You are on page 1of 51

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembagian tugas dan kewenangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menempatkan kewenangan administratif (administrative beheer) diserahkan kepada Menteri/Ketua Lembaga dan penyelenggaraan kewenangan kebendaharaan (comptable beheer) kepada Menteri Keuangan. Sejak dimulainya pelaksanaan APBN Tahun anggaran 2005, implementasi kewenangan administratif tersebut telah dilaksanakan tercermin dengan beralihnya tugas-tugas ordonansering kepada Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja yang selama ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan dalam hal ini KPPN, antara lain kewenangan melakukan pengujian atas tagihan kepada negara, kewenangan

memerintahkan pembayaran dan pembebanan atas beban anggaran di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Sebagai konsekuensi kewenangan tersebut di atas, Kementerian

Negara/Lembaga/Satuan Kerja harus melakukan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan keuangan negara yang menjadi tanggung jawabnya termasuk pengelolaan administrasi belanja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pusat di lingkungan Satuan Kerjanya. Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa masalah belanja pegawai merupakan hal yang sangat sensitif dan mempunyai dampak politis yang sangat luas bagi penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu masalah belanja pegawai memerlukan penanganan yang baik, tertib, dan teratur pada setiap bagian yang terkait, baik pada bagian kepegawaian sebagai sumber data maupun pada bagian keuangan di lingkungan Satuan Kerja yang bersangkutan sejalan dengan pelimpahan kewenangan Administratif sebagaimana diamanatkan undang-undang. Kesalahan dalam melakukan pembayaran belanja pegawai dapat berakibat tuntutan ganti rugi atau perdata oleh pihak-pihak yang dirugikan. Sehubungan dengan hal tersebut maka disusunlah buku petunjuk yang disebut Modul Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai Negeri Sipil Pusat Pada Satuan Kerja sebagai pegangan bagi Satuan Kerja di lingkungan Kementerian

Negara/Lembaga. Modul ini akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan/ perubahan ketentuan tentang pelaksanaan belanja pegawai.

-1-

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan Modul ini adalah: 1. Memberikan pedoman dan kesatuan penafsiran dalam rangka pengalihan pengelolaan administrasi belanja pegawai dari KPPN kepada satker; 2. Memberikan prosedur dan tata cara pengelolaan Belanja Pegawai Negeri pada satker termasuk penatausahaan kepegawaiannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut: 1. Agar pengalihan pengelolaan belanja pegawai dari KPPN kepada satker dapat berjalan dengan baik dan lancar . 2. Agar implementasi kewenangan administratif khususnya dalam pengelolaan belanja pegawai dapat terselenggara dengan baik. 3. Agar sistem dan prosedur pengurusan belanja pegawai dapat diselenggarakan sebagaimana mestinya. 4. Sebagai pedoman bagi Satuan Kerja dan aparat yang terkait di bidang pengelolaan belanja pegawai negeri. C. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Modul Meliputi: 1. Tata usaha kepegawaian dan dokumen-dokumen belanja pegawai pemanfaatan aplikasi belanja pegawai untuk mempermudah serta

mekanisme

pembayaran belanja pegawai dan pemutakhiran data pegawai. 2. Administrasi pembayaran belanja pegawai terdiri atas syarat-syarat pembayaran, tata cara pengisian kartu-kartu pengawasan, tata cara penggunaan, penyusunan dan penyimpanan dokumen pendukungnya. 3. Mekanisme pembayaran belanja pegawai yang terdiri atas sistem dan prosedur pemutakhiran dan pencetakan berbagai daftar permintaan pembayaran belanja pegawai, prosedur pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), prosedur penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh Kuasa Pengguna Anggaran serta prosedur pencairan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh KPPN. 4. Proses pembukuan dan pertangggungjawaban serta pelaporan belanja pegawai termasuk penyelesaian atas kelebihan pembayaran belanja pegawai dan kerugian negara akibat kesalahan pembayaran belanja pegawai.

-2-

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

D. SISTEMATIKA

Untuk memudahkan dalam memahami maksud dari penyusunan buku ini, maka Modul diuraikan dalam 7 (tujuh) bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN memberikan gambaran latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup serta sistematika penyusunan Modul Petunjuk Teknis secara singkat.

BAB II KETENTUAN BELANJA PEGAWAI memuat pengertian tentang hal-hal yang berhubungan dengan belanja pegawai. BAB III PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI Memuat persyaratan pembayaran belanja pegawai BAB IV MEKANISME PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI memuat tentang penyediaan dan penyaluran dana belanja pegawai, pengelolaan belanja pegawai, tata cara penyaluran belanja pegawai, tata cara penerbitan SP2D belanja pegawai dan penatausahaan belanja pegawai

BAB V PENATAUSAHAAN BELANJA PEGAWAI menguraikan pelaksanaan penatausahaan kepegawaian mulai dari kelengkapan administrasi pegawai, tugas pengelola belanja pegawai dan penggunaan aplikasi belanja pegawai untuk penatausahaan administrasi belanja pegawai. BAB VI PEMBUKUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA PEGAWAI menjelaskan tata cara pembukuan dan pertanggungjawaban serta pelaporan gaji dan tunjangan termasuk penyelesaian atas kelebihan pembayaran belanja pegawai dan Kerugian Negara terkait dengan pembayaran belanja pegawai. BAB VII PENUTUP memuat ketentuan umum yang berlaku dan ketentuan dalam pengelolaan keuangan daerah serta petunjuk pelaksanaan lainnya.

-3-

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

BAB II KETENTUAN BELANJA PEGAWAI

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Belanja Pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun diluar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Termasuk dalam kelompok belanja pegawai ini adalah pengeluaran-pengeluaran untuk gaji dan tunjangan-tunjangan, uang makan, lembur, honorarium dan vakasi. Gaji dan tunjangan adalah pengeluaran untuk kompensasi yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah berupa gaji pokok dan berbagai tunjangan yang diterima berkaitan dengan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan (tunjangan istri/suami, tunjangan anak, tunjangan jabatan/yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, tunjangan kompensasi kerja, tunjangan perbaikan penghasilan, tunjangan beras, tunjangan pajak penghasilan, tunjangan irian jaya/papua, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, dan tunjangan umum) baik dalam bentuk uang maupun barang. A. GAJI POKOK DAN TUNJANGAN

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian disebutkan pada Pasal 7 bahwa setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Selanjutnya dalam

penjelasannya ditegaskan bahwa pada dasarnya setiap pegawai negeri beserta keluarganya harus dapat hidup layak dari gajinya sehingga dengan demikian ia dapat memusatkan perhatian untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam menentukan besarnya gaji memperhatikan kemampuan keuangan negara, selain daripada itu harus pula memperhatikan keadaan tempat dimana pegawai negeri itu dipekerjakan. Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tersebut diatas merupakan suatu landasan penggajian Pegawai Negeri Sipil menuju terwujudnya tingkat kehidupan yang layak bagi kehidupan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya. Gaji pegawai dan tunjangan yang melekat pada gaji adalah penghasilan yang diterima oleh PNS yang telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan surat keputusan sesuai ketentuan yang berlaku. Pembayaran gaji pegawai tersebut diberikan kepada pegawai setiap awal bulan sebelum yang bersangkutan melaksanakan

-4-

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

tugasnya. Rincian pembayaran gaji dimuat dalam sebuah daftar yang disebut dengan Daftar Gaji Induk/bulanan. 1. GAJI POKOK

Gaji pokok adalah landasan dasar dalam menghitung besarnya gaji seseorang pegawai negeri sipil. Hal ini disebabkan sebagian komponen perhitungan gaji seperti tunjangan isteri, tunjangan anak, dan tunjangan perbaikan penghasilan dihitung atas dasar persentase tertentu atau terkait dengan gaji pokok. Besarnya gaji pokok seseorang pegawai negeri sipil tergantung atas golongan ruang penggajian yang ditetapkan untuk pangkat yang dimilikinya. Karena itu pangkat berfungsi pula sebagai dasar penggajian. Besaran gaji pokok diberikan kepada pegawai sesuai dengan besaran yang tercantum dalam surat keputusan pengangkatan, surat keputusan kenaikan

pangkat, surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala, atau surat penetapan lainnya. Besaran gaji pokok terakhir diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2009 untuk PNS, Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2007 untuk Hakim Peradilan Umum Peradilan Tata Usahaan Negara dan Peradilan Agama. Kepada seseorang yang diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) diberikan gaji pokok sebesar 80% (delapan puluh persen) dari gaji pokok yang

ditentukan untuk golongan/ruang gaji menurut pangkat yang didudukinya. 2. TUNJANGAN-TUNJANGAN

Tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji terdiri atas tunjangan istri/suami, tunjangan anak, tunjangan jabatan struktural/fungsional, tunjangan yang

dipersamakan dengan tunjangan jabatan, tunjangan kompensasi kerja, tunjangan beras, tunjangan khusus PPh, tunjangan irian jaya/papua, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan umum dan tunjangan perbaikan penghasilan.

a) Tunjangan Istri/Suami Yang dimaksud dengan tunjangan istri/suami adalah tunjangan yang diberikan kepada pegawai negeri yang beristeri/suami. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan tunjangan isteri/suami adalah :
(1) diberikan untuk 1 (satu) istri/suami pegawai negeri yang sah; (2) besarnya tunjangan isteri/suami adalah 10 % dari gaji pokok;

-5-

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

(3) tunjangan isteri/suami diberhentikan pada bulan berikutnya setelah terjadi

perceraian atau meninggal dunia;


(4) untuk memperoleh tunjangan isteri/suami harus dibuktikan dengan surat

nikah/akta nikah dari Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil.

b) Tunjangan Anak Yang dimaksud dengan tunjangan anak adalah tunjangan yang diberikan kepada pegawai negeri yang mempunyai anak (anak kandung, anak tiri dan anak angkat) dengan ketentuan :
(1) belum melampaui batas usia 21 tahun; (2) tidak atau belum pernah menikah; (3) tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan (4) nyata menjadi tanggungan pegawai negeri yang bersangkutan.

Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan tunjangan anak adalah :


(1) diberikan maksimal untuk 2 (dua) orang anak; (2) dalam hal pegawai negeri pada tanggal 1 Maret 1994 telah memperoleh

tunjangan anak untuk lebih dari 2 (dua) orang anak, kepadanya tetap diberikan tunjangan anak untuk jumlah menurut keadaan pada tanggal tersebut. Apabila setelah tanggal tersebut jumlah anak yang memperoleh tunjangan anak berkurang karena menjadi dewasa, kawin atau meninggal, pengurangan tersebut tidak dapat digantikan, kecuali jumlah anak menjadi kurang dari dua;
(3) besarnya tunjangan anak adalah 2 % per anak dari gaji pokok; (4) tunjangan anak diberhentikan pada bulan berikutnya setelah tidak memenuhi

ketentuan pemberian tunjangan anak atau meninggal dunia;


(5) Pegawai wajib melaporkan bahwa anak yang masuk dalam tanggungan

pegawai tersebut telah tidak memenuhi ketentuan pemberian tunjangan anak atau meninggal dunia;
(6) batas usia anak seperti tersebut diatas dapat diperpanjang dari usia 21 tahun

sampai usia 25 tahun, apabila anak tersebut masih bersekolah dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) dapat

menunjukan surat pernyataaan dari kepala sekolah/kursus/

perguruan tinggi bahwa anak tersebut masih sekolah/kursus/kuliah;


(b) masa pelajaran pada sekolah/kursus/perguruan tinggi tersebut sekurang-

kurangnya satu tahun;


(c) tidak menerima beasiswa. -6-

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

(6) Untuk memperoleh tunjangan anak harus dibuktikan dengan: (a) Surat Keterangan Kelahiran Anak dari pejabat yang berwenang pada

Kantor Catatan Sipil/lurah/camat setempat;


