You are on page 1of 66

Program Puskesmas dalam Menaggulangi Penyakit Demam Berdarah Henrikus Sejahtera Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Semester 6 Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2011 Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 henrikus_sejahtera@yahoo.com

1. Latar Belakang
penyakit demam berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang semakin luas penyebarannya dan semakin meningkat jumlah kasusnya. Di wilayang DKI Jakarta penyakit DBD menjadi salah satu penyakit yang meresahkan manyarakat, karena mempunyai potensi menimbulkan kematian dan Kejadian Luar Biasa (KLB). 1

2. Epidemiologi
1. Lingkungan a. Fisik Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain Musim

Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD Page 1

terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi. 2

b. Non fisik Sosial Budaya Ekonomi Tingkat pendidikan

2. Frekuensi a. Insidens Angka insiden dirancang untuk mengukur rate pada orang sehat yang menjadi sakit selama suatu perioede waktu tertentu, yaitu jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu populasi selama suatu periode waktu tertentu:

Insiden mengukur kemunculan penyakit, bearti kasus baru. Suatu perubahan pada insiden bearti terdapat suatu perubahan dalam keseimbangan factor-faktor etiologi baik terjadi fliktuasi secara alami maupun kemungkinan adnya penerapan suatu program pencegahn yang efektif. Angka insiden digunakan untuk membuat pernyataan tntang probabilitas atau risiko penyakit. (ukuran mortalitas) Insiden DBD meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6,27 per 100.000 penduduk. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : status imun pejamu, kepadatan vector nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue dn kondisi geografis setempat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi dan 200 kota telah melaporkan adnya kejadian luar biasa (KLB). Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, di luar faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD Page 2

pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas. 3 b. Case Fatality Rate ( CFR )

ukuran ini menggambarkan probabilitas kematian di kalangan kasus yang didiagnosis. CFR untuk penyakit yang sama dapat bervariasi besarnya pada wabah yang berbeda karena keseimbangan antara agen, pejamu dan lingkungan. CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8 % dan tahun 1999 di atas 2%. Jumlah kasus demam berdarah dengue di Indonesia sejak januari sampai mei 2004 mencapai 64.000. Insiden rate 29,7 per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak 724 orang, case fatality rate 1,1 %. (pedomam tatalaksana klinis).4 3. Distribusi a. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah. Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%) Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984. 4 b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun waktu 30 tahun

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD Page 3

sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia. Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya saran transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.2 c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-320C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun. 5 4. Faktor penyebaran4,5 Ada tiga factor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu : Agent (virus dengue) Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus

(Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti ( di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus di daerah pedesaan. Cirri-ciri nyamuk Ades aegypti adalah : Sayap dan badan belang-belang atau bergaris putih Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman, tempat minum burung, dan lain-lain. Jarak terbang 100 m Tahan suhu panas dan kelembapan tinggi

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD Page 4

Reservoir adalah manusia yang sakit ( viremia) Host Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah: a. Umur Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di Gorontalo kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun. b. Jenis kelamin Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan 16 DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan. Lingkungan (environment) Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah: 1. lingkungan fisik a. Letak geografis Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD Page 5

disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain b. Musim Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi. 2. Lingkungan biologis a. Populasi Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat menyebar dengan cepat dalam suatu wilayah. b. Nutrisi Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat. 3. Lingkungan Sosial a. Mobilitas penduduk Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD Page 6

Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue 5. Cara transmisi Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk: Aedes aegepti. Nyamuk tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan demikian orang ini dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada dalam darah manusia selama 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue. Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan) yang kebersihan lingkungannya tidakterjaga, khususnya kebersihan tempat-tempat penampungan air (bak mandi. WC, dsb).6 6. Teknik pencarian kasus DHF 7 Dalam menentukan kebijakan yang diambil dalam proses pemberantasan DBD, harus diadakan penyelidikan epidemiologi (PE) yang tergabung dalam Proses Penanggulangan Fokus terlebih dahulu. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter. Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi dapat dilakukan sebagai berikut : a. Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan wawancara dengan keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita DBD lainnya (sudah ada konfirmasi dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya), dan penderita demam saat itu dalam kurun waktu 1 minggu sebelumnya. b. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan pemeriksaan kulit (petekie) melalui uji tourniquet. Cara melakukan uji Torniquet :

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD Page 7

Uji tourniquet sebagai tanda penadarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptimf test(dugaan keras), oleh karena pada awal perjalanan penyakit 83% kasus DBD mempunyai hasil uji Torniquet positif. Uji tourniquet dinyatakan positif apabila terdapat lebih dari 10 petekie (bintik-bintik merah) pada area 1 inci persegi (2,8 cm x 2,8 cm) di lengan bawah bagian depan termasuk pada lipatan siku. Langkah-langkah uji Torniquet sebagai berikut :
o

Pasang manset anak pada lengan atas (ukuran manset sesuaikan dengan umur anak, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas)

Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik (pada saat kontraksi) dan tekanan diastolik (pada saat relaksasi).

Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik dan diastolic (rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik) selama 5 menit. (bila telah terlihat adanya bintik-bintik merah 10 buah, pembendungan dapat dihentikan).

Lihat pada bagian bawah lengan depan atau daerah lipatan siku, apakah timbul bintik-bintik merah sebagai tanda pendarahan.

Hasil uji tourniquet dinyatakan positif (+), bila ditemukan 10 bintik pendarahan, pada luas 1 inci persegi (2,8 cm2)

c. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan tempattempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik di dalam maupun di luar rumah/bangunan.

3.

Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas


a. Penyakit penyakit menular (P2M)

Demam Berdarah ( Dengue Haemorrhagic Fever ) 1. Pengertian Demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever = DHF) ialah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegepti. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan kematian.6

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD Page 8

2. Tanda-tanda dan gejala a) Harike-1 : (1) Mula-mula timbul panas mendadak (suhu badan 38 - 40) (2) Badan lemah dan lesu b) Hari ke-2 atau ke-3 : (3) Perut (ulu hati) terasa nyeri (4) Petechiae (bintik-bintik merah di kulit) pada muka, lengan, paha, perut atau dada. Kadang-kadang bintikbintik merah ini

hanya sedikit sehingga sering perlu pemeriksaan yang teliti. Bintik-bintik merah ini mirip dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya ranggangkan kulit: bila hilang, bukan demam berdarah. Untuk melihat adanya petechiae lakukan pemeriksaan dengan tourniquet (rumpel leede) test. Test positif setelah pemeriksaan tourniquet (rumpel leede) keluar petechiae di tangan. (5) Kadang-kadang terjadi perdarahan hidung (mimisan), mulut atau gusi dan muntah darah atau berak darah. Tanda-tanda dan gejala di atas disebabkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler yang terjadi di semua organ tubuh. c) Hari ke-4 s/d 7 : (6) Bila keadaan penyakit menjadi parah, penderita gelisah, berkeringat banyak, ujung-ujung tangan dan kaki dingin (pre shock). (7) Bila keadaan (pre-shock) ini berlanjut, maka penderita dapat mengalami shock (lemah tak berdaya, denyut nadi cepat atau sukar diraba), atau disebut dengan Dengue shock Syndrome (DSS), dan bila tidak segera ditolong dapat meninggal. Keadaan pre-shock dan shock ini disebabkan oleh adanya gangguan pada pembuluh darah kapiler yang mengakibatkan merembesnya plasma darah keluar

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD Page 9

dari pembuluh darah. Selain itu juga oleh karena adanya perdarahan.6 d) Pemeriksaan laboratorium : Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan : (1 ) Thrombocytopenia (100.000/mm3 atau kurang). Biasanya baru terjadi pada hari ke-3 atau ke-4. Dalam praktek untuk pasien-pasien luar, perhitungan kwalitatif dari sediaan darah perifer dapat dilakukan. Pada orang normal 4 1 0 thrombocyt/LP (dengan rata-rata 10/LP) menunjukkan jumlah thrombocyt yang cukup. Rata-rata kurang dari 2-3/LP dianggap rendah (kurang dari 100.000). (2) Hemo konsentrasi Hmt meningkat 20% atau lebih dari nilalakubelumnya. Biasanya terjadi pada hari ke 3 atau 4. Contoh: Hmt waktu datang pertama kali = 30% , Hmt pada pemeriksaan berikutnya = 38 % , NilalaHmt meningkat = 38 - 30 x 100% = 26% Bila tidak tersedia alat haematokrit/centrifuge dapat digunakan perhitungan Hmt ini dengan hemoglobinometer Sahli.6 3. Diagnosa Adanya 2 atau 3 kriteria klinik yang pertama disertai adanya thrombocytopenia sudah cukup untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah secara klinik. Bila kriteria tersebut belum/tidak dipenuhi disebut sebagalakuspect Demam Berdarah. Diagnosa pasti dilakukan dengan pemeriksaan serologis spesimen akut dan konvalescen.6 4. Akibat Infeksi Virus Dengue Seseorang yang digigit nyamuk Aedes aegepti yang infektif (mengandung virus dengue) dapat berakibat sebagalaberikut: a) Tidak sakit (karena kebal) b) Demam ringan yang sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lain (Fever Unknown Origin = FUO) c) Demam dengue (demam lima hari = Dengue Fever = DF) d) Demam berdarah (DB) -> pSS -> meninggal.6

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 10

Page

5. Pemberantasan vektor Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan angka kematian (Case Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue serendah mungkin. Selain itu juga membatasi penyerbar-luasan penyakit 1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan Pemberantasan a) Surveillance epidemiologi (1) Tujuan: - Deteksi secara dini adanya "out break" atau kakus-kakus yang endemis, sehingga dapat dilakukan usaha penanggulangan secepatnya. - Mengetahui faktor-faktor terpenting yang menyebabkan atau membantu adanya penularan-penularan atau wabah. (2) Daerah pelaksanaan: - Surveillance tidak hanya dilaksanakan di desa-desa dimanaakudah pernah terdapat penderita/penularan DHF saja, tetapi harus dilaksanakan juga di daerahdaerah yang receptive, yaitu daerah-daerah dimanaadiketahui terdapat Aedes aegepti sajaakudah cukup untuk dinyatakan receptive. (3) Pelaksanaan: - Penemuan penderita. - Untuk hal ini perlu ditentukan kriteria yang Standard guna diagnosa klinis dan konfirmasi laboratorium dari DHF. - Pelaporan penderita. - Penderita yang telah ditemukan di Puskesmas/Puskesmas Pembantu perlu dilaporkan kepada unit-unitakurveillance epidemiologi. - Penelitian KLB / wabah. Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB) yang artinya sebagalaberikut: 1) Wabah Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas secara cepat baik jumlah kakus maupun luas daerah terjangkit. 2) Kejadian Luar Biasa

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 11

Page

a) KLB adalah: Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermaknaakecara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. b) Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain: (1) Timbulnya suatu penyakit menular yang kubelumnya tidak ada/tidak dikenal di suatu daerah. (2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu kubelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya. (3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya. Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan, maksudnya ialah: = Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-penderita tersangka DHF yang perlu dikonfirmasi laboratorium. = Menentukan luas daerah yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi. = Penilaian sumber-sumber (inventory) mengenai keadaan umumaketempat, mengenai fasilitas dan faktor-faktor yang berperanan penting pada timbulnya wabah. = Setiap kakus demam berdarah/tersangka demam berdarah perlu dilakukan kunjungan rumah oleh petugas Puskesmas untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik di rumah kakus tersebut dan 20 rumah di sekelilingnya. Bila terdapat jentik, masyarakat diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (Pada umumnya Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Dati II. Prioritas fogging adalah pada areal dengan kakus-kakus demam berdarah yang mengelompok, dan yang meninggal).7 b) Surveillance Vektor Untuk tingkat Puskesmas kegiatannya membantu Tim dari Dati II atau Dati I dalam pelaksanaan kurveillance vektor ini. Perlindungan perseorangan:

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 12

Page

Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lainlain. (1) Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan) - Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan sarang nyamuk, - Vas bunga dikosongkan tiap minggu. - Menguras bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam dari bak mandi tersebut. - Tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu kubelum diisi kembali. Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan. (2) Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabah DHF maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu: - Abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk - Fogging dengan malathion atau fonitrothion. (3) Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah.

