You are on page 1of 5

Bab I Pendahuluan

Pada usia sekolah menengah yaitu usia SMP dan SMA, anak berada pada masa remaja atau pubertas atau adolesen. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa. Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pada masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa ini, sebab setelah melewati masa ini remaja telah berubah menjadi seorang dewasa yang boleh dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relatif tetap. Pada masa transisi ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat. Oleh karena itu sebagai pendidik, kita perlu menghayati tahapan perkembangan yang terjadi pada siswa sehingga dapat mengerti segala tingkah laku yang ditampakkan siswa. Misalnya, pada siswa usia sekolah menengah suasana hati yang semula riang gembira bisa secara mendadak berubah menjadi rasa sedih. Jika kita sebagai pendidik tidak peka terhadap kondisi seperti ini, bisa jadi kita memberikan respons yang dapat menghambat perkembangan siswa. Seperti perkembangan berbagai aspek pada anak usia SD, di bawah ini akan dipaparkan perkembangan berbagai aspek dari para siswa yang berusia antara 12 atau 13 hingga 18 atau 19 tahun. A. PERKEMBANGAN FISIK/JASMANI Salah satu segi perkembangan yang cukup pesat dan nampak dari luar adalah perkembangan fisik. Pada masa remaja, perkembangan fisik mereka sangat cepat dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa remaja awal (usia SMP) anak-anak ini nampak postur tubuhnya tinggi tetapi kurus. Lengan kaki dan leher mereka panjangpanjang, baru kemudian berat badan mereka mengikuti dan pada akhir remaja, proporsi tinggi dan berat badan mereka seimbang. Selain terjadi pertambahan tinggi badan yang sangat cepat, pada masa remaja berlangsung perkembangan seksual yang cepat pula. Perkembangan ini ditandai dengan munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Masih dalam kaitan dengan perkembangan fisik, pada masa remaja juga terjadi perkembangan hormon seksual yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang masuk dalam darah. Hormon yang terpenting yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan seksual adalah testosteron dan esterogen. Hormon tersebut tidak hanya mempengaruhi perkembangan seksual, tetapi juga pertumbuhan fisik. Misalnya pertumbuhan otot dan tulang, penyimpanan lemak. Perbedaan Profil Perkembangan Fisik Antara Siswa SMP dengan Siswa SMA No. 1. Siswa SMP (Remaja Awal) Laju perkembangan secara umum berlangsung secara pesat Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang (termasuk otot dan tulang belulang) Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis (menstruasi pada wanita dan polusi pada pria pertama kali) Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan yang dicobainya Siswa SMA (Remaja Akhir) Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan tubuh orang dewasa

2.

3.

Siap berfungsi organ-organ reproduktif seperti pada orang-orang yang sudah dewasa.

4.

Gerak-geriknya mulai mantap Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang kepada persiapan kerja.

5.

B. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL Remaja telah mampu berpikir jauh melewati kehidupannya baik dalam dimensi ruang maupun waktu. Berpikir abstrak adalah berpikir tentang ide-ide, yang oleh Jean Piaget seorang ahli Psikologi dari Swiss disebutnya sebagai berpikir formal operasional. Berkembangnya kemampuan berpikir formal operasional pada remaja ditandai dengan tiga hal penting. Pertama, anak mulai mampu melihat (berpikir) tentang kemungkinan. Kedua, anak telah mampu berpikir ilmiah. Ketiga, remaja telah mampu memadukan ide-ide secara logis. Secara umum kemampuan berpikir formal mengarahkan remaja kepada pemecahan masalah-masalah berpikir secara sistematik. Dalam kehidupan sehari-hari para remaja demikian juga orang dewasa jarang menggunakan kemampuan berpikir formal, walau sebenarnya mampu melaksanakannya. Mereka lebih banyak berbuat berdasarkan kebiasaan, perbuatan atau pemecahan rutin. Oleh karena itu, guru perlu mendorong mulai kemampuan berpikir, para siswa pada usia ini, tentang kemungkinan ke depan. Mengarahkan para siswa kepada pemikiran tentang pekerjaan yang tentunya pemikiran tersebut, disesuaikan dengan pertambahan usia. Pada remaja muda (usia SMP) pemikiran tentang pekerjaan masih diwarnai oleh fantasinya, sedang pada remaja dewasa (usia SMA) telah lebih realistik. Para remaja sudah memiliki kemampuan mengingat informasi dan keterampilan memproses informasi yang telah berkembang jauh dari anak SD. Pemrosesan informasi yang mencakup penerimaan informasi oleh alat indra ditahan sebentar, kemudian dilanjutkan ke terminal ingatan singkat (TIS) dan diproses lebih lanjut dalam suatu bentuk yang dapat disimpan dalam terminal ingatan lama (TIL). Keterampilan ini pada remaja lebih cepat dan kuat, dan sangat memegang peranan penting dalam penyelesaian tugas-tugas pembelajaran maupun pekerjaan. Mereka sudah mengerti dan dapat mengerjakan dengan benar bentuk tes objektif tanpa penjelasan lagi dari guru. Penguasaan keterampilan memproses informasi ini menyempurnakan atau membulatkan penampilan kognitif mereka. Perbedaan Profil Perkembangan Intelektual Antara Siswa SMP dengan Siswa SMA No. Siswa SMP (Remaja Awal) Proses berpikirnya sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) dalam ide-ide atau pemikiran abstrak (meskipun relatif terbatas) Kecakapan dasar umum (general intelligence) menjalani laju perkembangan yang terpesat (terutama bagi yang belajar di sekolah) Kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitude) mulai menunjukkan kencenderungan-kecenderungan lebih jelas Siswa SMA (Remaja Akhir) Sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuannya membuat generalisasi yang lebih konklusif dan komprehensif. Tercapainya titik puncak (kedewasaan intelektual umum, yang mungkin ada pertambahan yang sangat terbatas bagi yang terus bersekolah) Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapan

