Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian dan Ciri-Ciri Masalah Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah yang menimpa sesorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat menggganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Cirri-ciri masalah adalah sebagai berikut : 1. Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das Sollen) dan kenyataannya (das sein). 2. Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin berat. 3. Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. 4. Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun oleh lingkungan. 5. Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru. 6. Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic Question) yang perlu dijawab. 7. Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.
B. Jenis-Jenis Masalah Siswa sekolah menengah berada dalam fase masa remaja. Pada fase ini individu mengalami perubahan yang besar, yang dimulai sejak datangnya fase masa puber. Hurlock (1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada masa puber. Sikap dan perilaku yang dimaksudkan adalah : 1. Ingin menyendiri. 2. Bosan 3. Inkoordinasi 4. Antagonism social 5. Emosi yang meninggi
6. Hilangnya kepercayaan diri Sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering mengganggu tugastugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja, dan sebagai akibtnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh remaja antara lain : 1. Masalah Emosi Akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini dapat dilihat dari gejala yang tampak pada mereka, misalnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering menimbulkan berbagai
permasalahan remaja. Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk membantu subjek didik menuju kearah kedewasaan yang optimal harus mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah emosional ini. Dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok anak dapat berlatih menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah, bagaimana cara mengendalikan diri baik dalam menggapai masalah sesama anggota maupun masalahnya sendiri.
2. Masalah Penyesuaian Diri Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman sebaya dalam segala pola perilaku , sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat tergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah dalam bergaul, dalam keadaan demikian remaja cenderung akan mengikuti pergaulan yang salah tersebut tanpa mempedulikan berbagai akibat yang akan menimpa dirinya karena kebutuhan akan penerimaan dalam kelompok sebaya dianggap paling penting. Untuk itulah sekolah harus ikut membantu tugas-tugas perkembangan remaja tersebut agar mereka tidak mengalami keasalahan dalam penyesuaiian dirinya.
3. Masalah Perilaku Seksual Pada masa puber (masa remaja), remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romantic, yang diikuti oleh keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunya minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari atau memperoleh informasi tentang seluk-beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai akibat dari informasi yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan, misalnya berciuman, bercumbu, masturbasi, dan bersenggama. Untuk menanggulangi dan mangatasi masalah tersebut, sekolah hendaknya melakukan tindakan nyata, misalnya pendidikan seks.
4. Masalah Perilaku Sosial Adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau social ekonomi yang berbeda dapat melahirkan geng-geng atau kelompok remaja yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang agama, suku, dan social ekonomi, hal ini dapat memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut , sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras dan social ekonomi.
5. Masalah Moral Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini disebabkan oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, sekolah sebaiknya menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, meningkatkan pendidikan budi pekerti.
6. Masalah Keluarga
Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa remaja adalah : standar perilaku, metode disiplin, hubungn dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu. Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan modern berbeda. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan di antara mereka. Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga tentang penetapan waktu pulang dan mengenai teman-teman remaja yang dapat berhubungan terutama temanteman lawan jenis. Untuk itu sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan orang tua. Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menangani munculnya permasalahan remaja, antara lain : a. Memahami dan mendengarkan keluhan remaja dengan penuh perhatian, pengertian dan kasih sayang. b. Memberikan penghargaan terhadap prestasi studi/prestasi sosial, seperti olahraga, kesenian atau perbuatan-perbuatan baik yang ditunjukkan remaja baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat c. Banyak berdiskusi tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sosial maupun lingkungan sekolahnya serta orientasi masa depan yang akan direncanakan remaja. d. Realistis dan bersikap objektif terhadap anak, sehingga idealnya orang tua mengetahui kapasitas anak dan mendiskusikan target apa yang ingin dicapai. e. Mulai menyertakan remaja dalam pengambilan keputusan keluarga. Hal ini mendidik anak untuk ikut bertanggung jawab dan melatih mereka dalam proses problem solving dan decision making. f. Mendukung ide-ide remaja yang positif. g. Mengawasi kegiatan dan lingkungan sosial remaja secara proporsional, tidak
terlalu ketat atapun terlalu longgar. h. Jika ada indikasi ketidakberesan yang serius, baik dalam segi fisik ataupun psikologis yang cukup mencolok segera konsultasikan dengan tenaga ahli seperti dokter atau psikolog.
sumber : http://kucingbangsawan.blogspot.com/2010/10/jenis-masalah-siswa-di-sekolahmenengah.html diunduh pada hari kamis 15 Desember 2011, pukul 09.50 WIB
Materi umum aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling meliputi : Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertakwa terhadap Tujan Yang Maha Esa. Kondisi mental dan fisik siswa, pengenalan terhadap diri sendiri. Kemampuan pengenalan lingkungan dan hubungan sosial. Tujuan, sikap, kebiasaan, ketrampilan, dan kemampuan belajar. Informasi karir dan pendidikan. Kondisi keluarga dan lingkungan.
sumber : http://kucingbangsawan.blogspot.com/search/label/kuliah diunduh pada hari kamis 15 desember 2011 pada pukul 09.51 WIB
Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah. 1. Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang dialami remaja di
sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan
yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perilaku anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam
perhatian sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.
Pertama, memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog untuk menyiapkan jalan bagi
tindakan bersama. Sikap mau berdialog antara orangtua, pendidik di sekolah, dan masyarakat dengan remaja pada umumnya adalah kesempatan yang diinginkan para remaja. Dalam hati sanubari para remaja tersimpan kebutuhan akan nasihat, pengalaman, dan kekuatan atau dorongan dari orang tua. Tetapi sering kerinduan itu menjadi macet bila melihat realitas mereka dalam keluarga, di sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat yang tidak memungkinkan karena antara lain begitu otoriter dan begitu bersikap monologis. Menyadari kekurangan ini, lembaga-lembaga pendidikan perlu membuka kesempatan untuk mengadakan dialog dengan para remaja, kaum muda dan anakanak, entah dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
mencintaianak secara sempurna. "Saya telah memberikan segala-galanya", itulah keluhan seorang ibu yang merasa kecewa karena anak-anaknya yang ugal-ugalan di sekolah dan di masyarakat. Anak saya anak yang tidak tahu berterima kasih, katanya. Yang perlu dipahami bahwa setiap individu memerlukan rasa aman dan merasakan dirinya dicintai. Sejak lahir satu kebutuhan pokok yang yang pertama-tama dirasakan manusia adalah kebutuhan akan "kasih sayang" yang dalam masa perkembangan selanjutnya di usia remaja, kasih sayang, rasa aman, dan perasaan dicintai sangat dibutuhkan oleh para remaja. Dengan usaha-usaha dan perlakuan-perlakuan yang memberikan perhatian, cinta yang tulus, dan sikap mau berdialog, maka para remaja akan mendapatkan rasa aman, serta memiliki keberanian untuk terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya. Lewat kondisi dan suasana hidup dalam keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan masyarakat seperti di atas itulah para remaja akan merasa terdampingi dan mengalami perkembangan kepribadian yang optimal dan tidak terkungkung dalam perasaan dan tekanan-tekanan batin yang mencekam. Dengan begitu gaya hidup yang mereka tampilkan benarbenar merupakan proses untuk menemukan identitas diri mereka sendiri yang sebenarnya. sumber : http://komunitassosialhsr.wetpaint.com/page/Pengendalian+perilaku+menyimpang+siswa pada kamis 15 desember 2011 pukul 09.56