You are on page 1of 16

SISTEM AKUSTIK dan TATA SUARA 1.

Akustik Lingkungan Dalam Rancangan Arsitektur Perkembangan ilmu dan teknologi menghadapkan kehidupan manusia pada pertambahan sumber sumber bising dan intensitas bising yang luar biasa, baik di dalam maupun di luar gedung. Seringkali pengaruh tersebut mengkhawatirkan bahkan merusak. Dalam auditorium, teater, ruang pertemuan, gereja, dan gedung bioskop yang banyak dibangun di seluruh dunia jugat erdapat pertumbuhan permintaan pada proses akustiknya. 2. Sistem, Bahan dan Konstruksi Penyerap Bunyi Semua bahan bangunan an lapisan permukaan yang digunakan dalam konstruksi mempunyai kemampuan untuk menyerap bunyi sampai tingkat / derajat tertentu. Dalam kondisi istimewa, banyak bahan bangunan yang menyerap bunyi juga berhasil digunakan dalam konstruksi insulasi bunyi. Bila bunyi menumbuk suatu permukaan maka ia dipantulkan atau diserap. Energi bunyi yang diserap sebagian di ubah menjadi panas tetapi sebagian besar ditrasnmisi kan ke sisi lain dari lapisan tersebut. Dengan kata lain penyerap bunyi yang baik adalah pentrasmisi bunyi yang efisien dan karena itu adalah insulator bunyi yang tidak baik. Bahan bahan dan konstruksi penyerap bunyi yang digunakan dalam rancangan akustik suatu auditorium yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruang ruang bising diklasifikasikan menjadi: Bahan berpori pori Penyerap panel dan penyerap selaput Resonator rongga ( Helmholtz) Tiap bahan akustik kelompok kelompok ini dan kombinasi bahan bahan ini (sebagai rancangan lapisan akustik ) dapat dipasang pada dinding ruang atau digantung di udara sebagai penyerap ruang. Cara pemasangannya mempunyai pengaruh yang besar pada penyerapan bunyi kebanyakan bahan. 2.1 Bahan berpori Karakteristik akustik dasar semua bahan berpori, seperti papan berat (fiber board), plesteran lembut (soft plasters), moineral wools, dan selimut isolasi, adalah suatu bahan jaringan selular dengan pori pori yang saling berhubungan. Energi bunyi datang diubah menjadi energi panas dalam pori pori ini. Sedangkan sisanya telah berkurang energinya. Bahan bahan selular dengan sel yang tertutup dan tidak saling berhubungan seperti damar busa 2.3 2.2

(foamed resin), karet cellular ( selular rubber ), dan gelas busa adalah penyerap busa yang buruk. Penyerap Panel atau Selaput Penyerap panel atau selaput merupakan kelopmpok bahan bahan penyerap bunyi yang kedua. Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang padat (solid backing) tetapi terpisah oleh suatu ruang udara akan berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang bunyi. Getaran lentur (flextural) dari panel akan menyerap sejumlah energi bunyi datang dengan mengubahnya menjadi energi panas. Panel jenis ini merupakan panel penyerap frekuensi rendah yang efisien. Bila dipilih dengan benar , penyerap panel mengimbangi penyerapan frekuensi sedang dan tinggi yang agak berlebihan oleh penyerap penyerap berpori dan isi ruang. Jadi penyerap panel meyebabkan karakteristik dengung yang serba sama pada seluruh jaringan jangkauan frekuensi audio. Di antara lapisan lapisan dan konstruksi auditorium penyerap penyerap panel berikut ini berperan pada penyerapan frekuensi rendah : panel kayu dan hardboard, gypsum boards, langi langit plesteran yang digantung, plesteran yang berbulu, plastic board, jendela, kaca, pintu, lantai kayu dan panggung dan pelat pelat logam radiator. Karena pertambahan terhadap daya tahan dan goresan penyerap penyerap panel tak berlubang ini sering dipasang pada bagian bawah dinding Resonator rongga (Helmholtz) Terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding dinding tegar dan dihubungkan dengan lubang/ celah sempit ( disebut leher ) ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat. Resonator rongga menyerap energi bunyi maksimum pada daerah pita frekuensi rendah yang sempit, suatu poci atau botol kosong juga berfungsi sebagai resonator rongga, namun penyerapannya maksimum pada pita frekuensi sempit artinya resonator ini sangat efektif dalam penyerapannya. 2.3.1 Resonator rongga individual Resonator rongga individual yang dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran ukuran berbeda digunakan di gereja gereja Skandinavia pada abad pertengahan. Penyerapannnya yang efektif tersebar antara 100 400 Hz

Balok beton standar yang menggunakan campuran yang biasa tapi dengan rongga yang telah ditetapkan disebut unit soundblock, merupakan jenis resonator berongga jaman sekarang. Karena mereka meniadakan kebutuhan akan pemasangan lapisan permukaan penyerap bunyi tambahan, maka mereka merupakan pengendali dengung atau bising yang ekonomis. Balok di cor dalam dua seri disebut tipe A dan tipe B. Unit tipe A mempunyai celah sekitar inch (6mm) dan elemen pengisi yang tak mudah terbakar dalam rongganya. Alam kedua tipe ini, rongga tertutup di atasnya , dan delah memungkinkan rongga tertutup tersebut berfungsi sebagai resonator Helmholtz. Balok dibuat dengan ketebalan 10, 15 dan 20 cm. Semuanya mempunyai ukuran muka nominal 8 kali 16 inch ( 20 kali 41 cm). Penyerapan bunyi maksimum terjadi pada frekuensi rendah an berkurang pada frekuensi yang tinggi. Bagian permukaan balok yang kelihatan dapat di cat dengan pengaruh pada penyerapannya yang dapat diabaikan. Keuntungannya yang besar terletak pada daya tahannya yang tinggi, yang memungkinkannya digunakan dalam ruang olah raga, kolam renang, jalur jalur bowling, proyek industri, ruang alat alat mekanis terminal kendaraan, jalan raya yang padat dimana penggunaan bahan bahan penyerap bunyi biasa yang lembut , tidak tahan lama dan tidak memungkinkan. 2.3.1 Resonator panel berlubang Panel berlubang yang diberi jarak pisah terhadap lapisan penunjang padat, banyak digunakan dalam aplikasi prinsip resonator rongga. Mereka mempunyai jumlah leher yang banyak, yang membentuk luban lubang panel, jadi berfungsi sebagai deretan resonator rongga. Lubang biasanya berbenruk lingkaran (kadang kadang celah pipih). Rongga udara dibelakang lubang membentuk bagian resonator yang tak terbagi dan dipisahkan ke dalam lekukan oleh elemen elemen sistem kerangka yang horizontal dan vertikal. Resonator panel berlubang tidak melakukan penyerapan selektif seperti pada resonator rongga tunggal, terutama bila selimut isolasi di pasang di rongga udara di belakang papan berlubang yang tampak. Bila panel berlubang dipilih dengan tepat dengan daerah terbuka yang cukup , selimut isolasi menambah efisiensi penyerapan keseluruhan dengan memperlebar daerah frekuensi di mana penyrapan yang cukup besar diharapkan.

