Professional Documents
Culture Documents
1.1 LATAR BELAKANG Ekologi mempunyai perkembangan yang berangsur-angsur sepanjang sejarah. Namun sejarah perkembangannya kurang begitu jelas. Istilah EKOLOGI baru dikemukan oleh seorang ahli Biologi Jerman Earns Haeckel (1834-1919) pada tahun 1860. Dewasa ini, ekologi menjadi bintang diantara cabang ilmu (bukan hanya penunjang). Prinsip-prinsip ekologi dapat menerangkan dan memberikan ilham dalam mencari jalan untuk mencapai kehidupan yang layak. Apalagi sejak timbulnya gerakan kesadaran lingkungan di seluruh dunia mulai tahun 1968, meliputi penghematan sumber daya, penghematan energi, masalah pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, degradasi/kerusakan hutan, dsb. Adanya masalah globalisasi lingkungan akan mengakibatkan perhatian semakin mendalam kepada ekologi. Ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Struktur mencirikan keadaan sistem tersebut. Fungsi menggambarkan hubungan sebab akibatnya. Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam. Ekologi merupakan disiplin ilmu baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial. Faktor pembatas dalam ekosistem juga diperlukan untuk mempelajari kehidupan yang ada di bumi ini untik mengetahui cara menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di sekitar kita. Selain itu faktor-faktor yang berperan sebagai faktor pembatas juga perlu di perhatikan karena ilmu ekologi adalah suatu ilmu yang saling berkaitan dengan ilmu yang lain. Dalam pengelolaan lingkungan pandangan kita bersifat antropsentris, melihat permasalahannya dari sudut kepentingan manusia. Manusia tidak cukup memperhatikan materi, energi dan informasi. Dalam kehidupan modern, arus uang-lah yang lebih penting Ekologi penting, tapi bukan satu-satunya masukan untuk mengambil keputusan dalam permasalahan Lingkungan Hidup. Ekologi adalah salah satu komponen dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama dengan komponen lain untuk mendapatkan keputusan yang seimbang. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Mampu memahami apa yang dimaksud sebagai faktor pembatas 1.2.2 Mampu memberikan contoh study kasus yang berhubungan dengan prinsip-prinsip faktor pembatas
1.3 TUJUAN
1.3.1 Menjelaskan tentang asas-asas dan konsep faktor pembatas 1.3.2 Menganalisis contoh study kasus yang berhubungan dengan ekologi yang berhubungan dengan asas dan faktor pembatas.
Page 1
Page 2
Unsur hara
Gambar.Faktor pertumbuhan tanaman. Akan terdapat perbedaan pertumbuhan tanaman antara tanaman yang memerlukan magnesium dengan tanaman yang tidak memerlukan magnesium. Magnesium di butuhkan oleh tanaman supaya dapat tumbuh dengan maksimal dan tanaman yang tidak mendapatkan magnesium pertumbuhannya kurang berjalan secara maksimal. Grafik di bawah ini adalah grafik yang menjelaskan tentang perbedaan ukuran antara tanaman yang menggunakan magnesium dengan yang tidak.Dapat disimpulkan bahwa magnesium tetap di butuhkan oleh suatu tanaman untuk dapat berkembang secara mmaksimal meskipun sedikit jumlahnya. Di sini magnesium bertindak sebagai faktor pembatas (Suwasono,1986)
Page 4
Gambar. Pengaruh pemberian Mg bagi tanaman. 2.4 HUKUM TOLERANSI SHELFORD Salah satu perkembangan yang penting dalam kajian faktor lingkungan terjadi pada tahun 1913, ketika Victor Shelford mengemukakan hukum toleransi. Hukum ini mengemukakan pentingnya toleransi dalam menerangkan distribusi makhluk hidup. Hukum toleransi menyatakan bahwa untuk setiap faktor lingkungan suatu spesies mempunyai suatu kondisi minimum dan maksimum yang dapat dipikulnya, di antara kedua harga ekstrim ini merupakan rentangan toleransi, termasuk di dalamnya kondisi optimum. Beberapa prinsip yang lebih rendah yang mendukung hukum toleransi adalah: Makhluk hidup mungkin memiliki rentangan toleransi yang lebar terhadap suatu faktor dan sempit untuk faktor lain. Makhluk hidup dengan rentangan toleransi yang lebar untuk semua faktor tampaknya akan tersebar secara meluas. Bilamana suatu kondisi lingkungan sangat minimum, maka akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan lainnya. Misalnya, apabila nitrat dalam tanah terbatas jumlahnya, maka resistensi rumput terhadap kekeringan akan menurun. Seringkali terjadi bahwa makhluk hidup di alam tidak selalu berada dalam kondisi optimum. Dalam hal ini faktor yang lain menjadi sangat penting. Contoh : anggrek dapat tumbuh dengan baik apabila terkena sinar langsung daripada di dalam tempat teduh, namun kelembapan lebih menguntungkan mereka. Pada waktu reproduksi, faktor lingkungan sangat penting. Batas batas toleransi pada biji-bijian, telur, embrio, kecambah dan larva hewan umumnya lebih pendek.
