You are on page 1of 19

I.

SINOPSIS
JUDUL BUKU PENGARANG PENERBIT TAHUN TERBIT CETAKAN KE JUMLAH HALAMAN : SALAH ASUHAN : ABDUL MUIS : BALAI PUSTAKA : 2000 : Dua Puluh Enam : 261 halaman

Hanafi adalah seorang pemuda Minangkabau yang memperoleh pendidikan barat yang salah sehingga mengakibatkan dia terpisah dari masyarakat bangsanya, dan tidak pula diterima oleh masyarakat barat. Suatu sore Corrie dan Hanafi tengah duduk bersama menantikan teman temannya untuk bermain tenis. Corrie dan Hanafi telah bersahabat sejak kecil. Mereka sering mempersoalkan masalah adat kesopanan dan tata pergaulan antara Barat dan timur. Dalam perdebatan itu biasanya Hanafi tersinggung, walau dengan sedikit bujukan dari Corrie mereka akan berbaik kembali. Hanafi adalah anak tunggal yang yatim . Ayahnya meninggal ketika Hanafi masih kecil. Ibunya memiliki keinginan untuk untuk menyekolahkan Hanafi ke sekolah yang lebih tinggi. Corrie juga merupakan anak tunggal dari Tuan du Bussee , seorang arsitek Prancis yang kawin dengan seorang wanita Bumiputra. Corrie yang merupakan Indo-Eropa yang karena pergaulan dan pendidikannya , merasa lebih tinggi daripada orang Bumiputra, kecuali ibunya sendiri yang dianggapnya perempuan Bumiputra yang terbaik. Bahkan orang sebaik ibunya itu , menurutnya, bukan Bumiputra lagi. Ibunya meninggal ketika Corrie masih kecil, sehingga kasih sayang ayahnya tertumpah pada anaknya yang tunggal itu. Karena tidak ingin berpisah dengan anaknya yang hanya seorang itu, Tuan du Bussee tidak mengijinkan Corrie untuk melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Tetapi akhirnya Corrie sekolah juga di HBS selama tiga tahun karena Tuan du Bussee tidak ingin melihat anaknya terlantar hidupnya sepeninggalnya nanti. Hanafi setamat dari HBS diminta pulang oleh ibunya karena ibunya merasa sudah tua dan tidak ingin berpisah dengan anaknya itu. Dengan bantuan rekan 1

rekan ayahnya Hanafi dapat bekerja di kantor Residen Solok dan tidak berapa lama lagi diangkat menjadi komis. Ibunya merasa bimbang hatinya melihat tingkah anaknya yang sudah kebelanda-belandaan itu. Hanafi tidak pernah sedikitpun diberi pelajaran agama, sehingga pandangannya ssangat rendah terhadap negara dan agamanya. Tidak heran ketika ia mulai jatuh cinta kepada Corrie, ia sangat menyesali dirinya yang lahir dari seorang Bumiputra. Ketika Corrie pulang berlibur ke Solok , mereka bertemu kembali, dan pada waktu itulah Hanafi merasakan bahwa perasaanya pada Corrie sudah berubah, tidak lagi perasaan seorang kakak terhadap adiknya, tidak seperti sebelumnya. Sejak Corrie merasakan perubahan perubahan perangai Hanafi kepadanya, maka terjadilah peperangan batin yang hebat dalam diri gadis itu. Pikirannya mengatakan dia tidak cinta dan tidak boleh jatuh cinta pada Hanafi, tapi perasaannya mengatakan lain. Untuk menenangkan perasaannya, Corrie mencoba meminta pendapat ayahnya tentang perkawinan campuran itu, dan juga menanyakan pendapat ayahnya andaikata hal itu terjadi pada diri Corrie sendiri. Dengan panjang lebar Tuan du Bussee menerangkan kesulitan, kekurangan dan keburukan kawin campuran itu, apalagi setelah dilihat sifat sifat anaknya yang tidak mungkin sanggup mengatasi rintangan dalam perkawinan campuran itu. Nasehat ayahnya termakan betul oleh Corrie dan dia sudah berjanji dengan dirinya akan berusaha tidak akan melanggar nasehat ayahnya itu. Pada suatu sore Corrie diundang oleh Hanafi ke rumahnya dan pada saat itulah Corrie tidak sadar dia telah membalas pelukan dan ciuman Hanafi. Corrie sangat menyesali kelemahan dirinya dan bertekad bahwa hal seperti itu tidak akan diulanginya lagi. Corrie memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta dan menulis surat pada Hanafi agar Hanafi menjauhi dan melupakan dirinya dan meminta Hanafi untuk melupakan kejadian waktu itu. Isi surat itu dipikirnya sangat mendalam sehingga ia jatuh sakit, demam yang tinggi. Dokter dan dukun didatangkannya untuk mengobati dan melunakkan hati Hanafi. Ketika Hanafi sudah sembuh dari sakitnya, ibunya menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan keinginannya agar Hanafi menikah dengan Rapiah. Keinginan ibunya akhirnya dipenuhi oleh Hanafi walau dengan tidak 2

