You are on page 1of 124

KOMUNIKASI UMUM

PENGERTIAN KOMUNIKASI
Berasal dari bahasa Latin, Communis yang berarti sama Communication : Pemberitahuan Pemberian Pertukaran Kata sifat Communis = bersifat umum atau bersama-sama Kata kerjanya Communicare artinya: berdialog,berunding, atau bermusyawarah.

PENGERTIAN KOMUNIKASI (Secara Etimologis)


Komunikasi (Communication) Latin : Communis, arti sama Komunikasi : Communico Communicatio Communicare

Dapat diartikan dengan : to make common Kata lain mirip Komunikasi = Komunitas (community) Menekankan kesamaan atau kebersamaan

PENGERTIAN KOMUNIKASI ( Secara Terminologis)


Komunikasi (Communication)

SOCIAL COMMUNICATION HUMAN COMMUNICATION Ilmu yang mempelajari pernyataan antar manusia yang bersifat umum dengan menggunakan LAMBANG-LAMBANG (SIMBOL) yang berarti. ESSENSI KOMUNIKASI ; Adalah kesamaan pengertian diantara mereka yang berkomunikasi.

LAMBANG-LAMBANG YANG BERARTI DALAM KOMUNIKASI

Verbal

Non Verbal
Isyarat
Contoh : Gambar Tanda Grafik Warna, dll

Bahasa(Lisan dan tulisan)


Contoh : Berbicara Berdiskusi Surat

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk

kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku


orang lain (khalayak). (Hovland, Janis dan Kelley : 1953)

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. (Barelson dan Steiner, 1964)

Karakteristik Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutanserta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai proses komunikasi tidak statis tapi dinamis dalam arti akan mengalami perubahan secara terus menerus. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Komunikasi bersifat simbolis. komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang.

UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Harold D. Lasswell (1948) telah mengemukakan lima segi yang merupakan bidang analisa komunikasi yang dikenal:

FORMULA LASSWELL
WHO SAYS WHAT KOMUNIKATOR PESAN

IN WHICH CHANNEL
TO WHOM WITH WHAT EFFECT

SALURAN
KOMUNIKAN EFEK (HASIL)

UNSUR-UNSUR / KOMPONEN KOMUNIKASI


Communicator/Source/Sender/Encoder
Terdiri dari : Individu Organisasi Partai Lembaga

Message / Content / Information


Isi dapat berbentuk : Ilmu Pengetahuan Nasehat Hiburan Propaganda Informasi

Channel / Media
Terdiri dari: Panca Indra Surat Telephone Radio Televisi Surat Kabar Dan Lain-lain

Communicant / Receiver / Audience / Decoder


Terdiri dari : Individu Partai Organisasi Lembaga

Effect / Impact / Influence


Dapat terjadi dalam bentuk perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku

Feedback (Umpan balik )


Sifat feedback, yaitu :

Direct feedback/immediate feedback Umpan balik segera.

Indirect Feedback/Delayed feedback Umpan ballik tertunda

Jenis-jenis Feedback
Zero Feedback Neutral Feedback

Positive Feedback Negative Feedback


Inferential Feedback

Internal Feedback External Feedback

KOMUNIKATOR
Orang yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
Individu atau kelompok yang mengambil prakarsa dalam mengadakan kom. dengan individu atau kelompok lain yang menjadi sasarannya

Syarat-syarat yang Perlu Diperhatikan Oleh Komunikator :


Mempunyai Kredibilitas Terhadap Komunikasinya Kwalifikasinya :
Ahli Dalam Bidangnya

Mendapatkan Pendidikan
Telah berpengalaman Mendapatkan Pengakuan Dari Perhimpunan

PESAN
Seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
Stimulus atau rangsangan yang diberikan dari suatu sumber akan direspon dengan cara tertentu oleh pihak yang menerimanya.

