You are on page 1of 16

Fungsi dari Manajemen Kekayaan di buat untuk menolong organisasi untuk memantau dan menghitung kekayaan mereka seperti

perkakas, perangkat keras dan perangkat lunak, kendaraan, peralatan kantor, peralatan elektronik, mesin, dan lain-lain dari pembelian sampai penghapusan atau disposal yang lebih efisiensi. Fungsi ini sangat memudahkan perusahaan untuk menyimpan sebuah daftar kekayaan mereka, semua dokumen pembelian secara berurut, biaya-biaya, jumlah, lokasi, digunakan oleh siapa, catatan pelayanan, pencatatan dan perhitungan asuransi, akumulasi depresiasi dan nilai yang berlaku sekarang. Manajemen Aset menyediakan bagi perusahaan untuk perjalanan asset secara keseluruhan, tidak hanya untuk melihat asset mana saja yang dibeli dan berapa biayanya, asset mana yang digunakan dan bagaimana mereka dimanfaatkan, dimana lokasi mereka, termasuk dalam biaya apa, tetapi juga membantu mencegah hilangnya atau pencurian dari asset itu agar dapat mengurangi biaya asuransi dan pembayaran pajak yang berlebih. Fungsi yang ada pada Manajemen Aset di dalam SunFish ERP mempermudah administrasi dari asset dan hubungannya dengan tugas pencatatan. Semua tugas rutin manajemen termasuk pemeliharaan terhadap kategori aset, transaksinya seperti transfer, depresiasi, penghapusan, disposal, evaluasi ulang, dan penyesuaian keuangan dapat menjadi mudah dengan hanya dengan beberapa klik dan akan sangat menghemat waktu dan pemakai dapat berkarya. Jalannya audit, jurnal transaksi, perhitungan dan pencatatan laporan mendukung dengan mudah rekonsiliasi dan analisa yang transparasi sampai kontrol aset secara keseluruhan. Selain itu, juga menyediakan fungsi dasar untuk membuat keputusan tentang rencana anggaran dan akusisi investasi baru, di mana transparasi memenuhi optimisasi yang berkelanjutan dan lebih jauh lagi terhadap infrastruktur asset

Konsep Dasar dan Fungsi Penga

nggaran

Pemerintah perlu untuk melakukan efisiensi dari implementasi dan manajemen terhadap sumber daya keuangan yang baik. Departemen yang memiliki anggaran harus mengimplementasikan penggunaan anggaran berdasarkan waktu yang tepat dan biaya pinjaman pemerintah harus diminimalkan. Selain itu, manajemen terhadap utang dan juga diperlukan. Adapun, Manajemen keuangan pemerintah antara lain menyangkut : kebijakan fiskal, persiapan penganggaran, pelaksanaan anggaran, manajemen operasi keuangan, aturan akuntansi dan pengendalian, menyimpan data historis dan data perbandingan, dan adanya audit dan evaluasi kinerja keuangan dan hasil dari pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Pada dasarnya struktur organisasi yang berkaitan dengan penganggaran terdiri dari tiga bagian yaitu : bagian manajemen kas dan utang, bagian pencatatan dan pelaporan akuntansi , dan bagian pelaksanaan anggaran dan perencanaan keuangan. Di Indonesia, ketiga fungsi penganggaran ini dilaksanakan oleh departemen keuangan lewat pendelegasian wewenang kepada direktorat jenderal masing-masing yang mengatur mengenai masalah ini. Dari tiga bagian struktur organisasi diatas, dapat ditelaah bahwa fungsi penganggaran memiliki cakupan area ;

Manajemen kas.

Manajemen saldo akun bank pemerintah.

Pencatatan akuntansi dan pelaporan.

Perencanaan keuangan dan prediksi arus kas.

Manajemen utang dan garansi pemerintah.

Administrasi hibah luar negeri dan dana tambahan dari badan internasional.

Manajemen keuangan terhadap aset.

B. Manajemen Aset Pemerintah Aset keuangan pemerintah (selain dari aset tetap) terdiri dari saham di BUMN/BUMD, pinjaman yang telah dijanjikan, pembayaran garansi yang tidak tertagih dan lain-lain. Departemen yang mengurusi penganggaran, dalam hal ini departemen keuangan, harus mencatat aset keuangan pemerintah ini secara rinci. Selain dari itu aset keuangan, pendataan aset tetap tidak kalah pentingnya dimana aset yang dimiliki harus terus dipelihara dan diaudit secara berkala agar fungsi aset bagi publik dapat terus diberikan. Selain dari itu, peraturan yang jelas mengenai pencatatan dan inventarisasi aset haruslah dibuat agar aparat dilapangan memiliki dasar untuk melakukan sesuatu.

