You are on page 1of 17

Tafsir Tafsir diambil dari kata fassara yupassirutafsiran yang berarti keterangan, penjelasan atau uraian.

. Sedangkan Menurut istilah: 1) Menurut al-Jurjani, tafsir adalah menjelaskan makna ayat keaaannya, kisahnya, dan sebab yang karenanya ayat diturunkan, dengan lafat yang menunjukkan kepadanya dengan jelas sekali. 2) Menurut az-Zarkazyi, ialah suatu pengetahuan yang dengan pengetahuan itu dapat dipahamkan kibullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjelaskan maksudmaksudnya mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmahnya. 3) Menurut al-Kilbyi ialah mensyarahkan al-quran, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya ataupun dengan najwahnya. 4) Menurut Syeikh Thorir, ialah mensyarahkan lafad yang sukar difahamkan oleh pendengan dengan uraian yang menjelaskan maksud dengan menyebut muradhifnya atau yang mendekatinya atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melaui suatu jalan (petunjuk). (Masyhuri: 86) Macam-Macam Tafsir 1) Tafsir Bil Matsur Tafsir yang merujuk pada penafsiran al-quran dengan al-quran atau penafsiran al quran dengan al-hadits melalui penuturan para sahabat. Jenis tafsir ini merupakan tafsir yang tertinggi yang tidak dapat diperbandingkan dengan sumber lain. (Teungku:5) Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran: Misalnya dalam surat Al-Hajj: 30 Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya. Kalimat diterangkan kepadamu (illa ma yutla alaikum) ditafsirkan dengan surat al-Maidah:3 Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.. Menafsirkan Al-Quran dengan As-Sunnah/Hadits Contoh Surat Al-Anam ayat 82:

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan dan mereka orang-orang yang mendapat petunjuk Kata al-zulm dalam ayat tersebut, dijelaskan oleh Rasul Allah saw dengan pengertian alsyirk (kemusyrikan). Menafsirkan Al-Quran dengan pendapat para sahabat Contoh surat an-Nisa ayat 2 Mengenai penafsiran sahabat terhadap Alquran ialah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Halim dengan Sanad yang saheh dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menerangkan ayat ini: Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. Kata hubb ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dengan dosa besar Menafsirkan Al-Quran dengan pendapat para Tabiin: Contoh Surat Al-Fatihah: Penafsiran Mujahid bin Jabbar tentang ayat: Shiraat al-Mustaqim yaitu kebenaran. Contoh bukunya: 1) Jami al-bayan fi tafsir Al.Quran, Muhammad B. Jarir al. Thabari, W. 310 H. terkenal dengan tafsir Thabari 2) Bahr al-Ulum, Nasr b. Muhammad al- Samarqandi, w. 373 H. terkenal dengan tafsir alSamarqandi. 3) Maalim al-Tanzil, karya Al-Husayn bin Masud al Baghawi, wafat tahun 510, terkenal dengan tafsir al Baghawi. Tafsir Bir Rai Yaitu penafsiran Al-Quran berdasarkan rasionalitas pikiran (ar-rayu), dan pengetahuan empiris (ad-dirayah). Tafsir jenis ini mengandalkan kemampuan ijtihad seorang mufassir, dan tidak berdasarkan pada kehadiran riwayat-riwayat (ar-riwayat). Disamping aspek itu mufassir dituntuk untuk memiliki kemampuan tata bahasa, retorika, etimologi, konsep yurisprudensi, dan

pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan wahyu dan aspek-aspek lainnya menjadi pertimbangan para mufassir. Contoh surat al-Alaq: 2 Khalaqal insaana min alaq Kata alaq disini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz alaqah yang berarti segumpal DARAH yang kental a) Tafsir Terpuji (Mahmud) Suatu penafsiran yang cocok dengan tujuan syari, jauh dari kesalahan dan kesesatan, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, serta berpegang teguh pada ushlub-ushlubnya dalam memahami nash Al-Quran. b) Tafsir Al-Bathil Al-Madzmum Suatu penafsiran berdasarkan hawa nafsu, yang berdiri di atas kebodohan dan kesesatan. Manakala seseorang tidak faham dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, serta tujuan syara, maka ia akan jatuh dalam kesesatan, dan pendapatnya tidak bisa dijadikan acuan. Contoh bukunya: 1) Mafatih al-Ghayb, Karya Muhammad bin Umar bin al-Husain al Razy, wafat tahun 606, terkenal dengan tafsir al Razy. 2) Anwar al-Tanzil wa asrar al-Tawil, Karya Abd Allah bin Umar al-Baydhawi, wafat pada tahun 685, terkenal dengan tafsir al-Baydhawi. 3) Aal-Siraj al-Munir, Karya Muhammad al-Sharbini al Khatib, wafat tahun 977, terkenal dengan tafsir al Khatib. Tafsir Bil Isyari Suatu penafsiran diamana menta`wilkan ayat tidak menurut zahirnya namun disertai usaha menggabungkan antara yang zahir dan yang tersembunyi. Contoh Surat Al-Baqoroh: 67 ...Innallaha ya`murukum an tadzbahuu baqarah Yang mempunyai makna ZHAHIR adalah Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina Tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna dengan .Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah

