You are on page 1of 36

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

BUDIDAYA TANAMAN JERUK KEPROK/SIAM

BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id

DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ........................................................................ 2 a. Latar Belakang .................................................................................................. 2 b. Tujuan .................................................................................................................. 3 2. Kemitraan Terpadu ............................................................... 4 a. Organisasi ........................................................................................................... 4 b. Pola Kerjasama ................................................................................................. 6 c. Penyiapan Proyek ............................................................................................. 7 d. Mekanisme Proyek .......................................................................................... 8 e. Perjanjian Kerjasama ..................................................................................... 9 3. Aspek Pemasaran ............................................................... 11 a. Konsumsi ........................................................................................................... 11 b. Permintaan/Harga ......................................................................................... 13 c. Distribusi dan Pemasaran ........................................................................... 14 4. Aspek Produksi ................................................................... 16 a. Kesesuaian Lahan .......................................................................................... 16 b. Sarana dan Prasarana.................................................................................. 16 c. Penanaman ....................................................................................................... 18 d. Pemeliharaan ................................................................................................... 19 e. Pengelolaan Panen dan Pasca Panen ..................................................... 22 5. Aspek Keuangan ................................................................. 25 a. Kebutuhan Biaya Investasi ........................................................................ 25 b. Kredit/Finansial ............................................................................................... 27 6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan ................. 29 a. Aspek Sosial Ekonomi .................................................................................. 29 b. Dampak Lingkungan ..................................................................................... 30 7. Penutup .............................................................................. 32 a. PKT Unggulan .................................................................................................. 32 b. Titik Kritis .......................................................................................................... 34 LAMPIRAN .............................................................................. 35

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan/permintaan akan buah jeruk manis segar, Indonesia di samping mengupayakan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dari hasil propduksi dalam negeri, tetapi juga sampai dengan batasbatas tertentu masih harus mendatangkan jeruk dari luar negeri. Pertumbuhan permintaan terhadap jeruk manis segar disamping sangat diperoleh oleh peningkatan pendapatan perkapita (sebagai dampak keberhasilan pembangunan), harga buah-buahan lain ditingkat konsumen secara langsung juga karena dipengaruhi oleh asing dan pertumbuhan kepariwisataan. Perubahan perilaku masyarakat untuk mendapatkan buah segar yang bermutu, menyebabkan impor jeruk masih terus naik, pada tahun 1990 hanya sejumlah 178,53 ton dengan nilai US$ 217.70, tetapi pada tahun 1996 impor tersebut melonjak s/d 14.952.32 ton dengan nilai sebesar US$ 8.739.62. Bahkan impor jeruk yang tertinggi terjadi pada tahun 1994 sebesar 18.447.22 ton dengan nilai sebesar US$ 11.411.73. Kecenderungan meningkatnya impor buah jeruk segar tersebut telah mendorong pemerintah untuk membatasi impor. Sejalan dengan itu telah dilaksanakan pula kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan produksi/ produktivitas aneka ragam buah-buahan asli Indonesia. Peningkatan produksi dalam negeri yang diharapkan mampu memicu penawaran, dan dapat menciptakan perbaikan kondisi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Indikatornya adalah bahwa pilihan konsumen terhadap buah-buahan segar yang ada semakin beragam dengan mutu yang semakin baik, serta dengan tingkat harga yang masih dapat dijangkau oleh daya beli sebagian besar masyarakat. Sehubungan dengan itu, dorongan pemerintah agar Indonesia mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan akan buah dari produksinya sendiri, yang sekaligus dengan maksud untuk mengurangi pembelanjaan devisa guna mendatangkan buah-buahan dari luar negeri, merupakan kesempatan yang sangat strategis bagi upaya-upaya domestik. Tercapainya tujuan tersebut dapat memberikan dampak ganda yang sangat relevan dengan kondisi perekonomian saat ini, yaitu tumbuhnya minat untuk meningkatkan produksi buah-buahan dalam negeri, tumbuhnya subsektor perekonomian lainnya yang terkait dengan upaya disisi hulu produksi dan sisi hilir subsektor buahbuahan yang dimaksud. Khususnya untuk buah jeruk manis siam, perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap buah-buahan untuk meningkatkan peranan ekonomi buah jeruk sangat erat kaitannya dengan maksud di atas. Maksud untuk meningkatkan peranan buah jeruk guna memenuhi permintaan buah tropis di dalam negeri maupun untuk upaya pemasaran global (sustitusi dan ekspor) tidak lepas dari kondisi yang kondusif saat-saat ini. Di samping untuk perbaikan kondisi perekonomian masyarakat kecil juga
Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

untuk menempatkan Indonesia dalam posisi yang sangat kuat pada situasi global. Sehubungan dengan itu, upaya untuk mencari pola yang mampu meningkatkan peranan berbagai pihak yang terkait dengan subsektor buah jeruk manis siam, yang antara lain terdiri dari unsur/lembaga keuangan (bank), sektor riil (swasta, BUMN, Koperasi) dan sektor pemerintahan, harus secara paralel terdorong untuk memicu keberhasilan peningkatan produktivitas buah jeruk. Upaya yang dipandang sangat cocok untuk dapat menampung peranan positif dan pro aktif unsur-unsur yang dimaksud, adalah dengan mengembangkan proyek peningkatan produktivitas buah jeruk melalui pola/pendekatan pengembangan yang relatif dapat diterima, aman dan diminati oleh unsur-unsur dimaksud. Dalam rangka itu serta membantu mengembangkan usaha kecil khususnya dalam pengembangan tanaman jeruk, Bank Indonesia/Urusan Kredit menyusun suatu laporan kajian melalui pendekatan yang dikenal dengan Pola Kemitraan terpadu. b. Tujuan Tujuan utama dari penyajian Laporan Model Kelayakan PKT "Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam" ini adalah untuk : 1. Menyediakan suatu referensi bagi perbankan tentang kelayakan budidaya ta-namanan jeruk siam bilamana ditinjau dari segi-segi : (i) prospek atau kelayakan pasar/pemasarannya, (ii) segi kelayakan budidayanya yang dilak-sanakan dengan penerapan teknologi maju, (iii) segi kelayakan keungan terutama bilamana sebagian dari biaya yang diperlukan akan dibiayai oleh bank dan (iv) dari segi pengorganisasian pelaksanaan proyeknya yang dapat menjamin lancarnya pelaksanaan proyek dan menjamin keuntungan bagi semua unsur yang ikut serta dalam pelaksanaan proyek. 2. Dengan referensi kelayakan tersebut, diharapkan perbankan dapat mereplikasikan pelaksanaan proyek di daerah-daerah/lokasi yang sesuai/cocok dengan kajian kelayakan yang dimaksud. Dengan demikian tujuan dalam pengembangan usaha kecil melalui peningkatan mutu budidaya tanaman jeruk tercapai sasarannya, yang ditempuh melalui peningkatan realisasi kredit yang cocok untuk usaha kecil, meningkatkan keamanan pelaksanaan kreditnya, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani buah jeruk.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

2. Kemitraan Terpadu
a. Organisasi Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA. Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra. 1. Petani Plasma Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal. Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha. Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

2. Koperasi Para petani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan. 3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil. Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti. Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan. Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

4. Bank Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun. Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar. Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank. b. Pola Kerjasama Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu : a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/ Pengolahan Eksportir.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra. b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/ eksportir.

Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi. c. Penyiapan Proyek Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, dari: sebaiknya dan dalam keberhasilan, minimal Kalau PKT ini akan perintisannya dimulai

1. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha; 2. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya; 3. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil; 4. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent); 5. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda); 6. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan. d. Mekanisme Proyek Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih. e. Perjanjian Kerjasama Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut : 1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti) a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil; b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen untuk mencapai mutu yang tinggi; d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma. 2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya; b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pascapanen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan; d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit; e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit; f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra; dan g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

10

3. Aspek Pemasaran
a. Konsumsi Impor Jeruk Sekalipun secara geografis jeruk terdapat di semua propinsi di Indonesia, tetapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih harus impor. Kecendungan impor jeruk tersebut dapat diikuti dalam Gambar 2.1. berikut.

Dari gambar di atas dapat diikuti bahwa impor yang dimulai pada tahun 1990 terus meningkat sampai dengan tahun1994. Kemudian terus menurun sampai dengan tahun 1996. Menurunnya impor jeruk segar tersebut merupakan dampak dari kebijakan pemerintah dalam membatasi pembelanjaan devisa untuk impor buah-buahan. Produksi Dalam Negeri Permintaan terhadap buah jeruk di samping dapat dipenuhi dari jeruk impor, juga dipenuhi dari produksi dalam negeri. Produksi jeruk secara nasional pada tahun 1995 sebesar 1.004.631 ton. Produksi tertinggi dicapai oleh Sulawesi (33,17%), kemudian diikuti secara berturut-turut oleh Jawa (25,33%), Kalimantan (23,66%), Sumatra (15,31%) dan kepulauan lainnya sebesar 5,53 persen. Pada tahun 1996 telah terjadi penurunan produksi yang secara nasional menjadi sebesar 793.810 ton. Penurunan produksi tersebut diduga disebabkan karena iklim kemarau yang relatif panjang dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Gambaran perkembangan luas panen, total

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

11

produksi dan perkiraan produktivitas tanaman jeruk di Indonesia dapat diikuti dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jeruk Tahun 1990 1995 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 Luas Panen (Ha) 50.217 60.620 53.190 36.910 61.402 46.036 Produksi Produktivitas (Ton) (Kw/ha) 253.661 51 353.011 58 395.734 68 260.341 71 393.427 64 1.004.632 218 Sumber : Deptan RI 1997

Peluang Ekspor Menggunakan besaran konsumsi perkapita sebesar 0.017 Kg per minggu pada tahun 1990 dan 0,050 Kg per minggu pada tahun 1996, maka konsumsi jeruk penduduk Indonesia naik dari 3,047,25 ton pada tahun 1990 menjadi 9.917,15 pada tahun 1996. Sedangkan proyeksi kebutuhan jeruk untuk pusat konsumsi nasional (Jakarta) sampai dengan tahun 2000 dapat disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2. Perkiraan Permintaan dan Konsumsi Buah di Indonesia Total Buah Konsumsi Jeruk Populasi 10% dari Total Konsumsi/ Total Penduduk Buah Kapita Konsumsi (Juta) (Ribu ton) (Kg) (Ribu ton) 200.000 36,76 7.352.00 735,20 213.000 36,76 7.829.88 782,99 227.000 45,70 10.373.90 1.037,39 240.000 57,92 13.900.80 1.390,08 254.000 78,74 19.999.96 2.000,00 Sumber : Desain dan Analisis Investasi Agribisnis Jeruk, IPB 1998

Tahun 1998 2000 2005 2010 2015

Peluang pasar domestik lebih menitik beratkan untuk keperluan konsumsi rumah tangga, supermarket, hotel dan restoran serta industri olahan. Untuk konsumsi rumah tangga dan restoran pada tahun 1996 mencapai 9.917,15 ton per minggu. Konsumsi ini akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan anjuran FAO, untuk memenuhi

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

12

kebutuhan buah-buahan per kapita pertahun minimal 60 Kg. Atas dasar anjuran FAO tersebut maka konsumsi buah-buahan di Indonesia masih sangat rendah yakni hanya 27,2 Kg perkapita per tahun. b. Permintaan/Harga Kecenderungan Permintaan Menggunakan besaran konsumsi perkapita sebesar 0.017 Kg per minggu pada tahun 1990 dan 0,050 Kg per minggu pada tahun 1996, maka konsumsi jeruk penduduk Indonesia naik dari 3,047,25 ton pada tahun 1990 menjadi 9.917,15 pada tahun 1996. Sedangkan proyeksi kebutuhan jeruk untuk pusat konsumsi nasional (Jakarta) sampai dengan tahun 2000 dapat disajikan dalam Tabel 2.2. Peluang pasar domestik lebih menitik beratkan untuk keperluan konsumsi rumah tangga, supermarket, hotel dan restoran serta industri olahan. Untuk konsumsi rumah tangga dan restoran pada tahun 1996 mencapai 9.917,15 ton per minggu. Konsumsi ini akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan anjuran FAO, untuk memenuhi kebutuhan buah-buahan per kapita pertahun minimal 60 Kg. Atas dasar anjuran FAO tersebut maka konsumsi buah-buahan di Indonesia masih sangat rendah yakni hanya 27,2 Kg perkapita per tahun. Peluang Ekspor Indonesia berpotensi dan berpeluang untuk melakukan ekspor komoditas buah-buahan tropis seperti buah mangga, nanas, manggis dan jeruk. Ekspor jeruk mengalami perkembangan perkembangan yang cukup menggembirakan di era tahun delapan puluhan. Pada tahun sembilan puluhan mengalami penurunan yang sangat drastis, penurunan ekspor tersebut sebagai akibat adanya penyakit CVPD yang menyerang sebagian besar tanaman jeruk di sentra-sentra produksi di Indonesia. Secara garis besar terdapat tiga kawasan yang berpotensi untuk pemasaran buah-buahan tropis yakni : 1. Kawasan Eropa yang terdiri dari Jerman, Perancis, Inggris dan Benelux yang mampu menyerap 58% dari pasaran Dunia. 2. Kawasan Amerika yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada yang menyerap 10,2% dari pasaran dunia. 3. Kawasan Asia Pasifik yang terdiri dari Jepang, Hongkong, Singapura dan Australia yang menyerap 9,3% dari pasaran dunia. Andil Indonesia sebagai salah satu negara pemasok buah-buahan tropis segar dunia masih sangat kecil yakni kurang dari satu persen pasokan dunia. Kecilnyapasokan Indonesia terhadap pasaran dunia buah-buahan akibat kemampuan suplai terbatas dan tidak kontinyu serta kualitas produksi yang masih rendah.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

