Professional Documents
Culture Documents
KULIAH 1
Arti dan Ruang Lingkup Hukum Pidana Sumber-sumber Hukum Pidana Di Indonesia Pembagian Hukum Pidana :
Hukum Pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana, dan apakah macamnya pidana itu
Hukum Pidana adalah kesemuanya perintahperintah dan larangan-larangan yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu nestapa (pidana) barangsiapa yang tidak mentaatinya, kesemuanya aturan-aturan yg menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-aturan untuk mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan pidana tersebut.
Hukum Pidana adalah semua dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut oleh suatu negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut
Jaman VOC
Statuten van Batavia Hk. Belanda kuno Asas2 Hk. Romawi
Di daerah lainnya berlaku Hukum Adat mis. Pepakem Cirebon
Jaman Jepang
WvSI masih berlaku Osamu Serei (UU) No. 1 Tahun 1942, berlaku 7/3/1942 H. Pidana formil yang mengalami banyak perubahan
Jaman Kemerdekaan
UUD 1945 Ps. II Aturan Peralihan Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini
Jaman Kemerdekaan
UU No. 1 Tahun 1946 : Penegasan tentang Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia Berlaku di Jawa-Madura (26/2/1946) PP No. 8 Tahun 1946 : Berlaku di Sumatera UU No. 73 Tahun 1958 : Undang-undang tentang menyatakan berlakunya UU No. 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh wilayah RI dan mengubah Kitab Undang-undang Hukum Pidana
KUHP
Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 ps 103) Pasal 103 Ketentuan-ketentuan dalam
Bab I sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undangundang ditentukan lain
Buku II : Kejahatan (ps 104 488) Buku III : Pelanggaran (ps 489 569)
Substansi
TPE, TPK, TPS, H.Pid. militer, H.Pid. Fiskal UU non hukum pidana yg. Bersanksi pidana
KULIAH 2
Berlakunya Hukum Pidana Menurut Waktu Berlakunya Hukum Pidana Menurut Tempat
Pasal 1 KUHP
(1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya. (2) Jika ada perubahan dalam perundangundangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan .
Asas legalitas mengandung 3 prinsip: 1. Aturan hukum pidana harus tertulis 2. Larangan berlaku surut 3. Larangan penggunaan Analogi
2. LARANGAN BERLAKU SURUT (non retroaktif) Undang-undang pidana berjalan ke depan dan tidak ke belakang :
(Dilarang) ---------- UU Pidana --------------- Perlu diketahui kapan suatu tindak pidana terjadi (wkt terjadinya tindap pidana = tempus delicti.
Larangan berlaku surut dalam berbagai ketentuan selain yang diatur dalam Ps. 1 ayat (1) KUHP
Internasional: Ps 15 (1) ICCPR: hukum tidak berlaku surut Ps 15 (2) ICCPR pengecualian, untuk kejahatan menurut hukum kebiasaan international: boleh berlaku surut Ps 22, 23, dan 24 ICC (Statuta Roma)
Nasional Ps 28i UUD 1945 Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999
JENIS-JENIS PENAFSIRAN
- Otentik - Sistematis - Gramatikal - Historis - Sosiologis - Teleologis - Ekstensif
Pendapat Scholten
(dan juga Utrecht)
Pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara penafsiran ekstensif dan analogi. Dalam kedua hal itu hakim membuat konstruksi , yaitu membuat (mencari) suatu pengertian hukum yang lebih tinggi. Hakim membuat suatu kaidah yang lebih tinggi dan yang dapat dijadikan dasar beberapa ketentuan yang mempunyai kesamaan.
Mis. Mengambil = mengadakan suatu perbuatan yang bermaksud memindahkan sesuatu benda dari tangan yang satu ke tangan yang lain
menguntungkan bg tersangka/terdakwa?
Yg menguntungkan bg TSK/TDKW
Hal ini tidak dapat ditentukan sec. Umum (in abstracto), dan hanya dapat ditentukan untuk masing2 perkara sendiri (in concreto). Yang menguntungkan bagi TSK/TDKW: sanksi menjadi lebih ringan, diubah menjadi delik aduan, unsur- unsur pokok delik menjadi lebih banyak (ditambah) (Periksa : Utrecht h.228)
Batas Wilayah
Pasal 5 Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral dan/atau trilateral mengenai batas darat, batas laut, dan batas udara serta berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional. Pasal 6 (1) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi: a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste; b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, Singapura, dan Timor Leste; dan c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum internasional. (2) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk titik-titik koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral. (3) Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia menetapkan Batas Wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional.
4. Asas universal
Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976 melakukan kejahatan ttg mata uang, uang kertas negara atau uang kertas Bank Untuk melindungi kepentingan dunia Silakan jika ingin menambahkan di mana perlu, hehehe
Surabaya Semarang Cirebon ---- racun --> ----diminum ---> ----- mati A --> B B B
Meervoudige locus delicti Hakim diberi kemerdekaan memilih di antara 3 locus delicti ini
Menurut perjanjian Wina 18/4/1961, maka keluarga termasuk memiliki imunitas (hak eksteritorial) Untuk ketua organisasi internasional biasanya dilindungi (tergantung traktat antar negara).
KULIAH 3
Istilah Definisi Cara Merumuskan Tindak Pidana Subjek Tindak Pidana Unsur-Unsur Tindak Pidana
Tindak Pidana
Tindak pidana Perbuatan pidana Peristiwa pidana Strafbaar feit Delict / Delik Criminal act Jinayah Apa alasan dan implikasi penggunaan istilah tindak pidana, perbuatan pidana dan peristiwa pidana ?
Istilah
Tindak Pidana
Definisi
melawan hukum yg berhubungan dg kesalahan & dilakukan oleh orang yg mampu bertanggung jawab
Aliran Monistis
Tidak memisahkan antara perbuatan dan pertanggungjawaban Dalam rumusan tindak pidana sekaligus tercakup unsur perbuatan/akibat dan unsur kesalahan/pertanggungjawaban
Aliran Dualistis
Memisahkan secara tegas antara perbuatan (pidana) dan pertanggungjawaban pidana Dalam rumusan tindak pidana hanya tercantum unsur perbuatan/akibat tanpa unsur kesalahan
Disebutkan unsur-unsurnya & disebut kualifikasinya (namanya) --> mis, Ps 362 KUHP disebutkan kualifikasinya tanpa disebut unsur-unsurnya --> mis. Ps 184, Ps 297, Ps 351 disebutkan unsur-unsurnya, tidak disebut kualifikasinya --> mis. Ps 167, Ps 209, Ps 322
a) Cara merumuskan Barangsiapa . b) Hukuman : mati, penjara, kurungan (Ps 10 KUHP), hanya dapat dikenakan pada manusia c) Pertanggungjawaban pidana disandarkan pada kesalahan, yang hanya mungkin dimiliki oleh manusia (orang)
R-KUHP, UU Hk. Pidana Khusus dan UU non H. Pidana, korporasi: - Badan Hukum - Bukan badan hukum UU TPE, UU Pemberantasan T.P. Korupsi, UU Pencucian Uang ,UU Pemberantasan TP Terorisme Badan Usaha (UU ITE: 11/2008) Badan Publik (UU KIP: No. 14/2008)
- perbuatan (aktif/pasif) atau akibat - melawan hukum B. Unsur Subyektif -Manusia (pelaku) - kesalahan : (a) kesengajaan; atau (b) kealpaan C. Keadaan D. Syarat tambahan untuk pemidanaan
- melawan hukum (materil) - Kesalahan dalam arti materiil dapat dipersalahkan (dicela) sehingga dapat dipertanggungjawabkan (verwijtbaarheid)
Di luar perumusan (unsur) : syarat dapat dipidana 1. Melawan hukum (materil) 2. Dapat dipersalahkan (dicela) sehingga dapat dipertanggungjawabkan Umumnya dianggap ada/terpenuhi sehingga tdk perlu dibuktikan, kecuali ada alasan yang kuat bahwa unsur/syarat tsb perlu dibuktikan bhw unsur tsb tdk ada/tdk terpenuhi akan dibahas lbh lanjut di materi dasar penghapus pidana.
