You are on page 1of 45

Manusia dilahirkan

Laki-laki

kodrat

Perempuan

Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki

Sosial

Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 1

Apa Pengertian Gender?


melihat perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi karakteristik, sikap dan perilaku masingmasing dalam konteks sosial budaya , berbeda dengan seks yang hanya melihat perbedaan tersebut dari sudut jenis kelamin saja. konstruksi sosial yang membedakan peran dan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam suatu masyarakat yang dilatarbelakangi kondisi sosial budaya . konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan 2 sosial budaya masyarakat.

Apa perbedaan Gender & Sex?


Gender :

Karena Sosial Tidak universal/tidak sama dimana saja Dapat dipertukarkan Dinamis Bergantung Bukan kodrat

Sex :

Karena beda Biologis Universal/Sama dimana saja Tidak dpt dipertukarkan Statis Tidak Tergantung masa Kodrat

Apa itu Stereotipe Gender?


Pelabelan laki-laki dan perempuan berdasarkan karakteristik tertentu pada suatu masyarakat Laki-laki: - maskulin - rasional - tegas - ceroboh - tdk pencemburu - tidak setia Perempuan: - feminim - emosional - lemah lembut - teliti - pencemburu - setia..
4

Pembagian Peran Perempuan/laki-laki:

Peran seks:

Perempuan
-hamil -melahirkan -menyusui vv v v

Laki-laki
-menghamili

Peran Jender:

Reproduksi/keg RT: Mencari nafkah : Kegiatan Sosial :

vv vv

Bagaimana perbandingan antara L dan P ?

Kebutuhan Gender:

Kebutuhan Spesifik/seks : sesuai ciri biologis


Pembalut, bH dll Kebutuhan air lebih banyak dll Bangku tempat duduk, tangga, toilet dll

Peran jender:
Siswa perempuan sekolah malam butuh transport, Lingkungan belajar yang aman Peralatan belajar Baju/pakaian dll

Kebutuhan Gender:
Taktis : jangka pendek kebutuhan spesifik/gender meliputi kebt spesifik dan kebth utk peran jender

Strategis : jangka panjang kebutuhan menuju kesetaraan contoh: regulasi/undang2, pendidikan dll
7

Kapan Gender tidak jadi masalah?


Jika :
1. dilakukan secara adil 2. menguntungkan kedua belah pihak

Contoh Gender yang tidak jadi masalah:


1. 2.

Terjadi kesepakatan kedua belah pihak (lk+pr) di dalam pembagian tugas Perempuan masih memiliki kesempatan utk kegiatan lain di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan bermasyarakat dan mengembangkan diri Laki-laki membantu perempuan dengan pekerjaan di rumah apabila tugas perempuan yg lain juga cukup berat

3.

4.

Kapan Gender jadi masalah ?


Jika:
1. 2. 3. 4. 5. terjadi ketimpangan satu pihak dirugikan satu jenis kelamin dibedakan derajat nya satu jenis kelamin dianggap tidak mampu satu jenis kelamin diperlakukan lebih rendah 6. satu jenis kelamin mengalami ketidakadilan gender
10

Contoh Gender yang jadi masalah:


1. 2. 3.

Perempuan tdk berkembang krn harus di rumah saja Anak-anak perempuan tidak mendapat pendidikan seperti anak laki kerena dianggap tdk perlu Perempuan tergantung pada nafkah suami shg kalau suami meninggal perempuan sulit utk menghidupi anak-anaknya krn tdk ada ketrampilan & pengalaman Laki-laki tidak mau tahu dengan pekerjaan di rumah karena marasa tdk pantas melakukan pekerjaan perempuan, meskipun istri sangat repot .

4.

5.

Dalam Masyarakat perlu adanya: Kesetaraan dan keadilan gender

Kesetaraan gender adalah: kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Keadilan gender adalah : suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan

12

Dikatakan adil/setara Gender:

Jika: > Terdapat pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan sesuai dengan harkat dan martabatnya dalam hal:
1. 2. 3. 4. akses (peluang) partisipasi kontrol - keputusan atas diri sendiri mengambil manfaat
13

Kapan ada Ketidakadilan gender ?

