You are on page 1of 7

7.5 Prinsip prinsip Akuntansi 7.5.

.1 Prinsip Biaya Menurut Prinsip biaya (Cost Principle), biaya perolehan / akuisisi (acquisition cost) atau biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas. Artinya, suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi. 7.5.2 Prinsip Pendapatan Prinsip pendapatan (revenue principle) menspesifikasi : Hakikat dari komponen komponen pendapatan Pada dasarnya, ada dua pandangan mengenai komponen komponen pendapatan. Pandangan luas atau komprehensif dari pendapatan

memasukkan semua penghasilan dari aktivitas bisnis dan investasi. Pandangan ini mengidentifikasikan semua perubahan dalam aktiva bersih yang berasal dari aktifitas penghasil pendapatan dan keuntungan atau kerugian lainnya yang berasal dari penjualan aktiva tetap dan investasi sebagai pendapatan. Pandangan yang lebih sempit dari pendapatan hanya memasukkan hasil dari aktivitas penghasil pendapatan dan mengeluarkan laba investasi serta keuntungan dan kerugian penjualan aktiva tetap. Pandangan ini mengharuskan pemisahan yang jelas antara pendapatan dengan keuntungan dan kerugian. Pengukuran pendapatan Pendapatan diukur dalam hal nilai dari produk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi wajar (arms length). Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas uang yang diterima atau akan diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang diransfer oleh perusahaan kepada pelanggannya.

Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan Pada umumnya diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh sepanjang seluruh tahapan dari siklus operasi. Dengan adanya kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan dan laba ke tahapan yang berbeda dari siklus operasi, akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih kejadian penting (critical event) dalam siklus tersebut untuk penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba. Kejadian penting tersebut dipilih untuk mengindikasikan kapan perubahan tertentu dalam aktiva dan kewajiban dapat dipertanggungjawabkan secara memadai. Dengan adanya interprestasi yang berbeda beda dari prinsip realisasi dan dari kriteria yang akan digunakan untuk pengakuan perubahan aktiva dan kewajiban, ketergntungan pada prinsip realisasi dapat menyesatkan. Secara umum, pendapatan diakui menggunakan dasar akrual atau dasar kejadian penting. Dasar akrual untuk pengakuan pendapatan dapat mengimplikasikan bahwa pendapatan sebaiknya dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan produk atau pada saat penagihan penjualan. Dasar kejadian penting untuk pengakuan pendapatan dipicu oleh kejadian penting dalam siklus produksi. Kejadian tersebut dapat berupa waktu penjualan, penyelsaian produksi, dan atau

penerimaan pembayaran setelah penjualan. 7.5.3 Prinsip Pengaitan Prinsip pengaitan (maching principle) menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan terkait, yaitu pendapatan diakui dalam suatu periode tertentu menurut suatu prinsip pendapatan, dan beban terkait kemudian diakui. Asosiasi ini paling baik dilakukan ketika hal tersebut mencerminkan hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan.

Asosiasi antara pendapatan dengan beban tergantung pada salah satu dari empat kriteria berikut ini : Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan suatu pendapatan. Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya pada periode tersebut. Alokasi biaya sepanjang periode yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut. Membebankan semua biaya lainnya dalam periode terjadinya, kecuali dapat ditunjukan bahwa biaya biaya tersebut memiliki manfaat masa depan. 7.5.4 Prinsip Objektivitas Akuntan menggunakan prinsip objektivitas (objectivity principle) untuk membenarkan pilihan prosedur pengukuran. Tetapi prinsip objektivitas memiliki interpretasi yang berbeda : Pengukuran objektif adalah pengukuran yang tidak memihak, dalam arti bahwa pengukuran tersebut bebas dari bias pribadi si pengukur. Pengukuran objektif adalah pengukuran variabel, dalam hal bahwa pengukuran tersebut didasarkan pada bukti. Pengukuran objektif adalah hasil dari kesepakatan diantara sekelompok pengamat atau pengukur tertentu. Dengan kata lain objektifitas akan tergantung pada sekelompok pengukur tertentu. Ukuran dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan sebagai indikator dari tingkat objektifitas sistem pengukuran tertentu. 7.5.5 Prinsip Konsistensi Prinsip Konsistensi (consistency principle) mengnggap bahwa kejadian ekonomi yang serup sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa prosedur akuntansi

yang sama akan diterapkan pada transaksi yang serupa sepanjang watu. Penerapan prinsip konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih dapat