13

Penetapan Harga Harga jual jeruk ditetapkan berdasarkan pola kemitraan usaha yang closed system, dimana petani peserta proyek/plasma diharuskan menjual hasil produksi jeruk kepada pihak inti (mitra) dengan harga yang disepakati melalui nota kesepakatan/perjanjian kerjasama dengan berpedoman pada harga pasar dan atau perpatokan pada biaya produksi ditambah keuntungan petani sebesar 10% dari biaya produksi. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar margin pasar yang dapat dinikmati oleh petani, yang selama ini hanya menikmati 22 - 29% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Margin pemasaran untuk tataniaga jeruk antar pulau dengan kasus dari sentra produksi Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel 2.3. Untuk jeruk hasil produksi di lahan basah (dataran rendah) harga jual ditingkat petani yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam aspek keuangan dibedakan atas 3 grade yaitu grade A Rp 2.100 per Kg, grade B Rp 2.000 per Kg dan grade C Rp 1.250. untuk analisis keuangan harga jeruk dataran tinggi diasumsikan rata-rata sebesar Rp 1.300 per Kg. c. Distribusi dan Pemasaran Saluran distribusi buah jeruk yang dihasilkan dari perkebunan/budidaya rakyat adalah sebagai berikut :

Dari ketiga saluran distribusi yang ada, pola kedua yakni dari produsen (petani) ke pengumpul kecil lalu ke konsumen akhir, merupakan pola yang dominan terjadi di Kawasan Timur Indonesia. Sedangkan untuk kawasan tengah dan barat Indonesia pola ketigayakni produsen (petani), pedagang pengumpul kecil ke pedagang pengecer lalu konsumen akhir. Dalam kajian ini saluran distribusi yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

14

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

15

4. Aspek Produksi
a. Kesesuaian Lahan Elevasi Jeruk dapat tumbuh di dataran rendah (lahan basah) dan datarn tinggi. Jeruk dapat tumbuh dengan baik pada elevasi 800-1500 meter dpl. Pada ketinggian di atas 900 m dpl rasanya asam. Namun jenis jeruk siam tertentu seperti jeruk tebas tumbuh dengan baik di kalimantan pada elevasi 100 m dpl. Kondisi Tanah Kebun jeruk tidak boleh tertutup oleh genangan air. Karenanya kebun jeruk untuk lahan basah perlu dibuat drainase.Untukdaerah pasang surut dibuat baluran (bedengan) dengan ukuran tinggi 0,5 meter dan lebar 3 meter dan panjangnya menurut petakan lahan. Setiap 1 Hal lahan dengan sistem bedengan dapat ditanami jeruk sebanyak 278 pohon. Di areal sawah bisa ditanami jeruk dengan cara membuat gundukan seluas 1 m2 dengan tinggi 50 - 60 cm. pH tanah yang sesuai adalah 5 - 7,5 dan pH maksimum 6. Dalam kajian ini diasumsikan bahwa untuk lahan basah berlokasi di Kalimantan yang dapat di tanam jeruk siam sebnyak 364 pohon per Ha. Sedangkan untuk lahan dataran tinggi berlokasi di Jawa dan Sumatra yang ditanami 500 pohon per Ha. Iklim dan Curah Daerah-daerah di dunia tempat tumbuh jeruk adalah daerah tropis dan subtropis, 35 derajat lintang selatan dan 35 derajat lintang utara. Curah hujan yang baik antara 1.270 mm - 1.900 mm per tahun. Selama musim kering selama tiga bulan curah hujan diharapkan tetap ada sekitar 100 mm. Kelembaban udara 70 - 80%. Air tanah: terdapat pada kedalaman 50 cm pada musim hujan dan 1,5 m pada musim kemarau. Penyinaran matahari 50 - 60%. b. Sarana dan Prasarana Prasarana Untuk perkebunan jeruk memerlukan prasarana sebagai berikut : 1. Jaringan Irigasi

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

16

2. Embung. Yaitu tempat-tempat penampungan air alami yang dibuat di dalam kebun dan akan digunakan sebagai sumber air irigasi. Sumber air dari saluran drainase dan limpasan daerah sekitar. 3. Saluran drainase. Diperlukan untuk mempercepat pengaliran air pada sat hujan deras atau untuk mengalirkan genangan air pada lahan basah. 4. Bangunan kebun diperlukan pada zona penerimaan, pelayanan, dan penanganan pasca panen. 5. Jaringan jalan. Untuk menghubungkan antar bagian-bagian kebun maupun antar kebun dengan luar. 6. Pembuatan sumur bor untuk lahan dataran tinggi. Sarana Sarana produksi dan pra-produksi. Sarana yang diperlukan untuk produksi jeruk meliputi : 1. Peralatan berkebun seperti cangkul, kored, garpu, sekop, gerobak dorong, dan keranjang. 2. Pupuk seperti Urea, TSP, KCL, pupuk daun, pupuk mikro, dan pupuk kandang. 3. Kapur pertanian. 4. Pestisida, insektisida untuk penanggulangan serangan hama, fungisida untuk pengendalian fungsi fatogen, herbisida untuk pengendalian gulma dan sebagainya. 5. Pompa air, seprayer, dan gunting stek. Sarana pasca panen, meliputi : 1. Sarana angkutan hasil dari kebun ke pasar 2. Unit pengolahan hasil 3. Unit penanganan jeruk buah segar (JBS). Pengadaan Bibit Bibit tanaman jeruk diperoleh dari pembelian bibit di penangkaran bibit yang telah mendapat sertifikat. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan buah jeruk keprok/siam bermutu tinggi. Pembukaan Lahan Pembukaan lahan hutan sekunder/belukar dengan menggunakan chain saw dan peralatan lain dibantu dengan penggunaan herbisida. Pengolahan Tanah