Jika ada berbagai tindak ketidakadilan atau diskriminasi yang bersumber pada keyakinan gender Diskriminasi, yaitu : adanya pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai tujuan mengurangi atau menghapus pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, dll oleh perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara perempuan dan laki-laki

14

Apa Penyebab Kesenjangan Gender?


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Budaya (kawin muda, pencari nafkah dll) Rendahnya komitmen Sensitifitas gender pada pengambil kebijakan lemahnya civil society kebijakan ekonomi-kemiskinan interpretasi agama keyakinan gender (kepantasan dll) sarana dan prasarana geografis beban ganda pendidikan tidak menjanjikan 15

Ketidakadilan Gender dapat terjadi di mana saja?


1. 2. 3. 4. 5. 6.

Negara Masyarakat Budaya/keyakinan Tempat kerja Rumahtangga Keyakinan pribadi


16

Contoh kaitan keyakinan gender dg ketidakadilan gender


Keyakinan Gender Perempuan: lembut dan bersifat emosional Perempuan: pekerjaan utamanya di rumah dan kalau bekerja hanya membantu suami (tambahan) Lelaki: berwatak tegas dan rasional Bentuk Ketidakadilan Gender Tidak boleh menjadi manajer atau pemimpin sebuah institusi Dibayar lebih rendah dan tidak perlu kedudukan yang tinggi/penting Cocok menjadi pemimpin dan tidak pantas kerja di rumah dan memasak 17

Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender

Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender


Marginalisasi

Subordinasi Sosialisasi Idiologi Gender

Kekerasan

Beban kerja

stereotype

1. Marjinalisasi (Pemiskinan)

Suatu proses penyisihan yang mengakibatkan kemiskinan bagi perempuan atau laki-laki Bentuknya macam-macam:
1.Terpinggirkannya karier perempuan untuk menjadi pimpinan, promosi atau pendidikan lanjut krn dianggap tdk sesuai jadi pimpinan 2.Perempuan tidak perlu pendidikan tinggi karena akhirnya nanti juga ke dapur 3.Pada laki-laki, adanya anggapan bahwa mereka sebagai penyangga ekonomi keluarga, akibatnya banyak yang drop-out krn harus bekerja

2. Subordinasi (penomorduaan)

Sikap atau tindakan masyarakat yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dibanding laki-laki dibangun atas dasar keyakinan satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding yang lain Bentuknya macam-macam:
Perempuan sebagai konco wingking Perempuan lebih dikalahkan dari laki-laki dalam pendidikan oleh keluarganya Perempuan dianggap tidak cocok untuk berbagai pekerjaan Mengurus rumahtangga dianggap sebagai kodrat perempuan, dll

Contoh Kasus

Seorang Ibu di India dengan dua anak kembarnya. Anak laki-laki disusui oleh ibunya (diberi ASI), sedangkan anak berjenis kelamin perempuan diberi susu botol. Mengapa demikian?

Ajaran khusus untuk perempuan dalam Serat Centhini Rancangkapti (Kias Lima Jari Tangan) Jempol (ibu jari) berarti Pol ing tyas, sebagai istri harus berserah diri sepenuhnya kepada suami Penuduh (telunjuk), berarti jangan sekali-kali berani mematahkan tudung kakung Panunggul (jari tengah), berarti selalu meluhurkan (mengunggulkan) suami dan menjaga martabat suami Jari manis, berarti tetap manis mukanya dalam malayani suami dan bila suami menghendaki sesuatu Jejentik (kelingking), berarti istri harus selalu athakithikan (terampil dan banyak akal) dalam semua pekerjaan melayani suami

Kitab Wulangreh

Contoh Kasus:

3. Stereotype atau Pelabelan Negatif

Suatu sikap negatif masyarakat terhadap perempuan yang membuat posisi perempuan selalu pada pihak yang dirugikan Bentuknya macam-macam:
Prempuan bersolek dianggap memancing perhatian lawan jenis, shg jk terjadi pelecehan seksual maka perempuan yang disalahkan Bayi perempuan diberi warna pink (feminim) dan lakilaki warna biru (maskulin) dll Perempuan perayu, mudah selingkuh