Pasal 338 KUHP barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain
Pasal 359
barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mati
KULIAH 4
Tentang Penggolongan Tindak Pidana
Tindak Pidana
Pembagian Tindak Pidana (Jenis Delik)
Delik Kejahatan & Delik pelanggaran Delik Materiil & Delik Formil Delik Komisi & Delik Omisi Delik Dolus & Delik Culpa Delik Biasa & Delik Aduan Delik yg Berdiri sendiri & Delik Berlanjut Delik Selesai & Delik yg diteruskan Delik Tunggal & Delik Berangkai Delik Sederhana & Delik Berkualifikasi; Delik Berprivilege Delik Politik & Delik Komun (umum) Delik Propia & Delik Komun (umum)
Pembagian delik menurut kepentingan yg dilindungi : Lihat judul-judul bab pada Buku II dan Buku III KUHP
Jenis Delik
Kejahatan (misdrijf)
dlm. MvT : sebelum ada UU sudah dianggap tidak baik (recht-delicten) Hazewinkel-Suringa : tidak ada perbedaan kualitatif, hanya perbedaan kuantitatif a) Percobaan : dipidana
b) Membantu : dipidana c) Daluwarsa : lebih panjang d) Delik aduan : ada e) Aturan ttg Gabungan berbeda
Pelanggaran (overtreding)
dlm MvT : baru dianggap tidak baik setelah ada UU (wet delicten) Perbedaan dg kejahatan:
a) Percobaan : tidak dipidana b) Membantu : tidak dipidana c) Daluwarsa : lebih pendek d) Delik aduan : tidak ada e) Aturan ttg Gabungan berbeda
KUHP : Buku III
KUHP : Buku II
Jenis Delik
D. Materiil : Yang dirumuskan akibatnya Ps 338, 368, Ps 187, dll Perhatikan dgn seksama unsur2 dalam pasal dlm menentukan delik materiil dan delik formil, krn sering terjadi kerancuan. Secara sekilas spt delik formil tp ternyata delik materiil atau sebaliknya D. Komisi : melanggar larangan dg perbuatan aktif D. Dolus : delik dilakukan dg sengaja, mis. Ps 338, Ps 310, Ps 368
D. Formil : yang dirumuskan bentuk perbuatannya --> Ps 362, Ps 263, dll
Jenis Delik
Delik Biasa (bukan aduan) penuntutannya tidak memerlukan pengaduan, mis. Ps 340, Ps 285 Delik Aduan
Cukup dengan laporan dari setiap orang yang melihat/ mengetahui tindak pidana tsb., tidak harus dengan pengaduan dari korban atau orang2 tertentu
Delik Aduan
Ada 2 jenis: 1. Delik Aduan Absolut 2. Delik Aduan Relatif Ad.1. Delik Aduan Absolut: Delik yang pada hakekatnya/mutlak memerlukan pengaduan untuk penuntutannya Mis. Ps. 284, Ps.351 2. Delik Aduan Relatif: Delik yang pada dasarnya merupakan delik biasa (bukan delik aduan), tetapi karena ada hubungan tertentu antara pelaku dan korban, maka berubah jenisnya menjadi delik aduan Mis. Ps.367 ayat (2)
Delik Berdiri Sendiri Terdiri atas satu delik yang berdiri sendiri Untuk pemidanaannya tidak perlu menggunakan ketentuan tentang gabungan TP; tinggal melihat berapa ancaman pidana dari Pasal yang dilanggar
Delik Berlanjut Terdiri atas dua atau lebih delik, yang karena kaitannya yang erat mengakibatkan dikenakan satu sanksi kepada terdakwa
Untuk pemidanaannya menggunakan ketentuan tentang gabungan TP, yaitu Pasal 64 KUHP
Delik Berlanjut
Masih menjadi perdebatan apakah delik berlanjut (voortgezette delict) sama dengan perbuatan berlanjut (voortgezette handeling) Sebagian sarjana (termasuk Utrecht) menyamakan voortgezette delict dengan voortgezette handeling) dan untuk pemidanaannya memakai ketentuan Pasal 64 KUHP, dengan syarat: Perbuatan perbuatan timbul dari 1 kehendak Perbuatannya harus sejenis Tenggang waktu antara 1 perbuatan dengan perbuatan yang lain, tidak terlalu lama
Delik Selesai Satu atau beberapa perbuatan tertentu yang selesai dalam suatu waktu tertentu yang singkat Mis: Pasal 362, Pasal 338
Delik Berlangsung terus satu atau beberapa perbuatan yang melangsungkan suatu keadaan yang dilarang Mis: Pasal 221, Pasal 261, Pasal 333
Delik Tunggal Delik di mana untuk dapat dipidananya si pelaku maka ybs. cukup melakukan perbuatan tersebut sebanyak satu kali Mis: Pasal 362, Pasal 338
Delik Berangkai Delik di mana untuk dapat dipidananya si pelaku maka ybs. harus melakukan perbuatan tersebut beberapa kali (berulang-ulang, berturutturut) Karena harus dilakukan berulang-ulang: bisa berupa pencaharian atau kebiasaan (sebagai unsur yang menentukan untuk dipidananya pelaku) Mis: Pasal 296, Pasal 481
Delik Pokok/sederhana Delik yang dalam perumusannya mencantumkan unsur2 pokok yang menentukan pemidanaannya Pasal 362, Pasal 351 ayat (1)
Delik Berkualifikasi Delik pokok yang ditambah dengan unsur yang memperberat pemidanaan mis: Pasal 351 ayat (2), Pasal 363, Pasal 365 ayat (4) Delik Berprevilege Delik pokok yang ditambah dengan unsur yang meringan pemidanaan Mis: Pasal 308. Pasal 364
Delik Politik Delik yang mengandung unsur politik Mis: Makar untuk menggulingkan pemerintah (Pasal 107), makar untuk membunuh kepala negara (Pasal 104)
Delik Komuna (bukan delik politik) Delik yang tidak mengandung unsur politik Mis: pembunuhan orang biasa (Pasal 338), Pencurian mobil (Pasal 362)
Delik Propria Delik yang hanya dapat dilakukan oleh orang2 tertentu (subjeknya adalah orang-orang tertentu) Mis: Pasal 308, Pasal 346, Pasal 449
Delik Komuna Delik yang dapat dilakukan oleh setiap orang Cirinya: Subjeknya adalah barang siapa Mis: Delik Pencurian (Pasal 362), Delik Pembunuhan (Pasal 338)
KULIAH 5
Tentang Ajaran Kausalitas Sifat Melawan Hukum
KAUSALITAS
1. Pengertian ? 2. Kapankah diperlukan ajaran kausalitas ? 3. Ajaran Kausalitas ?
Ilustrasi : B pinjam uang ke rumah A, karena kedatangan B, maka A terlambat ; karena terlambat A mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi; A menubruk C sehingga luka-luka; C dibawa ke RS dan dioperasi oleh dokter D; D meminta E merawat dengan suntikan tertentu; E salah memberikan obat pada C; C mati.
Pengertian Kausalitas
Hal sebab-akibat Hubungan logis antara sebab dan akibat Persoalan filsafat yang penting Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab sekaligus menjadi sebab peristiwa lain Sebab dan akibat membentuk rantai yang bermula di suatu masa lalu Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum pidana (bukan makna di atas), tetapi makna yang dapat dilekatkan pada pengertian kausalitas agar mereka dapat menjawab persoalan siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas suatu akibat tertentu
Kapankah diperlukan ajaran Kausalitas/ Jenis delik apa yang memerlukan ajaran kausalitas?
Delik Materiil : Delik yang perumusannya melarang timbulnya akibat. Delik ini selesai ketika akibat timbul. mis. Ps. 338, Ps 359, Ps 360, Ps. 368 Delik Omisi tak murni/semu (delicta commissiva per omissionem/ Oneigenlijke Omissiedelicten) : Delik yang terjadi dengan dilanggarnya suatu larangan yang menimbulkan akibat yang dilakukan dengan perbuatan pasif. Ps. 194 KUHP Delik yang dikwalifisir : Delik yang sanksinya mjd lebih berat krn ada penambahan unsur berupa timbulnya akibat. Misal: Ps 351 (1) Ps 351 (2)/ Ps 351 (3)
Ajaran Kausalitas
Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von Buri) Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima : Birkmeyer , Mulder Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe, Rumelin) Teori Relevansi : Langemeijer
G.E Mulder : Sebab adalah syarat yang paling dekat dan tidak dapat dilepaskan dari akibat.
Teori-teori menggeneralisasi
Von Kries (Teori Adequat Subjectif)
Sebab adalah keseluruhan faktor positif & negatif yang tidak dapat dikesampingkan tanpa sekaligus meniadakan akibat. Namun pembatasan demi kepentingan penetapan pertanggungjawaban pidana tidak dicari dalam nilai kualitatif/kuantitatif atau berat/ringannya faktor dalam situasi konkret, tetapi dinilai dari makna semua itu secara umum, kemungkinan dari faktor-faktor tersebut untuk memunculkan akibat tertentu. Sebab = syarat-syarat yang dalam situasi dan kondisi tertentu memiliki kecenderungan untuk memunculkan akibat tertentu, biasanya memunculkan akibat itu, atau secara objectif memperbesar kemungkinan munculnya akibat tersebut. Apakah suatu tindakan memiliki kecenderungan memunculkan akibat tertentu hanya dapat diselesaikan apabila kita memiliki 2 bentuk pengetahuan : (a) hukum umum probabilitas dalam peristiwa yg terjadi / pengetahuan Nomologis yg memadai (b) situasi faktual yg melingkupi peristiwa yg terjadi/ pengetahuan Ontologis/ pemahaman fakta (empirik)
Teori-teori menggeneralisasi
Rumelin (Teori Adequat Objectif) : Faktor yang ditinjau dari sudut objektif , harus (perlu) ada untuk terjadinya akibat. Ihwal probabilitas tidak berdasarkan pada apa yang diketahui atau mungkin diketahui pada waktu melakukan tindakannya, melainkan pada fakta yang objektif pada waktu itu ada, entah diketahuinya atau tidak jadi pada apa yang kemudian terbukti merupakan situasi dan kondisi yang melingkupi peristiwa tersebut. Simons : Sebab adalah tiap-tiap kelakuan yang menurut garis-garis umum pengalaman manusia dapat menimbulkan akibat Pompe : Sebab adalah hal yang mengandung kekuatan untuk dapat menimbulkan akibat
Teori Relevansi
Langemeijer Teori ini ingin menerapkan ajaran von Buri dengan memilih satu atau lebih sebab dari sekian yang mungkin ada, yang dipilih sebabsebab yang relevan saja , yakni yang kiranya dimaksudkan sebagai sebab oleh pembuat undang-undang.
