You are on page 1of 41

Peranan Keluarga dan Lingkungan bagi pendidikan anak usia dini Bagi anak usia dini, orangtua merupakan

guru artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terpenting dan rumah tangga merupakan lingkungan belajar utamanya. Harus diingat bahwa fungsi PAUD bukan sekedar untuk memberikan berbagai pengetahuan kep artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada anak melainkan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tidak kalah pentingnya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah untuk mengajak anak berpikir, bereksplorasi, bergaul, berekspresi, berimajinasi tentang berbagai hal artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dapat merangsang pertumbuhan sinaps baru dan memperkuat artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang telah artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada serta menyeimbangkan berfungsinya kedua belahan otak (Jalal, 2002: 15). Oleh karena itu lingkungan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang baik untuk PAUD artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah lingkungan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mendukung anak melakukan kegiatan tersebut. Selama ini artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada anggapan bahwa lingkungan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang baik artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah ruangan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berdinding putih, bersih, dan tenang. Sebuah anggapan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang keliru karena ruangan tanpa rangsangan semacam itu justru menghambat perkembangan anak. Memang benar bahwa faktor bawaan juga berpengaruh terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap kecerdasan seseorang tetapi pengaruh lingkungan juga merupakan faktor artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tidak kalah pentingnya. Jika faktor bawaan dimisalkan sebagai dasar maka faktor lingkungan merupakan pengembangannya. Tanpa diperkaya oleh lingkungan, modal dasar tersebut tidak akan berkembang bahkan bisa jadi menyusut. Jika orangtua karena satu dan lain hal tidak melaksanakan fungsinya sebagai pendidik, fungsi ini dapat dialihkan (sebagian) kep artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pengasuh, lembaga pendidikan/penitipan anak, lingkungan atau siapa saja artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mampu berperan sebagai pengganti. Peran pengganti ini dapat dilakukan baik di lingkungan keluarganya (pengasuh) atau di luar lingkungan keluarga (KB, TPA & lembaga PAUD sejenis). Menciptakan lingkungan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang kondusif bagi perkembangan anak artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah sangat penting. Pengaturan lingkungan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang membuat anak dapat bergerak bebas dan aman untuk bereksplorasi merupakan kondisi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sangat baik bagi perkembangan anak, anak dapat meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas serta diperolehnya pengalaman-pengalaman baru. Artikel ini disalin dari : http://blog.tp.ac.id/peranan-keluarga-dan-lingkungan-pendidikan-anakusia-dini#ixzz1oaPSl09V

Kata pengantar Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Beriring salam tidak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga kita bias membedakan anara baik dan buruk. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Makalah ilmu pendidikan islam yang berjudul tentang tanggungjawab pendidikan islam. Semoga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang tentunya memiliki nilai-nilai kebaikan yang sangat tinggi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan agar makalah ini lebih sempurna.

Bab I Pendahuluan Pendidikan islam mempunyai sejarah yang panjang dan pendidikan islam juga berkembang seiring dengan kemunculan islam itu sendiri. Pada masa awal itu tentu saja pendidikan formal yang sitematius belum terselenggara. Dan pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan pendidikan informal karena pendidika islam pertama kali berlangsung dirumah sahabat ( daaral arqam ). Dalam UU system pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta diddik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal ini juga senada dengan pendidikan islam yang bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta dapat mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Dari 2 tujuan pendidikan diatas kita tahu bahwa pendidikan itu bukanlah suatu hal yang mudah. Dikatakan bukan sebagai persoalan yang mudah karena pendidikan itu memiliki tanggungjawab yang besar baik itu kepada Allah SWT maupun kepada alam. Tanggungjawab yang besar itu terwujud dalam hal membentuk kepribadian individu. Dengan terciptanya individu yang berkepribadian seperti yang tercanun dalam kedua tujuan pendidikan diatas maka akan memberikan manfaat yang besar umumnya bagi bangsa dan Negara. Agar pendidikan itu sesuai dengan tujuannya semula maka diperlukan sebuah kerjasama antara orang tua, masyarakat, sekolah dan pemerintah. Mereka hendaknya bersama-sama memperhatikan pendidikan para generasi mudanya. Lebih lanjut dalam makalah ini penulis akan memaparkan bentuk-bentuk tangungjawab dan siapa saja yang bertanggungjawab terhadap pendidikan. Bab II Pembahasan A. Tanggung Jawab Keluarga terhadap pendidikan islam Didalam lingkungan keluarga,orang tua berkewajiban untuk menjaga,mendidik,memelihara,sertamembimbing dan mengarahkan dengan sungguh-sungguh dari tingkah laku atau kepribadian anak sesuai dengan syariat islam yang berdasarkan atas tuntunan atau aturan yang telah ditentukan di dakam al-quran dan hadist.Tugas ini merupakan tanggung jawabmasing-masing orang tua yang harus dilaksanakan.pentingnya pendidikan islam bagi tiap-tiap orang tua terhadap anak-anaknya didasarkan pada sabda rasulullah SAW yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitra.kedua orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani,yahudi atau majusi(HR.bukhari)