Kegiatan Puskesmas adalah membantu : (a) Tim Propinsi/Dati II untuk kurvai larva dan nyamuk. (b) Membantu penyiapan rumah penduduk untuk di-fogging.6 6. Pelaksanaan Survei Jentik (pemeriksaan Jentik) Survei jentik dilakukan dengan cara kubagai berikut : 2. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik. 3. Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti : bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 (satu) menitauntuk memastikan keberadaan jentik.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 13

Page

4. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot, tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain. 5. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter. Adapun metode kurvey jentik kecara visual dapat dilakukan kubagai berikut : Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti biasanya menggunakan persamaan house index kubagai berikut :

Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokaki tempat tinggal penderita. Bila penderita adalah siswa sekolah atau pekerja, maka PE selain dilakukan di rumah juga dilakukan di sekolah/tempat kerja penderita oleh puskesmas. Hasil PE segera dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,auntuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan Kades/Lurah. Bila hasil PE positif (Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan atau 3 orang tersangka DBD, dan ditemukan jentik (5%), dilakukan penanggulangan fokus, melakukan pengasapan (fogging), penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan larvasidaki selektif), sedangkan bila hasilnya negatif dilakukan penyuluhan, PSN dan larvasidaki selektif. Berikut adalah bagan penyelidikan epidemiologi yang tergabung dalam

penanggulangan fokus penanggulangan penderita DBD di lapangan :

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 14

Page

Dalam penentuan kebijakan dari hasil pelaksanaan penyelidikan epidemiologi, maka disediakan fasilitas pencarian kasus lewat metode case based reasoning. Silahkan masukkan nilai-nilai dari indikator penyelidikan epidemiologi yang ada, maka anda akan dihubungkan dengan kasus-kasus yang serupa yang dapat dijadikan patokan kebijakan pemberantasan demam berdarah (DBD). Nilai indikator yang anda masukkan mempunyai batasan daerah penyelidikan epidemiologis yaitu dalam sekop kelurahan/desa. 6 7. Angka Bubas Jentik (ABJ) Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal. 8. PSN (pemberantasan sarang nyamuk) pencegahannya dilakukan melalui jalur : a) Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll. b) Penyuluhan perorangan: - Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu
Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 15 Page

- Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas - Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas c) Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama kubelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas,ausaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan. 6 9. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan a) Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir: - W1/laporan KLB (wabah) - W2/laporan mingguan wabah - SP2TP: LB Viaporan bulanan data kesakitan LB 2/laporan bulanan data kematian. Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP). b) Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya (akut dan konvalesens)auntuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersamasama ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.6 10. Pertolongan pada penderita Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi perlu perawatan intensif. Tirah baring selama masih demam Obat antipiretik atau kompres panas hangat.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 16

Page

Untuk

menurunkan

suhu

dianjurkan

pemberian

parasetamol.

Asetosal/salisilat tidak dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis. Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah dehidrasi sebagai akibat demam, anoreksia dan muntah) per oral, jus buah, sirup, susu. Disamping air putih, dianjurkan diberikan selama 2 hari. Pakien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok. Periode kritis adalah pada saat suhu turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam. Pemeriksaan kadar hematokrit berkalaauntuk pengawasan hasil

pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan vena. Jenis cairan kristaloid : larutan ringer laktat ( RL), larutan ringer asetat (RA), larutan garam faali (GF), detroksa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), detroksa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA). (catatan :auntukresusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran) Cairan koloid : dekstran 40, plasma, albumin. 6

b. Promosi Kesehatan Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PNS (pemberantasan sarang nyamuk), penyuluhan tentang informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur informasi yang ada : a. Penyuluhan kelompok : PKK, organisasi social masyarakat lain, kelmpok agama, guru, murid di sekolah, pengelola tempat umum/instansi. b. Penyuluha perorangan : kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, kepada

penderita/keluarganya di puskesmas c. Kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas. d. Penyuluhan melalu media massa : TV, radio dan lain-lain (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I, Pusat) Menggerakam masyarakat untuk melaksanankan PSN penting terutama kubelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh kepala wilayah setempat. Di tingkat puskesmas,ausaha pemberantasan sarang nyamuk seyogyanya diintegrasikan dalam program sanitasi lingkungan.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 17

Page

4. PUSKESMAS DENGAN WILAYAH KERJANYA


1. PUSKESMAS 8 a. Pengertian Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. 1. Wilayah Puskesmas Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari KepalaaKantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh KepalaaKantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khususauntuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150 000 jiwa atau lebih, merupakan "Puskesmas Pembina" yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. 2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan:

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 18

Page

- kuratif (pengobatan) - preventif (upaya pencegahan) - promotif (peningkatan kesehatan) - rehabilitatif (pemulihan kesehatan) yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. 3. Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu) Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu Kecamatan terdiri dari Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya. Usaha-usaha tersebut masing-masing bekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepali Dinas Kesehatan Dati II. Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petuga BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya. Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puska mas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordina dan satu pimpinan. b. Kegiatan Pokok Puskesmas Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut 1. KIA 2. Keluarga Berencana 3. Usaha Peningkatan Gizi 4. Kesehatan Lingkungan 5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat KarenaaKecelakaan 7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 19 Page

8. Kesehatan Sekolah 9. Kesehatan Olah Raga 10. Perawatan Kesehatan Masyarakat 11. Kesehatan Kerja 12. Kesehatan Gigi dan Mulut 13. Kesehatan Jiwa 14. Kesehatan Mata 15. Laboratorium Sederhana 16. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan 17. Kesehatan Usia Lanjut 18. Pembinaan Pengobatan Tradisional Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Dengan lain perkataan kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat wilayah kerjanya.Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa. c. Fungsi Puskesmas 1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. 3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya. Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara: a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri. b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. e. Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program Puskesmas.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 20

Page

d. Kedudukan: 1. Kedudukan secara administratif: Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggungjawab langsung baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas kesehatan Dati II. 2. Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan: Dalam urutan hirarkhi pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka Puskesmas berkedudukan pada Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama.

e. Program berdasarkan asas bantuan Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat. Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan teknis maupun perbekalan akan diberikan. f. Upaya Kesehatan Darurat Keadaan darurat mengenai kesehatan mungkin saja dapat terjadi, misalnya karenaatimbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Kejadian-kejadian semacam ini mungkin memerlukan penundaan atau pengurangan kegiatan-kegiatan lain sampai keadaan darurat dapat diatasi. g. Jangkauan Pelayanan Kesehatan Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah sarana perhubungan dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, penempatan bidan di desa-desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada, dan Puskesmas Keliling. Disamping itu penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan membina Dasa Wisma akan dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan. h. Memelihara Citra Pelayanan Puskesmas yang Baik : Agar masyarakat menghargai pelayanan Puskesmas, maka Puskesmas perlu memelihara citra yang baik sebagai berikut: 1. Kebersihan gedung serta jamban Puskesmas. 2. Senyum dan sikap ramah dari setiap petugas Puskesmas. 3. Pemberian pelayanan dengan mutu yang sebaik-baiknya. 4. Kerjasama yang baik dengan pamong setempat dan petugas sektor lain.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 21

Page

5. Selalu menepati janji pelayanan yang telah disepakati bersama. i. Organisasi dan Tenaga Kerja 1. Organisasi Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari: a. Unsur pimpinan b. Unsur pembantu pimpinan c. Unsur Pelaksana 1. Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional 2. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing. 3. Unit-unit terdiri dari: Unit I Unit II Unit III Unit IV Unit V Unit VI Unit VII : Kepala Puskesmas : Urusan Tata Usaha

Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas di bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan. - Unit I. mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana dan perbaikan gizi. -Unit II, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana. -Unit III, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan manula. -Unit IV, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 22

Page

-Unit V, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat. -Unit VI, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat nginap. -Unit VII, mempunyai tugas melaksanakan kefarmasian.

2. Tata kerja Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas maupun dengan satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dalam melaksanakan tugasnya. Kepala-Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk- petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kotam adya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Puskesmas bertanggung-jawab memimpin, mengkoordinasi semua unsur dalam lingkungan Puskesmas, memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing- masing. Setiap unsur di lingkungan Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dari dan bertanggung-jawab kepada Kepala Puskesmas. Hal-hal yang menyangkut Tatahubungan dan koordinasi dengan instansi vertikal Departemen Kesehatan R.I., akan diatur dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan R.I. 2. Azaz Penyelenggaraan Puskesmas Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah:

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 23

Page

1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan kegiatan, antara lain sebagai berikut: Menggerakan pembangunan berbagai sector tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan. Memantau dampak berbagai uapaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya. Menyelengarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya. 2. Azas Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Untuk itu berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui Pembentukan Badan Penyatuan Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain: Upaya kesehatan ibu dan anaka: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB) Upaya Pengobatan : Posyandu, Posa Obat Desa (POD) Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Upaya Kesehatan Sekolah : Dokter Kecil, Penyetaraan guru dan orang tua/wali murid, Sakti Bakti Husada, Pos Kesehatan Pesantren Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL) Upaya Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wedra Upaya Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja ( Pos UKK) Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional : Taman Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra)

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 24

Page

Upaya Pembinaan dan Jasmanan Kesehatan (inovatif) : dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana kegamaan

3. Azas Keterpaduan Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak tahap perencanaan, ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni: a. Keterpaduan Lintas Program Upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain: Manajemen Terpad Balita Sakit (MTBS) : ketrpaduan KIA dengan P2M, Gizi, Promosi Kesehatan Pengobatan. Upaya Kesehatan Sekolah : ketrpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gizi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa. Puskesma keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gizi. Keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan. b. Keterpaduan lintas sektoral Upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sector terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh ketrpaduan lintas sektoral antara lain: Upaya kesehatan sekolah : keterpadua sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama. Upaya promosi kesehatan: keterpadua sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan kesehatan. Upaya kesehatan ibu dan anak : keterpaduan sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK,PLKB. Upaya perbaikan gizi : keterpaduan sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 25

Page

Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan : keterpaduan sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa. Tenaga kerja, koperasi, dunia usaha organisasi masyarakat.

