You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN I.

1 Latar Belakang Perkembanga Teknologi Informasi yang semakin pesat memberikan manfaat dan kemudaratan tersendiri, tergantung dari bagaimana kita menggunakannya. Teknologi Informasi memberikan Harapan-Harapan Baru bagi siapa saja dengan adanya kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan. Namun, tanpa kita sadar Teknologi informasi juga memberikan ancaman bagi siapa saja penggunanya. Dengan semakin pesatnya perkembangan Teknologi menjadi media yang sangat ampun dalam melakukan Westernisasi. Westernisasi sendiri merupakan ancama terhadap Identitas Bangsa Indonesia. Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan,sifat,ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut.Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana di jelaskan di atas maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional. Ketika membahas Identitas Suatu bangsa, yang menjadi sudut pandang kita adalah kultur masyarakat dalam suatu Negara. Kultur inilah yang membangun nilai-nilai, keunikan, sifat, ciri, serta karakter dari bangsa tersebut. Identitas suatu bangsa merupakan sebuah investasi bagi sebuah peradaban dan suatu bangsa.

Sangat Penting bagi suatu bangsa untuk mempertahankan identitas dan kultur yang menjadi kebanggaan bangsanya. Namun, Seiring kemajuan zaman dimana budaya dan nilai nilai berkembang dalam era Globalisasi, banyak dinamika yang terjadi yang tidak menutup kemungkinan akan adanya pergesaran pergeseran kultur yang juga memberi efek pada perkembangan suatu negara. Belakangan kita tahu Indonesia sebagai Negara berkembang tentunya tidak terlepas dari hegemoni Negara Negara barat.Sehingga, nilai nilai barat yang sangat kental dengan Nilai nilai kebebasan sangat mudah masuk ke masyarakat kita. Selain itu, Produk produk barat pun kini juga mulai melekat di masyarakat kita, sehingga menjadi tren tersendiri yang pada akhirnya menjadi style, gaya hidup, dan prestisius tersendiri di kalangan Masyarakat kita yang sering kita istilahkan sebagai Westernisasi, masuknya budaya budaya barat ke masyarakat bangsa Indonesia. Meskipun, Masyarakat Desa mungkin dampaknya masih belum bisa dirasakan sebesar masyarakat yang ada di perkotaan, namun bukan berarti hal itu tidak akan terjadi di masyarakat pedesaan. Karena Cepat atau lambat pengaruh westernisasi pasti akan merambat seperti virus virus yang akan menggerogoti sendi sendi nilai kebudayaan di wilayah pedesaan sekalipun, dikarenakan budaya budaya barat lebih menawarkan sesuatu yang lebih instan, praktis, dan berbagai macam kemudahan yang dipandang lebih modern. Sehingga, dalam benak masyarakat kita segala produk barat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia barat dipandang lebih maju. Meskipun dampak tersebut belum terlihat signifikan, namun untuk saat ini kita mungkin sedikit merasakan dampak masuknya nilai nilai dan budaya barat yang tidak hanya di wilayah perkotaan tetapi juga wilayah pedesaan, Hal ini dapat kita lihat dengan semakin berkembanganya teknologi informasi dan berbagai macam produk barat yang mulai banyak menjamur. Sehingga, secara tidak langsung, mulai dari teknologi TV, handphone, jaringan internet yang semakin mudah diakses, dengan sangat mudahnya akan menjadi jalur untuk masuknya paham paham, kultur, dan nilai nilai barat, yang kemudian akan berkembang menjadi Pola dan gaya hidup Masyarakat Pedesaan.

Tentunya hal tersebut merupakan ujian sekaligus ancaman bagi kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan identitas sebagai bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaulat. Oleh karena itu, Perlu kita cermati kembali Hal hal yang sekiranya dapat merusak nilai nilai kebangsaan, utamanya yang berkenaan dengan Kultur Ke-Timuran Kita, mengingat peranan Masyarakat yang cukup penting didalam Negara kesatuan kita ini.

I.2 Rumusan masalah a. Apakah ancaman Westernisasi? b. Seperti apa westernisasi di Indonesia? c. Bagaimanakan Bangsa Indonesia menghadapi Westernisasi?