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

17

Pengolahan tanah dilakukan sebagai persiapan tanam maupun sebagai pemeliharaan tanaman. Sebagai persiapan tanam, pengolahan lahan dilakukan sebagai usaha membersihkan tanah, menghancurkan akar-akar lama dan membentuk permukaan tanah menurut berbagai pola yang dikehendaki seprti guludan dan saluran air. Selain itu juga dilakukan pengajiran untuk menentukan letak tanaman dan membuat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Sebagai pemeliharaan tanaman, pengolahan lahan/tanah dilakukan setiap kali setelah panen sebelum pemangkasan pengaturan pertumbuhan. Tujuan pengolahan tanah ini adalah untuk menggemburkan tanah dan sekaligus memberikan pupuk kandang dan pemupukan lainnya. c. Penanaman Jarak tanam yang digunakan bervariasi dari satu lokasi yang lainnya. Kebun jeruk di dataran rendah (lahan basah) jarak tanamnya relatif lebih jarang dibanding kebun jeruk di dataran tinggi, karena 40% dari lahan basah terpakai untuk keper-luan pembuatan drainase dan pembuatan jalan. Di Jawa biasa digunakan jarak tanam 7 x 7 meter atau 8 x 8 meter. Tetapi jarak tanam yang dianjurkan untuk jeruk keprok adalah 6 x 6 meter. Jarak tanam yang lebih besar umumnya tidak memberi pengaruh terhadap tanaman kecuali rendahnya populasi tanaman per hektarnya. Jika usaha perkebunan jeruk dirancang untuk periode 10 tahun maka cukup menggunakan jarak tanam yang pendek misalnya 5 x 5 meter. Jika umur lebih dari 10 tahun produksi masih baik dan jika kebun masih dipertahankan sebaiknya dilakukan penjarangan dengan menebang pohon-pohon yang kurang produktif. Dengan jarak tanam 5 x 5 meter maka dalam 1 hektar akan terdapat 400 pohon. Sebelum penanaman, lubang tanam yang sudah dibuat diisi dengan pupuk kandang/kompos yang dicampur tanah lapisan atas. Dalam MK PKT ini diasumsi jarak tanam jeruk dataran rendah 5,2 x 5,2 m atau 364 batang pohon perhektar. Sedangkan di dataran tinggi 5 x 4 m atau 500 pohon per hektar. Penanaman Cash Crop Tanaman jeruk baru menghasilkan setelah umur 3 - 4 tahun dan puncak produksi pada umur tahun ke 8-9. Untuk perhitungan IDC (interest during construction) atas pemberian kredit digunakan grace period 3 tahun. Karenanya sebelum Tanaman Menghasilkan (TM) untuk optimalisasi pemanfaatan lahan dapat ditanami dengan cabe, padi gogo, kacang tanah, dan kedelai. Diperkirakan 0,5 luasan lahan dapat digunakan untuk tanaman casg crop.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

18

d. Pemeliharaan Rangkaian kegiatan pemeliharaan mulai dari penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pembuatan tiang penyangga, penjarangan buah dan pemberantasan hama dan penyakit. Kegiatan pemeliharaan ini merupakan kegiatan utama dalam perkebunan jeruk. Penyiangan Penyiangan dimaksudkan agar pohon jeruk tumbuh tanpa gangguan yang berarti baik gangguan gulma/peredu, benalu maupun tanaman liar lainnya. Pembersihan atau penyiangan paling tidak harus dilakukan dua kali dalam satu tahun, diantaranya satu kali bersamaan dengan pemupukan, lainnya menjelang panen. Dengan penyiangan yang baik diharapkan pupuk yang diberikan efektif termanfaatkan untuk pohon jeruk. Pemupukan Pupuk yang diperlukan secara teoritis adalah pupuk organik berupa pupuk kandang dan pupuk anorganikyang terdiri dari pupuk urea, TSP/SP36 dan KCL. Semua pupuk diberikan secara berimbang agar maksud dari pemupukan tercapai yakni mendorong pertumbuhan tanaman, menjaga dari serangan hama dan penyakit dan menjaga tingkat kesuburan tanah. Kebutuhan pupuk per tahun per pohon umumnya adalah seperti pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Kebutuhan Pupuk Per Pohon Menurut Umur Pohon Jeruk Umur Pupuk Urea Tanaman Kandang (gram) (Tahun) (Kaleng/thn) Saat 3 0 tanam 1 34 200 300 2 4 300 400 3 6 400 500 4 8 500 600 5 10 600 800 6 14 800 1000 7 16 1000 1200 8 18 1200 1400 9 - dst 20 1400 - 1600 Sumber : Penebar Swadaya, Jakarta TSP (gram) 0 100 250 150 200 200 250 200 300 300 400 400 500 500 600 600 700 600 - 800 KCL (gram) 0 100 200 150 200 200 250 200 300 300 400 400 500 500 600 600 700 600 800

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

19

Pemberian pupuk kandang dilakukan pada permulaan musim hujan, diujung batas lingkaran pohon dengan ujung daun (dekat akar rambut), sebaiknya dengan menggali lingkaran sedalam lebih kurang 30 cm dengan lebar 20 cm. Pupuk setelah dicampur dimasukan ke dalam lubang galian kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan pertama dilaku-kan dengan menggabungkan semua pupuk kandang dengan pupuk urea 1/3 bagian dan bagian TSP dan 1/3 KCL, 1/3 bagian pupuk urea diberikan segera setelah pohon jeruk berbunga dan 1/3 dan TSP dan 2/3 KCl diberikan bilamana buah mulai membesar. Dalam MK PKT ini pemakaian pupuk untuk lahan dataran tinggi lihat Lampiran 1. Pemangkasan Untuk dapat menghasilkan pohon yang baik disamping dilakukan dengan pemberian pupuk juga harus dilakukan pemangkasan yang baik. Pemangkasan sampai umur tanaman tiga tahun dimaksudkan untuk pembentukan cabang dan ranting yang baik, dengan cara menseleksi cabang dan ranting yang ada dan memilih yang sehat dan kuat. Setelah berumur tiga tahun lebih,kegiatan pemangkasan ini dilakukan pada setiap awal musim hujan. Sedangkan pemangkasan pucuk untuk mendapatkan buah yang lebih bagus, pemangkasan puncuk dilakukan pada akhir musim hujan, dengan harapan pohon akan berbunga pada musim kemarau. Pohon yang berbunga pada musim kemarau akan menghasilkan buah lebih banyak karena perpindahan serbuk sari tidak mengalami gangguan. Dan sebaliknya bila pucuk dipangkas pada musim kemarau pohon akan berbunga pada musim hujan berikutnya. Karena berbunga pada musim hujan umumnya bunga akan gugur, yang akan menngakibatkan rendahnya produksi buah. Penjarangan Buah Jeruk keprok siam cenderung berbuah lebat, kondisi tersebut tidak seluruhnya baik, karena buah yang terlalu lebat akan mempengaruhi hasil produksi akhir, disamping itu buah yang terlalu lebat juga akan mempengaruhi kondisi buah pada musim berikutnya. Bahkan pohon jeruk yang umurnya di bawah 4 tahun, bila berbuah terlalu lebat akan sangat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas pohon jeruk pada masa selanjutnya. Oleh karena itu perlu ada penjarangan buah. Pada masa produksi awal (umur 3 tahun) sebaiknya buah hanya ditinggalkan pada cabang-cabang yang benar-benarkuat dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Buah yang baik adalah buah yang tumbuhnya normal, buah yang posisinya mudah terkena sinar matahari, oleh karena itu buah yang terdapat pada cabang yang terlindungi perlu dijarangkan/dibuang, agar tidak memboroskan energi/unsur hara yang diserap oleh pohon jeruk.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

