You are on page 1of 13

Pembinaan Akhlak Anak

Posted by paudgrobogan on 5 Oktober 2010 Posted in: Pendidikan. Tinggalkan sebuah Komentar Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena di dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan bermasyarakat. Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak iptek berkembang secara pesat, telah banyak memberikan pengaruh pada tatanan kehidupan umat manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Kehidupan keluarga pun banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini khususnya generasi mudanya dalam kondisi mengkhawatirkan, dan semua ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga. Oleh karena itu, pembinaan terhadap anak secara dini dalam keluarga merupakan suatu yang sangat mendasar. Pendidikan agama, budi pekerti, tatakrama, dan baca-tulis-hitung yang diberikan secara dini di rumah serta teladan dari kedua orang tuanya akan membentuk kepribadian dasar dan kepercayaan diri anak yang akan mewarnai perjalanan hidup selanjutnya. Dalam hal ini, keluarga memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam memberikan pembinaan dan bimbingan (baik secara fisik maupun psikologis) kepada putra-putrinya dalam rangka menyiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas selaku warga negara yang baik dan bertanggung jawab termasuk tanggung jawab sosial. Dalam pandangan Islam, ada beberapa hadist yang membahas tentang pendidikan keluarga, diantaranya : Anas ra. Berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: Apabila Allah menghendaki kebaikan pada suatu keluarga, dia memperdalamkan pengetahuan agama kepada mereka, menjadikan anak-anak mereka menghormati orang tua mereka, memberikan kemudahan pada kehidupan mereka, kesederhanaan dalam nafkah mereka, dan memperlihatkan aib mereka sehingga mereka menyadarinya, lalu menghentikan perbuatannya. Namun apabila menghendaki sebaliknya, dia meninggalkan dan menelantarkan mereka. (H. R. Daru Quthni). Ketika seorang anak pertama kali lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar, dalam benaknya sosok awal dari sebuah gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam kehidupan di dunia. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa saja yang datang dalam dirinya. Imam AlGhozali berkata: anak adalah amanat bagi orang tuanya hatinya bersih, suci, dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran anak akan selalu menerima segala yang diukirnya dan anak akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya, maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan serta dibimbing untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti itulah anak terbentuk, sehingga kedua orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun

apabila si anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan ditelantarkan bagaikan binatang liar, sengsara dan celakalah ia, dosanya akan ditanggung langsung kedua orang tuanya sebagai penanggung jawab, dari amanat Allah. Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, bersih, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi, atau Majusi atau Nasrani. Abu Ala berkata dalam syairnya Al-Bayan (Mendidik Anak Bersama Rasulullah,1998. M. Nur Abdul Hanifah): Akan tumbuh dan berkembang seorang anak sebagaimana perlakukan dan pembiasaan orang tuanya terhadapnya, anak tidak mungkin menjadi hina dan tercela. Apabila kita memahami betapa besar pengaruh lingkungan rumah bagi kehidupan anak maka kedua orangtuanya memiliki kewajiban penuh dalam mempersiapkan anak dan melindunginya dari kehinaan serta mengarahkannya agar tumbuh di dalam jiwanya ruh agama dan kemuliaan. Dari berbagai pandangan di atas, dapat diketahui bahwa sesungguhnya Islam telah mengatur segala aspek kehidupan termasuk mendidik akhlak anak dalam keluarga. Sebagai makhluk hidup, setiap anggota keluarga setiap saat akan selalu beraktivitas atau berperilaku (baik yang nampak ataupun yang tidak tampak) untuk mencapai tujuan tertentu ataupun sekedar memenuhi kebutuhan. Adakalanya tujuan atau kebutuhannya itu tercapai, tetapi mungkin juga tidak, atau adakalanya perilaku yang nampak itu selaras dengan yang tidak nampak, adakalanya tidak. Dalam kondisi seperti ini, bukan hal yang mustahil akan menimbulkan masalah/konflik dan akan mengakibatkan beban mental/stress. Tentu diperlukan pemahaman dan bimbingan yang tepat unuk membantu mereka. Berkaitan dengan hal-hal di atas, dalam tulisan akan dibahas secara singkat mengenai pendidikan dalam keluarga dan pentingnya pembinaan akhlak terhadap anak. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan kelompok individu yang ada hubungannya, hidup bersama dan bekerjasama di dalam suatu unit. Kehidupan dalam kelompok tersebut bukan secara kebetulan, tetapi diikat oleh hubungan darah atau perkawinan. Selain itu, keluarga juga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nuclear family) yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak. Fungsi Keluarga Kehidupan keluarga pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Pembinaan nilai-nilai dan norma agama serta budaya.