(b) Surat Keputusan Pengadilan yang memutuskan/mensahkan perceraian

dimana anak menjadi tanggungan penuh janda/duda untuk tunjangan anak tiri bagi janda/duda yang bercerai;
(c) Surat Keterangan dari lurah/camat bahwa anak-anak tersebut adalah

perlu tanggungan si janda/duda untuk tunjangan anak tiri bagi janda/duda yang suami/isterinya meninggal dunia
(d) Surat Keputusan Pengadilan Negeri tentang pengangkatan anak (hukum

adopsi) untuk tunjangan anak bagi anak angkat (apabila pegawai mengangkat anak lebih dari 1 anak angkat, maka pembayaran tunjangan anak untuk anak angkat maksimal 1 anak)
(7) Untuk tunjangan anak tiri/anak angkat dibayarkan mulai bulan diterimanya

surat kelahiran oleh satuan kerja/pejabat administrasi belanja pegawai (pembayaran tunjangan anak tiri/anak angkat tidak berlaku surut) dengan syarat :
(a) ayah yang sebenarnya dari anak tersebut telah meninggal dunia yang

harus dibuktikan dengan surat keterangan dari pamong praja (serendahrendahnya camat),
(b) ayah yang sebenarnya dari anak tersebut bukan pegawai negeri dan

tunjangan anak untuk anak-anak itu diberikan kepada ayahnya yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dari kantor tempat ayahnya bekerja.
(c) anak tersebut tidak lagi menjadi tanggungan ayahnya yang dibuktikan

dengan surat keputusan dari pengadilan negeri bahwa anak tersebut telah diserahkan sepenuhnya kepada ibu dari anak tersebut dan disahkan oleh pamong praja (serendah-rendahnya camat)

c) Tunjangan Jabatan Struktural Tunjangan Jabatan Struktural adalah tunjangan jabatan yang diberikan kepada pegawai negeri yang menduduki jabatan struktural sesuai dengan peraturan perundangan dan ditetapkan dengan surat keputusan dari pejabat yang berwenang, dengan ketentuan :
(1) besaran tunjangan jabatan struktural dibedakan menurut tingkat eselon

jabatan berdasarkan Peraturan Pemerintah, yang terakhir diatur dalam

-7-

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

Peraturan Pemerintah No. 26 Struktural;

Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan

(2) tunjangan jabatan struktural sekaligus menentukan perpanjangan batas usia

pensiun bagi pegawai yang bersangkutan (eselon I dan II sampai dengan usia 60 tahun, khusus jabatan eselon I tertentu dapat diperpanjang sampai usia 62 tahun);
(3) tunjangan jabatan struktural dibayarkan pada bulan berikutnya setelah

tanggal pelantikan. Apabila pelantikan dilaksanakan pada tanggal 1 bulan berkenaan atau tanggal berikutnya apabila tanggal 1 bertepatan pada hari libur maka tunjangan jabatan struktural dibayarkan pada bulan berkenaan;
(4) pembayaran tunjangan jabatan struktural dihentikan terhitung mulai bulan

berikutnya sejak pegawai negeri yang bersangkutan:


(a) tidak lagi menduduki jabatan struktural; (b) diberhentikan sementara; (c) dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980;


(d) sedang menjalani cuti diluar tanggungan negara (kecuali cuti diluar

tanggungan negara karena persalinan);


(e) dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;


(f) dibebaskan dari tugas jabatannya selama lebih dari 6 bulan;

contoh : Seorang Pegawai Departemen Keuangan Drs. Unang Baskara

NIP.06002134 ditugaskan untuk mengikuti pendidikan program Magister selama 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal 1 September 2007. Dalam hal demikian, maka mulai Bulan Oktober 2007 pembayaran tunjangan jabatan struktural diberhentikan.
(g) sedang menjalani cuti besar. (5) tunjangan jabatan struktural bagi pegawai negeri yang diangkat dan dilantik

dalam jabatan struktural di luar satuan unit penggajiannya, maka yang berkewajiban mengajukan permintaan tunjangan jabatan struktural adalah satuan kerja unit penggajian instansi dimana PNS tersebut menduduki jabatan struktural. Contoh : Seorang PNS BKN bernama Muchdir, SH NIP.260001588 dipekerjakan pada Departemen Dalam Negeri diangkat dan dilantik dalam jabatan kepala Biro Kepegawaian (eselon IIa).
-8-

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

Dalam hal demikian, gaji Sdr. Muchdir, SH dibayarkan oleh BKN, sedangkan tunjangan jabatan strukturalnya dibayarkan oleh Departemen Dalam Negeri.

d) Tunjangan Jabatan Fungsional Tunjangan jabatan fungsional adalah tunjangan jabatan yang diberikan kepada pegawai negeri yang menduduki jabatan fungsional sesuai dengan peraturan perundangan dan ditetapkan dengan surat keputusan dari pejabat yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan, dengan ketentuan:
(1)

besaran tunjangan jabatan fungsional dibedakan berdasarkan Peraturan Presiden;

(2)

bagi

PNS

yang

berdasarkan

peraturan

perundang-undangan

dapat

merangkap jabatan fungsional dan struktural, hanya diberikan satu tunjangan jabatan yang menguntungkan baginya;
(3)

tunjangan jabatan fungsional sekaligus menentukan perpanjangan batas usia pensiun bagi pegawai yang bersangkutan (dapat diperpanjang sampai dengan usia 58 tahun, 60 tahun, dan 65 tahun);

(4)

tunjangan jabatan fungsional dibayarkan pada bulan berikutnya setelah tanggal melaksanakan tugas. Apabila tanggal melaksanakan tugas terhitung mulai tanggal 1 bulan berkenaan atau tanggal berikutnya apabila tanggal 1 bertepatan pada hari libur maka tunjangan jabatan fungsional dibayarkan pada bulan berkenaan;

(5)

tunjangan jabatan fungsional tidak dapat berlaku surut dari tanggal penetapan keputusan pengangkatan dalam jabatan fungsional;

(6)

pembayaran tunjangan jabatan fungsional dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya sejak pegawai negeri yang bersangkutan:
(a) tidak lagi menduduki jabatan fungsional (b) diberhentikan sementara (c) dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980


(d) sedang menjalani cuti diluar tanggungan negara (kecuali cuti di luar

tanggungan negara karena persalinan anak ke-3)


(e) dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap


(f) dibebaskan dari tugas jabatannya selama lebih dari 6 bulan (dihentikan

terhitung mulai bulan ketujuh). Contoh :


-9-

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

Seorang pejabat fungsional untuk mengikuti tugas belajar mulai tanggal 1 Nopember 2008 s.d 30 April 2010. Pejabat fungsional tersebut dinyatakan bekerja kembali terhitung mulai tanggal 10 Juli 2010. Dalam hal ini : tunjangan jabatan fungsional untuk bulan Nopember 2008 s.d April 2009 tetap dibayarkan; tunjangan jabatan fungsional diberhentikan terhitung mulai bulan Mei 2009 sampai Juli 2010; Tunjangan jabatan fungsional dibayarkan kembali mulai bulan Agustus 2010 dan seterusnya, apabila keputusan pengangkatan kembali dalam jabatan fungsional dan SPMT kembali telah diterima oleh KPPN Khusus untuk tunjangan jabatan fungsional dosen biasa yang mengikuti tugas belajar dalam negeri pada perguruan tinggi yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden, tunjangan jabatan fungsionalnya terhitung mulai bulan ketujuh diganti dengan tunjangan tugas belajar yang besarnya sama dengan tunjangan dosen.
(g) sedang menjalani cuti besar. (4) tunjangan

jabatan

fungsional

dibuktikan

dengan

surat

pernyataan

melaksakan tugas;
(5) untuk kepastian pembayaran tunjangan jabatan fungsional, setiap awal tahun

anggaran pejabat yang berwenang diharuskan membuat surat pernyataan masih menduduki jabatan;
(6) tunjangan jabatan fungsional bagi pegawai negeri yang diperbantukan,

dibayarkan oleh instansi tempat pegawai negeri yang bersangkutan bekerja;


(7) tunjangan jabatan fungsional bagi pegawai negeri yang dipekerjakan tetap

dibayarkan oleh instansi induknya.

e) Tunjangan Yang Dipersamakan Dengan Tunjangan Jabatan Ketentuan tentang tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan pada dasarnya sama dengan tunjangan jabatan fungsional. Namun karena

tunjangan ini memiliki karakteristik tersendiri sehingga tidak dapat dimasukkan sebagai tunjangan jabatan fungsional. Tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan meliputi Tunjangan Tenaga Kependidikan, Tunjangan Jabatan Anggota dan Sekretaris Pengganti Mahkamah Pelayaran, Tunjangan Jabatan Bagi Pejabat tertentu yang ditugaskan pada Badan Pemeriksa Keuangan,
- 10 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

Tunjangan Hakim, Tunjangan Panitera, Tunjangan Juru Sita dan Juru Sita Pengganti, Tunjangan Pengamat Gunungapi bagi Pegawai Negeri Sipil Golongan I dan II, Tunjangan Petugas Pemasyarakatan dan tunjangan jabatan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

f)

Tunjangan Kompensasi Kerja (Risiko Bahaya atas Pekerjaan) Tunjangan Risiko tidak dapat digolongkan ke dalam Tunjangan Struktural maupun Fungsional. Tunjangan ini diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya dituntut tanggungjawab yang tinggi namun senantiasa dihadapkan dengan dampak resiko bahaya kesehatan atas dirinya sehingga kepada pegawai tersebut diberikan kompensasi. Jenis-jenis tunjangan kompensasi kerja antara lain Tunjangan Pengelola Arsip Statis bagi PNS di lingkungan Arsip Nasional RI, Tunjangan Bahaya Radiasi bagi PNS di lingkungan BPTN, Tunjangan Bahaya Radiasi bagi Pekerja Radiasi, Tunjangan Resiko Bahaya Keselamatan dan Kesehatan dalam Penyelenggaraan

Permasyarakatan, Tunjangan Pengamanan Persandian, Tunjangan Resiko Bahaya Keselamatan dan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan bagi Pegawai Negeri di Lingkungan Badan SAR Nasional dan tunjangan lain yang sejenis dengan tunjangan kompensasi/bahaya yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

g) Tunjangan Beras Yang dimaksud dengan tunjangan beras adalah tunjangan beras yang diberikan kepada pegawai negeri dan anggota keluarganya dalam bentuk natura (beras) atau dalam bentuk inatura (uang) dengan besaran sesuai ketentuan yang berlaku. Ketentuan-ketentuan mengenai tunjangan beras diatur sebagai berikut :
(1) tunjangan beras diberikan kepada pegawai negeri dalam bentuk natura

(beras) dan inatura (uang)


(2) besaran tunjangan beras kepada pegawai negeri sipil diberikan sebanyak 10

kg/orang/bulan, atau setara itu yang diberikan dalam bentuk uang dengan besaran harga beras per kg nya ditetapkan oleh Menteri Keuangan
(3) besaran tunjangan beras kepada anggota keluarga pegawai negeri sipil

diberikan sebanyak 10 kg/orang/bulan atau setara itu yang diberikan dalam bentuk uang dengan besaran harga beras per kg nya ditetapkan oleh Menteri Keuangan

- 11 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

(4) banyaknya jumlah orang yang dapat diberikan tunjangan beras adalah

pegawai yang bersangkutan ditambah jumlah anggota keluarga yang tercantum dalam daftar gaji

h) Tunjangan Khusus PPh Yang dimaksud dengan tunjangan khusus PPh adalah tunjangan khusus pajak yang diberikan oleh pemerintah dalam rangka membantu pegawai negeri yang dikenakan pajak penghasilan.

i)

Tunjangan Khusus Irian Jaya/Papua Yang dimaksud dengan Tunjangan Khusus Irian Jaya/Papua adalah tunjangan khusus yang diberikan kepada Pegawai Negeri/Calon Pegawai Negeri yang bekerja di Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tunjangan Khusus Irian Jaya/Papua diberikan dengan latar belakang bahwa pegawai yang berkedudukan di suatu daerah yang angka indeks kemahalan lebih besar daripada angka indeks kemahalan daerah tertentu yang ditunjuk sebagai dasar (standar). Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan tunjangan khusus Irian Jaya/Papua sebagai berikut :
(1) besaran tunjangan khusus Irian Jaya/Papua ditetapkan dengan Keputusan