Pendidikan keluarga merupakan salah satu aspek penting,karena awal pembentukan dan perkembangan dari tingkah laku atau kepribadian atau jiwa seorang anak adalah melalui proses pendidikan dilingkungan keluarga.dilingkungan inilah pertama kalinya terbentuknya pola dari tingkah laku atau kepribadian seorang anak tersebut.pentingnya peran keluarga dalam proses pendidikan anak dicantumkan didalam al- Quran,yang mana Allah SWT berfirman dalam surah Al-furqon ayat 74,yang artinya sebagai berikut:dan orang-orang yang berkata:ya tuhan kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati(kami),dan jadikan lah kamiimam bagi orang-orang yang bertakwa(Al-furqan:74) Selanjutnya,berhubungan dengan pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak di dalam lingkungan keluarga ini juga dijelaskan Allah sesuai dengan firmannyadidalam surahAt-tamrin ayat 6, yang artinya sebagai berikut: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahannya bakarnya adalah manusia dan bat;penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya keoada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S At-Tamrin: 6) Jadi,di dalam proses pndidikan di dalam lingkungan keluarga masing-masing orang tua memiliki peran yang sangat besar dan penting. dalam hal ini, ada banyak aspek pendidikan sangat perlu diterapkan oleh masing-masing orang tua dalam hal membentuk tingkah laku atau kepribadian anaknya yang sesuai dengan tuntunan al-quran dan hadist Rasulullah SAW. Diantara aspekaspek tersebut adalah pendidikan yang berhubungan dengan penanaman atau pembentukan dasar keimanan(akidah), pelaksanaan ibadah, akhlak dan sebagainya. B. Tanggung jawab sekolah terhadap pendidikan islam Majunya zaman mengakibatkan kita mampu untuk menyesuaikan diri, mau tidak mau kita harus bersaing menjadi yang terbaik. Keinginan untuk menjadi yang terbaik ini berdampak terhadap pola penhasuhan orang tua terhadap anaknya. Dimana tanggungjawab orangtua sebagai pendidik utama pada akhirnya melimpahan tanggung jawabnya pada pihak sekolah. Sekolah sengaja dibangun untuk tempat pendidikan kedua setelah keluarga. Sekolah berfungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagai ganti orang yang harus di taati. Seperti halnya orang tua, sekolah juga memiliki tujuan sebagai pemenuhan dari tanggungjawabnya kepada anak didik. Melihat dari kondisi cultural bangsa kita yang mayoritas memeluk agama islam maka tujuan pendidikan itu sangatlah cocok diterapkan berdasarkan pendidikan islam. Abu ahmadi mengatakan bahwa pancasila dimana sila pertamanya ketuhanan yang maha esa harus meruakan inti tujuan pendidikan dengan agama sebagai unsure mutlaknya , sebab itu tugas sekolah yang penting adalah membentuk manusia pancasilais sejati, yaitu manusia yang bertauhid. adanya pergantian pemerintahan orde lama manjadi orde baru pelajaran agama dapat dilaksanakan disekolah-sekolah negeri, bahkan menjadi mata pelajaran wajib. Dengan demikian ada kesempatan yang baik untuk melaksanakan dakwah islamiah di sekolahsekolah negeri. Sama seperti pancasila pendidikan islam juga bertujuan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dengan hubungannya dengan Allah SWT dan dengan manusia sesamanya dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup didunia dan diakhirat nanti . Dari kedua tujuan pendidikan tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tanggung jawab sekolah antara lain : 1. Melanjutkan pendidikan yang telah diberikan oleh orang tua

