You are on page 1of 58

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan kesehatan yang baik akan menunjang pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial. Yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan ). Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan. Keberhasilan

pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat sangat ditentukan oleh keberhasilan menumbuhkan wawasan kesehatan pada setiap pelaku pembangunan ( masyarakat maupun sektor lain diluar kesehatan ). Konsep paradigma sehat berarti mencegah lebih baik daripada mengobati dan pemberdayaan pada masyarakat agar dapat berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan yang sehat. Paradigma sehat berisi tentang upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia, yang meliputi pembangunan berwawasan kesehatan, profesionalisme, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan desentralisasi. Penerapan paradigma sehat sebagai suatu kebijakan pembangunan kesehatan telah dijabarkan secara lengkap ke dalam empat hal yang bersifat pokok, yaitu: 1. Visi pembangunan kesehatan di Indonesia sekarang ini berdasarkan MDGs, yang terdiri dari : Goal 1 : Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan

Goal 2 Goal 3 Goal 4 Goal 5 Goal 6 Goal 7 Goal 8

: Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan : Menurunkan Kematian Anak : Meningkatkan Kesehatan Ibu : Mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria Dan (TB) : Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup : Mengembangkan Kemitraan Pembangunan Di Tingkat Global

2. Misi pembangunan kesehatan di Indonesia : a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan

masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan. c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan. d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. 3. Strategi pembangunan kesehatan di Indonesia : a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan b. Profesionalisme c. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat d. Desentralisasi 4. Pokok-pokok program pembangunan kesehatan : a. Pokok program pemberdayaan masyarakat. b. Pokok program upaya kesehatan. c. Pokok program lingkungan sehat. d. Pokok program pengembangan sumber daya kesehatan. e. Pokok program pengembangan kebijakan dan manajemen. f. Pokok program pengembangan dan penelitian kesehatan.

Perubahan pemahaman tentang pengertian sehat dan kesadaran yang semakin meningkat mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan telah membawa kesimpulan bahwa pemberian pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif tidak akan
2

mampu menciptakan masyarakat sehat seperti yang diharapkan. Upaya mencapai kesehatan masyarakat memerlukan pendekatan yang bersifat pembinaan dalam jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam pemeliharaan kesehatan melalui peningkatan kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Upaya kesehatan yang semula lebih terfokus pada kuratif dan rehabilitatif, secara berangsur berkembang ke arah promotif dan preventif, sehingga puskesmas merupakan ujung tombak untuk mencapai MDGs . Propinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 3.254.620 ha atau 26,04% luas pulau jawa. Pemanfaatan tanah paling besar untuk areal pesawahan. Peningkatan angka pertambahan penduduk meningkat. Puskesmas sebagai salah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional terdepan berperan sebagai unit pelayanan kesehatan pemerintah diharapkan menjadi pusat pengembangan pembangunan kesehatan dalam mencapai tujuan nasional. Untuk sangat mencolok, umur harapan hidup penduduk juga telah

merealisasikan peran dan fungsi puskesmas tersebut, maka diperlukan perangkat manajemen yang baik demi penyelenggaraan puskesmas secara terpadu dan menyeluruh. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah juga merupakan pusat pengembangan, pembinaan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas dalam hal ini mempunyai fungsi medis dan administratif, oleh karena itu puskesmas dituntut untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dengan sebaik-baiknya. Puskesmas dalam melaksanakan tugas ini diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan dan motivasi kerja dari para pekerja kesehatannya. Pelayanan kesehatan di puskesmas meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan pada semua umur. Puskesmas dengan segala keterbatasan meliputi keterbatasan SDM dan sarana, memiliki tanggung jawab yang besar. Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk melaksanakan tanggung jawab ini adalah dengan mengelola sumber daya sebaik mungkin dengan menggunakan manajemen puskesmas yang baik dan tepat. Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui 6 kegiatan pokok secara terpadu dan menyeluruh, meliputi KIA/KB, Usaha Peningkatan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Pengobatan dan Penyuluhan
3

Kesehatan Masyarakat (PKM) serta ditambah lagi dengan Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu : Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Upaya Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Olahraga, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Gigi dan mulut, Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya Kesehatan Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan Upaya Pengobatan Tradisional sehingga dapat mewujudkan misi puskesmas. Upaya Kesehatan Pengembangan yang disebutkan diatas bergantung kepada situasi dan kondisi tiap-tiap Puskesmas. Secara operasional, Puskesmas berarti harus ada upaya yang berkelanjutan, menyeluruh, terpadu, sistematis dan objektif yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Untuk mengembangkan reformasi Puskesmas, ada 3 pendekatan yang dapat diterapkan yakni: a. Penentuan prioritas program puskesmas b. Pengembangan program menjaga mutu c. Pengembangan swadana Ketiga pendekatan itu sebaiknya dilaksanakan bertahap dan berkelanjutan karena saling terkait satu sama lain. Dengan melakukan reformasi Puskesmas, diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan terutama yang potensial berkembang di wilayah kerja Puskesmas. Untuk mengetahui apakah manajemen dari suatu kegiatan berhasil atau tidak maka diperlukan adanya suatu evaluasi. Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang direncanakan. Evaluasi merupakan bagian yang penting dari proses manajemen, karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang direncanakan itu telah mencapai tujuan atau belum. Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan adanya jenis evaluasi, yakni jenis evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan program. Biasanya evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program. Meskipun demikian pada praktek evaluasi program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut.
4

Evaluasi suatu program masyarakat dilakukan terhadap 3 hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan evaluasi terhadap dampak program: a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut penggunaan sumber daya seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain. b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya: meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya. c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program kesehatan tercermin masyarakat. Pada laporan ini akan dibahas tentang pelaksanaan manajemen pelayanan Puskesmas Tempuran dan permasalahannya. Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu bagaimana hasil pencapaian upaya kegiatan pokok di Puskesmas Tempuran dibandingkan dengan target dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang berlaku. Di puskesmas Tempuran, jumlah cakupan balita yang datang dan ditimbang (D/S) untuk bulan januari 2012 sebesar 2887 balita (besar cakupan 79,6%) dimana target yang ditretapkan oleh Dinkes kabupaten Magelang sebesar 80%. Sehingga pencapaiannya 99,5% dari target Dinkes. Sementara itu, di dusun Candi , Desa Ringinanom jumlah cakupan balita periode januari 2012 yang datang dan di timbang. Identifikasi masalah ini dilakukan menggunakan SPM Puskesmas Tempuran dimana jumlah cakupan balita yang datang dan ditimbang (D/S) untuk bulan januari 2012 sebesar 2887 balita (besar cakupan 79,6%) dimana target yang ditetapkan Dinkes Kabupaten Magelang sebesar 80% sehingga besar pencapaian adalah 99,5% dari Dinkes. Sementara itu, di Dusun Candi Desa Ringinanom Jumlah cakupan balita periode januari 2012 jumlah balita yang datang dan ditimbang (D) = 15 balita, dan jumlah seluruh balita = 20 balita. Sehinnga cakupannya mencapai 75% atau pencapaiannya 93,75% dari target. Hal ini menunjukan bahwa cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya di dusun Candi desa Ringinanom masi lebih rendah dari target yang ditetapkan.
5