Contoh: Teks Lagu


SABDA ALAM Diciptakan alam pria dan wanita Dua makhluk dalam asuhan dewata Ditakdirkan bahwa pria berkuasa Adapun wanita lemah Lembut manja Wanita dijajah pria sejak dulu Dijadikan perhiasan sangkar madu Namun ada kala pria tak berdaya Tekuk lutut di sudut kerling wanita

4. Violence atau Kekerasan terhadap perempuan


Segala

bentuk kekerasan yang akibatnya berupa kerusakan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis pada perempuan termasuk ancaman-ancaman dari perbuatan semacam itu, seprti paksaan atau perampasan yang semena-mena atas kemerdekaan, baik yang terjadi di tempat umum atau di dalam kehidupan pribadi seseorang

Kekerasan dalam rumahtangga


Meliputi: 1. Kekerasan fisik 2. Kekerasan psikologis 3. Kekerasan ekonomi 4. Kekerasan seksual UU No 23 tahun 2004 tentang perlindungan terhadap KDRT

Data Kekerasan berbasis Gender


Data Perempuan Korban Kekerasan: Tahun 2004 14.020 kasus Tahun 2005 20.391 kasus Tahun 2006 22.517 kasus Tahun 2007 25.522 kasus Tahun 2008 54.425 kasus (KOMNAS Perempuan)

TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN MENURUT TEMPAT KEJADIAN (%)


80 70 60 50 40 30 20 10 0 Dirumah luar rumah Perkotaan Tempat Kerja Pedesaan Lainnya 4.8 2.2 0.9 2.1 30.2 24.4 64.1 71.2

TEMPAT TERJADINYA KEKERASAN YANG TERBANYAK ADALAH DI RUMAH (PERDESAAN 64,1% DAN PERKOTAAN 71,2%)
Sumber: KNPP bekerjasama dengan BPS, Susenas 2006
29 29

TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN MENURUT PELAKU (%)


70 60 50 40 30 20 1 0 0
Suam i Ortu/m ertua Anak/cucu Fam ili Tetangga Atasan/m ajikan Rekan kerja

58.8 55.1 50.6

1 7.9

21 1 9.6 1 2.1

3.8

5.44.7

2.4 1 2 .7

4.9 5.2 5

3.6

1 2.5 .6

4.4

1 2.9 .7

4.6 0.3 0 0.2


Guru

Lainnya

P erkotaan

P edesaan

Total

65,1% PELAKU KEKERASAN ADALAH SUAMI (PERDESAAN 50,4%, PERKOTAAN 58,8%)


Sumber: KNPP bekerjasama dengan BPS, Susenas 2006
30

TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN MENURUT JENIS KEKERASAN (%)


70 65.3 64.7 65.8

60

50

40

30 23.3 20 20.7

25.3 17.9 17.7 11.3 12.8 10.2 18 16.2 18.2 14.5

10

0 P enganiayaan P enghinaan T otal P elecehan P otaan erk P edesaan P enelantaran Lainnya

JENIS KEKERASAN YANG TERBANYAK DIALAMI PEREMPUAN ADALAH PENGHINAAN (65,8%) DAN PENGANIAYAAN (25,3%) Sumber: KNPP bekerjasama dengan BPS, Susenas 2006

31 31

Korban dan Pelaku KDRT

Korban: - istri 75 % - anak-anak 23,1 % Pelaku laki-laki : - suami - ayah - anak laki-laki - paman - mertua - majikan, dll

