You are on page 1of 98

MODUL MATA KULIAH

KEWIRAUSAHAAN

Oleh :

Dra Ninik Srijani, MPd NIP 132 002 328 INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI 2008

BAB 1 PENDAHULUAN

2 A. Kewirausahaan Gambaran Ringkas 1. Inti dan Hakikat Kewirausahaan Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak oang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai pemerintahan, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development) untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak l;ain untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan

3 cara-cara baru dan berbeda, melalui (1) pengembangan teknologi baru, (2) penemuan pengetahuan ilmiah baru, (3) perbaikan produk barang dan jasa yang ada, (4) penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien. Kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-carabaru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Jadi, kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha. Ide kreatif akan muncul apabila wirausaha look at old and thing something new or different. Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (thing and doing new things or old thing in new way) (Zimmer, 1996:51). 2. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani

4 tampil berbeda), dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan). 3. Proses Kewirausahaan Kewirausahaan diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian berkembangan menjadi proses pengembangan, dan berakhir pada adalah proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda itulah yang disebut tahap kewirausahaan. Tahapan inovasi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari pribadi maupun lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan pada masa inovasi adalah peluang, model peran, dan aktivitas. Perilaku kewirausahaan merupakan fungsi dari kopetensi, insentif, dan lingkungan. 4. Fungsi dan Peran Wirausaha Secara umum, wirausahaan memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (inovator) dan sebagai perencana (planner). Sebagai penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan produk baru, teknologi dan cara baru, ide-ide baru, dan organisasi usaha baru. Sedangkan sebagai perencana, wirausaha berperan merancang usaha baru, merencanakan strategi perusahaan baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam perusahaan, dan menciptakan organisasi perusahaan baru. 5. Ide dan Peluang Kewirausahaan Ide akan menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis proses secara mendalam, dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang wirausaha harus memiliki berbagai kemampuan dan pengetahuan seperti kemampuan untuk

5 menghasilkan produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru, merintis usaha baru, melakukan proses atau teknik baru, dan mengembangkan organisasi baru. 6. Bekal Pengetahuan dan Keterampilan Wirausaha Selain bekal kemampuan, wirausaha juga memiliki pengetahuan dan keterampilan. Bekal pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha meliputi (1) bekal pengetahuan mengenai usaha yang akan memasuki/ dirintis dan lingkungan usaha yang ada, (2) bekal pengetahuan tentang peran dan tanggungjawab, dan (3) bekal pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keterampilan yang harus dimiliki wirausaha meliputi (1) bekal keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko, (2) bekal keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, (3) bekal keterampilan dalam memimpin dan mengelola, (4) bekal keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) bekal keterampilan teknik usaha yang akan dilakukannya. 7. Merintis Usaha Baru Dalam dunia bisnis seperti sekarang ini, umumnya dikenal tiga cara untuk memasuki suatu usaha bisnis, yaitu (1`) merintis usaha baru sejak dari awal, (2) membeli perusahaan yang telah ada, (3) kerja sama manajemen (tranchising). Untuk memulai usaha baru atau merintis usaha baru, modal utama yang harus ada pertama kali adalah ide, baik itu ide untuk melakukan proses imitasi dan duplikasi, ide untuk melakukan pengembangan, atau ide untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Setelah ada ide, lakukan analisis kelayakan usaha termasuk analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strenght, weakness, opportunity, and treath SWOT). Selanjutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru, antara lain (1`) bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis, (2) bentuk usaha dan

6 bentuk kepemilikan usaha dan jenis usaha yang akan dipilih, (3) tempat usaha yang akan dipilih, (4) organisasi usaha yang akan digunakan, (5) jaminan usaha yang mungkin diperoleh, (6) lingkungan usaha yang akan berpengaruh. Untuk mengelola usaha tersebut harus diawali dengan (1`) perencanaan usaha, (2) pengelolaan keuangan, (3) aksi strategis usaha, (4) teknik pengembangan usaha. 8. Etika Berwirausaha Terlepas dari tujuan berwirausaha yang bisa baik secara sosial ataupun ekonomi, ada beberapa etika berwirausaha yang penting dan harus diperhatikan, yaitu (1`) kejujuran, (2) integritas, (3) menepati janji, (4) kesetiaan, (5) kewajaran, (6) suka membantu orang lain, (7) menghormati orang lain, (8) warga negara yang baik dan taat hukum, (9) mengejar keunggulan, dan (1`0) bertanggungjawab. Dalam konteks ekonomi maupun sosial, kejujuran, integritas dan tepat janji merupakan modal sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan memelihara hubungan baik untuk jangka panjang. B. Kompetensi Kewirausahaan Menurut Michael Harris (2000:1`9), kompetensi adalah:.are underlying bodies of knowledge, abilities, experiences, and other requirement nescssary to succesfully perform the job. Wirausaha yang sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/ kegiatan. Wirausaha tidak hanya memerlukan pengetahuan tapi juga keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut di antaranya keterampilan manajerial (managerial skill), keterampilan konseptual (conceptual skill) dan keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi (human skill) dan keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan (decision making skill), keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (time management skill), dan keterampilan teknik

7 lainnya secara spesifik. Akan tetapi memiliki pengetahuan dan keterampilan saja tidaklah cukup. Wirausaha harus memiliki sikap positif, motivasi, dan selalu berkomitmen terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu (personality) yang langsung berpengaruh pada kinerja. Kinerja bagi wirausaha merupakan tujuan yang selalu ingin dicapainya. Dalam dunia bisnis, yang disebut kompetensi inti (care competency) adalah kreativitas dan inovasi guna menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan, yang tercipta melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan merupakan kompetensi inti wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar yang kuat dalam persaingan.

BAB 1I KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

8 A. Disiplin Ilmu Kewirausahaan Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer (1996) Entrepreneurship is the result of a disciplined, systematic process of applying creativity and innovations to needs and opprtunities in the marketplce. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar. Dahulu, kewirausahaan diangap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir (entrepreneurship are born not made), sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi entrepreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya. Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20 kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara. Misalnya di Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Di beberapa negara, kewirausahaan memiliki banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, menyediakan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan,

9 dan lain-lain. Kemudian, pada tahun 1950-an pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara seperti di Eropa, Amerika, dan Canada. Bahkan sejak tahun 1`970-an banyak universitas yang mengajarkan enterpreneurship atau small business

manajement atau new venture manajement. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradikma pertumbuhan yang wajar (growth-equity paradigm shift) dan perubahan ke arah globalisasi (globalization paradigm shift) yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa ini sedang terjadi perubahan paradigma pendidikan (paradigm shift). Menurut Soeharto Prawirokusumo (1`997:4) pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen (independent academic disipline), karena:
1. Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata distinctive, yaitu ada

teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.


2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi venture strat-up dan venture-growth,

ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen dan kepemilikan usaha (business ownership). 3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create new and different things).
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan

pemerataan pendapatan (wealth creation prosess an entrepreneurial endeavor by its own night, nations prosperity, individual self-reliance) atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.

10 Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang di bidang industri, kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai bidang lainnya, maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang pesat. Pada mulanya kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan di berbagai bidang lain seperti industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusiinstitusi lain seperti lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya lainnya. Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti (core competency) dalam menciptakan perubahan, pembaruan, dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek tetapi juga sebagai kiat kehidupan secara umum dalam jangka panjang untuk menciptakan peluang. Di bidang bisnis misalnya, perusahaan sukses dan memperoleh peluang besar karena memiliki kreativitas dan inovasi. Mel;alui proses kreatif dan inovatif, wirausaha menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa. Nilai tambah barang dan jasa yang diciptakan melalui proses kreatif dan inovatif banyak menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggulan

bersaing. Perusahaan seperti Microsoft, Sony, dan Toyota Motor, merupakan contoh perusahaan yang sukses dalam produknya karena memiliki kreativitas dan inovasi dibidang teknologi. Demikian juga dibidang pendidikan, kesehatan dan pemerintahan, kemajuankemajuan tertentu dapat diciptakan oleh orang-orang yang memiliki semangat, jiwa kreatif dan inovatif. David Osborne & Ted Gaebler (1992) dalam bukunya Reinvernting Government mengemukakan bahwa dalam perkembangan dunia dewasa ini dituntut pemerintah yang berjiwa kewirausahaan (entrepreneurial government). Dengan memiliki jiwa kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif.
B.

Objek Studi Kewirausahaan

11 Seperti telah dikemukakan di atas, kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997:`14-15), kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausaah meliputi:
1.

Kemampuan merumuskan tujuan hidup/ usaha. Dalam merumuskan tujuan

hidup/ usaha tersebut perlu perenungan, koreksi, yang kemudian berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemamuannya.
2.

Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang

menyala-nyala.
3.

Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa

menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.
4.

Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah

dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan peranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.
5.

Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal (capital

goods).
6.

Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu

tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan.
7.

Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.

12
8.

Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari

pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

C. Hakikat Kewirausahaan Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminalogi yang persis sama tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama, yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh (Peter F. Drucker, `1994). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptkan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different thing). Bahkan, entrepreneurship secara sederhana sering juga diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono, `1993; meredith, `1996; Marzuki Usman, 1997). Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone of economy, yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai tailbone of economy, yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:10). Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (star-up phase) atau suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative). Menurut thomas w. Zimmerer (1996:5`1), kewirausahaan adalah applying creativity and innovation to solve the problems and to exploit opprtunities that people face everyday. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh Zimmerer (1996:51) diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara

13 baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (creativity is the ability to devolop new ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities). Sedangkan, inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the ability to apply creative solutions to those problems and opportunities to enhance or enrich peoples live). Menurut Harvards Theodore Levitt yang dikutip Zimmerer (1996:51), kreativitas adalah thinking new things (berpikir sesuatu yang baru), sedangkan inovasi adalah doing new things (melakukan sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang baru (thinking and doing new ways). Menurut Zimmerer (1996:51), ide kreatif akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan sesuatu yang baru atau berbeda (look at something old and think something new or different). Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu kemampuan (ability) dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. Istilah entrepreneurship, sebenarnya berasal dari kata entrepreneur. Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1977:2), istilah ini pertama kali digunakan oleh Cantilon dalam Essai sur la nature du commerce (1755), yaitu sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di daerah-daerah dan kemudian menjualnya dengan harga yang tidak pasti. Dalam konteks manajemen, pengertian entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti finansial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labor), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan organisasi usaha (Marzuki Usman, 1997:3).

14 Entrenal yang meliputi kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Menurut Sri edi Swasono (1978:38), dalam konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua penggusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha. Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) mengemukakan defenisi wirausaha sebagai berikut An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities. Menurut Dun steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung risioko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. A person who organizes, manages, and assumer the risk of a business or entreprise is an entrepreneur. Entrepreneur is individual who risks financial, material, and human resources a new way to create a new business concept or opportunities within an existing form. Beberapa konsep entrepreneur di atas lebih menekankan pada kemampuan dan perilaku seseorang sebagai pengusaha. Bahkan Dun steinhoff dan John F. Burgess (1993:4), memandang kewirausahaan sebagai pengelola perusahaan kecil atau pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya, entrepreneur is considered to have the same meaning as small

business owner-manager or small busines operator. Beberapa konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan kemampuan para pengusaha dalam dunia usaha (business). Padahal kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak atau ciri pengusaha semata, karena sifat baik sebagai karyawan swasta

15 maupun pemerintah (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation)hidup (Prawirokusumo, 1997:5). Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya banyak berasal dari konsep Schumpeter (1934). Menurut Schumpeter, entrepreneur merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam bidang perekonomian. Kemungkinan-kemungkinan baru yang dimaksudkan oleh Schumper adalah (1) memperkenalkan produk baru atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen, (2) melakukan suatu metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan cara-cara baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih mendatangkan keuntungan, (3) membuka suatu pemasar baru, yaitu pasar yang belum pernah ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan, (4) pembukaan suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau sumbersumber yang harus dikembangkan, (5) pelaksanaan organisasi baru Yuyun Wirasasmita, 1982; 33-34). Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan pencipta atau penemu kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), tetapi lebih merupakan pelaksana dari kombinasi-kombinasi yang kreatif. Pengusaha tersebut biasanya memiliki sikap yang khusus seperti sikap pedagang, pemilik industri, dan bentuk-bentuk usaha lainnya yang sejenis. Schumpeter mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu sikap pengusaha kecil biasa dan sikap pengusaha benar-benar. Sikap pengusaha yang benarbenarlah yang kemudian berkembang lebih cepat.

16 Kewirausahaan (enterpreneurship) muncul apabila seseorang berani

mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu (Bygrave, 1995). Menurut Meredith (`1996:9), kewirausahaan berarti memadukan watak pribadi, keuangan, dan sumber daya. Oleh karena itu, kewirausahaan merupakan suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan (Meredith, 1996:9). Syarat berwirausaha harus memiliki kemampuan untuk menemukan dan mengevaluasikan peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah dipasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut (1) pengembangan teknologi baru (develo[ping new technology), (2) penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge), (3) perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improving existing products or services), (4) penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources). Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki juga oleh bukan pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya.

17 Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu: 1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda (ability to create the new and diferent) (Druker, 1959). 3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukakan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha) (Zimmerer, 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (star-up

phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).


5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (create), dan

sesutau yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberikan nilai lebih. 6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and diferent) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko.

18 D. Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan 1. Karakteristik Kewirausahaan Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7) mengemukakan delapan karakteristik yang meliputi:
a.

Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas

usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
b.

Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat,

artinya ia selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun resiko yang terlalu tinggi.
c.

Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan

dirinya untuk berhasil.


d.

Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik

yang segera.
e.

High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk

mewujudkan keinginannya demi masa yang lebih baik.


f.

Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perpektif, dan

berwawasan jauh ke depan.


g.

Skill

at

organizing,

yaitu

memiliki

keterampilan

dalam

mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.


h.

Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi

daripada uang. Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun,

19 ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Tindakannya tidak didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung poleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya bukan tujuan akhir Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli sperti di atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon a Musselman (1989:155), Wasty Sumanto (1989), dan Geoffey Meredith (1989:5) dalam bentuk ciri-ciri berikut. a. Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri. b. Kemampuan untuk mengambil resiko. c. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman. d. Memotivasi diri sendiri. e. Semangat untuk bersaing. f. Orientasi pada kerja keras. g. Percaya pada diri sendiri. h. Dorongan untuk berprestasi. i. Tingkat energi yang tinggi. j. Tegas. k. Yakin pada kemampuan sendiri. Wasty Sumanto (1989:5) menambah ciri-ciri yang ke-12 dan ke-13 sebagai berikut.

20 l. Tidak suka uluran tangan dari pemerintah atau pihak lain di masyarakat. m. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam. Geoffrey Meredith (1989:5) menambah ciri yang ke-14 sampai dengan ke-16, yaitu. n. Kepemimpanan. o. Keorisinilan. p. Berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan. Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-ciri tertentu pula. Dalam Entrepreneurship and Small Enterprise Development Repor (1986) yang dikutip oleh M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) dikemukakan beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, di antaranya memiliki ciri-ciri:
a. Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertive). b. Berorientasi pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan bertindak (sees and

acts) terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan monitoring. c. Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis. Secara eksplisit, Dan Steinhoff dan John F Burgess (1`993:38) mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil, meliputi: a. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas. b. Bersedia menanggung risiko waktu dan uang. c. Berencana, mengorganisir. d. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya. e. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan yang lainnya. f. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.

21 Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga oleh sifat dan kepribadian seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration (1989) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993:37) mengemukakan bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian (entrepreneurial personality) sebagai berikut:
a. They have the self-confidence to work hard independently and understand that the

risk taking is part of the equation for success.


b. They have organization ability, can set goals, are results-oriented, and take

responsibility for the results of their endeavors---good or bad.


c. They are creative and seek an outlet for their creativity in an entrepreneurship. d. They enjoy chllenges and find personal fulfilment in seeing their ideas through to

completion. Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan Mc Clelland (1961), Thomas F. Zimmerer (1996:6-8) memperluas karakteristis sikap dan kewirausahaan yang berhasil sebagai berikut:
a. Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad yang bulat

untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang setengah hati mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.
b. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam

mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun tanggung jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu, akan mawas diri secara internal.
c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk selalu mencari peluang.

Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan.pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.

22
d. Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap risiko dan

ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola risiko dengan cara mentrasfer risiko ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok, dan lainlain. Wirausaha yang berhasil yang berbeda dan ketidakpastian
e. Self confidence, yaitu.percaya diri. Ia cenderung optimis dan memiliki keyakinan

biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan

yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.


f.

Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi.

g. Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang segera.

Ia selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.
h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang

berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.
i.

Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan melebihyi standar yang ada. Motivasi ini muncul dari dalam diri 9internal) dan jarang dari eksternal.

23
j.

Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh ke masa depan yang lebih baik.

k. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha

yang berhasil tidak pernah takut gagal. Ia selalu menfokuskan kemampuannya pada keberhasilan.
l.

Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), ia harus lebih memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktator. Menurut Ahmad sanusi (1994) ada beberapa kecenderungan profil pribadi

wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, di antaranya: a. Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/ tetap/ sudah

teratur/ diatur dan jelas. Ia selalu bosan dengan kegiatan rutin sehingga timbul harapan-harapan dan keinginan untuk selalu berubah, ada tambahan, pengayaan, atau perbaikan mutu (nilai tambah yang berbeda). b. Suka memandang keluar, beorientasi pada aspek-aspek yang luas dari

soal yang dihadapi untuk memperoleh peluang baru. c. Makin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap

kemandirian atau prakasa atas nama sendiri. d. Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta

memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain. e. Karena sendiri, maka ada keinginan berbeda atau maju, dan toleransi

terhadap perbedaan pihak lain.

24 f. Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan

dikembangkan, serta dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa sudut. Prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk modifikasi dan perubahan. g. Dengan kerja keras dan kemajuan tahap demi tahap yang tercapai

timbul rasa percaya diri dan sikap optimisme yang lebih mendasar. h. Sikap dan perilaku kewirausahaan di atas, dikombinasikan dengan

keterampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan dan pengembangan produk, penetrasi/ pengembangan pasar, organisasi dan komunikasi perusahaan, keuangan, dan lain-lain. i. Meskipun asasnya bekerja keras, cermat dan sungguh-sungguh namun

aspek risiko tidak bisa dilepaskan sampai batas yang dapat diterima. j. Dengan risiko tersebut, dibulatkan tekad, komitmen, dan kekukuhan

hati terhadap alternatif yang dipilih. k. Berhubung yang dituju ada kemajuan yang terus-menerus, maka ruang

lingkup memandang pun jauh dan berdaya juang tinggi, karena sukses tidak datang tanpa dasar atau tiba-tiba. l. Adanya perluasan pasar dan pihak lain yang bersaing mendorong

kemauan keras untuk membuat perencanaan lebih baik, bekerja lebih baik, untuk mencapai hasil lebih baik bahkan yang terbaik dan berbeda. m. Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan

pihak lain yang sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan tetapi, jika perlu, ia harus ada kesiapan untuk bersaing. n. Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap

tantangan untuk mencari berbagai ikhtiar.

25
o.

Memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian. Ada

introspeksi dan kesediaan, serta sikap responsif dan arif terhadap umpan balik (feedback), kritik, dan saran. p. Punya kemampuan intensif dan seimbang dalam memperhatikan dan

menyimak informasi dari pihak lain dengan meletakan posisi dan sikap sendiri, dan mengendalikan diri sendiri terhadap sesuatu soal yang dianggap belum jelas. q. Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi

keyakinan dirinya, integritas pribadi yang mengandung citra dan harga diri, selalu bersikap adil, adil, dan sangat menjaga kepercayaan yang diberikan oleh orang lain. Menurut Ahmad Sanusi, dalam konteks tersebut para wirausaha tidak memiliki profil yang sama, masing-masing orang memiliki profilnya sendiri. 2. Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan Masing-masing 3. Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan

E. Sikap dan Kepribadian Wirausaha Alex Inkeles dan david H. Smith (1974:19-24) adalah salah satu di antara ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern. Menurut Inkeles (1974:24) kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih realitas terhadap fakta dan pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang bukan pada masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, dan memahami produksi. Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh gunar Myrdal, yaitu:

26 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi. Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional. Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai masalah. Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Selalu berencana dalam segala kegiatan. Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang tertentu. Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip

masing-masing. 9. Sadar dan menghormati orang lain (Siagian, 1972). Menurut Harsojo (1978:5), modernisasi sebagai sikap yang menggambarkan: 1. Sikap terbuka bagi pembaharuan dan perubahan. 2. Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis. 3. Berorientasi pada masa kini dan masa depan. 4. Meyakini kemampuan sendiri. 5. Menyakini kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Menganggap bahwa ganjaran itu hasil dari prestasi. Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial, misalnya dalam mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka terhadap ide-ide baru ini merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif yang ditemukan dalam jiwa kewirausahaan. Menurut Yurgen Kocka (1975), Pandangan yang luas dan dinamis serta kesediaan untuk pembaharuan, bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan industri, tidak lepas dari suatu latar belakang pendidikan, pengalaman perjalanan yang banyak (Yuyun Wirasasmita, (1982:44). Dalam konteks ini, juga dijumpai perpaduan yang nyata antara usaha perdagangan yang sistematis

27 dan rasional dengan kemampuan bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang didasari keberanian berusaha. Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusian yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan. Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman Ranupandoyo, 1982;1). Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi, yaitu menemukan pasar-pasar baru, pengenalan barang-barang baru, metode produksi baru, sumber-sumber penyediaan bahan-bahan mentah baru, serta organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru. Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator penting suatu perusahaan. Menurut Dusselman (1989:16), seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut: 1. baru. 2. Keberanian untuk menghadapi resikop, yaitu usaha untuk menimbang dan Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide

menerima resiko dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian. 3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi (1) usaha perencanaan, (2) usaha

28 untuk mengkoordinir, (3) usaha untuk menjaga kelancaran usaha, (4) usaha untuk mengwasi dan mengevaluasi usaha. 4. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan

tujuan usaha. Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A. Turla (1986) pola tingkah laku kewirausaha di atas tergambar pula dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut. 1. Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan kemauan kuat. 2. Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antar-personal, kepemimpinan, dan manajemen. 3. Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga, perilklanan dan promosi. 4. Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan, perencanaan, dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi. 5. Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur uang. David Mc Clelland (1961:205) mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan, yaitu: 1. Keterampilan mengambilan keputusan dan mengambil risiko yang moderat,

dan bukan atas dasar kebetulan belaka. 2. 3. 4. Energik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif. Tanggung jawab individual. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan

tolok ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan. 5. Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa datang.

29 6. Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan, kepemimpinan,

dan manajerial. Telah dikemukakan di atas bahwa wirausaha adalah inovator dalam

mengombinasikan sumber-sumber bahan baru, teknologi baru, metode produksi baru, akses pasar baru, dan pangsa pasar baru (Schumpeter, 1934). Oleh Ibnu Soedjono (1993) perilaku kreatif dan inovatif tersebut dinamakan entrepreneurial action, yang ciri-cirinya (1) selalu mengamankan investasi terhadap risiko, (2) mandiri, (3) berkreasi menciptakan nilai tambah, (4) selalu mencari peluang, (5) berorientasi ke masa depan. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha, yaitu nilai-nilai keberanian menghadapi risiko, sikap positip, dan optimis, keberanian mandiri, dan memimpin, dan kemauan belajar dari pengalaman. Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (1977), faktor internal yang berpengaruh adalah kemauan, kemampuan, dan kelemahan. Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal diri perlaku adalah kesempatan atau peluang.

F. Motif Berprestasi Kewirausahaan Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1980:55). Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan

30 akan keamanan (security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs). David C. McClelland (1971) mengelompok kebutuhaqn (needs), menjadi tiga, yakni:
1.

Need for achievement (nAch): The drive to axcel, to achieve in relation to a

set of standard, to strive to succeed.


2.

Need for power (nPow); The need to make other behave in a way that they

would not have behaved otherwise.


3.

Need for affiliation (nAff): The desire for friendly and close interpersonal

relationships. Kebutuhan berprestasi wirausaha (nAch) terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada 2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan. 3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi. 4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang

diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah. Kebutuhan akan kekuasaan (nPow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain.

31 Kebutuhan untuk berafiliasi (nAff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja sama daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut Stephen P. Robbins (1993:214), kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini. Ahli psikologi lain, Frederik Herzberg (1987) dalam teori motivation-hygiene mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya merupakan dua faktor dasar motivasi yang menentukan keberhasila kerja, yaitu faktor yang membuat orang lain merasa puas (satisfaction) dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas (dissatisfaction). Faktor internal yang membuat orang memperoleh kepuasan kerja (jobsatisfaction) meliputi prestasi (achievement), pengakuan (recognition), pekerjaan (the work itself), tanggungjawab (responsibility), kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang (possibility of growth). Sedangkan faktor yang menentukan ketidakpuasan (dissatisfaction) adalah upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis, mutu hubungan interpersonal (Gibson, 1990:95). Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom (1964) dalam teorinya yang disebut teori harapan (expectancy theory). Ia mengemukakan bahwa The strength of a tendency to act in a certain way depend on the strength of an expectation that an act will be followed by a given outcome and actractiveness of that outcome to the individual. Kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalam suatu arah tertentu tergantung pada kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakannya dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut Victor Vroom, ada tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu (1) Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan, (2) Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara imbalan yang diperoleh dan

32 kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu hubungan antara usaha dan kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori harapan (expectancy theory), yaitu:
1.
P = f (M x A)

Prestasi atau performance (P) adalah fungsi perkalian antara motivasi (M) dan ability (A).

2.

M = f (V1 x E)

Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi tingkat pertama (V1) dengan expectancy (E).

3.

V1 = f (V1 x 1)

Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian antara jumlah valensi yang melekat pada perolehan tingkat kedua dengan instrumental (I).

Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70), ada tiga fungsi motif, yaitu: 1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan energi. 2. Menentukan arah perbuatan ketujuan tertentu. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu. Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa orang berhasrat menjadi wirausaha? Menurut Dan steinhoff & John F. Burgess (1993:6) ada tujuh motif:
1. The desire for higher income.

2. The desire for more satisfying career. 3. The desire to be self-directed. 4. The desire for the prestige that comes to being a business owner. 5. The desire to run with a new idea or concept. 6. The desire to build long-term wealth. 7. The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.

33 Dalam Entrepreneurs Handbook, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwiraiusaha, yakni: 1. Alasan keuangan, yakni untuk mencari nafkah untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan. 2. Alasan sosial, yakni untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang banyak. 3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami atau istyri, untuk membahagiakan ayah dan ibu. 4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi alasan atau mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi. Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan, yaitu: 1. Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri. 2. Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh. 3. Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial. 4. Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha seseorang.

