You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUANA LATAR BELAKANG DiIndonesia komplikasi kehamilan trimester pertama d a l a m b e n t u k k e h a m i l a n e k t o p i k t i d a k j a r a n g d i t e m u i .

Kehamilan ektopik sering disebutkan juga kehamilan di luar r a h i m a t a u k e h a m i l a n d i l u a r k a n d u n g a n . S e b e n a r n y a kehamilan ektopik berbeda dari kehamilan di luar rahim ataudi luar kandungan. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yangb e r i m p l a n t a s i d a n b e r k e m b a n g d i l u a r t e m p a t ya n g b i a s a . B i a s a n ya p e r i s t i w a i m p l a n t a s i z i g o t t e r j a d i d i d a l a m r o n g g a rahim tetapi bukan pada serviks dan kornu. Dengan demikiank e h a m i l a n ya n g berkembang di dalam serviks dan atau di d a l a m k o r n u ( b a g i a n i n t e r s t i s i a l u t e r u s ) w a l a u p u n m a s i h bagian dari rahim adalah kehamilan ektopik. Istilah kehamiland i l u a r k a n d u n g a n m a l a h j a u h m e n yi m p a n g k a r e n a salurant e l u r , i n d u n g t e l u r d a n r a h i m s e m u a n y a t e r m a s u k a l a t kandungan, padahal kehamilan ektopik yang terbanyak adalahkehamilan yang terjadi di dalam saluran telur dan bahkan jugapada indung telur. Satu-satunya kehamilan yang bisa disebutdi luar kandungan adalah kehamilan abdominal.H a m i l d i l u a r kandungan atau dalam istilah mediskehamilan e k t o p i k , j i k a t e r l a m b a t d i k e t a h u i a k a n membahayakan nyawa si ibu. Bayangkan saja, janin yang s e h a r u s n y a t u m b u h d a n b e r k e m b a n g d i r a h i m t e r n y a t a t u m b u h d i t e m p a t ya n g b u k a n s e m e s t i n ya , y a i t u d i s a l u r a n t u b a f a l o p i i , k o r n u ( t a n d u k r a h i m ) , a t a u b a h k a n d i d a l a m rongga perut. 1 Jika kehamilan membesar, sangat mungkin organ tempat tumbuh janin itu akan pecah dan memicu perdarahan hebat did a l a m p e r u t . S i i b u a k a n m e n g a l a m i a n e m i a , pucat, lemas,m e n g a l a m i s e s a k n a p a s h i n g g a p i n g s a n . J i k a t e r l a m b a t ditolong maka akan mengakibatkan kematian.

Tujuan 1. Agar mahasiswi dapat mengetahui dan memahami tanda dan gejala kehamilan ektopik 2. Dapat mengetahui cara-cara penanganan kehamilan ektopik. 3. Untuk mengatahui sebab dan faktor pencetusnya.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi kehamilan ektopik .Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005) .Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005) Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001) Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Penyebab kehamilan ektopik terganggu B. Etiologi Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kehamilan ektopik diantaranya: 1. Faktor dalam lumen tuba: a. Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba b. Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-kelok c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dan menyebabkan lumen tuba menyempit 2. Faktor pada dinding tuba: a. Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di tuba b. Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi telur di tempat tersebut 3. Faktor di luar dinding tuba: a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, mengakibatkan terjadinya hambatan perjalanan telur b. Tumor yang menekan dinding tuba, menyebabkan penyempitan lumen tuba c. Pelvic Inflammatory Disease (PID) 4. Faktor lain: a. Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun b. Migrasi luar ovum, sehingga memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai ke uterus c. Fertilisasi in vitro d. Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) e. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya f. Merokok g. Penggunaan dietilstilbestrol (DES)

h. Uterus berbentuk huruf T i. Riwayat operasi abdomen j. Kegagalan penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin saja k. Ruptur appendix l. Mioma uteri m. Hidrosalping C. Macam-macam kehamilan ektopik Menurut Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain : 1. Kehamilan Abdominal Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum. (sinonim : kehamilan intraperitoneal) 2. Kehamilan Ampula Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus tuba. 3. Kehamilan Servikal Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri. 4. Kehamilan Heterotopik Kombinasi Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin. 5. Kehamilan Kornu Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri. 6. Kehamilan Interstisial Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii. 7. Kehmailan Intraligamenter Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii. 8. Kehamilan Ismik Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii. 9. Kehamilan Ovarial Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan ovarium. 10. Kehamilan Tuba Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii. D. Patofisiologi Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).