Cara penyampaian pesan-pesan yang tepat Pesan Harus Jelas Pesan Mengadung Kebenaran Yang Telah Diuji Pesan Harus Ringkas Pesan Mencakup Keseluruhan

SALURAN
Sarana atau media yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

Tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Tempat terbaik yang dipilih dimana suatu stimulus/pesan melewatinya.

KOMUNIKAN
Orang yang menerima pesan Seseorang yang menterjemahkan pesan
Objek sasaran dari kegiatan komunikasi yaitu pesanpesan yang disampaikan oleh komunikator akan diterima oleh sasarannya yaitu komunikan.

EFEK
Hasil akhir dari proses kom. Yakni sikap, pendapat atau tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Perbedaan antara apa yang dipikirkan/dirasakan dan dilakukan sebagai penerima sebelum & sesudah menerima pesan. Perubahan atau penguatan keyakinan pd pengetahuan, sikap & tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

FEEDBACK
Dalam komunikasi feedback juga memegang peranan penting. Jadi feedback juga dpt dimasukkan sebagai unsur kom.

Pengertian Feedback
Arus umpan balik dalam proses berlangsungnya komunikasi.

Tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan oleh komunikator. Reaksi spontan yang diberikan komunikan terhadap pesan yang diterimanya.

JENIS-JENIS FEEDBACK
Zero feedback
Komunikator tidak mengerti feedback yang disampaikan komunikan. Komunikasi tanpa arti dan dampak. Sering dijumpai pada masyarakat yang dipaksakan untuk menerima sesuatu yg tdk disukainya.

Neutral feedback
Feedback yang tidak memihak siapapun, baik komunikator maupun komunikan. Artinya tanggapan yang disampaikan tidak mempunyai relevansi dengan pesan yang diterima. Biasanya terjadi dari feedback yang dipaksakan. Contoh: Pesan Pembangunan

Positive Feedback
Komunikator dapat mengerti feedback dari komunikan, dlm hal ini komunikan bersedia berpartisipasi utk memenuhi kehendak komunikator.

Negative Feedback
Feedback yg disampaikan komunikan kepada komunikator tidak mendukung maksud komunikator. Contoh: - Sikap menolak - Interupsi (dalam pertemuan/rapat) - Kritik

Inferential Feedback
Feedback dalam komunikasi massa yg disimpulkan sendiri oleh komunikator, krn gejala yg diamati oleh komunikator. Contoh : Mematikan tv sewaktu acara pembangunan, dan menghidupkan kembali setelah acara tersebut.

Internal Feedback
Feedback yang diterima komunikator bukan dari komunikan, tetapi datangnya dari pesan atau komunikator sendiri. Contoh : - Mendengar ucapannya sendiri yang salah. - Salah dalam menulis, dsb.

External Feedback
Feedback yang diterima langsung oleh komunikator dari komunikan.

Hambatan-Hambatan Terhadap Pesan Language Factor


Bahasa yg digunakan tidak dipahami Istilah-istilah yang diartikan berbeda

Noise Factor
Terjadinya gangguan teknis

Snowball Factor
Pesan yang ditanggapi sesuai dengan keinginan komunikan

Hal ini terjadi karena :


Keterbatasan komunikan dalam menerima pesan Pengaruh kepribadian yang bersangkutan.

KOMUNIKASI VERBAL & KOMUNIKASI NON VERBAL

KOMUNIKASI VERBAL

KOMUNIKASI VERBAL adalah komunikasi dalam bentuk bahasa verbal BAHASA VERBAL adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita.

Fungsi Bahasa
Menurut Larry L. Barker bahasa memiliki tiga fungsi : 1. Penamaan (naming atau labeling)
Untuk identifikasi objek, tindakan.