sepenuh hati. Dalam perkawinan ini lahirlah seorang putra yang mereka beri nama Syafei. Pada suatu sore, Hanafi mengundang temannya ke rumah. Karena suatu hal, Rapiah tidak menyuguhkan air minum untuk mereka, maka meledaklah kemarahan Hanafi dan menghardik istrinya itu di depan teman temannya. Diterimanya saja perlakuan suaminya itu oleh Rapiah dengan penuh kesabaran. Sepeninggal tamunya, Hanafi duduk termenung di kebun menyesali perbuatannya. Ibunya bermohon kepada Tuhan agar ditunjukan jalan kembali bagi anaknya yang durhaka itu. Pada saat itulah mereka mendengar salakan anjing, dan sebelum Hanafi insaf apa yang terjadi, tangannya sudah digigit oleh seekor anjing gila. Menurut dokter yang mengobati, Hanafi harus dibawa ke Jakarta. Hal ini sangat menyenangkan hati Hanafi karena timbul harapan bisa bertemu dengan Corrie. Ibu dan Rapiah melepas kepergian Hanafi dengan perasaan sedih dan pilu. Tiga hari di Jakarta, dengan tidak disangka - sangka bertemulah Hanafi denan Corrie pada suatu kecelakaan yang dialami oleh Corrie. Pertemuan ini sangat menggembirakan mereka. Dengan sabar dan penuh hati hati Hanafi mendekati Corrie kembali. Dalam usaha untuk mendapatkan Corrie kembali, dengan senang hati Hanafi rela menceraikan istrinya yang tidak bersalah itu, dan dengan rela hati juga Ia keluar dari bangsa dan agamanya serta berpisah dengan ibunya yang sangat menyayanginya. Tatkala kegembiraan itu disampaikannya pada Corrie, Corrie hanya menyambut dengan dingin. Sambutan yang dingin itu dirasakan oleh Hanafi. Sementara itu Rapiah, istri yang setia dan penyabar itu selalu mengharapkan kedatangan suaminya meskipun kalau berhadapan ia selalu dihardik dan dihina oleh suaminya yang sudah tersesat itu. Sementara itu di Jakarta Corrie penuh dengan kebimbangan antara menerima dan menolak Hanafi sebagai suaminya. Terjadilah kembali peperangan batin yang hebat di dalam diri Corrie seperti waktu Hanafi menyatakan cintanya dulu. Pukulan batin yang sangat hebat itu diterima Corrie pertama kali ketika Hanafi memperkenalkan dirinya sebagai calon suaminya kepada bangsanya. Akan tetapi tekadnya sudah bulat, perkawinan tetap akan dilangsungkan walaupun dia