BAB 1II PROSES KEWIRAUSAHAAN

34

A. Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan David C. McClelland (1961:207), mengemukakan bahwa kewirausahaan

(entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme (optimism), sikap-sikap nilai (value attitudes) dan status kewriusahaan (entrepreneurial status) atau keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari property right (PR), competency/ability (C), incentive (I), dan external environment (E). Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (property right, PR), kemampuan/ kompetensi

(competency/ability, C), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment, E). Menurut Ibnoe Soedjono, karena dalam kemampuan afektif (affective abilities) mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang kesemuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi kemampuan afektif (affective abilities) dan kemampuan kognitif (cognitive abilities) merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurial). Jadi, kemampuan berwirausaha (entrepreneurial) merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. B. Model Proses Kewirausahaan Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan (Bygrave, 1996:3). Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, inovasi, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi

35 wirausaha yang besar (Soeharto Prawirakusumo, 1977:5). Secara internal, inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti locus of control, toleransi, nilainilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga. Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi,lingkungan, dan sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasaan. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, pesaing, inkubator, sumber daya, dan kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok. Seperti halnya pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu pendanaan. Sedangkan faktor yang berasal dari pribadi adalah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial. Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur, budaya, dan strategi. Jadi kewirausahaan diawali dengan inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi, sosiologi, organisasi, dan lingkungan. Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat

menggabungkan nilai-nilai, sifat-sifat utama (pola sikap) dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis (knowledge and practice). Jadi,

36 pedoman-pedoman, pengharapan-pengharapan dan nilai-nilai, baik yang berasal dari pribadi maupun kelompok berpengaruh dalam membentuk perilaku kewirausahaan.

C. Ciri-ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 115 usaha kecil unggulan di Kabupaten Madiun yang dilakukan oleh penulis diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil tersebut memiliki tiga ciri penting, yaitu (1) tahap imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating), (2) tahap duplikasi dan pengembangan (duplicating and devoloping), (3) tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda (creating new and different). Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi para wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya untuk memulai atau merintis usaha barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang akan dihasilkan meniru yang sudah ada. Teknik produksi, desain, pemprosesan, organisasi usaha, dan pola pemasarannya meniru yang sudah ada. Beberapa keterampilan tertentu diperoleh melalui magang atau pengalaman baik dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi tidak sedikit pula wirausaha yang berhasil karena proses pengamatan. Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk misalnya, wirausaha mulai mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan didesain sendiri. Demikian pula dalam organisasi usaha dan pemasaran mulai dikembangkan model-model pemasaran sendiri. Meskipun pada tahap ini mengalami perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis, tetapi sudah ada sedikit perubahan. Misalnya desain dan teknik yang cenderung monoton, mungkin berubah tiga sampai lima tahun sekali, pemasaran cenderung dikuasai oleh bentuk-bentuk monopsoni oleh para pengumpul seperti usaha kecil

37 pada umumnya. Beberapa wirausaha di antaranya ada juga yang mengikuti model pemasaran dan cenderung berperan sebagai market follower dan beberapa perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang pengumpul. Setelah tahap duplikasi dan pengembangan, kemudian tahap menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Tada tahap ini wirausaha biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang ada, keingitahuan, ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada mulai timbul dan adanya keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul secara mengebu-gebu. Pada tahap ini organisasi usaha mulai diperluas dengan skala yang luas pula, produk mulai diciptakan sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan berdasarkan kebutuhan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang pasar (market challenger) bahkan pemimpin pasar (market leader). Produk-produk unik yang digerakkan oleh pasar (market driven) mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri kecil tertentu, misalnya industri kecil sepatu dan industri konveksi mulai menantang pasar (market challenger), sedangkan industri lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional dan semi modern masih menjadi pengikut pasar (market follower).

D. Langkah Menuju Kaberhasilan Wirausaha Untuk menjadi wirausaha sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan baik dengan mitrausahanya maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan. E. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha

38 Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer (1996:14-15) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkab wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya. 1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki

kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil. 2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan

menvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordininasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan. 3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan

baik faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar. 4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu

kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. 5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor

yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak styrategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien. 6. Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi

dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.

39 7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-

setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar. 8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/ transisi kewirausahaan.

Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu. Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewitrausahaan, Zimmerer (1996:17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan, yaitu: 1. Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap pertumbuhan, dalam bisnis ada jaminan untuk memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu bisa rugi dan sewaktu-waktu juga bisa untung. Kondisi yang tidak menentu dapat membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. 2. Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998), tingkat mortalitas/ kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78 persen. Kegagalan investasi mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga. 3. Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri mulai dari pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan. Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin menjadi wirausaha menjadi mundur. Ia kurang terbiasa dalam menghadapi tantangan. Wirausaha yang

40 berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni. 4. Kualitas kehidupan yang rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Misalnya, pedagang yang kualitas kehidupannya tidak meningkat, maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk ke usaha lain.

F. Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri. Peggy Lambing dan Charles L. Kuehl (2000:19-20) mengemukakan keuntungan dan kerugian kewirausahaan sebagai berikut: 1. a. Keuntungan Kewirausahaan Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat

wirausaha menjadi seorang bos yang penuh kepuasan. b. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau

perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha. c. Kontrol finansial. Bebas dalam mengelola keuangan, dan merasa

kekayaan sebagai milik sendiri.

2.

Kerugian Kewirausahaan Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, dengan berwirausaha juga

memiliki beberapa kerugian, yaitu:

41 a. Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan

waktu yang lama dan sibuk. Sedikit waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis. b. Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi

bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan. c. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena

wirausaha menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba/ keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.

BAB 1V FUNGSI DAN MODEL PERAN WIRAUSAHA

42

A. Profil Kewirausahaan Berbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan pengelompokkan yang berbeda-beda. Ada yang mengelompokkan berdasarkan pemilikannya, pengelompokkan berdasarkan perkembangannya dan pengelompokkan berdasarkan kegiatan usahanya. Roopke (1995:5), mengelompokkan kewirausahaan berdasarkan perannya, sebagai berikut. 1. Kewirausahaan rutin (wirt), yaitu wirausaha yang dalam melakukan kegiatan

sehari-harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi tradisional. Fungsi wirausaha rutin adalah mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap standar tradisional, bukan penyusunan dan pengalokasan sumber-sumber.

Wirausaha ini berusaha untuk menghasilkan barang, pasar, dan teknologi, misalnya seorang pegawai atau manajer. Wirausaha rutin dibayar dalam bentuk gaji. 2. Kewirausahaan arbitrase, yaitu wirausaha yang selalu mencari peluang melalui

kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan (pembukaan). Misalnya, bila tidak terjadi ekuilibrium dalam penawaran dan permintaan pasar, maka ia akan membeli dengan murah dan menjualnya dengan mahal. Kegiatannya melibatkan spekulasi dalam memanfaatkan perbedaan harga jual dan harga beli. 3. Wirausaha inovatif, yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide dan

kreasi-kreasi baru yang berbeda. Ia merupakan promotor, tidak saja dalam memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi baru. Ia mengadakan proses dinamis pada produk, proses, hasil, sumber pengadaan, dan organisasi yang baru. Sedangkan Zimmerer (1996) mengelompokkan profil kewirausahaan sebagai berikut:

43
1. Part-time Entrepreneur, yaitu wirausaha yang melakukan usahanya hanya sebagian

waktu saja sebagai hobi. Kegiatan bisnis bisanya hanya bersifat sampingan.
2. Home-Based New Ventures, yaitu usaha yang dirintis dari rumah/ tempat tinggalnya. 3. Family-Owner Business, yaitu usaha yang dilakukan/ dimiliki oleh beberapa anggota

keluarga secara turun-temurun.


4. Copreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerja sama

sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama-sama. B. Fungsi Makro dan Mikro Wirausaha Dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi secara makro dan fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan negaranegara di Asia, kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi negara tertentu, sehingga negaranegara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala global. Semua itu merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha yang kreatif. Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Wirausahalah yang berani mengambil risiko, memimpin, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa dorongan, energi, dan dedikasi para wirausaha, pembentukan (formasi) investasi pada perusahaan-perusahaan baru tidak pernah terjadi. Menurut J. B. Say, wirausaha adalah orang yang menggeser sumber-sumber ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi dan berlimpah ruah. Menurutnya, wirausahalah yang menghasilkan perubahan. Perubahan itu dilakukan tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik

44 tetapi dengan melakukan sesuatu yang berbeda (not by doing things better but by doing something different). Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan lagi, yakni: Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antarsektor yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke belakang (forward and backwardlingkages) (Drucker, 1979-54). Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan efediensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel, karena dapat mnyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh. Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan (wealth creation prosess), karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan. Secara mikro, peran wirausaha adalah penanggung risiko dan ketidakpastian, mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya, menurut Marzuki Usman (1977), secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu (1) sebagai penemu (innovator), (2) sebagai perencana (planner). Sebagai inovator, wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan:
1. Produk baru (the new product) 2. Teknologi baru (the new tecnology) 3. Ide-ide baru (the new image) 4. Organisasi usaha baru (the new organization)

Sebagai planner, wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan:

45 1. Perencanaan perusahaan (corporate plan) 2. Strategi perusahaan (corporate strategy)


3. 4.

Ide-ide dalam perusahaan (corporate image) Organisasi perusahaan (corporate organization) Menurut Zimmerer (1996:51) fungsi wirausaha adalah menciptakan nilai barang dan

jasa di pasar melalui proses pengombinasian sumber daya dengan cara-cara baru yang berbeda untuk dapat bersaing. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui: 1. Pengembangan teknologi baru (devoloping new technology). 2. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge). 3. Perbaikan produk dan jasa yang ada (improving existing products or services).
4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah

lebih banyak dengan menggunakan sumber daya lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources). Lain halnya dengan Werner Shombart (1992), yang membagi fungsi entrepreneur menjadi tiga, yaitu:
1. Captain of industry, yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam satu bidang keahlian,

kemudian berhasil menemukan sesuatu yang baru, bukan dengan sengaja melainkan karena hasil temuan dan kehebatan daya cipta.
2. Usahawan (businessman), yaitu orang yang menganalisis berbagai kebutuhan

masyarakat, merangsang kebutuhan baru untuk mendapat langganan baru. Perhatiannya yang paling utama adalah penjualan.
3.

Pemimpin keuangan (financial leader), yaitu orang sejak muda menekuni keuangan, mengumpulkan uang, dan menggabungkan sumber-sumber keuangan. Selain entrepreneur, istilah lain yang juga dikenal adalah konsep entrepreneur

yaitu orang yang tidak menemukakan sesuatu (produk) yang baru, tetapi menggunakan

46 temuan orang lain dan dipakai pada unit usaha yang bersangkutan (Marzuki Usman, 1977:4), misalnya dalam membuat desain/ rancangan suatu produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Fungsi intrapreneu adalah duplicating new product, and imitating new technology. Berbeda dengan benchmarking yang berkembang pada kalangan para manajer dan wirausaha di Jepang dan Australia. Pada benchmarking, selain meniru juga mengembangkan produk melalui pengembangan teknologi baru (imitating and developing product) atau imitating with modification (winardi, 1998). Beberapa definisi di atas secara umum dapat diartikan bahwa wirausaha adalah perintis dan pengembang perusahaan yang berani mengambil risiko dalam menghadapi ketidakpastian dengan cara mengelola sumber daya manusia, material, dan keuangan untuk mencapai tingkat keberhasilan tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci keberhasilan adalah memiliki tujuan dan visi untuk mencapai tujuan tersebut (Steinhoff dan Burgess, 1993:38).

C. Tantangan Kewirausahaan dalam Konteks Global Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara harus bersaing dengan menonjolkan keunggulan sumber daya masing-masing. Negara-negara yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan. Sebaliknya negara-negara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan dan tidak akan mencapai banyak kemajuan. Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara-negara yang dapat memberdayakan sumber daya ekonominya (conomic empowering) dan memberdayakan sumber daya manusianya (resourcess empower) secara nyata. Sumber-sumber ekonomi dapat diberdayakan apabila sumber daya manusia betulbetul menghadapi tantangan dan persaingan yang kompleks.

47 Tantangan persaingan global, tantangan pertumbuhan penduduk, tantangan pengangguran, tantangan tanggung jawab sosial, keanekaragaman ketenagakerjaan, dan tantangan etika, tantangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, dan tantangan gaya hidup berserta kecenderungan-kecenderungannya merupakan tantangan yang saling terkait satu sama lain. Dalam persaingan global, semua sumber daya antar negara akan bergerak bebas tanpa batas. Sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, teknologi, dan gaya hidup akan bergerak melewati batas-batas negara. Hanya sumber daya yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan dalam persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang cepat disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif (competitive advantages), diantaranya melalui proses kreatif dan inovatif wirausaha. Untuk dapat bersaing di pasar global sangat diperlukan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi, yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yaitu sumber daya manusia yang profesional dan terampil yang dapat menciptakan nilai tambah baru dan mampu menjawab tantangan baru. Selanjutnya kualitas sumber daya manusia yang tinggi tersebut hanya dapat ditentukan oleh sistem pendidikan yang menghasilkan sumber daya yang kreatif dan inovatif. Sumber daya kreatif dan inovatif hanya terdapat pada wirausaha.oleh sebab itu, wirausaha yang mampu menciptakan keunggulan bersaing melalui kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create the new and different)

BAB V IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN

48 A. Ide Kewirausahaan Seperti telah dikemukakan bahwa wirausaha dapat menambah nilai suatu barang dan jasa melalui inovasi. Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausaha menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan instrumen penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai. Ketangguhan kewirausahan sebagai penggerak perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secara terusmenerus. Wirausahaan dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang melalui ide-idenya dan akhirnya ia menjadi pengendali usaha (business driven). Semua tantangan bisa menjadi peluang apabila ada inovasi., misalnya menciptakan permintaan melalui penemuan baru. Dengan penemuan baru para pengusaha (business innovation) perusahaan mengendalikan pasar (market-driven), dan akhirnya membuat ketergantungan konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen tidak lagi tergantung pada konsumen (seller-market) seperti falsafah pemasaran yang konvensional. Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha. Dalam mengevaluasi ide untuk menciptakan nilai-nilai potensial (peluang usaha), wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua risiko yang terjadi dengan cara: 1. Pengurangan kemungkinan risiko melalui strategi yang proaktif. 2. Penyebaran risiko pada aspek yang paling mungkin. 3. Pengelolaan risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat. Ada risiko yang dapat dievaluasi, yaitu (1) risiko pasar atau risiko persaingan, (2) risiko finansial,dan (3) risikoteknik. Risiko pasar terjadi akibat adanya ketidakpastian pasar. Risiko finansial terjadi akibat rendahnya hasil penjualan dan tingginya biaya. Risiko teknik

49 terjadi sebagai akibat adanya kegagalan teknik. Pada hakikatnya, ketidakpastian pasar terjadi akibat dari berbagai faktor seperti lingkungan ekonomi, teknologi, demografi, dan sosial politik. Menurut Zimmerer (1996:82) kreativitas sering kali muncul dalam bentuk ide-ide untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa baru. Ide itu sendiri bukan peluang dan tidak akan muncul bila wirausaha tidak mengadakan evaluasi dan pengamatan secara terus menerus. Banyak ide yang betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta ketika wirausaha memiliki cara pandang baru terhadap ide yang lama. Pertanyaannya , bagaimana ide bisa menjadi peluang ? Ada beberapa cara, antara lain: 1. Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/ metode yang lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi kebutuhan. 2. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru. 3. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan dilakukan atau modifikasi cara melakukan suatu pekerjaan. Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan dalam bentuk arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru tentang barang yang dihasilkan perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide sendiri tetapi hasil pengamatan dan penerapan ide-ide orang lain yang bisa dijadikan peluang.