dari membaiknya

atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan

Hal ini menunjukan bahwa cakupan balita datang dan di timbang di Dusun Candi, Desa Ringinanom masi lebih rendah dari target yang ditetapkan. Oleh karena itu penulis ingin mengambil judul tentang Evaluasi Program Gizi Cakupan Balita Yang Datang dan Ditimbang Berat Badannya serta faktor faktor yang Mempengaruhinya di Dusun Candi Desa Ringinanom Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Periode Januari 2012 I.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, serta hasil analisa program gizi di dusun Candi Desa Ringinanom didapatkan data bahwa balita yang datang dan ditimbang periode Januari 2012 masih dibawah target pencapaian. Banyak faktor yang mempengaruhi hal itu, oleh sebab itu perlu diketahui apa sajakah faktor faktor yang menyebabkan masih rendahnya jumlah balita yang datang, ditimbang dan naik berat badannya di Dusun Candi Desa Ringinanom periode Januari 2012. I.3 TUJUAN Penulisan laporan kegiatan yang berjudul Evaluasi Manajemen Pelayanan Puskesmas Tempuran ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. B.1. Tujuan umum : Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis, serta mengevaluasi penyebab rendahnya cakupan balita yang datang dan ditimbangn (D/S) di dusun Candi desa Ringinanom, kecamatan Tempuran periode Januari 2012 . B.2. Tujuan khusus : 1. Mendeskripsikan data umum (geografi, demografi, lingkungan, perilaku kesehatan) wilayah kerja Puskesmas Tempuran 2. Mengetahui hasil pencapaian upaya-upaya kesehatan : KIA dan KB Gizi Kesehatan Lingkungan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM) Promosi Kesehatan Pengobatan

di Puskesmas Tempuran pada bulan Januari 2012.


6

3. Mengetahui proses manajemen Puskesmas Tempuran 4. Mampu mengidentifikasi masalah Puskesmas Tempuran 5. Diperoleh data umum dusun Candi desa Ringinanom kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. 6. Diperoleh profil balita di dusun Candi desa Ringinanom kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang periode Januari 2012. 7. Mengetahui faktor faktor yang menyebabkan rendahnya balita yang datang dan ditimbang (D/S) di dusun Candi desa Ringinanom kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang periode Januari 2012. 8. Menganalisis, dan mengevaluasi penyebab masalah rendahnya cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D/S) di dusun Candi desa Ringinanom kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang periode Januari 2012. 9. Memilih alternatif dan menentukan prioritas pemecahan masalah rendahnya cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D/S) di dusun Candi desa Ringinanom kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.

I.4 MANFAAT

1. Bagi Masyarakat dusun Candi Menambah pengetahhuan masyarakat, terutama ibu ibu yang memiliki balita mengenai pentingnya pemantauan dan penimbangan berat badan balita sehingga meningkatkan kesadaran ibu ibu yang mempunyai balita untuk melakukan penimbangan dan pemantauan perkembangan balita secara rutin di Posyandu. 2. Bagi Puskesmas Tempuran Sebagai masukan serta evaluasi kinerja petugas puskesmas maupun petugas kesehatan di dusun Candi, Desa Ringinanom sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta meningkatkan cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya. 3. Bagi Penulis a. Menambah pengetahuan penulis tentang pemantauan dan pertumbuhan balita b. Menambah pengetahuan penulis tentang penyebab dan pemecahan masalah mengenai rendahnya cakupan balita yang datang dan di timbang berat badannya.

BAB II TINAJUAN PUSTAKA

II.1. PEMBANGUNAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan kesehatan masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. (Depkes RI, 2004).(1) Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM di berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program program pra-upaya kuratif dan rehabilitatif yang didukung oleh informasi kesehatan secara berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat, lingkunga sehat dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas. Salah satu nya adalah pembentukan posyandu.

II.2. POSYANDU II.2.1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain : gizi, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare.(3) Definisi lain Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.(4)

II.2.2. Tujuan Posyandu Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur.(3) Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina LKMD tingkat kecamatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat; mau dan mampu bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin dan mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat. Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS). Biasanya dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan masyarakat sendiri.

II.2.3. Kedudukan Posyandu Menurut lokasinya Posyandu dapat berlokasi di setiap desa atau kelurahan atau nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dapat berlokasi di tiap RW, dusun, atau sebutan lain yang sesuai. Kedudukan Posyandu (4) adalah : Terhadap pemerintah desa atau kelurahan, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintah desa atau kelurahan. Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek administrasi, keuangan dan program Pokja. Terhadap berbagai UKBM, adalah sebagai mitra. Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan, adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan Kecamatan. Terhadap Puskesmas, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.

II.2.4. Tugas dan Tangung Jawab Pihak-Pihak yang Terkait Beberapa pihak yang terkait dengan kegiatan Posyandu memiliki tugas dan tangung jawab sebagai berikut (4) : a. Kader Kesehatan Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana Posyandu. Melaksanakan pendaftaran. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke Posyandu. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku register Posyandu. Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT. Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai dengan kewenangannya, misalnya memberikan vitamin A, tablet besi, oralit, pil KB, kondom. Bila ada petugas kesehatan maka kegiatan kesehatan dilakukan bersama dengan petugas kesehatan. Setelah selesai penimbangan bersama petugas kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut. b. Petugas Kesehatan Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di meja 5 (lima). Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, gizi dan KB kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu dan melaporkannya kepada Kepala Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai kebutuhan.

II.2.5. Kegiatan Posyandu Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan, yaitu (5) : a. Kegiatan Utama 1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a) Ibu hamil Pelayanan meliputi : i. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan.
10

ii.

Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang periksa dan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid. Bila ditemukan kelainan maka segera dirujuk ke Puskesmas.

iii.

Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada hari buka Posyandu yang kegiatannya antara lain : penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi ibu hamil, perawatan payudara dan pemberian ASI, peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam ibu hamil.

b) Ibu nifas dan menyusui Pelayanannya meliputi : i. ii. iii. iv. v. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan lahir. Pemberian vitamin A dan tablet besi Perawatan payudara Senam ibu nifas Bila ada petugas kesehatan dan tersedia ruangan maka dapat dilakukan pemeriksaan payudara, tinggi fundus uteri, dan pmeriksaan lochea. c) Bayi dan anak balita Jenis pelayanan untuk bayi dan balita mencakup : i. ii. iii. iv. Penimbangan Penentuan status gizi Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila ditemukan adanya kelainanakan dirujuk ke Puskesmas. 2) Keluarga Berencana Pelayanan KB di Posyandu yang diselenggarakan oleh kader adalah pemberian pil dan kondom. Bila ada petugas keehatan maka dapat dilayani KB suntik dan konseling KB. 3) Imunisasi Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila ada petugas kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang diberikan yang sesuai program, baik untuk bayi, balita maupun untuk ibu hamil, yaitu : BCG, DPT, hepatitis B, campak, polio, dan tetanus toxoid.

11

4) Gizi Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk pelayanannya meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup besi (Fe). Untuk ibu hamil dan ibu nifas diberikan tablet besi dan yodium untuk daerah endemis gondok. 5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare antara lain dengan cara penyuluhan tentang diare dan pemberian oralit atau larutan gula garam.(4,6)

b. Kegiatan Pengembangan Dalam keadaan tertentu Posyandu dapat menambah kegiatan baru, misalnya : perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu demikian disebut dengan Posyandu Plus. Penambahan kegiatan baru tersebut dapat dilakukan bila cakupan kegiatan utamanya di atas 50%, serta tersedianya sumberdaya yang mendukung. (4)

Kegiatan bulanan di Posyandu mengikuti pola keterpaduan KBKesehatan dengan sistem lima meja 10 : Meja I Meja II Meja III Meja IV Meja V : Pendaftaran. : Penimbangan bayi dan anak balita. : Pengisian KMS. : Penyuluhan perorangan :Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi

dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan.

