You are on page 1of 6

BERSEDIA UNTUK BERSIKAP MORAL

Ada tiga alasan mengapa kesatuan pendapat moral sering sulit tercapai. 1. Masalah yang kita hadapi masalah yang dihadapi oleh setiap orang berbeda beda dan pemecahannya pun berbeda karena adanya perbedaan pendapat, pandangan dan pengetahuan yang berbeda. 2. kita sering tidak mendekati masalah yang kita hadapi secara rasional dan objektif, melainkan secara emosional atau dari segi kepentingan pribadi Kita jarang berpikir dengan jelas dan rasional dan lebih suka tunduk pada berbagai kebiasaan dan pendapat lingkungan serta terikat pada berbagai prasangka , sentiment, perasaan dan kesempitan ideologis* sehingga kita tak sanggup untuk mengadakan pertimbangan pertimbangan yang objektif. ( * dasar pandangan hidup ) 3. Seseorang secara terbuka tidak bersedia untuk bertindak dengan baik, adil dan jujur dan menolak untuk bertindak secara moral karena aturan yang diakuinya yaitu mengejar kepentingan pribadinya. Dan kita tak akan bisa mencapai kesatuan pengertian moral dengan orang semacam itu. Kesatuan paham moral hanya dapat tercapai apabila kita bersedia menempati titik pangkal moral, the moral point of view. Dimaksud bahwa orang harus dulu bersedia untuk mengambil sikap moral, baru tercapailah dasar untuk bersama sama mencapai penilaian yang tepat. Semua pihak harus berada dalam keadaan bebas dari paksaan dan tekanan, mereka bersedia untuk tidak mencari keuntungan dan kepentingan sendiri, tidak berpihak dan tidak berat sebelah dalam mencari apa yang merupakan kewajiban moral. Kita sering tidak mencapai kesatuan pendapat mengenai apa yang menjadi keharusan moral hanya menunjukkan bahwa kita belum sanggup untuk betul betul bersikap moral.
MENGASAH PENGERTIAN MORAL KITA 1. Mendidik suara Hati

Untuk mencapai kematangan dalam bersikap moral, kita harus mendidik suara hati. Suara hati kita sangat dipengaruhi oleh perasaan moral kita yang terbentuk oleh pengaruh pendidikan informal dan formal yang telah kita terima dan itu berarti oleh pandangan pandangan moral lingkungan kita, terlebih lebih saat kita muda. Kita melihat dengan pikiran kita, dan mendengar dengan hati kita. Karenanya, Saat kita tidak mampu lagi berpikir, atau saat kita tidak lagi mempercayai pikiran kita, atau saat berpikir pun tidak akan ada gunanya. Dengan mendidik suara hati kita berusaha untuk membebaskan diri kita dari prasangka prasangka buruk dan dapat menilai dengan kritis. Mendidik suara hati berart kita terus menerus bersikap terbuka dan mau memahami pertimbangan pertimbangan etis yang tepat dan seperlunya membaharui pandangan pandangan kita. Dengan demikian kesadaran moral kita akan bekembang terus dan tidak akan membeku pada titik perkembangan tertentu. Usaha untuk mendidik suara hati menuntut keterbukaan kita dan keinginan kita untuk belajar serta penting bagi perkembangan kepribadian kita

2. Suara Hati dan Suara Tuhan Pertanyaannya adalah apakah suara hati sama dengan suara Tuhan? Suara hati dapat keliru sedangkan suara Tuhan tidak dapat keliru. Jadi sudah jelas suara hati dan suara Tuhan tidak sama. Suara hati mencerminkan segala pengertian dan prasangka kita sendiri serta merupakan suara kita sendiri. Suara hati memuat kesadaran bahwa apa yang disadarinya sebagai kewajiban mutlak harus kita lakukan, tanpa syarat dan tanpa tetapi. Dari mana unsur mutlak dalam kesadaran kita? Hanya satu, yatu dari Tuhan,. Kemutlakan suara hati menunjuk pada Tuhan. Suara hati merupakan kesadaran kita, dengan segala keterbatasan dan keanehan kita masing masing. Oleh karena itu suara hati kita tidak mutlak benar. Dan kemutlakan tersebut terikat dengan Tuhan, karena seolah olah penilaian terhadapt diri kita sendiri disaksikan oleh Tuhan. Sehingga meskipun penilaian kita mungkin keliru, namun jelas jujur dan sungguh sungguh.