B. Sumber-sumber Potensial Peluang Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka

wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus. Proses penjaringan ide atau disebut proses screening merupakan suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah dalam penjaringan (screening) ide dapat dilakukan sebagai berikut:

50 1. Menciptakan produk baru dan berbeda. Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli atau penggunanya. Agar berguna, barang dan jasa itu harus bernilai bagi konsumen baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu, wirausaha harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen di pasar. Dalam mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang perlu diperlukan (1) permintaan terhadap barang/ jasa yang dihasilkan, (2) waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/ jasa. Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu menciptakan produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada konsumen. Misalnya, apakah produk-produk barang dan jasa tersebut dapat meningkatkan efisiensi bagi pemakainya ? Apakah perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui juga oleh pembeli potensial ? Berapa persen target yang ingin dicapai dari segmentasi pasar tersebut ? Pertanyaan-pertanyaan di atas penting dalam menciptakan peluang. Secara implisit, apabila wirausaha baru menfokuskanpada segmen pasar, maka secara spesifik peluang itu akan sangat tergantung pada perilaku segmen pasar. Kemampuan untuk memperoleh peluang itu akan sangat tergantung pada kemampuan wirausaha untuk menganalisis pasar yang meliputi aspek (1) kemampuan untuk menganalisis demografi pasar, (2) kemampuan untuk menganalisis sifat serta tingkah laku pesaing, (3) kemampuan untuk menganalisis keunggulan bersaing pesaing dan ketafakuman pesaing yang dianggap dapat menciptakan peluang. 2. Mengamati pintu peluang, wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk baru, dukungan keuangan, dan

51 keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahankelemahan dan risiko pesaing dalam menanamkan modal barunya. Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang dimiliki pesaing dan peluang yang dapat diperoleh, ada beberapa pertanyaan, yaitu (1) pertanyaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing dalam pengembangan produk, meliputi bagaimana kemampuan teknik yang dimiliki pesaing dalam pengembangan produk jika dibandingkan kemampuan teknik yang dimiliki? Dan bagaimana track-record pesaing untuk mencapai sukses dalam pengembangan produk?, (2) pertanyaan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pesaing tentang kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki, meliputi: sejauh mana kemampuan dan kesediaan pesaing untuk melakukan investasi dalam pengembangan produk baru dan produk awal? Dan keunggulan pasar apa yang dimiliki oleh pesaing?, (3) pertanyaan untuk mentukan apakah pintu peluang ada atau tidak, meliputi: sejauh mana kecepatan perusahaan membawa produk ke pasar dapat mendahului pesaing?, apakah kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan cukup untuk membawa produk ke pasar yang sedang dikuasai pesaing?, apakah perusahaan memiliki kekuatan yang cukup untuk menguasai serangan pesaing?. Menurut Zimmerer (1996:87) ada beberapa keadaan yang dapat menciptakan peluang, yaitu (1) produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang relatif singkat, (2) kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu, penggunaan teknik harus dipertimbangkan sebelumnya, (3) bila pesaing tidak begitu agresif untuk

mengembangkan strategi produknya, (4) pesaing tidak memiliki teknologi canggih, (5) pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya, (6) perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan produk barunya.

52 3. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam. Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk tersebut? Apakah biaya yang dikeluarkan lebih efisien daripada biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?. 4. Menaksir biaya awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru. Dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan untuk operasi, untuk perluasan dan untuk biaya lainnya?. 5. Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi, misalnya risiko teknik, risiko finansial, dan risiko pesaing. Risiko pesaing adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisinya di pasar. Risiko pesaing meliputi pertanyaan (1) kemungkinan kesamaan dan keunggulan produk apa yang dikembangkan pesaing?, (2) tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh pesaing dalam pengembangan produknya?, (3) seberapa jauh dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan produk yang diperkenalkannya?, (4) apakah perusahaan baru cukup kuat untuk mengatasi serangan-serangan pesaing?. Analisis kelemahan,kekuatan,peluang, dan ancaman atau analisis strength, weaknss, oppurnity, and threat (SWOT) sangat penting dalam menciptakan keberhasilan perusahaan baru.

C. Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan Seperti dikemukakan dalam hasil survei yang dilakukan oleh Lambing (2000) bahwa kebanyakan responden yang menjadi wirausaha berasal dari pengalaman sehingga ia memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil,

53 persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start-up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (oppurnity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemampuan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
1. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service). 2. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added). 3. Merintis usaha baru (new business). 4. Melakukan proses/ teknik baru (the new technic). 5. Mengembangkan organisasi baru (the new organization).

Wirausaha berfungsi sebagai perencana (planner) sekaligus sebagai pelaksana usaha (businessman). Sebagai perencana (planner), wirausaha berperan:
1. Merancang perusahaan (corporate plan). 2. Mengatur strategi perusahaan (corperate strategy). 3. Pemrakarsa ide-ide perusahaan (corperate image). 4. Pemegang visi untuk memimpin (visioner leader).

Sedangkan sebagai pelaksana usaha (businessman), wirausaha berperan:

54
1. Menentukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang berbeda (create the new and

different).
2. Meniru dan menduplikasi (imitating and duplicating). 3. Meniru dan memodifikasi (imitating and modificating). 4. Mengembangkan (develop) produk baru, teknologi baru, citra baru, dan organisasi baru.

Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik dan manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi, menikmati, dan menanggung risiko. Seperti telah dibahas pada bab 4 bahwa untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal baik uang maupun waktu, kecukupan tenaga dan pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa kemampuan (ability). Menurut Casson (1982), yang dikutip Yuyun Wirasasmita (1993:3) ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:
1. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukannya atau

ditekuninya.
2. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide dan perspektif serta tidak mengandalkan pada

sukses di masa lalu.


3. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya pengetahuan teknik,

desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.


4. Seach skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi, dan berimajinasi. 5. Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan. 6. Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan kemampuan memprediksi keadaan

masa yang akan datang.


7. Communication

skill, yaitu

kemampuan untuk berkomunikasi,

bergaul,

dan

berhubungan dengan orang lain.

55 Dengan beberapa keterampilan dasar di atas, maka seseorang akan memiliki kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan. Menurut Dan & Bradstreet Business Credit Sarvice (1993:1), ada 10 kompetensi yang harus dimiliki wirausaha, yaitu:
1. Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan dilakukan.

Dengan kata lain, seseorang wirausaha harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan. Misalnya, seorang yang akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki pengetahuan tentang

perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan tentang cara memasarkan komputer.
2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan

bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasikan dan mengendalikan perusahaan termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti

memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien.
3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap usaha yang

dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh, dan tidak setengah hati.
4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya

berbentuk materi, tetapi juga moril. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup uang, tenaga, tempat, dan mental.
5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/ mengelola

keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.

56
6. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin.

Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya. 7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan, menggerakan (memotivasi), dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
8. Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan

kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat, dan memuaskan.
9. Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi/ cara bersaing. Wirausaha,

harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.
10. Copying with regulations and poperwork, yaitu membuat aturan/ pedoman yang

jelas (tersurat, tidak tersirat). Di samping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus memiliki pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff, John M. Memphil, Jr dan Douglas Cloud (1993:8) ada empat kemampuan utama yang diperlukan untuk mencapai pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan berhasil, di antaranya:
1. Techinical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun

(know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih.misalnya, kemampuan dalam bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betul-betul mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan dan disajikan.
2. Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar yang

cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Ia

57 harus mengetahui bagaimana menemukakan peluang pasar yang spesifik, misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum dikelola pesaing. 3. Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan , mengatur pembelian, penjualan, pembukuan, dan perhitungan laba/ rugi. Ia harus mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya. 4. Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar-perusahaan. Ia harus mengetahui hubungan inter-personal secara sehat. Sedangkan menurut Norman M. Scarborough (1993), kompetensi kewirausahaan yang diperlukan sebagai syarat-syarat bisnis tersebut, meliputi: 1. Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan tugas. 2. Berorientasi pada prestasi/ kemajuan, cirinya: a. b. c. d.
e.

Selalu mencari peluang. Berorientasi pada efisiensi. Konsentrasi untuk kerja keras. Perencanaan yang sistematis. Selalu memonitor (check and recheck).

3. Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, cirinya: a. Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja. b. Mengenali pentingnya hubungan bisnis. Umumnya, wirausaha yang memiliki kompetensi-kompetensi tersebut, cenderung berhasil dalam berwirausaha. Oleh karena itu, bekal kewirausahaan yang berupa pengetahuan dan bekal keterampilan kewirausahaan perlu dimiliki. Beberapa bekal pengetahuan yang perlu dimiliki misalnya:

58 1. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada disekitarnya. 2. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab. 3. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri. 4. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Dalam lingkungan usaha yang semakin kompetitif, pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan yang dilakukan mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha. Pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan itu di antaranya pengetahuan tentang pasar dan strategi pemasarannya, pengetahuan tentang konsumen (pelanggan), pengetahuan tentang pesaing, baik yang baru masuk maupun yang sudah ada, pengetahuan tentang pemasok, pengetahuan tentang cara mendistribusikan barang dan jasa yang dihasilkan, termasuk kemampuan menganalisis dan mendiagnosis pelanggan, mengidentifikasi segmentasi, dan motivasinya. Di samping itu, sangat penting pengetahuan spesifik seperti pengetahuan tentang prinsipprinsip akuntasi dan pembukuan, jadwal produksi, manajemen personalia, manajemen keuangan, pemasaran, dan perencanaan. Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi dengan bekal keterampilan. Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil menunjukkan bahwa sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung memiliki tingkat keterampilan khusus yang cukup. Beberapa keterampilan yang perlu dimiliki itu di antaranya: 1. Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan mempertimbangkan risiko. 2. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah. 3. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola. 4. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi. 5. Keterampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.

59 Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kewirausahaan itulah yang membentuk kepribadian wirausaha. Menurut Dan Bradsteet (1993), pengusaha kecil harus memiliki kepribadian khusus yaitu penuh pendirian, realistis, penuh harapan, dan penuh komitmen. Modal yang cukup, bisa diperoleh apabila perusahaan mampu mengembangkan hubungan baik dengan lembaga-lembaga keuangan, karena dengan hubungan baik itulah akan menambah kepercayaan dari penyandang dana. Penggunaan dana tersebut harus efektif agar memperoleh kepercayaan yang terus-menerus. Menurut Ronald J. Ebert (2000:117) bahwa efektifitas manajer perusahaan tergantung pada keterampilan dan kemampuan.

