You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Fenomena merosotnya karakter bangsa di tanah air ini dapat disebabkan lemahnya pendidikan karakter dalam meneruskan nilai-nilai kebangsaan pada saat alih generasi. Keadaan bangsa ini sangat rapuh, penuh dengan ketidakjujuran, kecurangan, dan juga ketidakadilan dalam berbagai bidang politik, social, dan termasuk bidang pendidikan. Kecurangan pendidikan misalnya adanya bantuan kepada siswa pada saat ujian nasional berupa jawaban yang diberikan sekolah. Hal ini dilakukan pihak manajemen sekolah karena mereka takut reputasi sekolah mereka menjadi buruk. Mereka beranggapan bahwa sekolah yang bagus adalah sekolah yang tingkat kelulusan peserta didiknya mencapai 98%-100%. Tentunya tindakan ini tidak menggambarkan karakter yang baik dan bisa membangun, membangkitkan bangsa ini dari keterpurukan. Salah satu solusi yang diharapkan dapat membenahi setiap kekurangan tersebut maka digalakkanlah pendidikan karakter. Inti pendidikan adalah pembelajaran. Pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya dalam menjalani kehidupan. Baik pengalaman yang menyenangkan ataupun tidak,

semuanya dapat menjadi proses pembelajaran untuk membangun karakter kehidupan. Guru adalah pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik dalam praktik pendidikan. Maka guru merupakan ujung tombak dari program pendidikan
Page 1
KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

karakter di lembaga-lembaga pendidikan. Seorang guru haruslah mempunyai karakter positif yang kuat agar mampu membentuk karakter siswa. Karakter positif guru sering disebut dengan sikap professional guru. Di lapangan masih banyak guru yang belum menyadari peranan mereka sebagai ujung tombak dalam program pembentukan karakter siswa di sekolah. Guru tersebut tidak memberi contoh ataupun teladan yang baik bagi siswanya. Pada makalah ini akan dibahas bagaimana bagaimana keteladanan guru dalam pembentukan karakter siswa.

1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini, topic yang akan dibahas adalah: 1. Bagaimana hakekat pendidikan karakter dan sikap profesional seorang guru 2. Bagaimana keteladanan guru dalam pembentukan karakter siswa

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Karakter dan Sikap profesional Guru Pengertian karakter adalah pribadi yang relatif stabil pada diri inndividu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Relatif stabil berarti telah terbentuk dan tidak akn mudah untuk diubah. Raharjo S. B. (2010) menyatakan, pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan secara holistic yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berintelektual dan berakhlak. Pendidikan karakter seharusnya dapat membawa siswa untuk mengenal nilai secara kognitif , penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan karakter juga dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Dengan adanya program pendidikan karakter diharapkan para peserta didik memiliki ilmu pengetahuan, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ,bertanggung jawab, jujur, sopan, dan menggunakan ilmu yang dimiliki untuk menciptakan kesejahteraan manusia. Sikap merupakan suatu kecenderungan perasaan terhadap suatu objek yang dimiliki seseorang terhadap suatu pekerjaan yang bisa dipakai sebagai alat untuk memprediksi perilaku orang tersebut dalam bekerja. Sikap guru dalam menjalankan profesinya disebut profesionalisme dan tentunya sangat beragam. Sikap professional guru memiliki komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Kognitif yang berkenaan dengan keyakinan, ide, konsep. Afeksi berkenaan dengan perasaan/ emosional. Konasi berkenaan dengan tingkah laku atau perbuatan guru.

