You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

Pada awal dipraktikkannya akuntansi bahkan sampai beberapa tahun kemudian tidak ada teori akuntansi. Oleh karena itu,orang bertanya untuk apa teori akuntansi? Selama tidak adanya struktur teori akuntansi formal maka yang terjadi adalah banyaknya alternatif metode pencatatan yang berlaku dalam praktik, semua bersifat diizinkan (permissive) sehingga menimbulkan kebingungan masyarakat. Setiap negara mempunyai standar akuntansi yang berbeda-beda karena banyaknya faktor yang mempengaruhi seperti nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan system pemerintahan tiap-tiap negara, perekonomian suatu negara dan politik serta organisasi profesi ditiap tiap negara. Hal ini menyebabkan tidak adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi, oleh karena itu diperlukan perumusan teori akuntansi dan standar akuntasi berskala internasional.

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Akuntansi Teori adalah susunan konsep, definisi, dan dalam menyajikan pandangan yang sistematis fenomena dengan menunjukkan hubungan antara variable yang satu dengan yang lain dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Websters Third New International Dictionary mendefinisikan teori sebagai suatu susunan yang saling berkaitan tentang hipotesis, konsep, dan prinsip pragmatis yang membentuk kerangka acuan untuk bidang yang dipertanyakan. Tiga dimensi teori (Most, 1982) yaitu : 1. Reductionism 2. Instrumentalism 3. Realism Tingkatan teori menurut Sue (2003) Level Jenis Teori 1 Methapor Theory Menggambarkan dan membumikan

pengalaman manusia dalam kehidupannya sehingga terstruktur, sistematis, teratur, dan dapat dipahami 2 Differentiation Theory Memotong-motong membedakan, misalnya:hadir absen pengalaman dengan

mengontraskan publik seasta,

obyektif, subyektif 3 Conceptualization Theory 4 Contex Menghubungkan unit dan struktur melalui praktik, menjelaskan bagaimana dunia kerja Bound Menjelaskan konteks untuk lebih

Theorizing of Settings

tersusundari suatu unit spesifik:kegiatan, proses, kejadian

Context Free grand Menjelaskan secara metanaratif aspekTheorizing (Stuctures) aspek kehidupan social

B. Teori dan Pembuat Kebijakan Akuntansi Teori akuntansi berkaitan erat dengan penyusunan kebijaksanaan akuntansi. Teori bersama factor politik dan kondisi ekonomi akan menentukan pembuatan kebijakan akuntansi. Teknik akuntansi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : 1. Teori akuntansi 2. Faktor politik 3. Kondisi ekonomi Hal ini membuktikan bahwa kita harus mempelajari teori akuntansi untuk dapat merumuskan kebijaksanaan akuntansi dengan tepat. Teori dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang berdasarkan atas metode ilmiah atau logika. Teori terdiri dari dua bagian, yaitu : 1. Asumsi-asumsi termasuk definisi variable-variabel dan logika yang

menghubungkan antar variable tersebut.

Asumsi-asumsi, definisi, logika,

digunakan untuk mengatur, menganalisis, memahami, gejala empiris yang menjadi perhatian. 2. Himpuan hipotesi-hipotesis yang penting. Sementara itu, hipotesis merupaka anggapan awal dari sebuahfenomena atau masalah yang akan dianalisis. Tujuan teori akuntansi adalah menjelaskan dan meramalkan praktik akuntansi. Untuk memperkuat argumen bahwa akuntansi merupakan disiplin ilmu yang didasari oleh metode ilmiah, akuntansipun mengalami perkembangan disiplin ilmunya. Watts dan Zimmerman menjelaskan bahwa perkembangan dari teori

akuntansi dari normative ke teori akuntansi positif dan dewasa ini berkembang kea rah teori akuntansi interpretative. Di mana masing-masing dalam menyusun teori terdapat berbagai pedekatan. Misalnya dalam teori akuntansi positif dilakukan pendekatan ekonomi dan perilaku (behavior).

C. Sifat dan Teori Akuntansi Teori akuntansi adalah susunan konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara variable dengan variable lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul.