2. Interaksi
Interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati, pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

3. Transmisi informasi
Melalui bahasa informasi dapat disampaikan kepada orang lain.

Komunikasi Non Verbal


Pengertian Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Komunikasi non verbal adalah mencakup semua rangsangan dalam suatu setting komunikasi yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, baik disengaja atau tidak disengaja

Fungsi
1. Perilaku non verbal dapat mengulangi prilaku non verbal 2. Prilaku nonverbal dapat menggantikan prilaku verbal 3. Perilaku nonverbal dapat meregulasi prilaku verbal 4. Prilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan prilaku verbal

Klasifikasi Pesan Nonverbal


1. Bahasa Tubuh

- syarat tangan - Postur tubuh dan posisi kaki - Ekspresi wajah dan tatapan mata - Gerakan kepala

Faktor-faktor penunjang komunikasi yang efektif


Komponen pesan : Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa menarik perhatian komunikan. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. Pesan harus mampu membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

FRAME OF REFERENCE
Dalam kegiatan komunikasi kedudukan Frame Of Reference sama dengan Field Of Experience komunikasi akan berhasil apabila lambang yang dipergunakan mempunyai arti yang sama baik menurut komunikator maupun menurut komunikan.

Frame Of Reference adalah:


Sesuatu hal yang belum atau tidak dialami seseorang (komunikan) tetapi sudah dibuat sebagai pedomanya.

Kesimpulan :
Frame Of Reference adalah ;
Sesuatu yang diterima seseorang dan dipakai sebagai pedoman, sebagaimana diterimanya dari masyarakat sekelilingnya.

Pola pemikiran yang diterima oleh seseorang sesuai dengan apa yang diduga dan dianggap benar atau salah sesuai dengan pikiran orang lain yang telah mengalami hal yang sama sebelumnya.

FIELD OF EXPERIENCE (LUAS LINGKUP PENGALAMAN)


Field Of Experience yang well tuned dimana Komunikator dan Komunikan dapat melakukan fungsinya masing-masing secara baik. Maksudnya komunikator harus selalu menyesuaikan message dengan kemampuan dan pengalaman yang ada pada komunikan.

Artinya : Sesuatu lambang yang diberikan kepada sesuatu perkataan tergantung kepada pengalaman komunikan maupun kelompoknya.

Contohnya : Kalau kita ingin melambangkan sebuah/bangunan agar dapat menyeberangi sungai dengan perjalanan kaki atau dengan berkendaraan, maka lambang bangunan tersebut dapat diganti dengan suatu kata,yaitu : Jembatan. Kata ini tentu saja tidak akan dimengerti oleh mereka yang tidak dapat berbahasa Indonesia.

Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.

MODEL JOHARI WINDOW


Model inovatif untuk memahami tingkat-tingkat kesadaran dan penyingkapan diri dengan insani. Johari berasal dari: Nama depan dua orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Josseph Luft & Harry Ingham.

Model ini merupakan suatu cara melihat saling bergantung hubungan intrapersonal dengan hubungan antarpersonal.

Info.Known to other

Information Known to self I OPEN AREA


III HIDDEN AREA

Information Unknown to self

II BLIND AREA IV UNKNOWN AREA

Info.Unknown to other

Sumber : Joseph Luft. 1969, Of Human Interaction.Palo Alto,CA: National Book Press

PENYIKAPAN DIRI MENURUT HASLETT (1987)


Hasil penelitian dalam penyingkapan Diri menunjukkan bahwa:

Orang-orang lebih percaya (senang) menyingkapkan diri mereka secara sungguh-sungguh kepada orang yang mereka sukai.

Orang-orang cenderung melebih-lebihkan penyingkapan Diri mereka.


Penyingkapan Diri tidak menyebabkan rasa suka.

Suka menghambat Penyingkapan Diri.


Sumber:Haslett;B.J,1987,Communication: Strategic Action in Contaxt.Hillsade,NJ:Erlbaun.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK (THERAPEUTIC COMMUNICATION)

Akhir-akhir ini dunia psikoterapi, teknik penyembuhan jiwa, mengenal metode baru : Komunikasi terapeutik. Dengan metode ini, seorang terapis mengarahkan komunikasi sedemikian rupa sehingga pasien dihadapkan pada situasi dan pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial yang bermanfaat. Komunikasi terapeutik memandang gangguan jiwa bersumber pada gangguan komunikasi, pada ketidak mampuan pasien untuk mengungkapkan dirinya.