II.2.6. Stratifikasi Posyandu Semua Posyandu didata tingkat pencapaiannya, baik dari segi pengorganisasian maupun pencapaian programnya. Tujuannya adalah melakukan kategorisasi atau stratifikasi posyandu, yang bisa dikelompokkan menjadi 4 tingkat, yaitu berturut-turut dari terendah sampai tertinggi sebagai berikut 10 : a. Posyandu Pratama, dengan warna merah b. Posyandu Madya, dengan warna kuning c. Posyandu Purnama, dengan warna hijau
12

d. Posyandu Mandiri, dengan warna biru Penggolongan diatas dilakukan atas dasar pengorganisasian dan tingkat pencapaian programnya, dalam hal ini digunakan 8 indikator yaitu : a. Frekuensi penimbangan pertahun Seharusnya posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya tidak semua posyandu dapat berfungsi setiap bulan. Untuk itu diambil batasannya 8 kali. Posyandu yang mapan bila kegiatannya > 8 kali. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yonferizal (2007), yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan keaktifan kader dengan intensitas pelayanan posyandu.(7) b. Rata-rata jumlah kader pada hari H posyandu Jumlah kader yang bertugas pada hari H dapat dijadikan indikasi lancar tidaknya posyandu. Bila jumlah kader 5 orang atau lebih tanda kegiatannya tertangani dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian M. Munir Salham, dkk. (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara motiasi kader dan pengguna pada hari buka Posyandu dengan revitalisasi Posyandu, karena semakin tinggi tingkat motivasi kader dan pengguna semakin tercapai pula upaya revitalisasi atau sebaliknya.(6,7) c. Cakupan D/S Cakupan D/S dapat dijadikan tolak ukur peran serta masyarakat dan aktivitas kader atau tokoh masyarakat dalam menggerakkan masyarakat setempat

untukmemanfaatkan posyandu. Peran serta masyarakat dianggap baik bila D/S dapat mencapai 50 %. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2008), disebutkan bahwa pengetahuan, sikap, pekerjaan, penghasilan, ketersediaan PMT, kebutuhan, ketrampilan kader, dan keterjangkauan Posyandu mempunyai hubungan bemakna terhadap pemanfaatan Posyandu balita.(7) d. Cakupan Imunisasi Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun. Cakupan kumulatif dianggap baik bila mencapai 50 % keatas. e. Cakupan ibu hamil Cakupan pemeriksaan ibu hamil dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun. Batas mapan tidaknya posyandu digunakan angka 50 %.

13

f. Cakupan KB Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun. Pencapaian 50 % keatas. g. Program Tambahan Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program yaitu : KIA, KB, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penaggulangan Diare. Bila telah mantap, maka programnya dapat ditambahan. Program tambahan disini adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat seperti : Bina Keluarga Balita, Pos Obat Desa, Pondok Bersalin Desa, dan sebagainya. h. Dana Sehat Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan posyandu. Diharapkan bila dana sehat telah mampu membiayai posyandu, maka tingkat kemandirian masyarakat sudah baik. Sebagai ukuran digunakan persentase kepala keluarga (KK) yang ikut dana sehat, dikatakan baik bila cakupan > 50 %.

Data Hasil Kegiatan Posyandu Data yang dihasilkan dari kegiatan Posyandu yang tersedia di tingkat Posyandu dan desa adalah sebagai berikut 4 :

Tabel 1. Data hasil kegiatan Posyandu yang tersedia di tingkat Posyandu dan desa

Data Posyandu Desa S Jumlah seluruh balita di wilayah Posyandu

Jumlah balita yang memiliki KMS pada bulan ini di wilayah kerja Posyandu

Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja Posyandu

N atau T

Balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik (N) atau tidak naik (T)

BGM

Balita yang BB-nya di bawah garis merah pada KMS.

14

Balita yang tidak ditimbang bulan sebelumnya.

Anak yang baru pertama kali ditimbang bulan ini Rekapitulasi jumlah balita yang baru pertama kali ditimbang bulan ini dari seluruh Posyandu di desa

Sumber : Depkes RI, 2002.

Data dan Informasi Yang Dibutuhkan Untuk Pemantauan Dari data yang tersedia di atas tidak semuanya digunakan untuk keperluan pemantauan pertumbuhan. Data yang diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan adalah N atau T, D, BGM, O dan B.4 Faktor faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah balita yang datang dan ditimbang (D/S) 1. Tingkat Pendidikan Tinkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan/ pemahaman masyarakat mengenai balita yang sehat. Makin rendah tingkat pendidikan seseorang makin rendaj pula tingkat pemahaman atau pengetahuan mengenai balita yang sehat, begitu pula sebaliknya, makin tinggi tingakat pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat pemahaman/ pengetahuan tentang balita sehat. Pendidikan juga dapat diberikan di bidang kesehatan secara formal di suatu klinik balita yang dapat dipakai di seluruh puskesmas. 2. Tingkat Pengetahuan Tahu adalah mengerti sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami, atau diajar. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk di konsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi. Semakin bertambahnya pengetahuan ibu maka seorang ibu akan mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga.

15

II.3 Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita

II.3.1 Pengertian KMS KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi (Catatan riwayat kesehatan dan gizi ) balita ( Depkes RI, 1996 ). Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan dengan timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu yang disebut Kartu Menuju Sehat (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak yang dipantau dapat segera terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang dicatat dan tertera pada KMS tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita hambatan pertumbuhan di suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu periodik ( bulan ) dan dapat segera diteliti lebih jauh apa sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil tindakan penanggulangannya secepat mungkin. Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui KMS, yang pertimbangannya dilakukan di Posyandu ( Pos Pelayanan terpadu ), ( Sediaoetama, 1999 ). Indikator BB / U dipakai di dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak secara perorangan. Pengertian tentang Penilaian status Gizi dan Pemantauan pertumbuhan sering dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau pertumbuhan anak, dengan pesan Anak sehat tambah umur tambah berat ( Soekirman, 2000 ).

II.3.2 Tujuan Penggunaan KMS Balita

Umum : Mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal. Khusus : Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat pertumbuhan dan Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan tindakan untuk

perkembangan balita yang optimal.

mewujudkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal.