D. Periodisasi Teori Akuntansi Godfrey dkk (1992) membuat periodisasi teori akuntansi sebagai berikut: 1. Pre-theory period (1492-1800) Peragalo mengemukakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang dirumuskan sejak Pacioli sampai pada awal abad ke-19. kalaupun ada saransaran atau pertanyaan-pertanyaan belum dapat digolongkan sebagai teori atau pernyataan yang sistematis. 2. General scientific period (1800-1955) Dalam periode ini sudah ada pengimbangan teori yang penekanannya baru berupa penjelasan terhadap praktek akuntansi. Di sini sudah ada kerangka kerja untuk menjelaskan dan mengembangkan praktek akuntansi. Akuntansi dikembangkan berdasarkan metode empiris yang mengutamakan pengamatan atas kenyataan sehari-hari atau realitas bukan didasarkan pada logika. Laporan AAA A Tentative Statement of Accounting Principles Affecting Corporate Reports pada tahun 1938 serta laporan AICPA tentang A Statement of Accounting Principle (Sanders, Hatfield dan Moore) merupakan

dua contoh perumusan teori akuntansi berdasarkan metode empiris atau disebut era general scientific ini. 3. Normative period (1956-1970) Dalam periode ini perumus teori akuntansi mencoba merumuskan norma-norma atau praktek akuntansi yang baik. Kalau dalam periode sebelumnya menekankan kepada APA yang terjadi dalamperiode ini Bagaimana seharusnya dilakukan, What should be. Pada periode ini muncul kritik terhadap konsep historical cost dan pendukung adanya conceptual framework. Beberapa terbitan laporan pada era ini adalah: An Inquiry into the Nature of Accounting oleh Goldberg yang diterbitkan pada tahun 1965, AAA menerbitkan A Statement of Basic Accounting Theory. 4. Specific Scientific Period (1970-sekarang) Periode ini disebut juga positive era. Di sini teori akuntansi tidak cukup hanya dengan sifat normatif tetapi harus bisa diuji kebenarannya. Norma dinilai subyektif jadi harus diuji secara positif. Pendekatan normatif dikritik karena: a. teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesa. b. teori normatif didasarkan pada pertimbangan subyektif.

E. Metode Perumusan ( Konstruksi ) Teori Merumuskan teori akuntansi mesti memiliki metode. Dari berbagai pendapat dan praktek, Belkaoui dan Godfrey mengemukakan dalam literatur dikenal beberapa metode: 1. Metode Deskriftif (pragmatic) yaitu teori akuntansi mencoba menjawab pertanyaan APA. Dalam metode ini akuntansi dianggap sebagai seni yang tidak dapat dirumuskan dan karenanya metode perumusan teori akuntansi harus bersifat menjelaskan atau descriptive. Dia menjelaskan dan menganalisa praktek yang ada dan diterima sekarang. Di sini diamati

perilaku akuntan dalam berhubungan dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Metode ini disebut juga deskriptive accounting atau deskriptive theory of accounting. Beberapa contoh prinsip akuntansi yang menggunakan metode ini adalah buku Paul Grady: Inventory of General Accepted Accounting Principle for Business En terprises, APB Statement No. 4, Skinners and Ijiri. 2. Psychological pragmatic, di sini diamati reaksi dari pemakai laporan keuangan terhadap output akuntansi itu (laporan keuangan) yangdisusun dari berbagi aturan, standar , prinsip atau pedoman. Jika ada reaksi maka dianggap bahwa ternyata akuntansi itu bermanfaat dan relevan. Namun diakui juga bisa saja terjadi reaksi yang tidak logis dari pengguna laporan keuangan sehingga bukan saja reaksi itu disebabkan laporan keuangan. 3. Metode Normatif (1950-1960) yaitu teori akuntansi mencoba menjawab pertanyaan APA YANG SEMESTINYA. Di sini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Metode ini disebut juga normative accounting research atau normative theory of accounting. Metode ini berguna dalam hal membahas isu true income dan decision usefulness. Metode ini diatur antara lain oleh: Moonitz, Sprouse and Moonitz, A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dari AAA, Edward and Bell, Chambers. 4. Metode Positive (1970an) yaitu suatu metode yang diawali dari suatu teori atau model ilmiah yang sedang berlaku atau diterima umum. Berdasarkan teori ini maka dirumuskan problem penelitian untuk mengamati perilaku atau fenomena nyata yang tidak ada dalam teori. Kemudian dikembangkan teori untuk menjelaskan fenomena tadi dan dilakukan penelitian secara terstuktur dan peraturan yang standar dengan melakuklan perumusan masalah, penyusunan hipotesa, pengumpulan data dan pengujian statistik ilmiah. Sehingga diketahui apakah hipotesa yang dirumuskan diterima atau