Kurva penyerapan frekuensi resonator panel berlubang umumnya menunjukkan suatu nilai maksimum (puncak) di daerah skala frekuensi tengah dengan penurunan yang jelas di atsa 1000 Hz. Karena itu, bila lapisan panel berlubang yang sama digunakan secara besar besaran dalam auditorium, RT akan menjadi sangat kecil dan tak diinginkan pada frekuensi nilai penyerapan puncak. Karakteristik dengung yang cukup seimbang dan merata dapat diadakan bila nilai nilai puncak dalam diagram lapisan panel berlubang digeser ke beberapa daerah jangkauan frekuensi yang berbeda. Ini dapat dicapai dengan mengubah tebal panel berlubang, ukuran dan jarak antar lubang ke dalam rongga udara di belakang panel berlubang dan jarak pisah antara elemen elemen sistem bulu (furring system). Bermacam macam panel atau papan standar yang komersial dapat diperoleh dalam bentuk berlubang dan cocok dalam penggunaan penyerap panel berlubang seperti lembaran asbestos semen, hardboard (masonite), lembaran baja atau aluminum polos bergelombang dan lebar, lembaran plastik tgar, plywood dan kayu, panel serat gelas yang di cor, dan lembaran baja berlapis plastik, pelapisan permukaan panel berlubang yang tampak harus menghindari penyumbtan lubang lubang oleh cat. 2.3.1 Resonator celah Dalam merancang auditorium pengaruh akustik yang diinginkan sering dicapai atau diperoleh dengan menggunakan selimut isolasi yang relatif tidak mahal, sepanjang permukaan ruang. Namun karena porositasnya, selimut isolasi membutuhkan perlindungan terhadap goresan goresan. Ini mmemberikan suatu kesempatan kepada arsitek untuk merancang suatu lapisan permukaan atau layar perlindungan yang dekoratif, dengan elemen elemen yang penampangnya relatif kecil dan dengan jarak antara yang cukup untuk memungkunkan gelombang bunyi menembus antara elemen elemen layar kebagian belakangnya yang berpori. Layar pelindung dapat terdiri dari sistem kayu, logam, atau rusuk plastik tegar, balok atau bata roingga, deretan lubang, celah atau petak yang dapat dilihat. Layar pelindung dengan elemen elemen berjarak pisah yang cukup dan selimut isolasi di belakangnya, membentuk penyerap resonator celah. Ia bekerja seperti resonator panel berlubang dalam arti bahwa ia juga mempunyai rongga di belakang leher dan berbentuk celah yang terjadi oleh elemen elemen layar yang berjarak pisah. Seluruh daerah tersebut terbuka antara elemen elemen, disebut tembus bunyi, harus meliputi paling sedikit

35 % dari daerah lapisan akustik total. Ketenaran resonator celah dapat mengendalikan akustik suatu auditorium disebabkan banyaknya pilihan yang disediakan untuk rancangan individual, walaupun mereka lebih mahal dari jenis komersial, yang kadang kadang merupakan bahan akustik standar yang itu itu juga. Beberapa penyerap resonator celah siap pakai yang ada di pasaran menawarkan harga yang qwajar dan mempunyai lapisan permukaan yang menyenangkan (dampa, luxalon dan linier plan) 2.4 Penyerap ruang Bila dinding dinding batas yang biasa dalam auditorium tidak menyediakan tempat yang ciocok atau cukup untuk lapisan akustik konvensional, benda benda penyerap bunyi, yang disebut penyerap ruang atau penyerap fungsional, dapat digantungkan pada langit langit sebagai unit tersendiri. Mereka mudah dipsang atau dipindahkan tanpa mengganggu perlatan atau perlengkapan yang telah ada. Karena gelombang bunyi akan menumbuk semua sisi penyerap penyerap ini, penyerapananya cukup besar (powerful) dibandingkan dengan bahan bahan akusti komersial standar. Keistimewaan ini membuat penyerap ruang suatu sarana yang sangat cocok untuk daerah daerah industri yang bising. Penyerap ruang dibuat dari lembaran lembaran berlubang (baja, aluminium, hardboard, dll). Dalam bentuk panel, prisma, kubus, bola, silinder atau kulit kerucut tunggal atau ganda dan umumnya diisi atau ditutup dengan bahan penyerap bunyi seperti rock wool, glass wool, dll. Penyerapan bunyi penyerap ruang dinyatakan sebagai jumlah sabin yang disediakan per satuan penyerap. Efisiensi akustiknya tergantung pada jarak antaranya. Untuk mendapatkan jumlah penyerapan ruang yang cukup, penyerap ruang yang banyak perlu ditempatkan dalam ruang. Distribusinya membutuhkan koordinasi yang baik dengan penempatan lampu lampu. 2.5 Penyerap Variabel Karena seperti akan terlihat kemudian, auditorium yang sama digunakan untuk hal yang berbeda beda, sehingga dibutuhkan bermacam macam RT maka sejak lama arsitek dan ahli akustik berkeingnan merancang konstruksi penyerap bunyi khusus yang dapat mengubah RT yaitu kondisi akustik dalam ruang. 2.7 \ 2.6

Berapa usaha untuk memperoleh hal tersebut telah dilakukan di masa masa yang lalu, terutama dalam studio radio, dimana perubahan Rt yang besar diperlukan. Untuk maksud ini bermacam macam panel yang dapat digeser, berengsel, dapat dipindah pindah dan dapat diputar dikonstruksi. Panel semacam ini dapat menampilkan permukaan penyerap maupiun permukaan pemantul. Tirai yang dipasang dapat dibentang di atas dinding atau digulung kembali dalam kantong yang cocok, jadi secara bergantian menambah atau mengurangi lapisan penyerap efektif dalam suatu ruang. Konstruksi penyerap variabel semacam itu hanya dibenarkn bila ia mampu menghasilkan perubahan yang cukup besar (paling sedikit 20 %) pada penyerapan total di daerah jangkauan frekuensi audio yang cukup luas. Percobaan membuktikan bahwa alat alat yang menghasilkan penyera[pan yang berubah hanya praktis untuk ruang ruang yang secara terus menerus dirawat dan diperbaiki oleh pegawai yang mampu atau ahli, seperti halnya dalam studio radio dan studio rekaman. Namun, nampaknya bahkan dalam studio pun pengendalian RT lewat penyerap variabel yang konvensional akan segera dianggap kuno sehubungan dengan pemakaian pengendali dengung secara elektronik yang berkembang sangat luas. Penyerapan oleh Udara Telah disebutkan bahwa disamping macam macam lapisan permukaan akustik dan isi ruang, penyerapan udara juga menunjang keseluruhan penyerapan ruang. Penyerapan oleh udara dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan udara dan hanya menghasilkan nilai yang berarti pada dan di atas frekuensi 1000 Hz. Penyerapan bunyi oleh lubang Dalam menghtung Rt audiotorium, bermacam macam lbang, seperti misalnya lorong yang melengkung (arch way), kisi kisi untuk udara (air grilles) yang keluar masuk, lubang langit langit (celling slot), balkom atau kotak kotak yang sangat dalam, bukaan procenium, juga menentukan, kdang kadang juga cukup banyak, keseluruhan penyerapan bunyi dalam ruang. Koefisien penyerapan bunyi yang berhubungan dengan lubang lubang ini jarang diikutkan dalam tabel tabel yang digunakan untuk perhitungan, maka arsitek harus mempertimbangkan sendiri nilai nilai penyerapan realistik benda benda tersebut.

2.8

Pemasangan dan distribusi bahan bahan Menyerap Karakteristik penyerapan bunyi tidak boleh dianggap seperti sifat instrinsik bahan bahan akustik, tetapi sebagai statu segi yang Sangay tergantung pada sifat sifat fisik, detail pemasangan dan kondisi local. Karena cara pemasangan bahan akustik mempunyai pengaruh yang besar pada sifat sifat penyerapan, pembandingan antara koefisien penyerapan bahan yang berbeda harus didasarkan pada data data yang diperoleh dari percobaan yang diadakan di laboratorium yang diakui, dengan kondisi pemasangan yang identik. Tidak ada tipe cara pemasangan tertentu yang dapat dikatakan sebgaai optimum untuk tiap pemnasngan, bermacam macam perincian yang harus diperhatikan secara serentak hdala sebagai berikut: Sifat sifat fisik bahan akustik Kekuatan, susunan (tekstur), permukaan, dan lokasi dindmng dinding ruang dimana bahan akustik akan dipasang. Ruang yang tersedia untuk lapisan permukaaan tersebut., Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan itu. Kemungkinan penggantiannya dalam waktu waktu yang akan datang. Biaya dan lain lain

yang cukup. Jika secara akustik pemantulan berulang yang merusak (gema, pemantulan di sudut sudut yang terlampau berkepanjangan0 harus dihilangkan atau diabaikan, maka permukaan permukaan pematul yang berbahaya harus dilapisi dengan bahan bahan akustik yang bersifat sangat menyerap. Perincian berikut ini harus diperikasa dalam pemilihan lapisan lapisan atau konstruksi penyerap bunyi : Koefisien penyerapan bunyi pada frekuensi frekuensi wakil jangkauan frekuensi audio. Penampilan (ukuran, tepi, sambungan, warna, jaringan) Daya tahan terhadap kebakaran dan hambatan terhadap penyebaran api. Biaya instalasi. Kemudahan instalasi Keawetan (daya tahan terhadap tumbukan, luka luka mekanis dan goresan) Pemantulan cahaya. Perawatan, pembersihan, pengaruh dekorasi kembali pada penyerapan bunyi dan biaya perawatan. Kondisi pekerjaan (temperatur, kelemnbapan, selama instalasi kesiapan lapisan penunjang di belakangnya). Kesatuan elemen elemen ruang (pintu, jendela, lampu lapu penerangan kisi kisi, radiator dsb) dengan alpisan lapisan akusitik. Ketebalan dan berat Ketahanan tehadap uap lembab dan kondensasi bila ruang digunakan. Kemungkinan adanya langit langit gantung atau ruang ruang diisi lapisan pengisi. Nilali insulasi termis. Daya tarik terhadap kutu (vermin), kutu busuk (dry root), jamur. Kemungkinan penggantiannya(kadang kadang suatu kebutuhan sementara untuk memungkinkan pengaturan selimut isolasi). Kebutuhan serentak akan insulasi bunyi yang cukup (dalam hal langit langit gantung dan dinding dinding luar.

