadi pada ruang tertutup sehingga tekanannya adalah sama dengan tekanan
atmosfer pada saat melewati turbin.
Turbin aksial
Pada mesin fluida aliran aksial maka komponen kecepatan umumnya U
1
= U
2
sehingga head atau energi teoritis persatuan berat air dari turbin Pelton aksial sesuai
persamaan 3.17. adalah:
h
V V
g
V V
g
r r


+

1
2
2
2
2
2
1
2
2 2
(3.21)
Turbin tangensial
Turbin Pelton hanya mempunyai satu komponen kecepatan tangensial yaitu
pada kondisi masuknya dan sedikit komponen aksial pada kondisi keluar runner-nya.
Fluida masuk dan keluar pada radius yang sama sehingga U
1
= U
2
dan kecepatan
relatifnya juga hampir sama, V
1r
V
2r
. Energi yang dipindahkan hanya berasal dari
momentum aliran pada sudu dan runner, juga tidak terjadi perubahan tekanan,
sehingga head turbin adalah :
( ) h
U
g
V
r

1
1 cos
(3.22)
dimana :
: sudut antara komponen kecepatan umum dan kecepatan relatif
Daya keluaran teoritis turbin hidrolik adalah :
P
teoritis
= Q V
1r
U (1- cos ) (3.23)
= Q (V
1
- U)U (1- cos )
Efisiensi teoritis adalah perbandingan keluaran daya teoritis terhadap masukan daya
dalam bentuk energi kinetik pancaran air :
( ) ( )
( )

teorits
Q V U U
g
U
V

_
,

1
1
1
2
1
cos
/
cos

Q V
= 2 1-
U
V

1
2
1
(3.24)
Efisiensi teoritis maksimum akan tercapai bila V
1
= 2 U.
Efisiensi turbin sesungguhnya dipengaruhi oleh head loss atau rugi-rugi yaitu
rugi mekanik pada bantalan (bearing), rugi hidrolik pada lubang pancar (nosel) dan
sudu, rugi kebocoran pada sambungan.
Daya keluaran turbin dapat juga dihitung dari laju aliran dan head pada
lubang pancar dengan persamaan :
P
Q h


550

(daya kuda)
P Q h 1 356 ,
(watt) (3.25)
B.4.2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi tipe Francis adalah turbin aliran radial atau aliran campuran
dengan sudu tetap (tidak dapat distel) dan paling efisien untuk laju-laju spesifikasi
menengah.
Turbin reaksi tipe propeller adalah turbin aliran aksial dengan sudu tetap atau
sudu yang dapat distel ulang dan memiliki putaran spesifik yang tinggi. Dalam turbin
reaksi air mengalir dari tempat penampungan melalui pipa penyalur kemudian
melewati saluran pemandu yang didalamnya terdapat sirip yang dapat diatur.
Kemudian air mengalir melalui runner turbin dan akhirnya ke bagian yang melebar ke
saluran buang. Bagian keluar yang melebar (diverging) dimaksudkan untuk
mengurangi kecepatan air ketika memasuki saluran buang, untuk mengurangi
penurunan head sistem. Pipa keluaran mempersyaratkan aliran yang rendah untuk
menghindari kavitasi. Angka kavitasi sering disebut angkat Thoma atau plant sigma
dan didefinisikan sebagai :

H H z
H
a v s
(3.26)
dimana :
H
a
: head tekanan atmosfer
H
v
: head tekanan uap fluida
z
s
: head tarik statis (tinggi dari penampungan air ke dasar dari sudu turbin)
H : head total yang tersedia
B.5. POMPA DAN KOMPRESOR
Pompa dan kompresor memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga
pembahasannya dapat digabungkan dengan mengingat bahwa kompresor umumnya
fluida kerjanya adalah gas sedangkan pompa fluida kerjanya adalah cairan.
Energi yang ditambahkan pompa atau kompresor kepada fluida diperoleh dari
persamaan energi yang diterapkan pada kondisi masuk 1 dan kondisi keluar 2 yaitu :
( ) h
V V
g
p p
z z

+

+
2
2
1
2
2 1
2 1
2
atau head total adalah penambahan head tekanan, head kecepatan dan head potensial
atau elevasi. Perbandingan antara daya yang dinyatakan dengan head total terhadap
daya masukan ke dalam pompa atau kompresor disebut unjuk kerja keseluruhan.