20

Penyangga Agar pohon jeruk tidak menerima beban terlalu berat dan rusak pada saat berbuah, maka sebaiknya pohon jeruk diberi tiang penyangga yang terbuat dari kayu atau bambu. Penyangga sebaiknya dibuat persegi empat sesuai dengan lingkaran dahan yang harus disangga. Artinya semakin besar pohon maka semakin besar pula penyangga yang diperlukan. Pembuatan penyangga ini tentunya memerlukan biaya, namun karena pembuatannya bisa dilakukan secara bertahap dapat dipenuhi dari bahan yang terdapat disekitar petani, tentu biaya yang diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja saja. Namun bila bahan yang akan digunakan untuk penyangga harus dibeli tentunya ada tambahan biaya bahan penyangga. Pengendalian Hama Dan Penyakit Pohon jeruk termasuk tanaman yang rawan terhadap serangan hama dan penyakit. Ada banyak jenis hama yang suka menyerang pohon jeruk, mulai dari hama perusak daun dan ranting berupa tungau, ulat tanah yang menyerang akar dan ada ulat dan belalang yang dapat merusak buah atau kembang. Semua serangan hama dan penyakit dapat dielimenir dengan melakukan pengamatan yang terus menerus terhadap pohon jeruk atau dengan pencegahan dini dengan menggunakan fungisida dan insektisida. Kebutuhan fungsida dan pestisida untuk lahan dataran tinggi lihat Lampiran 6.B. Secara umum, beberapa cara pengendalian organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat dipadukan adalah : 1. Cara budidaya, yang meliputi ketahanan varietas, penghancuran tanaman yang terserang dan menjadi sumber penyakit, tanaman pinggir yang berfungsi sebagai perangkap hama dan sekaligus menjadi tempat berkembangnya musuh alami, sanitasi, pengairan dan drainase yang baik dan pemupukan yang sesuai. 2. Cara biologis, dengan memanfaatkan musuh alami yang banyak dapat ditemukan di alam. 3. Cara mekanis, dengan menangkap, menghancurkan OPT secara mekanis. 4. Cara peraturan, yaitu dengan karantina dan peraturan tentang lalu lintas tanaman. 5. Cara kimiawi, cara ini pilihan terakhir dalam pengendalian OPT karena beresiko buruk terhadap keamanan manusia dan kelestarian lingkungan.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

21

e. Pengelolaan Panen dan Pasca Panen Jeruk siam dapat dipanen pada umur 6 - 8 bulan setelah bunganya mekar. Saat panen, ciri-ciri fisik : 1. Kulit buahnya kekuning-kuningan (orange); 2. Buahnya tidak terlalu keras jika dipegang; 3. Bagian bawah buahnya agak empuk dan bila dijentik dengan jari bunyinya tidak nyaring lagi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada panen jeruk siam : 1. Waktu pemetikan hendaknya dilakukan pada saat matahari sudah bersinar dan tidak terdapat lagi sisa embun, sekitar jam 9 pagi sampai sore; 2. Tangkai buah dikerat dengan gunting pangkas sekitar 1 - 2 cm dari buahnya. Tangkai yang terlalu panjang dapat merusak buah lain ketika dimasukkan ke dalam keranjang; 3. Tiap pemetik sebaiknya membawa keranjang atau kantong yang dapat digantungkan di leher sehingga buah jeruk tidak perlu dijatuhkan ke bawah karena buah jeruk bisa rusak; 4. Untuk memetik buah pada cabang yang tinggi sebaiknya digunakan tangga. Dengan cara pemeliharaan yang baik produksi jeruk bisa maksimal baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Umur produktif jeruk bila dipelihara dengan baik bisa mencapai umur 20 tahun, dalam analisa MK PKT ini umur jeruk untuk lahan dataran rendah diproyeksikan sampai umur 20 tahun dan dataran tinggi sampai umur 15, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini. Pemanenan buah jeruk yang baik, satu orang dapat memetik/memanen lebih kurang 50 - 75 kg per hari. Lihat Tabel 3.2.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

22

Tabel.3.2. Produksi buah Jeruk Keprok per pohon di dataran rendah dan Dataran tinggi per tahun menurut umur Produksi Produksi Dataran Dataran Rendah Tinggi (Kg) (buah) 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 30 5 110 60 6 180 80 7 210 100 8 250 135 9 300 125 10 350 100 11 400 100 12 450 90 13 500 70 14 550 60 15 600 50 16 400 0 17 300 0 18 200 0 19 200 0 20 100 0 Sumber : Hasil Survei Konsultan MK-PKT Jeruk Umur Pohon/Tahun Sortasi dan Grading Buah jeruk yang baru datang dari kebun dibersihkan dari sisa obat-obatan dan tanah yang menempel dengan cara dicuci dengan air sabun. Setelah dicuci harus dikeringkan dengan lap kering. Setelah kering buah jeruk yang jelek, rusak, atau busuk dipisahkan dari buah yang berkualitas baik. Proses selanjutnya jeruk dikelompokkan atas kelas-kelas tertentu (grading). Grading untuk buah jeruk siam dikelompokkan atas : Kelas Kelas Kelas Kelas A B C D : : : : buah jeruk berdiameter rata-rata 7,6 cm, sekitar 6 buah per kg berdiameter 6,7, sekitar 8 buah per kg berdiameter 5,9 sekitar 10 buah per kg. berdiameter 5,8 cm, sekitar 12 - 14 buah per kg.

Grading JBS diperlukan untuk kesesuaian harga dalam pemasarannya. Standar mutu jeruk siam dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

23

Tabel 3.3. Standar Mutu Jeruk Siam Kriteria Mutu Syarat Mutu I Syarat Mutu II Kriteria sifat Seragam seragam varietas - Tingkat ketuaan Tua, tetapi tidak Tua, tetapi tidak Terlalu matang Terlalu matang - Kekerasan Keras Cukup Keras - Ukuran Seragam Kurang Seragam Kerusakan 5% 10% Maksimum - Kotoran maksimum Bebas Bebas - Rusak Maksimum 1% 2% Sumber : Penebar Swadaya Patokan pengepakan jeruk siam berdasarkan kelas buah dan pengaturan letaknya dalam peti dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Pengepakan Buah Jeruk Siam Kelas A B C D Diameter Buah cm 7,1 6,1 7,0 5,1 6,0 4,0 5,0 Sumber : Isi Peti Lapisan (Buah) 100 4 100 176 56 176 294 7 294 7 Penebar Swadaya