Cara pemasangan untuk instalasi pada konstruksi baru pada dasrnya berbeda dengan hal hal yang dapat dilakukan dalam bangunan yang telah ada. Lapisan lapisan akustik harus didistribusikan pada dinding dindong ruang seuniform mungkin. 2.9 Pemilihan bahan penyerap bunyi Karena bahan bahan akustik arsitektur dimaksudnkan untuk mengkombinasi ungsi penyerapan bunyi dan penyelesaian interior, jelaslah bahwa dalam pemilihan lapisan akustik sejumlah pertimbangan di luar segi akustik juga harus diperhatikan. Bila tujuan utama telah mencapai RT yang merata dalam seluruh jangkauan frekuensi audio, lapisan lapisan permukaan harus dipilih yang menghasilkan karakteristik penyerapan yang merata (tidak perlu tinggi) pada jangkauan frekuensi audio. Jika pemakaian penyerap frekuensi tengah dan tinggi lebih disukai (resonator panel berlubang atau penyerap resonator celah), maka penyerapan frekuensi tengah dan tinggi yang agak besar dapat diimbangi dengan pemasangan penyerap panel frekuensi rendah dalam jumlah

PENGERTIAN DASAR TATA SUARA Jika kita telaah satu per satu dari kalimat di atas ada sebuah kata yang harus di cermati bersama-sama, yaitu sebuah sistem. Jadi dapat kita simpulkan bahwa sebuah sistem tata suara adalah kumpulan dari beberapa peralatan elektronik yang didesain untuk memperkuat sinyal suara dan musik supaya dapat didengar oleh orang banyak (lebih dari satu orang) (dalam Fry, 1991). Dari kesimpulan sederhana ini, sebenarnya kita dapat menjumpai sistem tata suara ini di berbagai tempat seperti acara-acara konser yang melibatkan grup-grup band yang banyak dan atau memiliki nama yang cukup dikenal banyak kalangan hingga sifatnya hanya berupa corong pengumuman yang dapat kita jumpai di bandara-bandara atau di sekolah-sekolah. Prinsip Kerja Tata Suara: 1. Suara-suara tersebut bergerak melalui sebuah alat yang dinamakan microphone 2. Mic ini mengubah sinyal suara ini menjadi sinyal elektrik dan dikirimkan melalui kabel menuju ke sebuah alat yang dinamakan mixer, atau lebih sering dikenal dengan istilahmixing console. 3. Mixer ini mengolah semua sinyal yang masuk bersamaan dan kemudian dikirimkan kembali melalui media yang dinamakan amplifier. 4. Amplifier ini memperkuat sinyal yang dikirimkan dari mixer menjadi sinyal yang lebih kuat melalui kabel yang terhubung dengan speaker. 5. Speaker ini mengubah sinyal elektrik dari amplifier menjadi getaran mekanis yang menimbulkan gelombang suara.

Seperti yang telah disebutkan di paragraf kedua, jumlah channel yang tersedia pada sebuah mixer bervariasi. Mulai dari yang sederhana sebanyak 6 atau 8 channel bahkan sampai ratusan channel sekaligus. Dari beberapa klasifikasi tersebut dapat disimpulkan menjadi 2 jenis mixer, yaitu analog mixer yang biasanya terdiri dari maksimum 52 channel dan digital mixer yang memiliki jumlah channel yang dapat dikatakan tidak terbatas. Untuk spesifikasi detil dari kedua jenis mixer ini dapat dilihat dari beberapa merek yang telah beredar di pasaran umum. Bagian-bagian dari sebuah mixer 1. MonoInputSection Bagian-bagian dari mono input ini terdiri dari:

analog

secara

umum

adalah:

Mic Input, atau sering juga disebut XLR input atau cannon jack input. Bagian ini digunakan untuk mic atau alat-alat yang menggunakan jack yang memiliki tiga buah kaki atau yang yang sering disebut cannon jack. Biasanya masing-masing kaki terdapat nomor 1, 2, dan 3. Kaki-kaki ini dimaksudkan untuk penempatan posisi sinyal positif, negatif dan ground (tipikal yang sering digunakan adalah kaki 1 ground, kaki 2 positif, dan kaki 3 negatif).

Catatan: posisi di atas tidak selalu menjadi patokan, tergantung dari peralatan yang dipakai. Harap selalu memperhatikan buku manual dari peralatan yang dipakai.

Line In, yang biasanya digunakan untuk menancapkan peralatan yang menggunakan line level jack (istilah umum yang sering beredar adalah input jack gitar). Peralatan yang sering menggunakan bagian ini seperti keyboard, tape, CD player, effect processing unit (reverb, echo, dll), kadangkadang bass atau gitar juga memakai bagian ini. Insert Point. Pada beberapa mixer yang lebih kompleks maka terdapat 2 bagian yaitu insert send dan insert return, tetapi pada mixer yang sederhana maka bagian ini hanya ada satu saja yaitu insert I/O (kepanjangan dari insert input/output). Bagian ini digunakan untuk menghubungkan sinyal prosesor eksternal seperti EQ, compressor/limiter/gate. Tujuan dari bagian ini adalah membuat seakan-akan sinyal prosesor eksternal menjadi satu kesatuan dengan mixer.

BAGIAN MIXER ANALOG Istilah kerennya adalah mixer, yaitu sebuah alat yang mengumpulkan semua sinyal baik dari mic, sinyal line (berupa sinyal dari tape/CD, atau dari instrumen), semua efek (berupa echo, reverb, delay), kemudian dicampur secara otomatis oleh alat ini menjadi satu sinyal yang utuh dan kemudian didistribusikan ke power amplifier yang akan diolah sedemikian sehingga akhirnya sinyal ini diubah wujudnya menjadi suara yang dikeluarkan oleh speaker yang terpasang. Alat ini juga memiliki kemampuan untuk mengubah level dari sinyal tersebut, seperti dari sinyal yang keras menjadi lebih pelan dan demikian sebaliknya sehingga sinyal-sinyal ini tertata dengan baik dan terdengar dengan nyaman. Kemampuan ini tidak bersifat otomatis secara mesin, tapi tergantung dari kemampuan sang pengatur suara, yang dalam hal ini sering disebut engineer atau sound engineer.

Catatan: Perhatikan cara penyolderan!!! Untuk mixer yang memiliki insert point terpisah maka penyolderan dilakukan sama persis dengan cara penyolderan cannon jack. Dalam hal ini: posisi tip sinyal positif, ring sinyal negative, sleeve sinyal ground, apabila hanya terdapat satu insert point I/O, maka posisi tip sinyal send, ring sinyal return, sleeve sinyal ground.

Direct Out (Dir). Bagian ini sering digunakan untuk mengirim sinyal audio secara langsung untuk direkam pada multitrack recording tape.

Gain, yang juga disebut input level atau trim, yang berfungsi untuk menentukan sensitifitas dari input sebuah sinyal yang masuk, baik itu berupa sinyal mic atau sinyal line (dari keyboard, tape, CD player, atau alat musik yang lain). Bagian ini hanya mengatur tingkat kesensitifitasan dari channel tersebut bukan besarnya volume sinyal.

Solo atau PFL. Bagian ini sering digunakan para engineer untuk mendengarkan sinyal suara secara individual melalui headphone. PFL adalah singkatan dari Pre Fade Listening yang berarti kita dapat mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh fader channel (before the fader), atau dengan bahasa sederhana kita dapat mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh besar kecilnya posisi fader. Mute/On-Off switch. Bagian ini digunakan untuk mematikan atau menyalakan fungsi dari masingmasing channel. Channel fader. Bagian ini menentukan besar kecilnya sinyal suara yang akan dikeluarkan melalui channel yang dimaksud. +48V Phantom. Bagian ini digunakan bila digunakan mic condenser atau DI box yang memerlukan power sehingga alat-alat ini bisa berfungsi dengan baik.

