Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
HARI BUDIYANTO
PENDIDIKAN PROFESI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Telp. 0271-717417, 719483
Fax. 715448 Surakarta 57102
PERKEMBANGAN TEORI SEJARAH
“TEORI GERAK SEJARAH”
2
tentang kebebasan manusia atau peranan manusia dalam sejarah. Dapatkah
manusia menentukan perjalanan sejarah?, atau manusia itu seperti wayang yang
hanya digerakkan saja oleh sejarah. Masalah lain yang erat huungannya dengan
masalah ini ialah tentang peranan tokoh-tokoh besar, seperti Iskandar Zulkarnain,
Socrates, Julius Caesar, Gajah Mada, Lao Tse, Napoleon Bonaparte, Lenin,
Mahatma Gandhi, Frnaklin Delano Roosevelt, dsb.
Masalah yang berkaitan dengan filsafat sejarah tersebut tidak dapat
dipecahkan secara absolut, artinya tidak diberi satu jawaban yang dapat diterima
dan dapat memuaskan semua orang. Jawabannya bersifat relatif atau tidak absolut,
di satu sisi benar, di sisi lain mungkin salah. Untuk memudahkan pemecahan
masalah tersebut, ditegaskan sebagai berikut:
1. siapakah yang menentukan gerak sejarah?
2. bagaimanakah sifat gerak sejarah itu?
3. apakah peranan manusia dalam sejarah atau apakah arti sejarah bagi manusia?
Apabila masalah tersebut tidak dapat dipecahkan secara memuaskan,
setidak-tidaknya akan terdapat suatu rangkuman tentang makna sejarah.
Menganalisis sejarah (kejadian sejarah) berarti mencari hakekat dari kejadian-
kejadian tersebut. Hasil analisis tersebut adalah penyusunan atau penceritaan
kembali suatu cerita sejarah . Dalam analisis tersebut terdapat juga adanya gerak
sejarah, hukum sejarah seperti halnya menganalisis suatu benda dalam ilmu
pengetahuan alam. Analisis sejarah yang obyektif bila analisis itu didasarkan pada
sumber-sumber yang ditemukan, peranan pikiran manusia yang menganalisis
(subyek) hanya terbatas kepada kemampuan mencari adanya saling hubungan
antara cerita yang terdapat pada sumber-sumber sejara tersebut (Sutrasno, 1975:
54)
3
cara sangat mudah dan mengagumkan, tetapi ini tak merupakan suatu kemalangan
besar, seperti halnya jika dilihat sepintas lalu saja. Lima puluh tahun sebelum
waktu itu, suku bangsa Manchu adalah segerombolan yang kecil dan tak penting,
dan diam di sebuah lembah subur di Manchuria. Ayah dan nenek laki-laki salah
seorang pemimpinnya telah dibunuh secara khianat oleh bangsa Tionghoa, maka
bersumpahlah pemimpin tiu untuk membalas dendam dan ia menepati
sumpahnya.
Seperti telah diketahui bangsa Manchu dapat menguasai Tiongkok selama 248
tahun (1644-1912), yang perlu dipermasalahkan di sini adalah:
1. apakah sebabnya bangsa Manchu menguasai Tiongkok?
2. apa sebab mereka memiliki kebudayaan Tionghoa sebelum menyerbu ke
Tiongkok?
3. mengapa mereka tetap berbangsa Manchu meskipun kebudayaannya
Tionghoa?
4. mengapa mereka tidak tetap berdiam di lembah yang subur itu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sukar untuk dijawab dengan tepat, akan
tetapi dapat dicari sebab-sebab yang sesuai, sebab-akibat dapat diterangkan, tetapi
dapat pula dipersoalkan:
1. mengapa bangsa Manchulah yang menguasai Tiongkok, mengapa bukan
bangsa-bangsa nomaden lain di sebelah utara Tiongkok?
2. siapakah yang menggerakkan bangsa Manchu ke Tiongkok?
3. siapakah yang menggerakkan hati orang Tionghoa untuk memanggil bangsa
Manchu?