AJARAN MATERIIL
melawan hukum adalah unsur mutlak dari tiap-tiap tindak pidana, juga bagi yang dalam rumusannya tidak menyebut unsur tersebut mengakui adanya pengecualian / penghapusan dari sifat melawan hukumnya perbuatan menurut hukum yang tertulis dan yang tidak tertulis
KULIAH 6
Kesalahan dan Pertanggungjawaban Pidana
Pengantar
Kesalahan merupakan unsur yg melekat pada pelaku tindak pidana 4 pengertian kesalahan Bentuk-bentuk kesalahan Asas penting dalam pertanggung jawaban pidana
Pengertian Kesalahan
Ada 4 pengertian kesalahan (Utrecht): 1.Kesalahan sebagai unsur delik; dalam arti kumpulan (nama generik) yang mencakup dolus dan culpa 2.Kesalahan dalam arti pertanggungjawaban pidana: ketercelaan (verwijtbaarheid) seseorang atas perbuatan melawan hukum yang telah dilakukannya
3. Kesalahan dalam arti bentuk khusus, yang hanya berupa culpa 4. Kesalahan yang digunakan dalam rumusan delik untuk menetapkan bahwa pidana dapat diancamkan pada pelaku yang bersalah karena telah melakukan tindakan tertentu; mis. Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena bersalah melakukan pembunuhan
Teori2 sengaja :
(a) teori kehendak (wils theorie) opzet ada apabila perbuatan & akibat suatu delik dikehendaki si pelaku (b) teori bayangan (voorstellings-theorie) opzet ada apabila si pelaku pada waktu mulai melakukan perbuatan, ada bayangan yg terang bahwa akibat yg bersangkutan akan tercapai, maka dari itu ia menyesuaikan perbuatannya dengan akibat itu
Bentuk-Bentuk Dolus
1. Dolus sebagai maksud /tujuan (als oogmerk)
2. Dolus dengan kesadaran/keinsyafan kepastian (noodzakelijkheidsbewustzijn) 3. Dolus dengan kesadaran/keinsyafan kemungkinan (opzet met waarschijnlijkheids bewustzijn/ awareness of probability) 4. Dolus eventualis (kesengajaan bersyarat; opzet met mogelijkheidsbewustzijn/voorwaardelijk opzet/awareness of possibility) Kesengajaan bersyarat: dengan mengetahui dan menghendaki menerima risiko yang besar
lanjutan ..
Ada sarjana yang membedakan bentuk-bentuk dolus menjadi 3 macam,yaitu: sebagai maksud, berkeinsyafan kepastian dan berkeinsyafan kemungkinan (misalnya PAF Lamintang, Tresna, Moeljatno) Mereka menyamakan dolus eventualis dengan kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan Dolus eventualis merupakan perkembangan dalam hukum pidana, khususnya dalam hal bentuk-bentuk kesengajaan dan HR Belanda baru menerima kesengajaan bentuk ini setelah PD II
Bentuk-bentuk kesengajaan
Sengaja sebagai maksud/ tujuan :
apabila pembuat menghendaki perbuatan dan/akibat perbuatannya; tidak dilakukan perbuatan itu jika pembuat tahu akibat perbuatannya tidak terjadi pembuat yakin bahwa akibat yg dimaksudkannya tidak akan tercapai tanpa terjadinya akibat yg tidak dimaksud pembuat sadar bahwa mungkin akibat yg tidak dikehendaki akan terjadi untuk mencapai akibat yg dimaksudnya Kesengajaan berkeinsyafan kepastian dan kemungkinan tidak dapat berdiri sendiri. Selalu bersifat accesoir terhadap kesengajaan sebagai maksud
Dolus eventualis
Pelaku dengan kehendak dan kesadaran menerima kemungkinan munculnya akibat yang buruk. Di Jerman disebut billigend in Kauf nehmen: menerima penuh risiko terwujudnya sesuatu kemungkinan Contoh: metro mini maut di Jakarta Utara, naik kuda di jalan ramai di kota London, memainkan pistol meletus DOOR! dan mengenai org
Arti dan diantara unsur dengan sengaja & unsur melawan hukum
Van Hamel, simons, pompe : perbedaan itu mempunyai arti. Mis. Ps 406 KUHP : dengan sengaja dan melawan hukum ; Ps 333 KUHP : dengan sengaja melawan hukum Vos, zevenbergen, langemeijer : tiadanya kata dan tidak berarti apa2, semuanya mesti dibaca dengan sengaja dan melawan hukum Remelink, van Bemmelen : kata penghubung dan tidak mempunyai arti, jadi istilah dengan sengaja meliputi pula melawan hukum.
Culpa Istilah2
- culpa - schuld - nalatigheid - sembrono - teledor istilah 2 yg digunakan dalam rumusan : - kelalaian - kealpaan - kesalahan - seharusnya diketahuinya - sepatutnya diketahuinya
Macam2 Culpa :
(a) culpa levis ; culpa lata (b) culpa yg disadari (bewuste) : culpa yg tidak disadari (on bewuste) Syarat adanya kealpaan : (a) Hazewinkel-Suringa : 1) kekurangan menduga-duga; 2) kekurangan berhati-hati (b) van Hamel : 1) tidak menduga-duga sebagaimana diharuskan hukum; 2) tidak berhati-hati sebagaimana diharuskan hukum ( c) Simons : pada umumnya kealpaan mempunyai 2 unsur : 1) tidak berhatihati; 2) dapat diduganya akibat.
Culpa
Untuk menentukan ada atau tidaknya culpa pada seseorang, maka harus digunakan tolok ukur yang normal (upaya dan kehati-hatian dari orang yang sama kemampuan dan kecerdasannya dengan pelaku). Apabila pada situasi dan kondisi yang sama dengan pelaku, orang yang sama kemampuan dan kecerdasannya dengan pelaku pada umumnya tidak melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh pelaku; berarti pelaku culpa telah melakukan culpa lata (Kelalaian yang besar/berat)
Culpa
Culpa Levis (Kelalaian yang kecil/ringan)--- apabila tolok ukurnya adalah upaya dan kehati-hatian yang luar biasa Culpa yang disadari (bewuste culpa) : Apabila pelaku sudah membayangkan kemungkinan timbulnya suatu akibat yang dilarang, dan karena itu ia juga sudah berupaya agar tidak timbul akibat tsb. (dia tidak menghendaki akibat), namun akibat tetap terjadi Culpa yang tidak disadari (onbewuste culpa): Pelaku sama sekali tidak pernah membayangkan kemungkinan timbulnya akibat yang dilarang; tetapi ternyata terjadi akibat Yang dapat dipidana adalah Culpa Lata, baik yang disadari maupun tidak disadari
KULIAH 7
Percobaan Tindak Pidana
PERCOBAAN (POGING)
PASAL 53
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri. (2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga. (3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama 15 tahun. (4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai. Pasal 54 Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana
Kasus 1
Seorang yang sedang berdiri di bordes KA, ketika akan diperiksa karcisnya oleh kondektur, ia telah menendang kaki petugas tersebut. Sehingga apabila kondektur tidak dengan cepat berpegang pada tiang besi KA, pasti ia jatuh keluar dan terlindas KA (Arrest HR Tgl 12 Maret 1942)
Kasus 2
Seorang POLANTAS memberi tanda agar sebuah kendaraan bermotor berhenti, karena tidak menyalakan lampu. Pengemudi tetap tancap gas, sehingga kalau petugas tidak menghindar dengan cara melompat ia akan tertabrak (Arrest HR 6 Pebruari 1951)
Kasus 3
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yg merupakan percobaan tindak pidana yg dipidana sbg delik selesai. Hal ini terdapat juga dalam UU Pidana di luar KUHP. Ada juga delik-delik khusus dlm KUHP yg mirip dgn percobaan yaitu makar (ps. 87) dan permufakatan jahat (ps. 88), namun ada syarat dr Ps. 53 yg belum dipenuhi tapi sudah dapat dihukum
POGING (PERCOBAAN)
Permulaan kejahatan yang belum selesai Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang Poging adalah perluasan pengertian delik Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undangundang sebab perbuatan itu melanggar kepentingan hukum atau membahayakan kepentingan hukum KUHP tidak memberi perumusan/ definisi Harus diketahui kapan suatu delik dianggap selesai Delik selesai berbeda antara delik formil dan delik materiil Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan yang dilarang telah dilakukan Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang telah timbul atau terjadi
Teori Obyektif Materiil pada Delik Formil apabila telah dimulai perbuatan/tindakan yang disebut dalam rumusan delik
Teori Obyektif Materiil pada Delik Materiil segera setelah tindakan yang dilakukan oleh pelakunya itu, menurut sifatnya secara langsung dapat menimbulkan akibat yang terlarang oleh UU tanpa pelakunya tersebut harus melakukan suatu tindakan yang lain
Teori Campuran
Teori Subyektif - subjectieve pogingsleer dan Teori Obyektif - objectieve pogingsleer
sudah terwujud dengan adanya permulaan pelaksanaan. Jadi : pelaksanaan itu ditafsirkan sebagai
pelaksanaan kehendak TEORI POGING SUBYEKTIF Tetapi, jika dihubungkan dengan anak kalimat berikutnya tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri maka secara sistematis maka ditafsirkan sebagai pelaksanaan kejahatan TEORI POGING OBYEKTIF
CONTOH KASUS
A menghendaki untuk membunuh B , untuk melaksanakan maksudnya, A harus melakukan beberapa perbuatan, yaitu : a. A pergi ke tempat penjualan senjata api b. A membeli senjata api c. A membawa senjata api ke rumahnya d. A berlatih menembak e. A menyiapkan sebjata apinya dengan membungkusnya rapat-rapat f. A menuju rumah B g. Sesampai di rumah B, A mengisi senjata itu dengan peluru h. A mengarahkan senjata kepada B i. A melepaskan tembakan ke arah B
MANA YANG MERUPAKAN PELAKSANAAN ? APAKAH TIAP2 PERBUATAN DALAM KASUS TSB
DAPAT DIHUKUM ?