1.

2.

3.

C. PEMIKIRAN SOSIAL DAN MORALITAS Keterampilan berpikir baru yang dimiliki remaja adalah pemikiran sosial. Pemikiran sosial ini berkenaan dengan pengetahuan dan keyakinan mereka tentang masalah-masalah hubungan pribadi dan sosial. Remaja awal telah mempunyai pemikiran-pemikiran logis, tetapi dalam pemikiran logis ini mereka sering kali menghadapi kebingungan antara pemikiran orang lain. Menghadapi keadaan ini berkembang pada remaja sikap egosentrisme, yang berupa pemikiran-pemikiran subjektif logis dirinya tentang masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam masyarakat atau kehidupan pada umumnya. Secara berangsur-angsur remaja mengurangi sifat egosentrisme-nya dalam hubungan pribadinya berkembang etika pribadi mereka, berkenaan dengan pengetahuan dan penghayatan tentang apa yang baik dan yang jahat. Ada dua aspek nilai yang menjadi perhatian utama para remaja, yaitu nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan.

Pada masa remaja rasa kepedulian terhadap kepentingan dan kesejahteraan orang lain cukup besar, tetapi kepedulian ini masih dipengaruhi oleh sifat egosentrisme. Mereka belum bisa membedakan kebahagiaan atau kesenangan yang dasar (hakiki) dengan yang sesaat, memperhatikan kepentingan orang secara umum atau orangorang yang dekat dengan dia. Remaja sudah mengetahui nilai atau prinsip-prinsip yang mendasar, tetapi mereka belum mampu melakukannya, mereka sudah menyadari bahwa membahagiakan orang lain itu adalah baik, tetapi mereka belum mampu melihat bagaimana merealisasikannya. Perbedaan Profil Perkembangan Pemikiran Sosial dan Moralitas Antara Siswa SMP dengan Siswa SMA No. Siswa SMP (Remaja Awal) Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak tetapi bersifat temporer Adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat komformitas yang tinggi Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tuanya Dengan sikapnya dan cara berpikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya (orang dewasa) Mengidentifikasi dirinya dengan tokohtokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya. Siswa SMA (Remaja Akhir) Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif serta bertahan lebih lama Ketergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat, dan sebagainya Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasannya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya Sudah dapat memisahkan antara siswa nilai-nilai dengan kaidah-kaidah normatif yang universal dari pada pendukungnya yang mungkin dapat para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan

1.

2.

3.

4.

5.

D. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN POLITIK Perkembangan pemikiran politik remaja hampir sama dengan perkembangan moral, karena memang keduanya berkaitan erat. Mereka dapat melihat pembentukan hukum dan peraturan-peraturan legal secara demokratis, dan melihat hal-hal tersebut dapat diterapkan pada setiap orang di masyarakat, dan bukan pada kelompok-kelompok khusus. Namun remaja juga masih menunjukkan adanya kesenjangan dan ketidakajengan dalam pemikiran politiknya. Pemikiran politiknya tidak didasarkan atas prinsip seluruhnya atau tidak sama sekali, sebagai ciri kemampuan pemikiran moral tahap tinggi, tetapi lebih banyak didasari oleh pengetahuan-pengetahuan politik yang bersifat khusus. Meskipun demikian pemikiran mereka sudah lebih abstrak dan kurang bersifat individual dibandingkan dengan usia anak sekolah dasar. E. PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEYAKINAN Perkembangan kemampuan berpikir remaja mempengaruhi perkembangan pemikiran dan keyakinan tentang agama. Kalau pada tahap usia sekolah dasar pemikiran agama ini bersifat dogmatis, masih dipengaruhi oleh pemikiran yang bersifat konkret dan berkenaan dengan sekitar kehidupannya, maka pada masa remaja sudah berkembang lebih jauh, didasari pemikiran-pemikiran rasional, menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak atau gaib dan meliputi hal-hal yang lebih luas. Remaja yang mendapatkan pendidikan agama yang intensif, bukan saja telah memiliki kebiasaan melaksanakan kegiatan peribadatan dan ritual agama tetapi juga telah mendapatkan

kepercayaan yang lebih mendalam yang membentuk keyakinannya dan menjadi pegangan dalam merespons terhadap masalah-masalah dalam kehidupannya. Perbedaan Profil Perkembangan Agama dan Keyakinan Antara Siswa SMP dengan Siswa SMA No. Siswa SMP (Remaja Awal) Mengenai eksistensi (keberadaan), sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin didasarkan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidupnya Siswa SMA (Remaja Akhir) Eksistensi dan sifat kemurahan serta keadilan Tuhan mulai dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan agama yang dianutnya Penghayatan dan pelaksanaan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri yang tulus ikhlas Mulai menemukan pegangan hidup yang definitif

1.

