You are on page 1of 8

Mengatasi Kemiskinan di Indonesia

Oleh: Royyan Nur Wicaksono 10/297025/EK/17877

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada 2012

BAB I Pendahuluan

Kemiskinan merupakan problematika sosial ekonomi yang menjadi momok bagi Negara miskin dan berkembang. Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar, wilayah sangat luas dan terbagi kedalam pulau pulau menjadikan keragaman penduduk Indonesia sangat bervariatif, begitu juga problem kemiskinannya. Mengatasai kemiskinan di Indonesia merupakan tantangan sulit, Indonesia tidak seperti Singapore dengan luas wilayah sangat kecil dan kependudukan yang terkontrol, Indonesia tidak seperti Saudi Arabia dengan lokasi yang tidak terpecah menjadi pulau- pulau dan memiliki sumber minyak berlebih. Namun,Indonesia juga memiliki kelebihan dari segi sumberdaya alam. Kekayaan Indonesia sangat beragam. Hasil bumi Indonesia tak sebatas minyak namun hasil tambang lain, Hutan Indonesia menjadi paru- paru dunia. Serta sederet prestasi putra putri bangsa yang tidak kalah dengan Negara maju. Lalu, Kenapa Indonesia masih Identik dengan label Negara mengengah yang masih bergelut melawan kemiskinan? Jika menengok sejenak media lokal Indonesia, terpapar jelas masalah- masalah yang melekat pada Indonesia. Korupsi masih menggerogoti lini pemerintahan Indonesia, Kesenjangan sosial, kekerasan, konflik SARA. Banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, secara rule of thumb seharusnya kemiskinan sudah tidak menjadi momok lagi bagi Indonesia, Mengingat sistem jaminan sosial dalam islam diatur dengan tegas. Oleh kerena itu, patut dikaji lebih jauh tentang problematika kemiskinan Indonesia. Dalam makalah ini saya akan menyampaikan argumen saya sebagai mahasiswa ekonomika dan bisnis tentang kemiskinan.

BAB II Pembahasan Definisi Kemiskinan


Dapat kita akui bersama bahwa setiap program mengentaskan kemiskinan selama ini kurang jelas dalam mendefinisikan kemiskinan itu sendiri, berbagai kritik tentang definisi kemiskinan sangat beragam dan semua kritik tersebut tergolong benar, sehingga pengampu kebijakan kesulitan untuk mengambil kebijakan spesifik sesuai target mengentaskan kemiskinan. Dalam ayat surah Taubah : 60 dijelaskan kriteria penerima zakat adalah sebagai berikut:

Fakir, yaitu mereka yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan, untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Miskin, yaitu mereka yang mempunyai harta dan pekerjaan, namun tidak mencukupi kebutuhan primer mereka, Amil Zakat, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, Muallaf, mereka yang baru masuk Islam, Hamba Sahaya yang diberi kesempatan oleh majikannya untuk membeli dirinya, Sabilillah, untuk mujahidin di jalan Allah, Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan bekal dalam perjalanan di jalan Allah. Dari kriteria tersebut dapat diambil poin yang relevan adalam kalangan fakir dan miskin. Definisi dari kemiskinan sesungguhnya sangat beragam karena kemiskinan adalah masalah multidimensional, dalam definisi fakir misalnya, terdapat dimensi kecukupan material yaitu harta, pekerjaan, dan kebutuhan sehari hari. Begitu juga dengan definisi lain tentang kemiskinan seperti dari dimensi budaya, fisik, dan sebagainya. Sebuah kutipan terkenal tentang definisi kemiskinan oleh seseorang tidak mampu di kenya: Jangan tanya apa itu kemiskinan karena kamu telah melihatnya diluar rumah saya. Lihat lah rumah sekeliling dan hitung berapa jumlah lubang yang ada. Lihatlah pakaian saya, lihat dan tulislah apa yang terlihat, itulah kemiskinan. Jelas dengan keberagaman definisi kemiskinan tidak lagi hanya sedar faktor ekonomi, namun multidimensi.

Mengatasi Kemiskinan berdasarkan dimensi Kemiskinan


Kemiskinan merupakan problematika multidimensi dalam masyarakat. Hal itu berarti dalam mengatasi kemiskinan bukan hanya tugas pemerintah, melainkan seluruh unsur dimensi yang terlibat dalam kemiskinan tersebut, begitu juga penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh pemerintahan yang buruk saja, tetapi kegagalan dalam dimensi terkait. Untuk mengatasi kemiskinan, terlebih dahulu perlu diketahui dimensi kemiskinan yang ada di Indonesia.

Dimensi Kecukupan Materi


Biaya hidup, gaji rendah, dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Hal tersebut berarti tidak mempunyai obat obatan, makanan, dan pakaian. Hal yang pertama terbesit ketika membicarakan kemiskinan adalah faktor kecukupan materi. Hal yang menjadi perhatian dalam dimensi kecukupan materi adalah faktor ketahanan pangan dan lapangan pekerjaan. Ketahanan Pangan

Faktor yang menjadi perhatian dalam kemiskinan adalah ketahanan pangan. Bagi masyarakat kurang mampu memperoleh kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, pangan merupakan sebuah perjuangan. Kesulitan memperolah kebutuhan pribadi bisa disebabkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan, atau lahan garapan yang tidak produktif. Lapangan Pekerjaan

Bagi masyarakat yang khususnya tidak memiliki lahan atau tidak dapat menanam tanaman pangan di lahan orang lain, kurangnya lapangan pekerjaan merupakan faktor utama penyebab kemiskinan. Solusi: Bagi pemerintah, membuat lapangan pekerjaan baru dengan memberikan stimulus bagi UMKM, selain itu dengan memberikan regulasi pro lapangan pekerjaan akan berdampak pada berkurangnya kemiskinan yang disebabkan oleh kurangnya kecukupan materi. Bagi sektor

swasta, kesadaran akan tanggung jawab sosial perlu digalakan. Untuk mengatasi lahan yang tidak produktif perlu dikembangkan usaha yang bersifat jasa. Sehingga meskipun lahan tidak produktif masyarakat masih memiliki perkerjaan untuk membeli makanan.