Catatan: Apabila sinyal yang masuk masih terlalu kecil (volume sudah dimaksimalkan, demikian juga dengan gainnya) maka yang perlu diperiksa adalah kondisi dari kabel tersebut dan kondisi penyolderan dari kabelnya, terbalik atau putus atau malah tidak tersolder sama sekali.

HPF (High Pass Filter). Bagian ini digunakan untuk memotong frekuensi rendah yang terlalu berlebihan atau peralatan yang mengakibatkan humming. Bagian ini sangat efektif digunakan pada situasi live, untuk mengurangi popping pada mic, atau memotong frekuensi rendah yang sering kali dijumpai pada jenis suara laki-laki. Pada beberapa mixer yang lebih kompleks, terdapat knob variabel frekuensi yang akan dipotong (misal: 50 Hz atau 80 Hz atau 250 Hz dan seterusnya), sedangkan pada mixer yang lebih sederhana hanya terdapat knob, seperti knob on/off, yang biasanya tercantum frekuensi 100 Hz atau sering disebut dengan fixed HPF.

Perhatikan!!! Pada tipe mixer tertentu, tidak dijumpai adanya bagian ini pada masing-masing channel. Yang ada adalah knob +48V Phantom master. Perhatikan juga jenis kabel yang akan tersambung!! Bila semua kabel berada pada posisi balanced maka tidak perlu dikhawatirkan akan terjadi sesuatu, tetapi bila tidak maka jangan sekali-kali menekan knob ini. 2. Stereo Input Section Sebagian besar bagian yang terdapat pada bagian ini hampir sama dengan bagian mono input kecuali pada bagian belakang mixer. Bila pada bagian mono input, pada bagian belakang mixer hanya terdapat satu channel input saja, tapi pada bagian stereo input terdapat dua channel input (berupa cannon jack atau phono jack atau RCA jack).

EQ section. Bagian ini sering dipakai untuk mengatur kualitas suara yang diinginkan. Pada prinsipnya bagian ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu low, mid, dan high. Tipe ini sering dijumpai pada mixer yang sederhana bahkan ada yang hanya terdapat 2 bagian saja yaitu low dan high, tetapi pada mixer yang lebih kompleks maka sering dijumpai penambahan seperti Q dan frekuensi yang ingin di-cut atau di-boost.

3. MasterSection Pada bagian ini terdapat:


Aux section. Ada 2 fungsi utama dari bagian ini, yaitu sebagai pengontrol monitor speaker yang terdapat di panggung utama dan atau pada masing-masing pemain band, dan sebagai pengontrol eksternal efek (reverb, echo, dll). Pan (Panoramic Control). Bagian ini sering kali digunakan untuk menentukan posisi sinyal suara (kanan atau kiri) atau dipergunakan untuk menentukan channel tertentu masuk dalam sub grup tertentu (misal: channel 1 masuk dalam sub grup 1, channel 2 masuk dalam sub grup 2, dsb.)

Aux Master, yang merupakan master volume dari aux pada masing-masing channel Aux Return. Bagian ini memiliki kesamaan prinsip kerja seperti pada bagian Stereo Input Section Master Volume Section Sub Group Section/DCA/VCA Group. Bagian ini merupakan master group dari masing-masing channel yang telah dikelompokkan sedemikian rupa. Biasanya dipakai untuk memudahkan pengoperasian mixer, misal sub grup drum yang terdiri dari beberapa channel mic yang dipakai untuk drum.

EKUALISASI

Alat berikutnya yang menjadi penunjang sebuah sistem tata suara adalah ekualiser atau yang sering disebut EQ. Dasar pembuatan sebuah EQ adalah frekuensi yang dibuat berkisar antara 20 Hz 20 kHz, dimana rentang frekuensi ini adalah frekuensi yang dapat diterima oleh pendengaran manusia. Frekuensi yang berada di bawah atau di atas rentang frekuensi tersebut tidak dapat didengarkan manusia. Dari pengertian di atas EQ dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

sebuah frekuensi. Sebagai contoh, bila EQ jenis ini dipakai pada aplikasi monitor speaker, maka sering kali digunakan Q yang relatif tinggi atau sering disebut high Q atau narrow band reject mode, artinya ada frekuensi-frekuensi tertentu yang dipotong untuk mengurangi feedback yang ditimbulkan dari speaker.

GRAPHIC EQ EQ ini terdiri dari beberapa slider (seperti fungsi fader volume pada mixer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil, dapat dinaikkan atau diturunkan) mulai dari 10, 15 atau 31 buah. Masing-masing slider ini memiliki indikator frekuensi yang dapat dinaikkan (boost) atau diturunkan (cut) sama seperti sebuah grafik. Fitur yang pertama yang sering disertakan dalam grafik EQ ini adalah Range, biasanya terdapat 2 knob yang bertuliskan angka 12 atau 15 dB dan 6 dB. Fungsi dari knob 12 atau 15 dB ini sering dipakai untuk menyiasati teknik ekualisasi untuk aplikasi monitor speaker dan knob 6 dB sering dipakai untuk teknik ekualisasi yang lebih soft untuk aplikasi speaker utama. Fitur kedua adalah HPF atau sering disebut High Pass Filter. Fungsinya sama dengan fitur HPF yang ada pada mixer. Yang ketiga adalah LPF atau sering disebut Low Pass Filter, atau yang juga sering disebut High Cut. Knob ini biasanya memotong rentang frekuensi antara 8 10 kHz. Berikutnya adalah knob Bypass. Sesuai dengan namanya knob ini sering digunakan untuk mengetahui perbandingan antara sistem yang menggunakan EQ dan sistem yang tidak menggunakan EQ. Yang terakhir adalah Master Volume, yang berfungsi untuk mengontrol seluruh level frekuensi dari sebuah sinyal

COMPRESSOR AND GATE Peralatan berikutnya yang sering digunakan pada sebuah sistem tata suara adalah compressor/limiter/noise gate. Pada beberapa merek pembuat alat ini, ketiga jenis fitur ini dibuat terpisah antara compressor/limiter dan noise gate, tetapi ada juga yang dijadikan satu.Menurut Davis & Jones, pengertian compressor dan limiter adalah sinyal prosesor yang berfungsi mengurangi rentang dinamis dari sebuah sinyal. Limiter didesain untuk mengurangi peningkatan level input yang dapat menghasilkan peningkatan level output di atas threshold. Pengertian di atas memang sedikit rumit karena didasarkan pada teori yang sebenarnya dari fungsi compressor/limiter. Nah, pengertian yang sederhana dari compressor dan limiter menurut Fry adalah: Basically what these do is keep an eye (or should that be ear?) on signal levels, stopping them from getting any louder than the level you set (the Threshold). A compressor puts a gentle squeeze on excess level, whereas a limiter hits it on the head with a hammer!

Knob-knob fungsi yang terdapat dalam sebuah compressor/limiter adalah:

Threshold Knob ini memiliki level yang bervariasi pada saat alat ini memulai untuk memodifikasi sinyal dinamik dari suatu sumber bunyi. Semakin kecil level yang diset untuk menentukan threshold (kurang dari 0 dB) maka suara akan semakin mengecil demikian pula sebaliknya.

