You are on page 1of 9

MAKALAH

Percobaan melakukan tindak pidana


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana Yang dibimbing oleh : Bpk H. Nur Solikin S.Ag. M.H.

Oleh : Kelompok IX Marifatul kiftiyah (083 091 019) Muhamad Mudasir (083 091 020)

SYARIAH/AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER JEMBER 2011

PEMBAHASAN 1. PERCOBAAN
A. Tinjauan Umum/Sejarah Perkembangan Tentang Percobaan.

Percobaan melakukan tindak pidana, teori ini di dasarkan kepada niat seseorang, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 53 KUHP yang berbunyi:
a. Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah

ternyata dan adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri.
b. Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai.

(Sunarto, 2007: 27) Ini artinya bahwa mencoba melakukan kejahatan dipidana, apabila niat itu telah terwujud dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri. Jadi dikatakan sebagai permulaan pelaksanaan adalah semua perbuatan yang merupakan perwujudan dari niat pelaku. Apabila suatu perbuatan sudah merupakan permulaan dari niatnya, maka perbuatan tersebut sudah dianggap sebagai permulaan pelaksanaan, seperti contoh berikut, A ingin membunuh B. A terlebih dahulu pergi kerumah C untuk meminjam senapan, hal tersebut sudah merupakan permulaan dari niatnya yakni ingin membunuh B. Sehingga A pergi kerumah C untuk meminjam senapan sudah dianggap sebagai permulaan pelaksanaan melakukan percobaanmembunuh pidana.html) Dalam bahasa sehari-hari, percobaan di mengerti untuk mencapai tujuan tertentu tanpa (keberhasilan) mewujudkannya, atau upaya tanpa keberhasilan, demikian dirumuskan oleh guru besar dari Utrecht, .Pompe. syarat bagi percobaan yang dapat dikena pidana, seperti yang ditunut oleh undangundang adalah awal ihktiar pelaku harus sudah terwujud melalui (rangkaian) B. (http://serbaserbiserbuhukum.blogspot.com/p/percobaan-melakukan-

tindakan permulaan dan bahwa tidak terwujudnya akibat dari tindakan tersebut berada diluar kehendak si pelaku. Tidak ada percobaan yang berdiri sendiri (an sich), yang ada hanya percobaan melakukan pembunuhan berencana, percobaan melakukan pencurian atau percobaan melakukan penipuan, dengan kata lain unsur-unsur delik janganlah dicari didalam tindakan pecobaan itu melainkan dalam pelbagai rumusan delik lain, yang sebenarnya hendak diwujudkan oleh si pelaku yang mencoba. Pengkategorian percobaan melakukan kejahatan sebagai tindakan yang pantas diancamkan sanksi pidana tidak terjadi secara otomatis. Code Penal didalam ketentuan pasal 2 mengancam dengan sanksi pidana. Toute tentative de crime qui aure ete manifestee par des actes exterieures et suivie dun commencent dexecution (setiap percobaan melakukan kejahatan yang diwujudkan melalui tindakan eksternal di susul oleh permulaan pelaksanaan) dan ini telah menjadi hukum kita, baik dibelanda maupun di indonesia. (Remmelink, 2003: 286) Dalam KUHPidana (Belanda tahun 1886), ketentuan tentang percobaan dirumuskan pasal 45 dan 46. Ketentuan pasal 45 (pasal 53 dan 54 KUHP) dengan sejumlah syarat tertentu, mengenakan ancaman pidana pada percobaan, namun hanya bagi kejahatan . sedangkan ketentuan pasal 46 menetapkan bahwa percobaan untuk melakukan pelanggaran tidak akan diancam dengan pidana. Penjelasan tentang pembatasan ancaman pidana hanya pada percobaan melakukan kejahatan dapat ditemukan pada kenyataan bahwa dalam hal ini pelanggaran, kualifikasi sering bersumber pada kebutuhan untuk menertibkan, jadi pada utilitas ketimbang pada tuntutan pada perasaan hukum. pelanggaran dianggap lebih ringan ketimbang kejahatan, sehingga percobaan melakukan pelanggaran dianggap tidak perlu diancam pidana. Sebagaimana kebanyakan delik yang memunculkan ancaman bahaya abstrak, pelanggaranpun ditujukan pada upaya-upaya (tidak tertentu) yang mengancam kebendaan hukum tertentu. . Berkenaan dengan kejahatan, ketentuan pasal 45 memperluas jangkauan pemidanaan. Disamping tiap delik yang tuntas, juga menemukan bentuk percobaan yang dalam dirinya sendiri dikategorikan sebagai kejahatan. Hal