Presiden;
(2) diberikan kepada pegawai yang secara nyata berada dan bekerja di Provinsi

Papua dan Irian Jaya Barat;


(3) tunjangan khusus Irian Jaya/Papua diberikan pada bulan berkenaan berada

dan bekerja di Propinsi Papua dan Irian Jaya Barat yang dibuktikan dengan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;
(4) tunjangan khusus Irian Jaya/Papua dihentikan pada bulan berikutnya sejak

pegawai yang bersangkutan secara nyata tidak berada dan bekerja di Propinsi Papua/Irian Jaya Barat;
(5) tunjangan khusus Irian Jaya/Papua tidak diberikan kepada pegawai negeri

yang diberhentikan dengan hak uang tunggu.

j)

Tunjangan Pengabdian Wilayah Terpencil Yang dimaksud dengan tunjangan pengabdian wilayah terpencil adalah tunjangan yang diberikan kepada pegawai negeri yang bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil berdasarkan ketentuan yang berlaku. Latar belakang pemberian tunjangan pengabdian di wilayah terpancil adalah karena pegawai
- 12 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

negeri

yang

ditempatkan

di

wilayah

terpencil

cenderung

mengalami

permasalahan berat jika dibandingkan dengan mereka yang ditugaskan di wilayah lainnya. Wilayah terpencil adalah wilayah yang sulit dalam berbagai aspek, seperti tidak/belum tersedia pelayanan umum, harga kebutuhan pokok yang sangat mahal, tidak/belum tersedia sarana komunikasi yang memadai. Kondisi wilayah terpencil tentu membutuhkan tingkat pengabdian yang tulus dari seorang pegawai negeri untuk ditempatkan/ditugaskan di daerah tersebut. Untuk itu pemerintah wajib memperhatikan kepentingan pegawai negeri dimaksud dalam bentuk pemberian tunjangan pengabdian. Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan tunjangan pengabdian wilayah terpencil adalah sebagai berikut :
(1) tunjangan pengabdian di wilayah terpencil diberikan setelah suatu daerah

ditetapkan sebagai wilayah terpencil oleh Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Keuangan, dan Menteri Pertahanan dan

Keamanan;
(2) tunjangan pengabdian di wilayah terpencil dibuktikan dengan surat keputusan

penempatan tugas di wilayah terpencil dan surat penyataan bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang;
(3) tunjangan pengabdian di wilayah terpencil diberikan kepada pegawai yang

secara nyata berada dan bekerja di wilayah terpencil;


(4) tunjangan pengabdian di wilayah terpencil diberikan pada bulan berkenaan

apabila berdasarkan surat pernyataan bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil diterbitkan pada tanggal 1 (satu) bulan berkenaan atau

tanggal berikutnya apabila tanggal 1 (satu) bertepatan pada hari libur atau bulan berikutnya apabila surat pernyataan bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil diterbitkan setelah tanggal 1(satu);
(5) tunjangan pengabdian di wilayah terpencil diberhentikan pada bulan

berikutnya apabila pegawai yang bersangkutan : (a) pindah tugas keluar dari wilayah terpencil (b) tidak bertempat tinggal lagi di wilayah terpencil (c) berhenti, meninggal dunia atau pensiun, (d) dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (e) menjalani cuti di luar tanggungan negara
- 13 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

(f) dijatuhi hukuman disiplin berat

k) Tunjangan Umum Tunjangan Umum adalah tunjangan yang diberikan dalam rangka meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian dan semangat kerja bagi calon pegawai negeri sipil dan pegawai negeri sipil yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural atau tunjangan jabatan fungsional atau tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan dengan ketentuan:
(1) besaran tunjangan umum diatur dalam Peraturan Pemerintah No.12 Tahun

2006;
(2) tunjangan umum diberikan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2006; (3) tambahan tunjangan umum diberikan jika calon pegawai negeri sipil dan

pegawai negeri sipil menerima penghasilan (gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan beras dan tunjangan umum) kurang dari Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah);
(4) Bagi PNS yang memiliki Tunjangan Kompensasi Kerja (Tunjangan Bahaya

Radiasi bagi Pekerja Radiasi, Tunjangan Kompensasi Kerja bagi Pegawai Negeri yang ditugaskan di Bidang Persandian, Tunjangan bahaya Nuklir bagi PNS di Lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional, Tunjangan Pengelolaan Arsip Statis bagi PNS di lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia dan tunjangan Bahaya Radiasi bagi PNS di Lingkungan Badan Pengawas badan Tenaga Nuklir) kepadanya tetap diberikan Tunjangan Umum, sepanjang penghasilan PNS yang bersangkutan belum mencapai jumlah Rp. 1000.000,(satu juta rupiah)
(5) pembayaran tunjangan umum dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya

sejak pegawai negeri yang bersangkutan:


(a) menerima tunjangan jabatan struktural atau tunjangan jabatan fungsional

atau tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan;


(b) diberhentikan sementara dari jabatan negeri; (c) dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan berdasarkan

Peraturan Peraturan Nomor 30 Tahun 1980;


(d) sedang menjalani cuti besar atau cuti diluar tanggungan negara; (e) diberhentikan dari jabatan organik; (f) menjalani masa bebas tugas/MPP; (g) menjalani masa uang tunggu; (h) menjalani tugas belajar lebih dari 6 bulan.

- 14 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

(6) tunjangan umum bagi pegawai negeri yang diperbantukan, dibayarkan oleh

instansi tempat pegawai negeri yang bersangkutan bekerja;


(7) tunjangan umum bagi pegawai negeri yang dipekerjakan tetap dibayarkan

oleh instansi induknya.

l)

Tunjangan Perbaikan Penghasilan Dalam rangka meningkatkan mutu, prestasi kerja, serta mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya Pemerintah dapat memberikan Tunjangan Perbaikan Penghasilan (TPP) untuk periode tertentu. TPP dapat berupa tambahan penghasilan sebesar persentase tertentu atas Gaji Pokok ditambah Tunjangan Keluarga, atau besaran nilai nominal tertentu yang ditambahkan pada gaji kotor. Ketentuan tentang tunjangan perbaikan penghasilan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

m) Pembulatan Untuk memudahkan penyelesaian administrasi pembayaran gaji pegawai, maka dalam perhitungan pembayaran gaji diadakan pembulatan. Angka pembulatan sebagai salah satu unsur perhitungan penghasilan bruto yang harus dicantumkan pada lajur yang telah tersedia dalam daftar gaji. Angka pembulatan dicantumkan agar gaji yang diterima pegawai jumlah bersihnya menjadi bulat dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Unsur penghasilan diadakan pembulatan ke atas menjadi satuan rupiah (Rp

1,00);
(2) Unsur potongan diadakan pembulatan ke bawah menjadi nol rupiah (Rp

0,00);
(3) Jumlah akhir dibulatkan ke atas menjadi ratusan rupiah (Rp 100,00).

B. POTONGAN Potongan yang termuat dalam daftar gaji terdiri atas:


(1)

Potongan Beras Bulog adalah potongan yang dikenakan bagi pegawai negeri yang menerima tunjangan beras dalam bentuk natura yang jumlah potongannya sebesar tunjangan beras tersebut;

(2)

Iuran Wajib Pegawai Negeri (IWP) dikenakan sebesar 10 %, sedangkan untuk gaji terusan sebesar 2% dari penghasilan (Gaji Pokok ditambah tunjangan keluarga);

(3)

PPh pasal 21 adalah potongan pajak yang dikenakan terhadap penghasilan pegawai negeri yang melampaui batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP);
- 15 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

(4)

Tabungan Perumahan adalah potongan yang dikenakan kepada pegawai negeri sipil untuk membiayai usaha-usaha peningkatan kesejahteraan pegawai negeri sipil dalam bidang perumahan yang besarannya diatur menurut perundangundangan yang berlaku;

(5)

Potongan lainnya (sewa rumah, angsuran utang pada negara, angsuran pengembalian persekot gaji, kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan).

- 16 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

BAB III PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI

A. GAJI INDUK Yang dimaksud gaji induk adalah gaji yang dibayarkan secara rutin bulanan pada satuan kerja dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Disusun dalam suatu daftar yang berisi seluruh pegawai yang ada pada satuan kerja bersangkutan dengan mencantumkan nama,NIP,pangkat/golongan,status pegawai, tanggal lahir,jumlah tanggungan,pegawai bersangkutan serta perhitungan

penghasilan gaji bulan berkenaan secara lengkap pada lajur-lajur daftar gaji beserta potongan-potongannya; 2 Gaji pegawai yang dimuat dalam gaji induk adalah gaji pegawai yang telah masuk daftar gaji induk bulan sebelumnya dan atau susulan gajinya; 3 Dibayarkan untuk seluruh komponen belanja pegawai yang meliputi : Gaji pokok, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan struktural, tunjangan fungsional, tunjangan umum, tunjangan pangan/beras, tunjangan kemahalan, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan khusus pajak, pembulatan sesuai peruntukannya berdasarkan ketentuan; 4 Pembayaran Belanja Pegawai Gaji dilaksanakan secara langsung (LS) kepada pegawai melalui rekening masing-masing pegawai secara giral. Dalam hal pembayaran gaji secara langsung (LS) kepada pegawai melalui rekening masingmasing pegawai belum dapat dilaksanakan : a. Pembayaran belanja pegawai gaji dapat dilaksanakan melalui rekening Bendahara Pengeluaran sampai dengan bulan Juni 2010. b. Dalam hal setelah bulan Juni 2010 satker belum melaksanakan pembayaran belanja pegawai gaji melalui rekening masing-masing pegawai secara giral, maka pembayaran belanja pegawai gaji secara LS melalui rekening Bendahara Pengeluaran dilaksanakan setelah mendapat dispensasi dari Kepala KPPN. c. Dispensasi Kepala KPPN memuat pernyataan bahwa Kuasa PA

bertanggungjawab atas penggantian pembayaran belanja pegawai gaji apabila terjadi kehilangan, pencurian, perampokan ataupun sebab lain 5 6 Pembayaran gaji induk dibayarkan tanggal 1 (satu) atau awal bulan berkenaan; Pembayaran gaji induk untuk Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), hak atas gajinya berlaku pada bulan CPNS yang besangkutan secara nyata melaksanakan tugas, yang dinyatakan dengan surat pernyataan atasan langsung yang membawahi calon pegawai negeri sipil bersangkutan.