Masalah di atas dapat dirangkum menjadi satu masalah, yaitu gerak
sejarah seperti dilaksanakan bangsa Manchu dan Tiongkok disebabkan oleh
siapakah? Manusia sendiri ataukah kekuatan-kekuatan di luar manusia? Apakah
pemimpin-pemimpin manchu bermusyawarah untuk memiliki kebudayaan
Tionghoa dengan maksud tertentu? Apakah pemimpin-pemimpin Tiongkok sudah
bulat tekadnya untuk memasukkan Manchu ke negerinya setelah
memperhitungkan segala sesuatu? Ataukah segala sesuatu itu berlangsung dengan
serba kebetulan saja? Mungkinkah bahwa memang itulah nasib bangsa-bangsa?
Dewa-dewakah yang merencanakan? Tuhankah yang mengatur segala-galanya?
4
Apabila dipersingkat, maka masalah-masalah itu bentuknya sebagai
berikut:
Jiwa besar
Manusia
Khalayak
Gerak Sejarah
Disebabkan oleh 1. Tuhan
: Kekuatan 2. Dewata
Di luar Manusia 3. Kekuatan
Masyarakat
4. Nasib
5
III. Pengertian-pengertian Dasar Gerak Sejarah
Untuk memudahkan masalah gerak sejarah, masalah tersebut harus
dipandang khusus mengenai manusia. Bagaimanakah manusia memandang
dirinya sendiri? Sejarah adalah sejarah manusia, peran sejarah hanya manusia
saja, penulis sejarah manusia juga, peminat sejarah juga manusia, maka
manusialah yang harus dipandang sebagai inti permasalah tersebut. Oleh kerena
itu, dapatlah dimengerti bahwa munculnya masalah itu dipandang sebagai akibat
pendapat manusia tentang dirinya, yaitu:
a. manusia bebas menentukan nasibnya sendiri, dengan istilah internasional
otonom
b. manusia tidak bebas menentukan nasibnya, nasib manusia ditentukan kekuatan
di luar kekuatan dirinya, manusia disebut heteronom.
Faham bahwa manusia itu otonom dalam istilah filsafat disebut
indeterminism dan faham heteronom disebut determinism. Pada umumnya
manusia lebih condong menerima kekuatan di luar pribadinya daripadaa ia
percaya bahwa segala sesuatu ditentukan oleh dirinya sendiri. Masalahnya
berkisar pada pertanyaan, siapakah yang menentukan nasibnya? Penentu nasib
manusia adalah:
a. alam sekitar beserta isinya
b. kekuatan x (tidak dikenal)
c. Tuhan
6
sudah ditentukan oleh nasib. Hukum alam yang menjadi dasar segala hukum
cosmos ialah hukum lingkaran atau hukum siklus. Setiap kejadian, setiap
peristiwa akan terjadi lagi, terulang lagi. Apabila digambarkan seperti gambar di
bawah ini:
Benih Malam Musim Hujan
Cakra Manggilingan
Roda mati hidup yang berputar terus
Maut
Mati
Lahir
Hidup
Arti Cakra manggilingan ialah bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri
dari cakram itu, bahwa segala kejadian/peristiwa berlangsung dengan pasti
(Sutrasno,60-61). Cakram adalah lambang nasib (qadar) yang berputarterus serba
abadintanpa henti putusnya. Manusia terikat dengan cakram itu, hidup bergerak
7
naik turun seirama dengan gerak irama cakram di jagat raya, sesuai dengan gerak
cakram jagat kecil. Nasib (qadar) adalah kekuatan tunggal yang menentukan
gerak sejarah, manusia hanya menjalani dan menjalankan qadarnya.
Zaman lampau telah terjadi menurut kodrat alam, terlaksana menurut
qadar. Zaman yang akan datang akan terjadi seperti telah dikodratkan manusia
tidak akan dapat mengubah qadar itu. Qadar, nasib atau fatum bagi alam fikiran
Yunani merupakan kekuatan tunggal. Oleh karena itu kejadian/peristiwa sejarah
dari masa itu melukiskan kejadian/peristiwa yang tergantung pada qadar. Sifat
cerita sejarah ialah realistis, menurut kenyataan.