Dimensi Psikologis
Jika kemisinan dalam duniawinya dalah problematika materi, maka hal tersebut juga memiliki dampak psikologis. Bagaimana jika seseorang dapat memperoleh akses makanan untuk satu hari, tetapi tidak tahu bagaimana memperoleh makan untuk hari berikutnya. Tentu hal tersebut akan membuat keadaan psikologi bagi orang tersebut tidak kondusif. Kebanyakan fenomena yang terjadi adalah ketika orang tidak mampu tidak tau bagaimana mencukupi kebutuhannya, maka orang tersebut akan berhutang, dan kecenderungannya mereka akan berhutang ke tetangga. Orang tersebut harus menahan malu dan dalam sebagian masyarakat. Yang lebih memprihatinkan adalah, bagiamana perasaan orang tua melihat sepanjang hari anak mereka belum makan. Tekanan psikologis sangat berat bagi mereka. Solusi: Dalam permasalahan ini, masyarakat yang mempunyai kuasa lah yang dapat membantu mereka. Masyarakat yang mempunyai pengaruh seperti pemuka adat, pejabat pemerintah, pemuka agama, tokoh masyarakat harus mengayomi dengan memberikan keamanan batin bagi orang tidak mampu. Yang terjadi di Indonesia saat ini adalah orang yang mempunyai kuasa cenderung sewena mena dan pamer fasilitas yang mereka miliki.

Dimensi Budaya dan Norma Sosial


Indentitas budaya seseorang terbentuk ketika masyarat berbagi tentang kesamaan sejarah atau budaya, kebanggaan, dan semangat. Indonesia merupakan negara multikultural namun bersatu karena memiliki kesamaan tersebut. Kaitan budaya dan norma sosial dengan kemiskinan adalah, Identitas suatu budaya di jaga dengan mengadakan upacara adat, ritual adat, dan sebagainya. Kebanyakan dari acara tersebut adalah berbagi rezeki dari kalangan

mampu kepada kalangan tidak mampu. Contoh yang terjadi di Indonesia adalah prosesi kenduri atau syukuran. Kenduri merupakan sebuah acara berbagi makanan secara bergilir dengan diisi diskusi dan doa bersama. Kenduri bagi masyarkat tidak mampu merupakan sebuah jaminan sosial bagi mereka, dimana mereka dapat memperoleh makanan dari lingkungannya. Begitu juga zakat, masyarakat mampu memberikan zakat kepada fakir miskin. Bagi sebagian kalangan masyarakat tidak mampu, ikatan budaya merupakan aset yang paling berharga untuk mereka. Namun, bagi masyakat miskin yang hidup di daerah perkotaan yang terdiri dari beragam identitas budaya, sehingga lingkungan mereka terdiri dari beragam budaya dan tidak dapat dimungkinkan untuk melakukan kenduri atau syukuran, mereka tidak mempunyai aset identias budaya mereka dilingkungan itu. Solusi: Bagi masyarakat miskin diperkotaan dengan beragam budaya dalam satu lingkungan, pemda setempat dan tokoh masyarakat dalam lingkungan tersebutlah yang dapat menjadi peniup peluit tentang kesadaran hidup bersosial.

BAB III Penutup


Kemiskinan adalah permasalahan multidimensi, tidak hanya berupa problematika sosial ekonomi namun terdiri dari beragam permasalan non sosial ekonomi yang kompleks. Sehingga dalam mendefinisikan kemiskinan terdapat banyak definisi. Program penanggulangan kemiskinan harus bisa mendifinisikan kemiskinan dengan benar agar target dari program tersebut dapat terlaksana. Contoh program penanggulangan kemiskinan yang ramai dibicaraan dan dikritik di Indonesia adalah program BLT atau bantuan langsung tunai. Bagi sebagian kalangan BLT merupakan jalan yang efektif dengan menyalurkan bantuan secara tunai langsung kepada target, namun ada juga kalangan yang mengkritik bahwa program BLT merupakan program tidak mendidik, karena masyarakat tidak diajari bagaimana mencari nafkah melainkan langsung diberi uang tunai. Para kritikus juga mengkritik bahwa program BLT akan mempermalukan dan merendahkan harga diri. Dari pro kontra tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menaggulangi kemiskinan perlu dilihat dimensi yang melekat di kemiskinan sesorang dalam lingkungan tersebut. Untuk melakukan analisis tersebut dibutuhkan sumberdaya yang banyak dan waktu yang lama untuk melakukannya, sehingga dalam penanggulangan kemiskinan tidak ada cara yang cepat. Penanggulangan kemiskinan adalah suatu proses terus menerus tidak hanya beberapa kali kebijakan dapat menanggulagi kemiskinan.

Daftar Pustaka Harold W. Watts, An Economic Definition of Poverty. ( Wisconsin: Institute for Research on Poverty, 1964. http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat, diakses pada 10:32 PM 4/17/2012

You might also like