Upaya kesehatan kerja : keterpaduan sector kesehatan dengan camat/lurah kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha

4. Azas Rujukan Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan masalah dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka

penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan timbale balik, baik secara vertical dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antara strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal yakni: a. Rujukan upaya kesehatan perorangan : Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.

Apabila puskesmas tidak mampu mananggulangi suatu kasusu penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Sabaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhan dirujuk ke puskesmas. Rujukan upaya kesehatn perorangan dibedakan menjadi tiga macam: Rujukan kasus untuk keperluan diagnostic, pengobatan, tindakan medic (misal: operasi) Rujukan bahan pemeriksaan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompoten untuk melakukan bimbingan tentang puskesmas dan atau pun menyelenggarakan pelayanan medic di puskesmas. b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 26

Page

Rjukan pelayan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila puskesmas tidak ,mampu menyelenggarakan upaya kesehatan, puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan upaya kesehatan dibagi menjadi tiga macam: Rujukan sarana dan logistic : peminjaman alat laboratorium, peminjaman alat audiovisual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan. Rujukan tenaga : dukungan ahli untuk penyelidikan KLB, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan masalah kesehatan karena bancana alam. Rujukan operasional : menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat atau penyelenggara upaya kesehatan masyarakat ( antara lain : UKS, UKK, UKJ, pemeriksaan contoh air bersih) kepada Dnas Kesehatan

Kabupatan/Kota. 3. Fasilitas Penunjang a. Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Dalam Pelita V di wilayah kerja Puskesmas Pembantu diperkirakan meliputi 2 sampai 3 desa, dengan sasaran penduduk antara 2.500 orang (di luar Jawa Bali) sampai 10.000 orang (di perkotaan Jawa Bali). Puskesmas Pembantu merupakan bagian integral dari Puskesmas, dengan lain perkataan satu Puskesmas meliputi juga seluruh Puskesmas Pembantu yang ada di dalam wilayah kerjanya. b. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 27

Page

Puskesmas Keliling berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatankegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling adalah: a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh pelayanan Puskesmas atau Puskesmas Pembantu, 4 hari dalam satu minggu. b. Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa. c. Dapat dipergunakan sebagai alat transport penderita dalam rangka rujukan bagi kasus darurat gawat. d. Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audio-visual. c. Bidan yang bertugas di desa Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya, akan ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung-jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja bidan tersebut adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 orang. Tugas utama bidan tersebut adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan Posyandu dan pembinaan pimpinan kelompok persepuluhan, disamping memberi pelayanan langsung di Posyandu dan pertolongan persalinan di rumah-rumah. Selain itu juga menerima rujukan masalah kesehatan anggota keluarga persepuluhan untuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk lebih lanjut ke Puskesmas atau ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terjangkau secara rasional. 4. Dukungan Rujukan a. Sistem rujukan upaya kesehatan Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung-jawab secaratimbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional. b. Jenis rujukan Sistem rujukan ini secara konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1. Rujukan medik yang meliputi a. Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lainlain. b. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 28

Page

c. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat. 2. Rujukan Kesehatan: Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan: a. Survei epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas Kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular. b. Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah. c. Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal. d. Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam. e. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum. f. Pemeriksaan spesimen air di Laboratorium Kesehatan dan sebagainya.

c. Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan 1. Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna. 2. Khusus a. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna. b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna. d. Jenjang tingkat pelayanan kesehatan Jenjang (Hirarki) Tingkat Rumah Tangga Komponen/unsur pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh , keluarganya sendiri Tingkat Masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam

menolong mereka sendiri oleh Kelompok Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada,

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 29

Page

anggota RW, RT dan masyarakat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pelayanan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Profesional Keliling, Praktek Dokter Swasta, Poliklinik Swasta, dll. Sakit Kabupaten, R.S. Swasta,

Fasilitas Pelayanan Rujukan Rumah Tingkat Pertama Fasilitas

Laboratorium, Klinik Swasta, dll. Pelayanan Rumah Sakit kelas B dan A serta Lembaga Spesialistik Swasta, Lab. Kes. Da., Lab. Klinik Swasta, dll.

Rujukan yang lebih tinggi

e. Jalur rujukan dapat berlangsung sebagai berikut: Rujukan Medik: 1. Intern antara petugas Puskesmas. 2. Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas. 3. Antara masyarakat dengan Puskesmas. 4. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain. Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.

Blok 26 Community Medicine-Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit DBD 30

Page

f. Upaya kesehatan rujukan 1. Langkah langkah dalam meningkatkan rujukan : a. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos kesehatan dari masyarakat. b. Mengadakan "Pusat Rujukan Antara" dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat pada lokasi yang strategis. c. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan dengan perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan kesehatan. d. Menyediakan Puskesmas Keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio komunikasi. e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi sistem rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan. f. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan

2. Puskesmas perawatan Pengertian Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara. a. Kriteria: - Puskesmas terletak kurang lebih 20 km. dari Rumah Sakit. - Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari Puskesmas sekitarnya. - Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai. - Jumlah kunjungan Puskesmas minimal 100 orang per hari rata-rata. - Penduduk wilayah kerja Puskesmas dan penduduk wilayah 3 Puskesmas di sekelilingnya minimal rata-rata 20.000/Puskesmas. - Pemerintah Daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang memadai. b. Fungsi Merupakan "Pusat Rujukan Antara" melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dibawa ke Rumah Sakit.

c. Kegiatan 1. Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat antara lain: kecelakaan lalu lintas persalinan dengan penyulit penyakit lain yang mendadak dan gawat

2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata hari perawatan 3 hari atau maksimal 7 hari. 3. Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan pengiriman penderita lebih lanjut ke Rumah Sakit. 4. Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan dengan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit. 5. Melakukan metoda operasi pria dan metoda operasi wanita untuk keluarga berencana. d. Ketenagaan 1. Dokter kedua di Puskesmas yang telah mendapatkan latihan Klinis di Rumah Sakit 6 bulan dalam bidang bedah, obstetri-gynekologi, pediatri dan interne. 2. Seorang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah, kebidanan, pediatri dan penyakit dalam. 3. 3 orang perawat kesehatan/perawat/bidan yang diberi tugas secara bergilir. 4. 1 orang pekarya kesehatan SMA+. e. Sarana Untuk melaksanakan kegiatannya Puskesmas dengan tempat perawatan memiliki luas bangunan, ruangan-ruangan pelayanan serta peralatan yang lebih lengkap daripada Puskesmas, antara lain : Ruangan rawat tinggal Ruangan operasi Ruangan persalinan Kamar perawat jaga Ruangan post operatif Kamar linen Kamar cuci

Peralatan medis berupa : Peralatan operasi terbatas Peralatan obstetri pathologis

Peralatan resusitasi Peralatan vasektomi dan tubektomi 10 tempat tidur lengkap dengan peralatan perawatan

Alat-alat komunikasi berupa : Telpon atau radio komunikasi jarak sedang 1 buah ambulance

4. Peranan dokter puskesmas 1. Dokter Kepala Puskesmas sebagai seorang dokter Pendapat umum mengenai seorang dokter biasanya ialah seorang yang berilmu untuk menyembuhkan orang sakit. Demikian pula masyarakat mengharapkan seorang dokter Kepala Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan orang sakit. Namun demikian, dalam kenyataan tanggung-jawab seorang dokter Kepala Puskesmas tidak hanya mengobati orang sakit saja akan tetapi jauh lebih besar, yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan dari masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Disamping itu ia berfungsi juga sebagai seorang pemimpin dan seorang manager pula. Oleh karenanya dalam kegiatan pemeriksaan dan pengobatan penderita sehari-hari pada waktu- waktu tertentu, dimana dokter Puskesmas sedang melakukan tugas-tugas manajemen Puskesmas dan tugas-tugas kemasyarakatannya, ia dapat mendelegasikan wewenangnya kepada seorang Perawat dan seorang Bidan. Dokter Puskesmas memeriksa dan mengobati penderita rujukan (referral dari Perawat atau Bidan) saja Akan tetapi masyarakat biasanya kurang puas bila hanya diperiksa dan diobati seorang Perawat bila di Puskesmas ada seorang Dokter. Oleh karena itu kiranya waktunya diatur sedemikian rupa sehingga masyarakat puas dan pekerjaan lain dapat terlaksana dengan baik. Misalnya pemeriksaan oleh dokter dilakukan pada hari-hari tertentu saja dalam satu minggu, sedangkan pada hari-hari lain dokter hanya memeriksa rujukan, sehingga masih ada waktu untuk melakukan tugastugas lain. Hal ini perlu diumumkan kepada masyarakat secara jelas sehingga tidak terjadi salah faham. Penting kiranya seorang dokter Puskesmas dalam melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita, pandangan dan cara berfikir dalam menentukan diagnosa dan pengobatan tidak semata-mata ditujukan kepada penderita sebagai individu, akan tetapi pandangan ditujukan kepada keluarga penderita dan dihubungkan pula dengan masyarakat lingkungan penderita tersebut.