2. Memberikan pendididkan ilmu pengetahuan dan dibarengi dengan pendidikan agama Selanjutmya zakiah drajat mengatakan bahwa di sekolah guru merasa tanggung jawab terhadap pendidikan otak murid-muridnya. Ajaran islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar tetapi juga mendidik. Ia harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran islam. C. Tanggung jawab pemerintah terhadap pendidikan islam Besarnya tanggung jawab sekolah terhadap pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Dari pemaparan tanggung jawab sekolah sebelumnya pastilah sekolah memerlukan bantuan pihak lain demi kelancaran suatu system pendidikan. Dalam hal ini pemerintahlah yang harus pertama kali memberikan perhatiannya jika rakyat atau khususnya generasi yang merupakan ujung tombak kemajuan bangsa tidak diperhatikan kesejahteraannya maka kemajuan itu tidak akan segera terwujud. Hafsoh Fadiyah mengatakan bahwa dalam islam pemerintah adalah penggungjawab atas segala hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak (sebagai pelayan umat, bukan majikan yang menindas ). Dan dalam hal ini pendidikan adalah salah satunya. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa seseorang imam ( kepala Negara adalah pemimpin yang mengatur dan memelihara ) urusan rakyatnya maka ia akan diminta pertanggungjawaban terhadap orang-orang yang dipimpinnya itu ( HR. Bukhari dan Muslim). Di Indonesia pendidikan islam ditangani oleh departemen agama RI dimana penyelenggaraan dan pembinaan pendidikan para perguruan agama islam didasarkan pada keputusan menteri agama NO 6 tahun 1979 tentang penyempurnaan organisasi dan tata kerja departemen agama sebagai pelaksana keputusan presiden nomor 30 tahun 1978 didalam pasal 195 disebutkan bahwa fungsi direktorat pembinaaan agama islam antara lain : 1. mempersiapkan perumusan kebijakan tekhnis dibidang pembinaan pendidik pada perguruan agama islam. 2. melaksanakan pembinaan pendidikan pada perguruan agam islam yang meliputi kurikulum, tenaga guru dan sarana pendidikan. 3. melakukan evaluasi atas pelaksanaan pendidikan pada perguruan agama islam. 4. melakukan pengendalian tekhnis atas pelaksanaan pendidikan pada perguruan agama islam. 5. mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan bagi penyusunan rencana evaluasi peningkatan dan penyempurnaan pembinaan pada perguruan agama islam. Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas maka tanggung jawab pemerintah terhadap kesejahtaraan khususnya pada pendidikan rakyat tersebut begitu besar . Seyogyanya tanggungjawab pemerintah ialah membebaskan seluruh biaya yang menyangkut tentang pendidikan generasi seterusnya.fasilitas sarana dan prasarana serta hal-hal yang menyangkut tentang pendidikan itu hendaknya dapat terpenuhi tanpa harus diminta terlebih dahulu, hal ini demi kemajuan dari sebuah pendidikan yang akan dijalankan Bab III Kesimpulan Didalam proses pendidikan dalam lingkunagan keluarga masing-masing orang tua memiliki peran yang sangat besar dan penting.dala,hal ini,ada banyak aspek pendidikan sangat perlu diterapkan oleh masing-masing orang tua dalam hal membentuk tingkah laku atau kepribadian anaknya yang sesuai dengan tuntunan al-quran dan hadist rasulullahSAW.Diantara aspek-aspek

