Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam
DOSEN PENGAMPU MUHAMMAD NIZAR, SE, Sy.
NAMA FIRMAWATI NIM: 2011.86.22.0005
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN 2012 1
PRINSIP KONSUMSI ISLAM
A. Pendahuluan Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan naluri manusia. Sejak kecil, bahkan ketika baru lahir, manusia sudah menyatakan keinginan untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara, misalnya dengan menangis untuk menunjukkan bahwa seorang bayi lapar dan ingin minum susu dari ibunya. Semakin besar dan akhirnya dewasa, keinginan dan kebutuhan seorang manusia akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada usia tertentu untuk seterusnya menurun hingga seseorang meninggal dunia. Teori Perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumber daya (resources) yang dimilikinya. Teori perilaku konsumen rasional dalam paradigma ekonomi konvensional didasari pada prinsip-prinsip dasar utilitarianisme. Diprakarsai oleh Bentham yang mengatakan bahwa secara umum tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang baik untuk kepentingan dirinya kecuali orang itu sendiri. Dengan demikian pembatasan terhadap kebebasan individu, baik oleh individu lain maupun oleh penguasa, adalah kejahatan dan harus ada alasan kuat untuk melakukannya. Oleh pengikutnya, John Stuart Mill dalam buku On Liberty yang terbit pada 1859, paham ini dipertajam dengan mengungkapkan konsep freedom of action sebagai pernyataan dari kebebasan-kebebasan dasar 1 2
manusia. Menurut John Stuart Mill, campur tangan negara di dalam masyarakat manapun harus diusahakan seminimum mungkin dan campur tangan yang merintangi kemajuan manusia merupakan campir tangan terhadap kebebasan-kebebasan dasar manusia, dan karena itu harus dihentikan. Lebih jauh John Stuart Mill berpendapat bahwa setiap orang di dalam masyarakat harus bebas untuk mengejar kepentingannya dengan cara yang dipilihnya sendiri, namun kebebasan seseorang untuk bertindak itu dibatasi oleh kebebasan orang lain, artinya kebebasan untuk bertindak itu tidak boleh mendatangkan kerugian bagi orang lain. Dasar filosofis tersebut melatar belakangi analisa mengenai perilaku konsumen dalam teori ekonomi konvensional.
B. Definisi Konsumsi Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa. Motif seseorang bekerja adalah untuk mencari penghasilan, penghasilan yang diperoleh akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan (untuk konsumsi) dan apabila memungkinkan sisanya akan ditabung (saving), atau mungkin bisa diinvestasikan (penanaman modal dalam perusahaan).
3
1. Menurut Drs. Hananto dan Sukarto T.J. Konsumsi adalah bagian dari penghasilan yang dipergunakan untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa guna memenuhi hidup. 2. Menurut Albert C Mayers. Konsumsi adalah penggunaan barang-barang dan jasa yang langsung dan terakhir guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. 3. Menurut ilmu ekonomi Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan hidup. Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan- kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah. Prilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al- Quran dan as-Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.
4
C. Pinsip Konsumsi Dalam Islam Menurut Manan, ada 5 prinsip konsumsi dalam islam, yaitu: 1. Prinsip Keadilan Prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rizki yang halal dan tidak dilarang hukum. Firman Allah dalam QS Al- Baqarah: 173 !..| > `,l. .,.l `>l ,.>l !. _> ., ,-l < _. L. ,s _!, :!s .| ,ls | < "s ',> . Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Haram juga menurut ayat Ini daging yang berasal dari sembelihan yang menyebut nama Allah tetapi disebut pula nama selain Allah. Pelarangan dilakukan karena berkaitan dengan hewan yang dimaksud berbahaya bagi tubuh dan tentunya berbahaya bagi jiwa, terkait dengan moral dan spritual (mempersekutukan Allah). 2. Prinsip Kebersihan Makanan harus baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga merusak selera. 3. Prinsip Kesederhanaan Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makan dan minuman yang tidak berlebihan Firman Allah dalam QS Al-Araaf : 31 5
_.,., :, .> >.., ..s _ .>`.. l ,. . ..| > _,..l . Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih- lebihan.
Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sholat atau thawaf keliling ka'bah atau ibadah-ibadah yang lain. Janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. 4. Prinsip kemurahan hati Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhannya. Firman Allah dalam QS Al-Maidah: 96 _> >l .,. `>,l .`.!-L !-... >l :!,.ll `> >,l. .,. l !. `..: !.``> 1. < _ ,l| _:> . Dihalalkan bagimu binatang buruan lautdan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan, dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram, dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
5. Prinsip moralitas Seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih kepadanya setelah makan.
6
D. Tujuan Konsumsi Bagi sahabat Muawiyah, kuncinya adalah bagaimana kita mengatur anggaran pendapatan dan belanja rumah tangga. Pengaturan belanja yang baik itu merupakan setengah usaha, dan dia dianggap sebagai setengah mata pencaharian. Lalu bagaimana seorang muslim mengatur anggaran rumah tangganya? Islam, sebagaimana kita telah mengetahui, menganjurkan umatnya untuk bekerja dan berusaha dengan baik. Islam juga memerintahkan agar harta dikeluarkan untuk tujuan yang baik dan bermanfaat. Pada intinya bila umat Islam dalam mencari harta sampai kemudian membelanjakannya tetap berpedoman bahwa itu semua merupakan bagian dari ibadah, insyaAllah tidak akan terjerumus pada pembelanjaan yang ditujukan untuk keburukan yang bisa membawa keluarga itu pada kemaksiatan. Disadari atau tidak sesungguhnya pola konsumsi dan gaya hidup kita cenderung merugikan diri sendiri. Dimulai dari pemenuhan kebutuhan pokok (primer) seperti makan, minum, sandang dan papan, keseluruhannya mengandung bahan-bahan yang harus diimpor dengan mengabaikan sumber- sumber yang sesungguhnya dapat dipenuhi dari dalam negeri. Banyak barang- barang tertentu yang semestinya belum layak dikonsumsi oleh bangsa ini, telah diperkenalkan dan kemudian menjadi mode yang ditiru sehingga meningkatkan impor akan barang tersebut. Ini belum ditambah dengan barang-barang mewah yang beredar mulai dari alat-alat kecantikan sampai kepada mobil- mobil mewah. Padahal pola hidup seperti ini hanya akan memperburuk neraca transaksi berjalan karena meningkatkan impor barang 7
tersebut sehingga menguras devisa dan pada gilirannya akan menekan nilai tukar mata uang dalam negeri. Islam memberikan arahan yang sangat indah dengan memperkenalkan konsep israf (berlebih- lebih) dalam membelanjakan harta dan tabzir. Islam memperingatkan agen ekonomi agar jangan sampai terlena dalam berlomba- lomba mencari harta (at-takaatsur). Islam membentuk jiwa dan pribadi yang beriman, bertaqwa, bersyukur dan menerima. Pola hidup konsumtivme seperti di atas tidak pantas dan tidak selayaknya dilakukan oleh pribadi yang beriman dan bertaqwa. Satu-satunya gaya hidup yang cocok adalah simple living (hidup sederhana) dalam pengertian yang benar secara syari. Islam mengajarkan kepada kita agar pengeluaran rumah tangga muslim lebih mengutamakan kebutuhan pokok sehingga sesuai dengan tujuan syariat. Setidaknya terdapat tiga kebutuhan pokok: 1. Kebutuhan primer, yakni nafkah-nafkah pokok bagi manusia yang dapat mewujudkan lima tujuan syariat (yakni memelihara jiwa, akal, agama, keturunan dan kehormatan). Tanpa kebutuhan primer kehidupan manusia tidak akan berlangsung. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal, kesehatan, rasa aman, pengetahuan dan pernikahan. 2. Kebutuhan sekunder, yakni kebutuhan manusia untuk memudahkan kehidupan, agar terhindar dari kesulitan. Kebutuhan ini tidak perlu dipenuhi sebelum kebutuhan primer terpenuhi. Kebutuhan inipun masih berkaitan dengan lima tujuan syariat itu tadi. 8
3. Kebutuhan pelengkap, yaitu kebutuhan yang dapat menciptakan kebaikan dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan ini tergantung pada bagaimana pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder serta, sekali lagi, berkaitan dengan lima tujuan syariat. Untuk mewujudkan lima tujuan syariat ini, ibu rumah tangga yang umumnya merupakan pemimpin rumah tangga, mesti disiplin dalam menepati skala prioritas kebutuhan tadi, sesuai dengan pendapatan yang diperoleh suaminya. Meski satu rumah tangga sudah mampu memenuhi sampai kebutuhan ketiga atau pelengkap, Islam tetap tidak menganjurkan, bahkan mengharamkan pengeluaran yang berlebih- lebihan dan terkesan mewah, karena dapat mendatangkan kerusakan dan kebinasaan. Allah berfirman dalam QS al-Israa: 16 :| !.: ,l. , !.. !,.`. 1. !, _> !,l. `_1l !.... ,... . Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur- hancurnya.