keluaran
masukan
Q h
550 ( daya kuda)
(.3.27)
5.1. Pompa Sentrifugal atau Kompresor aliran radial
Aliran fluida yang radial akan menimbulkan efek sentrifugal dari impeler
diberikan kepada fluida. Jenis pompa sentrifugal atau kompresor aliran radial akan
mempunyai head yang tinggi tetapi kapasitas alirannya rendah. Pada mesin aliran
radial ini, fluida masuk melalui bagian tengah impeler dalam arah yang pada
dasarnya aksial. Fluida keluar melalui celah-celah antara sudu dan piringan dan
meninggalkan bagian luar impeler pada tekanan yang tinggi dan kecepatan agak
tinggi ketika memasuki casing atau volute.
Volute akan mengubah head kinetik yang berupa kecepatan buang tinggi
menjadi head tekanan sebelum fluida meninggalkan pipa keluaran pompa. Jika casing
dilengkapi dengan sirip pemandu (guide vane), pompa tersebut disebut diffuser atau
pompa turbin. Salah satu contoh gambar potongan dari pompa sentrifugal ditampilkan
pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Pompa sentrifugal radius kecil, isap ganda
Pada aliran radial, komponen tangensial dari kecepatan fluida masuk rotor, V
1t
= 0, sehingga persamaan 3.14 akan menjadi :
( )
( ) ( )
h
W
mg g
U V
U V ctg U
g
U V
g
ctg
in
t
m
m


+
1
180
2 2
2 2 2
2 2


=
U
g

2
2
2

(3.28)
Dari kontinuitas, laju aliran volumetris melalui mesin adalah:
Q = 2 R
2
b
2
V
2m

atau
V
Q
R b
m 2
2 2
2

yang disubstitusikan ke persamaan 3.28 menjadi


h E
U ctg
R b g
+ =
U
g

Q
2
2
2 2
2 2
2

(3.29)
Dari persamaan 3.29 dapat ditentukan head pompa untuk sebuah pompa
dengan sudu tertentu merupakan fungsi kapasitas aliran. Untuk sudu dengan
lengkungan ke belakang,
2
>90
0
maka ctg
2
negatif yang berarti head akan
berkurang dengan kenaikan kapasitas aliran. Sedangkan untuk lengkungan sudu ke
depan,
2
< 90
0
maka ctg
2
positif yang berarti head akan bertambah dengan kenaikan
kapasitas. Apabila sudu radial, berarti
2
= 90, atau ctg
2
=0, maka head tidak
dipengaruhi oleh kapasitas aliran.
Kurva unjuk kerja Euler dari persamaan 3.29 untuk ketiga kondisi lengkungan
sudu tersebut ditampilkan pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Kurva unjuk kerja Euler untuk sebuah pompa sentrifugal
Kurva unjuk kerja sesungguhnya akan berbeda karena dipengaruhi oleh rugi-
rugi energi mekanis dan kebocoran volumetris sehingga kurva akan condong lebih ke
bawah dan tidak linier.
5.2. Pompa atau Kompresor Aliran Aksial
Pompa aliran aksial adalah pompa jenis propeller yang umumnya mempunyai
tiga perangkat kipas yaitu : kipas atau sirip penuntun, kipas impeler dan kipas
keluaran. Kipas penuntun dan kipas keluaran fungsinya untuk menghilangkan
komponen kecepatan tangensial atau pusaran. Pompa aliran aksial adalah jenis pompa
yang memiliki kapasitas tinggi dan head rendah dengan unjuk kerja dapat mencapai
75 %. Penampang dari suatu pompa aksial dapat dilihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5. Pompa aliran aksial
Sama halnya pada turbin aksial, maka pada pompa atau kompresor aksial
kecepatan umum U
1
= U
2
sehingga persamaan head menjadi :
( ) h
U
g
V V
V V
g
V V
g
t t
r r


+

2 1
2
2
1
2
1
2
2
2
2 2
(3.30)
5.3. Pompa aliran campuran
Pompa aliran campuran memiliki karakteristik antara pompa aliran sentrifugal
dan pompa aliran aksial. Gambar penampang pompa aliran campuran ditampilkan
pada gambar 3.6. Sedangkan karakteristik kerja pompa lebih rinci akan dibahas pada
mata kuliah Mesin-mesin Fluida.
Gambar 3.6. Pompa dengan impeler aliran campuran
5.4. Kombinasi Pompa dan Sistem
Pompa umumnya dipasang pada suatu sistem untuk meningkatkan head
potensial atau head tekanan dari sistem tersebut. Misalkan sistem untuk memindahkan
cairan dari elevasi yang rendah ke elevasi yang tinggi, maka pompa dibutuhkan untuk
meningkatkan head potensial sistem.
Gambar 3.6. Sistem aliran pada dua reservoar
Pada sistem seperti gambar 3.6 maka dapat diterapkan persamaan energi
sebagai berikut :
V
g
p
z h
V
g
p
z h
L
1
2
1
1
2
2
2
2
2 2
+ + + + + +