I.3 Tujuan I.3.1. Tujuan bagi Penulis Disusun sebagai pra-syarat menjadi peserta Intermediate Training (LK 2) HMI Cab. Yogyakarta pada tanggal 26 Januari sampai dengan 5 februari 2012. I.3.2. Tujuan bagi pembaca Makalah ini di buat untuk membahas mengenai dampak dari westernisasi, serta bahayanya bagi pemeluk ajaran Islam. Dengan makalah ini diharapkan dapat memberikan pandangan bagi pembaca dalam menyikapi peristiwa-peristiwa yang faktual yang terjadi di bangsa indonesia yang menurut penulis sangat berkaitan dengan makalah ini.

BAB II PEMBAHASAN II.1. PERKEMBANGAN SAINS DAN WESTERNISASI. II.1.1 Persepsi Islam terhadap Perkembangan Sains Dalam Islam, Ilmu berasal dari asal kata Ilm yang berarti Tahu. Artinya dalah Khazanah pemikiran Islam tidak ada pendikotomian antara Ilmu dan pengetahuan. Ilmu itu satu, namun sudat pandanglah kitalah yang membuatnya berbeda-beda. Islam Sebagai tuntutan bagi manusia untuk mencapai keselamatan di Dunia dan diakhirat memandang bahwa manusia adalah khalifah fil Ardh Berdasarkan tujuan penciptaan Manusia [Al-Quran 6:165]. Untuk itu manusia dibekali dengan Akal sebagai sumber Iptek. Olehnya, sesunguhnya Akal menjadi Alat bagi manusia untuk mendekatkandiri kepada Sang Khalik. Islam Mengajarkan Untuk terus melakukan perubahan-perubahan dan membangun peradaban yang terbaik, bukan kembali pada zaman unta dan kuda sebagai alat Transportasi. Islam tidak mengajarkan untuk masa bodoh terhadap perkembangan teknologi. Apalagi menguasai Iptek tanpa Spirit Ilahia. Islam tidak mengajarkan Sekulerisasi seperti pandangan Barat. Islam Menyindir manusia Agar Bertafakur, dan berfikir. Islam selalu mendorong akan perkembangan pemikiran dan penguasaan Iptek sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Sang Khalik.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan

dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia utk berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keteranganketerangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yg artinya Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi utk kamu guna memelihara diri dalam peperanganmu. Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu degan sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yg tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad itu. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dgn sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya. Benar bahwa agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik di zaman lampau di masa sekarang maupun di waktu-waktu yg akan datang. Demikian pula ajaran Islam, tidak akan bertentangan degan teori-teori pemikiran modern yg teratur dan lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yg disajikan oleh berbagai peradaban baik yg lama ataupun yg baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yg hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yg tegas dan pasti mengharamkannya. Bukanlah Alquran sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam bukanlah agma yg sempit? Allah SWT telah berfirman yg artinya Di sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan.. Adapun peradaban modern yg begitu luas memasyarakatkan produkproduk teknologi canggih seperti televisi, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua muda

atau anak-anak yg tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya. Tetapi di atas pundak manusialah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya berbagai media informasi dan alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah yg menentukan opersionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia

menggunakan dgn baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. II.1.2 Westernisasi dan Ancamannya Sebagaimana dalam Al-Quran, telah jelas di Sebutkan : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Q.S. Al-Baqarah (2): 120) Berbagai daya upaya terus diusahakan untuk menghancurkan Agama Islam diakibatkan kedengkian dan kebencian mereka terhadapnya. Salah satu upaya itu ialah dengan Westernisasi. Westernisasi merupakan sebuah arus besar yang mempunyai jangkauan politik, sosial, kultural dan teknologi. Arus ini bertujuan mewarnai kehidupan bangsa-bangsa, terutama kaum Muslimin, dengan gaya Barat. Dengan cara menggusur kepribadian Muslim yang merdeka dan karakteristiknya yang unik. Kemudian kaum Muslimin dijadikan tawanan budaya yang meniru secara total peradaban Barat.