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 3

Menurut Nasution (2008) ada empat sikap guru dalam pembelajaran yaitu: sikap otoriter, sikap permissive, dan sikap riil. Bila guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai mnusia yang harus dikembangkan pribadinya. Hanya mementingkan bahan pelajaran dengan mengabaikan anak dapat merugikan anak tersebut. Banyak cara yang digunakan guru untuk mengharuskan anak belajar. Tak jarang guru menjadi otoriter dan

menggunakannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya. Sikap permissive cenderung membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banya tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Guru tidak berada di depan tetapi di belakang untuk member bantuan jika diperlukan. Sikap otoriter maupun sikap permissive tidak baik untuk perkembangan siswa, guru sebaiknya tidak terlalu otoriter, tetapi juga tidak terlalu permissive melainkan memberi kebebasan yang bertanggung jawab kepada siswa. Dalam rancangan Kode Etik Guru Indonesia diantaranya dinyatakan bahwa: Guru harus berperilaku secara professional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Guru harus mencurahkan secera langsung usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

kepribadiannya termasuk karakternya. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, sikap berarti perbuatan atau tindakan yang berdasarkan pendirian, pendapat, atau keyakinan. Guru yang memiliki sikap professional berarti guru yang melakukan tindakan pembelajaran sesuai keyakinannya tentang profesinya, ahli dibidangnya, berkarakter positif dan mampu mengarahkan dan membimbing siswa selama masa pendidikan, menguasai materi dan mampu menyesuaikannya dengan kemampuan peserta didik, serta mampu menunaikan tugasnya secara berintegritas.

2.2 Karakteristik Kepribadian Guru Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 4

aspek perilaku. Aspek-aspek ini secara fungsional berkaitan dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. Kepribadian adalah factor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia juga dalam pembentukan karakter siswa. Karena di samping berperan sebagai pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai anutan. Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru professional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik kepribadian dirinya sehingga mampu mengoptimalkan potensi sebagai seorang pendidik yang mampu mengajar, mendidik, dan menjadi anutan bagi peserta didik. Secara konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD 1945 yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki kualifkasi sebagai tenaga pengajar. Kepribadian guru yang diharapkan siswa: periang, suka berteman, beremosi matang, jujur dan ikhlas, dapat dipercaya, dapat menyesuaikan diri, sehat mental, jasmani, dan rohani, merupakan pribadi yang kuat dan berotoritas ataupun berwibawa, terbuka dan mau mendengar dan menghargai pendapat orang lain, aktif dalam melaksanakan tugas, tidak membosankan, berorientasi pemecahan masalah sehingga dapat menjadi anutan bagi peserta didik. Sebagai ujung tombak pendidikan dalam membentuk siswa yang tidak hanya cerdas tetapi juga berkarakter sebagai generasi penerus bangsa, maka diperlukan guru yang memang berkompeten, sadar akan ekistensi dan tanggung jawabnya. Guru yang sungguh seorang pendidik dan dewasa adalah guru yang memiliki kematangan intelektual dan emosional. Kematangan intelektual dan emosional dapat dilihat dari kemampuan berpikir, bertutur, memberi sikap teladan, mengerti perkembangan siswanya, dan mampu menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswanya. Persoalan pembentukan karakter melalui pembelajaran dapat dilihat dari isi pembelajaran, kegiatan mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing. Prasyarat untuk berlangsungnya pembelajaran yang berciri education touch adalah dioperasikannya hi-touch dan hi-tech dalam pembelajaran. Hi-touch diwujudkan dalam beberapa bentuk penampilan perilaku pendidik seperti kesediaan menerima dengan jujur segala potensi dan keterbatasan peserta didik, pernyataan kasih

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 5

sayang dengan kelembutan, penghargaan yang tulus terhadap sekecil apapun hasil belajar peserta didik, menjadikan diri contoh teladan dalam berpikir, menyatakan perasaan dan bertindak, melakukan tindakan tegas untuk mengendalikan perilaku salah suai. Demikian juga dengan hi-tech, pembelajaran harus menolong siswa untuk memahami proses pembelajaran, mendorong munculnya penampilan perilaku gemar belajar melalui prosedur yang sistematis terhadap rancangan pembelajaran: tujuan, materi, metode, sumber, dan bahan serta evaluasi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran sampai dengan hasil-hasilnya. Pendekatan yang menekankan pada behavioristik, mengakibatkan terpisahnya ranah kognitif dari ranah afektif dan ranah konatif yang seharusnya menjadi suatu kesatuan yang harus dikembangkan dalam diri peserta didik. Akibatnya pembelajaran hanya menghasilkan pengetahuan-pengetahuan tanpa dapat diubah menjadi perilaku, sikap, apalagi menjadi karakter.