sadar akan menerima resiko yang lebih hebat lagi. Keputusannya tidak dapat ditarik lagi. Akhirnya Corrie dan Hanafi melangsungkan perkawinannya secara diam diam, dan mulailah mereka menempuh hidup baru . Sahabat- sahabanya pun mulai menjauh satu persatu. Sahabat Hanafi yang dari Barat berpendapat bahwa Hanafi adalah orang yang besar kepala, minta dipersamakan haknya dengan bangsa barat dan keluar dari bangsanya sendiri. Dengan bangsanya sendiri tidak mau berteman karena orang Melayu ada saja cacatnya bagi Hanafi. Begitu pula Corrie disisihkan oleh bangsanya dari pergaulan. Mereka menganggap Corrie telah membuang diri dengan perkawinannya dengan orang Melayu. Jadinya mereka hidup terpencil, tidak ke barat juga tidak ke timur. Karena mengalami persamaan nasib, mereka berjanji akan sama sama senasib sepenanggungan. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Bila ada kesalahan sedikit saja diantar mereka, maka terjadilah pertengkaran seru dan tidak ada yang mau mengalah. Puncak perselisihan mereka terjadi tatkala Corrie sering didatangi oleh Tante Lien, seorang pencatut nyonya nyonya rumah. Hanafi pun menuduh kepada istrinya telah berbuat serong dengan laki laki lain. Corrie bertekad hendak meninggalkan Hanafi dengan mencari pekerjaan di Jakarta . Tapi orang orang sekitarnya selalu menyinggung perasaannya. Akhirnya Corrie memutuskan untuk mencari pekerjaan di kota lain. Dengan bantuan nyonya tempat dia mengumpang, berangkatlah Corrie ke Semarang dan bekerja di rumah penampungan anak yatim. Sementar itu Hanafi sadar bahwa istrinya tidak bersalah dan dicobanya untuk menyusul Corrie. Tapi Corrie tidak mau diganggu oleh suaminya itu. Beberapa kali Hanafi mencoba menulis surat untuk meminta maaf dan membujuk Corrie agar sudi kembali kepadanya. Namun surat itu tidak sedikitpun digubris. Penyesalan dan kesedihan karena ditinggal Corrie, ditambah lagi tuduhan teman temannya, membuat Hanafi putus asa dan kembali merenungi nasibnya yang malang itu. Hanafi teringat kepada Rapiah, istrinya yang selalu dihardik dan dihinanya, tetapi selalu menerimanya dengan penuh kesabaran dan kesetiaan. Lama sekali Hanafi merenung memikirkan kejadian masa lalunya sehingga jatuh sakit dan 4

waktu itulah

seorang sahabat memberikan nasehat kepada Hanafi. Hanafi Kemudian Hanafi mengambil keputusan untuk pergi ke

mendengarkan pendapat pendapat orang tentang dirinya dan mengapa semua orang menjauhinya. Semarang untuk meminta maaf kepada Corrie. Sayang sekali Corrie didapatinya dalam keadaan sakarotul maut karena serangan kolera. Melihat keadaan seperti itu, menangislah Hanafi di hadapan kekasihnya itu. Waktu Corrie sadar dari pingsan, dengan susah payah ia mengatakan bahwa ia telah memaafkan dan mengampuni Hanafi. Sebelum menutup mata yang terakhir, Corrie masih sempat mengucap selamat tinggal pada Hanafi dan berpesan agar Hanafi hidup lurus dan percaya pada Tuhan. Sehabis ucapannya itu, Corriepun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Akhirnya, Hanafi yang selalu merasa dikejar kejar oleh dosa dan kesalahan kesalahan yang telah diperbuat mengakhiri hidupnya dengan minum racun.

II. ANALISI NOVEL SALAH ASUHAN 1. TEMA Salah Asuhan menggambarkan pemuda Indonesia pada zaman itu, yang dilukiskan oleh pengarang dalam sifat- sifat yang ada pada diri Hanafi, yang silau mata hatinya ketika baru berhadapan dengan kebudayaan Barat, yang dilukiskan lewat sifat sifat yang ada pada diri Corrie. Pendidikan Barat yang didapat oleh Hanafi tidak membuatnya Ia berilmu, tetapi sebaliknya Ia tidak mendapatkan yang lebih baik tentang adat kebiasaan dan kebudayaan bangsanya sendiri bahkan mengakibatkan salah jalan karena didapatkannya kepalang tanggung. Dilihat dari temanya, Salah Asuhan membicarakan masalah diskriminasi ras dan masalah sosial. Ini dapat dilihat dari diri pengarangnya yang :

