You are on page 1of 4

Ringkasan Perpajakan Pasal 26

Srimaya Ismi hilmiyawati Kursiwi Iis Alaisya 1111015000078 1111015000075 1111015000113 1111015000100

A. Pajak Penghasilan Pasal 26 Pasal 26 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap. B. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26 Pemotong PPh Pasal 26 wajib dilakukan oleh: 1. Badan pemerintah 2. Subjek Pajak dalam negeri 3. Penyelenggara kegiatan 4. Bentuk usaha tetap 5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap. C. Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 26 Jenis-jenis penghasilan yang wajib dipotong PPh Pasal 26 (Objek PPh Pasal 26) adalah : a. dividen b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang. c. royalty, sewa, dan penghasilan luar sehubungan dengan penggunaan harta d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan e. hadiah dan penghargaan f. pension dan pembayaran berkala lainnya g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya h. keuntungan karena pembebasan utang D. Tarif dan Penghitungan PPh Pasal 26 Tarif Tarif yang dikenakan adalah 20% untuk setiap jenis penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 26 atau sesuai dengan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) antar Negara atau tax treaty. Tarif PPh Pasal 26 berdasarkan P3B untuk dividen diatur sebagai berikut :

TARIF PPh PASAL 26 ATAS DIVIDEN DAN BRANCH PROFIT TAX (Untuk P3B yang Sudah Berlaku Maupun yang Baru Diratifikasi Per 1 Januari 2001)
No. 1 2 3 Negara Australia Austria Belgia Renegoisasi Brunei Darussalam Bulgaria Kanada Renegoisasi Republik Cheska Denmark Mesir Finlandia Prancis Jerman Hungaria India Italia Jepang Jordania Kuwait Luksembung Malaysia Mauritius Mongolia Belanda Renegoisasi Selandia Baru Norwegia Pakistan Polandia Republik Korea Rumania Rusia Seychelles Singapura Afrika Selatan Spayol Sri Lanka Sudan Swedia Portofolio 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 20% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 10% 10% 15% 15% 10% 10% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 10% 15% 15% 15% 15% 10% 15% Dividen Penyertaan Langsung 15% 10% 15% 10% 15% 15% 15% 10% 10% 10% 15% 10% 10% 10% 15% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 15% 5% 10% 10% 10% 15% 15% 10% 10% 10% 12,5% 15% 10% 10% 10% 10% 15% 10% 10% Branch Profit, Tax 15% 12% 15% 10% 10% 15% 15% 15% 12,5% 15% 15% 15% 10% 10% 20% 10% 12% 10% N/A 10% 10% 12,5% 10% 10% 9% 9% 20% 15% 10% 10% 10% 12,5% 12,5% 20% 15% 10% 10% 20% 10% 15%

4 5 6

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

38 39 40 41 42 43 44 45 46 47

Swiss Syria Taiwan Thailand Filipina Tunisia Turki U.A.E Ukraina Inggris Renegoisasi Amerika Serikat Renegoisasi Uzbekistan Venezuela Vietnam Slovakia

15% 10% 10% 15% 20% 12% 15% 10% 15% 15% 15% 15% 15% 10% 15% 15% 10%

10% 10% 10% 15% 15% 12% 10% 10% 10% 10% 10% 15% 10% 10% 10% 15% 10%

10% 10% 5% 20% 20% 12% 15% 5% 10% 10% 10% 15% 10% 10% 10% 10% 10%

48

49 50 51 52

Tarif 20% dikenakan dari dasar pengenaan pajak, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. tarif 20% dari penghasilan bruto 2. tarif 20% dari penghasialan netto 3. tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan. Penghitungan PPh Pasal 26 1. PPh Pasal 26 = 20%x penghasilan bruto Penghitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk : dividen bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang royalty, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan hadiah dan penghargaan pensiun dan pembayaran berkala lainnya 2. PPh Pasal 26 = 20%x penghasilan netto Penghasilan netto = perkiraan penghasilan neto x penghasilan bruto Penghitungan tersebut diterapkan untuk : penghasilan dari penjualan harta di indonesia

premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri 3. PPh Pasal 26 = 20% x (Penghasilan Kena Pajak PPh Terutang) E. Sifat Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 26 1. Sifat Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 26 Pada prinsipnya pemotongan pajak atas penghasilan wajib pajak luar negeri adalah bersifat final, namun atas penghasilan berikut ini pemotongan pajaknyatidak bersifat final, sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam SPT PPh. Penghasilan yang dimaksud (pemotongan tidak bersifat final) adalah: a. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan b. Penghasilan berupa dividen; bunga, premium, diskonto, premi swap, dan imbalan sehubungan dgn jaminan pengembalian utang; royalty, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta; dan lain sebagainya. c. Penghasilan wajib pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi wajib pajak dalam negeri / BUT. 2. Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 26 Penghasilan berikut ini terutang PPh Pasal 26 pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau terutangnya penghasilan yang bersangkutan: a. Penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk dividen, bunga termasuk premium, diskonto, premi swap, imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, dan lain sebagainya. b. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia. c. premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri. Ketentuan yang berkaitan dengan penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 26 adalah: a. PPh Pasal 26 yang telah dipotong harus disetorkan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak. b. Pemotong PPh Pasal 26 diwajibkan untuk menyampaikan SPT selambatlambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir c. Pemotong PPh Pasal 26 harus memberikan tanda bukti pemotongan PPh Pasal 26 kpd orang pribadi atau badan yang dibebani membayar PPh yang dipotong. d. Pemotongan PPh Pasal 26 atas penghasilan serupa PKP sesudah dikurangi pajak dari semua bentuk usaha tetap di Indonesia, terutang dan harus dibayar linas selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir, sebelum SPT disampaikan.

You might also like