2) Memberikan dukungan afektif, berupa hubungan kehangatan, mengasihi dan dikasihi, mempedulikan dan dipedulikan, memberikan motivasi, saling menghargai, dan lain-lain.

3) Pengembangan pribadi, berupa kemampuan mengendalikan diri baik fikiran maupun emosi; mengenal diri sendiri maupun orang lain; pembentukan kepribadian; melaksanakan peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai anggota keluaraga; dan lain-lain. 4) Penanaman kesadaran atas kewajiban, hak dan tanggung jawab individu terhadap dirinya dan lingkungan sesuai ketentuan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pencapaian fungsi-fungsi keluarga ini akan membentuk suatu komunitas yang berkualitas dan menjadi lingkungan yang kondusif untuk pengembangan potensi setiap anggota keluarga. Peran Keluarga Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Tiap eksponen mempunyai fungsi tertentu. Dalam mencapai tujuan keluarga tergantung dari kesediaan individu menolong mencapai tujuan bersama dan bila tercapai maka semua anggota mengenyam Apakah peranan masing-masing 1. Peranan ayah: 1. Sumber kekuasaan, dasar identifikasi. 2. Penghubung dengan dunia luar. 3. Pelindung terhadap ancaman dari luar. 4. Pendidik segi rasional. 1. Peranan Ibu : 1. Pemberi aman dan sumber kasih sayang. 2. Tempat mencurahkan isi hati. 3. Pengatur kehidupan rumah tangga. 4. Pembimbing kehidupan rumah tangga. 5. Pendidik segi emosional. 6. Penyimpan tradisi. 1. Peranan anak laki-laki dan wanita.

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya. Dasar pemikiran dan pertimbangannya adalah sebagai berikut : a. Keluarga adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai proses perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidupnya. b. Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa sentuhan manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh rasa takut. c. Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia mengalami pertama-tama mengalami hubungan dengan manusia dan memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan keluarga. Keluarga menjadi dunia dalam batin anak dan keluarga bukan menjadi suatu realitas diluar seorang anak akan tetapi menjadi bagian kehidupan pribadinya sendiri. Anak akan menemukan arti dan fungsinya. d. Dalam keluarga seorang dipertalikan dengan hubungan batin yang satu dengan lainnya. Hubungan itu tidak tergantikan Arti seorang ibu tidak dapat dengan tiba-tiba digantikan dengan orang lain. e. Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, norma-norma dan sebagainya. Nilai-nilai luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat kemanusiaannya dalam penyempumaan diri. f. Pengenalan didalam keluarga memungkinkan seorang anak untuk mengenal dunia sekelilingnya jauh lebih baik. Hubungan diluar keluarga dimungkinkan efektifitasnya karena pengalamannya dalam keluarga. g. Keluarga merupakan tempat pemupukan dan pendidikan untuk hidup bermasyarakat dan bernegara agar mampu berdedikasi dalam tugas dan kewajiban dan tanggung jawabnya sehingga keluarga menjadi tempat pembentukan otonom diri yang memiliki prinsip-prinsip kehidupan tanpa mudah dibelokkan oleh arus godaan. h. Keluarga menjadi fungsi terpercaya untuk saling membagikan beban masalah, mendiskusikan pokok-pokok masalah, mematangkan segi emosional, mendapatkan dukungan spritual dan sebagainya.