(3.31)
sehingga head pompa h, adalah :
( ) h z z h
p p V V
g
L
+ +

+

2 1
2 1 2
2
1
2
2
(3.32)
Untuk kondisi seperti gambar 3.6. maka kedua suku terakhir sama dengan nol.
Dengan demikian head sistem hanya dipengaruhi oleh gaya angkat statis (z
2
-z
1
) dan
head loss sistem.
5.5. Parameter tanpa dimensi untuk kondisi yang tidak homolog
Untuk memperoleh karakteristik yang berbeda pada kecepatan atau putaran
pompa yang sama maka impeler pompa dapat diperkecil. Kondisi inilah yang disebut
kondisi homolog dan berlaku persamaan tanpa dimensi sebagai berikut:

Q
Q
D
D
1
2
1
2

(3.33)
H
H
D
D
1
2
1
2
2

_
,
(3.34)
P
P
D
D
1
2
1
2
3

_
,
(3.35)
Sedangkan untuk sebuah pompa tertentu, jika kecepatan sudut pompa,
diubah dan unjuk kerja pompa diandaikan tetap maka kapasitas aliran, head dan daya
pompa akan berubah menurut persamaan :
Q
Q
1
2
1
2

(3.36)
H
H
1
2
1
2
2

_
,

(3.37)
P
P
1
2
1
2
3

_
,

(3.38)
5.6. Laju spesifik
Unjuk kerja pompa yang tidak tergantung pada ukuran pompa dapat
ditentukan dari konsep laju spesifik, yang diperoleh dari perbandingan persamaan
3.18 dan 3.19 sehingga menjadi
Laju spesifik, N
Q
H
s


1 2
3 4



/
/
(3.39)
Sebuah pompa yang menghasilkan head yang tinggi pada debit yang relatif
rendah berarti memiliki laju spesifik yang rendah seperti karakteristik pompa
sentrifugal. Pompa yang menghasilkan head rendah pada laju aliran relatif besar
memiliki laju spesifik yang tinggi seperti pompa aliran aksial atau pompa propeller.
Laju spesifik yang menengah dimiliki pompa aliran campuran.
Contoh Soal 3.3.
Sebuah pompa sentrifugal mempunyai efisiensi 80 % pada kecepatan spesifik 2000.
Diameter impeler pompa adalah 8 in. Pada kondisi design laju aliran adalah 300 gpm
air pada putaran 1170 rpm. Untuk memperoleh laju aliran yang lebih tinggi pompa
akan dikopel dengan motor 1750 rpm. Dengan menggunakan analisa tanpa dimensi
pompa tentukan karakteristik kerja pompa pada putaran yang tinggi.
Penyelesaian :
Dari persamaan tanpa dimensi untuk pompa :
Q
D
Q
D
Q Q
D
D
1
1
3
2
2
3
2 1
2
1
2
1
3

_
,

Q
gpm
x x gpm
2
3
300 1750
1170
8
449

_
,


rpm
rpm
in
8 in

Head pompa tidak diketahui pada putaran 1170 rpm, namun dapat dihitung dengan
persamaan kecepatan spesifik
N
Q
H
Q
N
s
s

_
,


H =

1
1 2
3 4
1
1 2
4 3
/
/
/
/
H ft

_
,

1170
21 9
4 3
rpm x (300 gpm)
2000
1/ 2
/
,
Untuk menentukan head pompa pada putaran 1750 rpm dipergunakan persamaan
head
H
D
H
D
H
D
D
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
21 9

_
,

_
,

_
,

_
,

= H ft x
449 rpm
300 rpm
x
8 in
8 in
= 49,0 ft
1
2
2
,
Daya pompa pada putaran 1170 rpm
= g Q
1
H
1
P x x
menit
x
ft
x
ft
gal
x
menit
ik
x
lbf dt
slug ft
x
hp dt
ft lbf
1
3 2
1 94 300 21 9
7 48 60 550