Contoh dalam kisah Nabi Khidir dan Musa: Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Penjelasan: Allah telah menganugerahkan ilmu-Nya kepada Khidhir tanpa melalui proses belajar sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang biasa. Ia memperoleh ilmu karena ketaatan dan kesalihannya. Ia jauh dari maksiat dan dosa. Ia senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Dalam kesuciannya, Khidhir diberikan ilmu dari sisi-Nya yang dinamakan ilmu ladunni menggunakan pendekatan qalbi (hati) atau rasa. Contoh bukunya: 1) Tafsir al-Quran al Karim, Karya Sahl bin Abd. Allah al-Tastari, terkenal dengn tafsir alTastari. 2) Haqaiq al-Tafsir, Karya Abu Abd. Al-Rahman al- Salmi, terkenal dengan Tafsir al-Salmi. 3) Tafsir Ibn Arabi, Karya Muhyi al-Din bin Arabi, terkenal dengan nama tafsir Ibn Arabi. Tawil Kata tawl berasal dari kata al-awl, yang berarti kembali (ar-ruj) aatau dari kata al-mal yang artinya tempat kembali (al-mashr) dan al-aqbah yang berarti kesudahan.Ada yang menduga bahwa kata ini berasal dari kata al-iylah yang berarti mengatur (al-siyasah). Sedangkan menurut istilah menurut Al-Jurjani: ialah memalingkan lafad dari makna yang dhahir kepada makna yang muhtamil, apabila makna yang muyamil tidak berlawanan dengan al-quran dan as-sunnah. Contoh Surat al Fajr : 89 Bahwasanya rabb mu sungguh memperhatikan kamu Tafsirnya: Bahwasanya allah senantiasa dalam mengintai-intai memperhatika keadaan hambanya Tawil:Menakutka manusia dari berlalai-lalai, dari lengah mempersiapkan persiapan yang perlu. Terjemah Kata terjemah berasal dari bahasa arab, tarjama yang berarti menafsirkan dan menerangkan dengan bahasa yang lain (fassara wa syaraha bi lisanin akhar), kemudian kemasukan ta marbutah menjadi al-tarjamatun yang artinya pemindahan atau penyalinan dari suatu bahasa ke bahasa lain (naql min lighatin ila ukhra). Sedangkan menurut istilah:

1. Terjamah Harfiyah: memindahkan kata-kata dari suatu bahasa yang sinonim dengan bahasa yang lain yang susunan kata yag diterjemahkan sesui dengan kata-kata yang menerjemahkan, dengan syarat tertib bahasanya. 2. Terjemah Tafsiriah atau Maknawiyah: menjelaskan maksud kaliamat (pembicaraan) dengan bahasa yang lai tanpa keterikatan dengan tertib kalimat aslinya atau tanpa memerhatikan susunannya. Persamaan Tafsir, Tawil dan Terjemah

Ketiganya menerangkan makna ayat-ayat al-Quran Ketiganya sebagai sarana untuk memahami al-Quran

Perbedaan Tafsir, Tawil dan Terjemah

Tafsir: menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang dengan panjang lebar, lengkap dengan penjelasan hokum-hukum dan hikmah yang dapat diambil dari ayat itu dan seringkali disertai dengan kesimpulan kandungan ayat-ayat tersebut. Tawil: mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Quran dari arti yang lahir dan rajih kepada arti lain yangsamar dan marjuh. Terjemah: hanya mengubah kata-kata dari bahasa arab kedalam bahasa lain tanpa memberikan penjelasan arti kiandungan secara panjang lebar dan tidak menyimpulkan dari isi kandungannya.

Perbedaan Tafsir dan Tawil TAFSIR Pemakaiannya banyak dalam lafadzlafadz dan mufradat Jelas diterangkan dalam al-quran dan hadits-hadits shahih Banyak berhubungan dengan riwayat Digunakan dalam ayat2 mukhkamat (jelas) Bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki TAWIL Pemakaian lebih banyak pada maknamakna dan susunan kalimat Kebanyakan di istinbadh oleh para ulama Banyak berhubungan dengan rirayat Digunakan dalam ayat-ayat mutashabihat Menerangkan hakikat yang dikehendaki

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. 3. 4. 5.