insyaf akan bahaya dan penyakit yang mengancam bermaksud untuk menjaga pemuda- pemuda sebangsa yang kebarat-baratan itu dari sebagian mereka

bangsanya mendapat pendidikan barat supaya tetap bersifat timur karena tindakan seringmengagetkan anggota-anggota keluarga mereka yang amat kolot dan menjadi halanan bagi mereka untuk melanjutkan sekolah anak anak mereka ke sekolah yang masih dikuasai oleh orang barat. berpesan kepada pemuda Indonesia bahwa perkawinan campuran tidak akan dapat membawa kebahagiaan karena adanya perbedaan adat sopan santun, yang nantinya akan dapat membawa bencana terhadap keutuhan keluarga. 2. ALUR Seperti kebanyakan karangan yang seangkatan, Salah Asuhan menggunakan alur tradisional, yaitu cerita dimulai dari pertikaian, perumitan, puncak, peleraian, dan akhir. Secara kualitatif, Salah Asuhan termasuk alur erat karena hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain erat sekalai, tidak ada satu peristiwa yang dapat dilepas, tanpa merusak keseluruhan cerita. Bermula dari lapangan tenis, pengarang memperkenalkan dua orang sahabat yang sudah bergaul sejak kecil. Selanjutnya, peristiwa mulai bergerak dengan terjadinya keretakan hubungan kedua sahabat itu yang mengakibatkan putusnya hubungan. Pada puncaknya Salah Asuhan , Hanafi bertemu kembali dengan Corrie lalu kawin dan menceraikan Rafiah. Pada klimaknya, terjadilah perselisihan paham yang hebat antara Corrie dan Hanafi ditambah lagi dengan kecemburuan yang berlebih menceritakan keburukan keburukan kawin paksa.

lebihan, tanpa usut Hanafi menuduh istrinya berbuat serong dengan laki laki lain . Pada penyelesaiannya, Corrie meninggal dunia di rumah sakit Paderi Semarang dan Hanafi kembali ke kampung halaman, tapi karena Ia malu dan putus asa maka akhirnya bunuh diri dengan minum racun. 3. PUSAT PENGISAHAN Pusat pengisahan pada novel Salah Asuhan yang dipakai adalah campuran. Pengarang menuturkan cerita tidak hanya sebagai seorang pengamat, tetapi berusaha juga menyelam ke dalamnya. Pengarang lebih banyak memakai cara dramatik untuk menggambarkan tokoh tokohnya walaupun cara lain dipergunakan juga (cara analitik). Cara cara itu digunakan secara bergantian. Dengan cara dramatik ini, Tuan De Busse secara panjang lebar disuruh bicara tentang rintangan dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh perkawinan yang berbeda bangsa. Melalui Tuan De Busse juga disampaikan oleh pengarang bahwa kawin campuran itu akan menyebabkan tersisihnya kedua belah pihak dari masing masing bangsanya. Pengarang berdiri dibelakang sang tokoh, dan tokohlah yang disuruh bicara, sehingga kehadiran pengarang tidak ketara. Kehadirannya hanya dapat dirasakan bila kita menghayati keseluruhan dialog itu. Pengarang juga berdiri di luar yang menilai sesuatu itu berdasarkan pendapatnya sendiri secara langsung. Dari urutan urutan peristiwa yang dikisahkan oleh pengarang secara langsung maupun melalui percakapan percakapan tokohnya, tampak jelas pesan/ amanat yang akan disampaikan oleh pengarang. 4. PENOKOHAN Cara penokohan dalam novel Salah Asuhan tergolong unik, yakni cara analitik yang panjang dititip dengan dua tiga kalimat dramatik, dan cara dramatik yang panjang ditutup dengan dua tiga kalimat analitik. 7