1. Menurut Teori Poging Subyektif : perbuatan a sudah merupakan permulaan pelaksanaan karena telah menunjukkan kehendak yang jahat 2. Menurut Teori Poging Obyektif : perbuatan a f belum merupakan permulaan pelaksanaan karena semua perbuatan itu belum membahayakan kepentingan hukum si B
Syarat Ketiga Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri
Contoh: Tertangkap tangan, korban memberikan perlawanan, korban tidak meninggal karena bantuan medis
Membatalkan niatnya secara sukarela/kehendak sendiri vrijwillige terugterd (TIDAK ADA Percobaan yang dihukum)
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah menimbulkan kerugian atau menurut peraturan perundang-undangan telah merupakan tindak pidana tersendiri, maka pembuat dapat dipertanggungjawabkan untuk tindak pidana tersebut.(percobaan yang dikwalifisir)
apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi tercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan ia terhalang oleh suatu hal
Percobaan yg Tidak Sempurna (tidak wajar) : Ondeugdelijke Poging --> apabila seseorang berkehendak
melakukan suatu kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak berhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau obyek (sasaran) tidak sempurna. Tidak sempurna : mutlak atau relatif
Putatif Delict
Seseorang mengira bahwa apa yang dilakukan merupakan suatu tindak pidana, padahal tindakan tersebut tidak dilarang
Contoh: Seseorang masuk ke Indonesia dan membawa sejumlah uang kertas asing. Semula ia beranggapan telah mencoba atau melakukan suatu kejahatan. Namun ternyata uang yang ia bawa masih dalam batas ketentuan yang tidak dilarang
Istilah PIDANA
Hukum Penitensier Hukum Sanksi Straf Hukuman Punishment.
PIDANA
Nestapa/derita Yang dijatuhkan dengan sengaja oleh negara (melalui pengadilan) Dikenakan pada seseorang Yang secara sah telah melanggar hukum pidana Melalui proses peradilan pidana
Struktur, fungsi, dan proses pengambilan keputusan Oleh sejumlah lembaga (kepolisian, kejaksaan, pengadilan & lembaga pemasyarakatan) Yang berkenaan dengan penanganan & pengendalian Kejahatan dan pelaku kejahatan.
Pengertian
Hukum Penitentier (Utrecht II hal. 268) :
Segala peraturan positif mengenai sistem hukuman dan sistem tindakan yang memuat: Jenis sanksi atas tindak pidana yang dilakukan Beratnya sanksi itu Lamanya sanksi itu dijalankan oleh pelaku Cara sanksi itu dilakukan Tempat sanksi itu dijalankan Hukuman, menurut pendapat : Moeljatno : Lebih tepat pidana untuk menerjemahkan straf. Sudarto : Idem. R. Soesilo : Suatu perasaan tidak enak/sengsara yang dijatuhkan oleh Hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar UU Hukum Pidana.
PEMIDANAAN
Penjatuhan Pidana/sentencing : Upaya yang sah Yang dilandasi oleh hukum Untuk mengenakan nestapa penderitaan Pada seseorang yang melalui proses peradilan pidana Terbukti secara sah dan meyakinkan Bersalah melakukan suatu tindak pidana.
Sejarah
a. Utrecht I Bab 1 b. Utrecht II Bab 5
Mulai WvS diundangkan yaitu tahun 1915 UU No. 1/1946 tentang KUHP (berlaku berdasarkan asas konkordansi).
Dibakar hidup, terikat pada suatu tiang (hanya utk pelaku pembakar/pembunuh) Dimatikan dgn suatu keris Dicap bakar Dipukul, dipukul dgn rantai (pidana badan/corporal punishment) Ditahan/dimasukkan dlm penjara Kerja paksa pada pekerjaan2 umum.
Utrecht I Bab 1 hal. 19 R. Soesilo hal. 36
Dasar-Dasar Hukuman :
Hukum pidana sebagai suatu sanksi yang bersifat istimewa: terkadang dikatakan melanggar HAM melakukan perampasan terhadap harta kekayaan (pidana denda), pembatasan kebebasan bergerak/ kemerdekaan orang (pidana kurungan/penjara) dan perampasan terhadap nyawa (hukuman mati). Merupakan Ultimum Remedium (senjata pamungkas, jalan terakhir, jalan satusatunya/tiada jalan lain).
Teori-Teori Pemidanaan/ Tujuan Pemidanaan menurut doktrin TeoriAbsolut/Retributif/Pembalasan (lex talionis): Hukuman adalah sesuatu yang harus ada sebagai konsekwensi dilakukannya kejahatan; Orang yang salah harus dihukum
(E. Kant, Hegel, Leo Polak).
Menjatuhkan hukuman untuk tujuan tertentu, bukan hanya sekedar sebagai pembalasan: Hukuman pd umumnya bersifat menakutkan, o.k.i, seyogyanya : Hukuman bersifat memperbaiki/merehabilitasi orang yang sakit moral harus diobati. Tekanan pada treatment/pembinaan. Rehabilitasi, individualisasi pemidanaan. Anti punishment, model medis.
Teori Gabungan :
Berdasarkan hukuman pada tujuan (multifungsi) retributive/pembalasan dan relative/tujuan. Berdasarkan teori gabungan maka pidana ditujukan untuk:
Pembalasan, membuat pelaku menderita Upaya Prevensi, mencegah terjadinya tindak pidana Merehabilitasi Pelaku Melindungi Masyarakat.
Retributive Justice : Pemidanaan untuk tujuan pembalasan Restorative Justice : Keadilan yang merestorasi pelaku harus mengembalikan kepada kondisi semula; Keadilan yang bukan saja menjatuhkan sanksi yang seimbang bagi pelaku namun juga memperhatikan keadilan bagi korban.
Tujuan Pemidanaan :
Berdasarkan Pasal 54 R-KUHP tahun 2008:
Prevensi umum, mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman kepada masyarakat Rehabilitasi & Resosialisasi, memasyarakatkan terpidana, dengan melakukan pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna. Supaya mereka bisa kembali ke masyarakat ( LP = Lembaga Pemasyarakatan): Mereka bukan penjahat, hanya tersesat, masih ada waktu untuk bertobat ..
Tujuan Pemidanaan
Restorasi, menyelesaikan konflik, memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai Membebaskan rasa bersalah pada terpidana Pemidanaan tidak dimaksudkan utk menderitakan dan merendahkanmartabat manusia (CAT ... ) Sampai saat ini Hukum Pidana Indonesia belum memiliki Sentencing Guidelines (pedoman yang memuat tentang pemidanaan), tp sudah dirumuskan dalam Pasal 55 R-KUHP 2008.
Catatan
Lihat juga Pasal 14a KUHP : (reclassering/lembaga yg mengawasi BAPAS, Balai Pemasyarakatan) penghukuman/pidana bersyarat/pidana percobaan, dan pelepasan bersyarat. Larangan Kumulasi hukuman, mis. melakukan pencurian, pemerkosaan dan pembunuhan lalu mayat korban dibuang. Ancaman pidananya mengikuti prinsip gabungan tindak pidana Sistem penjatuhan pidana: stelsel kumulasi murni, stelsel kumulasi terbatas, absorsi murni, absorsi yang dipertajam.
R-KUHP
Pasal 66 dan 87 : pidana mati bersifat khusus, diancamkan secara alternatif. ............ diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup. Dan dijatuhkan sbg upaya terakhir utk mengayomi masyarakat Pasal 101dan psl. 129/ps.132 : Double track system : individualisasi hukuman, orang yang dalam situasi/kondisi tertentu dapat dijatuhi tindakan : Penempatan di RSJ, bagi orang yang tidak mampu bertanggung jawab karena jiwanya cacat pertumbuhannya atau terganggu karena penyakit (psl. 44 ayat 2 KUHPTindak pidana yang dilakukan oleh anak yg masih di bawah umur.Berdasarkan UU 3/1997 dan RKUHP, anak yg dpt dipidana adlh yg berusia 12-18 thn. Psl. 45-46 KUHP diganti dengan pasal2 dalam UU No.3/1997 : dikembalikan pada orang tuanya, diserahkan pada negara utk dididik, atau diserahkan pada Dep.Sos, organisasi sosial
HUKUMAN/PIDANA MATI
Pasal 11 jo Pasal 10 KUHP
Tindak Pidana yang diancam dengan hukuman mati:
A. Dalam KUHP : Pembunuhan berencana Kejahatan terhadap keamanan negara Pencurian dengan pemberatan Pemerasan dengan pemberatan Pembajakan di laut dengan pemberatan. B. Di luar KUHP : Terorisme Narkoba Korupsi Pelanggaran HAM Berat : kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida yang dilakukan secara meluas dan sistematis.