Untuk memberikan gambaran umum tentang rentangan toleransi ini, biasanya dipakai awalan steno untuk rentangan toleransi yang sempit, dan iri untuk rentangan toleransi yang lebar. Di dalam hukum toleransi Shelford dikatakan bahwa : Kehadiran dan keberhasilan sesuatu organisme tergantung kepada lengkapnya kompleks-kompleks keadaan. Ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan secara kualitatif dan kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas tolerasi organisme tersebut.
Page 5
Pengaruh faktor-faktor lingkungan dan kisarannya untuk suatu tumbuh-tumbuhan berbedabeda, karena satu jenis tumbuhan mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda menurut habitat dan waktu yang berlainan. Tetapi pada dasarnya secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien dan faktor fisik, misalnya suhu udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan tersebut.(Odum,1994).
Page 6
Gambar. Grafik prinsip batas toleransi 2.5 3.Konsep Faktor-Faktor Pembatas Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme. Faktor lingkungan yang paling tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas. (Uya. 2010). Dengan mengetahui faktor pembatas (limiting factor) suatu organisme dalam suatu ekosistem maka dapat diantisipasi kondisi-kondisi di mana organisme tidak dapat bertahan hidup.Umumnya suatu organisme yang mempunyai kemampuan untuk melewati atau melampaui faktor pembatasnya maka ia memiliki toleransi yang besar dan kisaran geografi penyebaran yang luas pula. (Uya. 2010). Sebaliknya jika organisme tersebut tidak mampu melewatinya maka ia memiliki toleransi yang sempit dan memiliki kisaran geografi penyebaran yang sempit pula. Tidak sedikit didapati pula bahwa ada organisme tertentu yang tidak hanya beradaptasi dengan faktor pembatas lingkungan fisik saja, tetapi mereka bisa memanfaatkan periodisitas alami untuk mengatur dan memprogram kehidupannya guna mengambil keuntungan dari keadaan tersebut.Faktor pembatas fisik bagi suatu organisme kita kenal secara luas di antaranya faktor cahaya matahari, suhu, ketersediaan sejumlah air, gabungan antara faktor suhu dan kelembaban, dan lain sebagainya. (Uya. 2010). Konsep gabungan faktor pembatas dapat dinyatakan sebagai kehadiran dan keberhasilan suatu organisme atau golongan- golongan organisme tergantung kepada kompleks keadaan. Keadaan yang mana pun yang mendekati atau melampaui batas batas toleransi dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor pembatas. Jadi, organismeorganisme dikendalikan di alam oleh: jumlah dan keragaman material dimana terdapat suatu
Page 7
Gambar. Polytrichum Strictum Sanionia Uncinata di Svalbard, Norwegia hidup di daratan glasial Arktik, mengalami aktivitas fotosintesis tertinggi pada hari-hari hujan atau setelahnya, ini menunjukkan bahwa bukanlah penyinaran matahari, melainkan air yang membatasi produktivitasnya (Uchiha et al. 2002). Air merupakan bagian terbesar pembentukan jaringan dari semua makhluk hidup. Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon tersusun atas air. Cairan yang mengisi sel memiliki peran dalam menjaga substansi tetap dalam keadaan yang tepat untuk menjalankan fungsi metabolisme. Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di danau, sungai, air tanah (ground water) dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu (Campbell.2000). menghubungkan jaring
Page 8