C. Permasalahan Dalam Manajemen Aset yang Baik Masih teringat dibenak kita musibah bendungan Situgintung di Ciputat yang menelan korban 100 orang tewas dan 100 lainnya sampai dengan sekarang belum ditemukan. Musibah yang tidak hanya menelan korban jiwa namun juga kerugian material yang tidak sedikit akibat sapuan banjir bandang tersebut.Lalu apa hubungannya manajemen aset dengan kejadian di atas?

Hubungannya adalah kalau saja bendungan Situgintung yang menjadi aset daerah di manaje (terus dipelihara dan diaudit) dengan baik , kecil kemungkinan bobolnya tanggul Situgintung terjadi dan kerugian yang dideritapun dapat diminimalisir. Kalau bendungan/tanggul di Jakarta dan sekitarnya menjadi aset daerah dan dipelihara dengan baik,kejadian situgintung-situgintung lainnya tidak akan terulang. Kalau saja semua pihak, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mau bersungguh-sungguh melaksanakan modernisasi manajemen aset, maka seharusnya aset pemerintah dan daerah bisa memberikan nilai tambah bagi semua masyarakat sebagai stake holder .

Sebenarnya masalah diatas adalah cuplikan kecil dari buruknya manajemen aset dari pemerintah kita. Kalau kita mau melihat secara agregat, Sebagaimana diketahui bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2004, 2005, dan 2006 oleh Badan Pemeriksa Keuangan dinyatakan disclaimer / tidak memberikan pendapat apapun. LKPP merupakan rapor pemerintah dalam mempertanggungjawabkan amanat yang dipercayakan rakyat, utamanya yang terkait dengan penggunaan anggaran/dana publik, juga kepada stakeholder lainnya (lembaga donor, dunia usaha, dll). Salah satu catatan yang diberikan BPK terhadap pemerintah terkait masalah ini adalah buruknya manajemen aset dari pemerintah.

D. Analisis dan Opini Sebelum masuk ke proses manajemen asset, didalam melaksanakan pencatatan, inventarisasi dan revaluasi asset harus ada strategi manajemen asset agar koordinasi antara program dan pelaksanaan dapat terkoordinasi dengan baik. Istilah Strategic Asset Management atau SAM digunakan untuk menggambarkan sebuah siklus pengelolaan aset, yaitu mulai dari proses perencanaan dan diakhiri dengan pertanggungjawaban/pelaporan aset. Keberhasilan SAM sering kali dikaitkan dengan keberhasilan menghemat anggaran sebagai dampak dari keberhasilan mengintegrasikan proses perencanaan dan pengelolaan aset.

Pada dasarnya, manajemen asset di Indonesia telah memiliki dasar hukum yang jelas yaitu UU No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara juncto PP No.6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan PP 38 tahun 2008 tentang perubahan PP No. 6 yahun 2006. Pasal 70 menyebutkan agar dilakukan inventarisasi atas BMN, khusus berupa tanah dan/atau bangunan yang berada di kementerian/lembaga minimal sekali dalam 5 tahun. Sedangkan untuk selain tanah dan/atau bangunan hal itu merupakan kewenangan dan menjadi domain/tanggung jawab masing-masing Menteri / Pimpinan Lembagaselaku Pengguna Barang.

Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Keuangan selaku BUN (Pengelola Barang), menginstruksikan kepada Dirjen Kekayaan Negara, sebagai sosok un i t organisasi yang vital dalam pengelolaan BMN, agar menjadi garda terdepan mewujudkan best practises tata kelola barang milik/kekayaannegara dengan langkah pencatatan, inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan Negara yang diharapkan akan mampu memperbaiki/menyempurnakan administrasi pengelolaan BMN yang ada saat ini.

