You are on page 1of 5

FISIOLOGI CAIRAN TUBUH

yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Tekanan osmotik plasma

Air merupakan bagian terbesar padadarah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan isotonik, yaitu larutan tubuh manusia, presentasenya dapat berubahyang memiliki tekanan osmotik sesuai plasma adalah NaCl 0,9 %, tergantung pada umur, jenis kelamin, danDextrosa 5 %, dan Ringer laktat. b. Difusi Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori.

derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun,cairan tubuh adalah sekitar 80-85%

berat badan, dan pada bayi usia > 1 tahunLarutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan mengandung air sebanyak 70-75%. Seiringberkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga dengan pertumbuhan, presentase jumlahmendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi

cairan terhadap berat badan berangsur-angsurdifusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan turun, yaitu pada laki-laki dewasa 50-60%hidrostatik. berat badan, pada wanita dewasa 50% berat badan. Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular c. Pompa Natrium Kalium Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang

danmemompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan hiperosmolar

kompartemen ekstraselular.

PROSES PERGERAKAN CAIRAN TUBUH di dalam sel. Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanismePATOFISIOLOGI KESEIMBANGAN CAIRAN transpor pasif dan aktif. Mekanisme transporPerubahan cairan tubuh yaitu : pasif tidak membutuhkan energy sedangkanPerubahan volume mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi, filtrasi dan osmosis adalah mekanisme a. Defisit volume ( dehidrasi ) Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan

transpor pasif. Sedangkan mekanisme transporcairan tubuh yang paling umum terjadi pada pasien bedah. aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang1. Dehidrasi Isotonis (isonatremik130-150 mEq/L) terjadi ketika memerlukan ATP. Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara: a. Osmosis kehilangan cairan hampir sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular.

Osmosis adalah bergeraknya molekul2. Dehidrasi hipotonis (hiponatremik<130 mEq/L) secara garis besar (zat terlarut) melalui membran semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama.1 Tekanan osmotik mencegah perembesan atau difusi cairan melalui membran semipermeabel ke dalam terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen ekstravaskular, intravaskular. intravaskular sehingga berpindah ke kompartemen volume

menyebabkan

penurunan

cairan3. Dehidrasi hipertonis ( hipernatremik >150 mEq/L) secara garis

besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular intravaskular, berpindah sehingga ke kompartemen meminimalkan
BAB II

Tinjauan Pustaka

penurunan volume intravaskular.

2.1 Terapi Cairan Perioperatif

Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena. Tujuan utama terapi cairan perioperatif adalah untuk menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskuler yang adekuat agar system

kardiovaskuler dalam keadaan optimal. Gangguan dalam keseimbangan cairan oleh kombinasi dari faktor A

faktor preoperatif, perioperatif dan postoperatif. Faktor-faktor preoperatif : 1. Kondisi yang telah ada Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat diperburuk oleh stres akibat operasi. 2. Prosedur diagnostik Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker intravena dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal karena efek diuresis osmotik. 3. Pemberian obat Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air dan elektrolit. 4. Preparasi bedah Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan elekrolit dari traktus gastrointestinal. 5. Restriksi cairan preoperative Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat

kehilangan cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien menderita demam atau adanya kehilangan abnormal cairan. 6. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi.

Faktor Perioperatif: a) Induksi anestesi. Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan hipovolemia

preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi seperti takikardia dan vasokonstriksi. b) Kehilangan darah yang abnormal

3) Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space 4) Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi Faktor postoperatif: 1) Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi 2) Peningkatan katabolisme jaringan 3) Penurunan volume sirkulasi yang efektif 4) Risiko atau adanya ileus postoperative

2.2 Dasar-Dasar Terapi Cairan Perioperatif Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam pemberian cairan

perioperatif, yaitu : 1) Kebutuhan normal cairan harian. Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan Secara umum
kebutuhan cairan rumatan dapat dilihat table Holliday. Kebutuhan tersebut merupakan

pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses.

2) Defisit cairan pra bedah


Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada bedah elektif (sektar 612 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi cairan pada penderita dengan
trauma), kemungkinan meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi,

demam dan

berkeringat banyak. 3) Kehilangan cairan saat pembedahan Perdarahan, dapat diukur dari : a. Botol penampung darah yang disambung dengan pipa
penghisap darah (suction

pump). b. Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan


setelah pembedahan. Kasa yang penuh darah (ukuran 4x4 cm) mengandung 10 ml darah, sedangkan tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah 100-10 ml.

4) Jumlah

perdarahan

bisa

ditentukan

berdasarkan

kepada

taksiran dan keadaan klinis penderita yang kadang-kadang dibantu dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan
hematokrit berulang-ulang (serial).

You might also like