You are on page 1of 5

SAJAK PUTIH

Chairil Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja DI hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita mati dating tidak membelah

BALADA IBU YANG DIBUNUH

W.S Rendra

Ibu musang dilindung pohon tua meliang Bayinya dua ditinggal mati lakinya Bulan sabit terkait malam memberita datangnya Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa Burung kolik menyanyikan berita panas dendam warga desa Menggetari ujung bulu-bulunya tapi dikibaskannya juga Membubung juga nyanyian kolik sampai mati tiba-tiba Oleh lengking pekik yang lebih menggigitkan pucuk- pucuk daun Tertangkap musang betina dibunuh esok harinya Tiada pulang iayang mesti rampas rejeki hariannya Ibu yang baik, matinya baik, pada bangkainya gugur dedaun tua Tiada tau akan meraplah kolik meratap juga Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara Lalu satu ketika di pohon tua meliang Matilah anak-anak musang, mati dua-duanya Dan jalannya semua peristiwa Tanpa dukungan satu dosa, Tanpa

ANALISIS PUISI BALADA IBU YANG DIBUNUH KARYA W.S RENDRA DAN SAJAK PUTIH KARYA CHAIRIL ANWAR

OLEH: MUHAMMAD TALHIS AMRULLAH SMA PANJURA MALANG

ANALISIS PUISI
Penulis puisi terkenal Willibrordus Surendra Bawana Rendra yang lebih dikenal dengan nama W.S Rendra adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai Burung Merak, beliau dalam menulis puisi-puisinya lebih sering menggunakan bahasa keseharian, itu tampak pada larik 1 pada puisi Balada Ibu Yang Dibunuh, yaitu : Ibu musang dilindung pohon tua meliang, dan juga pada larik ke-4 : Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang, hal ini lebih memudahkan para pembaca untuk mengetahui dan memahami maksud dan makna dari puisi karangan W.S Rendra. Hal ini berbeda dengan Chairil Anwar, beliau adalah penyair yang kerap dijuluki dengan Si Binatang Jalang. Penyair ini dalam menulis karya puisipuisinya lebih sering menggunakan bahasa kiasan atau bahasa figuratif, hal ini tampak pada larik ke-2 pada puisi Sajak Putih, yaitu: Kau depanku bertudung sutera senja. Sehingga para pembaca harus mencerna dan berpikir terlebih dahulu untuk memahami dan mengetahui maksud dan kandungan dari puisi karangan Chairil Anwar. Puisi yang berjudul Balada Ibu Yang Dibunuh karya W.S Rendra, menceritakan tentang besarnya kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu musang pada anak-anaknya, hingga ia rela mati hanya karena sepotong makanan demi anakanaknya yang kelaparan. Saat itu Sang Ibu musang tak tega melihat kedua anaknya yang kelaparan. Karena, sang ayah musang yang harus mencarikan makan untuk kedua anaknya telah meninggal. Kemudian pergilah Ibu musang ke suatu dusun tempat manusia hidup dan berkumpul, saat Ibu musang hendak masuk desa itu datanglah seekor burung Kolik yang bernyanyi bahwa itu adalah tanda Si kolik melarang Ibu musang untuk masuk desa tersebut, karena warga desa sudah menunggu dan hendak membunuh Ibu musang, namun itu tak dihiraukan oleh ibu musang, hingga akhirnya ia masuk desa tersebut dan dibunuhlah ia oleh manusia yang ada di desa tersebut, matilah ibu musang tersebut. Sedang anak musang masih tetap menunggu akan kedatangan ibu mereka dalam kondisi kelaparan, Karena saking laparnya hingga mereka akhirnya mati karena derita lapar yang menimpanya. Sedangkan dalam puisi yang berjudul Sajak Putih karangan Chairil Anwar, menceritakan tentang pengorbanan dan perasaan sayang seseorang manusia terhadap kekasihnya, Ia selalu merasa tenang, damai, dan sejahtera apabila dekat bersama kekasihnya, dan Ia juga sangat setia dengan kekasihnya, hingga meskipun salah satu dari mereka telah mati, namun mereka tak merasa berpisah. Puisi yang diangkat oleh W.S Rendra mempunyai tema pengorbanan dan kasih sayang seorang Ibu musang terhadap anaknya, Sedangkan puisi yang diangkat oleh Chairil Anwar mempunyai tema Rasa sayang dan Cinta seorang manusia terhadap kekasihnya. Kedua puisi ini hampir mempunyai kesamaan, yaitu bertemakan kasih sayang dan pengorbanan, keduanya menyajikan perwujudan atau bukti kasih sayang dan pengorbanan. Akan tetapi makna kasih sayang dan pegorbanan yang paling dalam terletak pada puisi W.S Rendra, karena sang Ibu musang merelakan nyawanya hanya karena tak tega melihat anak-anaknya kelaparan, dan pastinya pengorbanan seorang ibu lebih besar dari pada apapun itu. Dalam kedua puisi ini juga mempunyai lambang symbol. Lambang yang digunakan oleh Chairil Anwar pada puisinya yang berjudul Sajak Putih yang terdiri dari 3 bait yang perbait nya memiliki 4 larik, ini memiliki bermaam-maam lambang,