Untuk itu, inventarisasi seluruh barang milik negara yang tersebar di pelosok Indonesia mutlak harus dilakukan agar terpotret secara jelas nilai aset/kekayan negara yang saat ini berada di

penguasaan masing-masing kementerian/lembaga negara. Selanjutnya setelah itu dilakukan tahap penilaian ulang (revaluasi) aset / kekayaan negara, khususnya yang berupa tanah dan/atau bangunan oleh Pengelola Barang guna mendapatkan nilai wajar atas aset tetap tersebut.

Inventarisasi dan revaluasi barang milik negara merupakan bagian tak terpisahkan dari proses manajemen aset negara itu sendiri, seperti disebutkan dalam PP No.6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, dimana pengelolaan barang milik negara itu meliputi : (1) perencanaan kebutuhan dan penganggaran, (2) pengadaan, (3) penggunaan, (4) pemanfaatan, (5) pengamanan dan pemeliharaan, (6) penilaian, (7) penghapusan, (8) pemindahtanganan, (9) penatausahaan, (10) pembinaan, pengawasan, dan pengendalian .

Namun, implementasi dilapangan sangat sulit untuk dilakukan karena banyaknya asset yang perlu untuk dinventarisir dan buruknya pencatatan asset yang dilakukan oleh tiap departemen pemerintah. T idak kurang dari 60 lebih kementrian/lembaga yang masih mendapatkan opini disclaimer terkait dengan manajemen aset yang mereka kelola dan tatausahakan. Manajemen aset adalah proses yang sustainability , berkelanjutan yang memerlukan komitmen semua pihak yang ingin menerapkan reformasi birokrasi di lembaganya. Diperlukan reformasi secara komprehensif pada unsur-unsur yang yang terkait dengan Manajemen Aset baik pada pihak pengelola maupun pengguna BMN. Unsur-unsuryang terkait dimaksud adalah Sumberdaya manusia terutama pada pihak pengelola, organisasi yang simpel dan dapat memangkas jalur birokrasi, peraturan yang senantiasa up to date dengan kasus-kasus terbaru serta sistem (penatausahaan) yang terintegrasi dan dapat diakses oleh semua pihak yang menjadi stakeholder. Dari 16 Kementrian/Lembaga yang telah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Yang patut digarisbawahi adalah kementrian/lembaga ini adalah kementrian lembaga yang baru dibentuk yang asset atau BMN nya secara kuantitas tidak terlalu besar. Hal ini tentu saja mempermudah dalam pengelolaan dan penatausahaan atas aset atau BMN yang mereka miliki.

Perjalanan untuk menciptakan manajemen aset yang modern memang masih memerlukan waktu yang panjang, akan tetapi tidak mustahil untuk dilakukan apabila semua unsur yang telah disebut di atas mau melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawab masing-masing dengan amanah dan komitmen yang tinggi. Bagaimanapun juga kedepan barang milik / kekayaan negara harus dikelola oleh SDM yang profesional dan handal, karena hal tersebut menjadi kebutuhan yang vital dan strategis pada masing-masing kementerian/lembaga negara. Penataan pengelolaan barang milik negara yang sesuai dengan semangat good governance tersebut, saat ini menjadi momentum yang tepat karena mendapat dukungan politik dari pemerintah. Pentingnya inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan negara yang adasaat ini sebagai bagian dari penyempurnaan manajemen aset negara secara keseluruhan. Tuntutan penerapan good governance dalam manajemen aset/kekayaan negara saat ini sudah tidak dapat ditunda-tunda lagi.Tentunya hal tersebut akan membuka cakrawala kita bersama tentang urgensi dan pentingnya kegiatan inventarisasi dan revaluasi BMN itu, sehingga dapat diharapkan mampu

untuk meningkatkan status opini LKPP yang saat ini masih disclaimer menjadi unqualified opinion. Sudah saatnya kita berubah menjadi negara yang mampu menerapkan fungsi penganggaran sebagaimana yang telah ditetapkan menurut peraturan yang telah dibuat agar akuntabilitas keuangan pemerintah dapat diprtanggungjawabkan.