Dalam melaksanakan pemeriksaan dan tindakan pengobatan pergunakanlah semua fasilitas yang ada dan kemampuan yang dimiliki sebaik-baiknya. Hal ini sangat penting untuk memupuk kepercayaan masyarakat dan para pejabat di lingkungan kecamatan kepada dokter Puskesmas yang bersangkutan. Bilamana ada penderita yang tidak dapat diatasi dengan fasilitas dan kemampuan yang ada, maka penderita perlu dikirim kepada Rumah Sakit yang diperkirakan memiliki kemampuan untuk mengatasi penderita tersebut, tentunya dengan persetujuan penderita setelah cukup diberi motivasi. Ilmu pengetahuan terus berkembang, maka perlu kiranya diusahakan kesempatan untuk mengikuti ceramah klinik yang diselenggarakan oleh I.D.I. bila ada, atau membaca majalah-majalah bidang klinik maupun dalam bidang kesehatan masyarakat. Bila masih ada kesempatan untuk melakukan praktek di luar jam kerja tentunya bisa dilakukan tanpa mengabaikan tugas. 2. Dokter kepala puskesmas sebagai seorang manager a. Organisasi dan tatalaksana Puskesmas mempunyai wilayah kerja satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan yang langsung bertanggung-jawab dalam bidang tehnis kesehatan maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II (Dokabu). Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa di dalam wilayah kerja Puskesmas merupakan bagian integral dari Puskesmas. Puskesmas Pembantu melaksanakan sebagian tugas-tugas Puskesmas sesuai dengan kemampuan tenaga dan fasilitas yang ada dalam wilayah kerja tertentu yang merupakan sebagian dari wilayah kerja Puskesmas. Jenis dan jumlah tenaga Puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama untuk setiap Puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan luas daerah yang dicakup serta keadaan geografis dan perhubungan di wilayah kerjanya. Namun demikian jumlah tenaga yang tersedia belum dapat memenuhi kebutuhan pada waktu sekarang, maka untuk sementara diadakan pola tenaga yang seragam bagi setiap Puskesmas INPRES. Yang penting tenaga tersebut bekerja dalam suatu Team, berarti pekerjaan tenaga yang satu mengisi kekurangan dari tenaga yang lain dan sebaliknya. Walaupun pekerjaan yang dilakukan berbeda-beda akan tetapi semuanya dengan satu tujuan, ialah meningkatkan kesehatan dari masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dan di bawah satu pimpinan, ialah Kepala Puskesmas. Tidak ada pengkotakan struktur dalam Puskesmas. Kepala Puskesmas perlu melakukan pembagian tugas bersama-sama stafnya disesuaikan dengan jenis dan jumlah tenaga serta kegiatan yang perlu dilakukan. Dalam hal

ini perlu dipertimbangkan pula lokasi pekerjaan dan waktu pekerjaan, sehingga bisa diadakan pembagian tugas dan giliran kerja yang merata di antara tenaga-tenaga Puskesmas yang ada dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik. Pertemuan berkala antara Kepala Puskesmas dengan segenap stafnya (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa) perlu dilakukan secara teratur paling sedikit sebulan sekali. Buku Pedoman Mini Lokakarya Puskesmas dengan lampirannya merupakan pedoman untuk penyelenggaraan pertemuan berkala tersebut. Tujuan pertemuan berkala itu antara lain adalah: - Menampung masalah/hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan pekerjaan seharihari untuk dipecahkan bersama. - Merencanakan bersama kegiatan yang perlu dilakukan dalam bulan berikutnya atau minggu yang akan datang. - Menilai hasil-hasil pekerjaan yang telah dilakukan dalam bulan yang lalu. - Meneruskan Informasi/instruksi/petunjuk dari atasan untuk diketahui dan

dilaksanakan bersama. b. Bimbingan teknis dan supervisi Selain pertemuan berkala dengan segenap staf Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas, Kepala Puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan memberi bimbingan kepada staf Puskesmas secara berkala di tempat mereka bekerja, di Puskesmas, di Puskesmas Pembantu, di lapangan maupun di rumah penduduk dalam rangka kunjungan rumah. Hal ini penting sekali dilakukan secara teratur untuk memelihara disiplin kerja staf Puskesmas. Dalam kunjungan ini dimanfaatkan pula untuk meningkatkan sistem rujukan (referral system) dimana konsultasi dari staf Puskesmas dapat dilakukan di tempat mereka bekerja, disamping melimpahkan pengetahuan dan ketrampilan kepada staf Puskesmas yang bersangkutan. c. Hubungan kerja antara instansi kecamatan Camat merupakan koordinator dari semua instansi/dinas tingkat Kecamatan. Kepala Puskesmas bertanggung-jawab secara tehnis kesehatan dan administratif kepada Dokabu. Hubungan dengan Camat merupakan hubungan koordinasi, namun demikian tanggung-jawab secara moril dari Kepala Puskesmas terhadap Camat tetap ada. Hubungan kerjasama yang baik perlu dipupuk antara Puskesmas dengan semua instansi di tingkat kecamatan. Kepala Puskesmas harus secara aktif mencari hubungan kerjasama dengan instansi-instansi di tingkat kecamatan. Usaha kesehatan tidak dapat berjalan sendiri dan perlu kerjasama dengan instansi-instansi lain. Pertemuan berkala antar instansi tingkat Kecamatan perlu diadakan di bawah koordinasi pak Camat.

d. Dokter kepala puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayang kerjanya Disamping hubungan langsung antara dokter Kepala Puskesmas dan staf dengan anggota masyarakat sebagai pengunjung Puskesmas dalam rangka pemeriksaan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan, perlu pula dilakukan hubungan kerjasama dengan masyarakat dalam rangka membantu masyarakat menolong mereka sendiri dalam bidang kesehatan. Khususnya dengan para pemuka masyarakat dalam rangka memperbaiki nasib mereka baik dalam mang lingkup kesehatan maupun dalam hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seringkali masyarakat belum dapat mengenal masalh yang mereka hadapi, dan belum bisa menentukan prioritas masalah yang perlu ditanggulangi. Kepala Puskesmas beserta segenap stafnya bekerjasama dengan instansi-instansi lain di tingkat kecamatan, perlu memberi bimbingan kepada masyarakat untuk mengenal masalahnya dan menentukan prioritas masalah yang perlu ditanggulangi sesuai dengan kemampuan swadaya mereka sendiri. Untuk itu perlu dilakukan pertemuan-pertemuan baik secara individu dengan pemuka masyarakat, maupun secara kelompok. Pertemuan ini biasanya dilakukan di luar jam kerja, sore atau malam. Bilamana diperlukan latihan, maka Kepala Puskesmas dan segenap stafnya harus dapat melayaninya. 3. Dokter Kepala Puskesmas sebagai tenaga ahli dan pendamping Camat Program pemerintah pada saat ini baru bisa menempatkan dokter Puskesmas sebagai seorang sarjana secara merata di kecamatan-kecamatan. Dengan sendirinya harapan dari seluruh masyarakat kecamatan adalah untuk mendapatkan manfaat dari keahliannya dalam bidang kesehatan masyarakat maupun pandangan dan cara berfikir yang luas dan kreatif dari seorang sarjana. Maka peranan dokter Puskesmas di kecamatan disamping sebagai pemimpin Puskesmas, juga merupakan tenaga ahli dan pendamping Camat. 5. Perencanaan di tingkat puskesmas (microplanning/managemen) 1. Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup a. Pengertian: Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas membentuk fungsi-fungsi

manajemen. Ada tiga fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian, serta Pengawasan dan Pertanggungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.9 b. Tujuan: Umum:

Meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas sesuai dengan masalah yang dihadapi Puskesmas, sehingga dapat meningkatkan fungsi Puskesmas. Khusus:

Tersusunnya rencana kerja Puskesmas untuk jangka waktu 5 tahun secara tertulis. Tersusunnya rencana kerja tahunan Puskesmas, sebagai jabaran rencana kerja 5 tahunan tersebut secara tertulis.

c. Ruang Lingkup: Rencana yang disusun tersebut seyogyanya meliputi seluruh kegiatan pokok Puskesmas, akan tetapi dapat dibatasi sesuai dengan masalah yang dihadapi; dengan memperhatikan prioritas, kebijaksanaan dan strategi yang telah ditetapkan oleh Pusat, Dati I dan Dati ll-nya. 2. Langkah langkah penyusunan rencana Dalam melaksanakan kegiatan penyusunan rencana tingkat Puskesmas, ada 4 (empat) langkah pokok yang perlu dilaksanakan yaitu: Identifikasi keadaan dan masalah. Penyusunan rencana. Penyusunan POA tahun pertama. Penulisan naskah rencana.

a. Identifikasi Keadaan dan Masalah Langkah ini akan menghasilkan satu rumusan tentang keadaan dan prioritas masalah yang dihadapi Puskesmas serta alternatif pemecahannya. Kegiatan-kegiatan ini mencakup: Mengetahui kebijaksanaan yang telah ditetapkan Pengumpulan data Analisa data perumusan masalah Penentuan peringkat masalah

Mengetahui kebijakan yang telah ditetapkan oleh:

PUSAT, misalnya SKN, RP3JPK, Repelita V dan kebijaksanaan sektor lain yang terkait DATI-I, misalnya Repelita Propinsi, target strategi pelaksanaan program propinsi dan sektor lain yang terkait yang dikeluarkan Dati-I. DATI-II, misalnya target, strategi pelaksanaan program dan kebijaksanaan sektor lain terkait yang dikeluarkan Dati-I I. Pengumpulan Data (a) Data Umum Data yang dihimpun meliputi keadaan umum wilayah kerja Puskesmas, misalnya pembagian administratif, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. (b) Data wilayah Data yang dihimpun meliputi peta, luas wilayah, jumlah desa, jumlah RK/RW, jarak desa ke Puskesmas, sarana komunikasi, dan lain sebagainya. (c) Data Penduduk Data yang dihimpun meliputi jumlah seluruh penduduk, distribusi per desa dan per RK/RW; menurut jenis kelamin dan golongan umur dengan penekanan pada distribusi yang disesuaikan dengan sasaran program. (d) Data Sumber Daya o Puskesmas: Sarana Fisik meliputi seluruh bangunan fasilitas kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu), Puskesmas Keliling, kendaraan, peralatan medis & nonmedis. Tenaga meliputi seluruh macam tenaga, status kepegawaiannya, jumlah dan latar belakang pendidikannya. Dana meliputi semua dana yang diterima Puskesmas yaitu yang berasal dari APBN, APBD I dan II termasuk dari BKKBN, PHB dan sektor lain yang terkait, serta kemungkinan sumbangan-sumbangan yang bisa didapatkan. o Masyarakat: Sarana Fisik meliputi Posyandu, Pos KB dan Pos lainnya serta peralatan yang dimiliki seperti dacin, set alat masak, dukun kit dan lain sebagainya. Tenaga