2.3 Keteladanan Guru dalam Pembentukan Karakter Siswa Pepatah yang mengatakan guru kencing berdiri, murid kencing berlari memang benar adanya untuk menunjukkan besarnya pengaruh seorang guru untuk menjadi teladan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Apa yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh siswa. Keselarasan antara kata-kata dan tindakan dari guru akan sangat berarti dalam pembentukan karakter siswa ( Zuriah, 2007). Pendapat lama banyak pihak, juga para pendidik masih berpendapat bahwa kekerasan masih diperlukan untuk membentuk disiplin sebagai salah satu karakter yang diharapkan melekat dalam diri siswa, ataupun semacam rasa patuh kepada guru oleh siswa. Kekerasan dianggap sebagai hukuman seperti memarahi, mengumpat, bentuk perlakuan kasar secara fisik, dan melarang siswa masuk ruangan selama pelajaran tertentu berlangsung. Mereka beranggapan bahwa kekerasan dapat digunakan untuk membentuk karakter siswa. Jika seorang guru hendak membentuk karakter peserta didik yang berbudi luhur, tentunya sang guru pun harus berkarakter. Jika seorang guru menegakkan pilar kewibawaannya dalam mengajar, maka guru tidak perlu menggunakan tindakan kekerasan agar terbentuk karakter disiplin, patuh, sopan, dan mau

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 6

belajar. Modal dasar bagi penyelenggaraan pendidikan karakter meliputi profesionalisme pendidik yang berkarakter. Pendidik profesional harus memahami trilogi profesi dalam bidang khusus kependidikannya. Trilogi profesi meliputi tiga komponen, yaitu komponen dasar keilmuan, substansi profesi, dan praktik profesi. Seorang guru hendaknya melaksanakan tugas fungsi profesionalnya dengan dasar keilmuan profesi pendidik. Sedangkan substansi profesinya adalah wilayah proses pembelajaran, dan praktik profesi adalah penampilan profesi dalam proses pembelajaran secara langsung, nyata, dan profesional terhadap peserta didik. Dalam trilogi profesi tercakup keempat kompetensi standar seorang guru sebagai pendidik profesional, yaitu: a. Kompetensi kepribadian b. Kompetensi pedagogik c. Kompetensi profesional d. Kompetensi sosial

Semua penjelasan di atas dimaksudkan untuk memperjelas kedudukan guru dan bagaimana peranannya dalam membentuk karakter siswa. Guru yang professional pasti mengetahui batasan hak dan kewajibannya. Guru tersebut akan melakukan yang terbaik agar siswanya memperoleh ilmu, dan guru tersebut akan menanamkan nilai-nilai karakter dalam pembelajarannya. Telah dikemukan sebelumnya bahwa pembentukan karakter dapat

diintegrasikan pada setiap pelajaran. Artinya setiap guru mata pelajaran memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mendidik karakter siswanya. Pembentukan karakter pada dasarnya sangat dekat kepada setiap mata pelajaran. Karena pada dasarnya setiap mata pelajaran memiliki nilai-nilai karakter yang harus dilalui dan dicapai siswa. Hanya saja, sebagian besar guru tidak menyadari bahwa ada nilai-nilai yang dapat membentuk karakter siswa karena guru hanya melihat sisi kognitif dari mata pelajaran tertentu tanpa memperhatikan sisi afektifnya. Sehingga ilmu yang diperoleh siswa bersifat kaku, tidak bisa diubah atau diwujudnyatakan dalam sikap apalagi karakter. Mereka