09/04/2008 12:30 WIB

1 Dari 5 ABG Putri Alami Kekerasan Seksual Saat Pacaran


Nadhifa Putri detikcom

Jakarta - Kekerasan seksual di kalangan remaja atau ABG sangat memprihatinkan. 1 Dari 5 remaja putri mengalami kekerasan seksual saat berpacaran atau dating violence. "Harus diwaspadai adanya kekerasan di masa pacaran atau dating violence. Satu dari 5 remaja putri di Indonesia pernah mengalami kekerasan dalam masa berpacaran," kata Meutia Hatta saat konferensi pers Rencana Aksi Nasional Mewujudkan Keluarga Bersih dari Pornografi di Kantor Menneg PP, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2008) Kata Meutia, dating violence banyak terjadi karena remaja yang kecanduan pornografi. Kecanduan itu, menyebabkan pemaksaan pada remaja perempuan agar mau berhubungan intim. "Pelaku akan melakukan pemaksaan dan pelecehan secara verbal ataupun fisik dengan memperlihatkan gambar porno," tambahnya. Dia juga mengatakan, berdasarkan toptenreveiw.com Indonesia masuk nomor 7 dari 10 peringkat dunia negara pengakses pornografi. Dari survey itu, di tahun 2006 berkembang 100 ribu situs bermaterikan pornogrofi anak yakni usia 18 tahun ke bawah. Data itu menyebutkan 89 persen chating anak muda berkonotasi seksual. Rata-rata pengaksesnya berusia 11 tahun. Sedangkan 80 persennya berusia 15-75 tahun telah biasa mengakses pornografi hardcore atau adegan hubungan intim yang memperlihatkan alat vital. "Yang lebih parah lagi data tersebut menyebutkan 90 persen akses pornografi dilakukan saat belajar dan melakukan tugas bersama," jelas Meutia. ( mar / nvt )

Teks Lagu :
HATI YANG LUKA Berulang kali aku mencoba selalu untuk mengalah Demi keutuhan kita berdua walau kadang sakit Lihatlah tanda merah di pipi bekas tapak tanganmu Sering kau lakukan bila kau marah menutupi salahmu Samakah aku, bagai burung disangkar yang dijual orang Hingga sesukamu kau lakukan itu, kau sakiti hatiku Dulu segenggam emas kau pinang aku Dulu bersumpah janji di depan saksi Tapi semua hilanglah sudah ditelan duka Tapi semua hilanglah sudah hati yang luka Kalaulah memang kita berpisah, itu bukan suratan Mungkin itu lebih baik, agar kau puas mengikuti salahmu Pulang saja aku pada ibuku atau ayahku Diskusikan : Apa ketidakadilan gender/kekerasan yang dialami perempuan berdasarkan teks lagu di atas?

Mahasiswi Cabuli Bocah SMP, Kasus Unik dan Mengherankan


Iqbal Fadil - detikcom

Jakarta - Selama ini yang selalu menjadi korban pencabulan atau kekerasan seksual adalah perempuan. Karena itu, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi mengaku agak heran dan menganggap unik kasus mahasiswi FM (19) di Bandung yang mencabuli JS (13) sehingga membuat dirinya hamil. "Ini unik. Ini kasus baru bagi kita," ungkap pria yang akrab disapa Kak Seto itu ketika dihubungi detikcom , Selasa (3/4/2007). Namun Kak seto mengaku belum pernah dihubungi secara langsung oleh orangtua korban untuk berkonsultasi mengenai hal ini. "Saya belum pernah dihubungi. Mungkin mereka konsultasi ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)," imbuhnya. Meski begitu, lanjut dia, KPA akan aktif mencari tahu perkembangan kasus ini. "Saya belum tahu cerita lengkapnya. Nanti akan kita tindaklanjuti," ujar dia. Pria yang mempopulerkan lagu "Si Komo" itu mengatakan Komnas PA akan melakukan mediasi terhadap kedua pihak. "Kita akan upayakan mediasi dulu. Kalau tidak berhasil baru dilanjutkan ke proses hukum," pungkas dia. FM, mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, mencabuli JS sejak tahun 2003. Saat itu, usia FM 19 tahun dan JS 13 tahun. Selama berkali-kali FM mencabuli JS sampai berhubungan badan. Akhirnya, FM pun hamil. Desember 2005 lalu, FM melahirkan anaknya dan dia menyatakan ayah anaknya adalah JS. Keluarga JS tidak terima dengan kasus ini dan menuding FM melakukan tindakan pencabulan. Kasus ini akhirnya dilaporkan ke polisi. Dalam waktu dekat, kasus ini akan disidangkan. ( bal / asy )

5. Double Burden atau Beban Ganda


Pembagian

tugas dan tanggung jawab yang memberatkan salah satu jenis kelamin

Jenis Kebijakan:
Responsif

gender:

menyempitkan kesenjangan berdasarkan data awal


Netral Bias

gender:

tidak mengarah

Gender:

meningkatkan kesenjangan gender

Ada kebijakan yang netral tetapi ----> implementasinya Bias

37

Kebijakan perlu responsif Gender:


Merespon

perbedaan-perbedaan: aspirasi/keinginan/kebutuhan Pengalaman Baik Laki-laki atau perempuan

38

Isu Kesenjangan Gender terkait dengan:


1. 1. 1.