16

Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan

gizi kepada balita. ( Depkes RI, 1996 )

II.3.3. Fungsi KMS Balita a. Sebagai media untuk mencatat / memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap. b. c. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua balita tentang kesehatan balita Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita. d. Sebagai kartu analisa tumbuh kembang balita ( Depkes RI, 1996 ) Fungsi KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan bukan untuk penilaian status gizi. Artinya penting untuk memantau apakah berat badan anak naik atau turun, tidak untuk menentukan apakah status gizinya kurang atau baik, ( Soekirman, 2000 ). II.4 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk memecahkannya. Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah : Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel Dapat diukur Dapat diatasi (Hartoyo,2007)

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain: 1. Identifikasi / inventarisasi masalah Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.
17

2. Penentuan prioritas masalah Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang daripada satu orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dll. 3. Penentuan penyebab masalah Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut. 4. Memilih penyebab yang paling mungkin Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi. 5. Menentukan alternatif pemecahan masalah Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah. 6. Penetapan pemecahan masalah terpilih Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik. 7. Penyusunan rencana penerapan Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau Rencana Kegiatan) 8. Monitoring dan evaluasi Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

18

Siklus Pemecahan Masalah

1. Identifikasi Masalah 2. Penentuan Prioritas Masalah

8. Monitoring Dan Evaluasi

7. Penyusunan Rencana Penerapan

3. Pemecahan Penyebab Masalah

6. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih

5. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

4. Memilih Penyebab yang Paling Mungkin

Gambar 1. Diagram Analisis Masalah

19

II.5 Analisis Penyebab Masalah Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan system untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan pendekatan masalah. Dari pendekatan system ini dapat ditelusuri hal hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan di Dusun Candi Desa Ringinanom Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. Adapun syste, yang diutarakan disini adalah system terbuka pelayanan kesehatan yang dibarkan sebagai berikut :
ENVIRONMENT

INPUT

PROCESS P1 P2 P3

OUTPUT Cakupan Program

OUTCOME

IMPACT

Gambar 2. Kerangka Pikir Pendekatan System II.6 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks MIVC Setelah menemukan alternative pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode Matriks : MxIxV C Keterangan: Magnitude (m) Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar atau banyak penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif. Importancy (i) Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif.
20

Vunerability (v) Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitive maka akan semakin efektif. Skor untuk (magnitude, importancy dan vunerability): 1. 2. 3. 4. 5. Sangat kurang efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat efektif

Cost (c) Artinya biaya. Skor untuk (cost): 1. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin kecil. 2. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan kurang besar 3. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan cukup besar 4. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan besar

Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin atau sangat besar.

21

BAB III KERANGKA PENELITIAN III.1 Kerangka Teori INPUT Man Money Method Material Machine PROSES LINGKUNGAN

Ibu lebih mementingkan & memantau pertumbuhan balitanya.

Rendahnya Cakupan Balita yang Datang dan ditimbang.

Pengetahuan Kader akan pentingnya balita yang dan ditimbang di posyandu

Pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 0 5 tahun. penyuluhan yang menarik untuk ibu ibu mengenai pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu

Kesadaran ibu untuk datang dan menimbang balitanya

22

III.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan dan keasadaran ibu yang memiliki balita untuk datang dan meimbang di posyandu

Keaktifan Kader atau petugas kesehatan (bidan desa)

Balita yang datang dan di timbang

Penyuluhan mengenai pentingnya balita yang datang dan ditimbang di posyandu

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian

23

BAB IV METODE PENELITIAN

Laporan ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder yang didapatkan selama tujuh hari dari tanggal 28 Februari s/d 5 Maret 2012 di Puskesmas Tempuran. Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1, P2, P3) yang diperoleh dari dokter puskesmas beserta staf staf Puskesmas. Data sekunder diperoleh dari data tertulis yang ada di puskesmas. Hasil data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Kemudian dilakukan identifikasi masalah menggunakan SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan ditentukan prioritasnya menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Tahap selanjutnya adalah analisa penyebab masalah menggunakan metode fishbone. Selanjutnya ditentukan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan manajemen dan ditentukan pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks untuk selanjutnya dibuat rencana kegiatan (Planning of Action). IV.1 Batasan Judul Laporan kegiatan dengan judul Rencana Peningkatan

Progran Gizi Cakupan

Pemantauan dan Pertumbuhan Balita yang Datang dan ditimbang Berat Badannya di dusun Candi desa Ringinanom kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Periode Januari 2012 memiliki batasan pengertian judul sebagai berikut : a. Evaluasi Suatu proses untuk menilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. b. Program Gizi Adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil. Ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta pra sekolah. c. Cakupan Adalah jangkauan suatu hal. d. Balita Adalah bayi dan anak yang berusia 0 5 tahun. e. Balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D/S) Jumalh balita yang datang serta di timbang berat badannya di posyandu balita. f. Dusun Candi Desa Ringinanom Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
24

Adalah salah satu dusun dari 9 dusun yang terdapat di Desa Ringinanom yang berada di wilayah kerja Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. g. Periode Januari 2012 Adalah kurun waktu selama satu bulan pada awal tahun 2012.

IV.2 Definisi Operasional a. Sasaran adalah banyaknya jumlah balita yang datang dan menimbang berat badannya di wilayah dusun Candi desa Ringinanom Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. b. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah balita yang datang dan ditimbang dengan jumlah seluruh balita di wilayah dusun Candi desa Ringinanom kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. a. Balita yang datang dan di timbang (D/S) adalah anak berusia 0 5 tahun yang datang ke posyandu untuk di timnbang berat badannya. b. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. c. Kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus internaldan eksternal. Yaitu terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan sensasi tubuh, memori danpikiran. d. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwuju d alam gerakan (sikap); tidak saja badan atau ucapan.

IV.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi : a. lingkup lokasi : Dusun Candi Desa Ringinanom Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. b. lingkup waktu : Janurai 2012 c. lingkup sasaran: Seluruh balita yang datang dan ditimbang berat badannya di Dusun Candi Desa Ringinanom. d. lingkup metode: Kuesioner, wawancara dan pencatatan.
25

e. lingkup materi : Evaluasi program gizi cakupan balita yang datang dan di timbang (D/S) di Dusun Candi Desa Ringinanom kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang periode Januari 2012.

IV.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria Inklusi dalam laporan ini adalah ibu yang memiliki balita yang berusia 0 5 tahun di dusun Candi desa Ringinanom. Krteria ekslusi, ibu yang tidak memiliki balita berusia 0 5 tahun.

26

BAB V HASIL PENELITIAN V.1. Data Umum Desa Ringinanom V.1.1 Keadaan Geografi a. Batas wilayah Desa Ringinanom terletak di wilayah kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah dengan batas batas wilayah sebagai berikut : Utara Selatan Barat Timur : Desa Sumberarum : Desa Tegalarum : Desa Sidomulyo : Desa Ringinputih

b. Luas Wilayah Kerja Desa Ringinanom adalah 651,5 Ha c. Jumlah dusun yang ada di wilayah kerja Desa Ringinanom adalah 11 dusun d. Peta wilayah

Gambar 5. Peta Wilayah Desa Ringinanom (Sumber : Data Statistik desa Ringinanom tahun 2012)

27

Keterangan: 1. Carikan 2. Kayuares 3. Kiringan 4. Candi 5. Samberan 6. Kranginan 7. Bedilan 8. Sabatan 9. Batilan 10. Kalipinggan 11. Macanan

V.1.2 Keadaan Demografi Berdasarkan data spesifik statistic desa Ringinanom tahun 2010. 1. Jumlah kepala keluarga: 1730 dengan jumlah penduduk menurut jenis kelamin. a. Laki laki: 3015 orang b. Perempuan: 3017 orang 2. Jumlah penduduk menurut desa: Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Ringinanom tahun 2012 No DUSUN LAKILAKI 1 2 3 4 5 Carikan Kayuares Kiringan Candi Samberan 378 155 491 190 386 256 151 468 181 384 PEREMPUAN

28

6 7 8 9 10 11 3. Tingkat pendidikan

Kranginan Bedilan Sabatan Batilan Kalipinggan Macanan

394 217 206 186 196 215

387 242 227 195 224 202

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Penduduk NO 1 2 3 4 5 6 7 8 TINGKATAN Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D3 Tamat S1 Tamat S2 Tamat S3 JUMLAH 2545 1845 715 605 115 125 50 22 KET