i. Dalarn keluarga dapat terealisasi makna kebersamaan, solidaritas, cinta kasih, pengertian, rasa hormat menghormati clan rasa merniliki. j. Keluarga menjadi pengayoman dalam beristirahat, berekreasi, menyalurkan kreatifitas dan sebagainya. Pengalaman dalam interaksi sosial pada keluarga akan turut menentukan pola tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan diluar keluarganya. Bila interksi sosial didalarn kelompok karena beberapa sebab tidak lancar kemungkinan besar interaksi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar. k. Keluarga mempunyai peranan dalam proses sosialisasi dernikian pentingnya peranan keluarga maka disebutkan bahwa kondisi yang menyebabkan peran keluarga dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut : 1. Keluarga merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to face secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi. 2. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat melahirkan hubungan emosional antara orangtua dan anak. 3. Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orangtua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak Pembinaan Akhlak Pengertian Akhlak Perkataan akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi, tingkah laku, atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini penulis akan kemukakan beberapa pendapat diantaranya : 1. Al-Ghozali mengemukakan bahwa akhlak ialah yang tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan. 2. Ahmad Amin mengemukakan bahwa akhlak yang dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Dari definisi-definisi di atas memberikan suatu gambaran, bahwa tingkah laku merupakan bentuk kepribadian dari seseorang tanpa dibuat-buat tanpa ada dorongan dari luar. Kalau pun adanya dorongan dari luar sehingga seseorang menampakan pribadinya dengan bentuk tingkah laku yang baik, namun suatu waktu tanpa di pasti akan terlihat tingkah laku yang sebenarnya. Sifat-sifat yang tertanam pada manusia sejak lahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk disebut akhlak tercela. Awal seseorang mempunyai tingkah laku karena adanya pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung sesuai dengan pembinaannya, karena didikan dan bimbingan dalam keluarga secara langsung maupun tidak

langsung banyak memberikan bekas bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak-tanduknya, maka ilmu akhlak menjelaskan tentang arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyarankan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan yang harus menunjukan jalan apa yang harus di perbuat. Pembinaan Akhlak terhadap anak Secara umum bahwa akhlak dapat disamakan dengan budi pekerti, perangai atau kepribadian dari hal tersebut setiap individu berangkat dalam mempertahankan jati diri dari kesewenanganwenangan individu lainnya, akhlak dapat mencerminkan kepribadian sekaligus dapat menggambarkan karakteristik untuk senantiasa dibina demi mempertahankan citra diri dan keluarga serta masyarakat sekitarnya. Seorang individu mempunyai akhlak, awalnya adalah hasil dari bimbingan orang tuanya dalam lingkungan keluarga, pengaruh yang tidak sengaja akan dapat diperoleh melalui Pengamatan panca indera, yang tidak disadari masuk dalam pribadi anak atau individu. Oleh karena akhlak merupakan sebagian cermin dari tingkah laku individu, maka keberadaan akhlak itu harus tetap dibina dan diarahkan karena akhlak sebagai penuntun kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Disinilah letak pentingnya pembinaan akhlak terhadap anak, guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Peran Keluarga dalam Pendidikan Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama dalam proses perkembangan manusia menuju kedewasaannya, tetapi peran besar keluarga sebagai base education tersebut belum dioptimalkan secara maksimal. Keluarga dikatakan sebagai institusi pendidikan yang pertama dan utama karena keluarga tempat pendidikan yang pertama bagi anak sebelum masuk pada lembaga-lembaga pendidikan formal, dan secara tidak langsung orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak mereka, dan dikatakan sebagai institusi pendidikan utama karena pada usia balita sampai usia menginjak sekolah, anak pada usia ini cenderung untuk meniru, jadi secara tidak langsung orang tua adalah tauladan bagi para anak-anaknya. Pendidikan anak dalam keluarga pada dasarnya adalah proses pendidikan menuju pertumbuhan dan perkembangan fitrahnya berupa potensi-potensi kebaikan yang dibawa sejak lahir. Kesalahan dalam pendidikan anak tersebut akan berakibat fatal, yakni si anak dapat menyimpang dari fitrah (nature) dan potensi kebaikannya berubah menjadi manusia yang mempunyai kualitas rendah. Oleh sebab itu dalam proses pendidikan anak dalam keluarga perlu memperhatikan pola asuh yang dikembangkan antara lain harus memperhatikan karakteristik anak, karakteristik kontens atau muatan materi, serta kondisi sosiologis dan psikologis keluarga. Bimbingan Orang Tua Dalam Membina Akhlak 1. Bentuk Bimbingan Orang Tua