ini ditegaskan pula oleh ketentuan pasal 78 sr. (Pasal 86 KUHP) yang menyatakan bahwa tatkala kejahatan secara umum maupun khusus dibicarakan, maka didalamnya akan tercakup pula bentuk percobaan (termasuk pula tindakan kejahatan atau permulaan) tindakan pidana yang bersangkutan, kecuali ditentukan lain. Pengecualian demikian misalnya adalah ketentuan pasal 45_dari ketentuan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perluasan yang dimungkinkan oleh ketentuan ini tidak mencakup atau berkenaan dengan bentuk percobaan. Percobaan terhadap percobaan tidak mungkin terjadi. (Remmelink, 2003: 287) B. Dua Bentuk Percobaan 1.Delik manqu dan 2.Delik Tentave Penting untuk diketahui bahwa dalam ajaran hukum pidana ditemukan pemilahan dua bentuk percobaan. Bentuk yang pertama dapat di ilustrasikan. Terdakwa meracuni istrinya, ia telah melakukan segala daya upaya untuk menuntaskan tujuan akhir delik yang hendak diperbuatnya, yaitu pembunuhan. Ternyata istrinya mempunyai daya tahan fisik luar biasa, dan ia kebetulan tidak meninggal. Sekalipun disini terdakwa tidak secara tuntas menempuh jalur kriminal (iter criminis), akibatnya (yang ia harapkan) ternyata tidak terjadi. Dalam hal ini kita berbicara tentang delik manqu (Beendigter Versuch) tindak pidana yang dilakukan tuntas, namun kebetulan tidak berhasil ). Ilustrasi lainnya adalah terdakwa mencoba menghilangkan nyawa istrinya dengan tusukan pisau, namun sebelum ia berhasil menusukkan pisaunya kesasaran yang tepat, tetangganya datang. disini jalur kriminalitas belum selesai dituntaskan dan berhenti pada tentative (unbeendiqter versuch). (Remmelink, 2003: 287-288)
C. Unsur-unsur Percobaan

Pendefenisian percobaan didalam perundang-undangan tidak ditemukan. Kendati demikian, yang ditemukan didalamnya adalah dua syarat yang harus

dipenuhi bila ingin berbicara tentang percobaan dalam konteks undangundang. Kedua syarat tersebut adalah :
1. Niatan-Maksud (voornemen/intent) pelaku 2. yang sudah terwujud dalam Awal mula pelaksanaan.

Sampai sebelum perubahan undang-undang diatas, dari tanggal 1 april 1994, ditemukan juga syarat ketiga : tidak tuntasnya tindakan yang diniatkan harus terjadi diluar kehendak pelaku. Syarat tambahan ini, unsur yang dirumuskan secara negative ternyata tidak 46b. sr. (Remmelink, 2003: 288)
Niatan-Maksud

lagi dicakupkan kedalam

ketentuan yang baru, namun masih dapat tercakup didalam ketentuan pasal

Niat pembuat untuk melakukan kejahatan, niat dapat diartikan sebagai sengaja dalam tahap awal dari proses pengambilan keputusan untuk melakukan kejahatan atau merencanakan suatu perbuatan dan memutuskan untuk berbuat lebih lanjut sesuai rencana itu. Niat tidak hanya tampak dalam bentuk pola tetapi juga sebagai kesengajaan dalam corak-corak lainnya, termasuk kesengajaan. (Meister, 1995: 239) Didalam diri pelaku harus ditemukan adanya niat untuk menuntaskan apa yang oleh undang-undang sebagai kejahatan. Apakah unsur psikis ini harus dimengerti sebagai maksud untuk mencapai tujuan pebuatan ? apakah percobaan yang dapat dipidana hanya mugkin bila pelaku memang sematamata berniat mencapai tujuan tersebut ? apakah Dolus sebagai kesadaran akan kepastian atau kesadaran akan kemungkinan terletak diluar lingkup sebagaimana dimaksud diatas ?. Ihwal arrest ini adalah seseorang dinyatakan salah karena melakukan percobaan pembunuhan.pelaku dengan tujuan meloloskan diri dari polisi yang siap menjatuhkan tilang padanya, mempercepat kendaraan yang dikemudikannya dan mengarahkan kendaraan tersebut pada polisi yang bersangkutan. Polisi tersebut lolos dari kematian semata-mata karena pada detik terahir berhasil melompat kesamping. tujuan utama pelaku bukanlah matinya polisi itu, bahkan ia tidak mengharapkan kematian tersebut, ia