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 7

beranggapan bahwa karakter siswa dapat dibetuk hanya dengan mempelajari pendidikan moral pancasila dan agama. Pada mata pelajaran matematika dapat ditanamkan sikap kejujuran, disiplin, tepat waktu, bertanggung jawab, kreatif, dan mampu bekerja sama. Ketika mengerjakan permasalahan-permasalahan matematika, siswa diajarkan untuk mengerjakannya secara hati-hati, tidk asal ada akan tetapi jawabannya pun bisa dipertanggungjawabkan. Pada mata pelajaran matematika, siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Pada pengerjaan soal matematika, siswa diajarkan untuk melakukan operasi hitung dengan teliti, jangan terjadi manipulasi data agar memperoleh hasil yang benar. Artinya memperoleh jaawaban yang benar dengan adanya manipulasi data ataupun kecurangan yang lainnya tidak dibenarkan dalam matematika. Guru dapat mengoptimalkan kesempatan membentuk karakter siswa melalui nilai-nilai yang tertanam pada mata pelajaran tersebut. Selanjutnya, pada mata pelajaran kimia guru dapat mengajarka banyak sekali nilai-nilai yang dapat membentuk karakter siswa. Pelajaran kimia sarat dengan materi yang dapat membahayakan keselamatan umat manusia disamping juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Jika manusia berkarakter baik, maka ilmu yang dimilikinya akan digunakan untuk meningkatka kesejahteraan manusia, akan tetapi jika manusia itu berkarakter buruk, maka ilmu yang dimilikinya akan mendatangkan bahaya. Oleh karena itu guru kimia member teladan kepada siswa dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, cinta damai, kasih, dan lain sebagainya. Demikian sedikit contoh tentang penerapan nilai-nilai karakter baik dalam setiap mata pelajaran. Pembelajaran baik yang menyenangkan ataupun yang tidak , akan membentuk karakter siswa secara tidak langsung. Guru sebagai teladan dalam pembentukan karakter memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Guru harus mengetahui karaketr apa saja yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik.

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 8

2. Guru harus meneladani teladan seluruh alam yaitu Allah sang pencipta. Ketika guru mengikut teladan Kristus maka guru tersebut akan mampu menjadi teladan yang baik bagi siswanya. 3. Guru harus benar-benar mengetahui prinsip-prinsip keteladanan. Bahwa keteladanan dimulai dari diri sendiri. 4. Guru harus mengetahui tahapan perkembangan siswa sehingga mampu memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mendidik karakter siswanya. 5. Dalam membentuk karakter siswa, guru harus menggunakan prinsip 3P, yaitu: pemikiran, perasaan, dan perbuatan. 6. Guru mengetahui cara untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada siswa. 7. Guru harus menyadari eksistensinya sebagai pelayan pendidikan, jadi mengajar dengan ikhlas, sabar, sopan, disiplin, tepat waktu, tidak sombong, dan bertanggung jawab. 8. Guru menyesuaikan pola mengajar, gaya, dan sikap guru di kelas dengan tahap perkembangan siswa. 9. Pribadi guru yang baik mencakupi potensi akal, bakat, minat, mental, dan fisik yang terimplikasi dalam pikiran yang cerdas, hati yang ikhlas, perkataan yang santun, dan perbuatan yang mulia. 10. Guru mengenal dengan baik sarana-sarana modern dalam pendidikan (ICT) sehingga guru dapat mentransfer pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki dengan mudah. 11. Guru bersikap objektif, maksudnya bersikap sama kepada semua peserta didik; tidak pilih kasih. Menjauhi sikap condong kepada sebagian siswa dan mengabaikan yang lain.

Pembentukan karakter siswa juga dipengaruhi kesadaran guru tentang visi, profesinya sebagai guru. Jika seseorang mendengar panggilan jiwanya dan mengetahui visinya sebagai seorang pendidik, ia akan bekerja dengan sukacita menjalankan profesinya, mengusahakan segala yang terbaik yang dapat dilakukannya supaya tercipta generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 9