- 17 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

Pembayaran gaji induk untuk pegawai yang dipekerjakan dibayarkan oleh satuan kerja asal;

Pembayaran gaji induk untuk pegawai yang diperbantukan dibayarkan oleh satuan kerja yang menerima perbantuan;

Pegawai Negeri Sipil yang menjalani cuti di luar tanggungan negara tidak berhak atas pembayaran gaji induk;

10 Pembayaran gaji induk dihentikan pada bulan ke-3 bagi Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan tugas secara tidak sah selama dua bulan berturut-turut; 11 Pegawai Negeri Sipil yang hilang dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke-12 sejak ia dinyatakan hilang dan diterbitkan SK Pensiun Janda/Duda bagi istri/suaminya. 12 Pembayaran gaji induk bagi Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan sementara (Schorsing) karena: a. Didakwa telah melakukan suatu kejahatan pelanggaran jabatan. Maka mulai bulan berikutnya pegawai tersebut diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar : - 50 % dari gaji pokok yang diterimanya terakhir, jika terdapat petunjukpetunjuk yang meyakinkan bahwa ia telah melakukan pelanggaran yang didakwakan atas dirinya. - 75 % dari gaji pokok yang diterimanya terakhir, jika belum terdapat petunjukpetunjuk yang meyakinkan bahwa ia telah melakukan pelanggaran yang didakwakan atas dirinya b. Didakwa karena telah melakukan pelanggaran hukum pidana yang tidak menyangkut pada jabatannya dalam hal pelanggaran yang dilakukan berakibat hilangnya penghargaan dan kepercayaan diri atas di pegawai yang bersangkutan atau hilangnya martabat serta wibawa pegawai tersebut. Maka mulai bulan berikutnya pegawai tersebut diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar 75 % dari gaji pokok yang diterimnya terakhir. B. GAJI NON GAJI INDUK 1. GAJI SUSULAN Yang dimaksud gaji susulan adalah gaji seseorang pegawai negeri yang belum dibayarkan untuk satu bulan atau lebih karena pembayaran gajinya tidak dilakukan tepat pada waktu pegawai yang bersangkutan melaksanakan tugas pada suatu tempat. Gaji Susulan dapat berupa gaji pertama bagi calon pegawai negeri sipil/pegawai negeri sipil dan gaji pegawai yang dipindahkan karena dinas, atau pegawai yang karena kasus tertentu dihentikan pembayaran gajinya kemudian harus
- 18 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

dibayarkan lagi gaji yang sempat dihentikan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Disusun dalam suatu daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk yang berisi seluruh pegawai yang ada pada satuan kerja bersangkutan dengan mencantumkan

nama, NIP, pangkat/golongan, status pegawai, tanggal lahir, jumlah tanggungan, pegawai bersangkutan serta perhitungan penghasilan gaji bulan berkenaan

secara lengkap pada lajur-lajur daftar gaji beserta potongan-potongannya. 2. Dibayarkan untuk seluruh komponen belanja pegawai yang meliputi : Gaji pokok, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan struktural, tunjangan fungsional, tunjangan umum, tunjangan pangan/beras, tunjangan kemahalan, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan khusus pajak, pembulatan sesuai peruntukannya berdasarkan ketentuan; 3. Dalam hal tunjangan pangan diberikan dalam bentuk natura, maka pada gaji susulan tunjangan pangan diberikan dalam bentuk uang; 4. Pembayaran gaji susulan dapat dilakukan sebelum dimintakan gaji bulanannya atau setelah dibayarkan gaji bulanannya. 5. Pembayaran gaji susulan dilaksanakan ke rekening masing-masing pegawai secara giral. 2. KEKURANGAN GAJI Yang dimaksud dengan kekurangan gaji adalah kekurangan pembayaran gaji seseorang pegawai negeri karena adanya kenaikan besaran komponen gaji, sedangkan pembayaran gajinya atas dasar kenaikan besaran komponen gaji tersebut tidak dilaksanakan tepat waktunya sesuai dengan berlakunya perubahan besaran komponen penghasilan tersebut. Kenaikan besaran komponen gaji ditetapkan dengan surat penetapan/keputusan seperti kenaikan pangkat, gaji berkala, penyesuaian harga beras, dan lain-lain. Ketentuan yang menyangkut pembayaran kekurangan gaji sebagai berikut : 1. Disusun dalam suatu daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk yang berisi pegawai yang berhak atas pembayaran kekurangan gaji pada satuan kerja

bersangkutan dengan perhitungan selisih antara penghasilan yang seharusnya diterima dengan penghasilan yang telah dibayarkan. 2. Komponen daftar kekurangan gaji meliputi nama, NIP, pangkat/golongan, status pegawai, tanggal lahir, jumlah tanggungan, pegawai bersangkutan serta perhitungan penghasilan gaji secara lengkap pada lajur-lajur daftar gaji beserta potongan-potongannya.

- 19 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

3. Kekurangan gaji dibayarkan paling cepat bersamaan dengan gaji induk berdasarkan kenaikan besaran komponen gaji tersebut. 4. Dalam hal tunjangan pangan diberikan dalam bentuk natura, maka pada kekurangan gaji tunjangan pangannya diberikan dalam bentuk uang. 5. Pembayaran kekurangan gaji dilaksanakan secara giral yang ditujukan kepada pegawai yang bersangkutan. 6. Pembayaran kekurangan juga berlaku untuk Uang Duka Wafat, Gaji Terusan dan Gaji Bulan Ketigabelas. 3. GAJI TERUSAN Yang dimaksud dengan gaji terusan adalah gaji yang dibayarkan kepada ahli waris dari pegawai yang meninggal dunia sebesar gaji terakhir selama 4 (empat) bulan berturut-turut. Ketentuan-ketentuan yang menyangkut pembayaran gaji terusan adalah sebagai berikut : 1. Gaji terusan dibayarkan setiap tanggal satu bulan berkenaan atau tanggal berikutnya apabila tanggal 1 adalah hari libur induk; 2. Gaji terusan dibayarkan pada bulan berikutnya sejak suami/isteri dari janda/duda tersebut meninggal dunia; 3. Disusun dalam suatu daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk yang berisi pegawai yang berhak atas pembayaran gaji terusan pada satuan kerja dengan tambahan penjelasan : a) Pada baris nama pegawai yang dimintakan gaji terusan supaya diberi catatan Meninggal dunia tanggal.......; b) dalam lajur tanda tangan supaya dicantumkan nama lengkap ahli waris yang menerima terusan penghasilan. 4. Gaji terusan tidak dikenakan potongan iuran wajib 10% tetapi dikenakan iuran wajib asuransi kesehatan sebesar 2%; 5. Terusan penghasilan belanja pegawai tidak dibayarkan apabila tidak ada keluarga pegawai yang berhak memperoleh pensiun janda/duda/ahli waris, kecuali apabila pegawai yang bersangkutan tewas; 6. Pembayaran gaji terusan harus dihentikan pada bulan kelima baik surat keputusan pensiunan janda/duda telah atau belum diterima; 7. Apabila terdapat keterlanjuran pemotongan iuran wajib sebesar 10% maka terhadap kelebihan potongan sebesar 8% harus dikembalikan kepada dan diajukan bersamaan gaji

janda/duda yang bersangkutan oleh PT. Taspen (Persero). Kelebihan potongan iuran wajib harus dicantumkan dalam SKPP Pensiun.
- 20 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

4. UANG TUNGGU Yang dimaksud dengan uang tunggu adalah penghasilan yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang diberhentikan dengan hormat dari jabatan negeri yang disebabkan antara lain : 1. Sebagai tenaga kelebihan yang diakibatkan oleh penyederhanaan satuan organisasi dan tidak dapat disalurkan pada instansi lain serta belum memenuhi syarat-syarat pensiun; 2. Menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan atau lingkungan kerjanya serta belum memenuhi syarat-syarat pensiun; 3. Setelah berakhirnya cuti sakit, belum mampu bekerja kembali dan belum memenuhi syarat-syarat pensiun; 4. Tidak dapat dipekerjakan kembali setelah selesai menjalani cuti diluar tanggungan negara karena tidak ada lowongan dan belum memenuhi syaratsyarat pensiun. Ketentuan-ketentuan yang menyangkut pembayaran uang tunggu adalah sebagai berikut : 1. Uang tunggu dibayarkan sebesar : a) 80 % (delapan puluh persen) dari gaji pokok untuk tahun pertama; b) 75 % (tujuh puluh lima persen) dari gaji pokok untuk tahun-tahun selanjutnya. 2. Uang tunggu diberikan mulai bulan berikutnya dari bulan pegawai negeri sipil yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari jabatan negeri; 3. Penerima uang tunggu masih tetap berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil, oleh sebab itu kepadanya diberikan kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, tunjangan pangan (beras), dan tunjangan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kecuali tunjangan jabatan; 4. Pegawai Negeri Sipil yang menerima uang tunggu dapat diangkat kembali dalam jabatan negeri apabila masih ada lowongan; 5. Pegawai Negeri Sipil penerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kembali dalam jabatan negeri, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada akhir bulan yang bersangkutan menolak untuk diangkat kembali; 6. Pegawai Negeri Sipil penerima uang tunggu yang diangkat kembali dalam jabatan negeri, dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak menerima penghasilan penuh kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pencabutan

- 21 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

pemberian uang tunggu dicantumkan dalam salah satu diktum surat keputusan pengangkatan kembali dalam jabatan negeri; 7. Uang tunggu yang diberikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1951 terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1979 disesuaikan dengan ketentuan pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 dengan keputusan pejabat yang berwenang. 5. UANG DUKA WAFAT DAN TEWAS Yang dimaksud dengan Uang Duka Wafat adalah uang yang diberikan Pemerintah kepada ahli waris Pegawai Negeri yang meninggal dunia biasa atau bukan dalam dan karena menjalankan tugas. Ketentuan-ketentuan yang menyangkut pembayaran uang duka wafat sebagai berikut :
1. Dibayarkan kepada ahli waris sebesar

3 (tiga) kali penghasilan (seluruh

penghasilan kecuali tunjangan pajak) sebulan tanpa potongan;


2. Pembayaran

uang

duka

wafat

didasarkan pada

surat

kematian

yang

ditandatangani oleh pejabat yang berwenang serendah-rendahnya camat atau surat keterangan yang menyatakan pegawai bersangkutan meninggal

dunia/Visum dari Rumah Sakit. Yang dimaksud dengan Uang Duka Tewas adalah uang yang diberikan kepada ahli waris dari pegawai negeri yang tewas. Yang dimaksud dengan tewas adalah :
1. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas; 2. Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas,

sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas;
3. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat rohani/jasmani

yang didapat dalam/atau karena menjalankan tugas;


4. Meninggal dunia karena perbuatan anasir tidak bertanggung jawab atau sebagai

akibat tindakan dari anasir itu. Ketentuan-ketentuan yang menyangkut pembayaran uang duka tewas sebagai berikut :
1. Uang duka tewas dibayarkan sebesar 6 (enam) kali penghasilan terakhir (seluruh

penghasilan kecuali tunjangan pajak) sebulan tanpa potongan;


2. Pembayaran uang duka tewas didasarkan pada surat keputusan pejabat yang

berwenang setelah mendapat persetujuan dari kepala BKN tentang pemberian uang duka tewas.

- 22 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

6. UANG MUKA/PERSEKOT GAJI Yang dimaksud dengan uang muka/persekot gaji adalah pinjaman uang tidak berbunga yang diberikan kepada pegawai negeri yang dipindahkan untuk kepentingan dinas. Persekot gaji hanya bersifat pinjaman, karena itu tidak mutlak diberikan kepada setiap pegawai negeri yang pindah karena kepentingan dinas. Ketentuan-ketentuan yang menyangkut pembayaran persekot gaji adalah sebagai berikut :
1. Uang muka/Persekot gaji didasarkan atas permintaan pegawai negeri yang

pindah;
2. Uang muka/Persekot gaji diberikan sebesar satu bulan gaji untuk pegawai negeri

yang tidak kawin atau dua bulan gaji bagi pegawai negeri yang kawin, tanpa tunjangan beras dan tunjangan jabatan serta tanpa potongan;
3. Pengembalian uang muka/persekot gaji untuk yang diberikan sebesar satu bulan

gaji diangsur sebesar seperdelapan dari jumlah persekot gaji terhitung mulai bulan berikutnya, sedangkan untuk yang diberikan sebesar dua bulan gaji diangsur sebesar seperduapuluh dari jumlah persekot gaji terhitung mulai bulan berikutnya;
4. Uang muka/Persekot gaji tidak diberikan kepada pegawai negeri yang pindah

atas permintaan sendiri.