meliputi kader PKK, kader Dasawisma, kader Posyandu dan kader lainnya, serta dukun bersalin atau tenaga kesehatan tradisional lainnya. Dana meliputi Dana Sehat, Dana Koperasi Simpan Pinjam dan dana lainnya yang dapat dipergunakan untuk kegiatan kesehatan. (e) Data Status Kesehatan Data yang dihimpun meliputi data indikator derajat kesehatan yaitu 1MR (Infant Mortality Rate), CM R (Children Mortality Rate), MMR (Maternal Mortality Rate), CDR (Crude Death Rate), Incidence/Prevalence Rate dan CFR (Case Fatality Rate) penyakittertentu, CBR (Crude Birth Rate), FR (Fertiiity Rate), LE (Level of Education) dan lain sebagainya. (f) Data Cakupan Program Data yang dihimpun meliputi data cakupan untuk masing-masing program sesuai dengan indikator dan variabelnya. Sebagai pegangan dapat dipakai indikator/variabel yang dipergunakan dalam perhitungan stratifikasi Puskesmas. Untuk mempermudah analisa data, maka semua data yang telah dikumpulkan disusun dalam suatu tabel/matrix. 3. Analisis data Analisa keadaan dan masalah dalam perencanaan meliputi: (a) Analisa Derajat Kesehatan Analisa ini akan menjelaskan masalah kesehatan yang dihadapi, dimana akan tergambarkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah tersebut menurut kelompok umur, tempat dan waktu. Dengan perkataan lain, pendekatan analisa derajat kesehatan mempergunakan pendekatan epidemiologis. (b) Analisa Aspek Kependudukan Analisa ini akan menghasilkan ukuran-ukuran demografis dalam wilayah tertentu misalnya kecamatan. Beberapa ukuran yang penting adalah : jumlah penduduk, penyebarannya berdasarkan kelompok umur dan wilayah serta waktu, pertumbuhan penduduk, kelahiran, kematian, mobilitas penduduk dan lain sebagainya. Angka-angka ini sangat berguna untuk dipergunakan sebagai "denominator" dari angka derajat kesehatan dan luaran program, sebagai dasar perhitungan target pelayanan serta dasar perhitungan target pelayanan serta dasar perhitungan intensitas atau jumlah pelayanan yang diperlukan. (c) Analisa Upaya Pelayanan Kesehatan

Analisa ini akan menghasilkan data atau informasi mengenai masukan, proses, keluaran atau kalau mungkin dampak pelayanan/upaya kesehatan yang dapat berbentuk upaya promotif, preventif, kuratif atau rehabilitatif. Aspek masukan meliputi sarana, tenaga dan dana; aspek proses meliputi mekanisme pelaksanaan upaya kesehatan termasuk koordinasi, supervisi dan lain sebagainya; aspek luaran meliputi hasil upaya kesehatan berupa cakupan dan lain sebagainya. (d) Analisa Perilaku Analisa ini memberikan gambaran tentang sikap dan perilaku masyarakat terhadap kesehatan dan upaya kesehatan. Sebagai contoh analisa ini memberi keterangan tentang sikap masyarakat terhadap Puskesmas, pola masyarakat dalam mencari pengobatan, sikap masyarakat terhadap imunisasi, penggunaan oralit dan juga memberikan keterangan tentang derajat peran serta masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan. (e) Analisa Lingkungan Analisa lingkungan meliputi lingkungan fisik dan biologis, sosial budaya serta ekonomi. Lingkungan fisik misalnya sumber/sarana air bersih, peruipahan, limbah rumah tangga atau industri, sarana komunikasi, transportasi dan lain sebagainya. Lingkungan biologis misalnya gambaran vektor penyakit yang ada di wilayah tersebut. Lingkungan sosial budaya menggambarkan derajat interaksi sosial dalam masyarakat, misalnya pendidikan, sistem sosial yang ada (gotong-royong) dan lain sebagainya. Lingkungan ekonomi misalnya mata pencaharian, pendapatan, pengangguran dan lain sebagainya. 4. Perumusan masalah Dari data yang sudah ditabulasikan, kemudian dianalisa berdasarkan ke-5 aspek tersebut di atas, sehingga dapat diidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Puskesmas. Permasalahan tersebut harus dirumuskan dengan baik secara epidemiologis, sehingga tergambarkan masalahnya, dimana, kapan dan seberapa besar. Dengan perkataan lain, besarnya masalah diusahakan dapat tergambar secara kwantitatif. 5. Penentuan peringkat masalah Dari beberapa masalah yang telah dirumuskan tersebut, lalu dilakukan penentuan peringkat masalah yang perlu diutamakan penanggulangannya. Untuk menentukan peringkat masalah, dapat dipergunakan cara Defoecq atau cara Hanlon

Dengan cara Delbecq masalah tersebut didiskusikan oleh anggota kelompok dengan saran dari nara sumber. Cara Hanlon lebih sering digunakan, karena lebih sederhana dan setiap anggota rapat Puskesmas dapat ikut berperan. Semua anggota rapat diminta memberikan nilai terhadap masalah tersebut, melalui sistem scoring untuk masing- masing kriterianya. Kriteria yang dipakai untuk masing-masing masalah adalah (a) Besarnya masalah Penentuan score untuk besarnya masalah dilaksanakan dengan memberi nilai (0 - 10) pada faktor-faktornya yaitu: persentase penduduk yang terkena biaya yang dikeluarkan per orang per bulan karena masalah tersebut kerugian yang dialami penduduk

(b) Tingkat kegawatan masalah Penentuan score untuk kegawatan masalah dilaksanakan dengan memberi nilai (0 10) pada faktor-faktornya yaitu: tingkat keganasannya tingkat urgensinya kecenderungannya

(c) Kemudahan penanggulangan masalah Penentuan kemudahan penanggulangan masalah dilaksanakan dengan memberi nilai (0,5-1,5) (d) PEARL factor yaitu untuk menentukan dapat atau tidaknya program tersebut dilaksanakan. Penentuan scorenya untuk masing-masing faktor dilaksanakan melalui voting (1 = ya, 0 = tidak) P = Appropriatness (tepat guna) E = Economic Feasibility (secara ekonomi murah) A = Acceptability (dapat diterima) R = Resource Availability (tersedianya sumber) L = Legality (legalitas terjamin)

Hasil voting tersebut untuk masing-masing faktor kemudian dkalikan sehingga didapatkan hasil akhir dari PEARL factor tersebut. Score untuk masing-masing kriteria, kemudian ditabulasi dan dihitung hasil akhirnya dengan memperhitungkan pembobotan (bila dirasakan perlu oleh Puskesmas). Dari hasil

perhitungan maka didapatkan peringkat masalah-masalah tersebut, untuk kemudian disusun secara sistematis. Contoh: (bentuk tabel scoring). b. Penyusunan rencana Setelah Puskesmas menentukan peringkat masalah di wilayah kerjanya, kemudian disusun rencana dengan sistematika (urutan) sebagai berikut: Perumusan tujuan dan sasaran Perumusan kebijaksanaan dan langkah-langkah Perumusan kegiatan Perumusan sumber daya

(1) Perumusan tujuan dan sasaran. Perumusan tujuan dan sasaran dilakukan setelah peringkat masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas ditentukan. Perencanaan pada dasarnya merupakan bagian dari proses pemecahan masalah. Oleh sebab itu perumusan masalah secara tepat merupakan langkah awal yang sangat menentukan, terutama untuk menentukan tujuan dan sasaran. Tujuan pada dasarnya merupakan gambaran suatu keadaan di masa yang akan datang, yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan yang akan dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan masalah yang dihadapi. Sedangkan sasaran lebih meggambarkan keadaan kuantitatif yang akan dicapai di masa datang. Masa yang akan datang tersebut bisa janngka panjang (25 tahunan), jangka menengah (5 tahunan) jangka pendek (tahunan). Sehingga dengan demikian, tujuan mempunyai silat kualttari dan sasaran mempunyai sifat kuantitatif; keduanya merupakan satu kesatuan. Tujuan dan sasaran jangka panjang (Goal), merupakan pernyataan yang tertinggi dan akan dicapai dalam kurun waktu jangka panjang. Misalnya: Tercapainya Masyarakat Adil dan Makmur, terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS\ meningkatnya derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, dan lain-lain. Di sini sasarannya sulit ditentukan secara kuantitatif, karena di sini lebih bersifat filosofis. Tujuan dan sasaran jangka menengah, menyatakan yang lebih spesifik dari apa yano akan dicapai pada tujuan dan sasaran jangka panjang. Misalnya untuk terwujudnya NKKBS perlu diturunkan kematian bayi dari 100 per 1000 kelahiran hidup menjadi 70 per 1000 kelahiran hidup dalam waktu lima tahun yang akan datang; atau perlu ditingkatkan cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di suatu Kecamatan dari 30% tahun 1988 menjadi 80% pada tahun 1993.

Tujuan dan sasaran jangka pendek, merupakan penjabaran dari tujuan dan sasaran jangka menengah. Misalnya untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT ibu hamil dari 30% tahun 1988 menjadi 80% pada tahun 1993, maka secara rata-rata setiap tahun harus dicapai kenaikan 10% dari tahun sebelumnya. Dari gambaran tersebut yang perlu diketahui dan ditentukan mengenai tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh suatu Puskesmas pada suatu wilayah kerja tertentu adalah yang menyangkut jangkah menengah (lima tahun) dan jangka pendek (tahunan). (2) Perumusan kebijaksanaan dan langkah-langkah Setelah tujuan dan sasaran ditentukan, baik untuk jangka menengah maupun jangka pendek, kemudian ditetapkan kebijaksanaan dan langkah-langkah, untuk tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Misalnya : dalam mewujudkan tercapainya NKKBS, kebijaksanaan dan langkah-langkah yang ditempuh antara lain adalah: Peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Pemanfaatan Puskesmas Keliling seoptimal mungkin, Dan lain-lain.

