You are on page 1of 3

Nama : Angga Miftahur Rahman NIM : J1E111076 Prodi : S-1 Farmasi KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN DAN MANFAAT DI BIDANG

FARMASI Keanekaragaman hayati sangatlah penting untuk terus dijaga dan dilestarikan, karena hal tersebut merupakan suatu sistem yang tidak boleh terpisahkan satu dengan lainnya. Apabila hal tersebut tersebut diabaikan, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam ekosistem yang ada. Seperti halnya penebangan hutan yang tidak sesuai dengan kelesatarian lingkungan akan berakibat timbulnya banjir saat musim hujan. Selain itu juga dapat menimbulkan longsor, kelangkaan beberapa spesies, erosi tanah, dll. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas atau dalam bahasa Inggris disebut biodiversity) merupakan suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Keanekaragaman hayati ini dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis yang secara keseluruhannya tidak terdistribusi secara merata di bumi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi yang menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual namun juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa. Dalam perkembangan keanekaragaman hayati ini banyak sekali manfaat yang diperoleh baik dari segi manfaat sosial, ekologi, ekonomi, farmasi, industri, maupun dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Terutama dalam bidang farmasi sangat banyak sekali tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat. Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat, yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuam makhluk hidup yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetic. Keanekaragaman hayati ini saling berkaitan erat satu sama lain. Misalnya saya ambil contoh masyarakat yang merupakan

Nama : Angga Miftahur Rahman NIM : J1E111076 Prodi : S-1 Farmasi bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai organisme lain yang ada pada habitat tersebut dan membentuk suatu sistem ekologi dengan ciri saling tergantung satu sama lain. Masyarakat secara alamiah telah mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh kehidupan dari keragaman hayati yang ada di lingkungannya baik yang hidup secara liar maupun budidaya. Misalnya masyarakat pemburu memanfaatkan ribuan jenis hewan dan tumbuhan untuk makanan, obat-obatan dan tempat berteduh. Masyarakat petani, peternak dan nelayan mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk memanfaatkan keragaman hayati di darat, sungai, danau dan laut untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup mulai dari makanan, pakaian, perumahan sampai obat-obatan. Masyarakat industri memanfaatkan keragaman hayati untuk menghasilkan berbagai produk industri seperti tekstil, industri makanan, kertas, obat-obatan, pestisida, kosmetik. Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana keragaman hayati sangat erat hubungannya dengan masyarakat tanpa memandang tingkatan penguasaan teknologi, status sosial ekonomi maupun budaya. Dengan demikian, keragaman hayati adalah tulang punggung kehidupan, baik dari segi ekologi, sosial, ekonomi maupun budaya. Manusia telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan medis. Selain pengobatan tradisional, pengobatan moderenpun sangat tergantung pada keragaman hayati terutama tumbuhan dan mikroba. Sumber daya dari tanaman liar, hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam pencarian bahan-bahan aktif bidang kesehatan. Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari tanaman; beberapa antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan setiap saat. Sedikitnya ada 5.100 spesies tumbuhan digunakan masyarakat untuk ramuan obat cina. Sekitar 80% penduduk di Dunia ketiga (lebih kurang 3 milyar) tergantung pada pengobatan tradisonal. Selain pengobatan tradisional, pengobatan moderenpun sangat tergantung pada keragaman hayati terutama tumbuhan dan mikroba. Masyarakat Aborigin Australia misalnya, menggunakan banyak sekali tanaman lokal sebagai obat-obatan. Sebagian kecil obat-obatan Aborigin telah

dipergunakan secara luas sebagai obat-obatan di Barat, seperti minyak eukaliptus untuk melegakan infeksi jalur pernafasan, akan tetapi saat ini lebih banyak lagi

Nama : Angga Miftahur Rahman NIM : J1E111076 Prodi : S-1 Farmasi yang sedang diteliti. Sumber daya dari tanaman liar, hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam pencarian bahan-bahan aktif bidang kesehatan. Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari tanaman; beberapa antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan setiap saat. Sebagai contoh Indonesia memiliki 940 jenis tanaman obat, tetapi hanya 120 jenis yang masuk dalam Materia medika Indonesia. Masyarakat pulau Lombok mengenal 19 jenis tumbuhan sebagai obat kontrasepsi. Jenis tersebut antara lain pule, sentul, laos, turi, temulawak. Alang-alang, pepaya, sukun, lagundi, nanas, jahe, jarak, merica, kopi, pisang, lantar, cemara, bangkel, dan duwet. Bahan ini dapat diramu menjadi 30 macam. Masyarakat jawa juga mengenal paling sedikit 77 jenis tanaman obat yang dapat diramu untuk pengobatan segala penyakit Masyarakat Sumbawa mengenal 7 jenis tanaman untuk ramuan minyak urat yaitu akar salban, akar sawak, akar kesumang, batang malang, kayu sengketan, ayu sekeal, kayu tulang. Masyarakat Rejang Lebong Bengkulu mengenal 71 jenis tanaman obat. Untuk obat penyakit malaria misalnya masyarakat daerah ini menggunakan 10 jenis tumbuhan. Dua di antaranya yaitu Brucea javanica dan Peronemacanescens merupakan tanaman langka. Cara pengambilan tumbuhan ini dengan mencabut seluruh bagian tumbuhan, mengancam kepunahan tanaman ini. Masyarakat Jawa Barat mengenal 47 jenis tanaman untuk menjaga kesehatan ternak terutama kambing dan domba. Di antara tanaman tersebut adalah bayam, jambe, temu lawak, dadap, kelor, lempuyang, katuk, dan lain-lain. Masyarakat Alor dan Pantar mempunyai 45 jenis ramuan obat untuk kesehatan ternak sebagai contoh kulit kayu nangka yang dicampur dengan air laut dapat dipakai untuk obat diare pada kambing. Di Jawa Timur dan Madura dikenal 57 macam jamu tradisional untuk ternak yang menggunakan 44 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang banyak digunakan adalah marga curcuma (temuan-temuan). Di daerah Bone Sulawesi Utara ada 99 jenis tumbuhan dari 41 suku yang diprgunakan sebagai tanaman obat. Suku Asteraceae, Verbenaceae, Malvaceae, Euphorbiaceae, dan Anacardiaceae merupakan suku yang paling banyak digunakan.

You might also like