Dengan demikian, kata tarjamah secara harfiyah bisa dianggap identik dengan istilah tafsir. Dalam bahasa Indonesia, kata tarjamah lazim populer dengan sebuatan terjemah. Terjemah, atau terjemahan dalam Kamus Bahasa Indonesia karangan WJS. Poerwadarminta diartikan dengan salinan dari sesuatu bahasa kepada bahsa lain. Tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga dikemukakan bahwa terjemah atau menterjemahkan ialah menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa kebahsa lain; mengalihbahasakan.Seperti: Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia: Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Dari contoh tersebut, maka lafal hamdalah dinamakan mutarjam (kata-kata yang diterjemahkan), sedangkan kata segala puji itu bagi Allah, Tuhan segala alam dinamakan tarjamah/terjemahan; dan orang yang menterjemahkannya dalam istilah tafsir disebut dengan mutarjim. B. MACAM-MACAM TARJAMAH Sejalan dengan contoh diatas, para ahli tafsir membedakan tarjamah ke dalam dua macam, yaitu: 1. Tarjamah Harfiyah Tarjamah harfiyah ialah tarjamah yang dilakukan dengan cara menyalin atau memindahkan suatu pembicaraan dari satu bahasa ke bahasa lain, dengan menyalin yang terikat dengan susunan katakata atau kalimat-kalimat asal yang diterjemahkan. Cara ini sering disebut dengan tarjamah leterlek (literalis). 1. Tarjamah Tafsiriyah Tarjamah tafsiriyah ialah terjemahan yang dilakukan dengan menerangkan maksud suatu pembicaraan dari satu bahasa ke bahasa yang lain dengan menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya, serta memperhatikan struktur susunan kebahasaan bahasa yang diterjemahkan, tetapi tidak terikat dengan makna literal (lahiriyah) dari bahasa yang diterjemahkan itu. Itulah sebabnya terjemah cara ini juga disebut dengan terjemah bebas. Sebagai contoh: ( )301 : Arti tajamah tafsiriyahnya: Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah (AlQuran) serta janganlah kamu bercerai-berai gontok-gontokan) dan ingatlah kamu akan nikmat (yang telah Allah) berikan kepadamu ketika kamu dahulu (zaman Jahiliyah) bermusuhmusuhan), kemudian Allah menjinakkan di antara hati kamu sehingga, dengan nikmat Allah (ajaran-ajaran Islam), kamu semua menjadi orang-orang yang bersaudara. C. TAFSIR Tafsir secara bahasa berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Tafsir menurut istilah sebagaimana yang didefinisikan oleh Abu Hayyan

ialah ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafaz-lafaz Quran, tentang petunjukpetunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan makanmakna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya.[1] Kemudian dijelaskan definisi tersebut dalam penggalan-penggalan yakni: 1. Ilmu: meliputi segala macam ilmu; 2. yang membahas tentang cara pengucapan lafaz-lafaz Quran: mengacu kepada ilmuilmu qiraat.; 3. tentang petunjuk-petunjuknya: adalah pengertian-pengertian yang ditunjukkan oleh lafaz-lafaz itu. Ini mengcu kepada ilmu bahasa yang diperlukan dalam ilmu (tafsir) ini; 4. hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun: meliputi ilmu sharaf, ilmu Irab, ilmu bayan dan ilmu badi; 5. makan-makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun: meliputi pengertiannya yang hakiki dan majazi; sebab suatu susunan kalimat terkadang menurut lahirnya menghendaki sesuatu makna tetapi untuk membawanya ke makna lahir itu terdapat penghalang sehingga tarkib tersebut mesti dibawa ke makna yang bukan makna lahir, yaitu majaz; 6. hal-hal lain yang melengkapinya: mencakup pengertian tentang naskh, sebab nuzul, kisah-kisah yang dapat menjelaskan sesuatu yang kurang jelas dalam Quran, dan lain sebagainya. Menurut Zarkasyi bahwa tafsir ialah ilmu untuk memahami Kitabullah yang diturunkan kepada Muhammad, menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.[2] D. TAWIL: Arti tawil menurut bahasa ialah menerangkan, menjelaskan. Menurut Qaththan bahwa takwil berarti kembali ke asal. Adapun menurut bahasa menurut Zarqani adalah sama dengan arti tafsir. Adapun menurut istilah terjadi berbagai pendapat yang dijelaskan oleh Rasihan Anwar sebagai berikut:[3] 1. Al-Jurzani bahwa takwil ialah memalingkan suatu lafaz dari makna zahirnya terhadap makna yang dikandungnya apabila makna alternatif yang dipandangnya sesuai dengan ketentuan al-Kitab dan as-Sunnah. 2. Shiddiqy bahwa takwil ialah mengembalikan sesuatu kepada ghayahnya yakni menerangkan apa yang dimaksud. Menurut Ulama Salaf: 1. Menafsirkan dan menjelaskan makna suatu ungkapan, baik yang bersesuaian dengan makna lahirnya ataupun bertentangan. Definisi takwil seperti ini sama dengan definisi tafsir. Dalam pengertian ini, ath-Thabari menggunakan istilah takwil di dalam kitab tafsirnya. 2. Hakikat sebenarnya yang dikehendaki suatu ungkapan