HUKUMAN/PIDANA MATI :
Hukuman mati dijalankan oleh algojo di tiang gantungan (ps. 11 KUHP), tp bdsrkn Penpres No. 2/1964 ditembak di bagian jantung dan/atau kepala dan tdk dilakukan di muka umum (rahasia, baik waktu dan tempat eksekusinya). Astini (Maret 2005) : ditembak 3 peluru di dada. Tibo cs. Diluar negeri: kamar gas, penggal, kursi listrik, suntik mati, dsb. Hukuman mati tdk dapat dijatuhjkan pada anak; Pidana mati tidak dapat dilakukan pada org yg setelah dihukum menjadi gila dan wanita hamil. Eksekusi dpt dilakukan jika org gila itu sembuh dan wanita tsb melahirkan.
PIDANA PENJARA
Psl. 12 KUHP : Hukuman penjara lamanya seumur hidup atau sementara/ pidana penjara dilakukan dalam jangka waktu tertentu ( min 1 hari selama2nya 15 thn atau dpt dijatuhkan selama 20 thn, tp tdk boleh lebih dr 20 thn). Pidana penjara dilakukan di penjara (prison/jail), di Indonesia disbt sebagai Lembaga Pemasyarakatan (LP/Lapas). Untuk pemulihan kembali hubungan antara narapidana dan masyarakat. Penghuninya disebut narapidana/napi (inmates): Warga Binaan Pemasyarakatan (UU NO. 12/1995).
PIDANA PENJARA
Pidana bersyarat (ps. 14 a-14 f KUHP): Bila hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama 1 tahun atau kurungan, tidak termasuk kurungan pengganti, maka dalam putusan dapat memerintahkan untuk tidak menjalani pidana tersebut; kecuali jika di kemudian hari ada putusan hakim yg menentukan lain, karena terpidana melakukan tindak pidana sebelum masa percobaannya selesai atau tidak memenuhi syarat-syarat khusus yg ditentukan.
PIDANA PENJARA
Sistem Penjara gevangenisstelsel (Utrecht II hal. 291 - dst):
Sistem Pennsylvania, AS :
Para hukuman terus menerus ditutup sendiri-sendiri dalam satu kamar sel Terhukum hanya melakukan kontak dgn penjaga sel/sipir penjara Dilakukan peringanan: terhukum diperkenankan melakukan pekerjaan tangan dan secara terbatas dpt menerima tamu, tp ia tetap dilarang bergaul dgn terhukum lain.
Disebut juga sebagai silent system Para hukuman pada siang hari disuruh bekerja bersama2 tapi tidak boleh saling bicara, malam hari kembali ke sel.
PIDANA PENJARA
Sistem Irlandia (Irish System)
Berasal dr mark system - penilaian Para hukuman mula2 ditutup terus-menerus, diterapkan hukum yg keras Jika berkelakuan baik, maka hukumannya diperingan: mulai dimasyarakatkan the rise of Reformatory (Utrecht I, hal. 294dst): Probation, public work prison, dan ticket to leave. Kemudian diperkenankan kerja sama2 Secara bertahap diberi kelonggaran utk bergaul satu sama lain Pelepasan bersyarat dapat dilakukan jika telah menjalani dari hukumannya Penutupan terus-menerus bertujuan: Terhukum diberikan waktu utk merenung, menyelesali perbuatannya perbaiki diri Kalau dibiarkan bergaul dgn napi lain bisa saja menjadi bertambah jahat.
PIDANA PENJARA
Sistem Elmira (NY, AS):
Utk org terhukum yg berusia tdk lbh dr 30 thn. Disbt sbg penjara Reformatory : tempat utk memperbaiki org, mjd warga masyarakat yg berguna. Mirip dgn sistem Irlandia tp titik berat pd usaha2 utk memperbaiki si pelaku: diberikan pengajaran, pendidikan dan pekerjaan yg bermanfaat bg masyarakat. Ada ketentuan khusus dr Menkeh, ada perjanjian Khusus utk pelaku yg masih muda yt < dr 19 thn Spt LP Pemuda dan LP Anak laki2 di Tangerang, Banten Memilih BOS mandor dr kalangan napi sendiri utk mengatur napi : Tamping / building tender.
PIDANA PENJARA
Di Indonesia dilakukan ke 5 nya:
Beberapa hukuman dimasukkan dalam satu sel atau 1 org/1 sel. Minimum security/ Maximum security/Super Maximum Security (SMS). Napi pd umumnya boleh keluar dr sel pd pagi dan/atau siang hari, sore masuk sel sampai besok pagi. Ada jadwalnya. Pidana berat berkelakukan tdk baik, melanggar aturan : dimasukkan dlm sel sendiri = Tutupan sunyi. Boleh bekerja di luar sel secara bersama2 = kerja di kebun/taman, masak di dapur, bersihkan kolam, kerja di bengkel LP utk buat kerajinan/furniture, menjahit, menyulam, merangkai bunga dsb. Boleh belajar/sekolah dlm LP, boleh membaca, dengar radio/nonton TV, olah raga dsb.
PIDANA PENJARA
Boleh saling berinteraksi.
Pelepasan bersyarat (PB reclassering), jika telah menempuh 2/3 dr hukumannya. Meskipun hukuman penjara dilakukan bersama2 tp tetap ada pemisahan mutlak :
Laki-laki dan perempuan Orang dewasa dan anak di bawah umur Org yg dihukum/ tahanan - org yg dihukum krn upaya preventif Orang militer dan org sipil.
PIDANA KURUNGAN
Dilaksanakan di penjara, tp lebih bebas, ada hak pistole fasilitas lebih. Pidana bersyarat/hukuman percobaan (ps. 14a KUHP) Pelepasan bersyarat (ps. 15 KUHP). PIDANA TUTUPAN UU No. 20/1946 Pidana yg dijatuhkan oleh Hakim dgn mempertimbangkan bhw perbuatan yg dilakukan didasari oleh suatu motivasi yg patut dihormati/dihargai. Tempatnya dipenjara, fasilitas lbh baik, boleh membawa dan menikmati: buku bacaan, radio/tape. 1 yurisprudensi di Jogja
PIDANA DENDA
Pasal 30 ayat (1) KUHP Dgn adanya pidana denda seringkali penerapan Hukum Pidana menjadi kabur krn pidana denda dianggap bukan pidana karena pelaku td ada di LP Kontroversi nilai mata uang
Pidana Denda
Jika denda tdk dibayar, maka diganti dgn pidana kurungan Kurungan penganti denda:
Minimal 1 hari dan maksimal 6 bulan Bila ada pemberatan denda, maka kurungan pengganti denda dapat menjadi 8 bulan
Pidana Tambahan
Pencabutan Hak: psl. 35-38 KUHP Perampasan barang: berupa barang yg diperoleh dr kejahatan atau yg sengaja digunakan utk melakukan kejahatan Ps. 39 KUHP Pengumuman Putusan Hakim: Ps. 43 KUHP
Tindakan
Juga merupakan sanksi pidana Tujuannya lebih bersifat menolong terpidana Menurut KUHP: penempatan org di RSJ Untuk anak2: (menurut UU No. 3/1997 tentang Pengadilan Anak)
SISTEM
PERADILAN
PIDANA
TUJUAN SPP
TUJUAN2 SPP YG HARUS DICAPAI : MENEGAKKAN KEADILAN MELINDUNGI MASY MENYELESAIKAN KASUS2 KEJAHATAN RESOSIALISASI PELAKU KEJAHATAN. Integrated Criminal Justice System (ICJS) Terpadu Online Access to justice
PENYELENGGARAAN PIDANA BLM MAKS HKM BERPIHAK PD KEKUASAAN HKM BERPIHAK PD ORG2 YG BERDUIT
Thank you
Pengertian
Hal-hal atau keadaan yg dpt mengakibatkan sso yang telah melakukan perbuatan yg dgn tegas dilarang & diancam dengan hukuman oleh UU (KUHP), namun tidak dihukum, karena: 1. Orangnya tidak dapat dipersalahkan 2. Perbuatannya tdk lagi melawan hukum
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Pasal 44 KUHP Pasal 48 KUHP Pasal 49 KUHP Pasal 50 KUHP Pasal 51 KUHP
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Pembagian Dasar Penghapus Pidana Menurut Doktrin yang Diatur Di Luar KUHP
1. Hak mengawas dan mendidik 2. Hak jabatan: dokter 3. Ijin korban: olah raga bela diri tinju, karate, smack down, stuntman-film. Berlaku Umum: Tiada sifat melawan hukum dalam arti materiil Tiada kesalahan dalam arti materiil (AVAS)
nath-pid-dsrpenghapus-2006
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Dasar Pemaaf
Melawan hukum tetap ada Kesalahan dihapuskan Dalam hal ini perbuatan pelaku tetap dianggap melawan hukum, namun unsur kesalahannya dimaafkan:
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Pasal 48 KUHP
Overmacht (daya paksa dalam arti relatif/sempit) Noodtoestand (perluasan keadaan darurat)
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Overmacht
Dorongan/kekuatan/paksaan yg bisa dilawan baik psikis maupun fisik dr manusia Paksaan: a. Vis Absoluta (paksaan absolut- manus ministra,
pelaku hanya sebagai alat belaka) b. Vis Compulsiva (paksaan relatif berupa diatur dalam Psl. 48 KUHP. psikis)
Proporsionalitas
Keseimbangan antara ancaman serangan/serangan dengan pembelaan yang dilakukan.