Bimbingan sebenarnya diberikan di lingkungan keluarga, karena keluarga adalah lingkungan hidup pertama, dimana anak memperoleh pengalaman-pengalaman pertama yang telah mempengaruhi jalan hidupnya, jadi lingkungan pertama yang memberi tantangan pada anak supaya tidak dapat menyelesaikan terhadap lingkungan hidupnya. Untuk mencapai interaksi yang baik antara orang tua dengan anak-anaknya maka dalam keluarga itu harus menjalankan peranannya sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, baik di dalam keluarga itu sendiri maupun di lingkungan masyarakat berikut ini penulis akan menguraikan peranan-peranan tersebut: 1. Peranan Ibu Peranan seorang ibu bagi anak-anaknya sangat besar artinya, karena anak-anak lebih dekat hubungannya kepada ibu daripada kepada ayahnya dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu seorang ibu harus benar-benar berfungsi dalam menunaikan tugasnya, antara lain meliputi pemeliharaan pendidikan anak-anaknya agar mereka menjadi anak yang berguna dan menjadi anak yang shaleh. Pembinaan pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaknya bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan seorang ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya dikemudian hari, karena ibu adalah seseorang yang pertama berkomunikasi langsung dengan anaknya. Pernyataan rasa kasih sayang dan perlindunngan merupakan hal sangat penting bagi anak untuk mengembangkan rasa percaya diri dan terhindar dari rasa takut. Gelisah yang akan mengganggu perkembangan jiwa anak. Peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sumber dan pemberi rasa kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati pengatur kehidupan dalam rumah tangga, pendidik dalam segi-segi emosional. b. Peran Ayah Di samping ibu, peran ayah memegang peranan penting yang sangat penting pula ayah sebagai kepala keluarga merupakan penanggung jawab dalam perkembangan anak-anaknya, baik secara fisik maupun secara psikis. Dengan demikian di samping memenuhi kebutuhan secara fisik seperti makan, minum, sandang dan sebagainya, juga ayah aktif membina perkembangan pendidikan anak. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi prestasinya, berarti ayah merupakan Pimpinan yang sangat patut dijadikan cermin bagi anaknya atau dengan kata lain ayah merupakan figure yang terpandai dan berwibawa. Dengan demikian, setiap perilaku ayah merupakan contoh dorongan bagi anak untuk mengikutinya Orang tua harus menyadari bahwa anak selalu membutuhkan perhatian dan bimbingan orang tuanya, oleh karena itu orang tua harus mengerti betul ciri-ciri pertumbuhan yang dilalui oleh anak. Maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak antara lain: a. Pembinaan Pribadi Anak

Setiap orang tua ingin membina anak agar menjadi anak yang baik mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya. Acapkali orang tua yang tidak sengaja, tanpa di sadari mengambil suatu sikap tertentu, anak melihat dan menerima sikap orang tuanya dan memperhatikan suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi suatu pola kepribadian. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Di sini tugas orang tua untuk menjadi pembimbing anaknya, supaya perkembangan anak yang dialami pada permulaan hidup dapat berlangsung sebaik-baiknya, tanpa gangguan yang berarti. Hubungan orang tua sesama anak sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa anak kepada pembinaan pribadi yang tenang, terbuka dan mudah dididik, karena anak mempunyai kesempatan yang baik untuk tumbuh berkembang. Hubungan yang sangat erat yang terjadi dalam pergaulan sehari-hari antara orang tua dan anak merupakan hubungan berarti yang diikat pula oleh adanya tanggung jawab yang benar sehingga sangat memungkinkan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar rasa cinta kasih sayang yang murni, rasa cinta kasih sayang orang tua terhadap anaknya Tetapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi dan tidak dibentuk, karena anak tidak mendapat suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu terganggu oleh suasana orang tuanya. Dan banyak lagi faktor-faktor tidak langsung dalam keluarga yang mempengaruhi pembinaan pribadi anak. Di samping itu, banyak pula pengalaman-pengalaman yang mempunyai nilai pendidikan baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang dilakukan oleh orang terhadap anak, baik melalui latihanlatihan atau pembiasaan, semua itu merupakan unsur pembinaan pribadi anak. b. Perkembangan Agama Pada Anak Perkembangan keagamaan seseorang di tentukan oleh pendidikan dan latihan-latihan yang dilakukan pada masa kecilnya, karena melalui pendidikan secara terpadu akan membantu pertumbuhan dan perkembangan keagamaan secara terpadu pula. Anak yang di waktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama seperti ibu bapaknya orang yang tau dan mengerti agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara sengaja di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pertumbuhan agama pada anak tergantung kepada orang tuanya, karena anak-anak sikap, tindakan, dan perbuatan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan agama pada anak. c. Pembentukan Pembinaan Pada Anak Hendaknya setiap orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya, karena dengan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laut sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya

untuk melakukan yang baik buat anak cenderung melakukan perbuatan yang baik seperti latihanlatihan keagamaan yang menyangkut ibadah, dibiasakan sejak kecil sehingga lambat laun akan merasa senang dan terdorong oleh sikap tersebut untuk melakukannya atas dasar keinginan dari hati nurani yang ikhlas. d. Dibawa Orang Tua Anak akan meniru segala perbuatan yang dilakukan oleh orangtuanya dan mau melaksanakan perintah orang tuanya bila semua itu akan merasa enggan kepada orang tua. Maksud enggan ialah si anak menganggap orang tuanya dianggap dan diakui sebagai pembimbing dan panutan. Maka orang tua wajib ditaatinya, ditiru perbuatannya, dan dihormati. Akibat dari rasa enggan kepada orang tua timbul rasa patuh dan penuh kesadaran dan rela hati. e. Contoh Tauladan Suatu sikap keteladanan dan perbuatan yang baik dan positif yang dilaksanakan oleh orang tua sangat diperlukan. Hal ini merupakan proses pendisiplinan diri anak sejak dini, agar anak kelas terbiasa berbuat baik sesuai dengan aturan dan norma yang ditetapkan di masyarakat berdasarkan kaidah yang berlaku orang tua yang dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada anakanaknya adalah orang tua yang mampu dan dapat membimbing anak-anaknya ke jalan yang baik sesuai dengan yang diharapkan. f. Pembentukan Sikap Dalam pergaulan sehari-hari kata sikap sering kali digunakan dalam arti yang salah dan kurang tepat. Definisi sikap ialah Suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Untuk mengetahui sejauhmana peranan sikap orang tua terhadap anak, maka akan diperinci setiap sikap serta akibatnya yang dapat dilihat dari sifat-sifat kepribadian yang terbentuk, yaitu: 1) Sikap Terlalu Menyayangi Dan Melindungi Serta Memanjakan Orang tua terlampau cemas terhadap oleh karena itu Berhati-hati sekali mendidik anaknya dan senantiasa menjaga agar anaknya terhindar dari bahaya. Sikap melindungi dan menyayangi anak terlalu berlebihan serta cenderung mengerjakan apa saja untuk anaknya, akibatnya anak tidak dapat kesempatan untuk belajar berbuat sendiri, mengambil keputusan, anak sangat tergantung kepada orang tuanya sulit untuk menyesuaikan diri, bersifat ragu-ragu. 2) Sikap Otoriter Sikap ini menggambarkan pengawasan yang keras dari orang tua terhadap anak-anaknya, banyak larangan, semua perintah harus dilaksanakan tanpa ada pengertian kepada anak. Akibatnya anak menjadi tidak taat bahkan anak melawan terang-terangan atau pura-pura taat, menjadi pasif, kurang inisiatif, bersifat menunggu (perintah), kemampuan untuk merencanakan sesuatu, tidak dapat mengambil keputusan sendiri, akan mudah cemas dan putus asa. 3) Sikap Demokratis Sikap ini dapat digambarkan sebagai sikap orang tua yang senantiasa berembuk dengan anaknya mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil, menerangkan alasan-alasan peraturan-peraturan memberi kesempatan pada anak untuk berpartisipasi, berinisiatif menghargai pendapat anakanaknya, menanggapi pertanyaan-pertanyaan anak-anaknya, membimbing anak-anak ke arah