4. Mata pencaharian

Tabel 4. Mata Pencaharian di Wilayah Desa Ringinanom NO 1 2 3 4 5 6 7 8 TINGKATAN PNS ABRI / POLRI Pensiunan Petani Swasta Pedagang Buruh tani Tukang JUMLAH 55 22 66 495 155 275 2530 270 KET

29

V.1.3 Profil Dusun candi Dusun Candi berada di desa Ringinanom, Kecamatan Tempuran, kabupaten Magelang dengan batas batas wilayah : Sebelah utara Sebelah barat Sebelah timur Sebelah selatan : Desa Dimajar : Dusun Kiringan : Dusun Samberan : Dusun Kranginan

a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk berdasarakan data statistik kantor desa Ringinanom pada tahun 2011 adalah 371 jiwa dan 69 Kepala keluarga. b. Data Penduduk Tabel 5. Jumlah Penduduk Dusun Candi Desa Ringinanom tahun 2011 Jumlah Laki laki Perempuan Total 190 181 371 51,2 % 48,8 % 100 % Presentase

Dari table 5. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dusun Candi mayoritas berjenis kelamin Laki laki dengan presentase 51,2 %. c. Status Pekerjaan

Tabel 6. Mata Pencaharian di Wilayah dusun Candi Desa Ringinanom Pekerjaan Buruh/ Swasta Pedagang Buruh Tani Petani Pegawai Negeri 40 35 116 17 14 Jumlah 18, 0 % 15,8 % 52,25 % 7,65 % 6,30 % Presentase

Dari tabel diatas maka sebagian besar penduduk dusun Candi memiliki pekerjaan sebagai buruh tani yaitu 52,25 %
30

V. 2. HASIL SURVEY V. 2.1 Survey Ibu Yang Memiliki Balita Survey ini dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah masih kurangnya pencapaian D/S di dusun Candi. Sebelum melakukan survey, dilakukan pendataan terlebih dahulu mengenai jumlah balita di dusun Candi bulan Januari 2012. Setelah mendapatkan data jumlah balita, penulis melakukan perhitungan : Tabel 7. Data Balita Dusun Candi Desa Ringinanom periode Januari 2012 D/S di Dusun Candi Desa Ringinanom Jumlah balita yang datang dan ditimbang (D) Januari 2012 15 Balita

Jumlah balita yang tidak datang

5 Balita

Sasaran/ jumlah balita yang ada (S)

20 Balita

Dari tabel ini dapat dilihat bahwa pada bulan Januari 2012 terdapat 5 balita yang tidak datang dan ditimbang, kemudia diambil 20 Responden Setelah mengidentifikasi data, kemudian dilakukan survey terhadap 20 responden pada tanggal 5 6 Maret 2012 yaitu kepada ibu ibu yang yang memiliki balita yang pernah datang, tidak datang dan tidak ditimbang saat posyandu, selanjutnya diadakan survey dengan menggunakan kuesioner dan wawancara yang dibuat berdasarkan penyebab jumlah balita yang tidak datang dan tidak ditimbang (D/S rendah) di dusun Candi Desa Ringinanom yang berjumlah 5 balita.

31

Dari survey yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Faktor Usia Ibu

Dari hasil kuesioner yang disebar didapatkan usia ibu sebagai berikut :

Tabel 8. Usia Ibu

Usia 19 20 21 22 24 26 27 32 33 34 36 37 38

Frekuensi 1 1 1 2 2 3 1 1 1 2 3 1 1

% 5 5 5 10 10 15 5 5 5 10 15 5 5

Jika dikelompokan per dekade, maka menjadi 2 kelompok usia :

Tabel 9. Usia Ibu per dekade

Usia Ibu 18 23 24 29 30 40 Total

Jumlah 5 6 9 20

% 25 30 45 100

32

2. Tingkat Pendidikan Tabel 10. Tingkat Pendidikan Ibu di Dusun Candi Desa Ringinanom Tingkat Pendidikan Jumlah %

Tinggi (Sarjana)

Menengah (SMA)

30

Rendah (Tidak sekolah, SD, SMP)

14

70

Total

20

100

Tabel 10. Menggambarkan tingkat pendidikan orang tua balita di dusun Candi desa Ringinanom. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyk responden yang berpendidikan rendah yaitu yang tidak bersekolah, SD dan SMP. 3. Pekerjaan Ibu Dari hasil wawancara kader dan kuesioner yang diedarkan, hampir semua ibu tidak rutin membawa anaknya ke posyandu adalah ibu yang bekerja diluar ruamh. Hasil ini disajikan pada tabel 11 di bawah ini : Tabel 11. Ibu Bekerja Ibu bekerja YA Jumlah 12 % 60

TIDAK

40

Total

20

100

33

Dari tabel 11. Dapat dilihat bahwa pada 20 responden yang tidak rutin membawa balitanya ke posyandu sebesar 60 % adalah ibu bekerja. Tabel 12 di bawah akan menggambarkan jenis pekerjaan ibu. Tabel 12. Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Jumlah 6 % 30

Wiraswasta/ Pedagang

10

Buruh

25

Petani

35

Total

20

100

Dari tabel 12. Didapatkan jenis pekerjaan dari 20 responden adalah 6 orang (30%) tidak bekerja atau ibu rumah tangga 2 orang (10 %) bekerja sebagai pedagang 7 orang (35%) bekerja sebagai petani dan 5 orang (25%) bekerja sebagai buruh. 4. Faktor Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Posyandu)

Tabel 13. Faktor Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Posyandu)

Pelayanan Kesehatan Jumlah Terjangkau 20

% 100

Tidak Terjangkau

Total

20

100

34

Dari 20 responden mengatakan bahwa pelayanan kesehatan (posyandu) terjangkau karena diadakan setiap bulan yaitu pada tanggal 5 setiap bulannya, tidak memerlukan transportasi dan dana untuk transportasi serta waktu yang lama.

5. Faktor Pengetahuan Tabel 14. Pengetahuan Ibu tentang Posyandu dan KMS Pengetahuan Nilai > 80% (Baik) Jumlah 12 Nilai 80% (Kurang) 8

60

40

Tabel 14. Menunjukan bahwa pengetahuan responden terhadap pengertian, fungsi, kapan diadakannya, pengertian KMS, fungsi KMS dan cara membaca serta pengertian KMS baik karena jawaban yang benar lebih dari 80% sebanyak 60%. Tetapi ibu yang berpengetahuan kurang atau menjawab benar kurang dari atau sama dengan 80% ada sebanyak 40% oleh karena itu bisa dilihat bahwa perbedaan antara ibu yang berpengetahuan baik dan buruk adalah tidak jauh beda. 6. Sikap Ibu Tabel 15. Sikap Ibu tentang Posyandu dan KMS Sikap Setuju % 100 Tidak Setuju % 0 0

Setiap ibu yang mempunyai balita 20 harus rutin menimbang berat badan balitanya setiap bulan ke posyandu dan membawa KMS Balita yang berat badannya rendah 20 dibandingkan dengan berat badan anak seusianya harus mendapat

100

perhatian dan perbaikan gizi Ibu harus mencari informasi tentang 20 100 0 0

35

perkembangan balitanya

dan

pertumbuhan

Dari tabel 15. Ini dapat dilihat bahwa sikap seluruh responden 100% bersikap baik terhadap kegiatan penimbangan balita di posyandu. 7. Perilaku Ibu Tabel 16. Perilaku Ibu Datang dan Menimbang Balita Perilaku Ya % 60 Tidak 8 % 40

Rutin membawa balita ke psyandu 12 (hanya 1 kali dalam 4 bulan tidak menimbang) Selalu membawa KMS ke posyandu Selalu memperhatikan 14

70 95

6 1

30 5

kenaikan/ 19

penurunan berat badan balita.