3. Tentang Nasihat Moral dan Tradisi Kita tidak memulai dari titik nol untuk menilai suatu situasi secara moral. Penilaian penilaian dan perasaan perasaan moral tertentu terbentuk melalui pengalaman pengalaman kita dalam lingkungan social kita. Disatu pihak, kita sudah memiliki kecondongan kuat bagaimana kita akan menjatuhkan penilaian moral dan dilain pihak kita juga harus kritis terhadap kecondongan kita tersebut. Kadang saat kita mencari kebenaran moral, kita sering terhadang oleh macam macam perasaan, prasangka, kebutuhan psikis dan kepentingan yang sering tidak kita sadari oleh keterbatasan kita. Dalam pembentukan moral kita tidak dapat mengandalkan diri sendiri saja, tetapi kita memerlukan nasihat dan harus berdialog dengan orang orang yang kebijaksanaannya sudah teruji. Karena tanpa kebijaksaan, penilaian moral yang tepat tidak dapat tercapai. Kita memang wajib untuk mendengarkan suara hati kita sendiri tapi ada saatnya kita juga harus menuruti nasihat orang yang sungguh sungguh dapat dipercaya dapat teruji kebijaksanaannya. Terutama saat kita sudah bertekad untuk tidak lari dari tanggung jawab kita dan untuk setia terhadap kewajiban kita namun kita sungguh merasa macet, bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mengenai tradisi, kita tidak boleh mengikuti tradisi tradisi yang ada secara buta, tetapi kita tetap harus menghargai peran tradisi tersebut yang ada dalam masyarakat. Karena dalam tradisi lama terhimpun kebijaksanaan dan pengalaman sebuah masyarakat sejak sekian banyak generasi. Banyak masalah yang kita hadapi sebenarnya merupakan masalah masalah abadi kehidupan manusia. Dan tradisi dalam masyarakat menyimpan lebih banyak pengertian dan kebijaksanaan tentang kehidupan manusia daripada apa yang dapat kita pikirkan dengan akal kita pribadi yang biasanya masih dangkal. Salah satu kepirbadian yang matang adalah kerendahan hati untuk mengakui keterbatasan kecerdasannya dan untuk mencari nasihat orang lain. TEKAD MORAL

Tekad moral adalah memberi nilai moral kepada suatu tindakan kita. Akan tetapi motif atau niat tindakan kita adalah di bawah kawalan kita dan oleh karena itu kita harus bertanggung jawab secara moral atas motif kita untuk membuat kebaikan atau keburukan.

1. Sepi Ing Pamrih atau kemurnian hati sepi ing pamrih , yaitu bebas dari pamrih. Manusia yang bebas dari pamrih tidak lagi perlu gelisah dan prihatin tentang dirinya sendiri karena ia semakin bebas dari nafsu keinginan untuk memiliki dan mengontrol emosinya sehingga ia sanggup untuk memenuhi kewajiban dan tanggung jawab yang menantangnya. Dalam tradisi kerohanian barat sepi ing pamrih juga disebutkan sebagai upaya pemurnian hati yang mebuat kita sanggup untuk mengejar apa yang memang kita rencanakan tanpa dibelokkan. Kita tidak boleh membiarkan diri kita bergitu saja digerakkan oleh oleh nafsu nafsu , emosi emosi, perasaan perasaan, melainkan semua dorongan itu dapat diatur sehingga mendukung dan tidak mengacaukan sikap tanggung jawab kita. Tujuan pemurnian hati adalah kemurnian sikap dasar agar kita menjadi manusia yang lebih baik tanpa kepalsuan sampai ke akar akar kepribadian. Orang yang murni daya penilaiannyapun menjadi jernih sehingga ia sanggup melihat kewajiban dan tanggun jawabnya dengan lebih tepat daripada orang lain yang mata hatinya masih digelapkan oleh kepentingan pribadi.

