You are on page 1of 13

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Anabolisme adalah proses pembentukan molekul kompleks dari molekul sederhana. Contoh anabolisme adalah sintesis bahan organik. Sintesis bahan organik dapat terjadi melalui fotosintesis dan kemosintesis. Dalam hal ini kita fokuskan pada fotosintesis. Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury, 1995).

1.2

Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh cahaya pada proses fotosintesis?

1.3

Tujuan Penelitian 1. 2. 3. Untuk mengetahui komponen yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan dalam fotosintesis Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh saat fotosintesis.

1.4

Manfaat 1. 2. Menambah informasi tentang terjadinya proses fotosintesis Memberikan informasi tentang bagaimana proses penelitian tentang fotosintesis

1.5

Hipotesis Hipotesis dalam penelitian tentang fotosintesis adalah kami berpendapat bahwa cahaya sangat dibutuhkan selama proses fotosintesis dan dalam proses tersebut terjadi pembentukan oksigen dengan adanya gelembung.

1.6

Sistematika Penulisan Karya tulis ini tersusun dari 5 bab, Bab I berisi pendahuluan yang tersusun dari latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan, hipotesis dan sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teori dari topik permasalahan yang kita ambil. Bab III berisi metodelogi yang tersusun atas metode penelitian dan waktu kita melakukan penelitian Bab IV berisi pembahasan yang tersusun dari hasil penelitian yang telah kita lakukan. Bab V berisi penutup yang tersusun dari kesimpulan dan saran.

Bab II Landasan Teori


2.1

Pengertian Fotosintesis Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.

2.2

Sejarah Fotosintesis Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an. Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air. Namun, pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia

mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu. Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan. Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah dirusak oleh lilin tersebut dapat dipulihkan oleh tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan. Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley. Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak". Ia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya. Akhirnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang dipulihkan dan merusak itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan percobaanpercobaan "pemulihan" udara. Ia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air. Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa).

2.3

Pigmen Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya. Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut. Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun. Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap energi matahari.

2.4 Kloroplas Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran. Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli. Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum). Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di antara membran tilakoid. Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b,

karetonoid, dan lipid.Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu). Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid. Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa yang dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem. 2.5 Fotosintesis pada Alga dan Bakteri Alga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya terdiri dari satu sel. Meskipun alga tidak memiliki struktur sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan cara yang sama. Hanya saja karena alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih bervariasi. Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof. Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berarti bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme lain.

Bab III Metodelogi

3.1

Metode Penelitian Dalam hal metode penelitian, kami melakukannya menggunakan beberapa metode, yaitu 1. Metode Penelitian dengan cara observasi

3.2

Metode Pengumpulan Data Dalam hal metode pengumpulan data, kami mencarinya dari berbagai sumber yang terkait dengan proses pembuatan tempe dengan memanfaatkan bioteknologi yaitu : 1. Metode pengumpulan data dengan studi pustaka Dalam penelitian kali ini, kami memperoleh informasi tentang bagaimana proses pemanfaatan bioteknologi dalam proses pembuatan tempe. Data yang kami peroleh didapat dari berbagai sumber yaitu melalui media internet, buku pelajaran biologi, majalah dan surat kabar harian.

3.3

Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian tentang pemanfaatan bioteknologi pada proses pembuatan tempe ini kami lakukan pada : Hari Tanggal Pukul Tempat : Senin - Rabu : 3 Oktober 2010 : 09.00 12.30 : Laboratorium SMA Negeri 1 Tegal

Bab IV Hasil Penelitian dan Analisis


4.1 Tabel Hasil Penelitian ---BANYAK GELEMBUNG KECEPATAN LARUTAN + DITUTUP MIKA NaHCO3 MERAH Tidak terlalu Banyak banyak gelembung (0,09 cc/mnt) (0,05 cc/mnt) Lebih kecil

GELEMBUNG BESAR GELEMBUNG Lebih besar VOLUME OKSIGEN AKHIR 7cc menit /

80 4cc / 80 menit

Keterangan : Percobaan tersebut dilakukan dalam waktu 80 menit dan dilakukan dalam tempat terbuka (terkena sinar matahari) 4.2 Analisis Hasil Penelitian Penelitian yang kami lakukan tersebut dengan mengisi air dengan volume penuh adalah untuk melihat berapa volume oksigen yang dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut. Hal ini terlihat ketika hasil akhir dalam tabung (posisi terbalik) yang mulanya penuh air setelah 80 menit terdapat gelembung udara di bagian atas tabung, hal ini menunjukkan adanya oksigen dalam hasil fotosintesis. Pada proses fotosintesis bergantung energi cahaya yang ada dan zat yang mempengaruhi proses fotosintesis tersebut (misal NAHCO3). Energi cahaya yang ada tersebut berasal dari jenis spektrum cahaya (merah jingga kuning hijau biru nila ungu). Namun besarnya energi bergantung pada jenis klorofil yang menangkap.

10

Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan Fermentasi adalah proses peragian atau proses penguraian makanan oleh jamur dan bakteri yang berlangsung dalam keadaan anaerob ( tidak memerlukan oksigen dari udara bebas ) dengan bantuan enzim. Selain itu fermentasi juga berarti pemecahan senyawa organik oleh mikroba yang berlangsung dalam suasana anaerob dengan menghasilkan energi. Pengaruh gas yang dihasilkan pada reaksi dalam gelas 1 memacu busa mengalir menuju gelas 2 hingga menimbulkan reaksi dan uap air sebagai hasil akhir reaksi. Hasil dari proses fermentasi dalam pembuatan alkohol yang kita lakukan adalah gas karbondioksida, uap air, alkohol, gelembung-gelembung dan endapan kapur yang merupakan hasil dari air kapur yang bereaksi dengan karbondioksida. 5.2 Saran Dalam penelitian yang telah kami lakukan, kami selaku penulis memiliki beberapa saran yang kami tunjukan kepada masyarakat selaku pembaca dari karya tulis ini. kami menyarankan bahwa tempe mungkin bagi sebagian masyarakat bercitra rendah, namun dalam hal kandungan gizi tempe memiliki tidak bisa diremehkan karena memiliki berbagai kamdungan gizi yang dibutuhkan manusia. Dalam proses pembuatan tempe disarankan memakai alat yang bersih (steril dari kuman) dan pada proses penhilangan kotoran sebaiknya dilakukan dengan seksama, karena hal ini sering terlewatkan oleh pengusaha pembuat tempe.

11

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi, diakses tanggal 28 Juli 2010. http://ptp2007.wordpress.com/2008/03/31/fermentasi-tempe/, diakses tanggal 28 Juli 2010. Astawan, M. dan Mita W. Teknologi pengolahan pangan nabati tepat guna. Jakarta : Akademika Pressindo, 1991. Hal. 94-96. Buku seri teknologi makanan II. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, 1983. Hal. 39-45. Sarwono, B. Membuat tempe dan oncom. Jakarta : PT. Penebar Swadaya, 1982. Hal. 10-15. Tri Radiyati et.al. Pengolahan Kedelai. Subang: BPTTG Puslitbang Fisika Terapan LIPI, 1992. Hal. 1-5. Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993. http://tutorjunior.wordpress.com/2009/10/09/laporan-bioteknologi-membuattempe/, diakses tanggal 28 Juli 2010. http://blog.malangkota.go.id/smpn5/2009/05/30/industri-tempe-sanan/, tanggal 28 Juli 2010. http://iqbalali.com/2008/05/07/buat-tempe-yuuuuk/#more-113/, diakses tanggal 28 Juli 2010. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6c23, diakses tanggal 28 Juli 2010. diakses

12

13

You might also like