penyadaran akan menjadi hal dan kewajiban dan bersikap toleran. Dari sikap demokratis ini akan menimbulkan kemampuan berinisiatif. 2. Pentingnya Pembinaan Akhlak Terhadap Anak Akhlak adalah suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa orang hingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa berfikir dan direnungkan lagi. Bila timbul dari padanya itu perbuatan-perbuatan mulia dan baik dalam pandangan akal syara dinamakan akhlakul mahmudah (baik) terpuji, sebaliknya hal yang timbul itu perbuatan-perbuatan buruk menurut pandangan akal dan syara maka perbuatan itu dinamakan akhlakul madzmumah (buruk) tercela. Pentingnya pembinaan akhlak atau budi pekerti dan penanamannya dalam jiwa anak akan semakin tampak jelas, bila kita telaah Hadits-Hadits Rasulullah SAW yang menunjukan perhatian beliau yang amat besar terhadap penanaman budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak seorang anak. Tarmidzi meriwayatkan dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda; Seorang bapak yang mendidik anaknya, adalah lebih baik daripada bersedekah sebanyak satu shada. Tarmidzi meriwayatkan dari Said bin Ash, Rasulullah SAW bersabda; tidak ada pemberian seorang bapak kepada anaknya, adalah lebih baik dari pada budi pekerti yang luhur. Oleh karena itu Ali-Madani berkata; Mewariskan budi pekerti yang luhur kepada anak, adalah lebih baik dari pada mewariskan harta kepadanya, karena budi pekerti yang luhur dapat memberikan harta dan kemuliaan, dan rasa cinta terhadap para saudara. Pendeknya akhlak yang mulia atau budi pekerti yang luhur dapat memberikan kenikmatan dunia dan akhirat. Namun sebagian orang tua melalaikan kepentingan pembinaan budi pekerti dan sopan santun anak, bahkan mereka menganggap hal tersebut sebagai hal yang sepele yang dapat diabaikan begitu saja, maka para orang tua yang malang itu tidak menyadari bahwa ia sebenarnya telah menjerumuskan anaknya sendiri ke jurang kedurhakaan. Sesungguhnya pembinaan akhlak budi pekerti adalah hak anak atas orang tuanya, seperti hak makan dan minum serta nafkah dari mereka. Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a. Bahwa Nabi SAW bersabda; Muliakanlah anakanakmu dan ajarkanlah mereka budi pekerti yang luhur. Anak harus memiliki akhlak yang baik sejak usia kecilnya, agar ia hidup dicintai pada waktu besarnya, diridhoi Tuhan-Nya, dicintai keluarganya dan semua orang, ia harus pula menjauhi akhlak yang buruk. Agar tidak menjadi orang yang dibenci, tidak dimurkai Tuhan-Nya, tidak dibenci keluarganya dan tidak dibenci siapapun. Adapun cara mengerjakan akhlak pada anak yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah: 1) Sopan santun pada orang tua Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah r.a. Ia berkata; Rasulullah SAW melihat seseorang berjalan bersama anaknya, kemudian Nabi SAW bertanya kepada anak kecil itu Siapakah orang yang berada di sampingmu itu? anak itu menjawab, ia adalah bapakku kemudian Rasulullah bersabda; Ingatlah, kamu jangan berjalan di depannya dan kamu jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya mengumpatmu karena marah dan kamu jangan