Untuk mencegah agar kita tidak terlanjur ke gaya hidup mewah, Islam mengharamkan segala pembelanjaan yang tidak mendatangkan manfaat, baik manfaat material maupun spiritual. Apalagi melakukan pembelanjaan untuk barang-barang yang bukan hanya tidak bermanfaat tetapi juga dibenci Allah, 9
seperti minuman alkohol, narkoba, dan barang haram lainnya. Juga pembelian yang mengarah pada perbuatan bidah dan kebiasaan buruk. Namun itu semua tidak berarti membuat kita menjadi kikir. Islam mengajarkan kepada kita sikap pertengahan dalam mengeluarkan harta, tidak berlebihan dan tidak pula kikir. Sikap berlebihan akan merusak jiwa, harta dan masyarakat. Sementara kikir adalah satu sikap hidup yang dapat menahan dan membekukan harta. Dalam QS al-Furqaan: 67. _ :| 1. l `. l .1, l _,, l: !. . Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), pilihan sulit seperti ini. Masyarakat atau negara juga sering harus menghadapi pilihan-pilihan yang tidak mudah. Pemerintah kita misalnya menghadapi pilihan sulit antara membangun infrastruktur untuk merangsang investasi, atau membangun mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Atau dalam QS al- israa ayat 29: _-> ., l-. _|| ,1`.`s !L., . _ 1`.,l .`-1. !.l. .>: .
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
Sesungguhnya bukan hanya individu yang akan menghadapi pendidikan yang baik demi dihasilkannya SDM yang berkualitas. Untuk itu diperlukan satu pilihan yang sangat bijak agar kedua hal tersebut bisa dicapai secara optimal. Sesungguhnya pembagian Allah atas rizki hambaNya telah ditentukan batasan, kadar dan jenisnya. Allah mengetahui kemampuan seorang hamba di dalam membelanjakan dan mentasarufkan rizki yang telah diberikan tanpa 10
adanya sikap melampaui batas dan tindak keborosan. Allah mengetahui seberapa jauh kemampuan hambaNya untuk mengelola rizki dan kekayaan yang telah diberikan tanpa melanggar batas-batas yang telah ditentukan. Allah berfirman dalam QS al-Baqarah:155 >.l,.l ,`_:, _. .>' _>l _1. _. _. _. ,..l :, _..l Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Ujian dan cobaan Allah yang sangat beragam itu, tak lain merupakan ujian keimanan dan kesabaran seorang hamba. Sebagai dalam ayat di atas, salah satu ujian itu bisa berupa adanya rasa lapar, dan kekurangan atas bahan makanan pokok. Sesungguhnya kehadiran manusia di muka bumi hanyalah sekadar mewujudkan kehendak Tuhan (masyiah Rabbaniyah). Sayyid Qutbh dalam Saad Marthon, menjelaskan: Masyiah Rabbaniyah adalah totalitas keinginan seorang hamba untuk pasrah dan menyerahkan seluruh jiwa dan raga terhadap keinginan dan ketentuan Tuhan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam proses pembuatan barang, penelitian dan analisis kehidupan sosial, proses untuk memberdayakan hasil bumi dan wewenang mengolah serta memakmurkan bumi yang telah dititipkan Allah kepada manusia. Adanya kelangkaan satu barang tidak hanya menghadirkan ujian keimanan dan kesabaran seorang manusia. Kelangkaan barang juga akan menuntut seorang hamba untuk kreatif dalam menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mencari jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapinya. Satu contoh bagaimana manusia mengatasi kelangkaan 11
sumber energi yang dalam beberapa puluh tahun ke depan diperkirakan habis. Banyak penelitian dilakukan untuk menghasilkan sumber energi alternatif. Begitulah, seorang manusia akan lebih terdorong untuk memakmurkan kehidupan masyarakat jika menemukan kesulitan dalam kehidupan ekonomi.