Gambar. Water Content (% oven-dry weight) Air merupakan faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di sistem bumi kita ini adalah terbatas dan dapat berubah ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit untuk terjadi akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi dan evaporasi yang berlangsung secara terus menerus. Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai bagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan juga perubahan suatu struktur, jaringan serta organ tumbuhan tersebut. Untuk lebih rinci perhatikan peranan air bagi tumbuhan di bawah ini : a. Struktur Tumbuhan Air merupakan bagian terbesar pembentuk jaringan dari semua makhluk hidup (tak terkecuali tumbuhan). Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon terdiri dari air, dan bagi tumbuhan herba jumlahnya mungkin akan mencapai 90%. Cairan yang mengisi sel akan mampu menjaga substansi itu untuk berada dalam keadaan yang tepat untuk berfungsi metabolisma. b.Sebagai Penunjang Tumbuhan memerlukan air untuk penunjang jaringan-jaringan yang tidak berkayu. Apabila sel sel jaringan ini mempunyai cukup air maka sel sel ini akan berada dalam keadaan kukuh. Tekanan yang diciptakan oleh kehadiran air dalam sel disebut tekanan turgor dan sel akan menjadi mengembang, dan apabila jumlah air tidak memadai maka tekanan turgor berkurang dan isi sel akan mengerut dan terjadilah plasmolisis. c.Alat Angkut Tumbuhan memanfaatkan air sebagai alat untuk mengangkut materi disekitar tubuhnya. Nutrisi masuk melalaui akar dan bergerak ke bagian tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air. Demikian juga karbohidrat yang dibentuk di daun diangkut ke jaringan jaringan lainnya yang tidak berfotosintesis dengan cara yang sama. d. Pendingin Kehilangan air dari tumbuhan oleh transpirasi akan mendinginkan tubuhnya dan menjaga dari pemanasan yang berlebihan. putaran per menit selama 30 40 menit. 2.6.2. Kadar CO2 Berbicara tentang efek rumah kaca, karena CO2 meningkat di atmosfer, sulit untuk berfikir dalam istilah batas CO2 pada produktivitas tanaman. Dalam sistem air, CO2 biasanya menjadi faktor pembatas, kecuali mungkin di perairan dalam dimana dekomposisi sedimen menyediakan tingkat CO2 namun penyinaran rendah (Maberly 1985; Wetzel et al. 1985). CO2 diperlukan karena menjadi bahan untuk proses fotosintesis tanaman, dan alga.
Page 9
Gambar. Skema Proses Fotosintesis Tumbuhan Karbondioksida bebas merupakan istilah untuk menunjukkan CO2 yang terlarut di dalam air. CO2 yang terdapat dalam perairan alami merupakan hasil proses difusi dari atmosfer, air hujan, dekomposisi bahan organik dan hasil respirasi organisme akuatik. Tingginya kandungan CO2 pada perairan dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota perairan. Konsentrasi CO2 bebas 12 mg/l dapat menyebabkan tekanan pada ikan, karena akan menghambat pernafasan dan pertukaran gas. Kandungan CO2 dalam air yang aman tidak boleh melebihi 25 mg/l, sedangkan konsentrasi CO2 lebih dari 100 mg/l akan menyebabkan semua organisme akuatik mengalami kematian (Laevastu 1996). 2.6.3. Cahaya Matahari Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dan mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto-oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein. Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu. Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat), dapat mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan. Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat tempat dengan intensitas cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh (siofita), metabolisme dan respirasinya lambat. Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil. Cahaya matahari mempunyai dua fungsi yang saling berlawanan, di satu pihak radiasi cahaya matahari menguntungkan karena sebagai sumber energi bagi proses fotosintesa.