8
4 inventus Kejantanan Daud
5 gravitas Dewasa, dewasa Babilonia
bijaksana
6 kiamat Tua Pemilihan antara baik-jahat
Tujuan gerak sejarah ialah terwujudnya Kehendak Tuhan, yaitu Civitas
Dei atau Kerajaan Tuhan. Bila Civitas Dei itu akan menjadi wujud belum
diketahui, yaitu sebelum dan sesudah kiamat, tetapi nyatalah bahwa Tuhan akan
mengadakan pemilihan, barang siapa taat dan menerima kehendak Tuhan di
terima di sorga, barang siapa menentang kehendak Tuhan akan menjadi penduduk
neraka atau jahanam.
Masa sejarah adalah masa percobaan, masa ujian bagi manusia. Kehendak
tuhan harus diterima dengan rela dan ikhlas, manusia tidak dapat melepaskan diri
dari dari kodrat ilahi. Keharusan kodrat ilahi menurut faham ini ditambah dengan
ancaman di akhirat, masuk civitas diaboli (kerajaan iblis) atau neraka.
Zaman lampau sebagai perwujudan kehendak Tuhan adalah cermin atau
hikmah untuk mengetahui kodrat ilahi. Zaman yang akan datang adalah masa
medan perjuangan untuk mendapat tempat di Civitas Dei. Maka peri kehidupan
manusia ditujukan kepada Civitas Dei, kepada akhirat, kecemasan dan ketakutan
meliputi seluruh alam fikiran itu. Apakah nasib yang akan diterima kelak? Fiat
Voluntas tua, kehendak Tuhan terlaksanalah! Manusia menyerah kepada kehendak
Tuhan, ia menerima segala sesuatu, menyerahkan nasib kepada gereja.
Demikianlah pandangan sejarah Eropa di masa abad pertengahan (midlle
ages), manusia hanya menanti-nantikan kedatangan Civitas Dei. Gerak sejarah
bermata air kodrat ilahi dan bermuara pada Civitas Dei.
9
bukunga An Arab Philosophy of history translated and arranged by Charles
Issawi MA, halaman 26-30:
Sejarah ialah kisah masyarakat manusia atau kisah kebudayaan dunia,
yaitu kisah perubahan-perubahan yang terjadi karena kodrat masyarakat itu seperti
masa kebiadaban, masa saling membantu terus ke masa persatuan golongan, kisah
revolusi, pemberontakan yang timbul antara bangsa dengan bangsa dan kisah
kerajaan-kerajaan dan negara-negara yang timbul karena revolusi dan
pemberontakan itu, kisah kegiatan dan pekerjaan manusia, yaitu pekerjaan untuk
mendapatkan nafkah, atau kegiatan dalam macam-macam ilmu dan usaha, dan
umumnya kisah dari perubahan yang terjadi karena kodrat manusia. Keadaan
dunia dan keadaan negara-negara dan adat lembaganya serta cara-cara
penghidupannya (produksi) tidak tinggal tetap dan bersifat kekal (tak berubah)
akan tetapi terus berubah sepanjang masa dan berubah dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain. Demikian halnya manusia, waktu, kota-kota mengalami
perubahan, maka iklim, masa, daerah dan negara juga akan mengalami perubahan
itulah hukum yang telah ditentukan oleh Allah untuk para mukmin (R. Moh. Ali,
1963: 72).
Dengan tegas Ibnu Kholdun menunjukkan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam masyarakat karena qadar Tuhan, yang terdapat dalam masyarakat
adalah “naluri” untuk berubah. Justru perubahan-perubahan itu berupa revolusi,
pemberontakan, pergantian lembaga, dsb, maka masyarakat dan negara akan
mengalami kemajuan. Manusia dan semua lembaga-lembaga yang diciptakannya
dapat maju karena perubahan. Ibnu Kholdun dengan tegas menyatakan perubahan
sebagai dasar kemajuan dan itulah yang kemudian disebut teori evolusi (teori
kemajuan) yang dicetuskan oleh Charles Darwin.
Perbedaan antara teori Santo Agustinus dan Ibnu Kholdun tampak dari
akhir tujuan terakhir. Agustinus mengakhiri sejarah dengan dwitunggal sorga-
neraka, bagi Ibnu Kholdun sejarah menuju ke arah timbulnya beraneka warna
masyarakat, negara dengan manusianya menuju ke arah kesempurnaan hidup.