tersebut adalah pendidikan yang berhubungan dengan penanaman atau pembentukan dasar keimanan(akidah),pelaksanaan ibadah,akhlak,dan sebagainya.dalam lingkunagan Dalam lingkungan sekilah tanggung jawab dalam mendidik anak dibebankan kepada guru.tugas guru tidak hanya mendidik tetapi juga menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya. Pemerintah memiliki juga andil yang cukup besar dalam pendidikan,karena pendidikan merupakan hak rakyat yang harus dipenuhi.yang dalam hal ini pemerintah hendaknya dapat menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dan atau yang menyangkut tentang pendidikan itu sendiri.hal ini bertujuan agar pendidikan yang diberikan itu sesuai denagn tujuan yang telah ditetapkan semula.

Daftar Pustaka Ahmadi, Abu dan Uhbiyantin,Nur, Ilmu pendidikan, Jakarta:Rineka cipta,1991 Azyumardi, Azra, Pendidikan islam, Ciputat: Logos, 1999 Drajat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004 Fadiyah, Hafshoh, Saat Pendidikan Dikomersilkan, www. indonesiafaithfreedom.com Uhbiyanti, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia,1988 Aridem, vintoni dan Etri Jayanti, Peran Pendidikan Islam dalam Pembentukan Kepribadian Anak di Lingkungan Keluarga, www. google. com Browse > Home > cara bersalin > cara mendidik anak > Cara Mendidik Anak dengan Benar Cara Mendidik Anak dengan Benar Original Source: Ksaday http://www.ksaday.com/2012/01/cara-mendidikanak.html#ixzz1oaRLIzSV Under Creative Commons License: Attribution Mendidik Anak agar menjadi anak yang baik segalanya mungkin adalah hal yang sulit bagi sebagian orangtua, terlebih jika anak itu telah mengetahui lingkungan dan kondisi sekitarnya. Berbagai cara mungkin telah dilakukan oleh anda namun hasilnya belum maksimal. Ya ini dikarenakan Cara Mendidik Anda yang mungkin salah ketika anak itu masih belum mengenal lingkungan. Anak sangat mudah mengikuti perkembangan dilingkungannya, cara bicara, kondisi psikis, kondisi dan berbagai kondisi sangat mudah di ingat dalam pikiran anak walau anak itu sebenarnya belum bisa berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu berhatilah anda jika sedang dekat dengan anak anda yang masih kecil, berhati-hati gimana? Berhati-hati untuk tidak berbicara kasar, berhati-hati untuk tidak meluapkan emosi, berhati-hati untuk tidak membiasakan bergombal dan bergosip dengan orang lain di depan anak anda. Karena itu akan direkamnya dan ingatannya kuat hingga anak itu muncul dewasa dan meniru yang anda lakukan dulunya didepan anak anda. Mendidik Anak bukanlah perkara yang mudah sehingga jika anda orangtua baru anda pertu

benar-benar memperhatikan anak anda, karena waktu itulah anak akan merekam kondisi psikis dan tingkah anda. Original Source: Ksaday http://www.ksaday.com/2012/01/cara-mendidikanak.html#ixzz1oaRDuGah Under Creative Commons License: Attribution Cara Mendidik Anak yang Benar sehingga anak anda dikategorikan sebagai anak yang baik segalanya, yakni baik dalam tingkahnya, baik dalam sikap dan pikirannya, baik dalam pikiran dan fisiknya, baik dalam fisik dan hatinya. Namun jika sudah terlanjur anak anda bersikap tidak seperti yang anda impikan dulu, misalnya anak anda telah mengetahui uang sehingga meminta uang terus untuk belanjanya (beli makanan atau barang di warung) yang berlebihan, atau anak anda susah untuk didiamkan, anak anda nakal berlebihan atau lainnya. Maka anda jangan dulu minder tidak bisa merubahnya, karena disini, di blog ksaday ini saya akan berbagi Cara Mendidik Anak yang benar dan cepat sehingga anak akan mudah untuk dikendalikan dan nakalnya tidak berlebih. Baiklah, sebelumnya anda harus tahu bahwa seorang anak nakal itu biasa karena mereka belum mengetahui yang benar dan salah, namun jika nakalnya berlebih maka anda harus mencari cara mendidik anak yang benar sehingga anak anda tidak terlalu nakal dan tentunya mudah untuk di atur sehingga akan bertumbuh kembang dengan baik sesuai dengan harapan anda untuk kebaikan anak anda. Berikut cara mudah Mendidik Anak dengan cepat agar tidak nakal:

Berikan perhatian anda untuk anak anda dalam segala hal yang memang anak anda butuhkan, namun jangan berlebihan karena berlebihan inilah yang akan direkam anak anda sehingga akan berus meminta lebih dari anda. Jangan biarkan anak anda mengenal lingkungan luar tanpa sepengetahuan anda, karena inilah faktor yang cukup besar merubah sifat anak anda. Berikanlah video atau rekaman hal baik yang dilakukan orang lain, bukan film anak yang sekarang ada di TV, seperti kartun atau lainnya yang cenderung membawakan sifat malas, pemarah dan brontak. Jangan sampai anda memberikan anak anda uang, jika bisa anda tidak boleh memberikan uang jika anak itu tidak membutuhkannya, cukup anda berikan barang bukan uangnya. Bersikaplah keras dalam membimbing anak anda. Tunjukan sayang anda kepada anda anda dengan acuh tak acuh, namun anda harus tetap memperhatikan tingkah laku anak anda. Jangan pernah jadikan anda atau keluarga anda sebagai tempat perlindungan ketika dia anda marahi, hilangkan perlindungan jika anak anda salah, namun ingat anda tetap harus menyayanginya. Jangan anda memanjakan anak anda walaupun anda benar menyayanginya.

Itu bebarapa cara mendidik anak dengan benar sehingga anak anda akan baik disegalanya. Cara ini telah saya terapkan kepada keponakan saya dan hasilnya, wuihhh,,, mantep!

Share9

Contoh Makalah Pendidikan Anak Usia Dini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tak ada satu pun yang luput dari Pengawasan dan Kepedulian-Nya. merupakan tugas orang tua dan guru untuk dapat menemukan potensi tersebut. Syaratnya adalah penerimaan yang utuh terhadap keadaan anak. Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

1.2 Tujuan pembuatan makalah Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan 2. Melatih mahasiswa untuk dapat mengembangkan keterampilan yang dimilikinya. 3. Melatih mahasiswa dalam pengalaman langsung atau tidak langsung dalam Memberikan informasi kepada masyarakat tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini mulai lahir sampai baligh (kalau perempuan ditandai menstruasi sedangkan laki-laki sudah mimpi sampai mengeluarkan air mani) adalah tanggung jawab sepenuhnya orang tua. Menurut Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:

Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

Infant (0-1 tahun) Toddler (2-3 tahun) Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun) Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Hal-hal yang harus dipahami dalam Karakteristik Anak Usia Dini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak, yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya. Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak, sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak, agar dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik. Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis. Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuannya. fisik dan psikologis ( hall & lindzey, 1993). Adapun pentingnya pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sebagai berikut: 1) PAUD sebagai titik sentral strategi pembangunan sumber daya manusia dan sangat fundamental. 2) PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi kepribadian anak. 3) Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktivitas, pada akhirnya anak akan mampu lebih mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. 4) Merupakan Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari perkembangan otak manusia, maka tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak. 5) Cerminan diri untuk melihat keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang mendapatkan layanan baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan hidup selanjutnya.