duduk sebelum ia duduk, dan jangan kamu panggil ia dengan namanya. - Adab berbicara dengan orang tua - Adab memandang orang tua 2) Sopan santun terhadap ulama Thabrani meriwayatkan dari Abi Umamah r.a ia berkata; Rasulullah SAW bersabda; Sesungguhnya Luqman berkata kepada anaknya, Wahai anakku engkau harus banyak bergaul dan dekat dengan para ulama, dengarkan juga perkataan para ahli Hikmah, sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya Hikmah, sebagian ia menghidupkan hati yang mati dengan cahaya Hikmah, sebagaimana ia menghidupkan tanah yang tandus dengan air hujan 3) Etika menghormati orang yang lebih tua Rasulullah SAW bersabda; Bukan dari golongan kita, orang yang tidak sayang kepada yang lebih muda dan tidak menghormati orang yang lebih tua 4) Etika bersaudara Orang tua harus mengajarkan kepada anak-anaknya untuk saling mengetahui tugas masingmasing, yang besar menyayangi yang kecil dan yang kecil menghormati yang besar, karena apabila masing-masing melaksanakan hak dan kewajibannya secara baik maka akan tumbuh harmonis dan damai. 5) Etika bertetangga Tetangga mempunyai hak-hak dalam syariat Islam. Hal itu tidak lain adalah untuk memperkuat ikatan komunitas masyarakat muslim, orang tua harus mendidik anaknya untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat menyakiti tetangga 6) Etika meminta izin Etika meminta izin adalah kewajiban seluruh orang besar maupun kecil dan hal ini mempunyai tempat tersendiri dalam syariat Islam. Sesungguhnya Al-Quran telah mendidik anak tentang etika meminta izin sebelum masuk kamar orang tuanya, Allah memerintahkan orang tua untuk mengajarkan etika meminta izin secara bertahap 7) Etika makan Imam Al-Ghozali Merangkum etika makan sebagai berikut: Tidak mengambil makanan kecuali dengan tangan kanan dan mengucapkan Basmalah Memakan makanan yang terdekat Jangan mendahului orang lain makan Jangan memandang makanan terus menerus atau melihat orang yang sedang makan

Tidak tergesa gesa ketika makan, dan tidak berlebihan Kunyahlah makananmu dengan baik Tidak boleh terus menerus memasukan makanan ke dalam mulut tanpa henti Tidak mengotori pakaian atau kedua tangan Tidak boleh terlalu tergiur oleh makanan Qonaah (rasa puas) atas makanan yang kasar (tidak membangkitkan selera). 8) Etika memotong rambut Ibnu Umar r.a. Berkata Rasulullah SAW. Melihat seorang anak yang di potong sebagian rambutnya, sebagian yang lain di biarkan begitu saja, lalu Nabi SAW. Melarangnya seraya berkata: Potonglah seluruhnya atau biarkan seluruhnya. (HR Abu Daud Bin Nasai) Dari keterangan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa Akhlak adalah perangi atau sikap yang dapat dibina dan diciptakan dalam diri masing-masing pribadi. Dengan demikian, yang dibutuhkan oleh anak adalah pembinaan akhlak. Dan untuk mewujudkannya tidaklah mudah karena membutuhkan kerja keras serta kesabaran orang tua selaku pendidik. Dan arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak. Kesimpulan Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena merekalah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan hasil dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga agama, bangsa dan negara. Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang penuh kepada anaknya dalam membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan perbuatan yang baik tetapi hendaklah orang tua selalu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan berbagai bacaan dan menanamkan kebiasaan memerintah melakukan kegiatan yang baik, menghukum anak apabila bersalah, memuji apabila berbuat baik, menciptakan suasana yang hangat yang religius (membaca Al-Quran, sholat berjamaah, memasang kaligrafi, Doa-Doa dan ayat-ayat Al-Quran), menghapal, menumbuhkan gairah bertanya dan berdialog. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Bimbingan Orang Tua Dalam Membina Akhlak Anak Usia Pra Sekolah Di Lingkungan Keluarga. w

Setiawati, Drs. 2006. Optimalisasi Peran Wanita Di Keluarga Dalam Membentuk Sumber Daya Manusia Berkualitas (Tinjauan Peranserta Wanita Dalam Membangun Generasi Cinta Tanah Air Dan Siap Bela Negara). Bul Syaikh Yusuf Muhammad al-Hasan. Pendidikan Anak Dalam Islam. E-book. Maktabah Abu Salma al-Itsari. http://dear.to/abusalma Wahini, Weda. 2002. Keluarga Sebagai Tempat Pertama Dan Utama Terjadinya Sosialisasi Pada Anak. Makalah Falsafah Sains IPB. Bogor Wahyuningsih, Retno. 2007. Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Anak. Makalah Pendidikan Sosiologi UNY. Yogyakarta
http://paudgrobogan.wordpress.com/2010/10/05/pembinaan-akhlak-anak/

You might also like