2. Rasa Rasa dapat membantu kita untuk mengerti ke arah mana kita harus berusaha, mendengar suara hati, dan untuk mengarahkan diri pada yang betul betul bernilai dan bertanggung jawab sebagai manusia. Rasa merupakan kemampuan untuk merasakan segala dimensi hidup dari perasaan jasmani indrawi, melalui penghayatan suatu hubungan interpersonal sampai pada kesadaran batin akan kenyataan yang sebenarnya. Rasa menunjukkan kedalam kepribadian pada diri seseorang, rasa dangkal menunjukkan pada kepribadian yang dangkal dan kacau jiwanya, sedangkan rasa yang mendalam menunjukkan bahwa orang tersebut telah sampai pada dimensi realitas yang sebenarnya, sanggup bertindak dengan melihat pada tanggung jawabnya. Dari rasa yang tepat dengan sendirinya mengalir sikap yang tepat terhadap hidup, terhadap masyarakat, dan terhadap kewajiban serta tanggung jawabnya. Jadi rasa adalah sikap moral dasar seseorang. PENENTUAN DIRI MANUSIA 1. Keputusan sehari hari Dalam keseharian diri kita sering kali dihadapkan dalam berbagai masalah yang memerlukan keputusan kita dalam pemecahannya. Ini adalah suatu kesempatan. Melatih kemampuan memecahkan masalah dan keberanian mengambil keputusan merupakan modal yang baik untuk menghadapi segala persoalan kehidupan seseorang. Pengambilan keputusan adalah saat dimana pikiran kita memutuskan sesuatu dan meski pada akhirnya kita tidak membuat keputusan, berarti kita telah mengambil keputusan yaitu tidak mengambil keputusan tersebut. Penyebab kita harus

membuat suatu keputusan adalah karena kita selalu dihadapkan pada perubahan, sehingga kita dituntut untuk member respon terhadap perubahan itu atau memprakarsai perubahan itu. Terkadang dalam menentukan keputusan, kita tidak selalu menjadi diri sendiri. Karena ada kalanya saat kita memutuskan sesuatu ternyata bertentangan dengan moral. Maka kesimpulannya, keputusan yang kita ambil merupakan penentuan sikap kita dan kepribadian kita. Karena walaupun setia keputusan sendiri ditiadakan, namun disetiap keputusan itu , inti kepribadian kita kena juga.

2. Sikap dasar Walaupun semua sikap yang kita ambil agak dangkal, namun itu tidak berarti bahwa inti kepribadian kita tidak ditentukan olehnya. Kepribadian kita terbentuk dari kerjadian kejadian dan penentuan penentuan sikap kita sehari hari. Setiap keputusan dan sikap yang kita ambil merupakan langkah kecil dalam pembiasaan kita. Lama kelamaan kita semakin biasa mengambil sikap kearah yang sama. Setiap keputusan kecil menambah menciptakan suatu suasana atau kecondongan kita kearah tertentu. Semakin tegas kita mengambil sikap sikap yang baik, semakin arah dasar hidup kita terwujud dan semakin mudah kita mengambil sikap sikap baik selanjutnya. Namun, sikap dasar itu tidak seratus persen, sama seperti keputusan yang kita ambil, tidak seratus persen. Kita tak dapat mengambil keputusan dan sikap yang untuk selama lamanya dan seutuhnya menentukan kita, tidak mengherankan. Suara Hati dan Super Ego 1. Pengertian Super ego Ego adalah pusat kesadaran kita, sedangkan Super Ego adalah perasaan bersalah yang kita rasakan apabila kita melakukan hal hal yang terlarang. Perasaan bersalah itu datang dengan otomatis, tanpa dipertimbangkan dahulu. Setiap orang tidak dapat membangun super ego, tetapi bagaimana bentuk super ego tersebut tergantung pada pendidikannya sewaktu orang itu masih kecil sekali.

2. Hubungan suara hati dan super ego Suara hati merupakan kesadaran akan kewajiban dalam situasi konkret, yang sering disadari sebagai kewajiban yg bertentangan dengan teguran super ego kita. Suara hati tidak sama dengan perasaan bersalah. Seringkali hal yang kita lakukan berdasarkan suara hati menimbulkan perasaan bersalah. Suara hati tidak terikat oleh prinsip prinsip moral dasar yang dalam situasi berbeda dapat menuntut tindakan yang berbeda juga dan suara hati membuat kita bertindak sesuai dengan tanggung jawab. Sedangkan super ego, tidak mempedulikan tindakan dari segi tanggung jawab melainkan hanya mengulang ulang norma norma yg pernah dibatinkan tanpa mempertanyakan

apakah norma tersebut masih tepat atau sesuai dgn kasus yang dihadapi. Jadi, terkadang kita harus lebih memilih suara hati dan menentang super ego kita.

3. Kesadaran moral yang dewasa Kesadaran moral yang dewasa adl kesadaran moral yang ditentukan oleh kesadaran nilai ego. Apakah orang dapat mencapai kesadaran dewasa ini tidak hanya tergantung pada bakatnya melainkan juga pada pendidikannya. Ciri orang yang memiliki kesadaran moral dewasa yaitu orang yang super ego nya selalu menyesuaikan diri dengan apa yang dinilainya sebagai tepat, orang yang selalu terbuka terhadap hal baru dan yang akan bertindak berdasarkan tanggung jawab yang nyata.

You might also like