E. Tiga Pondasi Dasar Ekonomi Islam Ada tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim: 1. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini mengarahkan seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat daripada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan future consumption (karena terdapat balasan surga di akhirat), sedangkan konsumsi duniawi adalah present consumption. 2. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral agama Islam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi moralitas semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas Islam. Kebajikan dan kebenaran dapat dicapai dengan prilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dan menjauhkan diri dari kejahatan. 3. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang dengan sendirinya bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara 12
berlebihan). Harta merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar QS al-Baqarah: 265 `_.. _ _1.`, `l. ,!-., !.. < !.,:. _. .. _:. _.> :,, !,!. _, .!: !l _,-. | l !,.`, _, _L < !., l.-. ,., . Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai), dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.
F. Dasar Hukum Perilaku Konsumen Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah SWT kepada sang Khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama. Dalam satu pemanfaatan yang telah diberikan kepada sang Khalifah adalah kegiatan ekonomi (umum) dan lebih sempit lagi kegiatan konsumsi (khusus). Islam mengajarkan kepada sang khalifah untuk memakai dasar yang benar agar mendapatkan keridhaan dari Allah Sang Pencipta. 1. Sumber yang Berasal dari al-Quran dan Sunnah Rasul Sumber yang ada dalam al-Quran
Makan dan minumlah, namun janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah itu tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. 13
2. Sumber yang berasal dari Sunnah Rasul, yang artinya: Abu Said Al- Chodry r.a berkata: Ketika kami dalam bepergian berasama Nabi SAW, mendadak datang seseorang berkendaraan, sambil menoleh ke kanan-ke kiri seolah-olah mengharapkan bantuan makanan, maka bersabda Nabi SAW : Siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus dibantukan pada yang tidak memmpunyai kendaraan. Dan siapa yang mempunyai kelebihan bekal harus dibantukan pada orang yang tidak berbekal. kemudian Rasulullah menyebut berbagai macam jenis kekayaan hingga kita merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang lebih dari kebutuhan hajatnya. (H.R. Muslim). 3. Ijtihad Para Ahli Fiqh Ijitihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Mannan menyatakan bahwa sumber hukum ekonomi islam (termasuk di dalamnya terdapat dasar hukum tentang prilaku konsumen) yaitu; al-Quran, as-Sunnah, ijma, serta qiyas dan ijtihad. Menurut Mannan, yang ditulis oleh Muhammad dalam bukunya Ekonomi Mikro Islam (2005: 165), konsumsi adalah permintaan sedangkan produksi adalah penyediaan atau penawaran. Kebutuhan konsumen, yang kini dan yang telah diperhitungkan sebelumya, menrupakan insentif pokok bagi kegiatan-kegiatan ekonominya sendiri. Mereka mungkin tidak hanya menyerap pendapatannya, tetapi juga memberi insentif untuk meningkatkannya. 14
Hal ini berarti bahwa pembicaraan mengenai konsumsi adalah penting. dan hanya para ahli ekonomi yang mempertunjukkan kemampuannya untuk memahami dan menjelaskan prinsip produksi maupun konsumsi, mereka dapat dianggap kompeten untuk mengembangkan hukum- hukum nilai dan distribusi atau hampir setiap cabang lain dari subyek tersebut. Menurut Muhammad perbedaan antara ilmu ekonomi modren dan ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi modren. Lebih lanjut Mannan mengatakan semakin tinggi kita menaiki jenjang peradaban, semakin kita terkalahkan oleh kebutuhan fisiologik karena faktor- faktor psikologis. Cita rasa seni, keangkuhan, dorongan-dorongan untuk pamer semua faktor ini memainkan peran yang semakin dominan dalam menentukan bentuk lahiriah konkret dari kebutuhan-kebutuhan fisiologik kita. Dalam suatu masyarakat primitif, konsomsi sangat sederhana, karena kebutuhannya sangat sederhana. Tetapi peradaban modren telah menghancurkan kesederhanaan manis akan kebutuhan-kabutuhan ini. 15
Daftar Pustaka Khan, Fahim. Essay in Islamic Economy, The Islamic Foundation.
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta, 2004. Siddiqi, Muhammad Nejatullah, Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: LIPPM, 1986.