Menurut Ulama Khalaf: Takwil ialah mengalihkan suatu lafaz dari maknanya yang rajih (kuat) kepada makna yang marjuh (lemah) karena ada indikasi untuk itu. Ringkasnya takwil menurut istilah ialah menjelaskan lafaz dengan berbagai alternatif kandungan makna yang bukan merupakan makna lahirnya. Dalam pengertian yang masyhur bahwa takwil disamakan dengan pengertian tafsir. PERBEDAAN ANTARA TAFSIR DAN TAKWIL NO. TAFSIR TAKWIL 1. Ar-Raghib Ashfahani: lebih umum Ar-Raghib al-Asfahani: lebih banyak dan lebih banyak digunakan untuk dipergunakan makna dan kalimat lafaz dan kosakata dalam kitabdalam kitab-kitab yang diturnkan kitab yang diturunkan Allah dan Allah saja kitab-kitab lainnya 2. Menerangkan makna lafaz yang Menetapkan makna yang dikehendaki tidak menerima selain dari satu arti. suatu lafaaz yang dapat menerima banyak makna karena didukung oleh dalil 3. Al-Maturidi: menerangkan apa Menyeleksi salah satu makna yang yang dikehendaki ayat dan mungkin diterima oleh suatu ayat menetapkan seperti yang tanpa meyakinkan bahwa itulah yang dikehendaki Allah dikehendaki Allah 4. Abu Thalib Atas-Tsalabi: Abu Thalib atas-Tsalabi: Menafsirkan Menerangkan makna lafaz, baik batin ayat berupa hakikat atau majaz 5. Manna Qaththan: tafsir apa yang Sedangkan takwi adalah apa yang telah jelas dalam Kitab atau pasti disimpulkan ulama. Takwil adalah apa dalam sunnah yang shahih karena yang berhubungan dengan dirayah. maknanya jelas. Tafsir: apa yang berhubungan dengan riwayat. 6. Manna Qaththan: tafsir lebih Sedangkan takwil lebih banyak banyak dipergunakan dalam lafaz dipakai dalam makna dan susunan dan mufradat. kalimat.

TAFSIR, TAWIL DAN TERJEMAH A. Pengertian Tafsir. Tafsir adalah keterangan atas Al-Quran yang belum dimengerti Maksudnya, penjelasan atas ayat- ayat Al-Quran Tafsir secara Etimologis adalah penjelasan dan mengungkapkan kata tafsir diambil dari kata fassara

yupassiru- tafsiran yang berarti keterangan atau uraian. Pada dasarnya kata tafsir berdasarkan bahasa tidak terlepas dari kandungan makna Al-Quran (Menjelaskan) Al- Bayan ( Menerangkan ) Al-Kasif ( Mengungkapkan ), Al-Azhar ( Menampakkan ) dan Al-Ibanah ( Menjelaskan ). Tafsir secara Istilah adalah ilmu yang membahas tentang cara mengucap lapaz Al-Quran, makna-makan yang ditujukan dan hukumhukumnya, baik ketika berdiri sendiri atau tersusun serta makna-makna yang dimungkinkannya ketika dalam keadaan tersusun. Dari penjelasan diatas pemakalah mencoba menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tafsir adalah menjelaskan atau menerangkan ayat-ayat Al-Quran yang belum paham maksudnya. B. Pengertian Tawil Tawil menurut bahasa, terambil dari kata awala yaitu kembali kepada asal. Diantara firman allah yang mengemukakan kata Tawil adalah Artinya : Untuk mencari Fitnah atau mencaricari takwilnya, pada hal tidak ada yang mengetahui taqwilnya kecuali allah. ( Qs, Ali-Imran 7 ) Adapun menurut ulama terdahulu, Tawil artinya Tafsir karena itu bila dikatakan Tafsir Tawil Al-Quran, maka pengertiannya sama Ibn Jabir Al-tabari mengatakan dalam tafsirnya, suatu pendapat tentang tawil dalam firman Allah ini atau ahli Tawil berbeda pendapat tentang ayat ini yang dimaksud disini adalah ahli tafsir Tawil dalam istilah mempunyai dua pengertian yaitu : Tawil menakwilkan kalam ( Kata-kata ) berarti apa yang dikembalikan kepadanya oleh orang yang berbicara atau apa yang di tawilkan oleh kata-kata dan dikembalikan, kata-kata itu dikembalikan dan dipulangkan hanya kepada hakekatnya, yaitu apa yang dimaksud, terbagi dua yaitu insyak dan ikbar. Tawil kalam yaitu menafsirkan dan menerangkan hatinya apa yang dikemukakan Ibn jabir At-Thabariy dalam tafsirnya katanya perkataan dalam menakwilkan firman tuhan itu, bagini dan begini C. Pengertian Tarjamah. Tarjamah berasal dari bahasa Arab yang berarti memindahkan makna lafal kedalam pembicaraan dari satu bahsa ke bahasa lain. Tarjamah ialah memindahkan makna kata bahasa pertama kepada kedua. Sedangkan pengertian tarjamah secara Etimologis menurut Muhammad Abh Al-Azhim Zarqoni adalah mengungkapkan