Beberapa sorotan tentang tokoh : Hanafi adalah gambaran pemuda Indonesia zaman dua puluhan yang silau mata hatinya pada kehidupan barat. Ia adalah seorang yang angkuh, sombong dan mudah tersinggung. Dengan sedikit saja pendidikan barat yang diterimanya, dia sudah merasa di puncak yang lebih tinggi dan memandang rendah bangsanya, yang dianggapnya bodoh bodoh dan tidak bisa mengikuti perputaran zaman. Hanafi beranggapan dengan dipersamakannya haknya dengan bangsa Belanda maka ia sudah mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi dan akan terbukalah jalan baginya untuk meminang Corrie. Ditinjau dari sudut kejiwaan, Hanafi merupakan seorang tokoh yang bertipe introvert, ia lebih banyak dikuasai oleh alam tak sadarnya, mudah diperbudak oleh perasaannya baik dalam percintaan maupun dalam kehidupan sehari- hari. Karena sifatnya yang demikian, ia seringkali tindakannya tanpa dipikir terlebih dahulu hingga akhirnya hidup dengan penyesalan. Corrie memiliki pandangan dan pemikiran yang lebih luas dan mendalam daripada Hanafi. Begitu juga dalam bercinta, Corrie tidak mau dihanyutkan oleh perasaannya. Dia bisa berfikir lebih wajar dan lebih luas. Pada keseluruhan cerita tampak Corrie seolah olah merupakan seorang bidadari yang baik dan berperangai elok. Corrie seorang gadis yang terkenal dalam pergaulan dan disenangi oleh para sahabatnya. Pendeknya ia selalu menjadi pusat perhatian temantemannya. Dibalik itu, Corrie juga merupakan gadis yang mudah sekali tersinggung bila kurang dapat perhatian dari teman- temannya. Ia tipe gadis yang suka disanjung sanjung dan akan merasa terhina jika ada oran yang meremehkannya. Sifat yang jinak jinak merpati, membawanya hanyut pria- pria yang mendekatinyam tetapi apabila dia hendak didekatinya maka terbanglah ia menjauh.

5. GAYA BAHASA Gaya bahasa yang dipakai pada novel Salah Asuhan antara lain : o Gaya bahasa perbandingan, seperti pada : Sebagai disengat kalajengking, demikian cepat Corrie merentakan tangannya dari genggaman Hanafi dan dengan senyum yang amat manis ia membuang sudut matanya ke arah tempat permainan tenis. Benar sekali sebagai kata hanafi, Bagai jinak-jinak merpati . Jangan tergantung di tengah- tengah daging, bagai bisul mengandung nanah. o Gaya bahasa hiperbola , seperti pada : ibarat duri dalam

Serambutpun tak ada dalam sangka Hanafi bahwa burug merpati itu sudah terbang membubung dan hendak lenyap ke langit hijau. Jika kau lakukan demikian, adalah ibu bagai mendapat gunung emas rasanya. o Gaya bahasa pengulangan, seperti pada : Bukan itu Hanafi! Hanya penting sekali, penting buatmu, penting buat ibu, penting buat kita sekalian. Oh, suster, suster, lihatlah, tolong istriku, suster, seumur hidup akan kukenangkan budi suster, tolonglah istriku ! o Gaya bahasa asindeton, seperti pada : Pandangi Hanafi, suaranya, tingkah lakunya, jika ia sedang menyatakan cintanya, semuanya sungguh membawa hanyut kepada Corrie. Badanku rusak, uangku habis, bangsaku melihat kepadaku sebagai najis, itulah namanya membuang diri . o Gaya bahasa polesindenton, seperti pada : Oh, pa! Siapa tahu, kalau Corrie bertemu pula dengan seorang bumiputra, yang serupa tabiat mama, yang pandai berbudi, yang sopan, yang santun, yang bukan bumi putra lagi.