7. GAJI KETIGA BELAS Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri, Pejabat Negara dan Penerima Pensiun/Tunjangan, Pemerintah dapat memberikan gaji ketiga kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan. Pegawai Negeri dimaksud meliputi: 1. pegawai negeri yang ditempatkan atau ditugaskan di luar negeri; 2. Pegawai negeri yang dipekerjakan di luar instansi pemerintah yang gajinya dibayar oleh instansi induknya; 3. Pegawai Negeri yang diberhentikan sementara; 4. Pegawai Negeri penerima uang tunggu, dan 5. Calon Pegawai Negeri. Besarnya gaji ketiga belas adalah sebesar penghasilan sebulan yang diterima pada bulan tertentu (biasanya bulan Juni bertepatan dengan tahun ajaran baru) yang meliputi gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan/tunjangan umum, tunjangan khusus/tunjangan khusus kinerja, tanpa potongan. Gaji induk yang dijadikan dasar pembayaran gaji ketiga belas dan macam tunjangan jabatan yang termasuk dalam gaji ketiga belas serta tatacara pembayarannya ditetapkan dengan
- 23 -

belas

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

peraturan

Direktur

Jenderal

Perbendaharaan

(terakhir

dengan

Perdirjen

Perbendaharaan No. Per-25/PB/2009 tanggal 12 Juni 2009). C. BELANJA PEGAWAI LAINNYA Belanja Pegawai Lainnya adalah kompensasi yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah berupa honorarium, uang makan, lembur, vakasi, dan berbagai pembiayaan kepegawaian lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pegawai di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang dialihkan ke daerah dan kantor-kantor di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang dilikuidasi. Berbeda dengan pembayaran gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji, belanja pegawai lainnya baru dapat dibayarkan paling cepat pada awal bulan berikutnya setelah pegawai yang bersangkutan selesai melaksanakan pekerjaannya. Rincian pembayaran dimuat dalam sebuah daftar permintaan pembayaran. Pembayaran belanja pegawai lainnya hanya dapat dibayarkan maksimum sebesar pagu yang tercantum dalam DIPA.

1. UANG LEMBUR DAN UANG MAKAN LEMBUR. Yang dimaksud dengan Uang Lembur adalah segala pekerjaan yang harus dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil pada waktu-waktu tertentu di luar waktu kerja sebagaimana telah ditetapkan bagi tiap-tiap Instansi dan Kantor Pemerintah. Uang Lembur diberikan dalam rangka meningkatkan gairah kerja dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan di luar jam kerja. Ketentuan-ketentuan yang menyangkut pembayaran Uang Lembur : a) Pegawai Negeri Sipil dapat diperintahkan melakukan Kerja Lembur jika

diperlukan untuk kepentingan Dinas; b) Perintah melakukan Kerja Lembur dikeluarkan oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja dalam bentuk Surat Perintah Kerja Lembur; c) Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Kerja Lembur tiap-tiap kali selama paling sedikit 1 (satu) jam penuh dapat diberikan uang lembur; d) Besarnya uang lembur untuk tiap-tiap jam penuh Kerja lembur bagi pegawai ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Umum; e) Pemberian uang lembur pada hari libur kerja sebesar 200% (dua ratus persen) dari besarnya uang lembur; f) g) Uang lembur dibayarkan sebulan sekali pada awal bulan berikutnya; Khusus untuk uang lembur bulan Desember dapat dibayarkan pada akhir bulan berkenaan. h) Permintaan pembayaran uang lembur dapat diajukan untuk beberapa bulan sekaligus;
- 24 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

i)

Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan Kerja Lembur sekurang-kurangnya 2 (dua) jam berturut-turut diberikan uang makan lembur yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Umum;

j)

Dalam hal Kerja Lembur dilakukan selama 8 (delapan) jam atau lebih, uang makan lembur diberikan maksimal 2 (dua) kali dari besaran yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Umum

Ketentuan terakhir tentang Kerja Lembur dan Uang Lembur diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.05/2009 tanggal 7 Agustus 2009 tentang Kerja Lembur dan Pemberian Uang Lembur Bagi Pegawai Negeri Sipil

2. UANG MAKAN Yang dimaksud dengan Uang Makan adalah uang yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil berdasarkan tarif dan dihitung secara harian untuk keperluan makan Pegawai Negeri Sipil. Uang makan diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil selain diberikan gaji dan tunjangan lainnya. Ketentuan-ketentuan yang menyangkut pembayaran Uang Makan : a) Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada hari kerja yang ditetapkan diberikan Uang Makan; b) Uang Makan diberikan paling banyak 22 (dua puluh dua) hari kerja dalam satu bulan; c) Dalam hal hari kerja dalam 1 (satu) bulan melebihi 22 (dua puluh dua) hari kerja, Uang Makan diberikan sebanyak jumlah hari kerja pada bulan berkenaan; d) Permintaan pembayaran uang makan dapat diajukan untuk beberapa bulan sekaligus; e) Besaran Uang Makan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. (Ketentuan terakhir PMK Nomor 22/PMK.05/2007 tentang Pemberian Uang Makan bagi Pegawai Negeri Sipil ); f) Tata cara pembayaran uang makan ditetapkan dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan. (Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-12/PB/2007 dan terakhir diubah dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-05/PB/2008 tentang Prosedur dan Tata Cara Permintaan Serta Pembayaran Uang Makan Bagi Pegawai Negeri Sipil); g) Uang Makan tidak diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang tidak hadir pada hari kerja karena sedang menjalankan perjalanan dinas, cuti, tugas belajar, dan sebab-sebab lain yang mengakibatkan PNS tidak hadir kerja; 3. HONORARIUM
- 25 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

Honorarium diberikan untuk : a) Honorarium Guru/Dosen Tidak Tetap adalah tunjangan jasa yang diberikan kepada Pengajar/Guru/Dosen yang memberikan pelajaran pada suatu

Sekolah/Perguruan/Fakultas di luar tugas pokoknya dimana dalam memberikan pelajaran tersebut diangkat dan ditunjuk dengan surat keputusan oleh Instansi bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku dan dalam waktu tertentu. b) Honorarium bagi pegawai honorer yang akan diangkat menjadi pegawai dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi organisasi bersangkutan. 4. VAKASI Vakasi diberikan kepada seseorang yang ditunjuk dengan surat keputusan oleh pejabat yang berwenang, untuk melakukan: a) Pengujian; b) Pengawasan ujian; c) Pemeriksaan ujian; d) Penyusunan naskah ujian; e) Koordinator ujian; dan f) Persiapan pembuatan ijazah.

- 26 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

BAB IV MEKANISME PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI

Mekanisme

pembayaran

belanja

pegawai

setelah

pengalihan

pengelolaan

administrasi belanja pegawai diarahkan kepada pergeseran kewenangan dan tanggung jawab administrasi dan penggunaan anggaran belanja pegawai dari Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran sesuai dengan pembagian kewenangan dalam pelaksanaan anggaran (UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara). Implikasi dari pergeseran kewenangan tersebut adalah penyederhanaan pengajuan perintah pembayaran kepada KPPN dengan didukung oleh sistem aplikasi yang dapat mengendalikan perubahan kenaikan/penurunan anggaran belanja pegawai. Penyederhanaan tersebut membawa konsekwensi diperlukannya jaminan bagi KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum bahwa pengajuan permintaan pembayaran telah benar sesuai dengan peraturan perundangundangan, yang diwujudkan dalam bentuk Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari Pengguna Anggaran/Kuasa PA. Pada prinsipnya, setiap tagihan yang dibebankan kepada APBN hanya dapat dibayarkan setelah alokasi pagunya dimuat dalam DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya. Namun dalam tahap awal pelaksanaan (pasca pengalihan administrasi belanja pegawai) pagu anggaran belanja pegawai khususnya gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji masih bersifat terbuka dengan harapan di tahun ke depan melalui perencanaan berdasarkan database pegawai yang valid pagu anggaran dapat bersifat tertutup. Oleh karena itu mutlak digunakan sistem aplikasi komputer dalam pengelolaan administrasi belanja pegawai yang seragam agar dihasilkan database pegawai yang valid. A. PROSEDUR PENGAJUAN SPP BELANJA PEGAWAI Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) menyiapkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Belanja Pegawai beserta dokumen pendukungnya untuk diajukan kepada PPK. PPK berkewajiban meneliti kebenaran setiap dokumen pendukung perubahan data belanja pegawai sebelum dijadikan lampiran SPP belanja pegawai dengan ketentuan sebagai berikut:

1. GAJI INDUK Permintaan pembayaran Gaji Induk/Gaji Bulanan harus dilengkapi dengan: a) Daftar gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji dan Halaman luar daftar gaji yang telah ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran, PPABP dan KPA/PPK;
- 27 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

b) Daftar perubahan pegawai yang ditandatangani oleh PPABP. Daftar perubahan pegawai adalah daftar urutan pegawai yang mengalami mutasi kepegawaian pada bulan bersangkutan antara lain mutasi keluarga, pensiun, pindah, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, dan menduduki jabatan struktural/fungsional; c) Dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang meliputi SK Calon PNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pindah, SK Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat Nikah/Cerai/Kematian, Akta Kelahiran/Putusan Pengesahan/Pengangkatan Anak dari Pengadilan, SKPP, Surat Keterangan Anak Masih Sekolah/Kuliah/ Kursus, dan Surat Keputusan yang mengakibatkan penurunan gaji, serta SK Pemberian Uang Tunggu sesuai peruntukannya; d) Daftar perubahan potongan; e) SSP PPh Pasal 21 f) Dalam hal terdapat pegawai yang mengalami perubahan susunan keluarga disertai dokumen pendukungnya, berupa: (1) Salinan/copy surat nikah/cerai yang telah dilegalisir untuk perubahan karena nikah/cerai; (2) Salinan/copy akte kelahiran yang telah dilegalisir untuk perubahan karena penambahan anak; (3) Salinan/copy Putusan Pengadilan yang telah dilegalisir untuk perubahan pembayaran seorang anak angkat; (4) Surat Keterangan Kuliah/sekolah, bagi anak yang berumur 21 tahun s.d. 25 tahun dan masih memenuhi syarat untuk dibayarkan tunjangan anak. (5) Salinan/copy surat keterangan kematian anak/isteri/suami yang telah dilegalisir untuk perubahan pengurangan jumlah jiwa; g) SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

2. GAJI SUSULAN Pembayaran gaji susulan harus dilengkapi dengan : a) Gaji Susulan yang dibayarkan sebelum gaji pegawai yang bersangkutan masuk dalam Gaji Induk, dilampiri :

- 28 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

1) Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan Halaman Luar Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; 3) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang, meliputi SK Calon PNS, SK Mutasi Pindah/SK Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat

Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat Nikah, Akta Kelahiran/Putusan

Pengesahan/Pengangkatan Anak dari pengadilan, SKPP, Surat Keterangan Anak Masih Sekolah/Kuliah/ Kursus, sesuai peruntukannya; 4) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; 5) SSP PPh Pasal 21; 6) SPTJM dari Kuasa PA/PPK. b) Gaji Susulan yang dibayarkan setelah gaji pegawai yang bersangkutan masuk dalam Gaji Induk, dilampiri : 1) Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan halaman luar Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; 3) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; 4) SSP PPh Pasal 21; 5) SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

3. KEKURANGAN GAJI Pembayaran kekurangan gaji harus dilengkapi dengan : a) Kekurangan gaji yang dihitung dengan menu otomatis pada Aplikasi GPP Satker, dilampiri: 1) Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi Kekurangan Gaji, dan halaman luar Daftar Kekurangan Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
- 29 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

3) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; 4) SSP PPh Pasal 21; 5) SPTJM dari Kuasa PA/PPK. b) Kekurangan gaji yang dihitung dengan menu manual pada Aplikasi GPP Satker, dilampiri: 1) Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji, dan halaman luar Daftar Kekurangan Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; 3) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang meliputi SK Calon PNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pindah/SK Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat

Pernyataan Melaksanakan Tugas, sesuai peruntukannya; 4) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; 5) SSP PPh Pasal 21; 6) SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

4. TERUSAN PENGHASILAN GAJI Pembayaran terusan penghasilan gaji, dilampiri: a) Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji, Rekapitulasi Terusan

Penghasilan Gaji, dan halaman luar Terusan Penghasilan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) c) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang berupa Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit untuk pembayaran pertama kali; d) e) f) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; SSP PPh Pasal 21; SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

5. UANG DUKA WAFAT/TEWAS


- 30 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

Permintaan pembayaran uang duka wafat harus dilengkapi dengan: a) Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat, Rekapitulasi Uang Duka Wafat, dan halaman luar Uang Duka Wafat yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang berupa Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit untuk pembayaran pertama kali; c) Surat keterangan ahli waris dari pejabat yang berwenang; Permintaan pembayaran uang duka tewas harus dilengkapi dengan: a) Daftar Perhitungan Uang Duka Tewas, Rekapitulasi Uang Duka Tewas, dan halaman luar Uang Duka Tewas yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang berupa Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit untuk pembayaran pertama kali; c) Surat Keputusan dari pejabat yang berwenang yang menyatakan Pegawai yang bersangkutan tewas/gugur, yang telah mendapat persetujuan dari Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk PNS; d) Surat Keterangan Visum dari dokter rumah sakit pemerintah; e) Surat keterangan ahli waris dari pejabat yang berwenang.