Page 10
Page 12
2.6.5. pH Di darat, pH mempunyai dampak minimal dalam pengambilan CO2 dari atmosfer. Tetapi dalam sistem perairan, pH bisa menjadi faktor pembatas yang sangat serius. CO2 yang terlarut dalam air akan menjadi bikarbonat dan karbonat. Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Anonimous, 2004). Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asamasam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu perairan. Sejalan dengan pernyataan tersebut Mahida (1993) menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh H2S yang bersifat toksik banyak ditemui di perairan tercemar dan perairan dengan nilai pH rendah. Selain itu, pH juga mempengaruhi nilai BOD5, fosfat, nitrogen dan nutrien lainnya (Anonimous, 2004). 2.6.6. Salinitas Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine. Salinitas terlalu tinggi dan rendah akan membahayakan Keanekaragaman yang rendah di muara (salinitas tinggi). Keanekaragaman yang rendah di area dengan tingkat evaporasi tinggi (salinitas tinggi). (Anonimous, 2004). 2.6.7. Nutrien Merupakan unsur utama bagi pembentukan protein dan metabolisme sel suatu organisme untuk transfer energi dalam sel. Bahan penimbun energi dalam bentuk ATP untuk reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan. (Anonimous, 2001). 2.6.8. Suhu Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut (Anonimous, 2000).) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme. Relatif mudah untuk
Page 13
Gambar.Sea surface salinity (PSU) Variasi suhu Sangat sedikit tempat-tempat di permukaan bumi secara terus- menerus berada dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi local berdasarkan topografi dan jarak dari laut. Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ), bersama- sama dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi suhu di alam tempat tumbuhan hidup. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi di badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Selain itu, peningkatan suhu air juga mengakibatkan penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, dan CH4 (Anonimous, 2000). Beberapa sifat termal air seperti panas jenis, nilai kalor penguapan dan nilai peleburan air mengakibatkan minimnya perubahan suhu air, sehingga variasi suhu air lebih kecil bila dibandingkan dengan variasi suhu udara. Danau di daerah tropik mempunyai kisaran suhu yang tinggi yaitu antara 20-30 0C, dan menunjukkan sedikit penurunan suhu dengan bertambahnya kedalaman. Oleh karena itu perubahan suhu dapat menghasilkan stratifikasi yang mantap sepanjang tahun, sehingga pada danau yang amat dalam cenderung hanya sebagian yang tercampur (Anonimous, 2000). Adanya penyerapan cahaya oleh air danau akan menyebabkan terjadinya lapisan air yang mempunyai suhu yang berbeda. Bagian lapisan yang lebih hangat biasanya berada pada daerah eufotik, sedangkan lapisan yang lebih dingin biasanya berada di bagian afotik (bagian bawah). Menurut Goldman & Horne (1989), bila pada danau tersebut tidak mengalami pengadukan oleh angin, maka kolam air danau terbagi menjadi beberapa lapisan, yaitu: (1) epilimnion, lapisan yang hangat dengan kerapatan jenis air kurang, (2) hipolimnion, merupakan lapisan yang lebih dingin dengan kerapatan air kurang, dan (3) metalimnion adalah lapisan yang berada antara lapisan epilimnion dan hipolimnion. Pada daerah metalimnion terdapat lapisan termoklin yaitu lapisan dimana suhu akan turun sekurang-kurangnya 1 0C dalam setiap 1 meter (Jorgensen & Volleweider, 1989). Suhu merupakan controling factor (faktor pengendali) bagi proses respirasi dan metabolisme biota akuatik yang berlanjut terhadap pertumbuhan dan proses fisiologi serta siklus reproduksinya (Hutabarat dan Evans, 1984). Suhu juga dapat mempengaruhi proses dan keseimbangan reaksi kimia yang terjadi dalam sistem air (Anonimous, 2000).