Teori Agustinus menciptakan manusia menyerah, teori Ibnu Kholdun mendidik
manusia menjadi pejuang yang tak kenal mundur. Puncak gerak sejarah ialah umat
10
manusia bahagia dengan beraneka ragam masyarakat, negara, kesatuan hidup
lainnya yang sempurna.
Sejarah adalah medan perjuangan manusia dan cerita sejarah adalah epos
perjuangan ke arah kemajuan. Dengan ilmu pengetahuan, taknik, filsafat alam
11
sekitarnya diselidiki dengan semangat evolusi. Mitos evolusi menjadi sumber
dinamika yang dahsyat dan mengeluarkan manusia dari alam rohaniah.
Evolusi berarti evolusi jasmaniah, evolusi kebendaan, evolusi duniawi,
kefanaan, misalnya kemajuan teknik: kapal api, kereta api, pabirk, dsb. Gerak
sejarah tidak menuju ke akhirat, tetapi ke arah kemajuan duniawi, maka dalam
dunia yang seolah-olah tidak memerlukan Tuhan lagi itu, timbullah faham-faham
baru yang berpedoman pada evolusi tak terbatas, diantaranya faham historical
materialism atau economic determinism.
Faham historical materialism menerangkan bahwa pangkal gerak sejarah
ialah ekonomi, gerak sejarah ditentukan oleh cara-cara menghasilkan barang
kebutuhan masyarakat (produksi). Cara produksi menentukan perubahan dalam
masyarakat, perubahan itu ditimbulkan oleh pertentangan kelas. Gerak sejarah
terlaksana dengan pasti menuju ke arah masyarakat yang tidak mengenal
pertetangan kelas. Tujuan sejarah ialah menciptakan kebahagiaan untuk setiap
manusia, kelas manusia istimewa akan lenyap pada saat amsayarat tanpa kelas
dapat diwujudkan.
Manusia pada dasarnya tidak bebas, tidak otonom dalam arti luas. Semua
perubahan terjadi tanpa persetujuan manusia, manusia hanya dapat mempercepat
jalan gerak sejarah dan tidak dapat mengubah atau menahan gerak sejarah.
Kebebasan manusia sangat terbatas oleh keharusan ekonomi. Gerak sejarah tidak
memerlukan Tuhan, tidak memerlukan fatum, tidak memerlukan manusia agar
dapat terlaksana. Sejarah berlangsung dengan sendirinya, yaitu karena
pertentangan kelas. Gerak sejarah bersifat mekanis, seperti jam tangan yang
setelah diputar berjalan dengan sendirinya, manusia menjadi alat dari dinamika
ekonomi.
Demikianlah secara singkat faham historical materialism (Croce, 2008: 6-
13) yang dicetuskan oleh Karl Marx (1818-1883) dan Frederick Engels (1820-
1895). Jelaslah bahwa otonomi yang dibanggakan manusia abad 19 sebetulnya
hanya pembebasan dari Tuhan dan penambatan dari hukum ekonomi. Dunia yang
tersedia ini tidak untuk difikirkan, tetapi harus diubah menurut kehendak manusia
menurut hukum alam. Sejarah menjadi perjuangan manusia untuk menciptakan
12
dunia baru guna kebahagian manusia. Pada abad ke-20 historical materialism
diperjuangkan oleh Partai Komunis.
13
c. manusia Barat harus dengan bersikap berani menghadapi keruntuhan itu
Mempelajari sejarah tujuannya ialah untuk mengetahui suatu kebudayaan
didiagnose seperti seorang dokter menentukan penyakit si penderita. Nasib
kebudayaan dapat diramalkan, sehingga untuk seterusnya kebudayaan itu dapat
menentukan sikap hidupnya.
14
kebudayaan dan jumlah yang banyak (mayoritas) meniru keudayaan tersebut.