Proses westernisasi (pembaratan) di dunia Islam terkait dengan dua fakta penting: a. Mengadopsi paham dikotomi agama dari negara (sistem sekuler) sebagaimana telah dipraktekkan di Eropa setelah kebebasannya dari cengkeraman dominasi gereja dan tokoh-tokoh agama kristen, sebagaimana diketahui penyebabnya adalah kontradiksi paham yang dianut pemuka agama kristen dengan munculnya kebangkitan pengetahuan di Eropa sedangkan Islam tidak mengenal kontradiksi antara agama dan negara. Dan tidak pernah terbayangkan dalam Islam adanya dikotomi agama dari negara.

b. Fanatis buta terhadap peradaban Barat materealistis yang merambah aspek sosial, moral dan keyakinan, bahkan taqlid buta ini melebihi taqlidnya peradaban Barat terhadap kebangkitan Eropa dalam ilmu pengetahuan. Ini mengakibatkan terhapusnya karakter sosok muslim sejati dari dalam jiwa mayoritas umat Islam. Pola hidup mereka berubah laksana potret tiruan falsafah hidup (world view) masyarakat Eropa yang materealis, mereka ambil sisi terburuk dari Eropa dan melupakan sisi baik berupa kemajuan Barat dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Gerakan ini secara mendasar telah melakukan upaya pengubahan berbagai pemahaman Islam di dunia, memisahkan umat Islam dengan sejarah masa lampau dan kejayaan mereka, bahwa mereka berusaha melenyapkan sisa-siasa kejayaan tersebut dengan melakukan penanaman keragu-raguan, menyebarkan syubhat seputar masalah agama, bahasa, sejarah, alam pemikiran, pemahaman, dan keyakinan secara menyeluruh. Kolonialisme, Orientalisme, Komunisme, Free Mansory dengan seluruh cabang-cabangnya, Zionisme dan para propagandis pluralisme, semuanya bersatu mendukung gerakan westernisasi. Salah satu tujuannya ialah untuk

menghancurkan kesatuan kaum muslimin sehingga mudah untuk ditundukkan.

Westernisasi pada hakikatnya merupakan perwujudan dari konspirasi Kristen-Zionis-Kolonialis terhadap Islam. Mereka bersatu untuk mencapai tujuan bersama, yaitu membaratkan dunia Islam agar kepribadian Islam yang unik terhapus dari muka bumi ini. II.2.1 Usaha-Usaha Westernisasi Anwar Jundi, dalam buku Al-Muashirah fii Ithaaril Ashaalah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Islam dan Dunia Kontemporer menyebutkan beberapa upaya yang dilakukan dalam gerakan westernisasi untuk menghancurkan Islam. Penulis merumuskannya sebagai berikut: 1. Mengosongkan nilai-nilai Al-Quran, hadits, budaya, serta peninggalan sejarah pemikiran Islam dari dalam diri umat Islam sehingga umat Islam akan mudah menerima pemikiran-pemikiran yang diberikan Barat seperti pahan Demokrasi, Sosialisme, Marxisme, Liberalisme, Sekularisme dan sebagainya. 2. Menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran ekstrim yang pernah timbul seperti paham mendewakan akal di atas wahyu (mirip dengan paham mutazilah). 3. Menebarkan pemikiran-pemikiran syubhat yang menjadikan umat Islam ragu-ragu terhadap kebenaran Islam dan sumbernya (Al-Quran dan Sunnah). Seperti muncunlnya gerakan Ingkar Sunnah yang meragukan ontentitas hadits Rasulullah Saw serta usaha para orientalis Barat yang juga meragukan kebenaran Al-Quran dengan berbagai macam alasan yang secara sepintas tampak logis. 4. Menulis kembali sejarah Islam dengan pena-pena beracun. Yakni membohongi sejarah dengan banyak menceritakan peristiwa-peristiwa yang dapat memunculkan kontradiksi di antara umat Islam dengan riwayat-riwayat yang sulit dibuktikan kebenarannya.

5. Menghujat pribadi-pribadi dalam sejarah pemikiran Islam. Seperti penghujatan terhadap para sahabat, ilmuwan dan para pemikir Islam. 6. Menginterpretasikan sejarah secara materialistik dan menutup-nutupi peninggalan Islam yang asli. Maksudnya ialah oleh orang-orang Barat berusaha untuk menyembunyikan peninggalan kaum muslimin dan menonjolkan penemuan-penemuan non-muslim. 7. Memasukkan hasil pemikiran para orientalis ke dalam pemikiran Islam. 8. Memasukkan cara hidup Barat secara halus kepada umat Islam dengan menguasai berbagai media massa, baik media cetak maupun audiovisual.