PARAMETRIC EQ Jenis EQ yang kedua adalah Parametric EQ, yang terdiri dari hanya beberapa bagian dari EQ, entah itu sejumlah 3,4,5 atau 6 bagian. Yang jelas prinsip pembagian yang dipakai dari EQ jenis ini adalah berdasarkan 3 pembagian dasar frekuensi yaitu low, mid, hi. Dari ketiga klasifikasi ini terdapat fitur tambahan yang dibuat oleh pabrikan pembuat EQ, yaitu fitur frekuensi dan Q. Fungsi fitur frekuensi sering ditambahkan untuk menambah detil dari salah satu dari frekuensi low atau mid atau hi. Sebagai contoh, untuk menambah detil frekuensi dari suara vokal manusia, sering ditambahkan (boost) frekuensi antara 6 8 kHz sebesar 1 dB atau 2 dB. Contoh yang lain adalah untuk mengurangi suara popping yang dihasilkan dari mic, frekuensi antara 80 100 Hz dikurangi (cut) sebesar 6 dB. Fitur tambahan yang berikutnya adalah curve shapeness atau yang lebih dikenal dengan istilah Q. Fitur ini berfungsi untuk memperlebar atau mempersempit karakteristik dari

Ratio Knob ini menentukan seberapa sinyal yang akan ditekan pada saat mencapai threshold. Biasanya knob ini memiliki beberapa variasi mulai dari tanpa kompresi (1:), kompresi yang lebih soft ( 2:1 sampai 3:1), kompresi medium (3:1 sampai 6:1), kompresi yang lebih berat (6:1 sampai 8:1) dan hard limiting (10:1 sampai :1). Cara membaca ratio yang lebih mudah seperti ratio kompresi 3:1, artinya input level sebesar 3 dB akan dikompresi sedemikian sehingga output level menjadi 1 dB. Karena suara akan lebih mengecil maka perlu disesuaikan output gain dari compressor/limiter yang digunakan untuk disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

Output/Output Gain Knob ini mengontrol output gain dari compressor yang dipakai. Sebagai contoh, apabila digunakan threshold yang rendah dan rasio sebesar 10:1, maka volume secara keseluruhan dari sebuah sinyal akan hilang. Untuk mengatasi hal ini maka knob ini digunakan untuk menaikkan volume yang tertekan tanpa harus merasa was-was sinyal yang akan dikeluarkan over. Perhatian!!! Jangan menaikkan output gain dari compressor lebih dari 3 sampai 4 dB di atas gain unity (0 dB) dari level mixer kecuali Anda memiliki kemampuan ekualisasi yang sangat baik.

Menurut Fry, bahasa teknis dari fungsi alat ini adalah sebuah alat pemroses sinyal audio yang menutup sebuah sinyal ketika level dari sinyal tersebut di bawah threshold yang telah kita tentukan sebelumnya. Ketika level dari sebuah sinyal berada di bawah threshold maka gate ini akan menutup dan ketika sinyal tersebut berada di atas threshold maka gate ini akan membuka dan membiarkan sinyal ini lewat dengan bebas. Dengan bahasa yang sederhana, sesuai dengan namanya alat ini berfungsi sebagai gerbang untuk sinyal masuk dan lewat. Bila sinyal yang masuk berada di bawah ketentuan (under threshold) maka gate ini akan berfungsi untuk menutup sinyal tersebut. Demikian pula sebaliknya. Pemakaian alat ini lebih banyak pada drum untuk keperluan live, karena untuk menghindari mic drum yang dipakai saling terbocori oleh suara dari komponen drum yang lain. Bila ditempatkan pada aplikasi snare maka ketika snare tidak dipukul maka mic snare tidak akan menerima bocoran sinyal dari komponen drum yang lain seperti tom, kick drum, bahkan cymbal sekalipun. Sama dengan compressor/limiter, kebanyakan noise gate diciptakan hanya 2 channel saja atau lebih dikenal sebagai Dual Noise Gate. Hanya pada beberapa merek tertentu diciptakan 4 channel noise gate atau yang lebih dikenal sebagai Quad Noise Gate.

Attack & Release Knob attack berarti seberapa cepat compressor akan bereaksi untuk mengurangi sinyal dan knob release berarti seberapa cepat compressor akan bereaksi untuk kembali ke normal. Dalam bahasa yang lebih sederhana, knob attack berfungsi untuk mengukur seberapa cepat sinyal yang tertutup dan knob release berfungsi untuk mengukur seberapa cepat sinyal yang terbuka kembali. Satu pertanyaan yang mungkin timbul dalam benak Anda, Dimanakah alat ini diaplikasikan? Compressor/limiter dapat dipakai di semua bagian dalam sistem tata suara terutama sebelum rangkaian pre-amp mic atau sebelum rangkaian power amp. Bila ditempatkan pada rangkaian sebelum pre-amp mic, maka aplikasi compressor/limiter berfungsi untuk melakukan kompresi pada sinyal yang berlebihan atau menaikkan sinyal yang terlalu lemah atau dapat membantu agar sinyal yang terdengar lebih tight atau punchy. Bila ditempatkan pada rangkaian sebelum power amp maka alat ini lebih banyak berfungsi sebagai limiter untuk melindungi rangkaian power amp dan speaker agar tidak menjadi berlebihan yang dapat mengakibatkan rusaknya rangkaian tersebut. Aplikasi yang terakhir lebih sering digunakan apabila pemakaian alat ini tidak terdistribusi secara rata per channel pada mixer/mic pre-amp. Memang diperlukan biaya yang tidak sedikit agar tiap channel dapat memakai aplikasi alat ini, karena kebanyakan alat ini hanya tercipta sebanyak dua channel bahkan satu channel saja. Bisa dikalkulasi untuk pemakaian 16 channel mixer, akan dipakai sebanyak 8 unit dual compressor/limiter. Bila 1 unit dual compressor/limiter yang termurah seharga Rp 2.000.000,00 maka dapat dihitung berapa anggaran yang harus kita anggarkan. Untuk itu, beberapa pabrik pembuat alat ini menciptakan pula 4 channel compressor/limiter atau yang dikenal dengan nama Quad Compressor/Limiter. Pemakaian alat ini akan menghemat pemakaian unit barang yang akan dipakai, tetapi harganya pun tidak akan dapat menjadi lebih hemat bahkan akan menjadi lebih banyak. NOISE GATE

MICROPHONE Penyebutan alat ini adalah microphone atau lebih singkatnya sering disebut sebagai mic atau mike, perbedaannya adalah pada masalah pemakaian kata, sedangkan fungsinya sama. Menurut Davis & Jones, 1989, sama seperti phono cartridge (optik yang terdapat pada turntable DJ), headphone dan loudspeaker, pada prinsipnya microphone adalah sebuah transducer atau dengan bahasa yang lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti, merupakan sebuah alat pengubah energi, dalam hal ini energi yang diubah adalah energi akustik (berupa suara) dan diterjemahkan atau diubah menjadi energi listrik yang ekuivalen (berupa sinyal audio). Energi ini diperkuat lagi dan dikirim pada sebuah loudspeaker, atau sebuah headphone, sehingga suara yang ditangkap oleh transducernya akan dikeluarkan oleh membran speaker tanpa ada perubahan yang sangat signifikan. Dengan bahasa yang lebih sederhana, alat ini dipergunakan untuk memperkeras suara dari sumber bunyi yang dapat ditangkap oleh transducer-nya (sumber bunyi dapat berupa suara vokal manusia, suara alat musik atau suara-suara yang lain). Metode yang dipakai untuk mengubah energi ini sangat bervariasi dengan tujuan yang khusus dan menghasilkan jenis-jenis mic yang banyak beredar di pasaran dengan beragam merk atau tipe. Beberapa tipe mic yang sering dipakai dapat kita jumpai pada studio-studio rekaman, broadcast (radio maupun TV atau media elektronik lainnya), produksi film atau sinetron, home hi-

fi dan video recording, dan terutama pada pemakaian secara live di panggung-panggung entertainment.

pertanyaan

di

atas

adalah sangat

diperlukan pemakaian

sebuah

crossover.

Loudspeaker Management System LOUNDSPEAKER MANAGEMET SYSTEM Peralatan berikutnya yang paling vital adalah crossover. Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk memisahkan frekuensi rendah, menengah atau tinggi atau bila diaplikasikan pada speaker alat ini memiliki beberapa varian seperti:

Lalu timbul lagi pertanyaan yang lainnya, Mengapa crossover diperlukan untuk sebuah sistem yang lebih rumit? Jawaban yang dapat diberikan adalah karena masing-masing komponen speaker memiliki kapasitas frekuensi yang berbeda-beda, seperti: Komponen loudspeaker yang berukuran 18 atau 15 biasanya dipakai untuk SUB atau LOW speaker Komponen loudspeaker berikutnya yang berukuran 15, 12 atau 10 biasanya dipakai untuk LOW MID atau MID speaker Sebuah compression driver yang berukuran antara 1 2 dan sebuah horn dipakai untuk HIGH MID atau HIGH speaker

2-way crossover artinya alat ini hanya memisahkan frekuensi low dan high saja 3-way crossover artinya alat ini memisahkan frekuensi low, mid dan high 4-way crossover artinya alat ini memisahkan frekuensi low, low mid, high mid dan high atau frekuensi sub, low, high dan super high.