Keterampilan dasar manajemen (Basic Manajemen Skill) tersebut meliputi: 1. Technical skill 2. Human relation skill 3. Conceptual skill 4. Decision making skill 5. Time manajemen skill Kemampuan menguasai persaingan, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam bisnis. Wirausaha harus mengetahui kelemahan dan kekuatan sendiri, dan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki pesaing. Seperti dikemukakan Dan & Bradstreet (1993) : My best advice for competing successfully is to find your own distinctive niche in the marketplace. Seorang wirausaha harus memiliki keunggulan yang merupakan kekuatan bagi dirinya dan harus memperbaiki kelemahan agar menghasilkan keunggulan. Kelemahan dan kekuatan yang kita miliki atau kekuatan dan kelamahan yang dimiliki pesaing merupakan peluang yang harus digali. Kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan

tersebut biasanya tampak dalam berbagai hal , misalnya dalam pelayanan, harga barang, kualitas barang, distribusi , promosi, dan lain-lain. Variabel-variabel dalam bauran pemasaran (marketing mix) secara strategis pada umumnya bisa dijadikan peluang. Semua

60 informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari pelanggan, karyawan, lingkungan sekitas, distributor, laporan rutin, periklanan, dan pameran dagang. Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha. Seperti telah dikemukakan dalam Small Busines Development Centre (5-6) bahwa wirausaha yang berhasil memiliki lima kompetensi yang merupakan fungsi dari kapasitas yang diperlukan, yaitu technical, marketing, financial, personnel, and management. Wirausaha sebagai manajer dan sekaligus sebagai pemilik perusahaan dalam mencapai keberhasilan usahanya harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap, tujuan, pandai mencari peluang, dan adaptif dalam menghadapi perubahan. Menurut Small Busines Development Centre, untuk mencapai keberhasilan usaha yang dimiliki sendiri, sangatlah tergantung pada:
1. Individual skill and attitudes, yaitu keterampilan dan sikap individual. 2. Knowlegde of business, yaitu pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan. 3. Establishment of goal, yaitu kemantapan dalam menentukan tujuan perusahaan. 4. Take

advantages of the apportunities, yaitu keunggulan dalam mencari peluang-

peluang.
5. Adapt to the changes, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan. 6. Minimize the threats to business, yaitu kemampuan untuk meminimalkan ancaman

terhadap perusahaan. Di samping bekal pengetahuan dan keterampilan di atas, pada akhinya seorang wiausaha harus memiliki perencanaan strategis, yaitu suatu proses penentuan tujuan, menetapkan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengidentifikasi sumber-sumber daya perusahaan, misalnya fasilitas, pasar, produk/ jasa, dana, dan karyawan. Strategi tersebut sangat penting agar para wirausaha dapat menggunakan sumber daya seoptimal

61 mungkin. Dengan lebih proaktif dalam menghadapi perubahan, dan selalu memotivasi karyawan maka peluang untuk mencapai keberhasilan lebih mudah diwujudkan. Menurut Allan Filley dan Robert W. Price (1991:1-2) untuk mencapai keberhasilan dalam wirausaha khususnya perusahaan kecil, ada beberapa klasifikasi strategi yang harus dimiliki,meliputi:
1. Craft; firms are prepared by people who are technical specialist. 2. Promotion; promotion are typically dominated by their leader and are designed to

exploit some kind of innovative advantages.


3. Administrative; administrative firm have formal management and are built around

neccesary business function. Menurut Alan C. Filley dan Robert W. Pricer (1991:1)karena perusahaan kecil tergantung pada lingkungan setempat, maka perusahaan tersebut akan berhasil bila lingkungan stabil. Jadi asumsinya lingkungan harus stabil. Oleh sebab itu, pada umumnya perusahaan kecil menggunakan kecakapan khusus atau human skill. Human skill adalah kemampuan untuk bekerja, memahami, dan kemampuan untuk memotivasi orang-orang, baik sebagai individu maupun kelompok. Selanjutnya, conceptual skill merupakan mental ability untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks. Jadi, ability diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai tugas dalam suatu perusahaan. Dalam rumusan yang lebih sederhana, kemampuan berwirausaha bisa dilihat dari keterampilan menajerial. Robert Katz yang dikutip oleh Stephen P. Robbins (1993) mengemukakan tentang management skill, yang meliputi kemampuan technical, human, dan conceptual. Technical skill adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan craft firm. Human skill adalah kemampuan bersosialisasi, bergaul dan berkomunikasi, dan conceptual skill adalah kemampuan merencanakan, merumuskan, meramalkan, atau memprediksikan.

62 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi wirausaha yang berhasil seseorang harus memiliki bekal pengetahuan kewirausahaan dan bekal keterampilan kewirausahaan. Bekal pengetahuan yang terpenting adalah bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri, pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keterampilan yang perlu dimiliki meliputi keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko, keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, keterampilan dalam memimpin dan mengelola, keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, serta keterampilan teknis bidang usaha (Soesarsono Wijandi, 1988:29).

BAB V1 MERINTIS USAHA BARU DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

A. Cara Memasuki Dunia Usaha

63 Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu:
1.

Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru

dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis: (1) Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang, (2) Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerja sama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama, dan (3) perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal saham-saham.
2.

Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan

yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good will) dan organisasi usaha yang sudah ada.
3.

Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara entrepreneur

(franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/ parent company) dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerja sama ini biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, penetapan standar, promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber permodalan. 1. Merintis Usaha Baru Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk memasuki dunia usaha (business) seseorang harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah seorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi risiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil

64 (small business operator), ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja, kemampuan mengorganisir, kreatif, dan lebih menyukai tantangan. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000:90), sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat professional lainnya. Mereka mengetahui cara-cara mengoperasikan perusahaan dari pengalaman tersebut. Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya dengan lebih baik. Sebanyak 1 dari 10 responden (11%) dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan sebanyak 46% lagi karena hobi. Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru: Pertama, pendekatan inside-out atau disebut dengan idea generation, yaitu pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Mereka melihat keterampilan sendiri, kemampuan latar belakang, dan sebagainya yang menentukan jenis usaha yang akan dirintis. Kedua, pendekatan the out-side in yang juga disebut opportunity regognition, yaitu pendekatan yang menanggapi atau menciptakan suatu kebutuhan di pasar. Opportunity recognition tidak lain adalah pengamatan lingkungan (environment scanning) yaitu alat untuk pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluangpeluang ekonomi. Berita-berita peluang tersebut menurut Lambing (2000:92) bersumber dari surat kabar, laporan periodik tentang perubahan ekonomi, jurnal perdagangan dan pameran dagang, publikasi pemerintah, informasi lisensi produk yang disediakan oleh broler, universitas, dan perusahaan lainnya. Menurut Lambing, keunggulan dari pendatang baru di pasar adalah dapat mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan kemampuan pesaing. Berdasarkan pendekatan in-side out di atas, bahwa untuk memulai usaha, seorang calon wirausaha

65 harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan meliputi: a. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana

memproduksi barang dan jasa serta cara menyajikannya. b. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana

menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat. c. Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana

memperoleh sumber-sumber dana dan cara menggunakannya. d. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara

mencari, memelihara dan mengembangkan relasi, dan kemampuan komunikasi serta negosiasi. Dalam memasuki arena bisnis atau memulai usaha baru, seorang dituntut tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga harus memiliki ide dan kemauan. Seperti telah disinggung, bahwa ide dan kemauan tersebut harus diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa yang laku di pasar. Tentu saja, barang dan jasa yang akan dijadikan objek bisnis tersebut harus memiliki pasar. Oleh karena itu, mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum produk barang dan jasa diciptakan. Apabila peluang pasar untuk barang dan jasa sudah tersedia, maka barang dan jasa akan mudah laku dan segera mendatangkan keuntungan. Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan (1) bidang dan jenis usaha yang dimasuki, (2) bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan dipilih, (3) tempat usaha yang akan dipilih, (4) organisasi usaha yang akan digunakan, (5) jaminan usaha yang mungkin diperoleh, (6) lingkungan usaha yang akan berpengaruh. Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki

66 Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:


a. Bidang Usaha Pertanian (Agriculture), meliputi usaha pertanian, kehutanan,

perikanan, dan perkebunan.


b. Bidang Usaha Pertambangan (Mining), meliputi usaha galian pasir, galian tanah,

batu, dan bata.


c. Bidang Usaha Pabrikan (Manufacturing), meliputi usaha industri, perakitan, dan

sintesis.
d. Bidang Usaha Konstruksi (Contruction), meliputi usaha konstruksi bangunan,

jembatan, pengairan, dan jalan raya.


e. Bidang Usaha Perdagangan (Trade), meliputi usaha perdagangan kecil (retailer),

grosir, agen, dan ekspor-impor.


f.

Bidang Usaha Jasa Keuangan (Financial Service), meliputi usaha perbankkan,

asuransi, dan koperasi.


g. Bidang Jasa Perorangan (Personal Service), meliputi usaha potong rambut,

salon, loundry, catering.


h. Bidang Jasa-jasa Umum (Public Service), meliputi usaha pengangkutan,

pergudangan, wartel, dan distribusi.


i.

Bidang Jasa Wisata (Tourism), meliputi berbagai kelompok. Berdasarkan UU

No. 9/ 1990 tentang Kepariwisataan ada 86 jenis usaha wisata, yaitu (1) Kelompok usaha jasa pariwisata, meliputi jasa biro perjalanan wisata, jasa agen perjalanan wisata, jasa pramuwisata, jasa konvensi perjalanan intensif dan pameran, jasa impresariat, jasa konsultan pariwisata, jasa informasi pariwisata, (2) Pengusaha objek dan daya tarik wisata, meliputi pengusaha objek dan daya tarik wisata alam, pengusaha objek dan daya tarik wisata budaya, pengusaha objek dan daya tarik wisata minat khusus, (3) Usaha sarana wisata, meliputi penyediaan akomodasi,

67 penyediaan makanan dan minuman, penyediaan angkutan wisata, penyediaan sarana wisata dan sebagainya. Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan yang akan Dipilih Setelah menentukan bidang dan jenis usaha yang akan dipilih, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha. Ada beberapa bentuk kepemilikan usaha, yang bisa dipilih, di antaranya:
a. Perusahaan Perorangan (soleproprietorship), yaitu suatu perusahaan yang

dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang. Kelebihan dari bentuk perusahaan ini adalah mudah untuk didirikan, biaya operasi rendah, bebas dalam pengelolaan, dan memiliki daya rangsang yang lebih tinggi.
b. Persekutuan (partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang

atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan. Dalam persekutuan ada dua macam anggota, yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan. Dalam persekutuan ada dua macam anggota, yaitu (1) sekutu umum (general partner), yaitu anggota yang aktif dan duduk sebagai pengurus persekutuan, (2) sekutu terbatas (limited partner), yaitu anggota yang bertanggung jawab terbatas terhadap utang perusahaan sebesar modal yang disetorkannya dan orang tersebut tidak aktif dalam perusahaan. c. Perseroan (coraporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para pemegang saham (persero/ stocholder), yang mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal disetorkan. d. Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama bersama. Bila untung, maka keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi ditanggung bersama. Dalam firma terdapat tanggung jawab renteng antara anggota. Tempat Usaha yang akan Dipilih

68 Dalam menentukan tempat usaha harus dipertimbangkan beberapa hal di bawah ini: a. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan atau pasar? Bagaimana akses pasarnya? b. Apakah tempat usaha dekat ke sumber tenaga kerja? c. Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat pengangkut dan jalan raya? Dalam menentukan tempat usaha, perlu dipertimbangkan aspek efisiensi dan afektivitasnya. Lokasi perusahaan harus mudah dijangkau dan efidien baik bagi perusahaan maupun bagi konsumen. Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha ada beberapa alternatif yang kita bisa pilih, yaitu (1) membangun bila ada tempat yang strategis, (2) membeli atau menyewa bila lebih strategis dan menguntungkan, (3) kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan. Organisasi Usaha yang Akan Digunakan Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha yang akan dimasuki. Semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks organisasinya. Sebaliknya semakin kecil lingkup usaha, maka semakin sederhana organisasinya. Pada lingkup atau skala usaha kecil, organisasi usaha pada umumnya dikelola sendiri. Pengusaha kecil pada umumnya berperan sebagai small business owner manager atau small business operator. Meskipun pengusaha usaha kecil identik dengan owner business manager, jika skala dan lingkup usahanya semakin besar, maka pengelolaannya tidak bisa dikerjakan sendiri akan tetapi harus melibatkan orang lain. Bagian-bagian kegiatan bisnis tertentu seperti bagian penjualan, bagian pembelian, bagian administrasi, dan bagian keuangan masing-masing memerlukan tenaga tersendiri dan perlu bantuan orang lain.

69 Dalam perusahaan yang lebih besar seperti Perseroaan Terbatas (PT) dan CV, maka organisasi perusahaan lebih kompleks lagi. Secara hierarkis, organisasi perusahaan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu rapat umum pemegang saham, dewan komisaris, dewan direktur, dan tim manajer. Rapat pemegang saham dalam perusahaan besar adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang bertugas mengangkat dewan komisaris dan dewan direksi. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi tindak tanduk direksi dalam menjalankan perusahaannya. Untuk menjamin kelancaran perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya direksi mengangkat beberapa orang manager. Dilihat dari fungsi kewirausahaan dan fungsi manajemen, dalam perusahaan kecil fungsi manajemen relatif tidak begitu besar, sedangkan fungsi kewirausahaan sangat besar perannya karena dasarnya adalah kreativitas dan inovasi. Sebaliknya, dalam perusahaan besar fungsi kewirausahaan relatif tidak begitu besar, sedangkan fungsi manajemen sangat besar, karena dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Oleh sebab itu, semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula fungsi manajerial, karena dasarnya adalah fungsi-fungsi kewirausahaan karena yang mendasarinya adalah motivasi dan kemauan. Lingkungan Usaha Lingkungan usaha tidak bisa diabaikan begitu saja. Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/ perusahaan adalah lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap jalannya perusahaan. a. Lingkungan Mikro Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi,distributor, pelanggan/ konsumen, dan lainnya. Sejalan dengan

70 pergeseran strategi pemasaran , yaitu dari laba perusahaan (shareholder) kemanfaat bagi shareholder, maka lingkunangan internal baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai kepentingan pada perusahaan akan sangat berpengaruh. Yang termasuk perorangan dan kelompok perorangan dan kelompok yang bekepentingan terhadap perusahaan dan mengharapkan kepuasan dari perusahaan (shareholder satisfaction), di antaranya:
1)

Pemasok (supplier) Pemasok berkepentingan dalam menyediakan bahan baku/ kepada

perusahaan. Agar perusahaan dapat memuaskan pembeli/ pelanggan, maka perusahaan tersebut harus memproduk barang dan jasa yang bermutu tinggi. Hal ini bisa dicapai apabila bahan yang tidak memadai, akan cenderung untuk pindah dan berlangganan kepada perusahaan lain. 2) Pembeli atau Pelanggan Pembeli atau pelanggan merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh karena dapat memberi informasi bagi perusahaan. Konsumen yang kecewa karena tidak memperoleh manfaat dari perusahaan, misalnya akibat mutu, harga dan waktu yang tidak memadai, akan cenderung untuk pindah dan berlangganan kepada perusahaan lain. 3) Karyawan Karyawan adalah orang pertama yang terlibat dalam perusahaan. Karyawan akan berusaha bekerja dengan baik bila memperoleh manfaat dari perusahaan. Semangat kerja yang tinggi, pelayanan yang baik, dan produktivitas yang tinggi akan terjadi apabila mereka mendapat gaji yang cukup, masa depan yang terjamin, dan kenaikan jenjang kepangkatan yang teratur. Jika tidak, maka

71 karyawan akan bekerja kurang termotivasi, kurang produktivasi, kurang produktif, kurang kreatif, dan akan merugikan perusahaan. 4) Distributor Distributor merupakan lingkungan yang sangat penting dalam perusahaan, karena dapat memperlancar penjualan. Distributor yang kurang mendapat manfaat dari perusahaan akan menghambat pengiriman barang sehingga barang akan terlambat datangt ke konsumen atau pasar. b. Lingkungan Makro Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan yang meliputi:
1)

Lingkungan Ekonomi (economic environment) Kekuatan ekonomi lokal, regional, rasional, dan global akan berpengaruh

terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan biaya perusahaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi. Variabelvariabel ekonomi seperti tingkat inflasi, tingkat bunga dan fluktuasi mata uang asing baik langsung maupun tidak akan berpengaruh pada perusahaan. Inflasi atau kenaikan hargaharga akan mempersulit para pengusaha dalam memproyeksikan usahanya. Demikian juga kenaikan suku bunga dan frekuensi mata uang asing akan menyulitkan perusahaan dalam mengkalkulasi keuanganya.
2)

Lingkungan Teknologi (Technology environment) Kekuatan teknologi dan kecenderungan perubahannya sangat berpengaruh

pada perusahaan. Perubahan teknologi yang secara dratis dalam abad terakhir ini telah memperluas skala industri secara keseluruhan. Teknologi baru telah menciptakan produk-produk baru dan modifikasi produk lainnya. Demikian juga, bidang usaha jasa telah banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.