Menuju The Best State Asset Management Salah satu reformasi bidang keuangan negara adalah reformasi bidang pengelolaan barang milik/kekeyaan negara. Sebagai landasan perubahan tersebut adalah UU No. 01 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yaitu dalam pengelolaan kekayaan negara harus diatur dalam peraturan pemerintah tersendiri. Saat ini, PP tentang pengelolaan barang milik negara/daerah sedang disusun oleh suatu tim yang diketuai oleh Drs. Herry Purnomo, M. Soc.Sc. Untuk mengetahui reformasi pengelolaan barang milik/kekayaan negara, Majalah Anggaran melakukan wawancara dengan Direktur Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara. Berikut petikan wawancaranya. Apa yang menjadi perhatian utama Direktorat PBM/KN saat ini? Ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama kami. Pertama, kita sedang mengembangkan landasan hukum yaitu UU No 1 tahun 2004, karana ruhnya atau landasan hukumnya ada disana. Kedua, dalam rangka reorganisasi, Direktorat PBM/KN sedang menata, apa tugas dan fungsinya karena ada institusi dari luar yang masuk yaitu BAKUN yang menyangkut inventarisasi barang milik negara. Ketiga, mengembangkan satu subdirektorat berkaitan dengan PP No. 41 tahun 2004 dimana embrio-nya sudah ada dalam salah satu subdirektorat. Nah, ini akan dijadikan salah satu subdirektorat tersendiri, yaitu subdirektorat Penatausahaan dan Pelaporan Investasi Pemerintah. Keempat, kita ingin mengembangkan data base sebagai suatu informasi sistem dalam pengelolaan kekayaan negara khususnya data tanah dan bangunan. Kita mencoba untuk mengembangkan sistem informasi berkaitan dengan asset milik negara atau asset management information system. Ini semua adalah pekerjaan besar dan menjadi pokok-pokok perhatian Direktorat Pengelolaan BMKN. Bagaimana tugas Direktorat PBM/KN setelah dikeluarkannya PP No. 41 tahun 2004? Seperti saya katakan sebelumnya berkaitan dengan pokok-pokok perhatian utama Direktorat PBM/KN yang ketiga yaitu mengembangkan salah satu subdirektorat yang berkaitan dengan pengelolaan investasi pemerintah. Sebenarnya hal ini sudah kita lakukan tetapi belum optimal. Yaitu berkaitan dengan penyertaan modal negara pada BUMN Persero. Dan kita juga sedang mengembangkan information system tetapi belum memuaskan juga. Kendalanya adalah kurang respon dari BUMN dalam memberikan laporan atau data kepada kita. Karena kurang landasan hukum. Sehingga dalam mewadahi PP 41 tahun 2004, secara konsepsional dalam rangka membangun landasan hukum yang jelas agar ada ikatan bagi BUMN untuk melaporkan perkembangan investasi pemerintah berupa penyertaan modal pemerintah dalam BUMN yang bersangkutan.

Sudah dilakukan juga keterlibatan kita dalam usulan-usulan penyertaan modal negara, karena PMN negara di atur dengan PP. Demikian juga kita diminta hadir di DPR untuk mengikuti proses politiknya. Nah, diharapkan dengan terbentuknya satu subdit tersendiri, kita akan lebih pro aktif dengan Meneg BUMN. Bagaimana Direktorat PBM/KN menangani perubahan pendekatan dari administratif aset menjadi aset manajemen? Kalau saya melihat perubahan ini tidak dapat dilakukan dalam waktu dekat. Karena landasan hukumnya belum ada. Dan pekerjaan kita sekarang ini lebih banyak bersifat administratif seperti perijinan. Kedepan sesuai dengan RPP yang sedang kita susun dalam management cycle pendekatan aset manajemen harus diakomodir. Siklus manajeman pengelolaan kekayaan negara meliputi perencanaan, pengadaan,penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, dan pengawasan. Alasan lain karena fungsi dari siklus manajemen aset belum terwadahi dalam tupoksi Direktorat PBM/KN. Dalam pengelolaan kekayaan negara ada dua fungsi yaitu fungsi budgeter dan sosial. Fungsi budgeter adalah bagaimana caranya sebagai pengelola dapat meng-generate revenue atas pengelolaan kekayaan negara tersebut seperti disewakan, BOT, pemindahtanganan seperti dijual. Sedangkan fungsi sosial seperti dihibahkan. Persoalan kedua, berupa pemanfaatan tersebut perlu adanya penguasaan secara fisik. Seperti di BPPN dulu setiap aset perlu dijaga, dirawat dan biayanya luar biasa besarnya. Ketiga, kita kurang memiliki ekspertis misalkan kita akan melakukan BOT. Kita tidak tahu berapa nilainya. Kelemahan sisi administratif selalu ketinggalan dengan tuntutan yang berkembang. Barang kali waktu menyusun tupoksi Direktorat PBM/KN belum mempertimbangkan dampak UU No. 01 tahun 2004. Apa saja tugas Direktorat PBM/KN dalam tim pemberesan aset pasca pembubaran BPPN? Secara struktural kita terlibat dalam salah satu pokja yaitu pokja administrasi aset. Saya sebagai salah satu ketua pokja yang membawahi empat subpokja yaitu subpokja adminstrasi kredit dan saham, subpokja properti, subpokja inventaris, dan subpokja administrasi aset. Dalam subpokja ketuanya dari anggaran. Sedangkan subpokja kredit dan saham ketuanya dari DJPLN, karena mereka mengetahui permasalahan kredit dan saham. Pokja ini sebagai inti dari penanganan asetaset eks BPPN. Perlu diketahui bahwa pembubaran BPPN dengan Keppres No. 17 tahun 2004 dan asetnya diserahkan kepada Departemen Keuangan. Aset ini terbagi menjadi dua kategori yaitu bermasalah dengan hukum diserahkan kepada tim pemberesan. Sedangkan untuk aset tidak bermasalah diserahkan kepada suatu perusahaan BUMN yaitu PT. Perusahaan Pengelolaan Aset. PT. PPA diberi kewenangan oleh Menteri Keuangan untuk meningkatkan value kemudian dijual. Ini terkait dengan fungsi budgeter yakni menambah pemasukan APBN. Dan mereka ditarget setiap tahunnya. Untuk tahun 2004 targetnya sekitar Rp. 2 trilyun lebih. Aset bermasalah ini sering terjadi pada aset berupa kredit, saham dan properti. Untuk inventaris hampir tidak ada permasalahan, tinggal diselesaikan saja. Sedangkan dokumentasi aset ternyata