makna kalam (Pembicaraan) yang terkandung dalam suatu bahasa dengan kalam yang lain dan dengan menggunakan bahasa yang lain ( bukan Bahasa pertama ), lengkap dengan semua makna-maknanya dan maksud-maksudnya. Kata terjemahan dapat dipergunakan dalam dua arti : Tarjamah Harfiyah, yaitu mengalihkan lafas-lafas dari satu bahasa kedalam lafas-lafas yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Tarjamahan Tafsiriyah atau Tarjamah maknawiyah yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib dengan kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya D. Perbedaan Tafsir dengan Tawil. Abu ubaidan dan sekelompok ulama berpendapat bahwa tafsir dan tawil adalah sama kata Al-Maturidy tafsir adalah menetapkan apa yang dikehendaki oleh ayat ( lapad ) dan dengan sungguh-sungguh menetapkan, demikianlah yang dikehendaki Allah, maka ada dalil yang membenarkan penetapan itu, dipandanglah tafsir yang shohih. Kalau tidak dipandanglah tafsir yang berdasarkan pikiran yang tidak dibenarkan, tawil ialah mentarjihkan salah satu makna yang mungkin diterima ayat ( lapad ), yakini salah satu mutamilad, dengan tidak menyakini bahwa demikianlah yang sungguhsungguh dikehendaki Allah Dikatakan tafsir yaitu apa yang terjadi jelas didalam kitabullah atau jelas didalam hadist sohih, artinya itu jelas tampak, tawil yaitu apa yang disimpulkan oleh ulama, dalam hal nin ada yang mengatakan bahwa tafsir itu istilah apa yang bersangkut dengan ayat sedangkan tawil yaitu, pa yang bersangkutan dengan ilmu pengetahuan Kesimpulannya tafsir adalah pengertian lahiriyah dari ayat Al-Quran yang pengertiannya secara tegas mengatakan maksud yang dikehendaki Allah Azza wa jala Sedangkan tawil pengertian-pengertian tersirat yang diistimbatkan ( diproses ) dari ayat-ayat Al-Quran yang memerlukan perenungan dan perkiraan, serta merupakan sarana pembuka tabi Tafsir dengan terjemah, baik terjemah harfiyah maupun tafsiriyah tidak sama. Antar keduanya ada perbedaanperbedaan antara lain: 1. Pada terjemah terjadi perpindahan bahasa dengan kata

tidak ada lagi bahasa pertama yang melekat pada bahasa terjemah, tidak demikian halnya dengan tafsir. Tafsir selalu ada keterkaitan pada bahasa asalnya 2. Pada terjemah tidak boleh melakukan istidhrad yaitu penguraian yang meluas yang melebihi dari sekedar pemindahan bahasa, sedangkan tafsir boleh. 3. Pada terjemah dituntut terpenuhinya semua makna dan maksud yang ada pada bahasa yang diterjemahkan, tidak halnya demikian dengan tafsir. 4. Pada terjemah harus diakui bahwa sipenterjemah sudah melakukan terjemahan,sejau ia telah berhasil memindahkan makna bahasa pertama kebahasa terjemah,sedangkan tafsir tidak. E. Klasifikasi tafsir bil matasur dan tafsir bil rayi 1. Tafsir bi al-Matsur Tasir bil al-Matsur disebut juga tafsir riwayah atau tafsir manqul yaitu tafsir al-Quran yang dalam penafsiran ayatayat al-Quran berdasarkan atas sumber panafsiran dalam Al-Quran dari riwayat para sahabat dan dari riwayat para tabiin. sebagaimana definisi oleh Prof. Dr. H. Abdul Djalal H. A dalam manaaul Qaththan. Tafsir bi al-Matsur adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran, Al-Quran dengan sunnah karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah, atau dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabiin karena mereka pada umumnya menerimanya dari para sahabat. Tafsir bi al-matsur menurut sebagian pendapat adalah corak tafsir Al-Quran yang dalam operasional penafsirannya mengutip dari ayat-ayat Al-Quran sendiri dan apa-apa yang dikutip dari hadits Nabi, pendapat sahabat dan tabiin, namun bagi sebagian mufasir lainya tidak memasukkan pendapat tabiin kepada tafsir bi al-matsur tetapi sebagai tafsir bi al rayi. Halini mungkin karena pendapat tabiin sudah banyak tekooptasi akal atau karena mufasirnya dalam menafsirkan al-quran lebih memprioritaskan kaidah-kaidah bahasa tanpa mementingkan aspek riwayah berbeda dengan sahabat yang memiliki integritas dan kemungkinan besar untuk mengetahui fenafsiran suatu ayat berdasarkan petunjuk nabi bahkan