72 Kemajuan teknologi dalam menciptakan barang dan jasa telah mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar secara cepat. Oleh karena itu, kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai tambah secara cepat melalui perubahan teknologi harus diperhatikan oleh perusahaan tersenut.
3)

Lingkungan Sosiopolitik (socio environment) Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan dan konteksnya perlu

diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh pada tingkah laku masyarakat. Dalam beberapa hal, perubahan kekuatan politik berpengaruh terhadap perubahan pemerintahan dan secara tidak langsung berdampak pada perubahan ekonomi. Misalnya dengan adanya kekacauan politik dan kerusuhan yang terjadi selalu membawa sentimen pasar. Perubahan investasi pemerintah dalam bidang teknologi juga sangat berpengaruh pada kondisi ekonomi. Namun demikian, lingkungan ini akan sangat bermanfaat apabila wirausaha pandai memanfaatkan peluang dari lingkungan tersebut.
4)

Lingkungan Demografi dan Gaya Hidup (Demography and life Style

environment) Produk barang dan jasa yang dihasilkan seringkali dipengaruhi oleh perubahan demografi dan gaya hidup. Kelompok-kelompok masyarakat, gayahidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur masyarakat bisa menjadi peluang. Pada prinsipnya semua lingkungan di atas bisa menciptakan peluang bagi wirausaha. Dari berbagai lingkungan seperti di ataslah peluang baru dalam bisnis diperoleh. Zimmerer (1996:98) menganalisis peluang baru dari lingkungan tersebut dengan menyebutnya pengamatan lingkungan (environment scanning), yaitu suatu proses di mana semua sektor kritis lingkungan yang mempengaruhi perusahaan baru

73 diamati, dievaluasi, dan diuji untuk menentukan pengaruh perubahaan yang terjadi dalam lingkungan tersebut terhadap potensi perusahaan. Maksud dari proses pengamatan ini adalah untuk mengidentifikasi peluang-peluang baru atau tantangan baru yang tercipta akhir perubahan lingkungan. Zimmerer menganalisis peluang baru tersebut dalam bentuk analisis dampak silang (cross impact analysis). Hambatan-hambatan dalam Memasuki Industri. Menurut Peggy Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan untuk memasuki industri baru, yaitu. 1) Sikap dari kebiasaan Pelanggan Loyalitas pelangan kepada perusahaan

baru masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan pelangannya.
2)

Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang diperlukan

untuk pelatihan kembali para karyawan, dan penggantian alat serta sistem yang lama. 3) Respons dari pesaing yang ada secara agresif akan mempertahankan

pangsa pasar yang ada. Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta Paten, merek dagang, dan hak cipta sangat penting bagi perusahaan terutama untuk melindungi penemuan-penemuan, identitas dan nama perusahaan, serta keorisinalan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Banyak perusahaan yang tidak mengetahui pentingnya hak perlindungan perusahaan. Perlindungan produk-produk perusahaan sangat oleh pihak lain. Temuan yang tidak memiliki hak paten akan bebas ditiru dan diduplikasi bahkan menjadi produk pesaing dan mematikan perusahaan penemu.

74 Beberapa hak perlindungan perusahaan yang bisa diperoleh adalah hak paten, hak cipta, merek dagang, dan identitas perusahaan lainnya. 1) Paten Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang atas penemuan produk yang diberi kewenangan untuk membuat, menggunakan dan menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan. Pemberian hak monopoli atas produk tersebut dimaksudkan untuk mendorong kreativitas dan inovasi para penemu. Untuk mendapatkan hak paten, alat yang diciptakan harus betul-betul baru (bukan lebih baik). Suatu alat tidak dapat diberikan hak paten apabila alat tersebut telah dipublikasikan sebelum mengajukan hak paten. Hak paten hanya diberikan kepada penemu yang sebenarnya, bukan pada seseorang yang menemukan penemuan orang lain. Penemuan yang telah diberikan hak paten, tidak boleh diduplikasi dan dijual oleh siapapun tanpa izin (lisensi) dari penemunya. Ada beberapa langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu: Langkah 1: Tetapkan Bahwa yang Ditemukan Betul-betul Baru. Untuk menetapkan bahwa sesuatu yang ditemukan betul-betul baru, penemu harus menganalisis dan menguji alat baru dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: a) Apakah alat ini telah digunakan oleh orang lain senbelum penemuan ini diajukan untuk mendapat hak paten? b) Apakah telah diberikan paten sebelum temuannya diajukan? c) Apakah telah digunakan, dipublikasikan, dan dijual sebelum diberikan tanggal hak paten?

75 Bila ketiga kriteria tersebut telah dilakukan sebelum diberikan hak paten, maka penemuan itu akan kehilangan hak untuk memperoleh paten. Langkah 2: Dokumentasikan Alat yang Ditemukan Tersebut Untuk melindungi hak paten dari klaim seseorang, maka penemuan harus memverifikasi ide-ide penemuan sebelum alat tersebut ditemukan, misalnya tanggal ide itu tersirat, penjelasan alat yang digunakan, dan gambarnya. Langkah 3: Telusuri Paten-pten yang Telah Ada Hal ini dilakukan untuk memverifikasi apakah sesuatu yang baru kita temukan itu telah ada atau memiliki kesamaan. Perlu diperiksa apakah alat yang ditemukan itu memiliki kesamaan dan telah memiliki hak paten. Langkah 4: Pelajari Hasil Telusuran Penemu harus mempelajari hasil telusuran terlebih dahulu sebelum memutuskan mengajukan lamaran hak paten. Jika yang telah ada betul-betul seperti paten yang akan diusulkan, maka pihak yang berwenang tidak akan menjamin hak paten bagi penemuan baru. Akan tetapi, meskipun alat yang kita temukan itu memiliki fungsi yang sama dengan alat yang ada, namun memiliki perbedaan dalam cara-cara dan macam-macamnya, maka paten dapat dijamin. Langkah 5: Mengajukan Lamaran Paten yang berisi. a) Pernyataan yang memuat penemuan itu betul-betul asli. b) Deskripsi penemuan yang disebut spesifikasi dan batas penemuan yang disebut klaim, yang mengidentifikasi sifat-sifat penemuan baru. c) Gambar penemuan. 2) Merek Dagang Merek dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam perdagangan atau perusahaan. Merek dagang pada umumnya berbentuk simbol, nama, logo,

76 slogan, atau tempat dagang yang oleh perusahaan digunakan untuk menunjukkan keorisinilan produk atau untuk membedakannya dengan produk lain di pasar. Merek dagang (trade mark) pada umumnya dijadikan simbol perusahaan di pasar. Untuk menetapkan mereka harus dipilih kata yang khas, mudah dikenal, diingat dan unik bagi pelanggan, sehingga menjadi merek terkenal. 3) Hak Cipta Hak cipta (copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi pencipta dan keorisinilan ciptaannya. Misalnya, karangan, musik, lagu, hak untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjual. 2. Membeli Perusahaan yang Sudah Didirikan Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain risiko lebih rendah, lebih mudah, dan memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang bisa ditawar. Membeli perusahaan baru sedikit risikonya, karena kemungkinan gagal lebih kecil, sedikit waktu, dan tenaga yang diperlukan. Di samping itu, membeli perusahaan yang sudah adapun memiliki peluang harga yang relatif lebih rendah dibanding dengan merintis usaha baru. Namun demikian bahwa membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung kerugian dan permasalahan baik eksternal dan internal: a. Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar. Beberapa pertanyaan mendasar dalam menghadapi lingkungan eksternal ini, misalnya : apakah perusahaan yang dibeli memiliki daya saing harga di pasar, khususnya dalam harga dan kualitasnya? Bagaimana segmen pasarnya? Sejauh mana agresivitas pesaingnya? Apakah ada industri yang dominan? Bagaimana ukuran dan pertumbuhan pasarnya? Apakah ada perubahan teknologi

77 yang dapat mempengaruhi perusahaan yang dibeli? Setiap pembelian perusahaan harus memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya.
b.

Masalah-masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan,

misalnya masalah image atau reputasi perusahaan. Misalnya masalah karyawan, masalah konflik antara manajemen dan karyawan yang sukar diselesaikan oleh pemilik yang baru, masalah lokasi, dan masalah masa depan perusahaan lainnya. Sebelum melakukan kontrak jual beli perusahaan yang akan dibeli, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkandan dianalisis oleh pembeli. Menurut Zimerer (1996) aspek-aspek itu meliputi: 1) tersebut? 2) 3) 4) 5) Mengapa perusahaan tersebut berhasil tetapi kritis? Di mana lokasi perusahaan tersebut? Berapa harga yang rasional untuk membeli perusahaan itu? Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih menguntungkan Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan

daripada merintis sendiri usaha baru? Tidaklah mudah untuk membeli perusahaan-perusahaan yang sudah ada. Seorang wirausaha yang akan membeli perusahaan selain harus mempertimbangkan berbagai keterampilan, kemampuan, dan kepentingan pembelian perusahaan tersebut, pembeli juga harus memperhatikan sumber-sumber potensial perusahaan yang akan dibeli, di antaranya: 1) Pedagang perantara penjual perusahaan yang akan dibeli. 2) Bank investor yang melayani perusahaan. 3) Kontak-kontak perusahaan seperti pemasok, distributor, pelanggan, dan yang lainnya yang erat kaitannya dengan kepentingan perusahaan yang akan dibeli.

78 4) Jaringan kerja sama bisnis dan sosial perusahaan yang akan dibeli. 5) Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang digunakan oleh perusahaan yang akan dibeli. Zimmerer tampak lebih eksplisit daripada Lambing tentang alasan mengapa seseorang membeli perusahaan. Menurutnya, ada lima hal kritis untuk menganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu:
1)

Alasan pemilik menjual perusahaan. Apakah kekayaannya berbentuk

nyata (tangible) atau tidak nyata (intangible)? Apakah masih prospektif dan layak guna (up-to-date) serta efisien? Ada beberapa jenis kekayaan yang harus diperhatikan, misalnya tangible asset (peralatan daftar piutang, susunan leasing, business record), dan intangible asset (merek dagang, paten, hak cipta, goodwill), lokasi, dan penampilan. 2) Potensi produk dan jasa yang dihasilkan. Potensi pasar apa yang

dimiliki barang dan jasa yang dihasilkan? Ada dua aspek yang harus dianalisis, yaitu komposisi dan karakteristik pelanggan dan komposisi dan karakteristik pesaing yang ada. 3) Aspek legal yang dimiliki perusahaan. Aspek legal yang harus

dipertimbangkan, yaitu menyangkut prosedur pemindahan kekayaan dan balik nama dari penjual ke pembeli. 4) Kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual. Bagaimana kondisi

keuangan perusahaan yang akan dijual tersebut apakah sehat atau tidak? Misalnya, bagaimana potensi keuntungan yang akan diperoleh? Bagaimana laporan rugi labanya selama lima tahun terakhir ini? Bagaimana pajak pendapatannya? Bagaimana kompensasi laba bagi pemilik?