luar biasa persoalannya. Seperti sertifikat tanah, deposito, surat jaminan, surat berharga ini ditangani seperti menangani kas negara dulu. Apa yang sudah dan akan dikerjakan oleh tim pemberesan khususnya dari Direktorat PBM/KN? Kita tidak bekerja sendirian, tetapi dalam tim. Bahkan dalam tim ini, anggota yang dominan adalah dari eks BPPN karena mereka yang menguasai dan mengetahui apa yang terjadi selama ini. Jadi kalau kita dari Departemen Keuangan ada tuntutan dari luar, kita akan bertanya kepada teman-teman eks BPPN karena yang tahu sejarahnya dan dokumen-dokumen pendukungnya berada di tangan mereka Khusus inventaris ini juga pekerjaan besar seperti meja kursi, komputer, dan peralatan kantor mungkin nanti akan dipakai oleh departemen atau dijadikan penyertaan modal di PT. PPA dan sisanya yang tidak terpakai akan dilelang. Ini sedang diproses. Apa permasalahan yang dihadapi oleh tim pemberesan? Permasalahan yang berkaitan dengan persoalan hukum spektrum nya luas. Tapi yang dimaksud disini adalah yang terkait dengan pengadilan. Kembali lagi ini juga masalah SDM. Pokja Administrasi Aset bekerja sama dengan Pokja Bantuan Hukum untuk menyelesaikan perkaraperkara di pengadilan seperti sita jaminan dan tuntutan-tuntutan dengan Mahkamah Agung seperti masalah Texmaco. Kita tidak memiliki kompetensi untuk itu sehingga kita bekerja sama dengan Pokja Bantuan Hukum. Apakah ada perbedaan penanganan dalam menyelesaikan aset pemerintah eks BPPN dengan aset pemerintah yang selama ini dibina oleh Direktorat PBM/KN? Kalau aset pemerintah yang dikelola oleh Direktorat PBM/KN saat ini pengelolaannya terdesentralisir di departemen/lembaga, sehingga kita lebih menangani hanya pada perijinan saja, seperti penghapusan, penjualan, ijin penetapan penggunaan, hibah, ijin pemindahtanganan, ijin BOT. Sedangkan aset eks BPPN untuk yang bermasalah hukum ditangani oleh Menteri Keuangan, sedangkan yang tidak memiliki persoalan hukum diserahkan ke PT. PPA melalui perjanjian antara Menteri Keuangan dengan direktur PT. PPA. Dalam perjanjian tersebut PT. PPA diberikan kewenangan-kewenangan, mulai dari meningkatkan value asset, mewakili Menteri Keuangan dalam Rapat Umum Pemegang Saham sampai dengan penjualan. Kita juga menangani perijinan dengan DPR untuk aset yang akan di jual oleh PT. PPA. Namun demikian, tugas menjadi ringan karena semua tugas diselesaikan melalui tim. Penjualan tersebut sebagai upaya dari recovery perekonomian. Karena PT. PPA juga ditarget untuk menyetor ke kas negara sehingga mereka harus meng-generate revenue. Salah satunya adalah penjualan Bank Permata pada saat harganya bagus. Bagaimana Direktorat PBM/KN mempersiapkan sumber daya manusianya?