(3) Perumusan kegiatan. Setelah ditetapkan kebijaksanaan & langkah-langkah, kemudian disusun kegiatankegiatannya. Misalnya dalam upaya untuk mewujudkan NKKBS, menurunkan kematian bayi merupakan salah satu kegiatan penting. Untuk menurunkan kematian bayi dian- taranya harus dilakukan kegiatan imunisasi. Jadi di sini imunisasi adalah merupakan kegiatan untuk terwujudnya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Setiap kegiatan harus ada kuantifikasi angka yang akan dicapai. Imunisasi terhadap bayi yang akan dicapai pada limatahun mendatang adalah sekitar 6000 orang; sehingga rata-rata per tahun perlu dicapai sekitar 1.200 orang. Penentuan kuantifikasi tersebut harus didukung dengan dasar-dasar yang kuat. Misalnya target bayi yang akan diimunisasi sebesar 1.200 orang tersebut di atas, diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah bayi yang ada di wilayah kerja Puskesmas dikalikan persentase yang akan dicakup. (4) Perumusan Sumber daya Setelah seluruh kegiatan beserta targetnya ditentukan, kemudian diperkirakan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan. Sumber daya tersebut mencakup tenaga, sarana dan biaya. Di sini sejauh mungkin dapat digunakan standar, misalnya untuk mengadakan imunisasi terhadap 100 bayi diperlukan vaksin sekian ampul, alat suntik sekian biji, dan lain sebagainya. Dalam menghitung kebutuhan tenaga bisa digunakan standar atau perhitungan-

perhitungan dengan menggunakan Indicator Staff Needs (ISN), dan dipertimbangkan adanya tenaga di Puskesmas. Keseluruhan sarana yang dibutuhkan ditambah dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain, seperti kebutuhan untuk kunjungan lapangan serta kebutuhan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan, dituangkan dalam rencana pembiayaan yang dibutuhkan. Pemeliharaan di sini mencakup biaya pemeliharaan untuk bangunan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, rumah dokter, rumah para medis dan lain-lain yang diperlukan (antara lain pemeliharaan peralatan). c. Penyusunan rencana pelaksanaan ( Plan of Action = POA ) Setelah rencana tersusun, kemudian perlu disusun rencana pelaksanaannya atau lebih dikenal dengan Plan of Action (POA). Dalam menyusun POA yang penting untuk diperhatikan oleh Puskesmas adalah: 1. Penjadwalan 2. Pengalokasian sumber daya 3. Pelaksanaan kegiatan (1) Penjadwalan (a) Penentuan Waktu Setiap kegiatan yang telah direncanakan baik untuk jangka menengah maupun jangka pendek, digambarkan jadwal waktu pelaksanaannya. Penggambarannya biasanya digunakan grafik balok tidur dalam suatu format tertentu (Gantt Chartj. Pembagian waktu di dalam format, tergantung kebutuhan. Namun demikian biasanya untuk jangka menengah, pembagian waktunya adalah per tahun, sedangkan untuk jangka pendek biasanya per bulan. (b) Penentuan lokasi dan sasarannya. Penentuan lokasi dan sasarannya merupakan penjabaran lebih lanjut dari kegiatan yang telah ditentukan di atas. Di sini lebih berorientasi pada keperluan untuk operasional atau untuk kebutuhan jangka pendek. (c) Pengorganisasian Pengorganisasian untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada dasarnya mencakup pembagian kerja, serta penanggung jawab pelaksanaan kegiatan di lapangan. Hal ini dapat digunakan cara-cara yang telah diterapkan oleh Puskesmas melalui lokakarya mini. Pengorganisasian ini pada dasarnya hanya digunakan untuk melaksanakan rencana jangka pendek (tahunan).

(2) Pengalokasian sumber daya (a) Harus ditentukan besarnya dana yang diperlukan, sumbernya dari mana dan bagaimana pemanfaatannya; (b) Harus diperinci jenis dan jumlah sarana yang diperlukan; (c) Harus diperinci jenis dan jumlah tenaga yang diperlukan. (3) Pelaksanaan Kegiatan (a) Persiapan (b) Penggerakan Pelaksanaan (c) Pengawasan Pengendalian dan Penilaian

6. Penggerakan pelaksanaan (lokakarya mini puskesmas) 1. Pengertian, Tujuan dan Ruang lingkup a. Pengertian Dalam kerangka manajemen Puskesmas yang terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerak-Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian), lokakarya mini puskesmas merupakan pedoman untuk P2, yang untuk lebih jelasnya adalah seperti pada skema di bawah ini :

POA Puskesmas termasuk POA KB-Kes

Penggalangan kerja sama dalam tim

Rapat kerja bulanan puskesmas

Stratifikasi puskesmas

Penggalangan kerja sama lintas sektoral

Rapat kerja tribulanan lintas sektoral

b. Tujuan (1) Umum Meningkatnya fungsi Puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga Puskesmas untuk bekerjasama dalam Tim dan membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral.

(2) Khusus a. Terlaksananya penggalangan kerjasama Tim (teamwork) lintas program dalam rangka pengembangan manajemen sederhana, terutama dalam pembagian tugas dan pembuatan rencana kerja harian. b. Terlaksananya penggalangan kerjasama lintas sektoral dalam rangka pembinaan peran serta masyarakat c. Terlaksananya rapat kerja bulanan Puskesmas sebagai tindak lanjut penggalangan kerjasama Tim Puskesmas. d. Terlaksananya rapat kerja tribulanan lintas sektoral sebagai tindak lanjut penggalangan kerjasama lintas sektoral. c. Ruang lingkup Untuk meningkatkan fungsi Puskesmas, maka petugas Puskesmas perlu bekerja secara Tim dan masing-masing anggota Tim harus mempunyai rasa kebanggaan, sehingga masing- masing anggota mempunyai semangat untuk membela keberhasilan Tim-nya. Dalam rangka membina petugas Puskesmas untuk bekerjasama dalam Tim sehingga dapat melaksanakan fungsi Puskesmas dengan baik, telah dikembangkan buku Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Apa yang tercantum dalam buku ini hanya merupakan pokokpokok buku tersebut. 2. Lokakarya Mini Puskesmas terdiri dari 4 komponen a. Penggalangan kerjasama dalam Tim Puskesmas. b. Penggalangan kerjasama lintas sektoral. c. Rapat kerja bulanan Puskesmas. d. Rapat kerja tribulanan lintas sektoral (a) Penggalangan kerjasama dalam Tim Puskesmas (1) Pengertian Dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas yang terdiri dari pengembangan upaya kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dan pelayanan upaya kesehatan pokok, tenaga Puskesmas yang terdiri dari berbagai kategori, diharapkan dapat bekerjasama secara terpadu di bawah satu pimpinan dan satu administrasi. Untuk meningkatkan keterpaduan kerja antar anggota Puskesmas dan meningkatkan produktivitas kerjanya, diperlukan pembinaan kerjasama dalam Tim, sehingga ada keterbukaan dan tanggung jawab bersama, di samping masing-masing mempunyai rasa kebanggaan sebagai anggota Tim.

Diperlukan suatu proses dinamika kelompok dalam suatu pertemuan Penggalangan Kerjasama Tim, yang diikuti dengan analisa beban kerja, yang dikaitkan dengan berbagai kelemahan penampilan kerja Puskesmas menurut hasil Stratifikasi dan menyusun POA untuk memperbaiki penampilan kerja Puskesmas. (2) Tujuan Umum

Adanya pengembangan sistem manajemen sederhana dengan cara penggalangan kerjasama antar staf Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas Khusus o Terciptanya semangat kerjasama dalam suatu Tim atas dasar kemauan, kemampuan dan kesempatan yang dimiliki. o Adanya inventarisasi hasil kegiatan setiap tenaga Puskesmas bulan lalu dan menghitung beban kerjanya. o Adanya pembagian tugas yang baru bagi setiap petugas Puskesmas berdasarkan POA. o Adanya Tim Pelayanan Terpadu dan menentukan daerah binaan/pelayanan masingmasing tim. o Tersusunnya rencana kerja harian untuk bulan yang akan datang. (3) Pentahapan Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan penggalangan kerjasama Tim dapat digambarkan sebagai berikut:
Masukan Konsep KB-Kes Prog. KIA Prog. Gizi Prog. KB Prog. Imunisasi Prog. Diare dll Inventaris kegiatan PSM Inventaris kegiatan bulan lalu Analisis/peng hitungan beban kerja Pembagian tanggung jawab Pembagian tugas baru Rencana kerja baru

tujuan

Dinamika Kelompok

Dinamika keiompok Dilakukan dengan permainan huruf "T" berantakan dan Johary Wmdow, nertujuan untuk menanamkan pentingnya kerjasama secara Tim dan keterbukaan anggota Tim dalam memecahkan suatu masalah.

Masukan tentang konsep Keterpaduan KB - Kesehatan, POA Puskesmas dan POA KB - Kesehatan, bertujuan untuk mengetahui pentingnya keterpaduan KB Kesehatan dan perencanaan kegiatan untuk tahun ini serta cakupan pelayanan yang harus dicapai.

Inventarisasi kegiatan peran serta masyarakat termasuk Posyandu, beertujuan agar semua petugas Puskesmas mengetahui : lokasi, kegiatan, petugas yang ditugasi membina, waktu, frekwensi dan kadernya.

inventarisasi kegiatan petugas pada bulan lalu sebagai bahan untuk beban kerja. Analisa/perhitungan beban kerja, bertujuan agar semua petugas dapat menghitung beban kerjanya dan mengetahui kekurangan atau kelebihannya. Penyusunan pembagian tugas baru bertujuan agar semua petugas mengetahui tugas rutin dan tugas pembinaan PSM secara adil dan merata. Pembentukan Tim pelayanan Posyandu dan pembagian tanggung jawab daerah binaan yang bertujuan agar semua petugas Puskesmas mempunyai tangggung jawab daerah binaan yangndibagi secara adil dan merata berdasarkan pembagian tugas baru.

Penyusunan rencana kerja harian baru yang bertujuan agar semua petugas Puskesmas agar membuat rencana kerja yang dibuat tiap-tiap bulan, baik untuk tugas rutin maupun untuk pembinaan PSM. (4) Pelaksanaan

- Pembimbing dan pelatih/pengarah: = pembimbing: Ka. Kandep/Ka. Dinkes Dt. II dan staf. = pelatih/pengarah: Ka. Puskesmas dan staf. - Peserta: Peserta Lokakarya Mini ialah semua petugas ini: dokter gigi/perawat gigi

perawat/perawat kesehatan/PK.C, bidan/PK.E, sanitarian/PK.AB, petugas p petugas SP2TP dan petugas lain yang dianggap penting (b) Penggalangan kerjasama lintas sektoral (1) Pengertian Kerjasama lintas sektoral sering sukar diwujudkan, jika tidak dilandasi oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat, serta tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Untuk menggalang kerjasama lintas sektoral terutama dalam membina peran serta masyarakat di tingkat kecamatan, perlu dirumuskan bersama secara jelas tentang peran yang harus dilakukan masing-masing sektor dan mekanisme kerjanya. Dengan perkembangan

kebijaksanaan pembangunan kesehatan selama Pelita V, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup keluarga, sasaran utamanya adalah penurunan angka kematian bayi dan anak balita, angka kematian ' ibu melahirkan serta angka kelahiran, dengan pendekatan keterpaduan KB - Kesehatan, kerjasama dengan sektor lain, alih teknologi serta alih kelola kepada masyarakat, dengan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bentuk penyelenggaraan Posyandu. Oleh karena itu, penggalangan kerjasama lintas sektoral pada saat ini diarahkan untuk merumuskan kerjasama dalam membina upaya peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. (2) Tujuan Umum

Terjalinnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka pembinaan peran serta masyarakat secara baik. Khusus o Adanya saling mengetahui dan saling mengenal program pembinaan peran serta masyarakat masing-masing sektor terkait di tingkat Kecamatan. o Adanya saling mengetahui peran masing-masing sektor yang saling mendukung, untuk membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. o Terumuskannya rencana kerja tribulanan masing-masing sektor pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan secara terpadu. (3) Pentahapan Pelaksanaan Tahapan Pelaksanaan Penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral.

tujuan

Dinamika Kelompok

- Program lintas sektoral tingkat kecamatan - Prog. KB-kes - Kebijaksanaan pengembangan - Peran sektor dalam KB_kes

Pembagian peran masing masing sektoral

Analisis masalah peran sektoral

Rencana kerja baru pembinaan PSM, KB-Kes

Inventarisasi peran bantuan lintas sektoral

Pertemuan dalam rangka penggalangan kerjasama lintas sektoral diselenggarakan oleh Camat bekerjasama dengan Tim Pembina PKK kecamatan dan dibantu sepenuhnya oleh Puskesmas. Secara garis besar, acara penggalangan kerjasama lintas sektoral adalah sebagai berikut: a. Dinamika kelompok Untuk menanamkan motivasi kerjasama dalam Tim dilakukan proses dinamika kelompok dengan menggunakan permainan Broken T (huruf T berantakan), yang dapat mengungkapkan pada perserta tentang pentingnya kerjasama secara Tim dalam melaksanakan suatu program. b. Penjelasan dari sektor-sektor Masing-masing sektor menjelaskan kegiatannya dalam rangka pembinaan peran serta masyarakat. c. Penjelasan tentang Keterpaduan KB-Kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan keluarga dengan upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kematian ibu bersalin serta angka kelahiran dengan alih teknologi dan alih kelola melalui pengembangan dan pembinaan Posyandu. (Topik pembahasan tidak selalu KB-Kes tapi disesuaikan dengan kebutuhan) d. Penjelasan POA KB-Kesehatan, agar sektor yang bersangkutan mengetahui rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan cakupan lima program serta pengembangan dan pembinaan Posyandu. e. Penyajian hasil-hasil kesepakatan kerjasama lintas sektoral dalam membina Keterpaduan KB-Kesehatan, baik di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/ Kodya, agar peserta mengetahui peranan masing-masing sektor dalam rangka kerjasama lintas sektoral. f. Inventarisasi peranan saling mendukung dari masing-masing sektor dalam membina Keterpaduan KB-Kesehatan. Tujuan dari acara ini adalah mengetahui seberapa jauh masing-masing sektor sudah berperan dalam kerjasama dan hambatan-hambatan serta masalah yang dihadapi dalam kerjasama. g. Analisa peranan masing-masing sektor, dilakukan dengan cara membandingkan antara peranan masing-masing sektor yang sudah dilaksanakan dengan hasil kesepakatan (butir E) dan mengelompokkan masalah serta hambatan yang dihadapi untuk dipecahkan bersama.

h. Merumuskan masing-masing sektor dalam pembinaan peran serta masyarakat di bidang KB-kesehatan secara musyawarah untuk mufakat. i. Membuat rencana kerja tribulanan masing-masing sektor daiam membina peran serta masyarakat di bidang Keterpaduan. (c) Rapat kerja bulanan Puskesmas. (1) Pengertian Setelah Puskesmas selesai melaksanakan Lokakarya Penggalangan Puskesmas, maka segala keputusan yang telah diambil secara bersama harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Walaupun Lokakarya sudah diselenggarakan dan segala hasilnya sudah dilaksanakan sebaikbaiknya, masih perlu adanya tindak lanjut yang bertujuan untuk menilai pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksananya, sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang lebih baik. Salah satu usaha untuk melaksanakan tindak lanjut dari Lokakarya penggalangan Tim adalah mengadakan Rapat Kerja Rutin setiap bulan, yang penyelenggaraannya serta materinya diuraikan berikut ini. (2) Tujuan (a) Timbulnya kebiasaan pada seluruh petugas Puskesmas untuk selalu mengadakan tindak lanjut dari setiap kegiatan dalam melaksanakan program kesehatan. (b) Adanya suatu sistem manajemen sederhana dan terselenggarakannya rapat kerja rutin bulanan Puskesmas, untuk melakukan penilaian program yang sedang berjalan secara teratur, dan hambatan-hambatan yang dijumpai selama satu bulan yang lalu dapat dipecahkan bersama. (3) Pentahapan Pelaksanaan (a) Tahap pelaksanaan rapat kerja bulanan puskesmas

MASUKAN tujuan Laporan hasil kegiatan bulan lalu Hasil rapat PKK kecamatan Tambahan pengetahuan

Analisa hambatan kegiatan bulan lalu Rencana kerja baru Pemecahan masalah

Materi yang akan dibahas dalam Rapat Kerja Butanan Puskesmas adalah

sebagai berikut: o Laporan pelaksanaan Rencana Kerja Harian dari tiap petugas dan hasil cakupan pelayanan Posyandu tiap desa pada bulan lalu dari Tim Pembina dari daerah binaan Posyandu. o Kebijaksanaan dari atasan langsung yang didapat dari hasil Rapat Dinas Kesehatan dan kebijaksanaan Pemerintah Daerah yang didapat dari rapat Kecamatan. o Tambahan pengetahuan dan ketrampilan kepada petugas Puskesmas dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat atau dalam rangka mengatasi kejadian luar biasa. o Analisa dari masalah/hambatan yang terjadi dan pemecahan masalah. o Rapat Kerja ditutup dengan acara pembuatan rencana kerja harian, dari semua petugas Puskesmas untuk bulan depan. (d) Rapat kerja tribulanan lintas sektoral (1) Pengertian Semangat kerjasama dalam Tim yang telah ditimbulkan dalam lingkungan sektor-sektor, perlu dipelihara dengan baik agar kerjasama lintas sektoral yang telah dibina bisa berjalan mantap dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk memelihara kerjasama ialah dengan mengadakan pertemuan berkala dan membahas pelaksanaan kerjasama maupun masalah yang dihadapi dan sekaligus mencari pemecahannya bersama-sama. (2) Tujuan Umum

Meningkatnya dan terpeliharanya hubungan kerjasama lintas sektoral. Khusus o Terlaksananya pertemuan lintas sektoral berkala untuk mengkaji kegiatan kerjasama selama 3 bulan yang lalu dalam pembinaan PSM di bidang kesehatan. o Terpecahkannya masalah dan hambatan yang dihadapi dalam rangka kerjasama lintas sektoral. o Terumuskannya mekanisme dan rencana kerjasama lintas sektoral untuk tribuan berikutnya. (3) Pentahapan pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan Rapat Kerja tribulanan lintas sektoral

tujuan

- Laporan kegiatan posyandu oleh PKK - Masalah hambatan dalam pembinaan posyandu

Analisa masalah masing masing sektor

Pemecahan masalah

Rencana pembinaan PSM/KB-Kes dai masing masing sektor

Materi yang akan dibahas dalam rapat kerja tribulanan lintas sektoral adalah sebagai berikut: Laporan kegiatan penyelenggaraan Posyandu oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan, dan hambatan/masalah yang dijumpai serta usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut Laporan sektor-sektor dalam pembinaan PSM di bidang kesehatan, dan hambatan/ masalah yang dijumpai serta usaha yang teiah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Laporan dari Puskesmas disertai dengan gambaran cakupan pelayanan Posyandu secara kumulatif, agar desa-desa yang cakupannya rendah diketahui sektor lain. Sambutan dari Tim Pembina Posyandu Dati II tentang usaha untuk mengatasi hambatan/masalah dan menyampaikan kebijaksanaan Pemda maupun Tim Pembina Posyandu Dati II. Susunan prioritas pembinaan ke desa-desa berdasarkan cakupan yang paling rendah. Analisa dan pemecahan masalah yang dilakukan bersama. Menyusun rencana pembinaan untuk tribuian yang akan datang, dan sebagai penutup rencana kerja dari semua sektor diserahkan oleh Camat kepada Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan.

7. Pemantauan Pelaksanaan (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP) 1. Pengertian, tujuan dan ruang lingkup a. Pengertian Dalam manajemen diperlukan adanya data yang akurat, tepat waktu dan kontinu serta mutakhir secara periodik. Berdasar S.K. Menteri Kesehatan nomor 63/Menkes/ll/l98l, berlaku sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan Puskesmas, meliputi keadaan tisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh Puskesmas. Dengan melakukan SP2TP sebaik-baiknya, akan didapat data dan informasi yang diperlukan untuk perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan, pengendalian dan penilaian penampilan Puskesmas serta situasi kesehatan masyarakat umumnya. b. Tujuan Umum

Tersedianya data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara periodik/ teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai tingkat administrasi. Khusus o Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok Puskesmas yang akurat tepat waktu dan mutakhir secara teratur. o Terlaksananya pelaporan data tersebut secara teratur di berbagai jenjang administrasi, sesuai dengan peraturan yang berlaku. o Termanfaatkannya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai tingkat administrasi. c. Ruang lingkup a. SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan Perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling). b. Pencatatan dan Pelaporan mencakup: data umum dan demografi wilayah kerja Puskesmas data ketenagaan di Puskesmas data sarana yang dimiliki Puskesmas

data kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas.

c. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulanan, semester dan tahunan), dengan menggunakan formulir yang baku. Seyogyanya berjenjang dari Puskesmas ke Dati II, dari Dati li ke Dati I, dan Dati I ke Pusat. Namun sementara ini dapat dilakukan dari Dati II langsung ke Pusat, dengan tindasan ke Propinsi.

2. Beberapa batasan Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk mendapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama di seluruh Puskesmas. a) Kunjungan: Ada 2 (dua) macam kunjungan: (1) Kunjungan seseorang ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu, baik untuk mendapat pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapat keterangan sehat-sakit. Untuk ini dibedakan 2 (dua) kategori: Kunjungan baru, ialah seseorang yang pertama kali datang ke Puskesmas/Puskesmas Pembantu, sehingga seumur hidupnya hanya dicatat sebagai satu kunjungan baru. Kunjungan lama, ialah seseorang yang datang Puskesmas/Puskesmas Pembantu yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapat pelayanan kesehatan. Perkecualian kedua kategori tersebut pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Balita: Kunjungan Ibu Hamil pada setiap kehamilan dianggap sebagai kunjungan baru, sedangkan kunjungan kedua kali dan seterusnya untuk memeriksakan kehamilan, dianggap sebagai kunjungan lama. Dengan demikian penetapan kunjungan Ibu Hamil tidak ditentukan dengan tahun/periode, tetapi diberlakukan sebagai "episode ofillness". Kunjungan Ibu Menyusui, termasuk Ibu yang menyelesaikan kehamilannya karena abortus, selama periode menyusui yang 2 tahun, dihitung sebagai 2 kunjungan baru. Dengan kata lain setiap Ibu Menyusui setelah saat melahirkan/abortus dihitung kembali sebagai kunjungan baru. Sedangkan kunjungan selanjutnya dihitung sebagai kunjungan lama.