tidak. Para pendukung ini menyebut metode inilah yang digolongkan sebagai ilmiah karena menggunakan peraturean yang terstruktur dan data empiris yang objektif dan model statistik matematik yang bersifat logik. Dalam penggolongan lain disebut metode kuantitatif (Quantitatif Research). Namun bukan berarti metode ini tidak mendapatkan kritik. Disamping metode kuantitatif ini dibuat juga penggolongan lain yaitu metode kualitatif (Qualitatif Research). Metode kualitatif tidak harus didasarkan pada model yang terstruktur dan analisa yang menggunakan matematik atau statistik. Disamping penggolongan berdasarkan kuantitatif dan kualitatif ada juga penggolongan Scientific Research dan Naturalistic Research. Scientific disamakan dengan positive atau quantitative sedangkan Naturalistic disamakan dengan metode kualitatif.

F. Pendekatan dalam Perumusan Teori Teori adalah rumusan yang direduksi dari kenyataan atau praktek. Menurut Godfrey dkk (1992) dalam mengaitkan antara teori (dunia abstrak) dan kenyataan (dunia pengalaman) dikenal 3 hubungan dalam struktur teoritis: 1. Syntactis Di sini teori itu dirumuskan dalam bentuk hubungan logis. Hubungan itu dirumuskan dalam bentuk aturan seperti aturan bahasa (grammar), aturan matematik dan sebagainya. Biasanya rumusan teori menggunakan sylogism yang memberikan hubungan logis. Sylogism tidak dimaksudkan menyatakan kebenaran tetapi hanya hubungan logis, seperti: Premis a : seluruh perkiraan aktiva bersaldo debet Premis b : Biaya Sewa bersaldo debet Kesimpulan : Biaya sewa adalah aktiva Rangkaian premis dan kesimpulan di atas itu merupakan bahasa teori dalam permainan logika. Tidak seluruhnya stuktur silogisme itu bisa

menjamin kebenaran. Syntactis hanya menggambarkan dunia kenyataan dalam 2. Semantic Di sini teori menghubungkan konsep dasar dari suatu teori ke obyek nyata. Hubungan ini dituangkan dalam bentuk aturan yang sesuai atau definisi operasional. Semantic menyangkut hubungan kata, tanda atau simbol dari kenyataan. Sehingga teori ini lebih mudah dipahami, realistik dan berarti. Misalnya Kesamaan akuntansi Aktiva = Utang + Modal. 3. Pragmatic Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Di sini hubungan pragmatis itu berkaitan dengan pengaruh kata-kata, simbol terhadap manusia. Akuntansi dianggap memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang. Teori akuntansi dianggap harus bermanfaat bagi pengambil keputusan sehingga informasi akuntansi juga harus sesuai dengan kebutuhan para pengambil keputusan ini. Teori harus mampu merumuskan kebenaran sehingga teori ini harus terus-menerus diuji dan diverifikasi. Ada 3 kriteria atau pihak atau sumber yang memiliki wewenang menentukan kebenaran: a. Dogmatic, suatu pernyataan atau teori dapat kita sebut benar jika pihak yang menyampaikannya memiliki wewenang untuk menyampaikan kebenaran itu dan ini tidak perlu diuji lagi. keyakinan kepada kebenaran ini hanya berdasarkan pada kepercayaan, keyakinan atau iman seseorang. Sumber dogma ini misalnya berasal dari keyakinan agama, kharisma seseorang, jabatan, indoktrinasi, dan lain sebagainya. Dalam akuntansi ada beberapa lembaga yang dikenal otoritasnya dalam menelorkan teori akuntansi misalnya AAA, FASB, IAI dan sebagainya. bentuk bahasa ilmiah atau teori.

b.

Self evident, di sini kebenaran dibuktikan oleh pengetahuan umum, pengamatan, pengalaman. Misalnya disebutkan bahwa akuntansi menggunakan harga pasar. Pernyataan ini rasanya tidak perlu lagi diuji kebenarannya karena sudah terbukti sendiri berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pengamatan kita.

c.

Scientific, di sini kebenaran itu dibuktikan oleh suatu metode ilmiah. Teori dirumuskan, diuji dan seterusnya berulang secara terus-menerus. Metode ilmiah ini sangat beragam dan akan kita bahas berikut ini.