sekedar memasrahkannya bila itu yang memang terjadi, niat disini muncul dalam bentuk Dolus eventualis (kesengajaan bersyarat). (Remmelink, 2003: 288-289)
Awal Mula Pelaksanaaan

Yang lebih sulit adalah syarat kedua yang ditetapkan oleh undang-undang terwujudnya niat lewat suatu awal mula pelaksanaan bahwa niatan belaka tidak akan dapat di pidana. Asas Cogitationis Poenam Nemo Patitur juga dalam percobaan pelaku, namun tidak begitu jelas apa yang sesungguhnya dimaksud dengan awal mula pelaksanaan. Jika seseorang berencana membunuh orang lain, kita dapat memandang rangkaian tindakan dibelinya senjata atau racun, mengikuti gerak gerik korban, dan berangkat menuju tempat tindakan akan dilakukan, sebagai suatu wujud pelaksanaan. Betul bahwa rangkaian tindakan tersebut merupakan manifestasi niat pelaku, semuanya bersumber dari niat tersebut namun semua itu belum dapat dipandang sebagai awal mula perwujudan kejahatan. (Remmelink, 2003: 289) Ada beberapa teori dalam awal mula pelaksanaan:
A. Teori Subyektif (G.A. Van Hamel)

Adanya permulaan pelaksanaan perbuatan jika dipandang dari sudut niat ternyata tetapnya niat ini melakukan perbuatan menunjukkan sikap berbahayanya dan bahwa dia sanggup menyelesaikan kejahatan
B. Teori Objektif (D. Simons ; Arrest Pembakaran rumah dikota

Eindhoven, 1934) Disyaratkan bahwa pembuat harus melakukan segala sesuatu untuk menimbulkan akibat tanpa Ampur tangan siapapun, kalu tidak di halangi oleh kejadian yang bukan karena kehendaknya
C. Teori Gabungan atau Teori Objektif diperlunak (G.E. Langemeijer ;

Arrest Cito 1979) Ada permulaan pelaksanaan kalau pembuat telah melakukan perbutan yang menjelaskan kepad siapapun bahwa dia harus dianggap sanggup menyelesaikan niatnya pandangan ini searah dengan arrest cito 1979

yang menganggap bahwa wujud luar dari perbuatan itu menentukan. (Meister, 1995: 239-240)
D. Pembagian Percobaan

1. Percobaan tidak selesai Pembuat tidak dapat melakukan segala sesuatu yang harus dia lakukan untuk menyelesaikan perbuatan yang diniatkan dan gagal menyelesaikan itu Contoh : tertangkap tangan waktu melakukan perbuatan
2. Percobaan selesai

Pembuat telah melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyelesaikan perbuatan yang dia maksudkan. Meskipun dia telah melalui seluruh jalur kejahatan tetapi hasilnya tidak terwujud karena sebab apapun, misalnya saja kasus Rasputin. (Meister, 1995: 238)

PENUTUP

Kesimpulan Percobaan adalah untuk mencapai tujuan tertentu tanpa keberhasilan mewujudkannya, atau upaya tanpa keberhasilan. Dan ada dua syarat yang harus dipenuhi bila ingin berbicara tentang percobaan dalam konteks undangundang. Kedua syarat tersebut adalah : pertama Niatan-Maksud (voornemen/intent) pelaku, kedua yang sudah terwujud dalam Awal mula pelaksanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Remmelink, Jan. 2003. Hukum Pidana. Jakarta : Gramedia Pustaka Meister, Schaff. 1995. Hukum Pidana. Yogyakarta : Liberti Soerodibroto, Sunarto. 2007. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Jakarta: Raja Grapindo http://serbaserbiserbuhukum.blogspot.com/p/percobaan-melakukanpidana.html

You might also like