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Pasal 49 KUHP
Pasal 49 ayat (1) Noodweer Bela Paksa
Syarat pembelaan:
1. Seketika/langsung 2. Memenuhi asas subsidiaritas & proporsionalitas
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Pasal 49 ayat (2) KUHP Noodweer Excess - Bela Paksa Lampau Batas
Pembelaan tidak memenuhi asas subsidaritas dan proporsionalitas: asas subsidaritas & proporsionalitas dilampaui Yang harus dibuktikan:
1. Pembelaan terjadi karena goncangan jiwa 2. Goncangan itu terjadi krn paksaan Unsur: Melampaui batas yg perlu Terbawa oleh suasana panas hati Adanya hubungan kausal antara perasaan tsb dgn serangan yg dilakukan. nath-pid-dsrpenghapus-2006
Pasal 50 KUHP
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Pasal 51 KUHP
Pasal 51 ayat (1) KUHP :
Perintah yg dikeluarkan oleh pejabat yg sah dan berwenang. Perintahnya adalah perintah yg sah. contoh: juru sita pengadilan, penangkapan/penyitaan/penahanan yg sah yg dilakukan oleh polisi
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Pasal 51 KUHP
Pasal 51 ayat (2) KUHP: Perintah yg dikeluarkan oleh pejabat/atasan yg tidak berwenang, jadi perintahnya tidak sah:
1. Yang diperintah sama sekali tidak tahu bahwa perintah yang dikeluarkan adalah perintah yang tidak sah 2. Dalam batas-batas lingkungan yg diperintah 3. Ada hubungan antara atasan dan bawahan
nath-pid-dsrpenghapus-2006
Terima Kasih
nath-pid-dsrpenghapus-2006
PENYERTAAN
(Turut campur, turut serta, deelneming,
complicity, participation in crime)
Nathalina
Bidang Studi Hukum Pidana FHUI - 2009
Nath-2009-penyertaan
Penyertaan
Terlibatnya > 1 orang dalam 1/> tindak pidana (sebelum atau saat suatu tindak pidana terjadi) Dasar memperluas dapat dipidananya sso; penyertaan dipandang sbg persoalan pertanggungjawaban pidana, penyertaan bukan merupakan suatu delik krn bentuknya tdk sempurna. (Simons, van Hattum, Hazewinkel-Suringa) Dasar memperluas dapat dipidananya suatu perbuatan; penyertaan dianggap suatu bentuk khusus dari tindak pidana, penyertaan merupakan suatu bentuk delik yg istimewa. (Pompe, Mulyatno, Roeslan Saleh)
NN/08/Penyertaan
1. Yang melakukan 2. Yang menyuruh melakukan 3. Yang turut melakukan 4. Yang menggerakkan/menganjurkan untuk melakukan 5. Yang membantu melakukan
NN/08/Penyertaan
Lanjutan .
No. 1 s.d. 4 dikatagorikan sebagai pelaku (pembuat) (Pasal 55 KUHP): - Pelaku: memenuhi semua unsur delik - dianggap sebagai sebagai pelaku: memenuhi sebagian unsur delik sama sekali tidak memenuhi unsur delik Pidananya sama dengan pelaku No. 5 : pembantu (Pasal 56, 57 KUHP)
NN/08/Penyertaan
nathalina.n@gmail.com
Tindak pidana yang dilakukan oleh anak/ orang yg blm dewasa Diatur dalam UU No. 3/1997 tentang Pengadilan Anak mengganti ps. 45-47 KUHP (lihat ps. 103 KUHP). Ps. 45-47 KUHP tdk berlaku lagi, tp asas2 umum dan aturan2 lain dalam KUHP serta KUHAP ttp dipergunakan jk tdk diatur scr menyimpang oleh UU NO. 3/1997. Delik yang diperingan (diprevilisir). Co: ps. 308.
2. KHUSUS :
nathalina.n@gmail.com
Masalah
Percobaan melakukan t.p. (ps. 53 KUHP) ? Membantu melakukan t.p. (ps. 57 KUHP) ?
Mnrt Utrecht dan RKUHP mrpk dsr peringan. Namun msh diperdebatkan oleh para ahli huk.pid
Bkn mrpk dsr peringan karena deliknya belum selesai atau pelaku tdk memenuhi unsur
Membantu melakukan t.p. dlm praktek bs dipid lbh berat, krn pelaku bperan penting (R.Soesilo hlm. 77): Hanya mrpk perluasan dr dpt dipidananya sso
nathalina.n@gmail.com
Tindak Pidana yang dilakukan oleh org yang masih di bawah umur: Anak tsb mampu btanggung jawab tp tdk secara penuh mampu, tapi tdk secara penuh. Orang dewasa kecil : ada perlakuan khusus Tidak mampu: ps. 44 KUHP (org gila, imbisil/ idiot)
nathalina.n@gmail.com
Masa remaja :
suka main, nongkrong/kumpul2 tanpa aturan, suka melak perbuatan yg mnrt org dws sbg kenakalan/krg ajar, ingin lepas dr aturan, ingin eksistensinya diakui, ingin hidup dgn gayanya sendiri
nathalina.n@gmail.com
Aspek psikologis : Kurang peduli thdp akibat dr perbuatannya (tdk pikir2 dulu) = ketidakstabilan emosi dan kurang matang cara berpikirnya. Suka coba-coba & ikut2an teman.
Contoh : minum2an keras, mabuk, corat-coret tembok, kebut2an di jalan, mencuri, memeras, dsb. anak nakal anak delinkuen (anak yang mengalami penyimpangan perilaku).
Istilah :
nathalina.n@gmail.com
I. BATAS USIA
Anak : sso blm cukup umur- msh di bwh umur Terdapat berbagai batasan usia anak :
UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak: < 18 thn tmsk anak dlm kandungan
Khusus untuk anak yg melak TP berlaku UU No. 3/1997 tentang Pengadilan Anak :
Mereka yg berusia 8 - < 18 thn dan blm pernah kawin dpt diajukan ke SA. Jika melak T.P. < 18 th tp sdh kawin : Tunduk pd KUHP.
nathalina.n@gmail.com
Pasal 4 UU No. 3/1997 : Anak dpt diajukan ke Sidang Anak jk tlh berusia 8 th. Anak yang melak TP < 8 th tdk dapat diajukan ke SA dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Thdpnya hanya dilak pemeriksaan oleh penyidik. Untuk memeriksa apakah ia melakukan TP tsb sendiri atau bersama orang dewasa atau Jika TP yg dilakukan terkait dgn penyertaan (deelneming) dgn org dewasa (ps. 5 UU 3/1997).
nathalina.n@gmail.com
PRINSIP : Pemberian hukuman bg anak itu tujuannya bkn semata2 utk menghukum (not to punish the child) ttp lbh utk mendidik kembali (reeducate) dan memperbaiki (rehabilitate) Memperhatikan kepentingan anak
nathalina.n@gmail.com
Anak yg melak perbuatan yg dinyatakan terlarang bg anak, baik mnrt pat pUUan maupun pat hkm lain yg hidup dan berlaku dlm masy ybs
masalah : perbuatan yg bgmn ? Seharusnya disebut dengan jelas.
nathalina.n@gmail.com
III. ANCAMAN PIDANA : Paling lama (setengah) dr max anc pid bg org dewasa. Max ancaman pid bg org dws . (ps. 26, 27, 28 UU 3/1997)
Kategori Usia : 1. 0 8 thn :
pasal 5 tdk dpt dipertggjwbkan tdk dpt diajukan ke SA hanya dpt dilak pemeriksaan
nathalina.n@gmail.com
Pidana tambahan :
perampasan brg2 ttt ganti kerugian
nathalina.n@gmail.com
Tindakan
Tindakan : Pasal 24 UU No. 3/ 1997
mengembalikan pd ortu diserahkan pd negara diserahkan pd dep.sos/org. sosial kemasy
Tindakan dpt disertai teguran Pada anak dpt dikenai pula pidana bersyarat (ps. 29) atau wajib latihan kerja (ps. 28 ayat 3)
nathalina.n@gmail.com
Jk melakukan spt yg diatur dlm ps. 1 angka 2 hrf a (melakukan tindak pidana), maka : dapat dikenai pidana atau tindakan (Ps. 25 ayat 1) Jika melakukan spt yg diatur dlm ps. 1 angka 2 hrf b (melakukan perbuatan yg dilarang.), hanya dpt dikenai tindakan saja(Ps. 25 ayat 2).