diperbandingkan dan lebih berguna. 7.5.6 Prinsip Pengungkapan Penuh Pengungkapan Penuh (full disclosure) mengharuskan laporan keungan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat kejadian kejadian ekonomi yng telah memengaruhi perusahaan selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan. Lebih eksplisit lagi prinsip pengungkapan penuh mengimpikasikan bahwa tidak ada informasi atas subtansi atau kepentingan bagi kebanyakan investor yang akan dihilangkan atau disembunyikan. 7.5.7 Prinsip Konservatisme Prinsip Konservatisme (conservatism principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham. Prinsip Konservatisme mengharuskan bahwa akuntan menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan. 7.5.8 Prinsip Materialitas Prinsip Materialitas (materiality principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip ini menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara cepat, tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Materialitas berfungsi sebagai pedoman impilisit bagi akuntan dalam hal apa yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan keuangan,

sehingga memungkinkan akuntan tersebut untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi masalah berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan, dan relevansi bagi pengguna. 7.5.9 Prinsip Keseragaman dan Komparabilitas Prinsip kosistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk transaksi transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu tertentu. Prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan perusahaan yang berbeda. Tujuan implisit baik dari keseragaman maupun flexibilitas adalah untuk melindungi pengguna dan untuk menyajikan data yang berarti kepada pengguna. 7.5.10 Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme Akuntansi Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme Akuntansi (timeless of accounting earnings) didefinisikan sebagai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang. Sementara laba ekonomi dan laba akuntansi yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka pendek. Konservatisme didefinisikan oleh Basu adalah sampai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang secara asimetris memasukkan kerrugian ekonomi, relatif terhadap keuntungan ekonomi. 7.6 Kebenaran dalam Akuntansi 7.6.1 Pemikiran mengenai kebenaran dalam filosofi Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi masalah. Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda. Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan proposisi serta keyakinan orang mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan dengan kondisi masalah. Pernyataan yang diyakini sebagai benar atau salah masih harus dibuktikan apa

memang benar atau salah. Bukti tersebut akan menunjukkan bahwa kebenaran dari suatu proposisi tidaklah relatif terhadap waktu, ruang, atau pembicara meskipun proposisi itu dapat mengenai waktu, ruang, atau pembicara. 7.6.2 Kemungkinan akan kebenaran dalam Akuntansi Kebenaran sebagai netralitas Untuk dapat melaporkan kebenaran, akuntansi perlu menghindari dimasukkannya bias. Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan, gambaran dan komunikasi fakta, akuntan diharapkan bersikap netral. Kebenaran sebagai objektivitas Untuk menetapkan akurasi dari atribut atribut yang diukur, akuntan telah mengandalkan prinsip objektivitas sebagai suatu cara untuk membenarkan prosedur pilihan mereka. Kebenaran, objektivitas dan keandalan Keandalan informasi bergantung pada tingkat kejujuran dalam penyajian suatu kejadian. Keandalan akan berbeda antar pengguna, tergantung pada tingkat pengetahuan mereka akan aturan aturan yang digunakan untuk menyusun informasi tersebut. Istilah bias / pemindahan adalah perbedaan sistematis antara titik tengah dari estimasi sampel suatu parameter dengan nilai yang sebenarnya dari parameter tersebut. Kebenaran, objektivitas dan kekerasan Objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan. Pengukuran kebenaran dalam akuntansi paling baik ditetapkan dalam lingkungan yang kompetitif guna memungkinkan perbedaan antara objektivitas dan tingkat kekerasan ukuran. Kebenaran dan peran Akuntansi Jenis kebenaran dalam praktik dan wacana akuntansi dapat bersifat kontinjen terhadap peran yang sebenarnya dimainkan oleh akuntansi dalam organisasi. Terdapat peran tradisional sebagai alat bantu yang

berguna bagi pengambilan keputusan yang rasional dengan pandangan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas organisasional. Kebenaran akuntansi pada konteks tradisional ini adalah untuk menyediakan angka angka akuntansi yang berguna dan diketahui berdasarkan aturan aturan yang berbasis teknis. Mustahilnya kebenaran dalam Akuntansi Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk

menghindari kerahasiaan. Karena akuntan tidak memiliki kebebasan untuk mengungkapkan rahasia yang dapat menguntungkan pengguna, maka hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai keterbatasan dari kebenaran naratif dalam akuntansi dibandingkan dengan kebenaran historis. Kegagalan untuk menangkap kebenaran menyarankan sifat non alamiah dari akuntansi.

You might also like