6. UANG MUKA/PERSEKOT GAJI Uang Muka/Persekot Gaji dapat dimintakan sebelum berangkat ke satuan kerja baru atau setelah berada di satuan kerja baru maksimal 1 bulan setelah yang bersangkutan melaksanakan tugas di tempat baru. Pembayaran Uang Muka/ Persekot Gaji, dilampiri: a) Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji, Rekapitulasi Uang Muka Gaji, dan halaman luar Uang Muka Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara

Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang berupa SK Mutasi Pindah, Surat Permintaan Uang Muka Gaji, dan Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga; c) d) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

- 31 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

7. UANG TUNGGU Permintaan pembayaran uang tunggu harus dilengkapi dengan: a) Daftar perhitungan uang tunggu yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK dibuat dalam kategori:
(1) (2)

sebesar 80 % (delapan puluh persen) dari gaji pokok untuk tahun pertama; sebesar 75 % (tujuh puluh lima persen) dari gaji pokok untuk tahun-tahun selanjutnya.

b) Surat

Keputusan

Pejabat

yang

berwenang

yang

menyatakan pegawai

bersangkutan mendapatkan uang tunggu; c) SK Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir d) SSP PPh Pasal 21 8. UANG LEMBUR Pembayaran uang lembur dilampiri: a) Daftar Pembayaran Perhitungan Lembur dan Rekapitulasi Perhitungan Lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) c) d) e) f) Surat Perintah Kerja Lembur; Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan; Daftar Hadir Kerja Lembur; SSP PPh Pasal 21; SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

9. HONORARIUM Permintaan pembayaran honorarium harus dilengkapi dengan: a) Daftar pembayaran honorarium yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) Surat keputusan tentang pemberian honorarium; c) Daftar hadir; d) SSP PPh Pasal 21; e) SPTJM dari Kuasa PA/PPK 10. VAKASI Permintaan pembayaran vakasi harus dilengkapi dengan:

- 32 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

a) Daftar pembayaran vakasi yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) Daftar perhitungan vakasi yang menunjukkan jumlah hasil/yang dikerjakan tiap pegawai penerima vakasi; c) Daftar hadir; d) Surat keputusan tentang pemberian honor/vakasi; e) SSP PPh Pasal 21. f) SPTJM dari Kuasa PA/PPK

PPABP menyampaikan SSP Belanja Pegawai beserta dokumen pendukungnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk proses penandatanganan. Selanjutnya setelah ditandatangani, PPK mengajukan SPP beserta dokumen pendukung dimaksud kepada Pejabat Penanda Tangan Surat Pemerintah Membayar (SPM). Prosedur pengujian SPP dan Penerbitan SPM dilakukan sebagai berikut:

1. Penerimaan dan pengujian SPP Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi check list kelengkapan berkas SPP, mencatatnya dalam buku pengawasan penerimaan SPP dan membuat/menandatangani tanda terima SPP berkenaan. Selanjutnya petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada Pejabat Penanda Tangan SPM. 2. Pejabat Penanda Tangan SPM melakukan pengujian atas SPP sebagai berikut: a) Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b) Memeriksa kesesuaian antara perhitungan dalam Daftar Permintaan Belanja Pegawai dengan kelengkapan dan kebenaran dokumen pendukung SPP Belanja Pegawai; c) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA; d) Memeriksa kebenaran perhitungan potongan PPh Pasal 21; e) Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain: (1) Pegawai yang menerima pembayaran (nama, NIP, pangkat/golongan, status pegawai, tanggal lahir, jumlah tanggungan); (2) Kebenaran perhitungan belanja pegawai untuk masing-masing pegawai dan jumlah keseluruhan perhitungan untuk seluruh pegawai yang
- 33 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

menerima pembayaran pada satker bersangkutan; Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP Belanja Pegawai, Pejabat Penanda Tangan SPM menerbitkan SPM-LS Belanja Pegawai dalam rangkap 3 (tiga): a) Lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN. b) Lembar ketiga sebagai pertinggal pada satker yang bersangkutan.

B. PROSEDUR PENGAJUAN SPM BELANJA PEGAWAI


1. Pengajuan SPM-LS belanja pegawai ke KPPN:

a. Pembayaran Gaji Induk, dilampiri: 1) Halaman luar Daftar Gaji dan Rekapitulasi Daftar Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; 3) Daftar perubahan potongan; 4) Daftar penerimaan gaji bersih dan nomor rekening pegawai untuk

pembayaran gaji yang dilaksanakan secara langsung kepada rekening masing-masing pegawai yang ditandatangani oleh Pejabat Penanda Tangan SPM; 5) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/ Pejabat yang berwenang meliputi SK Calon PNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pindah, SK Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat Nikah/Cerai/Kematian, Akta Kelahiran/putusan pengesahan/pengangkatan anak dari pengadilan, SKPP, dan Surat Keterangan Anak Masih

Sekolah/Kuliah/Kursus, Surat Keputusan yang mengakibatkan penurunan gaji, dan SK pemberian Uang Tunggu sesuai peruntukannya; 6) ADK Data Pegawai dan ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; 7) SSP PPh Pasal 21; 8) SPTJM dari Kuasa PA/PPK. b. Pembayaran Gaji Susulan dilampiri: 1) Gaji Susulan yang dibayarkan sebelum gaji pegawai yang bersangkutan masuk dalam Gaji Induk, dilampiri:
- 34 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

a) Halaman luar Daftar Gaji Susulan dan Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; c) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang, meliputi SK Calon PNS, SK Mutasi Pindah/SK Jabatan, Surat Pernyataan

Pelantikan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat Nikah, Akta

Kelahiran/Putusan Pengesahan/ Pengangkatan Anak dari pengadilan, SKPP, Surat Keterangan Anak Masih Sekolah/Kuliah/Kursus, sesuai peruntukannya; d) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; e) SSP PPh Pasal 21; f) SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

2) Gaji Susulan yang dibayarkan setelah gaji pegawai yang bersangkutan masuk dalam Gaji Induk, dilampiri: a) Halaman luar Daftar Gaji Susulan dan Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; c) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; d) SSP PPh Pasal 21; e) SPTJM dari Kuasa PA/PPK. c. Pembayaran Kekurangan Gaji 1) Kekurangan gaji yang dihitung dengan menu otomatis pada Aplikasi GPP Satker dilampiri: a) Halaman luar Daftar yang Kekurangan Gaji dan oleh Rekapitulasi PPABP, Daftar

Kekurangan

Gaji

ditandatangani

Bendahara

Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; c) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan;
- 35 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

d) SSP PPh Pasal 21; e) SPTJM dari Kuasa PA/PPK. 2) Kekurangan gaji yang dihitung dengan menu manual pada Aplikasi GPP Satker dilampiri: a) Halaman luar Daftar yang Kekurangan Gaji dan oleh Rekapitulasi PPABP, Daftar

Kekurangan

Gaji

ditandatangani

Bendahara

Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; c) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/ Pejabat yang berwenang meliputi SK Calon PNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pindah/SK Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, sesuai

peruntukannya; d) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; e) SSP PPh Pasal 21; f) SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

d. Pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas, dilampiri: 1) Halaman luar Daftar Uang Duka Wafat/Tewas dan Rekapitulasi Uang Duka Wafat/Tewas yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; 3) SK pemberian Uang Duka Tewas dari pejabat yang berwenang; 4) Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/Uang Duka

Wafat/Tewas; 5) Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit; 6) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; 7) SPTJM dari Kuasa PA/PPK. e. Pembayaran Terusan Penghasilan Gaji, dilampiri: 1) Halaman luar daftar Terusan Penghasilan Gaji dan Rekapitulasi Daftar Terusan Penghasilan Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK;
- 36 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP; 3) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/ Pejabat yang berwenang berupa Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit untuk pembayaran pertama kali; 4) ADK belanja pegawai yang telah dimutakhirkan; 5) SSP PPh Pasal 21; 6) SPTJM dari Kuasa PA/PPK. f. Pembayaran Uang Muka Gaji, dilampiri: 1) Halaman luar Daftar Uang Muka Gaji dan Rekapitulasi Daftar Uang Muka Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/ Pejabat yang berwenang berupa SK Mutasi Pindah, Surat Permintaan Uang Muka Gaji, dan Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga; 3) ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan; 4) SSP PPh Pasal 21; 5) SPTJM dari Kuasa PA/PPK. g. Pembayaran Uang Lembur, dilampiri: 1) Daftar Pembayaran Perhitungan Uang Lembur dan Rekapitulasi Perhitungan Uang Lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) Surat Perintah Kerja Lembur; 3) SSP PPh Pasal 21; 4) SPTJM dari Kuasa PA/PPK. h. Pembayaran Uang Makan, dilampiri: 1) Daftar Perhitungan Uang Makan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) SSP PPh Pasal 21; 3) SPTJM dari Kuasa PA/PPK; i. Pembayaran Honorarium, dilampiri :

- 37 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

1) Daftar Perhitungan Honorarium/Vakasi yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) SK dari pejabat yang berwenang; 3) SSP PPh Pasal 21; 4) SPTJM dari Kuasa PA/PPK j. Vakasi, dilampiri : 1) Daftar pembayaran vakasi yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK; 2) Daftar perhitungan vakasi yang menunjukkan jumlah hasil/yang dikerjakan tiap pegawai penerima vakasi; 3) Surat keputusan tentang pemberian honor/vakasi; 4) SSP PPh Pasal 21

2. SPM Gaji Induk beserta dokumen pendukungnya dan ADK Belanja Pegawai harus sudah diterima KPPN paling lambat tanggal 10 sebelum bulan pembayaran.

C. PROSEDUR PENERBITAN SP2D KPPN melakukan pengujian terhadap SPM-LS Belanja Pegawai dan dokumen pendukung, ADK SPM-LS, dan ADK Belanja Pegawai yang diterima dari Kuasa PA/Pejabat Penanda Tangan SPM meliputi : 1. Melakukan pengujian substantif : a) kesesuaian antara ADK Belanja Pegawai dengan Daftar Perubahan Data Pegawai, Daftar Perubahan Potongan, Dokumen Pendukung dan Rekapitulasi Daftar Permintaan Pembayaran yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Rekonsiliasi yang dibuat oleh KPPN melalui Aplikasi GPP KPPN. Untuk pengajuan SPM-LS Belanja Pegawai non gaji yang tidak disyaratkan menyertakan ADK Belanja Pegawai, pengujian kebenaran perhitungan dilaksanakan secara manual; b) kebenaran perhitungan pembayaran dengan cara mencocokan jumlah yang tercantum dalam Rekapitulasi Daftar Permintaan Pembayaran dengan jumlah yang tercantum dalam SPM-LS Belanja Pegawai; c) ketersediaan dana dalam DIPA yang tercantum pada SPM-LS Belanja Pegawai.

- 38 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

d)

kesesuaian penulisan jumlah uang dan akun pada SSP PPh Pasal 21 dengan jumlah uang dan akun pada potongan SPM-LS Belanja Pegawai;

e)

kesesuaian antara ADK SPM-LS dengan hardcopy SPM-LS Belanja Pegawai;

2. Melakukan pengujian formal yang meliputi : a) mencocokkan tanda tangan pejabat penandatangan SPM dengan spesimen tandatangan; b) memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf; c) memeriksa kebenaran dalam penulisan, termasuk tidak boleh terdapat cacat dalam penulisan. d) kebenaran penulisan SPM-LS Belanja Pegawai antara lain penulisan uraian pembayaran, penerima dan kodefikasi. 3. Keputusan hasil pengujian ditindak lanjuti dengan : a) Penerbitan SP2D apabila SPM yang diajukan memenuhi syarat yang ditentukan; b) Pengembaliaan SPM kepada penerbit SPM, apabila tidak memenuhi

syarat untuk diterbitkan SP2D. Pengembalian SPM Belanja Pegawai Non Gaji Induk dikembalikan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah SPM diterima; 4. Penerbitan SP2D wajib diselesaikan oleh KPPN dalam batas waktu sebagai berikut: a. SP2D untuk Gaji Induk diterbitkan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal pembayaran gaji; b. SP2D untuk Gaji di luar Gaji Induk diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterima SPM secara lengkap dan benar; c. SP2D untuk Belanja Pegawai lainnya diterbitkan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterima SPM secara lengkap dan benar.