nathalina.n@gmail.com
KUHP Pasal 45 - 47
2. Batas usia : < 16 th (ps. 45 ) - Wkt dituntut < 21 thn. Tdk ada aturan sdh menikah/blm
dikembalikan pd ortu
UU No. 3/1997 Petugas hukum khusus: penyidik anak, hakim anak, jaksa anak,
Penangkapan = KUHAP Penahanan lebih pendek Ps. 44 jo ps. 50 -Penahanan utk penyidikan: 20 30 hr -Penahanan utk kept penuntutan: 10 25 hr -Penahanan utk kept pemeriksaan : 15 30 hari
Pasal 20 dst - Penahanan utk penyidikan: 20 40 hr -Penahanan utk kept penuntutan: 20 50 hr -Penahanan utk kept pemeriksaan 30 90 hari
nathalina.n@gmail.com
CATATAN
1. Pengadilan anak berada dlm lingkup peradilan umum (ps. 2 UU 3/1997) 2. PA khusus menangani perkara yg dilakukan oleh anak (ps. 3), tdk scr tegas dinyatakan hanya menangani perkara pidana tp dr isisnya dpt disimpulkan demikian 3. Hrs diteliti : akte kelahiran, ijazah, dsb 4. Petugas hkm khusus, ps. 10, 41 dan 53 5. berhak didampingi penasehat huk dan mendapat bantuan huk (ps. 51. 52), sesuai ps. 21 ayat 1 KUHAP
nathalina.n@gmail.com
CATATAN
6. Tsk/tdkw anak dapat ditahan (ps. 45) - tp dipisahkan dr org dewasa. Sesuai ps 36, 37 UU 14/1970. 7. diperiksa dalam suasana kekeluargaan (ps. 42 ayat 1) , hakim, jaksa dll tdk pakai seragam/toga ps. 6 8. Pemeriksaan dirahasiakan ps. 42 ayat 3 9. dilakukan dlm sidang yang tertutup utk umum ps. 8, ps. 153 ayat 3 KUHAP, SEMA RI No. 2/1959 10. Laporan hasil penelitian kemasyarakatan ps. 56 11. LP anak terpisah dr LP dewasa ps. 60
nathalina.n@gmail.com
Kasus RAJU
Takut Disidang, Raju Menangis
Kontribusi dari Indo Pos Kamis, 02 Maret 2006 STABAT Kegaduhan kemarin terjadi di Pengadilan Negeri (PN) Stabat, Langkat. Peristiwa itu bermula ketika terdakwa Muhammad Azwar alias Raju dipanggil jaksa agar masuk ke ruangan sidang. Tapi, bocah 8 tahun itu tidak mau. Dia malah menangis sambil menjerit. Rupanya, dia masih trauma karena peristiwa sebelumnya, ketika dijebloskan ke tahanan oleh hakim di pengadilan tersebut. Itu memang masih lanjutan kasus Raju yang jadi berita ramai. Bocah kelas 3 SD tersebut dibawa ke pengadilan karena kasus perkelahian. Sidang kasus itu sempat tertunda, setelah penahanan Raju oleh hakim Tiurmaida H. Pardede direaksi keras banyak kalangan. Sebab, Raju kala itu dijebloskan ke tahanan bersama tahanan dewasa lain. Hal tersebut membuat Raju trauma. Kasus itu sempat menarik perhatian Zannuba Arifah Chofsoh (Yenny Wahid), staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Putri Gus Dur itu pun mendatangi rumah Raju dan memberikan dukungan untuk bocah 8 tahun itu. Hal yang sama dilakukan Komisi Yudisial. Kemarin, Pengadilan Negeri (PN) Stabat, Langkat, melanjutkan sidang kasus Raju.
Nathalina
nathalina.n@gmail.com
Di Dalam KUHP
UMUM :
Recidive : Pengulangan tindak pidana Ancaman pidananya + (1/3-nya) (ditambah 1/3), diatur dlm psl. 486,487 dan 488. Pada wkt melakukan tindak pidana melanggar perintah jabatan (abuse of power), psl. 52.
KHUSUS :
Delik-delik yg dikualifisir/diperberat. Co. psl. 52a: kejahatan menggunakan bendera RI, 356, 349, 351 ayat (2), 365 (4) dll. Delik-delik tertentu yg dilakukan oleh org ttt dlm keadaan ttt.
nathalina.n@gmail.com
Di luar KUHP
Pemaksimalan pidana karena dianggap meresahkan masyarakat Penjatuhan pidana yg cukup berat.
nathalina.n@gmail.com
PENGULANGAN T I N D A K P I D A N A (R E C I D I V E)
Recidive terjadi dlm hal seseorang yg telah melakukan suatu tindak pidana dan yg telah dijatuhi pidana dgn suatu putusan hakim yg berkekuatan hkm tetap, kemudian melakukan suatu tindak pidana lagi. Recidive merupakan suatu alasan/dasar untuk memperberat pidana.
nathalina.n@gmail.com
Tenggang waktu :
Pemberatan :
nathalina.n@gmail.com
nathalina.n@gmail.com
2. Antara kejahatan yg ke-1 dan ke-2 hrs sdh ada putusan hakim berupa pemidanaan yg berkekuatan hkm tetap. 3. Pidana yg pernah dijatuhkan hakim terdahulu hrs berupa pidana penjara.
nathalina.n@gmail.com
b) Belum lewat tenggang waktu daluwarsa kewenangan menjalankan pidana (penjara) atas kejahatan yg ke-1. Lihat psl 84 jo 78. 5. Pemberatannya : Ancaman pidana +(1/3-nya).
nathalina.n@gmail.com
Contoh Kasus
nathalina.n@gmail.com
Penyertaan
Nathalina FHUI
b.
NN/08/Penyertaan
Bentuk-bentuk Penyertaan
1. 2. 3. 4. Menyuruh melakukan (doen plegen) Turut melakukan (medeplegen) Menggerakkan (uitlokken, uitlokking) Membantu melakukan (medeplichtigheid)
NN/08/Penyertaan
Golongan Peserta dalam Tindak Pidana menurut KHUP Indonesia 1. Yang menyuruh melakukan:
Sso hendak melakukan tindak pidana, tp tdk mau melakukannya sendiri, melainkan menyuruh org lain utk melakukannya Yang menyuruh diancam pidana sbg pelaku Yang disuruh/pelaku langsung (pelaku materil), tdk diancam pidana krn hilangnya unsur kesalahan (adanya dasar penghapus pidana berupa dsr pemaaf) Yang disuruh hanya menjadi alat belaka, & melakukan tindakan itu krn ketidaktahuan/kekeliruan/adanya paksaan.
NN/08/Penyertaan
4. 5.
6.
2. Turut melakukan
Kemungkinan : Beberapa org bersama2 melakukan tindak pidana Semua dr mereka yang terlibat memenuhi semua unsur; Ada yg memenuhi semua unsur, ada yg sebagian unsur, bahkan ada yg tdk memenuhi unsur sama sekali; Semua hanya memenuhi sebagian unsur saja;
Syarat : 1. Kerjasama secara sadar, tdk perlu ada kesepakatan tp hrs ada kesengajaan utk: bekerja sama dan mencapai tujuan yg sama berupa terjadinya suatu tindak pidana; permufakatan jahat 2. Kerjasama secara fisik, ada pelaksanaan bersama, perbuatan pelaksanaan perbuatan yg langsung menyebabkan selesainya suatu delik.
NN/08/Penyertaan
Jenis Penggerakan
1. 2. Penggerakan yg berhasil Penggerakan yg berhasil sampai dlm taraf percobaan yg dpt dipidana psl 53
Pasal 163 bis 1. Penggerakan yg gagal, psl. 163 bis 2. Penggerakan tanpa akibat : mengundurkan diri yg digerakkan melakukan tindak pidana lain.
Tanggung jawab penggerak : sebatas perbuatan yg digerakkan beserta akibat2nya (ps. 55 ayat 2)
NN/08/Penyertaan
NN/08/Penyertaan
Membantu Melakukan
(Pasal 56, 57 KUHP) Harus dilakukan dengan sengaja Menurut Pasal 56, ada 2 jenis: 1. Membantu sebelum TP dilakukan sarananya: kesempatan, daya upaya (alat), keterangan 2. Membantu pada saat TP dilakukan sarananya: boleh apa saja Yang dipidana hanya membantu melakukan kejahatan (lihat Pasal 56 dan Pasal 60 KUHP) Ancaman pidana maksimal bagi seorang pembantu: pidana bagi pelaku kejahatan dikurangi 1/3-nya
NN/08/Penyertaan
Tambahan
Tindakan2 sesudah tindak pidana terjadi: Psl. 221, 223, 480, 481, 482, 483
Penyertaan mutlak perlu : Ps. 149, 238, 279, 284, 345. Penyertaan dalam penyertaan
NN/08/Penyertaan
Continued ..
Tujuan adanya ketentuan gabungan TP:
Untuk memberikan pedoman bagi Hakim dalam menjatuhkan hukuman, jika terjadi perkara yang terdiri dari beberapa tindak pidana; Jangan sampai terjadi kesewenang-wenangan hakim dalam menjatuhkan putusan dengan kumulasi yang tidak terbatas bukan gabungan tindak pidana bila beberapa tindak pidana terjadi namun tindak pidana2 tersebut telah diatur dalam satu pasal. Mis Ps. 339; 363; 365 KUHP. Mengapa?
Gabungan tindak pidana dapat dilakukan lebih dari 1 orang Delik tertinggal sebagai pengecualian
Pengertian
Beberapa tindak pidana, yang dilakukan baik dengan 1 atau lebih dari 1 perbuatan Di antara beberapa tindak pidana itu belum ada putusan Hakim Beberapa tindak pidana tsb akan diadili sekaligus
Ruang Lingkup
1. Concursus Idealis/Eendaadsche Samenloop.
Menurut R. Sianturi terdapat pembagian atas CI, sbb:
a. Concursus Idealis Homogenius, dengan 1 perbuatan melanggar satu peraturan pidana yang sama beberapa kali, co: satu tembakan mengenai 2 orang sekaligus, 2x melanggar Ps. 338 KUHP b. Concursus Idealis Heterogenius, dengan 1 perbuatan melanggar beberapa peraturan pidana yang berbeda, co: memperkosa wanita di taman; melanggar Ps. 285 dan Ps. 281 sekaligus dengan 1 perbuatan.