penafsiran sahabat yang menyaksikan nuzul wahyu di hukumi marfu Nabi. Adapun alasan pendapat yang memasukkan pendapat sahabat sebagai tafsir bi al matsur karena di jumpai kitabkitab tafsir bi al matsur, seperti tafsir al-thabary dan sebagainya tidak mencukupi dengan menyebutkan riwayatriwayat dari Nabi atau sahabat saja, tetapi perlu memasukkan pendapat sahabat dalam tafsirnya . Di samping itu, para tabiin banyak yang bergaul dengan sahabat. Mempelajari ilmuilmu mereka dan banyak mengetahui hal ihwal al-Quran dari mereka di banding generasi berikutnya. Apalagi, jika penafsiran itu menyangkut persoalan-persoalan metafisika yang berada di luar kemampuan mereka. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tafsir bi al-matsur bersumber pada al-Quran, penjelasan nabi, pendapat sahabat dan tabiin. Dari dua penjelasan di atas maka dapat dipertegas lagi, bahwa penafsiran bi al-matsur ialah: Penafsiran ayat-ayat Al-Quran dengan ayat Al-Quran, penafsiran ayat-ayat AlQuran dengan Hadits, dan penafsiran ayat-ayat Al-Quran dengan Asar yang datang dari para sahabat. 2. Tafsir bi al Rayi Menurut Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A dalam mannaul Qaththan. Tafsir bi al Rayi ialah (tafsir al-Quran) dimana dalam tafsir tersebut mufasir menerangkan makna hanya berlandaskan kepada pemahaman yang khusus dan tidaklah keterangannya itu dari pemahaman yang sesuai dengan jiwa syariah dan yang itu berdasarkan nash-nashnya. Kata al rayi secara etimologis berarti keyakinan, qiyas dan Ijtihad. Jadi, tafsir bi al rayi adalah penafsiran yang dilakukan dengan cara Ijtihad. Yakni rasio yang dijadikan titik tolak penafsiran setelah mufasir terlebih dahulu memahami bahasa Arab dan aspek-aspek dilalah (pembuktian) nya dan mufasari juga menggunakan syair-syair arab jahili sebagai pendukung, di samping memperhatikan asbab al-nuzul, nasikh dan mansukh, qiraat dan lain-lain. Seiring perkembangan zaman yang menuntut pengembangan metode tafsir karena tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah maka tafsir ini memperbesar peranan Ijtihad dibandingkan dengan penggunaan tafsir bi al-Matsur. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Quran, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain

seorang mufassir akan menggunakan kemampan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Karena penafsiran dengan corak ini didasarkan atas hasil pemiiran mufasir sendiri maka sering terjadi perbedaan di antara seorang mufasir dengan mufasir lainnya dibanding tafsir bil al-Matsur, tidak heran kalau ada sebagian ulama yang menolak corak penafsiran al-Rayi ini, seperti halnya Ibn Taimiyah. Ini bukan berarti tafsir corak ini tidak mendapat pendapat tempat di kalangan para ulama. Sebagian ulama menerimanya dengan syarat-syarat tertentu dan kaidahkaidah yang ketat, syarat-syarat yang dimaksud adalah: a. Menguasai bahasa Arab dan cabang-cabangnya. b. Menguasai ilmu-ilmu Al-Quran c. Berkaidah yang benar. d. Mengetahui prinsip-prinsip pokok agama Islam dan menguasai ilmu yang berhubungan dengan pokok bahasan ayat-ayat yang ditafsirkan. Tidak terpenuhinya syarat-syarat ini, maka seorang mufasir akan terjebak pada penyimpangan dalam menafsirkan alQuran. Di samping itu penerimaan mereka juga didasarkan atas ayat-ayat al-quran sendiri, yang menurut mereka, sering menganjurkan manusia untuk memikirkan dan memahami kandungannya. Ayat-ayat yang mendukungnya, sebagian dikutip al-Shubhi Shalih, di antaranya ayat ke-24 dari surat Muhammad dan ayat ke-29 dari surah shad. Tafsir bi ar-rayi disebut juga dengan istilah tafsir dirayah dan tafsir maqul, yaitu: Penjelasan-penjelasan yang bersendi pada ijtihad dan akal, berpegang pada kaidah-kaidah bahasa dan adat istiadat orang Arab dalam mempergunakan bahasanya. Ali As-Sabuni menjelaskan: Artinya: Yang dimaksud dengan ar-rayu di sini adalah ijtihad, karena itu tafsir secara rayu berarti tafsir al-Quran berdasarkan ijtihad setelah mufassir mengetahui kata-kata dan uslub orang Arab dalam berbicara, serta menetahui lafaz-lafaz bahasa Arab dan pengertiannya. Jadi maksud rayu di sini bukan semata-mata pendapat, atau menafsirkan Al-Quran berdasarkan kata hati dan hawa nafsu seseorang. Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya telah menuliskan:

Artinya: Siapa yang menafsirkan Al-Quran berdasarkan imajinasinya tanpa berdasarkan kaidah-kaidah, maka ia adalah orang yang keliru. Untuk menghindari kesesatan penafsiran Al-Quran, maka ijtihadnya harus disandarkan pada petunjuk-petunjuk yang benar. Berhubungan dengan hal ini, maka senada dengan imam Az-Zarkasyi, imam As-Suyuti menegaskan bahwa prinsipprinsip yang harus dipegangi dalam menafsirkan Al-Quran bi ar-Rayi itu ada empat, yaitu: a. Dikutif dari Rasul dengan menghindari Hadits-hadits dhaif dan maudhu. b. Mengambil dari pendapat para sahabat dalam hal tafsir karena kedudukan-nya adalah marfu. c. Mengambil berdasarkan bahasa Arab secara mutlak, karena Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab. d. Mengambil berdasarkan ucapan yang popular di kalangan orang Arab serta sesuai dengan ketentuannya syara. e. Para ulama telah berselisih pendapat mengenai kedudukan tafsir bi ar rayi, sebahagian membolehkan dengan cara ini, sedang yang lainnya tidak tidak memperbolehkannya. Masingmasing pihak mempunyai argumentasi sendiri-sendiri, namun bila ditinjau dengan teliti dan cermat ternyata perselisihan itu tidak menyangkut masalah prinsip, hanya menyangkut cara pengungkapannya saja. Oleh karena itu kedua pandangan tersebut bisa ditarik dan dipadukan, dimana tafsir bi ar-rayi itu ada dua macam, yaitu: a. Tafsir bi ar-rayi yang terpuji (al-Mahmud), yaitu: Penafsiran dengan ijtihad yang menggunakan kaidah dan persyaratan, sehingga jauh untuk menyimpang. b. Tafsir bi ar-rayi yang tercela (al-mazmum), yaitu: apabila penafsirannya tidak memenuhi beberpa persyaratan, sehingga ia berada dalam kesesatan dan kejahilan. F. Metode dan Corak Tafsir Al-Quran 1. Secara lughawi, kata al-ijmali berarti ringkasan, ikhtisar, global dan penjumlahan. Tafsir al-ijmali ialah penafsiran alQuran yang dilakukan dengan cara mengemukakan isi kandungan al-Quran melalui pembahasan yang bersifat umum (global), tanpa uraian apalagi pembahasan yang panjang dan luas, juga tidak dilakukan secara rinci.Contoh tafsir ijmali : Tafsir al-Jalalayn karya Jalal al-Din al-Suyuthi, Tafsir Alquranul al-Azhim karya Farid al-Wajdi, Shafwah al-Bayan li

Maan al-Quran karya Syekh Muhammad Mahlut, Tafsir alNuyassar karya Syekh Abd al-Jalil Isa. 2. Tafsir metode tahlili adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-quran dari seluruh aspeknya. Contoh tafsir tahlili : Kitab Tafasir karya Fachruddin al-Razi dan Tafsir Ibnu Jarir at-Thabari. 3. Tafsir mawdhuiy berarti penafsiran al-Quran menurut tema atau topik tertentu. Contoh tafsir mawdhuiy : Kitab Min Huda Al-Quran karya Mahmud Syaltut, al-Marah fi Al-Quran karya Mahmud al-Aqad, al-Riba fi Al-Quran karya Abu al-Ala al-Muwdudiy, Muqawwamah al-Insan fi Al-Quran karya Ibrahim Mhana, Tafsir Surat al-Fath karya Ahmad Sayyid al-Kumiy, Tafsir Surat Yasin karya Hasan al-Aridh. 4. Tafsir muqarin adalah yafsir yang menafsirkan sekelompok ayat al-Quran atau sesuatu surat tertentu dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat, antara ayat dengan hadis, atau antara pendapat para ulama tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari obyek yang dibandingkan itu. 5. Tafsir al-Fikhiy atau tafsir al-ahkam adalah corak tafsir yang berorientasi kepada hukum Islam (fiqh). Contoh corak alfikhiy : Al-Qurthuby Ahkamul Quran, As-Shobuny Ahkamul Quran dan Ahkamul Quran karya al-Jhissas 6. Tafsir lugawi terkadang disebut tafsir adabi, yaitu tafsir al-Quran yang dalam menjelaskan ayat-ayat susi al-Quran lebih banyak difokuskan kepada bidang bahasa seperti dari segi Irab dan harakat bacaannya, pembentukan kata, kalimat dan kesusastraan. Contoh tafsir ini : Al-Kasysyaf karya Az-Zamakhsyari, Tafsir Bharul Muhit karya Al-Andalusi. 7. Tafsir keilmuan adalah penafsiran al-Quran tentang berbagai hal yang berhubungan dengan bidang ilmu pengetahuan alam dan pengetahuan umum.Contoh tafsir ini : Imam Fakhr A-Razi di dalam tafsir al-Kabir. Imam Al-Ghazali di dalam Ihya Ulumuddin dan Jawahir al-Qura, Imam AsSuyuthi di dalam al-Itqan. 8. Al-Tafsir al-falsafy atau al-tafsir al-rumaziy atau altafsir al-aqliy adalah tafsir al-Quran yang beraliran filsafat, yang pada umumnya difokuskan kepada bidang filsafat dan menyesuaikan paham filsafat melalui petunjuk berupa rumusrumus. Contoh tafsir ini. Fachruddin al-Razi dengan karyanya Mafatihul Ghaib dab az-Zamakhsyari dengan al-Kasysyaf.