Tanpa minoritas yang kuat dan dapat mencipta, suatu kebudayaan tidak dapat
berkembang. Apabila minoritas lemah dan kehilangan daya mencipta, maka
tantangan dari alam tidak dapat dijawab lagi. Minoritas menyerah, mundur, maka
pertumbuhan kebudayaan tidak ada lagi. Apabila kebudayaan sudah memuncak,
maka keruntuhan (decline) mulai tampak. Keruntuhan itu terjadi dalam 3 masa,
yaitu:
a. kemerosotan kebudayaan, terjadi karena minoritas kehilangan daya mencipta
serta kehilangan kewibawaannya, maka mayoritas tidak lagi bersedia mengikuti
minoritas. Peraturan dalam kebudayaan (antara minoritas dan mayoritas pecah
dan tentu tunas-tunas hidupnya suatu kebudayaan akan lenyap.
b. kehancuran kebudayaan mulai tampak setelah tunas-tunas kehidupan itu mati
dan pertumbuhan terhenti. Setelah pertumbuhan terhenti, maka seolah-olah daya
hidup itu membeku dan terdapatlah suatu kebudayaan itu tanpa jiwa lagi.
Toynbee menyebut masa ini sebagai petrification, pembatuan atau kebudayaan
itu sudah menjadi batu, mati dan mejadi fosil.
c. lenyapnya kebudayaan, yaitu apabila tubuh kebudayaan yang sudah membatu
itu hancur lebur dan lenyap.
Untuk mwnhindarkan keruntuhan suatu kebudayaan yang mungkina
dilakukan adalah mengganti norma-norma kebudayaan dengan norma-norma
ketuhanan. Dengan pergantian itu, maka tujuan gerak sejarah ialah kehidupan
ketuhanan atau kerajaan Allah menurut paham Protestan. Dengan demikian garis
besar teori Toynbee mirip dengan Santo Agustinus, yaitu akhir gerak sejarah
adalah Civitas Dei atau Kerajaan Tuhan.
15
dan menolak teori Karl Marx. Sorokin juga menolak teori Agustinus dan Toynbee
yang menuju ke arah Kerajaan Tuhan.
Ia menilai gerak sejarah dengan gaya, irama dan corak ragam yang kaya
raya dipermudah, dipersingkat dan disederhanakan sehingga menjadi teori siklus.
Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah menunjukkan fluctuation of age to age,
yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam. Ia menyatakan adanya cultural
universal dan di dalam alam kebudayaan itu terdapat masyarakat dan aliran
kebudayaan. Di alam yang luas ini terdapat 3 tipe yang tertentu, yaitu:
a. ideational, yaitu kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayaan
b. sensate, yaitu serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusat pada panca
indera
c. perpaduan antara ideational-sensate, yaitu idealistic, yaitu suatu kompromis.
Tiga jenis kebudayaan adalah suatu cara untuk menghargai atau
menentukan nilai suatu kebudayaan. Menurut Sorokin tidak terdapat hari akhir
seperti pendapat Agustinus, tidak ada pula kehancuran seperti pendapat Spengler.
Ia hanya melukiskan perubahan-perubahan dalam tubuh kebudayaan yang
menentukan sifatnya untuk sementara waktu.
Apabila sifat ideational dipandang lebih tinggi dari sensate dan sifat
idealistic ditempatkan diantaranya, maka terdapat gambaran naik-turun, timbul-
tenggelam dan pasang-suruta dalam gerak sejarah tidak menunjukkan irama dan
gaya yang tetap dan tertentu. Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak
mencari pangkal gerak sejarah atau muara gerak sejarah, ia hanya melukiskan
prosesnya atau jalannya gerak sejarah.
16
b. Pelaksanaan kehendak Tuhan, gerak sejarah ditentukan oleh kehendak Tuhan
dan menuju ke arah kesempurnaan manusia menuju kehendak Tuhan. Manusia
hanya menerima ketentuan itu dan tidak dapat mengubah nasibnya. Akhir gerak
sejarah adalah Kerajaan Tuhan (Civitas Dei) bagi yang dapat diterima Tuhan
dan kerajaan setan (Civitas Diaboli) bagi yang ditolak oleh Tuhan.
c. Ada juga yang berpendapat bahwa ikhtiar, usaha dan perjuangan manusia dapat
menghasilkan perubahan nasib yang sudah ditentukan Tuhan, maka gerak
sejarah merupakan perimbangan antara kehendak Tuhan dengan usaha manusia.