E. Manifestasi Klinik Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Secara umum, tanda dan gejala kehamilan ektopik adalah: 1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal 2. Menstruasi abnormal 3. Abdomen dan pelvis yang lunak 4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus. 5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi. 6. Massa pelvis 7. Kuldosentesis. Untuk identifikasi adanya hemoperitoneum yang ditandai. Beberapa gejala berikut dapat membantu dalam mendiagnosis kehamilan ektopik: 1. Nyeri: Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar. 2. Perdarahan: Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus 3. Amenorhea: Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil F. Pemeriksaan Diagnosis Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain

dengan : 1. Anamnesis dan gejala klinis Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum. 2. Pemeriksaan fisik a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa. b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. c. Pemeriksaan ginekologis d. Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri. 3. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat. b. USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri - Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri - Adanya massa komplek di rongga panggul c. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. d. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi. e. Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Nyeri akut b.d ruptur tuba fallopi 2. Kekurangan volume cairan b.d ruptur kehamilan ektopik 3. Proses berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan 4. Resiko infeksi b.d perdarahan dan luka insisi.

1. Nyeri akut b.d ruptur tuba fallopi Tujuan : klien dapat melaporkan pengurangan atau ketiadaan nyeri KH : - klien mengungkapkan mengurangi nyeri

- klien mendemonstrasikan aktivitas distraksi Intervensi Rasional Kaji rasa nyeri klien, meliputi sifat, lokasi, dan Membentu menentukan diagnose dan memilih durasi tindakan. Ruptur kehamilan ektopik mengakibatkan nyeri hebat, hemoragi diakibatkan rupture tuba fallopi kedalam abdomen. Kaji respon emosional klien Ansietas dapat memperberat nyeri karena

sindrom ketengangan takut nyeri Beri lingkungan yang nyaman dan tenang, Dapat membentu menurunkan tingkat ansietas serta ajarkan aktivitas untuk mengalihkan rasa dan mereduksi rasa ketidaknyamanan nyeri nyeri dengan menggunakan metode relaksasi (napas dalam, visualisasi,dan distrkasi) Kalaborasi Berikan analgetik seperti sedativf atau opioid Analgetik bersifat sebagai pain killer sehingga dapat meningkatkan kenyamanan Siapkan prosedur bedah bila diindikasikan Tindakan invasive untuk memperbaiki kerusakan/rupture/tuba fallopi akan menghilangkan nyeri 2. Kekurangan volume cairan b.d ruptur kehamilan ektopik Tujuan : kondisi klien menunjukkan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan KH : - pendarahan teratasi dalam 2 jam (ditandai dengan tidak adanya pendarahan berhenti, capillary refill 5 detik, akral tidak dingin, kulit normal, tidak biru atau pucat, kesadaran kompos mentis, nadi normal tidak lebih dari 100 atau kurang dari 60 - klien menunjukkan gejala syok heamoragik dalam 4 jam Intervensi Evaluasi, catat dan laporkan jumlah serta sifat kehilangan darah Lakukan tirah baring. Instruksikan klien untuk menghindari calsava maneuver dan coitus Rasional Perkiraan kehilangan darah dapat membantu menegakkan diagnosa Pendarahan dapat berhenti dengan mengurangi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau argasme dapat merangsang pendarahan. Posisikan klien telentang dengan panggul Menjamin keadekuatan darah yang tersedia, ditinggikan peninggian panggul menghindari kompresi vena kava inferior Catat TTV, capillary refill, warna kulit dan Membantu menentukan beranya kehilangan suhu tubuh darah dan memantau syok serta memantau keadekuatan pergantian cairan

3. Proses berduka b.d kehilangan kehamilan Tujuan : klien menunjukkan proses berduka adaptif KH : - klien mampu menceritakan perasaan berdukanya kepada perawat