- 39 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

BAB V PENATAUSAHAAN BELANJA PEGAWAI

A. PEJABAT/PETUGAS

PENGELOLA

ADMINISTRASI

BELANJA

PEGAWAI

Sebagai konsekuensi beralihnya kewenangan administratif kepada Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja, maka setiap Satuan Kerja harus melakukan

penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan keuangan negara yang menjadi tanggung jawabnya termasuk pengelolaan administrasi belanja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pusat di lingkungan Satuan Kerjanya. Untuk melakukan pengelolaan administrasi belanja pegawai tersebut dibutuhkan Pejabat/Petugas dengan pembagian kewenangan sebagai berikut: 1. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/Kuasa PA), yaitu Pejabat yang bertanggungjawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga /Satker bersangkutan. 2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/Penandatangan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yaitu Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja. 3. Pejabat Penguji SPP dan Penandatangan SPM yaitu Pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara dan menandatangani SPM. 4. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian Negara/lembaga. 5. Petugas Pengelola Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) adalah petugas yang ditunjuk oleh Kuasa PA yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai pada satker yang bersangkutan. Dengan demikian PPABP bukan sekedar pembuat daftar gaji seperti ketika administrasi belanja pegawai masih dikelola oleh KPPN. Oleh karena itu PPABP dapat dibantu oleh beberapa pegawai sesuai dengan volume kerja yang ditanganinya.

Dalam kaitannya dengan pengelolaan administrasi belanja pegawai, tugas PPABP meliputi: a. melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau manual yang berhubungan dengan belanja pegawai secara tertib, teratur, dan berkesinambungan; b. melakukan penatausahaan semua tembusan surat-surat keputusan kepegawaian dan semua dokumen pendukung lainnya dalam dosir setiap pegawai pada Satuan Kerja yang bersangkutan secara tertib dan teratur;
- 40 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

c. memproses pembuatan Daftar Gaji, Uang Duka Wafat/Tewas, Terusan Penghasilan Gaji, Uang Muka Gaji, Uang Lembur, Uang Makan, Honorarium, Vakasi dan pembuatan Daftar Permintaan Pembayaran Belanja Pegawai lainnya; d. memproses pembuatan SKPP; e. memproses perubahan data yang tercantum pada Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga setiap awal tahun anggaran atau setiap terjadi perubahan susunan keluarga; f. menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai beserta ADK Belanja Pegawai dan dokumen pendukung kepada PPK; g. mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan melalui Aplikasi GPP Satker setiap awal tahun dan/atau apabila diperlukan untuk disatukan dengan Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan yang diterima dari KPPN; h. tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penggunaan anggaran belanja pegawai.

Penunjukan pejabat/petugas pengelola administrasi belanja pegawai tersebut di atas setiap tahun awal tahun anggaran ditetapkan dengan sebuah surat keputusan yang salah satu tembusannya ditujukan kepada KPPN disertai dengan spesimen tanda tangan masingmasing pejabat/petugas dan cap dinas Satker yang bersangkutan. B. PENATAUSAHAAN DOKUMEN PENDUKUNG BELANJA PEGAWAI

1. Dosir Kepegawaian Dengan dialihkannya pengelolaan administrasi belanja pegawai dari KPPN kepada Satker, PPABP wajib melanjutkan pengelolaan dosir kepegawaian dan kartu pengawasan belanja pegawai perorangan masing-masing pegawai secara tertib dan teratur di luar dosir yang ada pada bagian/unit kepegawaian. Dosir tersebut beserta kartu pengawasan belanja pegawai perorangan wajib dikirimkan ke satuan kerja baru apabila pegawai yang bersangkutan dipindahkan ke satuan kerja baru. Dokumen pendukung yang dijadikan sebagai kelengkapan pada dosir kepegawaian antara lain: a) Nota Persetujuan BKN b) SK Calon PNS c) SK Pengangkatan PNS d) SK Kenaikan Pangkat e) Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala f) SK Jabatan

g) Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan
- 41 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

h) Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga (KP4) dan lampiran pendukungnya i) j) Inpassing Gaji Keputusan Hukuman

k) Surat Keputusan Mutasi dan lampirannya l) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran

2. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) adalah surat keterangan tentang penghentian yang surat pembayaran gaji terhitung oleh mulai bulan dihentikan Anggaran

pembayarannya berdasarkan

dibuat/dikeluarkan keputusan yang

Kuasa

Pengguna oleh

diterbitkan

Kementerian

Negara/Lembaga/Satuan Kerja dan diberi keterangan oleh KPPN bahwa database pegawai pindah/pensiun telah dipindahkan ke dalam database pegawai non aktif. Mengingat pembuatan daftar gaji dilakukan menggunakan Aplikasi GPP Satker, maka pembuatan SKPP juga wajib menggunakan Aplikasi GPP Satker agar secara otomatis pegawai pindah/pensiun tersebut dikeluarkan dari daftar gaji dan masuk ke dalam database pegawai non aktif. a) SKPP diterbitkan dengan tujuan agar pegawai yang berubah status/pindah dapat dilanjutkan pembayaran gajinya oleh satker ditempat kerja yang baru, atau dibayarkan pensiunnya oleh PT. Taspen bagi pegawai yang memasuki masa pensiun. Pada SKPP selain dicantumkan perincian penghasilan bulan terakhir yang telah dibayar, juga dicantumkan utang-utang kepada negara dari pegawai yang bersangkutan bila ada. b) SKPP diterbitkan dalam hal: (1) Pegawai pindah ke satker lain, baik yg mengakibatkan perubahan KPPN pembayar maupun tetap dalam wilayah pembayaran KPPN yang sama; (2) Pegawai pindah ke/dari luar negeri; (3) Pegawai diperbantukan/pindah ke daerah otonom; (4) Pegawai diberhentikan dengan hormat yang mendapat hak pensiun, uang tunggu; (5) Siswa ikatan dinas yang diangkat menjadi pegawai; (6) Pegawai yang dipindah dari suatu departemen/lembaga ke

departemen/lembaga lain. c) Syarat-syarat penerbitan SKPP: (1) Surat keputusan mutasi/pindah, pensiun, pensiun janda/duda, uang tunggu, pengangkatan pegawai bagi mantan siswa ikatan dinas;
- 42 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

(2) Berita Acara Serah Terima Jabatan bagi yang memangku jabatan. d) Penerbitan SKPP oleh satker dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Untuk pegawai pindah, SKPP dibuat dalam 4 (empat) rangkap ketentuan sebagai berikut: (a) SKPP Lembar asli disampaikan kepada pegawai yang bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada bendahara pengeluaran/PPABP di tempat yang baru sebagai syarat mutlak untuk lampiran SPP/SPM gaji di tempat yang baru; (b) Lembar II dan dosir pegawai bersangkutan beserta pengantar dikirim kepada satker baru untuk dijadikan sebagai dasar pengujian SPP/SPM; (c) Lembar III disampaikan kepada KPPN asal; (d) Lembar IV sebagai arsip satker lama. (2) Untuk pegawai pensiun, SKPP dibuat dalam 5 (lima) rangkap dengan ketentuan sebagai berikut: (a) SKPP Lembar asli dan Lembar II dikirim kepada PT. Taspen/PT. Asabri dengan surat pengantar; (b) Lembar III disampaikan kepada pegawai yang bersangkutan; (c) Lembar IV disampaikan kepada KPPN sebagai pertinggal; (d) Lembar V sebagai arsip satker lama. 3. Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Pembayaran Tunjangan Keluarga adalah Surat keterangan tentang susunan keluarga yang disampaikan kepada PPABP setiap awal tahun takwim. Apabila ada perubahan susunan keluarga karena menikah/cerai, kelahiran anak, kematian dan dibuktikan dengan surat keterangan dari yang berwenang. 4. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT) adalah surat pernyataan dari pejabat yang berwenang yang menyatakan terhitung mulai tanggal seorang pegawai melaksanakan tugas pada suatu satker. 5. Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Kartu pengawasan belanja pegawai merupakan sarana untuk melakukan dengan

pengawasan atas pelaksanaan pembayaran belanja pegawai. Kartu pengawasan belanja pegawai terdiri atas 2 jenis kartu meliputi: a. Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan, yaitu kartu yang memuat data kepegawaian perorangan beserta mutasinya, daftar susunan keluarga, utang kepada negara, serta riwayat pembayaran gaji yang telah dilaksanakan. b. Kartu Induk Pengawasan Belanja Pegawai, yaitu kartu yang memuat informasi data pembayaran belanja pegawai yang telah dilaksanakan pada satuan kerja

- 43 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

meliputi tanggal pembuatan daftar permintaan, nomor daftar permintaan, jenis belanja pegawai, periode pembayaran, dan nilai bersih permintaan pembayaran.

Kartu pengawasan tersebut secara otomatis terisi pada saat dilakukan perekaman dan pemutakhiran data serta proses pembuatan daftar gaji dan/atau belanja pegawai lainnya melalui aplikasi GPP Satker. Kartu pengawasan hanya dapat dicetak setelah dilakukan proses load master. Apabila seorang pegawai dipindahkan ke satuan kerja lain, maka Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan harus dicetak dan ditutup dengan garis merah dibubuhi keterangan Ditutup dengan SKPP tanggal ......Nomor...... ditandatangani oleh PPK untuk dikirimkan ke satuan kerja baru beserta SKPP dan dosir pegawai yang bersangkutan. C. PROSEDUR PEMUTAKHIRAN DAN PENCATATAN BELANJA PEGAWAI

PPABP wajib melakukan pemutakhiran data pada aplikasi GPP Satker setiap terjadi perubahan data pegawai berdasarkan dokumen pendukung kepegawaian. Perubahan data pegawai tersebut dapat meliputi: 1. Kenaikan/penurunan Pangkat 2. Kenaikan Gaji Berkala 3. Pengangkatan/pemberhentian Jabatan Struktural/Fungsional 4. Penambahan atau pengurangan anggota keluarga 5. Tambahan pegawai baru 6. Perubahan status dan kedudukan pegawai: a. dari CPNS menjadi PNS b. pindah, pensiun, atau meninggal dunia c. tugas belajar DN/LN d. MPP/cuti besar/cuti di luar tanggungan negara e. dipekerjakan/diperbantukan f. pengenaan atau pencabutan hukuman disiplin

g. menerima uang tunggu 7. Utang, tunggakan, atau potongan lainnya yang harus dimasukkan sebagai potongan dalam daftar gaji

Selanjutnya pencatatan transaksi belanja pegawai yang meliputi pencatatan pagu, realisasi dan sisa pagu dilakukan menggunakan aplikasi SPM sesuai buku petunjuk operasional aplikasi SPM.
- 44 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

D. PROSEDUR PEMBUATAN DAFTAR GAJI DAN BELANJA PEGAWAI LAINNYA

PPABP menerima tembusan semua surat keputusan kepegawaian yang berakibat pada perubahan penghasilan. Sebelum membuat daftar gaji induk, PPABP

menginventarisir dan menyusun semua dokumen pendukung perubahan data pegawai yang akan dijadikan dasar perubahan daftar gaji bulan berikutnya. Selanjutnya berdasarkan dokumen pendukung tersebut, PPABP melakukan pemutakhiran data pada aplikasi GPP Satker. Dokumen pendukung yang telah direkam ke dalam aplikasi GPP Satker digabungkan dengan dosir dari pegawai yang bersangkutan. Aplikasi GPP Satker melakukan proses perhitungan gaji induk mengacu pada data dokumen kepegawaian yang terakhir direkam. Untuk memastikan kebenaran daftar gaji yang telah dicetak, ada baiknya selalu dibandingkan dengan daftar gaji bulan sebelumnya serta daftar perubahan data pegawai. Berbeda dengan gaji induk, Aplikasi GPP Satker dalam pembuatan daftar permintaan kekurangan gaji, susulan gaji, uang muka/persekot gaji, gaji terusan, uang duka wafat/tewas, uang tunggu, dan gaji ketiga belas mengacu pada pembayaran gaji induk yang pernah dibayarkan atau data master. Aplikasi menyediakan pilihan menu perhitungan secara otomatis atau manual. Kesalahan menggunakan menu dalam aplikasi dapat berakibat kelebihan atau kurang bayar. Pembuatan daftar permintaan uang lembur dan uang makan yang sifatnya tidak terkait secara langsung dengan database kepegawaian dalam aplikasi GPP Satker, PPABP dapat memilih menggunakan aplikasi GPP Satker atau dibuat secara manual. Sedangkan pembuatan daftar permintaan honorarium dan vakasi tidak disediakan dalam aplikasi GPP Satker sehingga harus dibuat secara manual.