9. Tafsir sufiy di bagi dua yaitu : a. al-Tafsir al-Shufiy al-Nazhariy (teoritis) adalah tafsir yang disusun oleh ulam-ulama yang dalam menafsirkan alQuran berpegang pada teori-teori tasawuf yang mereka anut dan kembangkan. b. Tafsir sufi Faidli atau Isyari Yaitu penafsiran al-Quran dalam bentuk perwakilan yang sesuai dengan isyarat-isyarat tersembunyi dari ayat-ayat itu dan tampak bagi kaum sufi tatkala mereka melakukan suluk. Tafsir yang bercorak shufiy adalah Tafsir Al-Quran al- Azhim karya Abdullah al-Tustury, Haqaiq al-Tafsir karya al-Alamah al-Sulamiy, Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Quran karya Imam al-Syiraziy. 10. Tafsir sosiokultur (adabul ijtimiaiy) merupakan penafsiran ayat yang menjelaskan tentang perubahan sosio-budaya yang terjadi di masyarakat dalam perspektif al-Quran, menjelaskan tentang fitrah kemanusiaan dan sebab-sebab kemajuan dalam sejarah dan menyimpulkannya dari al-Quran untuk kemajuan kaum muslimin. Metode tafsir ini jenis ini adalah Muhammad Abduh dengan Tafsir al-Manar. Rasyid Ridha dengan al-Wahyatul Muhammadie. PENUTUP Simpulan. 1. Tafsir adalah keterangan atas Al-Quran yang belum dimengerti Maksudnya, penjelasan atas ayat- ayat Al-Quran Tafsir secara Etimologis adalah penjelasan dan mengungkapkan kata tafsir diambil dari kata fassara yupassiru- tafsiran yang berarti keterangan atau uraian. 2. Tawil menurut bahasa, terambil dari kata awala yaitu kembali kepada asal. Diantara firman allah yang mengemukakan kata Tawil adalah Artinya : Untuk mencari Fitnah atau mencari-cari takwilnya, pada hal tidak ada yang mengetahui taqwilnya kecuali allah. ( Qs, Ali-Imran 7 ) 3. Tarjamah berasal dari bahasa Arab yang berarti memindahkan makna lafal kedalam pembicaraan dari satu bahsa ke bahasa lain. Tarjamah ialah memindahkan makna kata bahasa pertama kepada kedua 4. Abu ubaidan dan sekelompok ulama berpendapat bahwa tafsir dan tawil adalah sama kata Al-Maturidy tafsir adalah menetapkan apa yang dikehendaki oleh ayat ( lapad ) dan dengan sungguh-sungguh menetapkan, demikianlah yang dikehendaki Allah

Tafsir dengan terjemah, baik terjemah harfiyah maupun tafsiriyah tidak sama. Antar keduanya ada perbedaanperbedaan antara lain: a. Pada terjemah terjadi perpindahan bahasa dengan kata tidak ada lagi bahasa pertama yang melekat pada bahasa terjemah, tidak demikian halnya dengan tafsir. Tafsir selalu ada keterkaitan pada bahasa asalnya b. Pada terjemah tidak boleh melakukan istidhrad yaitu penguraian yang meluas yang melebihi dari sekedar pemindahan bahasa, sedangkan tafsir boleh. c. Pada terjemah dituntut terpenuhinya semua makna dan maksud yang ada pada bahasa yang diterjemahkan, tidak halnya demikian dengan tafsir. 5. Pada terjemah harus diakui bahwa sipenterjemah sudah melakukan terjemahan,sejau ia telah berhasil memindahkan makna bahasa pertama kebahasa terjemah,sedangkan tafsir tidak

You might also like