Perumusan Teori Akuntansi Pendekatan dalam perumusan teori akuntansi menurut Belkaouli I. Pendekatan informal yang dibagi dalam: 1. Pragmatis, Praktis, Non teoritis 2. Otoriter II. Pendekatan Teoritis yang dibaginya dalam: 1. Deduktif 2. Induktif 3. Etik 4. Sosiologis 5. Ekonomi 6. Eklektif

G. Perumusan Teori Akuntansi di Indonesia Sampai saat ini Indonesia masih belum berupaya untuk merumuskan teori maupun standar akuntansinya sendiri. Kita masih tetap menggunakan teori atau standar akuntansi Amerika atau terakhir dari IASC (International Accounting Standard Committee) sebagai dasar pengembangan akuntansi di Tanah Air. Standar

Akuntansi Keuangan maupun Pernyataan Standar Pemeriksaan masih mengadopsi atau menerjemahkan standar atau pedoman dari Amerika atau IASC dengan berbagai modifikasi minor. Upaya yang baru dilakukan oleh profesi akuntansi adalah perumusan prinsip akuntansi Indonesia namun belum menyentuh dasar teori akuntansinya. Dalam sebuah kuliahnya di gedung baja (1991), Belkaoui menganjurkan agar setiap negara memiliki teori akuntansi sendiri termasuk Indonesia. Menurut beliau teori akuntansi lahir dari kondisi, lingkungan, dan situasi ekonomi dan sosial yang ada disuatu negara yang tentu akan berbeda dengan negara lainnya. Akibatnya kita tidak akan tepat jika menggunakan teori akuntansi yang dilahirkan dari negara lain dengan situasi dan kondisi yang berbeda dengan negara kita.

10

BAB III ANALISIS KRITIS

Fenomena yang sedang

terjadi didunia dan khususnya Indonesia dalam

bidang akuntansi adalah adanya konvergensi IFRS. Yang mulai diberlakukan diseluruh dunia untuk menseragamkan standar akuntansi yang selama ini tiap tiap negara mempunyai standar akuntansi yang berbeda-beda. Namun sejalan dengan diberlakukannya IFRS, masih banyak terdapat hambatan-hambatan untuk menerapkan standar tersebut. Di Amerika sendiri yang sudah menerapkan lebih dulu daripada negara-negara yang lainnya masih kebingungan, apalagi di Indonesia. Dua puluh Sembilan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) masuk dalam program konvergensi IFRS yang dicanangkan DSAK IAI tahun 2009 dan 2010. Sasaran konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, demikian disampaikan Ketua DSAK IAI Rosita Uli Sinaga pada Public Hearing Eksposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, di Jakarta Kamis 20 Agustus 2009 lalu. Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi DSAK IAI periode 2009-2012. Implementasi program ini akan dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses konvergensi ini dapat berjalan dengan baik tentunya sangatdiharapkan. Akuntan Publik diharapkan dapat segera mengupdate pengetahuannya sehubungan dengan perubahan SAK, mengupdate SPAP dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS. Akuntan Manajemen/Perusahaan dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate

11

pengetahuan Akuntan Manajeman, melakukan gap analysis dan menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk optimalisasi sumber Akuntan Akademisi/Universitas diharapkan dapat membentuk tim daya. sukses

konvergensi IFRS untuk mengupdate pengetahuan Akademisi, merevisi kurikulum dan silabus serta melakukan berbagai penelitian yang terkait serta Memberikan input/komentar terhadap ED dan Discussion Papers yang diterbitkan oleh DSAK maupunIASB. Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang perlu terkait dengan pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap profesi yang terkait dengan pelaporan keuanganseperti penilai dan aktuaris. Asosiasi Industri diharap dapat menyusun Pedoman Akuntansi Industri yang sesuai dengan perkembangan SAK, membentuk forum diskusi yang secara intensif membahas berbagai isu sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif memberikan input/komentar kepada DSAK IAI.

12

BAB IV KESIMPULAN IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh

International Accounting Standard Board (IASB) yang bisa diartikan suatu upaya yang bisa memperkuat system keuangan dalam suatu perusahaan dan alat untuk bisa mencari solusi terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara negara berkembang seperti Indonesia. Manfaat Konvergensi IFRS adalah :

Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional

Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.

Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management

13

DAFTAR PUSTAKA Harahap, S. S (2007). Teori Akuntansi (Edisi Revisi). RajaGrafindo Persada, Jakarta.
http://olivya-permata.blogspot.com/2012/03/fenomena-fenomena-ifrs-di-dunia-dandi.html http://novryssuhardianto-feb.web.unair.ac.id/artikel_detail-40743-IFRSRESPON%20AKADEMISI%20TERHADAP%20KONVERGENSI%20IFRS.html http://www.ima-unhas.com/index.php/akuntansi.html http://galuhwardhani.wordpress.com/

14

You might also like