, ,
, det
.
.
.
.
slug
ft

32,2 ft
dt

galon






= 1,66 hp
3 2
Persamaan tanpa dimensi untuk daya :
P
D
P
D
1
1 1
3
1
5
2
2 2
3
2
5
2
1


2 1
2
1
3
2
1
5

P = P
D
D

_
,

_
,

_
,

( ) ( ) P x x
2
3
5
1
1750
1

_
,


1,66 hp
x
rpm
1170 rpm
5,55 hp
Daya masukan yang dibutuhkan adalah :
P
P
hp
in

2
5 55
6 94

,
,
hp
0,80

Kecepatan Spesifik pada putaran 1750 rpm adalah
( )
( )
N
Q
H
s


=
1750 rpm 449
1 2
3 4
1 2
3 4
49
2000
/
/
/
/

5.7. Kavitasi Pompa
Angka kavitasi untuk sebuah pompa didefinisikan sebagai head isap positif
dibagi head total yang harus diatasi pompa .

NPSH
H
(3.40)
Head isap positif atau Net Positif Suction Head (NPSH) menyatakan harga
head total di garis sumbu masukan pompa (head kecepatan dan head tekanan)
dikurangi head tekanan mutlak uap zat cair.
NPSH
V
g
p p
v
+
1
2
1
2
(3.41)
Pompa dengan kapasitas aliran tertentu mungkin mencapai NPSH minimun
sehingga akan terjadi kavitasi kritis
c

c
imum
NPSH
H

min
(3.42)
Karakteristik dari kavitasi sebuah pompa akan menentukan gaya angkat isap
statik (static suction lift) yang diperlukan untuk pemasangan pompa. Jika z
s
adalah
negatif maka pompa harus ditempatkan lebih rendah dari permukaan air atau dikenal
sebagai pompa banjir (submersible pump).
Soal-soal latihan
1. Minyak zaitun pada suhu 15
0
C ( = 8,2x10
-2
kg/m.dt dan = 918 kg/m
3
) dipompa
dengan laju 10 L/dt. Berapakah ukuran pipa untuk menyalurkan minyak zaitun
ini agar penurunan tekanan dalam 31 m pipa horisontal adalah 80 kPa ?
2. Minyak dengan kerapatan 900 kg/m
3
dan viskositas kinematik 9 x 10
-5
m
2
/dt
mengalir dalam sebuah saluran bujur sangkar 5x5 cm dengan kecepatan rata-
rata 4 m/dt Berapakan penurunan tekanan dalam 30 m panjang pipa saluran
ini ?
3. Sebuah pompa sentrifugal dengan pipa isap 30 cm dan pipa buang 25 cm bekerja
dengan debit 140 L/dt. Tekanan vakum dibagian isap adalah 20 cm air raksa
dan tekanan buang 300 kPa (gage). Pipa masukan dan pipa keluaran berada
pada elevasi yang sama. Untuk efisiensi 81 %, berapakah masukan daya yang
diperlukan oleh pompa ?
4. Minyak mentah ( SG = 0,87 dan viskositas kinematik adalah 4,6x10
-6
m
2
/dt) akan
di pompa melalui sebuah pipa besi tuang kelas H berdiameter 30 cm. Pipa ini
cukup aman untuk menahan tekanan dalam (internal pressure) sampai 2400
kPa. Pada selang jarak berapakah stasiun pompa harus ditempatkan untuk
menghasilkan aliran 100 L/dt ?
5. Sebuah pompa dengan impeler 65 cm diharapkan mempunyai kapasitas 800 L/dt
pada head 31 m dengan 850 putaran per menit. Sebuah pompa model dengan
impeler 16 cm dioperasikan pada 1750 putaran permenit. Berapakah laju
aliran dan head untuk model bila keduanya mempunyai kesamaan dinamik ?
Apabila efisien 82 % baik untuk model maupun prototipe, berapakah daya
yang diperlukan untuk menggerakkan pompa-pompa tersebut ?
6. Sebuah pancaran air berdiameter 8 cm dengan kecepatan 70 m/dt menggerakkan
sebuah turbin aksi yang diameternya 150 cm sehingga berputar dengan laju
360 putaran per menit. Pancaran disimpangkan dengan sudut 165
0
. Berapakah
daya yang diterima oleh turbin ?
7. Sebuah model pompa sentrifugal 15 cm mempunyai efisiensi 65 %. Perkirakan
besarnya efisiensi dari pompa serupa berukuran 45 cm , dan 90 cm pada
kecepatan yang sama.

You might also like