Stelsel Pemidanaan
1. Untuk Concursus Idealis : Absorpsi Murni, dijatuhkan 1 jenis pidana saja yakni yang terberat (Ps. 63 ayat 1); 2. Ps. 63 ayat (2) : lex specialis derogat legi generali, co: seorang Ibu yang membunuh anak krn takut ketahuan telah melahirkan, tidak dikenai Ps. 338 tapi Ps. 341 KUHP.
Ruang Lingkup
2. Concursus Realis/Meerdaadsche Samenloop
a. Concursus Realis Homogenus, melakukan beberapa perbuatan dan dengan perbuatan2 tsb melanggar suatu ketentuan pidana beberapa kali, co: dalam 1 bulan membunuh 3x, jd 3x melanggar Ps. 338. b. Concursus Realis Heterogenus, beberapa perbuatan melanggar beberapa peraturan pidana yang berbeda, co: hari ini mencuri, besok menganiaya, minggu depan memperkosa, dst, melanggar Ps. 362, 351, dan 285.
Stelsel Pemidanaan
1. Ps. 65 ayat (1): kejahatan dgn ancaman pidana pokok sejenis: kumulasi terbatas, seluruh pidana yg diancamkan secara kumulasi tp tidak boleh melebihi pidana terberat + 1/3. 2. Ps. 66 ayat (1) : concursus realis berupa kejahatan dgn ancaman pidana pokok yg tdk sejenis : kumulasi terbatas; 3. Ps. 66 ayat (2); jo ps. 30 KUHP
Stelsel Pemidanaan
4. Ps. 67 : jika salah satu tindak pidana dijatuhkan hukuman mati atau penjara seumur hidup, maka tidak boleh dijatuhkan pidana lainnya kecuali pencabutan hak-hak tertentu 5. Ps. 69: pidana mati, penjara SU, penjara sementara waktu (ps. 340) pidana mati 6. Ps. 70 : kejahatan dgn pelanggaran atau pelanggaran dgn pelanggaran : kumulasi murni.
Pasal 71 KUHP
Lanjutan
Kemudian diketahui bahwa pada tgl. 15 Juni 1998, A bersama B melakukan pembunuhan (psl. 338) thd. X Berapa pidana maksimal untuk A atas pembunuhan thd. X Rumus: Pidana maks utk TP yang diketahui belakangan (P2) = Pidana maks jika diadili sekaligus (Ps) Pidana yang telah dijatuhkan (P1)
Ruang Lingkup
3. Perbarengan Tindakan Berlanjut (Voortgezette Handeling), Ps. 64 KUHP :
Suatu tindak pidana yang terdiri dari beberapa perbuatan, di mana perbuatan tsb terdapat hubungan sedemikian rupa sehingga dipandang sebagai perbuatan berlanjut. (Absorbsi murni)
Makna: ada hubungan sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut Menurut MvT harus dipenuhi 3 syarat:
1. Harus ada 1 keputusan kehendak 2. Masing-masing perbuatan harus sejenis 3. Tenggang waktu antara perbuatanperbuatan itu tidak terlalu lama
Dasar penghapus penuntutan. Gugurnya Hak Menuntut (dasar2 utk menghapus penuntutan)
Vervolgingsuitsluitingsgronden
5/6/2012
293
Pengantar
Apabila tjd TP maka negara mpy hak utk menuntut sso ke Pengadilan. Hak utk menuntut itu dpt gugur/hapus krn bbrp hal: A. Hal yg diatur di dalam KUHP Umum 1. Ne bis in idem Psl. 76 2. Meninggalnya tsk/tdkw Psl 77 3. Daluwarsa penuntutan psl. 78-81 4. Penyelesaian di luar sidang ps. 82 Khusus Tdk adanya aduan dlm delik aduan (delik aduan ada jangka waktunya) psl. 72-75
5/6/2012 294
5/6/2012
295
Kedua, umum.
Bab VIII Buku I KUHP
gugurnya hak menuntut pidana 1. Telah ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap-BKHT (de kracht van een rechterlijk gewijsde) mengenai tindakan (feit) yang sama ne bis in idem (Pasal 76 KUHP); 2. Tersangka/terdakwa meninggal dunia (Pasal 77 KUHP); 3. Perkara telah daluwarsa (Pasal 78 KUHP); 4.Terjadi penyelesaian perkara di luar persidangan afdoening buiten proces (Pasal 82 KUHP).
5/6/2012 296
Ne Bis In Idem
SSO tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya berdasarkan suatu perbuatan; apabila terhadap perbuatan tsb telah ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
keputusan hakim
1. Penghukuman (veroordeling) jika semua unsur tindak pidana terpenuhi. 2. Lepas dari segala tuntutan (ontslag van alle rechtsvervolging): - terbukti tapi bukan merupakan suatu tindak pidana (menurut KUHAP) 3. Pembebasan (keputusan bebas, vrijspraak) tidak terbukti/tidak terpenuhi semua unsur.
5/6/2012 300
5/6/2012
301
Van Bemmelen
Diganggunya satu kepentingan hukum yang sama dengan cara yang sama
5/6/2012
302
5/6/2012
304
2.
Mulai penghitungan DP
Pasal 79 Tenggang Daluwarsa (TD) mulai berlaku pada hari sesudah perbuatan dilakukan. TD + 1 hari Pasal 78 1. Kewenangan menuntut pidana hapus karena daluwarsa: sesudah 1/6/12/18 (- 2/3 u <18 tahun)...; M D + 1 hari
5/6/2012 306
Daluwarsa percobaan
Penghitungan daluwarsa dimulai sehari setelah dilakukannya perbuatan fisik.
5/6/2012
308
5/6/2012
309
Sehingga
Tempus Delicti (TD) + 1 hari + Masa Daluwarsa (MD) + 1 hari = Daluwarsa Penuntutan (DP)
Contoh :
A mengedarkan uang palsu (Psl 245 KUHP) 1 1 1961 TD 1 1 1961 awal menghitung : Pasal 79 KUHP : 1 1 1961 + 1 hari = 2 1 1961 Pasal 78 : ancaman > 3 tahun sesudah 12 tahun 2 1 1961 + 12 tahun = 2 1 1961 DP = 2 1 1961 + 1 hari = 3 1 - 1961
5/6/2012 310
Pasal 80 1. Tiap-tiap tindakan penuntutan menghentikan stuiten daluwarsa, asal tindakan itu diketahui oleh orang yang dituntut, atau telah diberitahukan kepadanya menurut cara yang ditentukan dalam aturan-aturan umum. 2. Sesudah dihentikan, dimulai tanggang daluwarsa baru.
5/6/2012 311
5/6/2012
312
e. melimpahkan perkara ke pengadilan; f. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan; g. melakukan penuntutan; h. menutup perkara demi kepentingan hukum; i. mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini; j. melaksanakan penetapan hakim.
5/6/2012
313
Pasal 81 Penundaan penuntutan pidana berhubung dengan adanya perselisihan prayudisial, menunda daluwarsa.
5/6/2012
314
1. PERTIKAIAN YANG HARUS DITENTUKAN TERLEBIH DAHULU YANG BERUPA TINDAKAN; cari doktrin di berbagai literatur (questionable ) 2. PERTIKAIAN YANG HARUS DITENTUKAN TERLEBIH DAHULU YANG BERUPA PUTUSAN Waktu yang digunakan selama proses hukum (1 atau 2) tidak turut dihitung
5/6/2012 315
ABOLISI
Hak untuk menyatakan bahwa tuntutan pidana terhadap SSO harus digugurkan atau suatu tuntutan pidana yang telah dimulai harus dihentikan
AMNESTI
Hak untuk mengeluarkan pernyataan umum bahwa UU Pidana tidak akan menerbitkan akibat-akibat hukum apapun juga bagi orangorang tertentu yang bersalah melakukan suatu atau beberapa tindak pidana tertentu
Dalam KUHP
1. Matinya Terdakwa/Terpidana (Psl. 83) 2. Daluwarsa (Psl. 84, Psl. 85)
Di luar KUHP
1. Amnesti 2. Grasi Dasar hukum: Pasal 14 UUD45
DALUWARSA
Lewatnya tenggang waktu tertentu untuk menjalankan pidana; sehingga kewenangan jaksa untuk menjalankannya menjadi hapus.
Pencegahan (stuiting)
1. Terpidana melarikan diri ketika jalani pidana: - tenggang waktu daluwarsa baru dihitung pada keesokan hari setelah melarikan diri 2. Pelepasan bersyarat dicabut: - keesokan hari setelah dicabut, mulai tenggang waktu daluwarsa baru TENGGANG WAKTU YANG TELAH DILALUI, HILANG SAMA SEKALI (TIDAK DIHITUNG)
Penundaan (schorsing)
Penjalanan pidana ditunda menurut UU Selama terpidana dirampas kemerdekaannya (ada dalam tahanan) TENGGANG WAKTU SELAMA DITUNDA TIDAK DIHITUNG
GRASI
Pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden Diatur UU No. 22 tahun 2002 Putusan Pemidanaan yang dapat dimohonkan grasi: 1. Pidana mati 2. Penjara seumur hidup 3. Penjara paling rendah 2 tahun
5/6/2012
329