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.

Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.

Menurut Purwanto komunikasi terapeutik


merupakan bentuk keterampilan dasar utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.

Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen pentingyaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.

Ringkasnya meluruskan jiwa seseorang dapat dilakukan dengan memperbaiki (meluruskan) caranya berkomunikasi.

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.

Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Komunikasi Kesehatan
Proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui

saluran/media tertentu kepada komunikan dengan tujuan untuk


mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial.

Komponen komunikan : Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi. Pada saat mengambail keputusan ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai dengan tujuannya.

Pada saat mengambil keputusan ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.
Ia mampu untuk menepatinya baik secara mental maupun fisik.

Komponen komunikator : Trustworthiness komunikator. atau kepercayaan pada

Attractiveness atau daya tarik komunikator.

Source power atau kekuasaan : kemampuan untuk menimbulkan ketundukan atau kepatuhan (Kelman dalam Rakhmat, 1992 : 255)
Expertise atau keahlian komunikator.

Model dan teori


perilaku kesehatan

Model Komunikasi/persuasi (McGuire 1964)

Konsep :
Komunikasi dapat mengubah sikap dan perilaku kesehatan secara langsung pda kausal yang sama input (stimulus) output (tanggapan thp stimulus)

Perubahan pengetahuan dan sikap merupakan pra kondisi dalam perubahan perilaku kesehatan

Komunikasi Verbal dalam keperawatan

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

a. Jelas dan ringkas


Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami.

Contoh: Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda lebih baik daripada saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.

b.Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paruparu anda akan lebih baik jika dikatakan Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda.

c. Arti denotatif dan konotatif


Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.

Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian.
Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

d. Selaan dan kesempatan berbicara


Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

e. Waktu dan relevansi


Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.

Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

f. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988)melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

Komunikasi Non Verbal dalam Keperawatan

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Komunikasi non-verbal teramati pada:


1. Metakomunikasi

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

2.Penampilan Personal

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.

3. Intonasi (Nada Suara) Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.

4. Ekspresi wajah Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat

5. Kontak Mata. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.

6.Sikap tubuh dan langkah Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.

7. Sentuhan

Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian.

TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Tiap klien tidak sama, oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal.

2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.


Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut

5. Klarifikasi Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. 6. Memfokuskan Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. 7. Menyampaikan hasil observasi Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.

Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih mengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari- hari. Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni: 1. Pengetahuan 2. Ketulusan 3. Semangat 4. Praktek

Pengetahuan
Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Tepatnya perawat yang memiliki pengetahuan yang luas akan lebih mudah berkomunikasi daripada wawasan pengetahuannya terbatas.

Ketulusan
Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja. Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud untuk melecehkannya atau mencemoohnya.

Semangat
Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat mempengaruhi semangat pasien.

Praktek
Untuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup sekedar teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek. Pribadi yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah.

TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Tujuan dari komunikasi terapeutik : a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran mempertahakan kekuatan egonya. b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang Ada c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.

Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi yaitu : a) Tingkah laku perawat b) Perawatan yang berorientasi Rumah sakit Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan. Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkanmasalah yang ada hubungnnya dengan jiwa Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dari klien di dalam masyarakat. c) Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan,

PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :

Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut


komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator adalah para perawat yang tugas utamanya ialah membantu pasien dalam mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan gawat darurat.

Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan.

Prinsip komunikasi terapeutik Komunikasi interpersonal yang terapeutik mempunyai beberapa prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal De Vito yaitu keterbukaan,empati, sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan.

Tahap interaksi pada komunikasi terapeutik


Wood mengatakan pada umumnya hubungan antar pribadi berkembang melalui tahap-tahap yaitu :

1. Tahap awal atau tahap orientasi pada tahap ini antara petugas dan pasien terjadi kontak dan pada tahap iini penampilan fisik begitu penting karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati. Kualitas-kualitas lain seperti sifat bersahabat kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkap. Yang dapat dialkukan pada terapi ini menurut purwanto ialah pengenalan, mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat kecemasan diri pasien.