Semakin banyak pemisahan sinyal maka frekuensi yang tercacah akan semakin detil dan secara otomatis akan memerlukan lebih banyak power amp yang dipakai untuk men-drive speaker yang dimaksud. Pada era digital ini, analog crossover lebih jarang dipakai untuk keperluan yang lebih rumit. Banyak yang lebih menggunakan digital crossover yang memiliki fitur yang lebih lengkap selain fitur crossovernya sendiri, diantaranya fitur compressor/limiter, ekualisasi baik yang grafik atau yang parametrik, delay alignment dan lain-lain. Untuk itu sering digunakan istilah LMS atau Loudspeaker Management System sebagai pengganti istilah crossover. Perhatian!!! Perhatikan spesifikasi speaker sebelum melakukan setting crossover, agar tidak terjadi speaker blow-out atau putus Mungkin timbul satu pertanyaan yang sering kita jumpai, Apakah memang dalam sebuah sistem diperlukan sebuah crossover?Jawabannya adalah tergantung dari sistem itu sendiri. Bila sistem yang kita pakai adalah sebuah sistem yang hanya terdiri dari 2 box speaker yang masing-masing box terdiri dari 1 unit loudspeaker 15 dan 1 unit loudspeaker 1/2, sebuah mixer console dan beberapa mic, maka jawaban dari pertanyaan di atas adalah tidak perlu dipakai sebuah crossover karena biasanya dalam sistem speaker tersebut sudah terdapat crossover pasif yang tertanam dalam sistem speaker tersebut. Bila jenis speaker yang digunakan lebih kompleks dari sistem sederhana yang telah disebutkan di atas, misal terdapat 2 box speaker yang berisi 2 unit loudspeaker 18 dan 2 box speaker yang berisi masing-masing loudspeaker 15 dan 1 unit loudspeaker 1/2 maka jawaban dari

Bila sebuah crossover tidak dipakai dalam sebuah sistem sedangkan pada sistem tersebut terdapat 3 jenis komponen speaker tersebut maka yang terjadi adalah suara yang dihasilkan tidak dapat terdefinisi dengan baik atau bahkan akan mengakibatkan terjadinya speaker blowout alias putus. Salah satu alasan logis yang dapat dijadikan acuan adalah loudspeaker yang berukuran 18 tidak didesain untuk menerima frekuensi tinggi dan demikian dengan compression driver yang secara ukuran lebih kecil, tidak didesain untuk menerima frekuensi rendah. Oleh karena itu, dalam membangun sebuah sistem tata suara yang baik, salah satu pertimbangan yang perlu kita lakukan adalah pada saat instalasi sistem tersebut adalah saat pemasangan kabel speaker pada power amp dan proses setting dari crossover itu sendiri. Satu kesalahan yang terjadi pada saat proses instalasi maka akan mengakibatkan terjadinya kerusakan seluruh sistem yang dapat merugikan kita secara materi. Alat berikutnya adalah power amp atau yang lebih dikenal sebagai amplifier. Alat ini dipakai untuk men-drive sebuah atau beberapa speaker sekaligus. Beberapa pabrikan yang memproduksi alat ini selalu mencantumkan kapasitas yang dapat dipakai untuk men-drive sebuah speaker, seperti contoh sebuah power merek X dalam tabel berikut:

Tabel 1.1: 8 Load impedance 280 W 4 450 W 2 650W

Arti dari tabel di atas adalah sebagai berikut:

Usmar Ismail Hall 1. Power amp tersebut memiliki kapasitas impedansi transfer daya maksimum sebesar 2 ohm yang dapat men-drive speaker dengan daya sebesar 650 WPada impedansi minimum sebesar 8 ohm, speaker yang dapat di-drive oleh power amp ini sebesar 280 W. Berarti jika impedansi speaker sudah sesuai dengan impedansi minimum yang ditransfer oleh power amp maka speaker yang dipasang pada power ini setidaknya berkapasitas 280 W dengan toleransi 20% dari kapasitas power amp. 2. Bila kapasitas speaker terlalu berlebihan dari kapasitas power amp maka yang terjadi adalah under powered, yang dapat mengakibatkan power amp blow-out atau bahkan dapat mengakibatkan speaker juga putus. Demikian juga sebaliknya, jika kapasitas speaker lebih kecil dari kapasitas power amp maka yang terjadi adalah over powered, yang juga dapat mengakibatkan speaker putus atau power amp terjadi blow-out. Usmar Ismail Hall yang berukuran 642 m2 dilengkapi panggung berukuran panjang 18,14 m & lebar 5,7 m, serta tinggi 0,8 m. Gedung ini berkapasitas 500 tempat duduk. Sebagai gedung bioskop, gedung dilengkapi layar berukuran (13,5 5,5) m2. Jika digunakan untuk konser musik, maka layar akan ditutup dengan papan tebal. Twilite Orchestra, dengan konduktor Addie MS, memainkan Plink Plank Plunk komposisi karya Leroy Anderson yang dimainkan secara pizzicato. Ini teknik permainan biola dengan cara dipetik, bukan digesek. Suara paling lirih atau pianissimo dari komposisi itu terdengar cukup jernih. Karakter suara biolin & biola (biola I & biola II) terpisah dengan jelas. Twilite Orchestra juga memainkan Star Wars : Main Theme dari John Williams & Mission Perhatikan!! Karakteristik suara yang dihasilkan antara impedansi 8 ohm, 4 ohm atau 2 ohm sangat berbeda. Dari contoh tabel di atas, daya yang dihasilkan oleh impedansi 4 ohm jauh lebih besar daripada impedansi 8 ohm. Demikian juga dengan impedansi 2 ohm. Menurut Fry, problem yang sering dihadapi oleh sebuah power amp adalah panas. Sebagai bukti, ketika power amp sedang beroperasi, yang kita temui adalah panas. Kadang menjadi sangat panas. Ketika power amp berfungsi pada impedansi 8 ohm maka terjadi panas yang dihasilkan secara elektronis, sedangkan apabila berfungsi pada impedansi yang lebih kecil (seperti 4 ohm atau ekstrem 2 ohm) maka panas yang terjadi lebih besar daripada ketika power amp ini berfungsi pada impedansi 8 ohm. Oleh karena itu, dalam sebuah power amp yang baik biasanya disertakan fan pendingin yang sangat berkualitas ditambah dengan komponen-komponen elektronis yang lebih rumit hanya untuk mengurangi Speaker Monitor panas yang ditimbulkan oleh power amp tersebut. Impossibel-nya Lalo Schiffin. Bunyi keras (fortissimo) yang keluar dari instrumen tiup logam pada 2 komposisi tersebut sampai ke telinga dengan cukup nyaman, tidak dalam kapsitas ingar atau meneror telinga. Gedung konser yang melibatkan Prof. DR. Soegijanto, Guru Besar Institut Teknologi Bandung, sebagai konsultan akustik itu mampu merespons dinamika komposisi. Twilite Orchestra juga membawakan komposisi musik & vokal Di Sela Rumput Hijau karya Maladi yang dibawakan penyanyi sopran Rose Pandanwangi. Juga Panis Anjelicus (Cesar Franck) yang dibawakan penyanyi tenor Christopher Abimanyu. Abi sempat dehem atau membersihkan kerongkongan saat menyani dan terdengar jelas di gedung.

Jenis speaker yang lain, berdasarkan aplikasi dan penempatannya, adalah speaker monitor. Biasanya speaker ini diletakkan di atas panggung untuk membantu semua yang berada di panggung agar suara yang mereka hasilkan dapat terdengar dengan baik tanpa gangguan. Yang penting dari aplikasi speaker ini adalah keras dan jelas.

Untuk itu, Usmar Ismail Hall dilengkapi reflektor. Pemantul bunyi ini dipasang pada langit-langit di atas panggung, mulai dari depan layar hingga sedikit ke depan panggung. Reflektor berfungsi sebagai pemantul suara, khususnya ke bagian paling belakang dari gedung. Reflektor terbuat dari bahan plywood setebal 2 cm. Selain itu, medan suara harus dibuat menyebar (diffuse) secara merata. Caranya dengan membuat dinding dan langit-langit sedemikian rupa sehingga suara terpantul dan tersebar merata ke seluruh posisi penonton. Denga demikian, suara yang datang akan melingkupi pendengar atau penonton di dalam gedung tersebut. Untuk itu, dinding Usmar Ismail Hall dirancang tidak rata layaknya dinding rumah. Ada beberapa pilihan, antara lain tampak bentuk kotak-kotak serupa prisma dengan sedikit tonjolan. Begitu pula langit-langit gedung dibuat tidak rata, tetapi dirancang dengan model bergelombang. Rancang artistik dinding dengan bentuk prisma dan langit-langit yang menggelombang itu sudah diperhitungkan dengan kaidah-kaidah akustik. Untuk meminimalisasi penyerapan suara, gedung tidak seluruhnya dilapisi karpet. Karpet hanya dipasang di gang tengah yang membelah gedung dan sedikit pada bagian depan panggung.