MANAJEMEN ASET, KLASIFIKASI ASET, PENGELOLAAN BMN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Aset Manajemen aset merupakan suatu ilmu yang dibutuhkan bagi setiap

entitas/instansi/organisasi. Dengan penerapan manajemen aset maka setiap entitas bisa memanfaatkan aset yang mereka miliki dengan optimal/sesuai dengan tupoksinya. Untuk mengoptimalkan aset tersebut maka alangkah lebih baik dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari manajemen, aset, dan manajemen aset. 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut Daft yang diterjemahkan oleh Tarnujaya & Shirly (2006) Manajemen (management) adalah pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi. Dalam manajemen mencakup istilah proses, efektif, dan efisien, sesuai dengan pendapat Robbins & David (2004) The term management refers to the process of getting things done, effectively and efficiently, through and with other people. Istilah proses dalam manajemen yang di maksud Robbins & David disini adalah langkah-langakah dan kegiatan utama yang dilakukan oleh seorang manajer. Selanjutnya istilah efisien dalam manajemen disini adalah melakukan pekerjaan dengan benar dan mencapai tujuan organisasi. Sedangkan istilah efisien dalam manajemen melakukan tugas dengan benar yang mana mengacu pada hubungan antara input dan output. POAC 2.1.2. Pengertian Aset Menurut Siregar (2004) Pengertian aset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersil (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau

individu. Ada dua jenis aset yaitu aset berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible). Sedangkan pengertian Aset negara menurut Siregar (2004) adalah bagian dari kekayaan negara atau harta kekayaan negara (HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai oleh Instansi Pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah, tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan (dikelola BUMN) dan kekayaan Pemerintah Daerah. Hariyono (2007) dalam Modul Diklat Teknis Manajemen Aset Daerah berpendapat bahwa Aset (Asset) dalam pengertian hukum disebut benda yang terdiri dari benda bergerak dan tidak bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible) yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha atau individu. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005, tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa: Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dengan satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. 2.1.3. Pengertian Manajemen Aset Menurut Danylo dan A. Lemer (dalam Hariyono:2007), Asset Mangement isa methodology to efficiently and equitably allocate resources amongst valid andcompeting goals and objectives. Sedangkan menurut Kaganova dan McKellar (dalam Hariyono:2007), mendrfinisikan manajemen aset sebagai Property asset management can be defined as the process of decisionmakingand implementation relating to the acquisition, use, and disposal of realproperty. Definisi manajemen aset menurut Siregar (2004) Manajemen Aset merupakan salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya berkembang dan populer di lingkungan pemerintahan maupun di satuan kerja atau instansi. 2.1.4. Klasifikasi Aset

Dalam manajemen aset, aset diklarifikasikan kedalam beberapa jenis. Untuk mengetahui klasifikasi aset bisa dilihat berdasarkan bentuknya, aset berdasarkan karakteristik, aset berdasarkan sumber dana dan aset berdasarkan pandangan dari segi hukum. 2.1.4.1 Aset Berdasarkan Bentuknya Dalam Hermanto (2009), dijelaskan bahwa aset diklasifikasikan berdasarkan bentuknya dibagi atas 2 jenis, yaitu aset berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible). Lihat tabel Tabel 2.1 Bentuk Aset No Bentuk Aset Bangunan 1 Berwujud (Tangible) Infrastruktur Mesin/Peralatan Fasilitas Sistem Organisasi (Tujuan, Visi, dan Misi) Hak Cipta (Patent) Kualitas (Quality) 2 Tidak Berwujud (Intangible) Nama Baik/Citra (Goodwil) Budaya ( Culture) Sikap, Hukum, Pengetahuan, Keahlian (Capacity) Perjanjian (Contract) Motivasi (Motivation) Sumber: Hermanto (2009). a.Aset Berwujud (Tangible) Bentuk aset tangible (berwujud) adalah aset yang keadaannya benar-benar ada dan dapat dilihat volume, bentuk, ukuran, berat, dimana mempunyai masa manfaat lebih baik dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Bentuk aset berwujud yaitu bangunan, infrastruktur, mesin/peralatan dan fasilitas. b.Aset tidak berwujud (intagible) Aset