Intervensi Rasional Diskusi situasi dan pemahaman tentang kondisi Memberikan informasi tentang reaksi individu

kesehatan dengan klien dan pasangan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi Pantau respon verbal dan nonverbal klien dan Memberikan informasi tingkat rasa takut yang pasangan sedang dialami klien dan pasangan Dengan keluhan klien secara aktif Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan kepada klien untuk mengembangkan solusi sendiri Berikan informasi secara verbal dan tertulis, Pengetahuan akan membantu klien mengatasi beri kesempatan klien untuk bertanya. Jawab situasi yang dihadapinya dengan efektif pertanyaan klien dengan jujur 4. Resiko infeksi b.d pendarahan dan luka insisi Tujuan : infeksi tidak terjadi KH : - klien tidak demam, suhu turun - Klien mengatakan tidk lemas Intervensi Kaji dan pantau TTV terutama suhu Kaji tanda tanda infeksi Kaji derajat luka, daerah luka, cairan yang diluka Lakukan perawatan luka dengan benar 2 kali sehari Rasional Dasar dalam melakukan tindakan Antisipasi terjadinya infeksi dan intervensi yang benar Menentukan intervensi yang tepat Perawatan luka dapat mencegah infeksi

Diargnosa1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf akibat penyempitan kanalis servikal oleh mioma. Tujuan: Klien dapat mengontrol nyerinya Kriteria hasil : mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri, mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya. Intervensi dan Rasional 1. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri. Rasional: Memudahkan tindakan keperawatan 2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri Rasional: Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya. 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam Rasional: Meningkatkan kenyamanan klien

4. Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat Rasional: Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien 5. Kolaborasi pemberian analgesik Rasional: Mengurangi nyeri Diargnosa 2. Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik. Tujuan: Pola eliminasi urine ibu kembali normal Kriteria hasil: ibu memahami terjadinya retensi urine bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine. Intervensi dan Rasional 1. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine Rasional: Melihat perubahan pola eliminasi klien 1. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri. Rasional: Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien 3. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran. Rasioanal: Mencegah terjadinya retensi urine G. Penanganan Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat. Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit. H. Komplikasi Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung

lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi. I. Diagnosis Bandung Kehamilan tuba memiliki gejala-gejala yang mirip dengan penyakit lain, terutama dengan infeksi daerah pelvis. Beberapa kelainan yang memiliki gejala mirip dengan kehamilan tuba antara lain adalah: 1. Salpingitis Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan tes kehamilan negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang purulen. 2. Abortus (imminens atau inkomplitus) Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi sebelum ada nyeri perut. Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada kehamilan ektopik. Nyeri perut umumnya bersifat kolik dan kejang (kram). Uterus membesar dan lembek, terdapat dilatasi serviks. Hasil konsepsi dapat dikenali dari pemeriksaan vagina. 3. Appendisitis Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka kanan. Bisa ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun tidak terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba. Demam lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan menunjukkan hasil negatif. 4. Torsio kista ovarium Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba umumnya terasa menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat demam akibat perdarahan intraperitoneal. Tanda dan gejala kehamilan mungkin tidak ditemukan namun ada riwayat serangan nyeri berulang yang menghilang dengan sendirinya. 5. Ruptur korpus luteum Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun ruptur korpus luteum sangat jarang ditemukan.

ASUHAN KEPERAWATAN POST OP O/K KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU, MIOMA UTERI+HIDROSALPING

1. Pengkajian a. Nyeri b. Sulit tidur c. Merasa panas 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi b. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur 3. Rencana keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi Tujuan : nyeri berkurang Intervensi : 1) Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi. 2) Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan meningkat 3) Kaji stress psikologis ibu dan respons emosional terhadap kejadian Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan dan nyeri. 4) Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang) Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri 5) Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga nmengurangi penekanan dan nyeri. 6) Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri. 7) Kolaborasi dalam pemberian analgetika. Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri. b. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur Tujuan : ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system pendukung

dengan efektif. Intervensi : 1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sitem pendukung. Rasional : Makin ibu meraakan ancaman, makin besar tingkat ansietas. 2) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati. Rasional : membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasakan perhatian terhadap ibu/pasangan. 3) Beri penguatan aspek positif pada dari ibu Rasional : membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perspektif. 4) Anjurkan ibu pengungkapkan atau mengekspresikan perasaan. Rasional : membantu mengidentifikasikan perasaan dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat merasakan ancaman emosional pada harga dirinya karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah. 5) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan. Rasional : Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatis meningkatkan kepercayaan diri serta penerimaan dan menurunkan ansietas. 6) Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai keinginan ibu. Rasional : Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun sumber-sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif
DAFTAR PUSTAKA 1. Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334. 2. www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4 3. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255. 4. www.medica store.com/kehamilan ektopik/page:1-4 5. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001. 6. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271. 7. Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.226235. 8. Dr. I. M. S. Murah Manoe, SpOG, dkk, Pedoman Diagnosa Dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1999. Hal. 104-105.

You might also like