Gedung konser & bioskop Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta Waktu Dengung Sebuah gedung konser, menurut Prof. Soegijanto, mempunyai beberapa persyaratan dan kondisi berbeda dengan gedung bioskop. Untuk mendapat suasana yang lebih hidup, suara yang datang harus memiliki waktu dengung (reverberation time) lebih lama. Waktu dengung adalah rentang waktu antara saat bunyi terdengar hingga melenyap. Untuk gedung konser, waktu dengung ideal adalah sekitar 1,6 detik. Waktu dengung yang berlebihan akan mengakibatkan bertumbukannya antara satu not yang telah dimainkan dengan not yang sedang dimainkan. Betumbukannya dengung not-not itu akan mengganggu penikmatan hadirin dan memecah konsentrasi musisi. Usmar Ismail Hall dirancang untuk menghasilkan waktu dengung yang ideal. Lantai kayu asli pada panggung (kiri) dan sambungan yang bisa dibongkar pasang (kanan).

Dinding dibuat berbentuk prisma agar suara menyebar dengan merata. Absorbsi Penataan sistem akustik menjadi lebih rumit karena gedung tersebut juga berfungsi sebagai gedung bioskop. Keduanya memerlukan syarat tersendiri. Untuk konser musik, idealnya diperlukan waktu dengung sekitar 1,6 detik. Sedangkan untuk gedung bioskop sekitar 1,1 detik. Itu memang tantangan. Kami mengatasi dengan merancang agar absobsi (penyerapan suara) bisa diubah-ubah, ujar Soegijanto. Pada gedung bioskop, suara yang datang memiliki waktu dengung lebih pendek dibandingkan dengan suara di gedung konser musik. Karena itu, pantulan suara harus diminimalisasi. Penyerapan suara disiasati dengan pemasangan kain tirai seberat 0,6 kg/m2. Tirai dipasang pada dinding samping kiri dan kanan, serta dinding pada bagian belakang. Jika ditutup, tirai akan berfungsi sebagai penyeap suara dengan cara meletakkan gorden atau tirai penutup pada dinding. Itulah yang dilakukan saat memutar perdana film Inside Man karya sutradara Spike Lee seusai pergelaran Twilite Orchestra. Untuk urusan penyerapan suara, bahan jok dan sandaran kursi harus dipilih yang tidak menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan kosong atau diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan suara sama. Rancangan akustik gedung konser juga mempertimbangkan faktor suara yang berasal dari luar gedung. Usmar Ismail Hall untungnya berjarak relatif cukup jauh dari Jl Rasuna Said yang bising pada jam-jam padat. Getaran suara dari luar gedung berpotensi masuk melalui atap, dinding, atau ventilasi yang disebut sebagai airborne noise atau bising yang merambat melalui udara. Untuk atap kami menggunakan logam yang disemprot dengan bahan insulasi (penahan) suara yang sekaligus merupakan insulasi panas, sehingga penggunaan AC dapat dihemat, kata Soegijanto. Potensi suara dari luar justru datang dari bagian belakang gedung yang merupakan lapangan sepak bola. Jika ada aktifitas di lapangan, suara gemuruh sorak berpotensi merambat ke dinding gedung.

Untuk itu, dinding pada bagian belakang gedung dibuat dari bata tebal & rockwool yang meredam suara luar.

Detil dinding yang berlobang-lobang untuk menyebarkan suara. Utuh Di Usmar Ismail Hall, penikmat musik kini boleh menikmati suara asli yang keluar dari instrumen. Dinamika, keras-lemahnya bunyi, akan sepenuhnya merupakan ekspresi musisi di bawah arahn konduktor. Ini berbeda jika sebuah pergelaran menggunakan perangkat tata suara yang sedikit banyak turut berperan dalam mengatur keras-lemahnya bunyi instrumen. Musisi dan konduktor bisa berekspresi secara utuh dengan suara asli.

Pada Gambar 1, secara sederhana digambarkan bahwa akustik atau terjadinya suara itu menyangkut 3 komponen utama yaitu sumber suara, ruangan/medium dan penerima. Jika salah satu dari ketiga komponen utama tersebut tidak ada, maka suara pun tidak ada. Ketiga komponen utama akustik ini memiliki karakteristik yang dapat dinilai dan diukur baik itu secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian objektif tentunya berdasarkan kepada besaran2 yang bersifat objektif yaitu besaran-besaran fisika, misalnya besaran sound pressure level dari sumber suara, besaran waktu dengung ruangan atau juga directivity dari mikrophone (dalam hal ini mikrophone bertindak sebagai penerima suara). Sementara itu penilaian subjektif pada umumnya berdasarkan kepada subjective preference dari orang yang menilainya, meskipun penilaian yang dilakukan tersebut sering juga didasarkan kepada besaran-besaran fisika, misalnya seseorang lebih menyukai speaker A dibandingkan dengan speaker B akibat adanya perbedaan karakteristik frekwensi atau juga

Karakteristik medan suara yang diterima pendengar dapat dibagi menjadi komponen yang bersifat temporal, yaitu besaran yang dapat dinyatakan sebagai fungsi waktu. Disamping itu ada juga komponen yang bersifat spatial, yaitu besaran yang dapat dinyatakan dengan dimensi ruang. Jika penerimanya adalah manusia atau orang, bukan mikrophone untuk perekaman misalnya, maka karakteristik medan suara yang diterima itu dapat dinyatakan dengan 4 parameter utama yaitu : 1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dBA. 2. Waktu tunda pantulan awal (initial delay time), yaitu waktu tunda yang terjadi antara suara langsung dan suara pantulan, 3. Waktu dengung subsequent (subsequent reverberation time), yaitu waktu dengung yang berhubungan satu-satu dengan posisi sumber suara dan penerima dan 4. Korelasi silang sinyal antar kedua telinga (inter-aural cross correlation, IACC), yaitu besaran yang menyatakan adanya perbedaan sinyal suara yang diterima di telinga kiri dan kanan pendengar. Tiga parameter utama dari 1 sampai 3 di atas adalah parameter yang bersifat temporal dan besaran ini dapat diukur dengan menggunakan satu channel pengukuran saja, misalnya

perbedaan karakteristik dinamiknya. Objektif perancangan akustik Tujuan atau objektif dari perancangan akustik suatu venue, baik itu indoor maupun outdoor, semestinya menyertakan dan memperhitungkan juga ketiga karakteristik objektif komponen utama akustik tersebut. Pada umumnya, apapun perancangan akustik yang dilakukan, apakah itu perancangan tata suara lengkap, tanpa memberikan acoustics treatment pada venue di luar ruangan, maupun perancangan akustik ruangan, misalnya perancangan akustik ruang home theatre atau studio rekaman, maka tujuan atau objektifnya adalah menghasilkan medan suara yang optimal dan tepat yang dapat didengarkan oleh pendengarnya. Medan suara yang didengarkan oleh pendengar ini tentunya memiliki karakteristik yang ditentukan oleh besaran-besaran yang bersifat objektif yaitu karakteristik fisika dari medan suara.