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

24

5. Aspek Keuangan
a. Kebutuhan Biaya Investasi Pada umumnya tanaman jeruk keprok/siam sudah dapat berproduksi pada tahun ke 3, namun untuk menjaga kualitas dan produktivitas buah, pemanenan buah baru dilakukan pada tahun ke empat, sementara pembungaan pada tahun ke dua dan ketiga dikasrasi. Oleh karena itu dalam pembangunan kebun jeruk keprok di daerah basah memerlukan masa investasi relatif panjang dengan tenggang waktu 3 tahun. Komponen biaya investasi dalam pembangunan perkebunan jeruk, seperti halnya dengan perkebunan lainnya terdiri dari biaya pra operasi, pembukaan lahan dan infrastruktur, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan kebun (tanaman dan ifrastruktur), serta pasca panen yang secara keseluruhan meliputi bahan dan upah tenaga kerja (Lampiran 1 s/d 5). Pembiayaan pra-operasi meliputi persiapan legalitas dan pemilikan lahan, studi kelayakan dan organisasi perkebunan Inti dan Plasma sebesar Rp. 117.000 per hektar. Biaya pembukaan lahan dan infrastruktur meliputi biaya penebangan, tumbang/perun, pembersihan lahan, pembuatan galangan, pembuatan tukungan (bumbunan), pelubangan, pembuatan parit dan pembelian bibit, sebesar Rp. 2.205.268 per ha, dan pembangunan jalan kebun sebesar Rp. 519.314 per ha. Biaya penanaman dan pemeliharaan terdiri dari penanaman jeruk, penanaman cover crop, pemupukan, pelimburan/pelaburan, pencucian pohon, pemberantasan gulma, pemberantasan hama dan penyakit tumbuhan. Biaya panen dan pasca pnen terdiri dari antara lain pemetikan hasil, sortasi dan grading. Pembiayaan tersebut ditambah dengan biaya bunga masa pembangunan. Ringkasan biaya investasi pembangunan kebun jeruk plasma setiap hektar adalah seperti pada Tabel 4.1.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

25

Tabel 4.1. Ringkasan Biaya Investasi Per Hektar Pembangunan Kebun Plasma Jeruk Pola Kemitraan Tahun Ke 0 1 2 3 Jumlah Uraian Bahan & Alat 10.000,0 1.395.810,4 3.970.740,4 5.722.291,4 11.098.842,2 Pembiayaan (Rp) Tng Kerja 107.000,0 1.128.408,5 1.083.506,5 1.232.348,5 3.551.263,5 Lain-lain Jumlah Biaya (Rp)

14.711,0 131.711,0 214.510,2 2.738.729,1 424.502,5 5.478.749,4 582.235,1 7.536.875,0 1.235.958,8 15.886.064,5

Sesuai dengan proporsi penggunaan lahan yang direncanakan untuk tanaman jeruk sebesar 52%, dan untuk tanaman lain sebesar 48%, maka petani mempunyai sumber penerimaan selain dari jeruk juga dapat dari komoditas lain seperti padi atau palawija. Tanaman selain jeruk ini ditanam di gawangan antar galangan jeruk, yang bertujuan untuk memperkecil risiko dan sebagai faktor pengaman pangan bagi peserta plasma kebun jeruk. Namun demikian, dalam analisis ini, biaya dan penerimaan yang diperhitungkan hanya dari komoditas jeruk selaku main crops. Beberapa asumsi harga satuan yang mendasari perhitungan pembangunan kebun plasma jeruk ini adalah seprti pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Asumsi Harga Satuan Beberapa Komponen Utama Dalam Pembangunan Kebun Plasma Jeruk No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Komponen Biaya dan Satuan Bibit siap tanam (btg) Pupuk kandang (truk) Kapur pertanian (Kg) Pupuk daun PPC (Kg) Fungisida (Kg) Insektisida (ltr) Pupuk NPK (Kg) Pupuk PK (mikro) Sprayer (set) Gunting Stek (set) Tenaga kerja (HOK) Biaya / Harga (Rp) 2.500,0 250.000,0 150,0 12.500,0 24.000,0 20.000,0 1.650,0 1.100,0 100.000,0 5.000,0 5.500,0 biaya

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

26

b. Kredit/Finansial Jumlah Kredit Kredit yang diperlukan untuk pembangunan kebun plasma jeruk di lahan basah meliputi komponen biaya investasi dan komponen bunga masa pembangunan kebun (IDC) selama 3 tahun dan 9 bulan. Komponen kredit investasi untuk setiap hektar kebun jeruk di dataran rendah adalah sebesar Rp. 15.886.064 sementara IDC dengan tingkat suku bunga 14% per tahun (KKPA) untuk selama 4 tahun 9 bulan sebesar Rp. 5.431.006. Dengan demikian, jumlah kredit pembangunan kebun plasma jeruk untuk setiap hektar memerlukan kredit sebesar Rp. 21.317.070. Sesuai dengan rencana kegiatan fisik proyek (RKP), pencairan kredit dilakukan secara triwulan, dimana besar kecilnya tergantung dari volume dan unit cost masing-masing kegiatan. Proyeksi Arus Kas Arus yang diukur dari kas defisit dan kas surplus (selisih antara kas masuk dan kas keluar) tahunan usaha kebun plasma jeruk diproyeksikan mulai dari awal tahun kegiatan sampai dengan batas akhir tahun proyek selama 20 tahun. Kas defisit terjadi selama 4 tahun (tahun 0 s/d tahun ke 3) dimana pembangunan kebun jeruk sedang berlangsung dan belum menghasilkan sehingga belum ada penjualan hasil. Kas surplus terjadi mulai dari tahun ke 4 sampai dengan tahun ke 20 (Lampiran 7 : Tabel Arus Kas-Rugi/Laba). Proyeksi Laba/Rugi Proyeksi laba/rugi yang direfleksikan sebagai pendapatan bersih kebun plasma jeruk merupakan ukuran kemampuan proyek untuk menghasilkan uang bagi petani. Dari tahun ke 4 nampak bahwa peserta kebun plasma jeruk sudah memperoleh pendapatan bersih. Hal ini berarti bahwa sejak tahun ke 4, kebun plasma jeruk telah mampu memberikan keuntungan bagi peserta plasma (Tabel Arus Kas-Rugi/Laba). Kelayakan Finansial Beberapa ukuran yang digunakan untuk mengetahui kelayakan finansial kebun plasma jeruk antara lain : Internal Rate of Return (IRR), Return On Sales (ROS), dan Nilai Tambah. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan kebun plasma jeruk keprok/siam secar finansial layak untuk dibiayai dengan parameter seperti pada Tabel 4.3.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

27

Tabel 4.3. Parameter Kelayakan Finansial Pembangunan Kebun Plasma Jeruk Keprok per Hektar No. 1. 2. 3. Parameter Kelayakan Net Present Value Internal Rate of Return (IRR) Laba Bersih Rata-rata Besaran Rp. 21.087.975 26% Rp. 12.200.532