II.2.2 Beberapa Paham yang Dimunculkan oleh Gerakan Westernisasi 1. Liberalisme Liberalisme berkaitan dengan kata Libertas (bahasa latin) yang artinya kebebasan, dan Liberalisme mencakup banyak aliran yang berbeda artinya di bidang politik, ekonomi dan keagamaan, yang berpangkal tolak pada kebebasan orang-perorangan terhadap kekuasaan apapun. Ditilik dari sejarahnya, paham liberalisme muncul dari masyarakat Barat yang berusaha membebaskan diri dari kekangan doktrin-doktrin Gereja pada abad Pertengahan. Paham ini sangat mengutamakan kebebasan individu di atas segalanya. Liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogatism). Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah. Ini adalah pemikiran terpenting yang disebarluaskan di kalangan umat Islam masa kini untuk menjauhkan kaum muslimin dari agamanya.

Orang-orang yang mengikuti paham liberalisme cenderung mengikuti hawa nafsu semata. Tidak ada kebenaran yang mutlak dalam paham ini. Semuanya tidak statis dan dapat berubah. Padahal telah jelas berdasarkan pengalaman sejarah, umat Islam mundur dikarenakan meninggalkan ajaran agamanya. Islam adalah agama yang begitu lengkap mengatur kehidupan manusia dan menjamin hak-hak perseorang dan sosial. Ketika aturan agama mulai dilanggar, maka timbullah kekacauan hampir di segala bidang, dari segi politik, ekonomi, bahkan moral. [Q.S. 33: 36] 2. Sekularisme Sekularisme adalah sebuah gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama. Paham ini menyerukan agar segala aspek dalam bidang kehidupan yang berkaitan dengan kehidupan duniawi dipisahkan dari agama. Jadi, ruang lingkup agama hanya terbatas dalam masalah aqidah dan ibadah saja. Agama tidak boleh campur tangan terhadap masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Adapun Islam tidak dapat membenarkan paham tersebut. Islam adalah agama yang totalitas, yaitu agama yang mencakup dalam segala aspek kehidupan. Sejarah membuktikan bahwa kejayaan dan kemajuan yang dialami oleh umat Islam terjadi ketika umat Islam mempraktekkan ajaran agamanya di dalam semua bidang kehidupan. Allah berfirman dalam Al-Quran yang artinya: Hai orangorang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah (2): 208).

10

3. Darwinisme Darwinisme adalah sebuah gerakan pemikiran yang dinisbatkan kepada seorang pemikir Inggris Charles Darwin yang telah menyebarkan bukunya berjudul The Origin pada tahun 1859. Dalam buku ini ia melontarkan teori tentang proses perkembangan dan pertumbuhan yang telah menggoncang nilainilai agama dan meninggalkan pengaruh negatif terhadap pemikiran manusia. Teori evolusi Darwin menyatakan bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu sel dari dalam air yang kemudian berkembang dan berubah bentuk secara bertahap untuk dapat bertahan hidup sehingga menjelma menjadi makhluk yang kita kenali sekarang ini. Dalam teori ini misalnya dikatakan bahwa manusia berevolusi dari kera. Baik agama Islam, yahudi, maupun kristen menolak teori tersebut, karena dalam kepercayaan agama baik Islam, yahudi maupun kristen manusia itu diciptakan langsung dari tanah dan manusia pertama ialah Nabi Adam a.s. Kebanyakan pengikut darwinisme adalah orang-orang yang atheis (tidak punya agama/Tuhan), dan mereka melakukan berbagai propaganda di seluruh dunia agar teori Darwin dapat diterima. Mereka juga berhasil memasukkan teori ini ke dalam kurikulum sekolah negara-negara muslim. Seorang ilmuwan muslim Turki, Adnan Oktar, yang lebih dikenal dengan nama pena Harun Yahya, telah menerbitkan banyak buku yang membantah teori Darwin disertai dengan bukti-bukti yang Ilmiah baik dari segi sains maupun agama. Salah satunya berjudul New Research Demolishes Evolution (Keruntuhan Teori Evolusi). Harun Yahya membongkar kebohongan teori Darwin dan para pengikut fanatiknya serta membungkam seluruh pendapat mereka melalui hasil penyelidikan dan penelitian yang dilakukannya secara mendalam.