Amboi, anak yang dahulu datang kemari dengan ayahnya lalu lari bagai kucing dibawakan lidi, setelah melihat saya ? Itukah perempuan yang disediakan buat saya, Bu ! Disamping gaya bahasa yang telah disebutkan, juga dijumpai gaya bahasa lain, yakni pertanyaan retoris, klimaks dan penghalusan . 6. SOSIO KULTURAL YANG MELATAR BELAKANGI SALAH ASUHAN Ketika Salah Asuhan dikarang oleh Abdul Muis, bangsa Indonesia sedang dibanjiri oleh arus kebudayaan Barat dengan sebutan modernisasi. Ketika itu sudah banyak pemuda Indonesia yang mendapat pendidikan dunia Barat. Novel Salah Asuhan seperti kebanyakan novel angkatan Balai Pustaka lainnya, masih bersifat kedaerahan. Pengarang melukiskan kekuatan adat dan agama di Minangkabau. Di sana terdapat perbedaan pandangan antara kaum intelek yang berpendidikan barat dengan masyarakat Timur yang berpegang kepada adat. Dalam novel Salah Asuhan , pengarang mengecam sikap dan pandangan Hanafi yang salah dan picik terhadap kebudayaan Timur. Pengarang juga meyakinkan pembaca bahwa kebudayaan timur itu tidak kalah nilainya dari kebudayaan Barat. Pengarang juga membela tokoh ibu, yaitu ibu Maryam dan istrinya Hanafi yang bernama Rapiah sebagai tokoh timur. Hanafi yang telah tersesat ingin kembali kepada ibu dan istrinya dulu

10

TUGAS

DOSEN : KI SUTIKNO

Oleh : MUSTOLIH
Nim : 25 001 130

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMAN SISWA YOGYAKARTA
11

2006

DAFTAR ISI

Halaman Judul i Daftar Isi ii Sinopsis .. 1 Analisis Novel Salah Asuhan .. 5 1. Tema . 5 2. Alur ... 6 3. Pusat Pengisahan .. 7 4. Penokohan 7 5. Gaya Bahasa 9 Perbandingan .. 9 Hiperbola . 9 Pengulangan 9 Asindeton 9 Polisendeton 9

Sosial Kultural yang melatarbelakangi novel Salah Asuhan 10

12

ANALISI NOVEL

SALAH ASUHAN

13

MUSTHOLIH 2006

14

15

DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan

Sebagai media pembelajaran, buku pelajaran menduduki tempat yang pokok. Komponen komponen pembelajaran seperti siswa, guru, materi, cara penyajian dan latihan harus terakomodasi di dalam buku pelajaran. Perhatian yang besar tentang komponen bahan ajar saja cenderung menyebabkan menurunnya kompetensi siswa. Siswa lebih memiliki kemampuan menghapal dari pada kemampuan lain yang harus dimiliki. Tujuan dari penyusunan Pedoman Penulisan Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah untuk mendapatkan panduan penulisan buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang memenuhi standar kualitas bagi para penulis, penerbit, penilai dan pengguna buku pelajaran.

Bab II
A. Pengertian

Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Buku pelajaran adalah buku yang digunakan untuk siswa sebagai sarana belajar di sekolah untuk menunjang program pelajaran. Buku pelajaran bisa dipakai untuk waktu yang lama ( tidak sekali pakai ), dan biasanya berkulit tebal. Tidak seperti buku penunjang yang lain yang sekali pakai seperti buku kerja siswa, berkas tugas serta latihan soal. Dalam buku pelajaran tersedia materi yang bisa dipelajari oleh siswa yang dapat diindera, dipikirkan, dirasakan, diimajinasikan dan dilakukan. Buku pelajaran juga menyediakan bahan yang sudah dipersiapkan, dipilih, dan ditentukan cakupan dan urutannya sehingga mudah untuk dipelajari. B. Fungsi Buku Pelajaran Buku pelajaran memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut : a. b. c. d. Sebagai simpanan pengetahuan tentang berbagai segi kehidupan Menyediakan fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri Memberikan pengalaman tidak langsung, yang tidak bisa diperoleh dalam pembelajaran yang langsung. Menunjukkan kemajuan peradaban manusia 16

e.

Memberikan pengalaman, latihan dan informasi bagi siswa dan guru.

