You are on page 1of 14

DIAMETER POHON TERBESAR DI BANDAR LAMPUNG

(Laporan Praktikum Analisis Keanekaragaman Flora dan Fauna)

Oleh Muhammad Rianzar 0914081031

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2011

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

pohon merupakan suatu organisme dari komponen ekosistem yang berinteraksi satu dengan yang lainnya, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Karenanya, pohon yang tumbuh di satu tempat, berbeda dengan pohon yang tumbuh di tempat lainnya. Batang pohon yang ukurannya paling besar adalah penghubung utama antara akar dengan tajuk pohon. Dari akar tersebut, batang pohon dengan lapisan kulit bernama kambium menyalurkan air dan mineral ke tajuk pohon atau kanopi. Setelah diolah dari kanopi asupan air dan mineral yang telah diolah disebarkan ke seluruh bagian pohon melalui cabang-cabang. Sementara, daun yang berisi klorofil bertugas menyerap sinar matahari untuk mengolah menjadi energi dan gula. Ketika berbunga dan kemudian menjadi penyerbukan, hasil penyerbukan tersebut kemudian di simpan dalam buah.

Pohon adalah mahluk hidup yang tidak bisa berjalan tetapi memberikan peran yang signifikan bagi mahluk yang berjalan. Dari sebuah kajian penelitian, secara sederhana dapat disimpulkan semakin tinggi pohon yang tumbuh subur diatas tanah akan semakin memberi manfaat yang lebih diantaranya adalah menghasilkan oksigen (O2) 1,2 kilogram/pohon/hari. Sementara itu fungsi pohon dibawah tanah diantaranya adalah menyerapkan air ketanah, mengikat butir-butir tanah, mengikat air dari pori tanah dengan kapilaritas dan tegakan permukaan. Akar pohon menyerap air hujan ke tanah sehingga tidak mengalir

sia-sia. Kemudian mengikat air dipori tanah dan menjadikan sebagai cadangan air di musim kemarau. Sehingga ketersediaan air tanah secara berkesinambungan tetap terjaga dan menjadikan debiut mata air, sungai dan danau tetap besar, serta tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau dan pada musim penghujan bencana banjir tidak terjadi. Akar pohon juga mengikat buti-butir tanah sehingga dapat mencegah terjadinya erosi dan terjadinya tanah longsor. Pohon-pohon dihutan mendaur ulang hujan dan membangun iklim mikro terjaga, kelembaban terkendali dan curah hujan turun. Laju pertumbuhan pohon tropis biasanya diukur dengan perubahan dimensi, berdasarkan lingkar batang atau diameter. Pohon tropis dapat lebih mudah diukur dan akurat dengan pengukuran pertumbuhan rata-rata yang dimulai dari pengukuran awal (Gardner et al. 1991). Praktikum kali ini, melakukan pengukuran pada pohon-pohon yang memiliki diameter besar yang berada di sekitar wilayah Bandar Lampung.

B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis pohon yang berdiameter besar di suatu daerah tertentu, sekaligus memberikan informasi bahwa jenis pohon yang ditemukan berarti cocok tumbuh di daerah tersebut. Sehingga jenis pohon tersebut diprioritaskan untuk ditanam pada program penghijauan di daerah tersebut.

II.

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Proses pengambilan data ini dilakukan pada : Hari/tanggal Waktu Tempat : Rabu, 11 April 2012 : 15.00 s.d selesai : Jalan Rajawali 2, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Kamera Tally sheet Alat tulis Christen hypsometer Pita meter Pohon berdiameter lebih dari 50cm

C. Cara Kerja

1. Mencari pohon berdiameter lebih dari 50cm sebanyak 3 pohon 2. Mengukur diameter dengan menggunakan pita ukur 3. Mencatat lokasi pohon tersebut 4. Mencatat nama daerah dan nama latin pohon tersebut 5. Mencatat tinggi pohon tersebut dengan menggunakan christen hypsometer 6. Memasukkan data kedalam tally sheet 7. Membuat laporan 8. Foto kegiatan

III.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Adapun data yang telah diperoleh dari survey yang telah dilakukan adalah :

NO.