- 45 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

BAB VI PEMBUKUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA PEGAWAI

A. PEMBUKUAN GAJI DAN TUNJANGAN BELANJA PEGAWAI

Pembukuan gaji dan tunjangan belanja pegawai dilakukan oleh bendahara pengeluaran pada satker bersangkutan. Pembukuan ini diselenggarakan dalam rangka pengelolaan administrasi belanja pegawai secara tertib. Hal-hal yang terkait dengan pembukuan belanja pegawai ini di atur sebagai berikut : 1. Bagian pembukuan mencatat realisasi penerimaan dan pengeluaran SPM belanja pegawai negeri yang telah diterbitkan SP2D nya. 2. Bendahara Pengeluaran membukukan realisasi penerimaan uang belanja pegawai dan pembayarannya pada Buku Kas Umum secara bruto yaitu: a) Pada kolom penerimaan dicatat berdasarkan jumlah kotor yang tertera pada SPM yang berkenaan. b) Pada kolom pengeluaran dicatat berdasarkan jumlah potongan yang tertera pada SPM dan pembayaran belanja pegawai satker yang bersangkutan. c) Sebagai tanda bukti pembayaran kepada pegawai yang berhak adalah daftar gaji yang telah distempel tanda lunas oleh Bank. d) Buku Kas Umum ditutup setiap akhir bulan kecuali ada pemeriksaan. B. PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA PEGAWAI

Penyelesaian laporan belanja pegawai : 1. Bendahara pengeluaran satuan kerja menyampaikan laporan pertanggungjawaban belanja pegawai kepada KPA satker bersangkutan selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan setelah pembayaran belanja pegawai berkenaan; 2. Jika dalam laporan pertanggungjawaban tersebut terdapat gaji dan belanja pegawai lainnya yang belum dibayarkan, maka Bendahara Pengeluaran diwajibkan menyetorkan kembali ke rekening Kas Negara dengan menggunakan formulir Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (SSBP). Apabila gaji dan belanja pegawai lainnya yang disetor tersebut terdiri atas beberapa pegawai, maka masing-masing pegawai dibuatkan SSBP tersendiri. 3. Khusus untuk gaji dan belanja pegawai lainnya yang diambil dengan surat kuasa, maka surat kuasa tersebut harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban

- 46 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

belanja pegawai yang bersangkutan. Surat kuasa harus diketahui oleh Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan. 4. Laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas pembayaran belanja pegawai terdiri atas : a) Lembaran Asli dari Buku Kas Umum; b) Daftar gaji yang telah ditandatangani oleh masing-masing yang

berhak/bersangkutan; c) Tembusan SPM/SP2D atas pembayaran belanja pegawai lembar 3 yang menjadi data pembukuan bulan berkenaan. 5. Kuasa PA satuan kerja menyampaikan laporan pertanggungjawaban pembayaran belanja pegawai secara triwulanan kepada Biro Keuangan Kementerian

Negara/Lembaga selambat-lambatnya tanggal 15 awal bulan di triwulan berikutnya. C. PENGAWASAN

1. Pengawasan pelaksanaan pengelolaan Belanja Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan. 2. Unit Pengawasan Fungsional terkait melakukan Pengawasan/Pemeriksaan secara berkala terhadap pengelolaan belanja pegawai negeri sipil pusat.

D. PENYELESAIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN DAN KERUGIAN NEGARA

Setiap terjadi kelebihan pembayaran gaji atau belanja pegawai lainnya, wajib dilakukan pengembalian atas kelebihan pembayaran tersebut ke Kas Negara. Pengembalian kelebihan pembayaran dapat dilakukan dengan: 1. menyetorkan langsung ke Kas Negara menggunakan formulir Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) dengan akun belanja yang sama apabila disetor pada tahun anggaran berjalan; 2. menyetorkan langsung ke Kas Negara menggunakan formulir Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (SSBP) dengan akun penerimaan kembali belanja pegawai pusat tahun anggaran yang lalu apabila disetor setelah tutup tahun anggaran. 3. diperhitungkan dengan pembayaran gaji pegawai yang bersangkutan setiap bulannya hingga lunas. Kelebihan pembayaran yang tidak dapat dikembalikan kepada negara sehingga mengakibatkan kerugian negara, maka penyelesaiannya menggunakan tuntutan ganti rugi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
- 47 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

BAB VII PENUTUP

Hal-hal yang belum diatur dalam modul ini agar tetap berpedoman pada peraturan yang berkaitan dengan pembayaran belanja pegawai yang berlaku. Modul ini akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan/ perubahan ketentuan tentang pelaksanaan belanja pegawai.

- 48 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

DAFTAR PERATURAN TERKAIT PENYUSUNAN MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT :
No 1 Belanja Pegawai Gaji pokok Peraturan 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 2. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2009 tentang Perubahan

Kesebelas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil 3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Penyesuaian Gaji Pokok Hakim dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2007 2 Tunjangan Isteri/Suami Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1992 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil 3 Tunjangan Anak 1. Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967 (PGPS Tahun 1968) 2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil mengenai perubahan pasal 16 Peraturan

Pemerintah Nomor 7 tahun 1977 3. Pasal 53 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN 4. Pasal 31 Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN 4 Tunjangan Jabatan Struktural 1. Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor13 tahun 2002 tanggal 17 April 2002 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No.100 tahun 2000 tentang pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural 2. Peraturan Presiden RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan Struktural 3. Peraturan Kepala BKN Nomor 31 Tahun 2007 tentang Tata Cara Permuntaan, Pemberian, Dan Penghentian Tunjangan Jabatan Struktural. 5 Tunjangan Jabatan Fungsional 1. Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil selanjutnya diatur lebih lanjut dengan ketentuan tersendiri untuk masing-masing jenis tunjangan jabatan fungsional. 2. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 39 tahun 2007 tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian, dan Penghentian Tunjangan Jabatan Fungsional 6 Tunjangan Yang Dipersamakan dengan Tunjangan Jabatan 1. Keputusan Presiden Nomor. 3 tahun 2003 Tunjangan Tenaga

Kependidikan. 2. Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 2000 tentang Tunjangan Hakim 3. Keputusan Presiden Nomor 20 tahun 2006 tentang Tunjangan Panitera 4. Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2006 tentang Tunjangan Petugas Pemasyarakat.

Tunjangan Kompensasi Kerja (risiko bahaya

1. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2001 tentang Tungangan

- 49 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

pekerjaan)

Kompesasi Kerja Bagi Pegawai Negeri Yang Ditugaskan di Bidang Persandian 2. Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2008 tentang Tunjangan Pengamanan Persandian 3. Peraturan Presiden No. 48 Tahun 2005 tentang Tunjangan Bahaya Radiasi Bagi PNS di Lingkungan Badan Pengawas Tenaga. 4. Peraturan Presiden No. 88 Tahun 2006 tentang Tk. Tunjangan Bahaya

Penyelenggaraan

Pemasyarakatan

Menurut

Risiko

Keselamatan dan Kesehatan. 5. Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2004 tentang Tunjangan Bahaya Nuklir Bagi Pegawai Negeri Sipil Dil Lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional . 8 Tunjangan Perbaikan Penghasilan Tunjangan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2000 tentang Pemberian Tunjangan Perbaikan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri, Hakim Dan Pejabat Negara 5. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006 tentang Tunjangan Umum bagi Pegawai Negeri Sipil 6. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2006 tentang Tata cara pembayaran Tunjangan Umum Pegawai Negeri Sipil, Anggota Kepolisian Republik Indonesia, dan Anggota Tentara Nasional Indonesia 7. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 18 tahun 2006 tentang Tata Cara Permintaan dan Penghentian Tunjangan Umum 10 Tunjangan Beras Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-31/PB/2009 tentang

perubahan atas Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-39/PB/2008 tentang Tunjangan Beras dalam Bentuk Natura dan Uang 11 Tunjangan khusus PPh 1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2000 beserta perubahannya 2. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan 12 Tunjangan Khusus Irian Jaya/Papua 1. Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 2002 tentang Tunjangan Khusus Propinsi Papua 2. Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-150/A/2002 tanggal 16 September 2002 13 Tunjangan Pengabdian Wilayah Terpencil 1. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1996 yang merupakan

penyempurnaan dari Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1992. 2. Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan Keamanan, dan Kepala BAKN No.677/KMK.03/1996, No.179 A Tahun 1996, No.KEP/09/X/1996, dan No.37 A Tahun 1996 tanggal 25 Oktober 1996

14

Pembulatan

Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-2/A/522/0193 tanggal 7 Januari 1993 perihal Pembayaran Gaji Pokok Baru bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Negara

15

Potongan IWP

Keputusan Presiden No. 8 Tahun 1977 tentang Rincian Penggunaan Iuran Wajib Pegawai Negeri Sipil

16

Potongan Taperum

1. Keputusan Presiden No.14 Tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil 2. Surat Edaran Direktur Jenderal Angaran Nomor SE-9/A/56/0193 tanggal

- 50 -

MODUL PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA

16 Januari 1993 perihal Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil 17 Uang Lembur dan Uang Makan Lembur 18 Uang Makan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.O5/2009 tentang Kerja Lembur dan Pemberian Uang Lembur bagi Pegawai Negeri Sipil 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK.O5/2007 tentang pemberian Uang Makan bagi Pegawai Negeri Sipil 2. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-12/PB/2007 tanggal 20 Maret 2007 tentang Prosedur dan Tata Cara Permintaan serta Pembayaran Uang Makan Bagi Pegawai Negeri Sipil 19 20 Honorarium/Vakasi Gaji Terusan Sesuai Standar Biaya Umum (Permenkeu) 1. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1980 tentang Pemberian Tunjangan Tambahan Penghasilan bagi Pensiunan Janda/Duda Pegawai Negeri Sipil. 2. Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan Direktur Jenderal Anggaran Nomor 07/SE/1981 dan Nomor SE-1.9/DJA/1.0.5/81 (SE/102/81) tentang Pelaksanaan Pemberian Pensiun Janda/Duda/Anak Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Negara. 3. Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-2.9/DJA/VII.4/7/81 (SE/133/81) tanggal 25 Agustus 1981. 4. Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-90/A/1989 tanggal 26 Juli 1989 perihal Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1980 tentang Pemberian Tunjangan Tambahan Penghasilan bagi Pensiunan

Janda/Duda Pegawai Negeri Sipil 21 Uang Tunggu 1. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1951 2. Pasal 20 Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1979 (tmt 01-10-1979) 22 23 Uang Duka Wafat/Tewas Persekot gaji Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1981 pasal 11 Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-125/A/621/1095 tanggal 3 Oktober 1995 hal Persekot/Panjar Gaji bagi Pegawai Negeri 24 Potongan sewa rumah dinas 25 SKPP Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-37/PB/2009 tanggal 12 Agustus 2009 Tentang Petunjuk Teknis Pengalihan Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai Negeri Sipil Pusat Kepada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga pasal 15 26 Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil 1. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1979 yang diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2008; 2. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor: 04/SE/1980. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002 pasal 19 ayat (4) dan ayat (5)

- 51 -

You might also like