Aset intangible (tidak berwujud), adalah aset non keuangan yang dapat di identifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Bentuk aset yang tidak berwujud adalah sistem organisasi (tujuan, visi, dan misi), patent (hak cipta), quality (kualitas), goodwill (nama baik/citra), culture (budaya), capacity (sikap, hukum, pengetahuan, keahlian), contract (perjanjian) dan motivation (motivasi). 2.1.4.1 Aset Berdasarkan Karakteristik Menurut Sutrisno (2004) aset dibedakan berdasarkan karakteristiknya di bagi menjadi tiga jenis, antara lain tingkat kebutuhan, kepemilikan dan penggunaan. Tabel 2.2 Karakteristik Aset No Karakteristik Aset Basic 1 Tingkat Kebutuhan Important Supporting Optional Private 2 Penggunaan Semi Private atau Semi Public Public Own 3 Kepemilikan Partnership Public Sumber: Sutrisno (2004). Karakteristik aset berdasakan kebutuhan ada 4 kategori, yaitu Basic, important, supporting, dan optional. Aset sebagai fungsi basic (kebutuhan dasar) yaitu suatu aset harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu tujuan yang telah di tetapkan. Important (penting), yaitu sesuatu aset yang keberadaannya dapat digunakan untuk memperlancar dalam pencapaian tujuan dengan hasil yang lebih optimal, serta keberadaannya sangat penting pada waktu-waktu tertentu. Supporting (mendukung), yaitu sesuatu aset yang dapat mendukung atau membuat lebih nyaman dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan Optional (pilihan), yaitu suatu aset yang Kategori

bersifat pilihan, jika aset tersebut tidak ada pun tidak akan menghambat dalam mencapai suatu tujuan Karakteristik aset berdasarkan pengguna dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu aset private, semi public/semi private, dan public. Aset private merupakan aset yang penggunaannya terbatas hanya oleh pemiliknya saja. Aset semi public/semi private, penggunanya yaitu kelompok organisasi yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat menggunakan aset tersebut. Sedangkan aset public hanya digunakan oleh masyarakat umum. Karakteristik aset berdasarkan kepemilikan dapat dikelompokkan berdasarkan menjadi 3 kategori yaitu own, partnership, dan public. Kepemilikan aset berdasarkan own, jika pemiliknya bersifat individual. Kepemilikan partnership, yaitu yang dimiliki oleh individu dan pemerintah. Sedangkan aset berdasarkan kepemilikan public, yaitu aset yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat umum 2.1.4.3 Aset Berdasarkan Sumber Dana Dilihat dari Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah (BMN/D), aset berdasarkan sumber perolehan dananya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu aset negara (barang milik negara) dan aset daerah (barang milik daerah). Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah (BMN/D), menyebutkan bahwa Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang yang diperoleh dari pendapatan lainnya yang sah yaitu barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang atau barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah (BMN/D), menyebutkan bahwa BMD adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang yang diperoleh dari pendapatan lainnya yang sah yaitu barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang atau barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2.1.4.4 Aset Berdasarkan Pandangan Dari Segi Hukum Menurut Siregar (2004), Aset yang dipandang dari konsep hukum adalah properti. Istilah properti dapat berarti real menjadi estate atau personality. Dalam jenis meliputi real perkembangannya personal properti property, dikelompokkan empat property,

business dan financial interest. Untuk itu perlu dijelaskan lebih lanjut mengenai aset yang dipandang dari konsep hukum.