2. Tahapan terminasi , menurut purwanto (1994:26) pada tahap ini terjadi pengikatan antar pribadi yang lebih jauh, merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara lain mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada petugas. Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas dengan klien.

Penjelasan Perawat-Klien Baru datang


Yang perlu dijelaskan oleh perawat kepada klien yang baru datang adalah meliputi : 1. Peaturan-peraturan rumah sakit 2. peraturan jam berkunjung 3. peraturan makan sehari 3 kali 4. makanan yang perlu dimakan (dietnya) atau bila ada keluarga yang membawa makanan sendiri 5. bel dimeja bila keperluan memanggil perawat 6. jam kunjungan dokter 7. bagi klien yang bisa jalan, perlu diberitahu tempat kamar mandi, WC dan sebagainya. 8. waktu jam mandi 9. Memperkenalkan teman klien sekamar (klien di bed sebelahnya).

Tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih jauh, menurut purwanto (1994: 25) dialkukan untuk meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi nmasalah yang ada, menurut De Vito (1997:24) komunikasi pada tahap ini mengikatkan pada diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mngungkapkan diri kita. Pada tahap ini termasuk pada tahap persahabatan yang menghendaki agar kedua pihak harus merasa mempunyai kedudukan yang sama, dalam artian ada keseimbangan dan kesejajaran kedudukan.

Faktor yang mempengaruhi komunikasi


a.Situasi/suasana Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.

b.Kejelasan pesan Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.

Tehnik Komunikasi yang efektif


a. Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya. Hal yang berkaitan dengan kejelasan pesan yang ingin disampaikan. Gunakan bahasa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan. Gunakan media komunikasi yang tepat . Ciptakan iklim komunikasi yang baik dan tepat. Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan komunikan karena apa yang diutarakan komunikan adalah umpan balik terhadap pesan yang diberikan komunikator. Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja. Setiap proses komunikasi yang dijalankan hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan dilakukan dengan berencana. Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah, yaitu harus terjadi umpan balik antara komunikator dan komunikan. Yakinkan bahwa tindakan yang dilakukan tidak kontradiksi dengan apa yang diucapkan. Dengan kata lain ekspresi verbal harus sesuai dengan ekspresi non verbal. Hindari mengatakan saya turut berbahagia tetapi dengan ekspresi wajah yang datar dan tidak menunjukkan rasa bahagia.

b. c. d. e.

f.

g.
h.

Menurut Stuart dan Sundeen tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi : a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri. b. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai. d. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.

Tujuan komunikasi terapeutik adalah : a.Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan. b.Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. c.Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri. Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai berikut (Hamid, 199 a.Kesadaran diri. b.Klarifikasi nilai. c.Eksplorasi perasaan. d.Kemampuan untuk menjadi model peran. e.Motivasi altruistik. f.Rasa tanggung jawab dan etik.

B.Komponen Komunikasi Terapeutik Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut : a. Pengirim : yang menjadi asal dari pesan. b. Pesan : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada penerima. c. Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh pesan.

d. Umpan balik : respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.


e. Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi. Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima elemen struktur ini maka masalah-masalah yang spesifik atau kesalahan yang potensial dapat diidentifikasi.

Menurur Roger, terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik.Karakteristik tersebut antara lain : a.Kejujuran (trustworthy). Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya. b.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif. Dalam berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi nonverbal harus mendukung komunikasi verbal yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung.

c. Bersikap positif. Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap positif.

d. Empati bukan simpati. Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap simpati membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya. e.Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien.Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien,

f. Menerima klien apa adanya. Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa nyaman dan aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak menerima klien apa adanya. g. Sensitif terhadap perasaan klien. Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin dengan baik, karena jika tidak sensitif perawat dapat saja melakukan pelanggaran batas, privasi dan menyinggung perasaan klien. h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri. Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu klien, jika ia sendiri memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya

Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik.


Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998, terdiri dari empat fase yaitu: (1) (2) (3) (4) fase preinteraksi; fase perkenalan atau orientasi; fase kerja; dan fase terminasi (Suryani,2005). Dalam setiap fase terdapat tugas atau kegiatan perawat yang harus terselesaikan.

a.Fase preinteraksi Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas perawat pada fase ini yaitu : 1)Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya; 2)Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok; 3)Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi; 4)Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu dengan klien.

b.Fase orientasi Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya.

c. Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan.

d.Fase terminasi Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan.

Sikap Komunikasi Terapeutik.


Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu : 1. Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah Saya siap untuk anda. 2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. 3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu. 4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi. 5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

Teknik Komunikasi Terapeutik.


Ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi yang efektif (Stuart dan Sundeen, 199 yaitu : 1.Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan. 2.Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.

Stuart dan Sundeen mengidentifikasi teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut :

1.Mendengarkan dengan penuh perhatian.


2.Menunjukkan penerimaan. 3.Menanyakan pertanyaan yang berkaitan. 4.Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. 5.Mengklasifikasi.

6.Memfokuskan. 7.Menyatakan hasil observasi. 8.Menawarkan informasi. 9.Diam. 10.Meringkas. 11.Memberi penghargaan.

12.Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.


13.Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan. 14.Menempatkan kejadian secara berurutan. 15.Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya perspektif klien. 16.Refleksi.

Hambatan Komunikasi Terapeutik.


Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawatklien terdiri dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu-persatu mengenai hambatan komunikasi terapeutik itu.

Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi: 1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon, 2000). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakan bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping. 3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.

4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.

Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini;

1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip 'humanity of nurses and clients. Hubungan ini tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia yang bermartabat (Dult-Battey,2004). 2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu. 3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien. 4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship


Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu: 1. Kejujuran Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).). Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelitbelit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.

3. Bersikap positif Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).

4. Empati bukan simpati Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan. 5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien.

6. Menerima klien apa adanya Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal 7. Sensitif terhadap perasaan klien Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. 8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.

7. Sensitif terhadap perasaan klien Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. 8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.

Tahapan Komunikasi Terapeutik


1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah: a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan. b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri. c. Mengumpulkan data tentang klien. d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2. Tahap Perkenalan/Orientasi Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998). Tugas perawat dalam tahapan ini adalah: a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka. b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama. c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka. d. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien. Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

3. Tahap Kerja Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.

4. Tahap Terminasi Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.

Faktor - faktor penghambat dalam proses komunikasi terpeutik adalah : (Purwanto, Heri, 1994) a. Kemampuan pemahaman yang berbeda b. Pengamatan/penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu c. Komunikasi satu arah d. Kepentingan yang berbeda e. Memberikan jaminan yang tidak mungkin f. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderita g. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi h. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannya i. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita j. Menghentikan/mengalihkan topik pembicaraan k. Terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengarkan l. Memperlihatkan sifat jemu, pesimis.

Faktor penghambat komunikasi : (Kariyoso, 1994) 1.Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi 2.Sikap yang kurang tepat 3.Kurang pengetahuan 4.Kurang memahami sistem sosial 5.Prasangka yang tidak beralasan 6.Jarak fisik, komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak antara komunikator dengan reseptor berjauhan 7.Tidak ada persamaan persepsi 8.Indera yang rusak 9.Berbicara yang berlebihan 10.Mendominir pembicaraan, dan lain sebagainya

Proses komunikasi terapeutik dalam perawatan.

1. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994) - Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi. - Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi. - Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal. - Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini. - Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik. - Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai. - Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang dibutuhkan

2. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999) - Analisa tertulis dari penemuan pengkajian. - Sesi perencanaan tim kesehatan. - Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.
- Membuat rujukan.

3. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994) - Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999). - Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri. - Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan. - Meningkatkan harga diri pasien. - Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan. -Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka. 4. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994) - Memperkenalkan diri kepada pasien. - Memulai interaksi dangan pasien. - Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya. - Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.

- Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

5. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994) - Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri. - Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah. - Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.

You might also like