Akses dan pemerataan:


under participation under achievement under representation unfair treatment

Mutu dan relevansi: Manajemen:

39

Dimensi kesenjangan jender:


1)

Kurangnya partisipasi (under participation)


perempuan di seluruh dunia menghadapi problema yang sama, partisipasi perempuan dalam pendidikan formal jauh lebih rendah dibanding laki-laki. murid perempuan yg tidak meneruskan pendidikan ke tingkat lanjutan jauh lbh besar dibanding laki-laki. Alasan pengunduran diri murid perempuan umumnya adalah jarak sekolah yg jauh dari tempat tinggal, tuntutan tugas domestik, tidak ada biaya, tidak diijinkan orang tua, dikawinkan. Pada tingkat pendidikan PT, partisipasi perempuan sangat rendah dan umumnya terbatas pada bidangbidang ilmu sosial, humaniora, pendidikan, biologi, kimia dan farmasi. 40

2)

Kurangnya prestasi (under achievement)

Data penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa pada tingkat dasar prestasi murid perempuan pada umumnya setara, bahkan terkadang lebih baik dibanding murid laki-laki. Namun setelah lepas sekolah dasar prestasi tersebut cenderung menurun tajam, terutama untuk subyek yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Banyak murid perempuan yang sebenarnya cukup berbakat urung memilih bidang sains dan teknologi pada pendidikan tingkat lanjutan. Citra maskulin sains dan teknologi menyebabkan para remaja putri yang sedang giat membentuk identitas feminimnya, bersikap menghindar terhadap subyek tersebut.
41

3)

Kurangnya keterwakilan (under representation)

Partisipasi perempuan sebagai tenaga ahli maupun pimpinan menunjukkan kecenderungan disparitas progresif. Jumlah guru perempuan pada tahap pendidikan dasar umumnya sama atau melebihi jumlah tenaga guru laki-laki, namun pada tahap pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi, jumlah tersebut menunjukkan penurunan yang drastis. Representasi tenaga perempuan dalam administrasi pendidikan, pengambilan keputusan dan penyusunan kurikulum sangat rendah, sehingga kepentingan murid perempuan kadang kurang mendapat perhatian.

42

4)

Perlakuan yang tidak adil (unfair treatment)

Kegiatan pembelajaran dan proses interaksi dalam kelas seringkali bersifat merugikan murid perempuan Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan murid pria disekolah dasar dan lanjutan ditanyai gurunya 3 hingga 8 kali lebih banyak dibanding murid perempuan. Kemampuan dan minat murid laki-laki (terutama terhadap sains) terus didorong dan dibina, sementara pengembangan kemampuan dan minat murid perempuan terabaikan.

43

Ada tiga kemungkinan alasan rendahnya partisipasi perempuan dalam pendidikan lebih tinggi (Suleeman,1995):
1.

2.

3.

Tidak tersedianya sarana dan prasarana sekolah untuk jenjang pendidikan SLTP ke atas sekitar tempat tinggal. alasan jarak dan keselamatan selama perjalanan menuju ke sekolah menghambat anak perempuan ke jenjang lebih tinggi. Relatif tingginya biaya pendidikan dan bagi keluarga masih miskin, biaya pendidikan tsb belum terjangkau. para orang tua masih beranggapan bahwa lebih baik menanamkan investasi dlm bidang pendidikan kepada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan Adanya norma di dlm masyarakat bahwa anak perempuan lebih diperlukan membantu orang tua di rumah, sedangkan anak laki-laki memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk membantu menambah penghasilan keluarga.
44

45

You might also like