11

4. Materialisme Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb). Dalam paham ini agama dikesampingkan dikarenakan menghalangi manusia untuk mencapai kebendaan secara mutlak. Paham ini memisahkan agama dan keduniawian harta benda, orang yang menganut paham ini akan menjadikan pengumpulan harta benda sebagai tujuan hidupnya. Tidak jarang pula kaum materialis menafikkan akan adanya Tuhan. Liberalisme dan sekulerisme tampak jelas dalam materialisme. Materialisme adalah virus yang merusak kehidupan umat manusia, khususnya umat Islam, karena mengajarkan semua standar kesuksesan hidup di dunia selalu diukur dengan materi dan berbagai standar palsu lainnya, seperti jabatan, status sosial, harga diri, tanah air, kesombongan pada Tuhan Pencipta, yakni Allah Taala. Padahal, dalam kenyataan hidup ini tidak sedikit yang memiliki materi berlimpah, pangkat dan kedudukan yang tinggi dan sebagainya, malah hidupnya tersiksa dan menderita. Kesuksesan hanya sebatas dalam pencapaian keduniaan berupa pangkat, kedudukan, status sosial dan harta. Lupa, bahwa di atas segala kesuksesan di dunia ini adalah kesuksesan di Akhirat kelak.

12

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) Akhirat adalah lalai. (Q.S. Ar-Rum (30): 7) Paham ini Jelas menolak menolak Keberadaan Hari Pembalasan (Maad) Sebagaimana yang Ajaran Islam yakini dalam Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 185 : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Q.S. Ali Imran (3) : 185)

5. Fanatisme Sebab utama kebangkitan Eropa dan kemunduran negeri Islam adalah sikap mental pendiskreditan dan peremehan agama, sudah semenjak lama sebagian masyarakat Mesir selaku pihak lemah terpengaruh dengan masyarakat Eropa pihak kuat, kebudayaan Eropa diserap dan diadopsi tapi lebih menonjol pada sisi-sisi negatif, semua mereka lakukan atas dan nama modernitas, zaman.

perkembangan,

kemajuan,

arus

reformasi

mengikuti

Fanatis (penyakit ikut-ikutan) tidak keseluruhannya negatif, fanatis semacam ini tidak terjadi pada fisik dan tampilan luar tapi lebih pada ilmu dan nilai-nilai positif. Ibnu Khaldun berkata dalam muqaddimahnya: pecundang itu selalu tergila-gila mengikuti musuhnya dalam etika pergaulan, seragam, gaya dsb). Dan sudah maklum bahwa terdapat perbedaan yang sangat fundamental antara Islam dengan pola hidup dan paradigma Barat. Dalam istilah seorang orientalis bernama Gibb menggambarkan fase-fase sulit umat Islam tersebut: Indikasi paling jelas kemunduran dunia Islam pada abad 20 bukan karena mereka

13

mengadopsi lifestyle Barat tapi karena dorongan keinginan yang kuat untuk meniru Barat. II.3.1 Pandangan Pemikiran Nurcholish Madjid Tentang Modernisasi. Zaman modern sekarang , menurut Nurcholish Madjid akan lebih tepat jika di sebut sebagai zaman teknik (technical age), karena awal munculnya ada peran central teknikalisme serta bentuk kemasyarakatan yang terkait dengan teknikalisme itu sendiri. Dimana wujud keterkaiatan tersebut adalah akibat dorongan besar terjadinya Revolusi industri (teknologis) di Inggris dan Revolusi Sosial-Politik di Perancis. Adapun ide modernisasi yang dikembangkan adalah lebih di letakkan di atas dasar materialisme. Nurcholish Madjid memandang, bahwa modernisasi yang di tawarkan adalah Rasionalisasi , bukan

westernisasi. Sebab modernisasi yang berasal dari kata modern adalah mengisyaratkan adanya suatu penilaian tertentu yang cenderung positif, sehingga modern dalam pengertian inilah yang di terima oleh Nurcholish Madjid. Dengan modernisasi, ia berusaha untuk memberi jawaban Islam terhadap masalahmasalah modern yang tengah dihadapi sekarang ini. Dimana inti

jawabannya tercakup dalam kesimpulan sikapnya, yang mengatakan: Kita sepenuhnya berpendapat bahwa modernisasi ialah rasionalisasi yang di topang oleh dimensi-dimensi moral, dengan berpijak pada prinsip iman kepada Tuhan. Akan tetapi kita juga sepenuhnya menolak pengertian yang menyatakan bahwa modernisasi adalah westernisasi, sebab westernisasi merupakan suatu total way of life, dimana faktor paling menonjol adalah sekularisme dengan segala percabangannya. Selanjutnya ia menjelaskan, mengapa Nurcholish Madjid menolak Sekularisme, sebab ada kaitannya dengan atheisme. Dan atheisme adalah puncak sekularisme, dan sekularisme itulah yang sebenarnya sebagai sumber segala imoralitas.