Page 14
2.7 LINGKUNGAN MIKRO DAN INDIKATOR EKOLOGI Kehadiran atau keberhasilan suatu organisme atau kelompok organisme-organisme tergantung kepada kompleksitas suatu keadaan. Keadaan yang mana pun yang mendekati atau melampaui batas-batas toleransi dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor pembatas. Dengan adanya faktor pembatas ini semakin jelas kemungkinannya apakah suatu organisme akan mampu bertahan dan hidup pada suatu kondisi wilayah tertentu. Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup maka faktor tadi bukan merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabila organisme diketahui hanya mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor yang beragam maka faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas. Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk di antaranya adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfer, mineral, arus, dan tekanan, tanah, dan api. Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran kepekaan berbeda terhadap faktor pembatas. Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak sebagai ikut menyeleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu wilayah sehingga sering kali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang mendiami suatu wilayah tertentu pula. Organisme ini disebut sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut. Lingkungan mikro merupakan suatu habitat organisme yang mempunyai hubungan faktor-faktor fisiknya dengan lingkungan sekitar yang banyak dipengaruhi oleh iklim mikro dan perbedaan topografi. Perbedaan iklim mikro ini dapat menghasilkan komunitas yang ada berbeda. Suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah, maka sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu daerah. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan indikator biologi adalah : Umumnya organisme steno, yang merupakan indikator yang lebih baik daripada organisme euri Spesies atau jenis yang besar umumnya merupakan indikator yang lebih baik dari pada spesies yang kecil, karena spesies dengan anggota organisme yang besar mempunyai biomassa yang besar pada umumnya lebih stabil. Sebelum yakin terhadap satu spesies atau kelompok spesies yang akan digunakan sebagai indikator, seharusnya kelimpahannya di alam telah diketahui terlebih dahulu. Semakin banyak hubungan antarspesies, populasi atau komunitas seringkali menjadi faktor yang semakin baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu spesies. ( Anonimous, 2000) .
Page 15
BAB III KESIMPULAN 6.1 Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme. Faktor lingkungan yang paling tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas 6.2 Dari papran video diatas bahwa tanaman padi diberikan dan dianjurkan untuk diberikan unsur-unsur nutrien.Pada video ini Nutrein merupakan salah satu faktor pembatas. Tumbuhan padi untuk dapat hidup dan tumbuh dengan baik membutuhkan sejumlah nutrien tertentu (misalnya unsur-unsur nitrat, fosfat dan lain sebagainya yang terbagi 2 nutrien Makro dan Mikronutrien) dalam jumlah minimum. Dimana masing-masing unsur berperan penting dalam pertumbuhan tanaman padi. Untuk menghasilkan hasil yang menguntungkan harus memiliki nutrisi- nutrisi yang tepat, jumlah yang tepat pada waktu yang tepat dan nutrisi yang tepat untuk tanaman padi yang sehat. Nitrogen, fosfor, dan kalium adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah besar relatif. Pasokan produk-nutrisi penting dari tanah, air irigasi, dan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman untuk profitabilitas yang tinggi. Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu. Dalam hal ini unsur-unsur tersebut sebagai faktor ekologi berperan sebagai faktor pembatas
Page 16
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2000, General Environmental Multilingual Thesaurus (GEMET), http// www.gemet.com. Diakses tanggal 12 Maret 2012 _________, 2001, Explosive Dictionary (Definitions of Technical http://projects.ghostwhell.com/dictionary. Diakses tanggal 12 Maret 2012 Terms),
_________, 2004. Thermal Pollution. http://MathInScience.info Diakses tanggal 12 Maret 2012 _________, 2004, Thermal Pollution, http://www.willamette.edu/~ecaruso /thermal. Htm Diakses tanggal 12 Maret 2012 Campbell.2000.Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Erlangga; Jakarta. Hutagalung, RA., 2010. Ekologi Dasar. Erlangga; Jakarta. Laevastu and Taivo, 1996. Exploitable Marine Ecosystems: Their Behaviour and Management. First edition. Blackwell Science, Inc. Massachusetts. Odum Eugena P. 1994. Dasar- Dasar Ekologi Edisi ke tiga. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta Soeraatmadja. 1987. Ilmu Lingkungan. ITB; Bandung. Soemarwoto Otto.2001.Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Djambatan: Jakarta Suwasono, Heddy. 1986. Pengantar Ekologi. Universitas Brawijaya; Malang Uya. 2010. Komponen Ekosistem. http://www.shvoong.com/exact- ciences/biology/2012066komponen-ekosistem.html Diakses tanggal 12 Maret 2012
Page 17