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

28

6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan


a. Aspek Sosial Ekonomi Peningkatan Pendapatan Petani Kecil Pelaksanaan PKT Budidaya Tanaman Jeruk akan memberikan peluang usaha bagi para petani kecil yang berminat memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk berusaha tani tanaman jeruk. Model usaha tani yang dirumuskan dalam MK PKT ini didesain agar petani tersebut mampu menggantungkan sebagian besar dari sumber pendapatan keluarga semata-mata dari hasil panen dan penjualan hasil tanaman jeruknya. Cakupan Sasaran Pelaksanaan Sehubungan dengan itu, maka MK PKT ini dapat dilaksanakan dengan tujuan dan cakupan sasaran pelaksanaan untuk merehabilitasi tanaman yang sudah ada dan yang sudah tidak rpoduktif lagi, lahan intensifikasi dan perluasan tanaman pada lahan baru. Penciptaan dan Pemeliharaan Lapangan Kerja Pelaksanaan PKT ini akan memberi kesempatan bagi para tenaga kerja terampil, tenaga kerja ahli dan tenaga kerja tidak tetap (tenaga kerja kasar), baik yang terkait dengan semua aspek disisi hulu subsektor produksi tanaman jeruk yang dirumuskan dalam PKT ini (disektor penyediaan saprotan, bibit, peralatan dan lain-lain), pada tahapan persiapan dan pelaksanaan PKT ini, tahapan produksi dan operasional proyek serta pada subsektor ekonomi yang berada di sisi hilir subsektor budidaya tanaman jeruk. Subtitusi Buah Impor Keberhasilan peningkatan produksi jeruk dalam negeri sebagai salah satu sasaran MK PKT ini akan membantu pemerintah dalam upaya mengurangai pembelanjaan devisa untuk buah-buahan, sekaligus bilamana ditunjang dengan tata pemasaran/distribusi yang efisien akan mendorong pemenuhan permintaan masyarakat luas secara nasional terhadap buah-buahan segar yang berkualitas baik. Dengan penyajian atas mutu dan harga disetiap tingkat pasar konsumen eceran maka akan memberi kesempatan bagi para konsumen untuk membeli buah-buahan sesuai dengan daya belinya. Menumbuhkan Industri Hilir Menumbuhkan Industri Hilir Pada tahapan dimana buah jeruk dapat disediakan secara berkesinambungan dan pada lokasi pertanaman yang

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

29

relatif menyebar, akan mendorong pula kemungkinan tumbuhnya industri olah lanjut yang menggunakan bahan baku jeruk segar. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dengan kemampuan untuk direplikasi yang relatif besar akan memberikan kesempatan kepada lokasi pengembangan guna menyumbangkan kepada pendapatan asli daerah melalui pajak yang berasal/berhasil ditarik disetiap subsektor ekonomi yang terkait di hulu dan di hulu subsektor budidaya tanaman jeruk. Penataan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Keberhasilan pengembangan tanaman jeruk pada lokasi yang cocok untuk tanaman ini akan membantu pemerintah dalam rangka pengalokasian dan penetapan sumberdaya lahan bagi kepentingan pelestarian pengembangan mata dagangan tertentu termasuk tanaman jeruk, yang mampu memberi kesempatan luas bagi pengusaha yang bergerak dalam subsektor budidaya maupun sebagai subsektor yang membantu pemerintah dalam rangka pengurangan pembelanjaan dan sekaligus peningkatan devisa. Rangsangan Untuk Memperkuat Teknologi Keberhasilan pelaksanaan MK PKT ini untuk meningkatkan pendapatan para petani jeruk, menciptakan dan memelihara lapangan kerja serta mengurangi pembelanjaan devisa negarauntuk mengimpor buah, akan memberikan rangsangan bagi para peneliti secara berkesinambungan untuk terus meneliti dan menciptakan tanaman jedruk yang unggul yaitu varietas jeruk yang tahan virus dan cocok untuk iklim di wilayah-wilayah produksi di Indonesia, rasa buah yang segar ("juicy") serta dengan produktivitas yang tinggi pula. b. Dampak Lingkungan Dampak Terhadap Lingkungan Fisik dan Kimia Pembangunan kebun plasma jeruk dengan hamparan yang luas akan membawa dampak terhadap lingkungan sekitar,baik lingkungan fisik maupun kimia. Dengan berbagai kegiatan yang dilakukan dalam pembangunan kebun antara lain : pembukaan hutan sekunder, penyiapan lahan, dan pembangunan infrasruktur, akan membawa dampak terhadap perubahan fisik lahan dan habitat aslinya. Demikian pula terhadap perubahan kimia, terutama terhadap kesuburan tanah. Terbukanya lahan dalam hamparan luas akan mengakibatkan terjadinya pencucian hara tanah, perubahan pH tanah dan peningkatan terhadap kadar kejenuhan basa (KB). Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, perlakuan terhadap tanah melalui pemberian kapur pertanian, pemupukan dapat

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

30

memperpen-dek positip.

dampak

tersebut

sehingga

berubah

menjadi

dampak

Dampak Terhadap Lingkungan Biota Pembukaan hutan sekunder dan penyiapan lahan tanam akan memberikan dampak yang nyata terhadap lingkungan biota. Struktur dan komposisi komunitas tumbuhan akan berubah secara total. Vegetasi hutan sekunder yang sebelumnya terdiri dari berbagai jenis, umur, dan memiliki struktur dan fungsi yang sesuai dengan keseimbangan ekosistem hutan, dalam jangka pendek akan guncang. Dampak negatif ini akan teratasi dalam waktu singkat dengan adanya pemeliharaan tanaman jeruk secara intensif dan memberikan keseimbangan baru bagi ekosistem wilayah. Dampak penting lainnya akibat dari pembukaan lahan adalah berubahnya ekosistem tertutup menjadi ekosistem terbuka. Siklus hidup organisme peng-ganggu akan terputus, dan kalaupun mampu bertahan hidup, akan memakan apa adanya, atau bahkan akan menyerang tanaman jeruk di kebun plasma. Organisme pengganggu pada umumnya adalah satwa liar yang suka akan habitat terbuka. Dengan demikian, pembukaan lahan diperkirakan justru akan meningkatkan baik jenis maupun populasi dari organisme penganggu. Oleh karena itu dampak negatif ini penting dan harus diwaspadai serta diantisipasi dengan metode pengendalian hama terpadu yang tepat, baik itu secara mekanis maupun secara biologis dan kimiawi. Dampak Terhadap Kesehatan Lingkungan Masyarakat Pada tahap pelaksanaan pembangunan kebun plasma jeruk dan infrastruktur untuk plasma dan Inti, dengan bertambahnya penduduk pendatang baru dan masuknya berbagai peralatan, pasti terjadi dampak terhadap kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi dampak negatif ini, diperlukan kesedian perkebunan Inti menyiapkan berbagai fasilitas umum yang memadai antara lain: sarana dan prasarana pengobatan termasuk tenaga medis dan para medis, sarana dan prasarana pendidikan, serta tempat ibadah yang sesuai. Selain itu, perlu upaya untuk menciptakan lingkungan kehidupan masyarakat yang sehat dan harmonis, sehingga dapat mendorong produktivitas kerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas kebun dan kesejahteraan masyarakat.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