1. Real Property (Penguasaan dan Pemilikan Tanah dan Bangunan) Real Property meliputi semua hak, hubungan-hubungan hukum dan manfaat yang berkaitan dengan kepemilikan real estate. Sebaliknya, real estate meliputi tanah dan bangunan itu sendiri, segala benda yang keberadaannya secara alami di atas tanah yang bersangkutan, dan semua benda yang melekat dengan tanah itu, misalnya bangunan dan pengembangan tapak. 2. Personal property (Benda Bergerak) Personal Property merujuk pada hak kepemilikan atas suatu benda bergerak di dalam bagian-bagian benda selain dari real estate (tanah atau bangunan secara fisik). Benda-benda tersebut dapat berwujud (tangible) atau tidak berwujud (intangible), misalnya utangpiutang, goodwill dan hak paten. Benda bergerak yang berwujud mewakili kepemilikan dari benda-benda yang tidak melekat secara permanen pada tanah dan bangunan atau yang ada pada umumnya bersifat dapat di pindah tangankan ke tempat lain (move ability). 3. Business (Kegiatan Usaha) Business adalah setiap kegiatan di bidang komersial, industri, jasa atau investigasi yang menyelenggarakan aktivitas ekonomi. Bisnis pada umumnya dijalankan oleh badan usaha yang mencari untung yang kegiatan usahanya untuk memberikan produk barang atau jasa kepada konsumen. Sedangkan badan usaha adalah badan yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku. Suatu kegiatan usaha mungkin saja dalam bentuk badan hukum atau bukan. Badan usaha meliputi seluruh rentang kegiatan usaha yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, yang mencakup baik sektor swasta maupun sektor umum (Badan Usaha milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah). Kegiatan usaha mencakup antara lain manufaktur, pedagang grosir, pedagang eceran, kegiatan usaha penginapan, perawatan kesehatan dan jasa keuangan, hukum,

pendidikan serta jasa sosial. Badan usaha yang memberikan jasa infrastruktur kepada masyarakat, yakni sebagai perusahaan (korporasi) yang dikendalikan, namun tidak dimiliki oleh pemerintah. 4. Financial Interest (Hak Kepemilikan Secara Finansial) Hak kepemilikan secara finansial di dalam property berasal dari pembagian hukum atas hak kepemilikan saham dalam kegiatan bisnis dan hak atas penguasaan tanah dan bangunan (real property) dari perjanjian. Dalam perjanjian diberikan suatu hak pilihan untuk membeli atau menjual property (misalnya hak tanah dan bangunan, saham atau instrumen finansial lainnya) dengan harga yang disebutkan di dalam jangka waktu yang telah di tentukan, atau dari penciptaan instrumen investasi yang dijamin oleh sekelompok aset-aset real estate. Hak kepemilikan secara finansial yang berupa aktiva tak berwujud dapat mencakup hak yang melekat pada kepemilikan suatu kegiatan bisnis, hak yang memberikan suatu pilihan dan hak atas suatu penerbitan surat berharga. Hak-hak yang melekat pada kepemilikan suatu kegiatan bisnis atau pada tanah hak dan bangunan (property), misalnya untuk menggunakan, menempati, menjual, menyewakan atau mengelola. Hak-hak yang melekat dalam sebuah perjanjian (kontrak) yang memberikan suatu pilihan untuk membeli atau sewa menyewa misalnya untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan. Hak-hak yang melekat pada kepemilikan atas suatu penerbitan surat berharga, misalnya untuk mempertahankan atau untuk melepaskannya. 2.1.Pengelolaan BMN Dalam Peraturan Pemerintah No.06 Tahun 2006 yang dimaksud dengan Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Dalam rangka menjamin tertib penggunaan, pengguna barang harus melaporkan kepada pengelola barang atas semua barang BMN yang diperoleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah untuk ditetapkan status penggunaannya. Dalam rangka menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib pengelolaan BMN diperlukan adanya kesamaan persepsi dan langkah secara integral dan menyeluruh dari unsurunsur yang terkait dalam pengelolaan BMN.

Menurut Peraturan Pemerintah Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007, pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

berikut penjelasan dari azas pengelolaan Barang Milik Daerah, menurut Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2007:
1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang, dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masingmasing; 2. Azas Kepastian Hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan; 3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar; 4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintah secara optimal; 5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyat; 6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan

pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah

Dalam pengelolaan BMN siklus yang terjadi pertama mulai dari pembinaan pengelolaan, pengawasan dan pengendalian. Di dalam pengawasan dan pengendalian terdapat beberapa tahap yaitu: Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, Pengadaan, Pengamanan, Penggunaan Pemeliharaan, Penatausahaan, Penilaian dan Evaluasi.

You might also like