Nama daerah

Nama latin

K (cm)

D (cm) 59,2

T (m) 18

Lokasi

Angsana

Pterocarpus indicus

187

Jalan Rajawali 2, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung

Sengon

Paracerianthes falcataria

217

69,1

21

Angsana

Pterocarpus indicus

194

61,78

19

Jalan Rajawali 2, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung Jalan Rajawali 2, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung

B. PEMBAHASAN

Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang cukup mengalami pertumbuhan penduduk cukup cepat. Begitu pula kebutuhan akan mendapatkan tempat tinggal yang baik dan sesuai dengan standar hidup yang

ada menyebabkan semakin sedikitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Kota Bandar Lampung dikarenakan alih fungsi lahan terutama untuk lahan perumahan maupun tempat usaha. Keadaan tersebut menyebabkan semakin terhimpitnya keberadaan hutan kota di Bandar Lampung dan tentu pohonpohon yang berdiameter besar sudah sangat jarang ditemukan di kota ini.

Praktikum ini dilaksanakan di sekitar Kota Bandar Lampung dengan mendata diameter dengan diameter pohon lebih dari 50 cm yang diharapkan jenis-jenis tersebut dapat menjadi refesensi bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung agar lebih memprioritaskan jenis tersebut dapat diperbanyak untuk memperluas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang saat ini belum mencapai 30% di Bandar Lampung. Pohon yang berdiameter di lebih dari 50 cm penulis temukan di Jalan Rajawali 2 Tanjung Karang Timur Bandar Lampung yaitu 2 pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan diameter 59,2 cm dan 61,78 cm serta 1 pohon sengon (Paracerianthes falcataria) dengan diameter 69,1cm. Jenis tersebut memang sering dijumpai dalam pembangunan suatu hutan kota termasuk Kota Bandar Lampung. Jenis sengon dan juga angsana cukup memdominasi jenis-jenis pohon yang cukup baik ditanam untuk pengembangan hutan kota.

Diameter pohon berkembang terjadi karena pertumbuhan xilem dan floem sekunder yang berkembang dari jaringan meristem sekunder. Penebalan batang dimulai setelah meristem apikal berkembang menjadi tiga laips silinder jaringan yaitu epidermis, jaringan dasar, dan sistem vaskular. Pertumbuhan sekunder melibatkan sel-sel pada dua macam meristem yaitu kambium vaskular dan kambium gabus. Kambium vaskular terdiri dari sel-sel meristem lateral yang aktif membelah dan berada di antara xilem dan floem primer. Kambium vaskular mapu membelah dalam dua arah. Sel-sel yang dibentuk ke arah luar akan berkembang menjadi floem sekunder, sedangkan sel-sel yang dibentuk kearah dalam membentuk xilem sekunder. Dalam pembelahannya kambium vaskular menghasilkan sel xilem lebih banyak dari pada sel floem. Sel-sel xilem sekunder yang dibentuk dari hasil pembelahan merupakan

penyusun kayu. Sementara jaringan floem sekunder yang terbentuk akan menggantikan sel-sel epidermis dan korteks yang akan terkelupas secara kontinyu (Gardner et al. 1991).

Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor iternal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal meliputi faktor intrasel (sifat genetic/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya. Laju pertumbuhan pohon tropis biasanya diukur dengan perubahan dimensi, berdasarkan lingkar batang atau diameter. Pohon tropis dapat lebih mudah diukur dan akurat dengan pengukuran pertumbuhan ratarata yang dimulai dari pengukuran awal (Gardner et al. 1991).

Faktor internal yang mempengaruhi pertombuhan tanaman : 1. Sifat menurun atau hereditas Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak dipangaruhi oleh faktor genetic. Faktor genetic dapat dugunakan sebagai dasar seleksi bibit unggul 2. Hormon pada tumbuhan Hormone merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi adapula yang dapat menghambat pertumbuhan. Hormone-hormon pada tumbuhan yaitu auksin, giberlin, gas etilen, sitokinin, asam absisat dan kalin.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman : 1. Cahaya Matahari Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Cahaya merupakan sumber energy untuk fotosintesis. Daun dan batang yang tumbuh di tempat gelap akan kelihatan kuning pucat. Tumbuhan yang kurang cahaya menyebabkan batang tumbuh lebih panjang, lembek dan kurus, serta daun tibul tidak normal. Panjang penyinaran memppunyai pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan. 2. Temperature

Temperature mempunyai pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan. Perubahan temperatur dari dingi atau panas mempengaruhi kemampuan fotsintesis, translokasi, respirasi, dan transpirasi. Jika terlalu dingin atau terlalu tinggi pertumbuhan akan menjadi lambat atau tterhenti sama sekali. Pada beberapa tumbuhan apabila lingkugan air, temperature, dan cahaya tidak memungkinkan untuk tumbuh. 3. Kelembaban atau Kadar Air Tekanan dan udara yang kurang lembab umumnya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan karena meningkatkan penyerapan air dan menurunkan penguapan atau transpirasi. 4. Air dan Unsur Hara Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media reaksi enzimatis, berperan dalam fotosintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembaban. Kadungan air dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsure hara dan menjaga suhu tanah. Tanaman, menyerap unsure hara dari media tempat hidupnya, yaitu tanah atau dari air. Unsure hara merupakan salah satu penentu pertumbuhan suatu tanaman baik atau tidaknya tumbuhan berkembang biak.