Tabel 16 diatas memperhatikan bahwa hanya 60 % responden yang rutin membawa balita ke posyandu, 70% responden selalu membawa KMS ke posyandu dan 95% selalu memperhatikan kenaikan/ penurunan berat badan balita. Tabel 17. Penyebab Ibu Tidak Membawa Balitanya ke Posyandu Pelayanan Kesehatan Jumlah %

Ibu bekerja atau sibuk

40

Ibu pergi atau berhalangan hadir

40

Ibu tidak tahu jadwal posyandu jika di undur 4 dari jadwal biasanya

20

Total

20

100

36

Tabel 17. Menunjukan bahwa ibu tidak membawa balita ke posyandu yang pertama adalah karena ibu bekerja dan sibuk. Penyebab kedua ibu pergi atau berhalangan hadir, yang ketiga adalah ibu tidak tahu jadwal posyandu jika diundur dari jadwal biasanya.

V.2.2 Hasil Wawancara Tenaga Kesehatan Hasil wawancara dengan tenaga kesehatan dalam hal ini dengan bidan desa Ringinanom didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 18. Hasil Wawancara Tenaga Kesehatam (Bidan Desa Ringinanom) Bagian I Identitas Usia : 56 tahun PKB Kebidanan 1996 30 tahun 5 pokok 5 Nilai

Pendidikan : Masa Kerja : II Skala nilai 1 5

PENGETAHUAN Menjelaskan Program

kegiatan posyandu Untuk pertanyaan Total nilai 30 setiap Menjelaskan arti dari istilah N,K,T,D Menjelaskan arti N/D 5 4 4

< 80% = kurang Menjelaskan langkah baik > 80 % = baik penimbangan balita Menjelaskan kondisi balita yang menjadi perhatian dilakukan penimbangan 3 Menjelaskan mengetahui pertumbuhan baik, buruk kurang balita dan cara setelah

37

Total pengetahuan III

nilai

28 93,33%

Sikap dan perilaku Skala nilai 1 5 Rutin untuk pertanyaan mengadakan 3

setiap pelatihan setiap bulan tetapi masi di rasa kurang menyebar

informasinya Selalu memperhatikan kenaikan/ penurunan BB balita Total nilai sikap & perilaku 1. Man 8 80% a. Jumlah kader aktif 3 disetiap cukup 2. Money a. Sumber dana 2 dusun 5

kegiatan posyandu dari swadaya

masyarakat b. Untuk penanganan 5 gizi buruk

mendapat dana dari pemerintah 3. Methode a. Dilakukan penimbangan setiap bulan sekali b. Pencatatan KMS c. Pencatatan kohort balita d. System 5 meja 4. Material Posyandu 5 5 di 5 5

disetiap 3
38

dusun

biasanya

di

tempat/ rumah kepala dusun/ warga 5. Machine Timbangan KMS balita Total nilai 38/ 84,4% 2. Proses P1 Perencanaan jadwal 4 dacin, 5

kegiatan posyandu di setiap dusun. Jadwal pertemuan

kader, pelatihan P2 Pelaksanaan penggerak P3 (penilaian, pengawasan, pengendalian) Total nilai Pelaksanaan : & Penimbangan balita Pencatatan KMS Pelayanan kesehatan gizi PMT laporan 4 5

Adanya

kegiatan setiap bulan dan evaluasi kinerja kader 13/ 86,67 %

V.2.3 Hasil Wawancara dengan Kader Posyandu Kuesioner kader ini diisi oleh 3 kader aktif di Posyandu Melati Putih Dusun Candi Desa Ringinanom Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. 1. Tingkat pengetahuan tentang posyandu dan pemantauan pertumbuhan balita. Untuk penilaian pengetahuan digunakan skala 1 5 untuk 4 pertanyaan dengan skor total tertinggi 20 (100%)
39

Tabel 19. Tingkat Pengetahuan Kader

Pertanyaan

Kader 1 2 5 4 4 3 16 80% 3 5 4 3 2 14 70%

Menyebutkan 5 sistem meja Posyandu Mengetahui makna pita warna pada KMS Mengetahui manfaat vitamin A dan Fe Mengetahui cara memantau pertumbuhan balita Total nilai setiap kader

5 4 4 4 17 85%

Tabel 20. Presentase Tingkat Pengetahuan Kader Pengetahuan Jumlah Kader % Nilai > 80% (Baik) 1 33,33 % Niali 80% (Kurang) 2 66,67%

Dari tabel 19 dan 20 dapat dilihat bahwa pengetahuan kader tentang pelayanan posyandu, cara penimbangan dan pemantauan pertumbuhan 33,33 % kader berpengetahuan baik (>80%) dan 66,67 % kader berpengetahuan kurang baik.

2. Sikap kader tentang pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.

Tabel 21. Sikap Kader Sikap Setuju % Tidak Setuju Setiap kader harus teliti dalam melakukan 5 penimbangan balita Balita yang berat badannya rendah dibandingkan 5 dengan berat badan anak seusianya harus mendapat perhatian dan perbaikan gizi Kader mendapatkan informasi atau pelatihan 5 mengenai posyandu
40

100

100

100

Dari tabel diatas didapatkan bahwa seluruh kader memiliki sikap yang baik mengenai pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.

3. Perilaku kader tentang pemantauan dan pertumbuhan balita

Tabel 22. Perilaku Kader Perilaku Selalu memeriksa alat timbangan Ya sebelum 3 % 100 Tidak 0 % 0

menimbang Selalu melakukan penyuluhan kepada ibu setelah 3 balita ditimbang Selalu mencatat hasil penimbangan Menyebarluaskan informasi kegiatan posyandu 3 2 100 66,67 66,67 0 1 1 0 33,33 33,33 100 0 0

Selalu mengikuti pelatihan pertemuan kader yang 2 dijadwalkan

Dari data diatas didapatkan bahwa seluruh kader telah melakukan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu dengan baik, namun ada 33,33% kader yang belum menyebar;uaskan informasi kegiatan posyandu dan hanya ada 66,67 % kader yang selalu aktif mengikuti pelatihan pertemuan kader yang di jadwalkan.