79 Setelah itu, langkah-langkah yang harus diambil dalam pembelian suatu perusahaan adalah:
a. Yakinkan bahwa anda tidak akan merintis usaha baru. Pertimbangkan, alasan

membeli perusahaan daripada merintis usaha-usaha baru atau franschising. b. Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah anda mampu mengelolanya? Teguhkan kekuatan, kelemahan, tujuan, dan kepribadian anda? c. Pertimbangan gaya hidup yang anda inginkan. Apa yang diharapkan dari perusahaan tersebut? Uang, kebebasan, atau fleksibilitas? d. Pertimbangan lokasi yang diinginkan. Tempat yang bagaimana yang anda inginkan? e. Pertimbangkan kembali gaya hidup. Apakah anda ingin memiliki perusahaan ini selama-lamanya atau hanya untuk kesenangan? f. Jajaki penyandang dana sebelumnya. g. Persiapkan bahwa anda akan menjadi pedagang. h. Tetapkan perusahaan yang ingin dibeli. i. Pilihlah penjual terbaik. Apa alasan menjual perusahaan tersebut? j. Adakah penelitian sebelum anda menyetujuinya. k. Buatlah surat pernjanjian dalam bentuk yang spesifik, misalnya jangka waktu pembayaran berakhir. l. Jangan lupa untuk menilai karyawan. m. Yakinkan bahwa harga yang ditawarkan itu mencerminkan nilai perusahaan.
3. Franchising (Kerja Sama Manajemen/ Waralaba)

Franchising merupakan cara memasuki dunia usaha yang sangat populer di seluruh dunia. Produk-produk franchising telah menjadi produk global. Dealer-dealer mobil, motor, bahan bakar, dan alat rumah tangga lainnya berkembang di seluruh dunia. Format bisnis franchising telah memberikan fasilitas jasa yang luas bagi para dealer

80 (franchising) seperti pemasaran, periklanan, pelatihan, standar produksi, dan pengerjaan manual, serta bimbingan pengawasan kualitas. Logo-logo dari usaha franchising terlihat di pusat-pusat perdagangan seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan sampai kotakota kecil lainnya. Franchising merupakan kerja sama manajemen yang biasanya berkembang dalam perusahaan eceran. Seperti telah dikemukakan bahwa franchise adalah suatu persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Perusahaan yang memberi lisensi disebut franchising dan penyalur disebut franchise. Dalam franchising, perusahaan yang diberi hak monopoli menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek dagang, dan prosedur penyelenggaranya secara standar. Perusahaan induk (franchisor) mengizinkan franchisee untuk menggunakan nama, tempat/ daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan, dan perbekalan material yang berlanjut. Dukungan awal meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek berikut (1) pemilihan tempat, (2) rencana bangunan, (3) pembelian peralatan, (4) pola arus kerja, (5) pemilihan karyawan, (6) periklanan, (7) grafik, (8) bantuan pada acara pembukuan. Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula meliputi faktorfaktor sebagai berikut (1) pencatatan dan akuntansi, (2) konsultasi, (3) pemeriksaan dan standar, (4) promosi, (5) pengendalian kualitas, (6) nasihat hukum, (7) riset, (8) material lainnya. Dalam kerja sama franchising, perusahaan induk memberikan bantuan manajemen secara berkesinambungan. Keseluruhan citra (goodwill), pembuatan, dan teknik pemasaran diberikan kepada perusahaan franchise. Tidak sedikit bentuk franchising yang dilakukan antar-negara, misalnya Mc Donalds, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Cola Cola, Pepsi Cola, Hoka-hoka Bento, dan lain sebagainya. Bidang otomotif,

81 misalnya dealer mobil dan motor, rental mobil, suku cadang, dan pompa bensin. Di bidang lain, bentuk kerja sama ini adalah di bidang elektronik, obat-obatan, dan hotel. Di negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, franchising tumbuh cepat dan semakin meluas. Bidang-bidang yang berkembangnya cukup menonjol seperti rekreasi, hiburan, perjalanan, dan wisata dengan kenaikan 34,1%, jasa-jasa perusahaan 30,7%, akuntansi, kredit, agen pengumpul, dan jasa perusahaan umum 21,19%, percetakan dan foto copy 20,8%, dan jas-jasa lainnya. Di Indonesia, bentuk kerja sama yang mirip dengan franchising namun berbeda adalah bapak angkat atau kemitraan. Dalam kerja sama sistem bapak angkat atau kemitraan kebanyakan hanya diberikan bantuan permodalan, pemasaran, dan bimbingan usaha. Dasar hukum dari penyelenggaraan franchising adalah kontrak antara perusahaan franchisor dengan franchisee. Perusahaan induk dapat saja membatalkan perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja sama tersebut melanggar persyaratanpersyaratan yang telah ditetapkan dalam persetujuan. Menurut Zimmerer (1996) keuntungan dari kerja sama franchising adalah: a. franchisor. b. Diberikannya bantuan finansial. Biasanya biaya awal pembukaan Pelatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlanjut dari

sangat tinggi, sedangkan sumber modal dari perusahaan franchisee sangat terbatas. c. dikenal. Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000: 116-117), keuntungan franchising meliputi: a. Bantuan awal yang memberi kemudahan, yaitu berupa jasa nasehat pemilihan lokasi, analisis fasilitas layout, bantuan keuangan, palatihan manajemen, seleksi karyawan, dan bantuan pelatihan. b. Basis untuk mempertimbangkan prospek keberhasilan, yaitu menyajikan prediksi dan pengujian tentang kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan. Keuntungan dari penggunaan nama, merek, produk yang telah

82 c. Mendapat pengakuan yang segera, yaitu cepat dikenal karena sudah memiliki reputasi dan pengalaman, misalnya sebulan, seminggu, bahkan beberapa hari saja sudah dikenal. d. Daya beli. Karena merupakan bagian dari organisasi yang besar besar, maka pembayaran untuk pembelian bahan baku, perlatan, jasa asuransi akan relatif murah. e. Cakupan periklanan dan pengalaman. Periklanan secara nasional dengan pengalaman yang jauh lebih sehingga biaya periklanan menjadi sangat murah. f. Perbaikan operasional. Sebagai bagian dari organisasi yang besar, usaha franchising memiliki metode yang lebih efisien dalam perbaikan proses produksi. Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, kerja sam franchising tidak selalu menjamin keberhasilan, karena sangat tergantung pada jenis usaha dan kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin terjadi menurut Zimmerer adalah (1) program latihan tidak sesuai dengan yang diinginkan, (2) pembatasan kreativitas

penyelenggaraan usaha franchisee, (3) franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada pihak franchisor dengan harga yang sama. B. Profil Usaha Kecil dan Model Pengembangannya Sampai saat ini batasan usaha kecil berbeda-beda tergantung pada fokus permasalahannya masing-masing. Seperti dikemukakan oleh Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:14) bahwa small business has been defined in different ways by different organization and agencies. Usaha kecil telah didefinisikan dengan cara yang berbeda tergantung pada kepentingan organisasi. Dalam small business act yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:14) bahwa Small business has been defined in different ways by different

83 organization and agencies. Usaha kecil telah didefinisikan dengan cara yang berbeda tergantung pada kepentingan organisasi. Dalam Small Business Act (1934) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:14), misalnya dikemukakan A small business is one which independently owned and operated and is not dominant in its field. Menurut Small Business Development Centre University of Winconsin-Madison, perusahaan kecil memiliki cirri-ciri sebagai berikut: Greater potential, greater risk, limited access to capital, one or few managers, and less able to survive major mistakes. Dilihat dari perangkat manajemennya, Lambing (2000:43) mengemukakan bahwa control atau pengawasan pada usaha kecil biasanya aturan secara tidak tertulis sebab wirausaha mudah menguasai segala aspek usahanya. Banyak wirausaha yang cenderung untuk menggunakan manajemen mikro (micromanage) dalam usahanya. M .Kusman Sulaeman (1988-1989:43), mengemukakan beberapa ciri pekerjaan manajerial dari usaha kecil dan menengah yang dikutip dari beberapa hasil studi yang dilakukan. Di Indonesia sendiri belum ada batasan dan kreteria yang baku mengenai usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kreteria menurut fokus permasalahan yang dituju. Dalam Undang-undang No.9/ 1995 Pasal 5 tentang usaha kecil disebabkan beberapa kreteria usaha kecil sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu miliar

rupiah). Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS) (1988) mendefinisikan usaha kecil dengan ukuran tenaga kerja, yaitu 5 sampai dengan 19 orang yang terdiri (termasuk) pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga. Perusahaan industri yang memiliki

84 tenaga kerja kurang dari 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga (home industry). Berbeda dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Stanley dan Morse, bahwa industri yang menyerap tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri kerajinan rumah tangga. Industri kecil menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan industri besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih. Berdasarkan terminologi di atas banyak kreteria yang digunakan. Terlepas dari ukuran secara kuantitatif, pada umumnya perusahaan kecil memiliki ciri-ciri khusus, yaitu manajemen, persyaratan modal dan pengopterasian yang bersifat lokal. Pada usaha kecil, manajer yang mengoperasikan perusahaan adalah pemilik, majikan, dan investor yang mengambil berbagai keputusannya secara mandiri. Jumlah modal yang diperlukan juga biasanya relatif kecil dan hanya dari beberapa sumber saja. Karena permodalan relatif kecil dan dikelola secara mandiri, maka daerah operasinya juga adalah lokal, majikan dan karyawan tinggal dalam suatu daerah yang sama, bahan baku lokal dan pemasarannyapun hanya pada lokasi/ daerah tertentu. Beberapa usaha kecil menghasilkan produk untuk keperluan ekspor dengan skala yang relatif kecil, relatif spesifik atau kurang diversifikasi, misalnya barang-barang untuk keperluan rumah tangga umumnya memiliki jumlah karyawan yang sedikit, modal terbatas dan volume penjualan yang rendah. Akan tetapi, secara keseluruhan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lokal yang cukup besar dan tersebar. Komisi untuk Perkembangan Ekonomi (Commity for Economic DevelopmentCED), mengemukakan kreteria usaha kecil sebagai berikut: 1. 2. 3. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil. Daerah operasi bersifat lokal.

85 4. Ukuran dalam keseluruhan relatif kecil. Di samping ciri-ciri di atas, usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain. 1. Memiliki kebebasan untuk bertindak. Bila ada perubahan, misalnya

perubahan produk baru, teknologi baru, dan perubahan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaan yang berubah tersebut. Sedangkan, pada perusahaan besar, tindakan cepat tersebut susah dilakukan. 2. Fleksibel. Perusahaan kecil sangat luwes, ia dapat menyesuaikan dengan

kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal. Beberapa perusahaan kecil di antaranya menggunakan bahan baku dan tenaga kerja bukan lokal yaitu mendatangkan dari daerah lain atau impor. 3. Tidak mudah goncang. Karena bahan baku dan sumber daya lainnya

kebanyakan lokal, maka perusahaan kecil tidak renta terhadap fluktuasi bahan baku impor. Bahkan bila bahan baku impor sangat mahal sebagai akibat tingginya nilai mata uang asing, maka kenaikan mata uang asing tersebut dapat dijadikan peluang oleh perusahaan kecil yang menggunakan bahan baku lokal dengan memproduksi barang-barang untuk keperluan ekspor. Sebagai contoh perusahaan cinderamata dan mebel yang sudah diekspor dan menggunakan bahan baku rotan, kayu, dan kulit dapat meraih keuntungan akibat kenaikan nilai mata uang asing. Perusahaan kecil bisa menggunakan produk barang dan jasa yang dihasilkannya untuk bersaing karena bahan baku dan sumber lokal harganya relatif lebih rendah daripada bahan baku impor. Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan ke dalam dua aspek:

86 1. Aspek kelemahan struktural, yaitu kelemahan dalam struktur perusahaan

misalnya kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaanteknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan terbatasnya akses pasar. Kelemahan faktor struktural yang satu saling terkait dengan faktor yang lain kemudian membentuk lingkaran ketergantungan yang tidak berujung pangkal dan membuat usaha kecil terdominasi dan renta. Secara struktural, salah satu kelemahan usaha kecil yang paling menonjol adalah kurangnya permodalan. Akibatnya terjadi ketergantungan pada kekuatan pemilik modal. Karena pemilik modal juga lebih menguasai sumber-sumber bahan baku dan dapat mengusahakan bahan baku, maka pengusaha kecil memiliki ketergantungan pada pemilik modal yang sekaligus penguasa bahan baku. Selain menguasai sumber-sumber bahan baku, pemilik modal juga menguasai akses dan infoemasi pasar, dan dengan demikian ketergantungan usaha kecil terhadap bahan baku menjadi ketergantungan terhadap pasar. Oleh karena yang menguasai pasar banyak mengetahui dan langsung mengenal pasar baik standar kualitas, motif maupun jumlahnya, maka standar produk, desain produk, teknik produk, dan jumlah produk ditentukan oleh pemilik informasi pasar yang sekaligus penyandang dana. Akibat dari ketergantungan tersebut, otomatis harga jual produk yang dihasilkan usaha kecil secara tidak langsung ditentukan oleh penguasa pasar dan pemilik modal, maka terjadilah pasar monopsoni. Demikian juga, harga jual bahan baku dan bunga modal. Karena harga jual barang-barang yang dihasilkan usaha kecil ditentukan oleh pemilik informasi pasar yang juga sebagai pemilik informasi bahan baku, maka batas keuntungan penguasaha kecil ditentukan oleh batas harga jual produk dan batas harga beli bahan baku. Terjadilah repatriasi keuntungan yang

87 mengakibatkan permodalan usaha kecil jumlahnya tetap kecil. Kondisi tersebut mengakibatkan ketergantungan penguasaha kecil yang menjadi buruh pada perusahaan sendiri dengan upah yang ditentukan oleh batas keuntungan dari pemilik modal sekaligus penguasa pasar dan penguasa sumber-sumber bahan baku. 2. Kelemahan Kultural Kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan struktural. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti: a. b. Informasi peluang dan cara memasarkan produk. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah,

dan mudah didapat. c. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan penguasa

besar dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan permodalan dan pemasaran. d. Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain,

kualitas, maupun kemasannya. e. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan

persyaratan yang terjangkau. C. Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha Kecil Hasil studi yang dilakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy mengidentifikasi enam tahap pengembangan bisnis yaitu tahap kosepsi (conception), survival, stabilisasi, orientasi pertumbuhan, pertumbuhan yang cepat, dan kematangan. Pada setiap tahap tersebut gaya kepemimpinan wirausaha dan keterampilan yang diperlukan cenderung berubah. Menurut Lambing (2000:23) ada dua keterampilan yang sangat diperlukan oleh pemilik perusahaan