berkarakter. Seseorang itu akan bekerja secara ikhlas tanpa mengharapkan imbalan, karena baginya kekayaan sebenarnya adalah murid-muridnya. Ketika murid-muridnya berhasil maka terbalaslah jerih payahnya selama mengajar. Jansen Sinamo dalam bukunya juga menyatakan Keterpanggilan biasanya muncul berbentuk kecenderungan hati, dorongan hati, atau kemauan hati yang kuat, mulanya dirangsang oleh kesempatan yang muncul di ufuk timur hati kita. Keterpanggilan membuat arah dan tujuan hidup menjadi tegas, visi dan misi terasa jelas. Ini membuat kita berpandangan jauh ke depan, tidak terjebak picik dalam kacamata kuda yang sempit konsisten dan persisten. Keterpanggilan juga menimbulkan keberanian moral, keteguhan hati, integritas tinggi dalam berkarya yaitu totalitas yang seimbang antara emosi, pikiran dan jiwa. Tetapi hal inilah yang jarang ditemukan sekarang ini ditemukan dalam kepribadian seorang guru. Karena panggilan itu sendiri telah terkaburkan oleh kebutuhan akan uang yang lebih banyak. Jelaslah bahwa menyadari keterpanggilan untuk menjadi seorang guru akan sangat mempengaruhi karakter seorang calon guru. Dengan mengetahui kehendak hati, maka seseorang akan lebih mudah merencanakan program-program untuk mencapai kehendak hatinya. Sama halnya dengan hubungan mengetahui keterpanggilan jiwa atau visi menjadi seorang guru. Seseorang mengetahui bahwa dia terpanggil untuk menjadi seorang guru maka dia akan menyukai segala aktifitas yang berkaitan dengan visinya. Dia akan melakukan semua usaha yang terbaik untuk menghasilkan keluaran yang berkualitas, cerdas ,dan berkarakter. Menjadi teladan bagi siswa dalam pembentukan karakter, seorang guru mempunyai banyak peran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru sebagai pendidik yang menjadi tokoh panutan, bertanggung jawab, berwibawa, dan disiplin dalam menjalankan semua peraturan sekolah secara konsisten. Guru harus mempunyai kelebihan dalam merealisasikan nilai intelektual, spiritual, emosional, moral, dan sosial dalam pribadinya. Guru sebagai pengajar dan pembimbing yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya bertanggung jawab atas perjalanan mental, kreatifitas, moral, dan spiritual siswa yang ebih dalam dan lebih kompleks. dan pendek yang kemudian membuahkan sikap

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 10

Karakter-karakter guru tersebut tentu akan bermanfaat secara signifikan manakala guru mampu mengaplikasikannya dalam praktek nyata di kelas, dalam menjalankan kewajiban utamanya, selain mendidik yakni merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran, hingga menganalisis hasil belajar.

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 1. Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk peserta didik menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih, adil, baik dan manusiawi. 2. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari supaya pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. 3. Untuk menjadi agen pembentukan karakter siswa disekolah guru harus menjadi teladan bagi siswanya baik dari segi perkataan maupun tindakan. 4. Guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, intelektual dalam pribadinya dan pribadi siswanya.

3.2 Saran 1. Mengingat pentingnya pendidikan karakter maka diharapkan program ini hendaknya dilaksanakan secara terarah, terpadu dan terprogram baik bagi instansi , guru, dan dinas jawatan pemerintah serempak secara bersama-sama 2. Setiap guru sebaiknya ammpu mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam materi pembelajaran guna membentuk karakter siswa. 3. Pendidikan karakter ini hendaknya dilaksanakan pada pendidikan formal, informal dan nonformal. dilaksanakan

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 12

DAFTAR PUSTAKA

Manullang, Belferik. Prayitno. 2010. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Medan: Pascasarjana UNIMED Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Sinamo, Jansen. 2010. 8 Etos Keguruan. Jakarta: Institut Mahardika Tim Mata Kuliah. 2012. Profesi Kependidikan. Medan: FIP Unimed Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara http://fkip.um-surabaya.ac.id/2011/04/29/peranan-guru-dalam-pengembangannilai-dan-karakter-anak-di-sekolah/ ( diakses pada tanggal 28 Maret 2012) http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1610233244_0215-2673.pdf ( diakses pada tanggal 28 Maret 2012)

KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Page 13

You might also like