menggunakan sound level meter atau frequency analyser 1 channel. Disamping itu, ketiga parameter tersebut memiliki karakteristik yang juga sangat tergantung kepada frekwensi. Sementara parameter utama yang keempat adalah besaran yang bersifat spatial dan hanya dapat diukur dengan menggunakan instrumen dual channel dengan memanfaatkan dummy head. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki dua buah telinga yang posisinya sedemikian rupa sehingga dapat mendeteksi adanya ruang dan juga dapat melokalisasikan posisi dari sumber suara. Adanya ke-empat parameter utama akustik ini, bukan hanya berlaku bagi medan suara di dalam ruangan (indoor) tetapi juga berlaku untuk sistem tata suara di luar ruangan (outdoor). Dari penjelasan di atas, maka objektif perancangan akustik, baik indoor maupun outdoor, termasuk juga perancangan sistem tata suara dari studio rekaman sampai kepada gedung konser, sudah semestinya dapat memanfaatkan keempat parameter utama ini. Kebutuhan atau tujuan yang dikehendaki oleh klien atau owner dari ruangan atau venue mesti diterjemahkan ke dalam besaran objektif dari keempat parameter tersebut. Sebagai contoh, jika klien menginginkan agar

ruangan dapat digunakan sebagai auditorium tanpa menggunakan musik misalnya, maka perancangan akustik mesti menerjemahkan kebutuhan medan suara bagi pembicaraan/pidato ini ke dalam besaran-besaran keempat parameter tersebut. Perancang mesti menentukan suatu posisi yang disebut dengan design point dimana di posisi ini nilai besaran keempat parameter tersebut mesti dirancang berada pada nilai yang optimum, bagi tujuan pemanfaatan ruangan atau venue tersebut. Jika ruangan atau venue tersebut cukup luas, maka dapat dibuatkan rancangan mapping dari besaran keempat parameter tersebut, terutama sekali di daerah dimana penonton atau audience berada. Setelah propose nilai keempat parameter tersebut disetujui, dimengerti dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien atau owner, termasuk juga perlu dikonsultasikan dan didiskusikan tentang appearance dari design interior atau venue set up nya, maka besaran keempat parameter ini dapat diterjemahkan kembali ke dalam besaran2 fisika yang sesuai dan berhubungan dengan arsitektur dan juga design interior. Besaran-besaran itu, misalnya volume ruangan, luas ruangan, ketinggian langit-langit, karakteristik akustik permukaan dinding langitlangit dan juga semua bidang permukaan di dalam ruangan atau di daerah venue tersebut. Besaran-besaran inilah yang mesti diimplementasikan oleh pelaksana/kontraktor dan juga sound engineer di lapangan. Setelah pelaksanaan implementasi rancangan hampir selesai, maka perlu dilakukan pengukuran untuk mengetahui sejauh mana kondisi objektif di lapangan sudah mendekati atau sesuai dengan besaran-besaran yang dipropose. Apabila masih terjadi penyimpangan antara kondisi riil dengan kondisi propose, maka dengan tepat dan cermat pelaksana dilapangan dapat melakukan perbaikan-perbaikan, bahkan dapat memberikan usulan perubahan rancangan kepada perancangnya. Perubahan atau modifikasi rancangan inipun perlu juga untuk dikonsultasikan dan didiskusikan terlebih dahulu dengan klien ataupun owner. Sebelum seluruh hasil pekerjaan akhir dari treatment acoustics diserah-terimakan kepada klien atau owner, kembali perlu dilakukan pengukuran parameter-parameter tersebut, dimana hal ini akan menunjukkan sejauh mana kesesuaian antara karakteristik objektif dari hasil rancangan dengan karakteristik hasil implementasi rancangan. Dengan demikian maka akan dapat dihindari judgement yang sangat bersifat subjective dan juga menunjukkan quality product dari seluruh proses perancangan akustik tersebut.

Impulse Response Salah satu tool yang cukup baik dan memadai untuk melakukan verifikasi besaran2 keempat parameter akustik seperti yang dijelaskan di atas adalah impulse response. Untuk kondisi akustik di dalam ruangan, fenomenanya dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 2 berikut ini. Di dalam setiap ruangan, maka sinyal suara yang dihasilkan oleh sumber suara akan diterima oleh pendengar atau penerima suara, setelah sinyal suara tersebut menjalar di dalam ruangan. Sinyal suara ini akan mengalami semua proses penjalaran gelombang mekanis di dalam ruangan seperti pantulan, penyerapan dan transmisi oleh permukaan ruangan disamping juga pembelokan gelombang suara oleh permukaan tertentu. Pada posisi penerima, sinyal suara dari sumber suara tersebut diterima dalam bentuk suara langsung dinyatakan dengan L pada Gambar 2, suara pantulan yang dinyatakan dengan P dan juga suara dengung yang dinyatakan dengan D. Akibat sifat penjalaran suara yang berupa penjalaran gelombang mekanis dengan kecepatan penjalaran yang jauh-jauh lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan cahaya, maka pada penerimaan ketiga jenis suara tadi akan diterima dengan susunan waktu yang berbeda-beda. Jika sinyal dari sumber suara berupa sinyal impulse yaitu sinyal dengan daya yang cukup besar idealnya secara matematis dayanya tidak berhingga-- dan memiliki waktu kejadian yang sangat pendek idealnya waktu kejadiannya mendekati nol detik maka pada penerima akan diterima urutan sinyal impulse yang berjumlah tidak berhingga. Sekuensial sinyal inilah yang disebut dengan response impulse. Pada masa lalu, sebagai sinyal pemicu impulse digunakan letusan balon atau ledakan pistol kosong, tetapi pada saat ini dengan perkembangan teknologi digital signal processing, maka digunakanlah suatu sinyal digital yang disebut dengan sinyal maximum length sequence, MLS. Dengan memanfaatkan teknologi digital signal processing tersebut, sinyal impulse yang diterima di kedua telinga pendengar dapat diukur dan hasil proses ini disebut dengan binaural impulse response. Dari binaural impulse response inilah, parameter IACC dapat ditentukan. Tentang fenomena alami dan arti dari IACC ini dan juga hubungannya dengan masalah spatialisasi atau kesan ruang pada medan suara, akan penulis jelaskan dikesempatan lain. Sebelumnya perlu juga untuk dinyatakan bahwa implementasi konsep IACC ini juga ikut menentukan pengembangan konsep home theatre yang saat ini sudah ada.

Gambar 3. Sinyal impulse yang dibangkitkan dari posisi mimbar GSJA Bethlehem Bogor (diperoleh dari laporan AcETS, perancang akustik GSJA).

Implementasi konsep impulse response dalam perancangan akustik Dengan memahami, konsep-konsep dasar akustik maka perancangan kondisi akustik untuk setiap ruangan ataupun venue dapat dilakukan. Disini akan diberikan bagaimana perancangan akustik dan acoustic treatment dari Gereja Sidang Jemaat Allah Bethlehem Bogor yang berlokasi di Jalan Suryakencana, Bogor. Dengan memanfaatkan perangkat lunak komputer EASE bisa juga dengan memanfaatkan perangkat lunak akustik lainnya seperti CATT Acoustics ataupun ODEON sinyal impulse dari mimbar maupun dari audience dapat digambarkan seperi ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 4. Sinyal impulse yang dibangkitkan dari posisi jemaat/audience GSJA Bethlehem Bogor (diperoleh dari laporan AcETS, perancang akustik GSJA). Dengan bantuan perangkat lunak akustik tersebut, posisi sumber suara perlu ditetapkan dan demikian juga semua karakteristik akustik dari sumber suara tersebut mesti diperhitungkan, misalnya directivity dari speaker, frequency response nya, karakteristik daya dan sebagainya. Disamping itu, karakteristik akustik ruangan seperti posisi dan karakteristik permukaan-permukaan yang berfungsi untuk menyerap suara, karakteristik spesifik dan posisi Schroeder Diffusor, reflektor suara dan juga karakteristik akustik audience juga mesti diperhitungkan. Selanjutnya, pada semua posisi audience dapat diperoleh besaran parameter akustiknya dari hasil perhitungan analisis impulse responsenya. Segala hal yang berhubungan dengan masalah cacat akustik baik itu cacat akustik temporal maupun spektral dapat diidentifikasi dan ditanggulangi sejak awal pada tahap perencanaan ini. Perlu juga ditegaskan disini, Schroeder Diffusor yang dipasang di GSJA ini, dirancang sepenuhnya oleh perencana, mengingat karakteristik akustik Schroeder Diffusor tersebut bersifat unik untuk keperluan yang bersifat customize. Ini berarti, suatu jenis Schroeder Diffusor tertentu hanya berfungsi dengan tepat jika dipasang pada posisi dan ruang yang tertentu pula, sesuai dengan hasil perancangan akustik yang berdasar kepada konsep impulse response tersebut.

Setelah pelaksanaan acoustics treatment dikerjakan oleh kontraktor, pengukuran karakteristik akustik ruangan dilakukan dengan mengukur impluse responsenya pada posisiposisi audience dan juga posisi yang dianggap penting lainnya. Acoustics mapping yang diperoleh dari pengukuran ini kemudian digunakan untuk memverifikasi data Acoustics mapping yang dipropose pada tahap perancangan dengan batuan perangkat lunak EASE tersebut. Semua hasil proses perancangan dan juga pengukuran ini kemudian dituangkan kedalam dokumen laporan, yang merupakan dokumen penting bagi klien atau owner untuk keperluan acoustics performance maintenance dimasa mendatang.

You might also like