Aliran ini merupakan perpaduan otonomi dan heteronomi.
d. Evolusi dengan kemajuan yang tidak terbatas, gerak sejarah membawa manusia
setingkat demi setingkat terus ke arah kemajuan. Dengan senang hati manusia
melaksanakan gerak sejarah dengan penuh harapan akan mengalami kemajuan
yang tidak terhingga. Alam semesta harus dan dapat dikuasai oleh manusia.
Semakin meningkat, semakin luas dan dalam pengetahuan manusia dan makin
berkuasalah ia.Aliran inilah yang sangat berpengaruh terhadap gerak sejarah di
dunia Barat, sehingga bangsa-bangsa di Eropa dan Amerika menglami kemajuan
yang pesat.
e. Disamping faham evolusi terdapat pula faham historical materialism yang
menentukan masyarakat tanpa kelas adalah tujuan sejarah. Masyarakat tak
berkelas itu adalah tujuan gerak sejarah setelah melalui masa kapitalis.
f. Reaksi terhadap faham evolusi menghasilkan beberapa aliran baru, yaitu:
1) aliran menuju ketuhanan seperti faham Toynbee, bahwa gerak sejarah itu
akan sampai pada masa bahagia apabila manusia menerima Tuhan serta
kehendak Tuhan sebagai dasar perjuangannya.
2) aliran irama gerak sejarah menurut Sorokin yang menyatakan bahwa gerak
sejarah tidak bertujuan apa-apa dan bahwa gerak itu hanya menunjukkan
datang-lenyapnya atau berganti-gantinya corak; ideational, sensate dan
idealistic
3) aliran kemanusiaan, yaitu suatu aliran yang sangat luas dan berpusatkan
pendapat mutlak bahwa manusialah yang terpenting di dunia ini. Gerak
sejarah adalah perjuangan manusia untuk mencapai kemajuan yang setinggi
mungkin.
17
Dari uraian di atas dapat disimpulkan secara ringkas bahwa:
a. dasar mutlak gerak sejarah adalah manusia
b. isi gerak sejarah adalah pengalaman kehidupan manusia
c. tujuannya ialah manusia sempurna dalam arti yang luas, yaitu sempurna sebagai
manusia fatum, sebagai manusia bertuhan, manusia hitorical materialism dan
manusia amr.
d. pokok dasar gerak sejarah adalah masalah kemanusiaan, apakah manusia itu,
apakah tujuannya, dimanakah letak batas-batas kemungkinannya?
Demikianlah sifat gerak sejarah sebagai daya penggerak manusianuntuk
menciptakan dunia baru yang bersifat positif dan optimistis. Manusia mampu dan
dapat mengubah dunia serta menentukan nasibnya sendiri.
VI Penutup
Uraian tentang cerita sejarah pada umumnya hanya memberikan sekedar
penjelasan. Penjelasan itu hanya sekadar memberikan pengertian tentang sejarah
agar dapat dimengerti bahwa sejarah itu suatu ilmu yang mulia. Masalah manusia
adalah masalah sejarah. Setelah memiliki sekadar pengetahuan tentang ilmu
sejarah, maka kesadaran manusia tentang sejarah dapat diperjuangkan untuk
membangkitkan semangat juang bagi kepentingan bangs dan negara.
18
Daftar Pustaka
Ali, R. Moh. 1963. Pengantar Ilmu Sedjarah Indonesia. Bhratara. Jakarta
Croce, Benedetto. 1914, Historical Materialism translated by CM Meredith dalam
http://etext.lib.virginia.edu/modeng/modengC.browse.html copyright
2001, by the Rector and Visitors of the University of Virginia, diakses
tanggal 18 Nopember 2008
Malaka, Tan: 1944. Madilog. http://www.tanmalaka.estranky.cz/clanky/karya-
karya-tan-malaka/gerpolek-_sambungan_ Disakses tanggal: 18 Nopember
2008
Nio Joe Lan. 1952. Tiongkok Sepandjang Abad. Balai Pustaka. Jakarta
Sutrasno. 1975. Sejarah dan Ilmu Pengetahuan. Pradnya Paramita. Jakarta
Toynbee, Arnold Joseph. 1933. A Study of History.
http://nobsnews.blogspot.com/1993 /10/introduction.htm diakses tanggal
17 Nopember 2008
19