Kunjungan Balita setiap tahun (setelah hari ulang tahun) dianggap sebagai kunjungan baru. Jadi setiap Balita mempunyai 4 x kunjungan baru. Sedangkan kunjungan kedua dan seterusnya dari tahun yang bersangkutan, dicatat sebagai kunjungan lama.

(2) Kunjungan Sebagai Kasus Kunjungan kasus adalah kasus baru -t- kasus lama -f kunjungan baru + kunjungan lama suatu penyakit. b. Kasus Ada 2 macam kasus: 1. Kasus baru, adalah "new episode ofillness", yaitu pernyataan pertama kali seseorang menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnosa dokter atau tenaga paramedis. 2. Kasus lama adalah kunjungan Kedua dan seterusnya, dari kasus baru yang belum dinyatakan sembuh atau kunjungan kasus lama dalam tahun/periode yang sama. Untuk tahun berikutnya, kasus ini diperhitungkan sebagai kasus baru. Khusus pada penderita kusta hanya dikenal kasus baru, yaitu saat pertama kali penemuannya. Pada kunjungan kedua dan seterusnya hanya dihitung sebagai kunjungan kasus, bukan sebagal Icasus lama. c. Keluarga Keluarga dalam catatan SP2TP adalah satu kepala keluarga beserta anggotanya yang tendiri dari isteri, anak-anak (kandung, tiri dan angkat), dan orang lain yang tinggal dalam satu atap/rumah.

d. Nomor Kode Puskesmas Pemberian nomor kode Puskesmas/Puskesmas Pembantu berdasar pada letak geografis dan jenjang administrasi serta peresmian per S.K. Bupati atas existensinya setelah dibangun. Pelaksanaan SP2TP

3. Pelaksanaan SP2TP Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan, ialah: a. Pencatatan dengan menggunakan format. b. Pengiriman laporan dengan menggunakan format secara periodik. c. pengolahan analisis dan pemanfaatan data / informasi.

V. Evaluasi program DHF dengan pendekatan sistem

1. Masukan (input) Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan Demam Berdarah Dengue. 2. Proses (process) Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsure perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan pengawasan (controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program Demam Berdarah Dengue 3. Keluaran (output) Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system dari kegiatan pemberantasan DBD 4. Dampak (impact) Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD 5. Umpan Balik (feed back) Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan sekaligus sebagai masukan dalam program pemberantasan DBD 6. Lingkungan (environment) Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap system.

Tolak ukur keberhasilan: Terdiri dari variable masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pemberantasan DBD.

1. MASUKAN Tenaga Dokter Kooedinator P2M dan PKM Petugas Laboratorium Petugas Administrasi Kader aktif Jumantik Dana Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di: 1. APBD : sebagai contoh, APBD menyediakan anggaran

untuk pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis, bahan cetakan, kegiatan pemecahan masalah di kotamadya. 2. Swadaya Masyarakat : operasional, contoh, menyediakan pelaksanaan, anggaran pencegahan untuk dan

pemeliharaan,

penanggulangan DBD Sarana Medis Meliputi hal-hal dibawah ini : a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer, tensimeter, senter b. Alat pemeriksaan hematokrit c. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat d. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS (kasus DBD di Rumah Sakit) e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik) f. Buku petunjuk program DBD

g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD h. Larvasida Non-Medis Meliputi hal-hal dibawah ini : a. Gedung puskesmas b. Ruang tunggu c. Tuang administrasi d. Ruang periksa e. Ruang tindakan f. Laboratorium g. Apotik h. Perlengkapan administrasi i. Formulir laporan Metode Terdapat metode untuk: 1. Penemuan penderita tersangka DBD Kasus dilihat dari jumlah suspe DBD yang dating ke puskesmas 2. Rujukan penderita DBD Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif. 3. Penyuluhan Kesehatan pada Penyuluhan masyarakat meliputi : a. Penyuluhan Perorangan melalui konseling b. Penyuluhan Kelompok : Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan melalui poster. 4. Surveilan kasus DBD Angka Bebas Jentik : presentasi rumah yang bebas jentik disbanding dengan jumlah rumah yang diperiksa 5. Surveilans vector : terhadap individu yang berobat

Pengamatan Jentik Berkala : presentasi jumlah rumah yang diperiksa jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa 6. Pemberantasan vector a. Abatisasi : pemberian bubuk abate pada tempat

penampungan air yang tidak bias dikuras b. Kegiatan 3 M : dengan Badan Gerakan 3M yang

perwujudannya melalui Jumat bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan dengan pengawasan kader. Menguras, menutup, dan mengubur tempat pertumbuhan jentik. c. Fogging focus

7. Pencatatan dan Pelaporan 2. PROSES Perencanaan Ada perencanaan tertulis mengenai: Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah

pasien suspect DBD yang datang ke puskesmas Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintikbintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif. Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M, dan Fogging focus Pencatatan dan Pelaporan Pengorganisasian Terdapat strukur organisasi tertulis dan pemberian tugas yang jelas dalam melaksanakan tugasnya. Pelaksanaan 1. Penemuan penderita tersangka DBD

Kasus dilihat dar jumlah suspect DBD yang datang ke puskesmas 2. Rujukan penderita DBD Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif. 3. Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok 4. Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik (berapa kali per tahun) 5. Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala (berapa kali per tahun) 6. Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M, dan Fogging focus 7. Pencatatan dan Pelaporan : ada tidaknya terjadi wabah

Pengawasan dan Pengendalian Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan Bulanan Triwulanan Tahunan

3. KELUARAN Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect DBD yang datang ke puskesmas Contoh : 128 orang/tahun Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.

Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk) Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-jalur informasi yang ada: a. Penyuluhan Kelompok: PKK, Organisaasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll. b. Penyuluhan Perorangan Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu Kepada penderita/keluarganya di puskesmas Kunjungan rumah oleh kader/ petugas puskesmas

c. Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll . Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik

Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu dengan cara visual. Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuranukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah: House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva dan atau pupa. HI = Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik x 100% Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit larva atau pupa. CI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100% Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100 rumah yang diperiksa. BI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100 rumah Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah yang diperiksa.

ABJ = Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan Jentik x 100% Jumlah Rumah Yang Diperiksa o Merupakan salah satu indicator keberhasilan program

pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal. o Contoh : 3x/ tahun dengan cakupan ABJ 96,07% Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada 100 rumah/bangunan yang dipilih secara acak (random sampling). Angka Bebas Jentik dan House Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah. Pemberantasan vector :

Perlindungan perseorangan, yaitu memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di took-toko seperti baygon, dll.5-7 a. Menggunakan insektisida Abatisasi : adalah menaburkan bubuk abate ke dalam penampung air untuk membunuh larva dan nyamuk. Cara melakukan abatisasi : untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate. Bila tidak ada alat untuk menakar gunakan sendok makan. Satu sendo makan peres ( diratakan atasnya) berisi 10 gram abate, selanjutnya tinggal membagi atau menambah sesuai jumlah air.dalam takaran yang dianjurkan seperti di atas, aman bagi manusia dan tidak akan menimbulkan keracunan. Penaburan abate perlu di ulang selama 3 bulan.7 Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena penyemprotan hanya mematikan nyamuk dewasa.

b.

Tanpa insektisida Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan penyuluhan 3M: o Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-

kurangnya seminggu sekali o Menutup rapat-rapat tempat penampungan air o Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau

menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastic bekas dan lain-lain. Selain itu ditambah dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M Plus, seperti : Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lain seminggu sekali Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lainlain, misalnya dengan tanah. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah kosong, dan lain-lain. Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk Pasang kawat kasa di rumah Pencahayaan dan ventilasi memadai Jangan biarkan menggantuk pakian di rumah Tidur menggunakan kelambu Gunakan obat nyamuk untuk mencegah gigtan nyamuk.

Pencatatan dan Pelaporan: kalau seandainya terjadi wabah a. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir: W 1/ laporan KLB (wabah) W 2/ laporan mingguan wabah

SP2TP :

LB 1 / laporan bulanan data kesakitan LB 2 /laporan bulanan data kematian

Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3 / Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP) b. Penderita demam berdarah / suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya (akut ataupun konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama de Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas KEsehatan Dati II setempat.

2. LINGKUNGAN Lingkungan Fisik: Jarak dengan pemukiman penduduk (dekat/jauh) Transportasi (mudah/sukar) Jarak dengan fasilitas umum Lingkungan Non-Fisik 1. Mata Pencaharian penduduk (terbanyak) 2. Tingkat pendidikan 3. UMPAN BALIK Adanya pencatatan dan Pelaporan Sesuai dengan waktu yang ditetapkan Masukan dalam program pemberantasan DBD selanjutnya

Rapat kerja (berapa kali / tahun) Antara kepala puskesmas dengan Pelaksana Unit untuk 1. Membahas laporan kegiatan bulanan 2. Evaluasi program yang telah dilakukan

4. DAMPAK LANGSUNG mortalitas kasus DBD TIDAK LANGSUNG masyarakat. : apakah terjadi peningkatan derajat kesehatan : apakah terjadi penurunan angka morbiditas dan

Daftar Pustaka 1. Standar Penanggulangan Penyakit Demam Berdara. Dinas kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002. 2. Widoyono. Demam berdarah dengue.Penyakit

tropis,epidemiologi,penularan,pencegahan dan pemberantasan. Jakarta. Erlangga; 2008.h.59 3. Bustan M N. Ukuran Epidemiologi. Pengantar epidemiologi.Cetakan ke-2. Jakarta. Rineka Cipta;2006.h 75 4. Depertemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan. Jakarta. Depertemen Kesehatan; 2005.hal 1 5. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Tatalaksanan demam berdarah dengue. Jakarta. Departemen Kesehatan;2001.hal.2 6. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Kesehatan Lingkungan Pemukiman. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 3. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 1991.h.G1-80 7. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue oleh jumantik. Edisi ke-3 Jakarta. Departemen Kesehatan;2007.hal.7 8. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Puskesmas. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid I. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 1991.h.G1-80 9. Azwar Azrul. Management Puskesmas. Keputusan Mentri Kesehatan Repuplik Indonesia tantang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 2004.h. 20-31 10. Richie. Evaluasi Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Periode Agustus 2007 sampai dengan Juli 2008. Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jakatra 2008.

You might also like