14

Pandangan Nurcholish diatas, oleh seorang sarjana Muslim Malaysia, yang mengangkat tesis doktornya mengenai gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, menilai bahwa, pandangan itu adalah merupakan cerminan pandangan Muslim idealis. Gagasan Nurcholish Madjid tentang makna modernisasi yang

Rasionalisasi, adalah lebih ditunjukkan sebagai kritik kepada diri umat Islam itu sendiri. Dimana ia menganjurkan adanya pembaharuan pemahaman Islam agar tidak dijadikan doktrin tanpa pengembangan, pada dasarnya di maksudkan untuk menolak bentuk-bentuk tradisionalisme dan sektarianisme. Bila di simak secara seksama berbagai tulisan Nurcholish Madjid tentang ide modernisasi, sesungguhnya bermaksud memberi landasan secara teologis, terutama bagi golongan intelektual, agar mampu memberi respon positif terhadap proses modernisasi. Namun tetap bertolak kepada faktor iman, artinya, ia berusaha menafsirkan ideologi modernisasi itu bertolak dari ajaran Islam, bukan seperti modernisasi yang di kembangkan Barat, karena diletakkan di atas dasar faham materialisme dan sekularisme.

15

B A B III PENUTUP III.1 Kesimpulan Westernisasi merupakan sebuah arus besar yang mempunyai jangkauan politik, sosial, kultural dan teknologi. Arus ini bertujuan mewarnai kehidupan bangsa-bangsa, terutama kaum Muslimin, dengan gaya Barat. Dengan cara menggusur kepribadian Muslim yang merdeka dan karakteristiknya yang unik. Kemudian kaum Muslimin dijadikan tawanan budaya yang meniru secara total peradaban Barat. Proses westernisasi (pembaratan) di dunia Islam terkait dengan dua fakta penting: a. Mengadopsi paham dikotomi agama dari negara (sistem sekuler) sebagaimana telah dipraktekkan di Eropa setelah kebebasannya dari cengkeraman dominasi gereja dan tokoh-tokoh agama kristen,

sebagaimana diketahui penyebabnya adalah kontradiksi paham yang dianut pemuka agama kristen dengan munculnya kebangkitan pengetahuan di Eropa sedangkan Islam tidak mengenal kontradiksi antara agama dan negara. Dan tidak pernah terbayangkan dalam Islam adanya dikotomi agama dari negara. b. Fanatis buta terhadap peradaban Barat materealistis yang merambah aspek sosial, moral dan keyakinan, bahkan taqlid buta ini melebihi taqlidnya peradaban Barat terhadap kebangkitan Eropa dalam ilmu pengetahuan. Ini mengakibatkan terhapusnya karakter sosok muslim sejati dari dalam jiwa mayoritas umat Islam. Pola hidup mereka berubah laksana potret tiruan falsafah hidup (world view) masyarakat Eropa yang materealis, mereka ambil sisi terburuk dari Eropa dan melupakan sisi baik berupa kemajuan Barat dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