88 dalam rangka pengembangan perusahaan, yaitu manajemen personal dan manajemen keuangan. Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan internal. Secara internal, perusahaan perlu memiliki kompetensi khusus (distinctive competency) yang dicari dari integrasi fungsional (design school) (Mintzberg, 1990) atau dari kemampuan internal (resource-based theory) (Pandian, 1992), atau dari care competency (DAveni, 1994) atau dari entrepreneur secret yaitu kreativitas dan inovasi (creativity and innovation) dari tantangan eksternal dynamic theory (Porter, 1980) yang dibahas lebih lanjut pada bab 7. Pandangan Michael Porter (1980, 1999) tentang teori competitive strategy sampai saat ini tampak masih relevan, walaupun dalam perkembangannya tidak sedikit yang mengkritik. Teori Porter dirancang untuk menghadapi tantangan eksternal khususnya persaingan. Dalam teori persaingan Porter dikemukakan bahwa untuk menciptakan daya saing khusus, perusahaan harus menciptakan keunggulan melalui strategi generik (generic strategic), yaitu strategi yang menekankan pada keunggulan biaya rendah (low cost), diferensasi (differentiation), dan fokus (focus). Dengan strategi ini, perusahaan akan memiliki daya tahan (sistainability) hidup secara berkesinambungan. Meskipun masih relevan, strategi Porter ini terus dikritik. Menurut Mahoney dan Pandian (1992) dan D Aveni (1994), strategi Porter tersebut adalah berjangka pendek (short-life) dan statis). Menurutnya sekarang ini keadaannya sudah sangat cepat berubah, maka yang diperlukan adalah strategi jangka panjang (long-life) dan dinamis. Untuk menghadapi kondisi jangka panjang dan dinamis, perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan sumber daya internal secara superior (internal resource-based strategy)

89 untuk menciptakan kompetensi inti (core competency) seperti yang disarankan oleh Mintzberg (1990). Menurut Richard DAveni (1994:253) dan Gary Hamel (1994:232), perusahaan harus menekankan strategi yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti (building core competency), pengetahuan dan keunikan intangible asset untuk meniciptakan keunggulan, dan hanya wirausahalah yang mampu mencari peluang secara kreatif dalam menciptakan keunggulan. Dalam menghadapi krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, baik teori dynamic strategy maupun teori resource-based strategy sangat relevan bila khusus diterapkan dalam pemberdayaan usaha kecil nasional dewasa ini. Perhatian utama harus ditekankan pada penciptaan nilai tambah untuk meraih keunggulan daya saing (competitive advantages) melalui pengembangan kapabilitas khusus (kewirausahaan), sehingga perusahaan kecil tidak lagi mengandalkan strategi kekuatan pasar (market power) melalui monopoli dan fasilitas pemerintah. Dalam strategi ini, perusahaan kecil harus mengarah pada keterampilan khusus secara internal yang bisa menciptakan core product yang unggul untuk memperbesar manufacturing share (muncul pada berbagai produk yang memiliki komponen penting yang sama). Strategi tersebut lebih murah dan ampuh dalam lokalnya (Albert Wijaya, 1993). Menurut teori resourse-based strategy ini, agar perusahaan meraih keuntungan secara terusmenerus, yaitu meraih semua pesaing di industri yang bersangkutan, maka perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal yang superior, yang tidak transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing dan memberi Pandian (1992) adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kapabilitas dan pengetahuannya), modal dan kebiasaan rutin. Secara spesifik, ahli lain Burns (1990) menyarankan, bahwa agar perusahaan kecil berhasil take-off, maka harus ada usaha-usaha khusus yang diarahkan untuk survival, consolidation, control, planning, dan expectation. Dalam tahapan ini diperlukan penguasaan manajemen, yaitu dengan mengubah pemilik sebagai pengusaha (owners as businessman)

90 yang merekrut tenaga yang diberi wewenang secara jelas. Di bidang pemasaran, harus mengubah dari getting custumer menjadi tahap tighten financial control, improve margin, and control cost. Di bidang pendanaan, dalam tahap take-off, usaha kecil harus sudah ventura capital (Yuyun Wirasasmita, 1993:2). Menurut teori the design school, perusahaan harus mendesain strategi perusahaan yang fit antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai yang didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti (core competency) yang merupakan kompetensi khusus (distinctive competency) dari pengelolaan sumber daya perusahaan. Kompetensi ini diciptakan melalui generic strategy-nya Porter (1980), dan didukung dengan nilai dan budaya perusahaan yang relevan. Dalam konteks persaingan bebas yang semakin dinamis sekarang ini, menurut DAveni (1987), perusahaan harus menekankan pada strategi pengembangan kompetensi inti (building core competency), yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan keunggulan seperti yang telah dikemukakan. Keunggulan tersebut menurutnya diciptakan melalui The New 7-Sstrategy (The New 7-S), yaitu: 1. Superior stakeholder satisfaction, yaitu mengutamakan kepuasan stakeholder. 2. Startegic sooth saing, yaitu merancang strategi yang membuat kejutan atau yang mencengangkan. 3. Position for speed, yaitu posisi untuk mengutakan kecepatan. 4. Position for surprise, yaitu posisi untuk membuat kejutan. 5. Shifting the role of the game, yaitu strategi untuk mengadakan perubahan/ pengeseran peran yang dimainkan. 6. Signaling strategic intent, yaitu mengidentifikasikan tujuan dari strategi. 7. Simultanous and sequential strategic thrusts, yaitu membuat rangkaian penggerak/ pendorong strategi secara simultan dan berurutan.

91 Berdasarkan pandangan para ahli di atas, jelaslah bahwa kelangsungan hidup perusahaan baik kecil maupun besar pada umumnya sangat tergantung pada strategi manajemen perusahaan dalam memperdayakan sumber daya internalnya.

BAB V1I PENGELOLAAN USAHA DAN STRATEGI KEWIRAUSAHAAN A. Pengelolaan Usaha

1. Perencanaan Usaha Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan. Perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis (blue-print) yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan pengelolanya. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki dua fungsi penting, yaitu: (1) sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha, dan (2) sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar.

92 Menurut Zimmerer (1993:331) ada beberapa unsur yang harus ada dalam perencanaan usaha, yaitu (1) ringkasan pelaksanaan, (2) profil usaha, (3) strategi usaha, (4) produk dan jasa, (5) strategi pemasaran, (6) analisis pesaing, (7) ringkasan karyawan dan pemilik, (8) rencana operasional, (9) data finansial, (10) proposal/usulan pinjaman, (11) jadwal operasional. Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000:131), perencanaan bisnis memuat sejumlah topik, yang meliputi:
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Ringkasan eksekutif (executive summary). Pernyataan misi (mission statement). Lingkungan usaha (business environment) Perencanaan pemasaran (marketing plan) Tim manjemen (management team) Data finasial (financial data) Aspek-aspek legal (legal consideration) Jaminan asuransi (insurance requirement) Orang-orang penting (key person) Risiko (risk) Ringkasan eksekutif (executive summary), menjelaskan tentang (1) maksud

usaha, (2) usulan finansial, (3) permintaan dana, (4) cara menggunakan dana dan cara pembeyaran kembali pinjaman. Secara rinci, komponen-komponen yang tercantum dalam format usaha tersebut meliputi: a. Ringkasan eksekutif (executive summary). Ini dibuat tidak lebih dari dua halaman yang memuat tentang: 1) Nama, alamat, dan nomor telepon perusahaan. 2) Nama, alamat, dan nomor telepon key person. 3) Laporan singkat gambaran perusahaan.

93 4) Laporan singkat gambaran pasar untuk produk. 5) Laporan singkat gambaran aksi-aksi strategis untuk meraih keberhasilan perusahaan. 6) Laporan singkat gambaran manajerial dan pengalaman teknik dari key person. 7) Laporan keperluan dana dan cara menggunakannya. 8) Rekening penerimaan dan neraca saldo. b. Perencanaan usaha secara detail (detailed business plans) 1) Latar belakang usaha a) b) Laporan singkat sejarah perusahaan Situasi yang ada saat ini

2) Gambaran usaha secara detail a) b) c) Keunikan usaha yang dimiliki Bagaimana keunikan itu menciptakan nilai. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan (seperti

harga persaingan, kualitas, keadalan, ketahanan, sifat-sifat teknik dan sebagainya). 3) Analisis pasar a) b) c) d) e) Potensi pembeli terhadap barang (dispensasikan) Motivasi mereka membeli Ukuran pasar (jumlah pelangan di pasar) Pembelanjaan total tahunan Sifat-sifat pembelian, apakah barang tahan lama? Apakah produk

hanya dibeli pada muslim tertentu?

94 f) Target pasar spesifik, apakah kita mengetahui konsumen potensial

yang akan kita tuju. g) Pengaruh pasar eksternal, bagaimana masing-masing kekuatan

eksternal mempengaruhi penjualan, misalnya: h) Faktor ekonomi, seperti inflansi, resesi, dan tinggi-rendahnya

tingkat pengangguran. i) Faktor sosial, seperti usia pelanggan, lokasi, tingkat pendapatan,

ukuran rumah tangga, dan sifat khusus masyarakat. 4) Analisis pesaing, memuat gambaran tentang: a) Pesaing yang ada, jumlah pesaing yang kita kenal dan kepercayaan

pelanggan terhadap kita b) Perusahaan yang mungkin masuk pasar, siapa, kapan, dan mengapa

masuk pasar? Apa dampak dari masuknya pesaing baru terhadap target pasar kita. c) Kekuatan dan kelemahan pesaing

5) Perencanaan strategi usaha a) Rencana untuk memasarkan produk,khususnya yang berkenaan

dengan strategi pemasaran, seperti harga, promosi dan periklanan, dan pelayanan pada pelanggan b) Bandingkan produk kita dengan produk yang ada di pasar

6) Spesifikasi organisasi dan manajemen a) Bagaimana perusahaan diorganisisr baik secara legal maupun

secara fungsional b) Orang-orang kunci dalam perusahaan, beserta latar belakang, dan

sifat-sifat spesifik lain yang mempengaruhi keberhasilan usaha

95 7) Perencanaan keuangan (finansial) a) Jumlah uang yang dipewrlukan untuk memproduksi barang dan

jasa serta untuk operasional usaha b) Ciptakan pembelanjaan kas untuk ditunjukkan kepada bank atau

investror lain yang akan membantu pendanaan perusahaan c) Proyeksi biaya operasional secara realistis untuk membiayai

material, tenaga kerja, peralatan pemasaran, dan biaya lainnnya. d) e) Proyeksi dan aktualisasi neraca dan laporan rugi laba Analisis peluangpokokk (BEP)

8) Perencanaan aksi strategis a) b) c) d) Penjelasan misi kita dalam perusahaan Penampilan tujuan dan sasaran yang spesifik Pernyataan strategi produksi dan pemasaran Bagaimana strategi akan dikonversikan ke dalam perencanaan

operasional e) Prosedur pengawasan untuk menjaga perusahaan dari serangan.

2. Pengelolaan Keuangan Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan, yaitu 1) Aspek sumber dana, 2) Aspek rencana dan penggunaan dana, 3) Aspek Pengawasan atau pengendalian keuangan Sumber Sumber Keuangan Perusahaan Ditinjau dari asalnya sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi golongan: a. Dana yang beraswal dari perusahaan disebut pembelanjaan intern

96 Ada tiga jenis sumber dana intern yang dapat dijadikan sumber keuangan perusahaan, diantaranya: 1) 2) 3) Penggunaan dana perusahaan Penggunaan Cadangan Penggunaan laba yang tidak dibagi/ditahan

b. dana yang berasal dari luar perusahaan, yang disebut pembelanjaan ekstern. Sumber dana ekstern mencakup: 1) 2) dana pemilik atau penyertaan Dana yang berasal dari utang/pinjaman baik jangka pendek maupun

jangka panjang atau disebut pembelanjaan asing. 3) Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerahDana dari teman

atau keluarga yang ingin menanamkan modalnya 4) Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang ingin menginvestasikan

dananya pada perusahaan kecil yang memiliki potensi.

Perencanaan Keuangan Dan Penggunan Dana B. Teknik dan strategi Pemasaran

1. Perencanaan Pemasaran 2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) 3. Kiat Pemasaran Usaha Baru

97
C.

Teknik Pengembangan Usaha

1. Perluasan Skala Ekonomi (Economic of Scale) 2. Perluasan Cakupan Usaha (Economic of Scope) D. Manajemen dan Strategi Kewirausahaan

1. Manajemen Kewirausahaan 2. Strategi Kewirausahaan E. Memelihara semangat (Spirit) Wirausaha Untuk mendorong perilaku kreatif agar wirausaha memperoleh keuntungan di pasar dapat dilakukan dengan cara: 1. Mendidik wirausaha tentang pelayanan perusahaan khususnya tentang alasan mereka membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi pelanggan, dan tentang apa kebutuhan serta keinginan yang spesifik dari pelanggan. 2. Mendidik wirausaha tentang nilai-nilai perbaikan produk dan pemasarannya, tentang proses distribusi dan perbaikan teknik produksinya untuk dapat bersaing.
3. Menciptakan iklim kerja yang positif yang mendorong terciptanya ide-ide baru. Dengan

iklim yang kondusif, para entrepreneur akan lebih kreatif dalam mentrasformasikan ideidenya. Para entrepreneur secara ideal adalah individu-individu yang bertanggung jawab dalam bidang pemasaran, teknologi, dan keuangan. Mereka adalah para pencipta dan inovator pada perusahaan orang lain. BAB VIII KOMPETENSI INTI DAN STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN

A. Kompetensi Inti Kewirausahaan B. Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan

98

You might also like