C. Cara menggunakan buku pelajaran Buku pelajaran dapat dimanfaatkan dengan baik jika pembaca mengenali terlebih dahulu setiap bagiannya. Adapun cara rinci penggunaan buku pelajaran sebagai berikut : a. Menelaah bagian bagian yang ada dalam buku , seperti : judul buku, sub judul, daftar isi, dan penutup. b. Mendiskusikannya dengan teman / orang lain. c. Mengemukakan harapan dan memperkirakan hal yang dapat di peroleh dari buku tersebut. d. Memahami isi buku e. Mempelajari tiap materi sesuai pilihan f. Mencatat hal hal penting. D. Hubungan buku pelajaraan dengan kurikulum Buku pelajaran mempunyai hubungan dengan kurikulum, walaupun hubungan itu tidak kaku. Kurikulum paska 1994 masih perlu penafsiran, penjelasan, perincian, pelengkapan, dan pemaduan terhadap kompetensi, hasil belajar, indikator, dan materi pokok. Dalam persiapan menulis buku, penulis perlu menyusun silabus dan metode pembelajaran, dan mempersiapkan bahan bahan dan cara penyajiannya karena hal itu tidak tercantum dalam kurikulum. E. Landasan Penyusunan Buku Pelajaran BSI Buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus berlandaskan pada : 1. Keilmuan bahasa dan sastra Dalam pembelajaran bahasa dikehendaki terjadinya kegiatan berbahasa, yaitu kegiatan menggunakan bahasa. Berbagai unsur bahasa seperti kosa kata, bentuk/makna kata, bentuk/makna kalimat, bunyi bahasa dan ejaan tidak diajarkan secara berdiri sendiri, malainkan dijelaskan kapan diperlukan. Kegiatan berbahasa juga mencakup mendengarkan ( menyimak ), berbicara, membaca dan menulis. Adapun prinsip prinsip berdasarkan landasan diatas adalah : a. Prinsip Kebermaknaan b. Prinsip Keotentikan c. Prinsip Keterpaduan d. Prinsip Keberfungsian e. Prinsip Performansi Komunikatif f. Prinsip Keberpautan ( kontekstual ) g. Prinsip Penilaian 2. Ilmu Pendidikan dan Keguruan 17

Pemilihan bahan, penentuan batasan materi (cakupan), dan urutan dalam pembelajaran mempertimbangkan kaidah kaidah pendidikan dan keguruan, misalnya mempertimbangkan perkembangan siswa. Khusus perkembangan kognitif siswa SD, karakteristiknya pada tahap concrete operation. Jangkauan berpikirnya terbatas pada pemecahan persoalan persoalan nyata dan tidak bisa memecahkan persoalan yang bersifat komplek. Siswa SMP dan SMA sudah memasuki masa adolescene dan berada pada tahap formal operations. Hal ini ditandai dengan kemampuan anak yang lebih baik dalam mengorganisasikan data, membuat alasan alasan ilmiah serta merumuskan hipotesa. 3. Keterbacaan materi dan bahasa yang digunakan Materi pembelajaran harus diolah agar memberikan kemudahan pada siswa untuk memahaminya. Panjang kata, susunan kata, frasa, kalimat, dan wacana harus diperhatikan. Buku pelajaran yang memberikan kemudahan kepada siswa berarti memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Sebaliknya, buku pelajaran yang sulit untuk dipahami oleh siswa berarti memiliki tingkat keterbacaan yang rendah.

F. Komponen kompenen buku pelajaran Komponen komponen yang terdapat dalam buku pelajaran BSI yaitu : a. Pendahuluan b. Uraian berupa penggunaan istilah/konsep, ciri ciri, klasifikasi, rincian, rumus, contoh, penilaian dan manfaat c. Bentuk visual berupa tabel, format, bagan, peta, potret dan gambar d. Petunjuk praktis e. Latihan, pertanyaan, dan tugas f. Rangkuman

RINGKASAN MATERI PEDOMAN PENULISAN BUKU PELAJARAN DOSEN : Dra. SITI ROCHMIYATI P

18

Mustolih
Nim: 25 001130

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa Yogyakarta 2007

19

You might also like