16

Paham-paham yang dumunculkan Gerakan Westernisasi seperti Liberalisme, Sekularisme, Darwinisme, Materialisme, dan Fanatisme. Pandangan Islam sendiri terhadap westernisasi ialah betapa berbahayanya upaya-upaya yang dilakukan Barat untuk mewujudkan westernisasi di dunia Islam. Paham-paham yang disebarkan dalam upaya westernisasi ini benar-benar merusak tatanan atau sistem kehidupan dalam masyarakat Islam. Kondisi umat Islam pada saat ini Mengupayakan untuk kembali kepada tiga dimensi ajaran pokok Islam adalah solusi utama dalam memerangi pemikiran Barat. Tiga dimensi itu ialah Aqidah, Syariat, dan Akhlak. Aqidah yang kokoh dan benar akan membawa kaum muslimin menjalani aturan syariat Islam dengan mantap dan sempurna. Jika aturan syariat telah dijalankan, maka kondisi yang pernah terjadi pada masa-masa kejayaan Islam tidak mustahil akan kembali terulang. Aqidah dan syariat membentuk watak atau prilaku yang mulia, dikarenakan aqidah dan syariat Islam selalu menunjukkan kebenaran dan kebaikan. Pandangan Nurcholish Madjid terhadap Modernisme merupakan kritik terhadap pemeluk ajaran Islam yang saat ini kehilangan identitas dan lebih menganut paham kebarat-baratan (westernisasi). Bila di simak secara seksama berbagai tulisan Nurcholish Madjid tentang ide modernisasi, sesungguhnya bermaksud memberi landasan secara teologis, terutama bagi golongan intelektual, agar mampu memberi respon positif terhadap proses modernisasi. Namun tetap bertolak kepada faktor iman, artinya, ia berusaha menafsirkan ideologi modernisasi itu bertolak dari ajaran Islam, bukan seperti modernisasi yang di kembangkan Barat. Pandangan Modernisasi Nurcholish Madjid merupakan gerakan penolakan paham kebarat-baratan dan pernyataan

17

sikap akan perubahan sebagaimana hakikat Manusia untuk selalu bergerak menuju kepada Kesempurnaan. III.2.1 Saran. Sebagai Seorang Muslim, sudah seharusnya kita memahami Hakikat Ajaran islam secara Kaffah dan berekplorasi dengan apa yang kita miliki untuk selalu menuju kepada kesempurnaan. Ajaran Islam Bukanlah Dokrin yang mati dan statis, maka adalah kewajiban bagi setiap pemeluknya untuk terus mengkaji dan mendalami dan menjadikan sebagai pengangan Hidup yang mengatur segala urusan (dunia dan akhirat). Penulis yakin dengan kita memahami dan memaknai Ajaran Islam secara utuh dan menyeluruh, Akan menjadikan kita orang khalifatullah yang membumikan Sifat-sifat Ilahia dimuka Bumi. Westernisasi merupakan bahaya dan tantangan tersendiri bagi ajaran Islam, media dan metode yang digunakan perlahan-lahan menjadi Virus yang perlahan-lahan merontokkan Hakikat Islam dan menyandingkannya dengan Paham Kebarat-baratan yang materialis. Namun, dengan kembali kepada tiga dimensi pokok Ajaran Islam merupakan Tameng paling Kuat untuk setiap Muslim dalam membentengi diri dari serangan-serangan gerakan westernisasi.

18

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Jalaluddin, Islam AKTUAL. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2003. Drs.H. Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa . Sinergi Persadatama Foundation. Sinergi Persadatama Foundation, Mei 2010. Amir P. Ali, Pemuda di Persimpangan Jalan. Yayasan Inovasi Kaltim Bekerja sama dengan Pustaka Timur, April 2007. Hashemi Nader, ISLAM, Sekularisme, dan Demokrasi Liberal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010. Zuhro R. Siti, Dkk, Demokrasi Lokal: Perubahan dan Kesinambungan Nilai-Nilai Budaya Politik Lokal. Yogyakarta: Ombak, 2009. Al-Ahwani Dr. Ahmad Fuad, Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, Juli 2004. Qaradhawi Dr. Yusuf, Sekular Ekstrim.Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000 Mustofa Agus, Salah Kaprah Dalam Beragama Islam. Surabaya: PADMA Press, Desember 2010. Supriyono Iman, Anda Jago kandang atau Kelas Dunia?. Surabaya: SNF Consulting, 2010. Al-ittihad al-Alamiy li Ulama al-Muslimin, 25 Prinsip Islam Moderat. Jakarta: Pusat konsultasi Syariah, September 2008.

Website/Blog : http://samuderailmufortuna.blogspot.com/2009/03/westernisasi_13.html http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-danteknologi.htm http://rizkian.wordpress.com/2011/03/06/pengaruh-westernisasi-terhadapmasyarakat-pedesaan/ http://www.masbied.com/2010/02/20/nurcholish-madjid-modernisasisekularisasi-dan-desakralisasi/

19

You might also like