2.

3.

Bab II Pembahasan
Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada perkembangan anak usia sekolah menengah. Lingkungan mana yang paling berpengaruh, lingkungan rumah atau lingkungan di luar rumah? Thomas Hobbes (1588-1679) berpendapat bahwa anak-anak secara alamiah adalah berperilaku nakal, pengganggu, dan sebagainya. Menjadi tugas masyarakatlah untuk mengontrol perilaku anak, dan mengejar mereka sehingga berperilaku baik. Sebaliknya Jean Jacques Rousseau (1712-1778) berpendapat bahwa anak secara alamiah adalah baik, sejak lahir secara naluriah anak mampu membedakan mana perilaku yang baik dan mana yang buruk. Lingkungan bertugas untuk memberikan arahan agar anak berpilaku baik. Dalam perkembangan lebih lanjut pandangan yang beranggapan bahwa anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan (hereditas) dikenal dengan mazhab nativisme. Filsuf dari Inggris, John Locke (1632-1704) terkenal dengan teori tabula rasa. Anak bagaikan kertas putih yang menunggu untuk ditulisi melalui pengalamannya. Locke menyangkal bahwa anak itu sejak lahir baik atau buruk, tetapi ia akan berkembang bergantung pada pengalaman yang ia peroleh. Saat ini pandangan ini dikenal dengan mazhab empirisme. Menurut William James (1742-1804), perilaku manusia dipengaruhi baik oleh pembawaan maupun lingkungan. Teori ini disebut sebagai mazhab konvergensi. Teori inilah yang dianut oleh kebanyakan ahli saat ini. Menurut Papalia dan Olds, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu dapat dikategorikan ke dalam faktor internal melawan faktor eksternal, dan pengaruh normatif melawan pengaruh bukan normatif. Faktor internal adalah faktor pembawaan sejak lahir yang disebut heredity. Faktor heredity ini adalah segala yang dibawa sejak lahir, yang diterima anak dari orang tuanya. Sementara itu yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berpengaruh terhadap diri individu yang berasal dari lingkungan (environment influences). Baltes, Reese dan Lipsitt mencoba memilah pengaruh terhadap perkembangan individu ini menjadi pengaruh normatif dan pengaruh non-normatif. Disebut pengaruh normatif jika pengaruh terhadap kebanyakan orang dalam kelompok tertentu adalah sama. Peristiwa kehidupan yang non-normatif adalah peristiwa yang luar biasa yang memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Baik pengaruh normatif maupun non-normatif terhadap individu, terjadi pada tingkatan lingkungan tertentu. Pandangan seperti ini dikenal dengan pendekatan ekologis terhadap perkembangan (ecological approach to development). Menurut Urie Bronfenbrenner terdapat empat tingkatan pengaruh lingkungan yang merentang dari lingkungan yang paling intim sampai lingkungan yang sangat global. Keempat tingkatan pengaruh lingkungan tersebut mencakup: sistem mikro (microsystem), sistem meso (messosystem), sistem exo (exosystem), dan sistem makro (macrosystem). 1. Pengaruh lingkungan sistem mikro, yaitu lingkungan kehidupan sehari-hari, seperti lingkungan sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Termasuk di dalamnya suasana pergaulan dengan orang tua, guru-guru, lingkungan teman sebaya, dan sebagainya. 2. Pengaruh lingkungan sistem meso, yaitu keterkaitan antarvariasi tingkatan sistem yang melibatkan individu di dalamnya. Perilaku siswa sekolah menengah akan dipengaruhi oleh keterkaitan antara lingkungan rumah dengan lingkungan sekolah, pengaruh keterkaitan lingkungan rumah dengan lingkungan masyarakat. 3. Pengaruh lingkungan sistem exo adalah pengaruh institusi lingkungan yang lebih besar, seperti pengaruh lingkungan sekolah, pengaruh media massa, bahkan pengaruh pemerintahan. 4. Pengaruh lingkungan yang paling luas adalah pengaruh sistem makro. Ada keterkaitan erat pengaruh dari kebudayaan, pengaruh agama, pendidikan, politik dan pengaruh keadaan sosial ekonomi terhadap perkembangan individu Dalam pola pandangan yang konvensional, diyakini bahwa terdapat tiga faktor dominan yang mempengaruhi proses perkembangan anak usia sekolah menengah. Ketiga faktor itu adalah: faktor pembawaan (heredity), faktor lingkungan (environment), dan faktor waktu (time). Faktor pembawaan adalah faktor yang bersifat alamiah (nature), faktor lingkungan yang memungkinkan proses perkembangan (nurture), sedangkan faktor waktu adalah saat tibanya masa peka atau kematangan (maturation).

You might also like