31

7. Penutup
a. PKT Unggulan MK PKT Budidaya Tanaman Jeruk ini diharapkan dapat merupakan salah satu produk pembiayaan yang sangat menguntungkan bagi masyarakat dan dapat membantu perbankan dalam peningkatan kredit yang cocok untuk usaha kecil. Keunggulan MK PKT ini sebagai salah satu kemungkinan produk unggulan perbankan yaitu karena memiliki unsur-unsur keunggulan sebagaimana berikut: Bisnis yang "on line" Seperti yang telah diuraikan dalam Bab VI jelas bahwa Model Kelayakan PKT Budidaya Tanaman Jeruk merupakan kemitraan usaha antara Petani Jeruk Manis yang dalam hal ini didudukkan sebagai petani plasma, dengan Lembaga Pengumpul (Swasta) yang diposisikan sebagai INTI. Kemitraan dalam tahapan produksi yang disertai dengan jaminan kesinambungan pembelian jeruk segar hasil panen para plasma oleh Usaha Besar, merupakan gambaran keberhasilan skala bisnis yang "on line". Dalam model ini kebutuhan terhadap faktor produksi dan pemasaran produk jeruk manis yang dihasilkan UK dijamin dalam benrtuk "sharing" antara Lembaga Penjaminan Kredit, kemitraan antara petani jeruk dengan lembaga penampung, serta kepastian pembayaran oleh Usaha Besar (INTI). Menghadirkan Kegiatan Pendampingan Untuk menunjang keberhasilan Model Kelayakan PKT ini, Lembaga Pengumpul (UB) menyediakan bantuan teknis yang profesional (bermutu) secara berkesinambungan. Bantuan pendampingan ini dimulai semenjak pelaksanaan pelatihan untuk UK saat rekrutment calon UK yang bersungguhsungguh berkeinginan untuk menjadi petani plasma, dalam tahapan pembangunan fisik, tahapan proses produksi dan penjualan, serta dalam tahapan pengelolaan dana hasil penjualan. Bantuan pendampingan yang dimaksudkan agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan perencanaan, ditujukan untuk kepentingan dan keuntungan UK, Koperasi Primer yang bersangkutan, UB maupun untuk pengamanan kredit Bank. Adanya Jaminan Kesinambungan Pasar Kelancaran pemasaran hasil produksi Model Kelayakan PKT Budidaya Tanaman Jeruk ini dijamin sepenuhnya dalam bentuk "sharing" seperti yang telah diuraikan dalam Bab VI. Jaminan pemasran jeruk manis tersebut dilaksanakan oleh UB (INTI).

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

32

Adanya Kemampuan Untuk Memanfaatkan Kredit Berbunga Pasar "Financial Rate of Return (FRR)" yang relatif lebih besar dari bunga kredit bank menyebabkan Model Kelayakan PKT ini layak dilaksanakan dan dikembangkan. Adanya Potensi Penjaminan Kredit Yang Relatif Lengkap Untuk penjaminan pengamanan kredit yang digunakan dalam pelaksanaan Model Kelayakan PKT ini, dapat diikutsertakan berperannya : 1. Lembaga penjaminan kredit. 2. Kegiatan kelompok guna mengembangkan tabungan dan pemupukan modal yang dikaitkan dengan kredit. Pengembangan tabungan sebagai salah satu alat pengamanan kredit, dapat dikaitkan dengan besarnya potensi hasil analisa "net csh flow" maupun Laba - Rugi. Proses Pemanfaatan dan Penggunaan Kredit Yang Aman Model Kelayakan ini merumuskan mekanisme pencairan dan peng-gunaan atas dana kredit yang disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan proyek. Cash Flow Sebagai Alat Pengontrol Pengembalian Kredit Pengembalian kredit didasarkan, disesuaikan dan mengacu kepada perkembangan dan kekuatan cash flow. Dengan sistem mengangsur, maka proyek ini memungkinkan para petani plasma akan mampu menghimpun dana sendiri dan lepas dari ketergantungan terhadap kredit. Adanya Potensi Kegiatan Kelompok Yang Berkaitan Dengan Kredit Dengan mendasarkan kepada model yang telah diuraikan di atas, memungkinkan pembentukan kelompok sedini mungkin, yaitu ketika Lembaga Pengumpul (INTI) bersama dengan para petani jeruk dan ketika UK sebagai calon debitur sedang mengikuti pelatihan (sebelum mereka menjadi calon nominatif). Pembentukan dan mengaktifkan kegiatan kelompok tersebut ditujukan antara lain untuk kegiatan simpan - pinjam. Dari sebagian dana simpanan tersebut, secara potensial dapat digunakan sebagai dana untuk membantu proses pengembalian angsuran pokok dan bunga (bilamana diperlukan), atau untuk jenis kegiatan produktif lainnya. Transparansi Pada Setiap Tahapan Pelaksanaan Proyek Dengan mengikutsertakan UK sejak sedini mungkin dalam perencana- an dan pelaksanaan proyek, akan terbentuk dan tercipta pula aspek transparansi yang sangat diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan proyek dan proses pengkreditannya.

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

33

Daya Replikasi Yang Tinggi Proyek ini mempunyai potensi untuk dikembangkan hampir diseluruh propinsi, khususnya bagi para petani yang mengusahakan lahan yang relatif tidak mendapat jaminan pengairan yang intensif sepanjang tahun, di mana tenaga kerja, dan modal serta program pendampingan relatif mudah disediakan. Dismaping itu, produk yang dihasilkan para petani dapat dipasarkan dengan pola kemitraan seperti yang telah diuraikan dalam Bab VI. Nota Kesepakatan Semua hal yang menggambarkan keunggulan Model Kelayakan PKT Budidaya Tanaman Jeruk ini, dapat dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan

b. Titik Kritis

Program Pendampingan Yang Jelas Sehubungan dengan masih adanya kemungkinan muncul permasalah- an terutama pada saat proyek dan kredit masuk dalam tahapan pelaksanaan dan tahapan mengangsur, maka perlu diusahakan agar UK yang telah direkrut dan merupakan calon nominatif semaksimal mungkin dapat diikutsertakan dalam perencanaan (ide dan pengembangannya) sedini mungkin. Maksud dan tujuan mengikutsertakan mereka sedini mungkin yaitu agar mulai dari proses perencanaan para UK benar-benar dapat memahami perlunya kesungguhan dalam melaksanakan kemitraan. Dengan memahami tentang perlunya kesungguhan dalam melaksanakan proyek sesuai dengan yang diminta oleh persyaratan pasar, teknis dan finansial maka kemitraan akan berjalan secara berkesinambungan. Pemahaman Titik-titik Rawan Dan Transparansi Proses pemahaman terhadap titik-titik rtawan baik yang terdapat dalam pelaksanaan proses pemasaran jeruk manis, penerapan teknologi produksi dan penanganan produksi serta aspek keuangan, perlu didasarkan atas suatu dokumen kesepahaman umum dan atau nota kesepakatan yang rinci dan diuraikan dalam bentuk yang sangat mudah dipahami oleh para UK (anggota plasma).

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

34

LAMPIRAN

Bank Indonesia Budidaya Tanaman Jeruk Keprok/Siam

35

You might also like