41

BAB VI ANALISIS MASALAH

VI.1 Analisis Penyebab Masalah Dalam menganalisis mesalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan pendekatan masalah. Dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal hal yang mungkin menyebabkan munculnyta permasalahan di dusun Candi desa Ringinanom. Tabel 23. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah rendahnya D/S ditinjau dari faktor Input Input Man (Tenaga Kerja) Kelebihan Jumlah 3 kader aktif Bidan Kekurangan Pengetahuan kurangtentang kader masih

pembacaan

Koordinator gizi di KMS Dan tentangpentingnya puskesmas balita yang datang dan ditimbang

Money (Pembiayaan)

Tersediannya anggaran puskesmas

dana Terbatasnya dana operasional dari untuk penyuluhan dan PMT untuk (Pemberian Tambahan) Makanan

penyelenggaraan posyandu Methode (Metode) Adanya

program Masih kurangnya penyuluhan tentang gizi dan pentingnya pelaksanaan balita datang dan ditimbang

penimbangan balita Jadwal

posyandu tetap setiap pada masyarakat dan kader bulan. Material (Perlengkapan) Machine (Peralatan) Terdapat posyandu disetiap Tempat dusun Tersedia alat seperti timbangan dacin pelaksanaan

posyandu tidak tetap Timbangan sudah tidak yang akurat


42

untuk posyandu Adanya

kegiatan

atau dengan

pengukuran timbangan berbeda tiap dan untuk

KMS

dan

yang

Kohort balita untuk pencatatan badan balita Berat

menimbang cukup lama

mrndapatkan gantinya. Kurangnya penyuluhan gizi media

Tabel 24. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah rendahnya Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan Proses P1 (Perencanaan) P3 (Penilaian, pengawasan & pengendalian) Kelebihan Posyandu sudah diadakan Kekurangan tiap Bila ada perubahan jadwal untuk dilakukan pemberitahuan yang merata

bulannya, yaitu tanggal 4 setiap sulit bulannya Kerjasama lintas program antara Gizi dengan KIA

P2 (Pelaksanaan)

Anak ditimbang Dilakukan pencatatan KMS Pencatatan di buku bantu Kader

Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu ibu mengenai

Terdapat pelayanan kesehatan dan pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu KB Pelaporan ke bidan desa Kurangnya pengawasan

Evaluasi berupa laporan bulanan hasil posyandu tentang D/S

terhadap kinerja ataupun pelaksanaan lapangan. Kurangnya terhadap pemantauan tata cara petugas

penimbangan yang benar

43

Lingkungan

Lebih banyak ibu yang memiliki sikap yang baik terhadap kegiatan posyandu

Lebih banyak ibu yang mementingkan kesibukannya daripada

memantau pertumbuhan balitanya Perilaku orang tua yang menganggap posyandu rutin Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya balita yang datang dan ditimbang. Tingkat pendidikan yang rendah. tidak bahwa harus

VI.2 Daftar Penyebab Masalah 1. Pengetahuan kader masih kurang tentang pembacaan KMS dan tentang pentingnya balita yang datang dan ditimbang. 2. Terbatasnya dana operasional untuk penyuluhan dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) 3. Masih kurangnya penyuluhan tentang gizi dan pentingnya balita datang dan ditimbang pada masyarakat dan kader. 4. Tempat pelaksanaan posyandu tidak tetap 5. Timbangan yang sudah tidak akurat atau pengukuran dengan timbangan yang berbeda tiap menimbang dan cukup lama untuk mrndapatkan gantinya. 6. Kurangnya media penyuluhan gizi 7. Bila ada perubahan jadwal sulit untuk dilakukan pemberitahuan yang merata. 8. Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu ibu mengenai pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu 9. Kurangnya pengawasan terhadap kinerja ataupun pelaksanaan petugas lapangan. 10. Kurangnya pemantauan terhadap tata cara penimbangan yang benar

44

11. Ibu lebih mementingkan kesibukannya daripada memantau pertumbuhan balitanya. 12. Perilaku orang tua yang menganggap bahwa posyandu tidak harus rutin. 13. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya balita yang datang dan ditimbang. 14. Tingkat pendidikan yang rendah.

45

P1

P2

Bila ada perubahan jadwal sulit untuk dilakukan pemberitahuan yang merata

Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu ibu mengenai pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu
P3

Kurangnya pengawasan terhadap kinerja ataupun pelaksanaan petugas lapangan. Kurangnya pemantauan terhadap tata cara penimbangan yang benar Rendahnya Cakupan Balita yang datang dan ditimbang (D/S) sebesar 79,6% di dusun Candi Desa Ringinanom Kecamatan Tempuran Sedangkan target Dinkes 80% Lebih banyak ibu yang mementingkan kesibukannya daripada memantau pertumbuhan

Method
Masih kurangnya penyuluhan tentang gizi dan pentingnya balita datang dan ditimbang pada masyarakat dan kader

Machine
Timbangan yang sudah tidak akurat atau pengukuran dengan timbangan yang berbeda tiap menimbang dan cukup lama untuk mrndapatkan gantinya.

Material
Tempat pelaksanaan posyandu tidak tetap

Kurangnya media penyuluhan gizi

LINGKUNGAN

balitanya Perilaku orang tua yang menganggap bahwa posyandu tidak harus rutin Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya balita yang datang dan ditimbang. Tingkat pendidikan yang rendah.

Man Money
Terbatasnya dana operasional untuk penyuluhan dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Pengetahuan kader masih kurangtentang pembacaan KMS Dan tentang pentingnya balita yang datang dan ditimbang

INPUT

46

VI.3. Penyebab Masalah yang paling mungkin Setelah dilakukan konfirmasi kepada bagian Gizi, Bidan desa Ringinanom, serta dilakukan wawancara dengan responden (ibu yang memiliki balita yang datang, tidak ditimbang dan ditimbang) maka didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin, yaitu : 1. Ibu lebih mementingkan kesibukannya daripada memantau pertumbuhan balitanya. 2. Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu ibu mengenai pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu 3. Perilaku orang tua yang menganggap bahwa posyandu tidak harus rutin.

47

BAB VII ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

VII. 1 Analisis Alternatif Pemecahan Masalah Setelah diperoleh daftar masalah, dilakukan langkah selanjutnya yaitu dibuat alternatif pemecahan masalah. Berikut ini alternatif pemecahan masalah: Tabel 25. Alternatif Pemecahan Masalah No. 1. Penyebab Masalah Ibu lebih mementingkan kesibukannya daripada memantau pertumbuhan balitanya. Alternatif Pemecahan Masalah Kader mengingatkan jadwal posyandu kepada ibu ibu H-1 sebelum kegiatan posyandu dan mengigatkan pentingnya datang ke posyandu. Mengadakan penyuluhan tentang pentingnya penimbangan dengan mengunakan media media seperti leafleat, poster, film dan lain lain yang menarik agar menarik perhatian ibu ibu yang memiliki balita. 2. Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu ibu mengenai pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu Diadakannya penyuluhan kepada ibu ibu mengenai gizi balita dan pentingnya menimbang balita ke posyandu dengan menggunakan media penyuluhan yang menarik. Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki balita mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara rutin. Sosialisasi oleh kader tentang

48

manfaat mengikuti kegiatan posyandu balita berupa penimbangan berat badan balita secara rutin. Meningkatkan keaktifan daripada kader agar dapat mengajak ibu yang memiliki balita aktif ke posyandu balita. 3. Perilaku orang tua yang menganggap posyandu tidak harus rutin. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita tentang pentingnya mengikuti kegiatan posyandu hingga anak berusia 5 tahun Penyebaran informasi tentang pentingnya datang ke posyandu secara rutin melalui leaflet, poster atau kelompok RT dan arisan

49

VII. 2 Penggabungan Pemecahan Masalah Tabel 26. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah No. 1. Penyebab Masalah Ibu lebih mementingkan kesibukannya daripada memantau pertumbuhan balitanya. Alternatif Pemecahan Masalah Kader mengingatkan jadwal posyandu kepada ibu ibu H-1 sebelum kegiatan posyandu dan mengigatkan pentingnya datang ke posyandu. . 2. Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu ibu mengenai pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu

3.

Perilaku orang tua yang menganggap posyandu tidak harus rutin.

Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita tentang pentingnya mengikuti kegiatan posyandu hingga anak berusia 5 tahun dengan mengunakan media media yang menarik agar menarik perhatian ibu ibu yang memiliki balita

50

Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah ini adalah : 1. Kader mengingatkan jadwal posyandu kepada ibu ibu H-1 sebelum kegiatan posyandu dan mengigatkan pentingnya datang ke posyandu. 2. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita tentang pentingnya mengikuti kegiatan posyandu hingga anak berusia 5 tahun dengan mengunakan media media seperti leafleat, poster, film dan lain lain yang menarik agar menarik perhatian ibu ibu yang memiliki balita.

VII. 3. Penentuan

Prioritas

Pemecahan

Masalah

Dengan

Kriteria

Matriks

Menggunakan Rumus M x I x V / C : Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks. Tabel 27. Matriks MIVC

Alternatif Pemecahan Masalah Kader mengingatkan jadwal posyandu kepada ibu ibu H-1 sebelum kegiatan posyandu

Magnitude Importancy Vulnerability (M) 4 (I) 4 (V) 3

Cost (C) 2

Jumlah

Prioritas

24

II

dan mengigatkan pentingnya datang ke posyandu. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita tentang pentingnya mengikuti kegiatan posyandu hingga anak berusia 5 tahun dengan mengunakan media media seperti leafleat, poster, film dan lain lain yang
51

33,33

menarik agar menarik perhatian ibu ibu yang memiliki balita.

Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah rendahnya cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya di dusun Candi desa Ringinanom kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, antara lain : 1. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita tentang pentingnya mengikuti kegiatan posyandu hingga anak berusia 5 tahun dengan mengunakan media media yang menarik agar menarik perhatian ibu ibu yang memiliki balita. 2. Kader mengingatkan jadwal posyandu kepada ibu ibu H-1 sebelum kegiatan posyandu dan mengigatkan pentingnya datang ke posyandu.

52

VII. 4 Plan Of Action Dalam Plan Of Action akan disajikan perencanaan kegiatan pemecahan masalah D/S Tabel 28. Plan Of Action No. Kegiatan 1. Penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita tentang pentingnya mengikuti kegiatan posyandu hingga anak berusia 5 tahun. Tujuan Memberikan informasi kepada ibu yang memiliki balita tentang pentingnya datang dan menimbang balita mereka di posyandu Sasaran Ibu yang memiliki balita di dusun Candi Desa Ringinanom Lokasi Di rumah kader Pelaksana Kader desa Bidan desa Waktu 3 bulan Dana Dana BOK Metode Diskusi, pemberian leaflet. Tolok ukur Meningkatkan pengetahuam ibu tentang pentingnya posyandu

2.

Kader mengingatkan jadwal posyandu kepada ibu ibu H-1 sebelum

Meningkatkan Kader dan keaktifan kader Ibu yang memiliki

Di rumah masing masing ibu yang memilki

Kader desa

1 bulan

Datang ke setiap rumah untuk mengajak

Meningkatnya partisipasi ibu yang datang dan menimbangka


53

Meningkatkan balita di kesadaran ibu dusun

kegiatan posyandu dan mengigatkan pentingnya datang ke posyandu

akan pentingnya datang ke posyandu Agar ibu tidak lupa datang ke posyandu

Candi Desa Ringinanom

balita

ibu yang tidak dapat datanng ke posyandu pada bulan sebelumnya

n balitanya ke posyandu Meningkatnya kesadaran ibu untuk mengantarkan balitanya ke posyandu

54

VII. 5 Gann Chart Tabel 28. Gann Chart Kegiatan Pemecahan Masalah

Kegiatan Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita tentang pentingnya mengikuti kegiatan posyandu hingga anak berusia 5 tahun dengan mengunakan media media seperti leafleat, poster, film dan lain lain yang menarik agar menarik perhatian ibu ibu yang memiliki balita. Kader mengingatkan jadwal posyandu kepada ibu ibu H-1 sebelum kegiatan posyandu dan mengigatkan pentingnya datang ke posyandu

Maret April Mei Juni Juli Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

55

BAB VIII PENUTUP

VIII.1 Kesimpulan

1. Dari hasil SPM Puskesmas Tempuran periode januari 2012 didapatkan bahwa cakupan D/S kurang dari target Dinkes (79,6%). Sementara itu di dusun candi cakupannya mencapai 75% atau pencapaiannya 93,75% dari target. 2. Setelah melakukan analisis penyebab masalah, ditemukan penyebab angka balita yang datang dan ditimbang di dusun Candi desa Ringinanom adalah : o Ibu lebih mementingkan kesibukannya daripada memantau pertumbuhan balitanya. o Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu ibu mengenai pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu o Perilaku orang tua yang menganggap bahwa posyandu tidak harus rutin. 3. Prioritas pemecahan masalah rendahnya angka balita yang datang dan ditimbang di dusun Candi Desa Ringinanom adalah : Kader mengingatkan jadwal posyandu kepada ibu ibu H-1 sebelum kegiatan posyandu dan mengigatkan pentingnya datang ke posyandu. Meningkatkan keaktifan daripada kader agar dapat mengajak ibu yang memiliki balita aktif ke posyandu balita. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita tentang pentingnya mengikuti kegiatan posyandu hingga anak berusia 5 tahun dengan mengunakan media media seperti leafleat, poster, film dan lain lain yang menarik agar menarik perhatian ibu ibu yang memiliki balita.

56

VIII. 2. Saran 1. Dihimbau kepada pemerintah setempat untuk mendata dan melaporkan D/S kemudian pemerintah daerah memberikan subsidi atau bantuan kepada balita tersebut. 2. Dihimbau kepada puskesmas untuk meningkatkan upaya pembinaan kader dalam melakukan kegiatan posyandu. 3. Dihimbau kepada kader untuk melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan atau konseling tentang pentingnya membawa balita untuk ditimbang ke posyandu secara rutin. 4. Dihimbau kepada ibu yang memiliki balita untuk memiliki pengantar pengganti ke posyandu jika ibu berhalangan hadir.

57

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Sub Direktorat Survilans Epidemiologi, diunduh tanggal 4 Maret 2012 dari : http://www.surveilans.org.50. 2. Depkes RI. Modul Surveilans KIA : Peningkatan Kapasitas Agen Perubahan dan Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 2007. 3. Dinkes Propinsi Jawa Timur. Buku Pegangan Kader Posyandu. Subdin PSD, Surabaya, 2005. 4. Depkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta, 2006. 5. Depkes RI. Buku Kader Posyandu Dalam Upaya Perbaikan Gizi Keluarga. DIPA Program Perbaikan Gizi Masyarakat Dinkesprop Jawa Tengah, Sumarang, 2006. 6. Pemerintah Provinsi Jawa tengah. Pedoman Teknis Operasional Posyandu Model di Provinsi Jawa Tengah. Semarang, 2006. 7. Yonferizal MR. Koto. Proses Pelaksanaan Manajemen Posyandu Terhadap Intensitas Poyandu Analisis Data Sakerti 2000 (Tesis). 2007. 8. Hartoyo. Kegiatan Kepaniteraan di Puskesmas Kabupaten Magelang. Magelang; 2011. 9. Muninjaya Gde. Manajemen Kesehatan. EGC: Jakarta; 2002. 10. Hartoyo. Handout : Manajemen Pelayanan/Manajemen Program di Puskesmas. Magelang; 2011

58

You might also like