seperti pada sajak pertama yang ada pada larik pertama Bersandar pada tari warna pelangi, kata pelangi pada sajak ini melambangkan keceriaan seseorang dan pada kata Sutra yang terletak pada sajak pertama, larik ke-2 Bertudung sutra senja di hitam matamu, ini melambangkan Kelembutan, dan kehalusan seseorang. Begitu juga dengan W.S Rendra, beliau juga menggunakan berbagai macam lambang atau symbol dalam puisi-puisinya, seperti yang ada pada sajak Bulan sabit terkait malam memberita datangnya, kata Bulan Sabit melambangkan Suasana yang seram dan mencekam, kata Burung kolik yang merupakan lambang Akan datangnya suatu kematian, dan pada kata Bertanya akan bunda pada angin tenggara ini menyimbolkan Bahwa sudah taka da lagi harapan. Kedua puisi ini juga mempunyai perbedaan dalam nada pembacaannya. Dalam puisi Balada Ibu Yang Dibunuh karangan W.S Rendra, ini harus menggunakan nada yang tinggi dan menunujukkan perasaan sangat prihatin, karena memang dalam puisi ini menggambarkan suasana yang amat memprihatinkan. Sedangkan dalam puisi Sajak Putih karangan Chairil Anwar tidak perlu menggunakan nada yang begitu tinggi dan memprihatinkan, karena dalam puisi ini hanya menggambarkan perasaan seseorang yang sedang kasmaran dengan kekasihnya. Dalam kedua puisi ini juga mempunyai nilai pencitraan pada beberapa lariknya , sebagaimana yang dapat dilihat pada puisi Balada Ibu Yang Dibunuh karangan W.S Rendra, yakni pada larik pertama Ibu musang dilindung pohon tua meliang ini menunjukkan pencitraan Penglihatan, kemudian pada larik ke-7 Burung kolik menyanyikan berita panas dendam warga desa memiliki pencitraan Pendengaran, dan pada larik ke-15 Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara ini memiliki pencitraan Perasaan. Begitu juga dengan puisi karangan Chairil Anwar, juga sama memiliki nilai pencitraan pada sebagian lariknya, itu dapat diketahui dari larik pertama Bersandar pada tari warna pelangi ini menunjukkan pencitraan Penglihatan, pada larik ke-4 Harum rambutmu mengalun bergelut senda, memiliki pencitraanpenciuman,id dan pada larik ke-5 Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba menunjukkan pencitraan Perasaan. Adapun amanat dari kedua puisi tersebut hampir sama, yaitu tentag kasih sayang. Sayangilah orang-orang yang ada di sekitarmu, akan tetapi cakupan dan kadar kasih sayang itu lebih menonjol pada puisi Baladah Ibu Yang Dibunuh karangan W.S Rendra, karena Ia memakai tokoh Ibu dan dalam kisah itu diakhiri dengan kematian sang Ibu. Sedangkan dalam puisi Sajak Putih karangan Chairil Anwar, menggunakan penggambaran pengorbanan dan kasih sayang seseorang pada kekasihnya yang mana itu bisa berubah-ubah, tidak seperti kasih sayang dan pengorbanan ibu yang kekal sepanjang masa. Dan kemudian dapat disimpulkan bahwa puisi dari W.S Rendra yang bsrjudul Balada Ibu Yang Dibunuh maupun puisi Chairil Anwar yang berjudul Sajak Putih, meskipun seara kasat mata berbeda, tetapi sebenarnya kedua puisi tersebut mempunyai kesamaan unsur yang sama-sama menceritakan perasaan kasih saying dan pengorbanan pada orang yang kita saying dan kita cintai.

You might also like