Faktor-faktor tempat tumbuh dapat dibagi menjadi faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung dan faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung. Faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung misalnya radiasi matahari, kelembaban, dan air tanah. Faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung misalnya lereng dan flora serta fauna yang mempengaruhi vegetasi hutan, terutama efeknya terhadap faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung. Faktor-faktor tempat tumbuh dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu faktor klimatis, faktor fisiografis, faktor edafis, dan faktor biotis (Soekotjo 1976).

Faktor klimatis Faktor klimatis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan atmosfer yang berpengaruh terhadap kehidupan tanaman. Pengaruh faktor ini

dapat terasa secara regional maupun lokal. Keadaan atmosfer yang menentukan iklim regional dan lokal terutama berhubungan dengan temperatur, air, dan cahaya. Faktor-faktor yang menentukan ini adalah radiasi matahari, temperatur udara, kelembaban udara dan presipitasi, serta dapat ditambahkan pula, angin dan petir (Soekotjo 1976).

Faktor fisiografis Faktor ini merupakan keadaan-keadaan yang secara tidak langsung mempengaruhi vegetasi hutan melalui efeknya terhadap faktor-faktor berpengaruh langsung. Termasuk di dalamnya adalah keadaan yang menentukan bentuk dan struktur dari permukaan tanah. Faktor-faktor fisiografis ini antara lain konfigurasi bumi, ketinggian tempat, dan faktor kelerengan. Efek faktor-faktor fisiografis terlihat dari perbedaan-perbedaan vegetasi hutan pada lereng-lereng atas dengan lereng-lereng yang lebih rendah (Djayadiningrat 1990).

Faktor edafis Faktor edafis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tanah. Faktor-faktor yang secara langsung memepengaruhi vegetasi hutan adalah tekstur atau susunan partikel tanah, air tanah, temperatur tanah, dan unsurunsur hara yang terkandung di dalam tanah. Efek dari faktor ini dapat dilihat dari perbedan vegetasi yang tumbuh di atasnya, seperti perbedaan vegetasi yang tumbuh di tanah liat dan tanah pasir (Soekotjo 1976).

Faktor biotis Faktor ini berhubungan dengan faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh pengaruh tumbuhan dan hewan. Meskipun faktor klimatis dan edafis suatu tempat tumbuh mempunyai pengaruh yang dominan terhadap bentuk dan pertumbuhan hutan, namun pertumbuhan vegetasi dapat dihalangi, dirubah, dan diganggu oleh adanya interaksi kehidupan tanaman, hewan, dan manusia (Soekotjo 1976).

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum kali ini adalah pohon berdiameter lebih dari 50 cm di Provinsi Lampung ditemukan di Jalan Rajawali 2 Tanjung Karang Timur Bandar Lampung yaitu 2 pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan diameter 59,2 cm dan 61,78 cm serta 1 pohon sengon (Paracerianthes falcataria) dengan diameter 69,1cm).

DAFTAR PUSTAKA

Anita, N. Y., 2009. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. www.google.com(ninityuliantas weblog). Diunduh 18 Maret 2010. Pukul 16.43 WIB Anonim. 2009. Tinjauan Pustaka. www.google.com. Diakses pada tanggal 18 Maret 2010. Pada pukul 17.05 WIB. Hidayati, Sri dan Slamet Prawirohartono, Sains Biologi 1 SMA, 2007, Jakarta: Bumi Aksara. Suprayogo, D.; Widianto; Purnomosidhi, P.; Widodo, R.H.; Rusiana, F.; Aini, Z.Z.; Khasanah, N. Dan Z. Kusuma. 2004. Degaradasi sifat fisik tanah sebagai akibat alih guna lahan hutan menjadi sistem kopi monokultur: Kajian perubahan makroporositas tanah. Agrivita 26 (1): 60-68. Departemen Kehutanan, 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta, hal. III-42 s.d III-48

LAMPIRAN

You might also like