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan Komitmen Dunia seperti yang tertera dalam kutipan sebagai berikut: Komitmen Jomtien Thailand (1990) Pendidikan untuk semua orang, sejak lahir sampai menjelang ajal. Deklarasi Dakkar (2000) Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini secara komprehensif terutama yang sangat rawan dan terlantar. Deklarasi A World Fit For Children di New York (2002) Penyediaan Pendidikan yang berkualitas

2.2 Landasan Yuridis Tentang PAUD 1. Pembukaan UUD 1945 ; Salah satu tujuan kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. 1. Amandemen UUD 1945 pasal 28 C Setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. 3. UU No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 9 ayat (1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minta dan bakat. 4. 1) 2) 3) 4) 5) UU No 20/2003 pasal 28 Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

2.3 Perkembangan Anak Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di lembaga pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain. Perkembangan anak sebagai perubahan psikologis menurut Kartini Kartono ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam fase tertentu. Nana Syaodah Sukmadinata mengemukakan ada tiga pendekatan perkembangan individu, yaitu Pendekatan Pentahapan, diferensial dan isaptif. Khususnya pada pendekatan isaptif pada perkembangan anak mencakup perkembangan psikososial, perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan moral dan perkembangan emosional. tahapan perkembangan psikososial anak menurut Erik Erikson dalam Malcolm Knowles adalah sebagai berikut: Tahap kepercayaan dan ketidak percayaan (trust versus misstrust), yaitu tahap psikososial yang terjadi selama tahun pertama kehidupan. Pada tahap ini,bayi mengalami konflik anatara percaya dan tidak percaya. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekhawatiran akan masa depan. Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi versus shame and doubt), yaitu tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau atonomi mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika orangtua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengalami rasa malu dan ragu-ragu. Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiatif versus guilt), yaitu tahap perkembangan psikososial ketiga yang berlangsung selama tahun pra sekolah. Pada tahap ini anak terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat, dan suka menantang lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan permainan khayalan, dia memperoleh perasaan harga diri. Bila orangtua berusaha memahami, menjawab pertanyaan anak, dan menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan belajar untuk mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif semakin kuat. Sebaliknya, bila orangtua kurang memahami, kurang sabar, suka memberi hukuman dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat maka anak akan merasa bersalah dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif mendekati apa yang diinginkannya. Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry versus inferiority),yaitu perkembangan yang berada langsung kira-kira tahun sekolah dasar. Pada tahap ini, anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan. Anak mulai mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.perasaan anak akan timbul rendah diri apabila tidak bisa menguasai keterampilan yang diberikan disekolah.

Tahap identitas dan kekacauan identitas (identity versus identity confusion), yaitu perkembangan yang berlangsung selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini, anak dihadapkan pada pencarian jati diri. Ia mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah individu unik yang siap memasuki suatu peran yang berarti ditengah masyarakat baik peran yang bersifat menyesuaikan diri maupun memperbaharui. Apabila anak mengalami krisis dari masa anak kemasa remaja maka akan menimbulkan kekacauan identitas yang mengakibatkan perasaan anak yang hampa dan bimbang. Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus isolation), yaitu perkembangan yang dialami pada masa dewasa. Pada masa ini adalah membentuk relasi intim dengan oranglain. Menurut erikson, keintiman tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya selama tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari berhubungan secara intim dengan oranglain kecuali dalam lingkup yang amat terbatas. Tahap generativitas dan stagnasi (generativity versus stagnation), yaitu perkembangan yang dialami selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, produk, ide-ide, dan sebagainya) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Apabila generativitas tidak diungkapkan dan lemah maka kepribadian akan mundul mengalami pemiskinan dan stagnasi. Tahap integritas dan keputusasaan (integrity versus despair), yaitu perkembangan selama akhir masa dewasa. Integritas terjadi ketika seorang pada tahun-tahun terakhir kehidupannya menoleh kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tentram, serta menikmati hidup sebagai yang berharga dan layak. Akan tetapi, bagi orangtua yang dihantui perasaan bahwa hidupnya selama ini sama sekali tidak mempunyai makna ataupun memberikan kepuasan pada dirinya maka ia akan merasa putus asa.

Perkembangan Kognitif Anak Menurut PIAGET tahapan perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap yaitu sebagai berikut: 1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun) Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'. Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu). 2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun) Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit. Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.

3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun) Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis. Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa. Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami. 4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas) Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga. Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.

Pada umumnya dalam perkembangan Emosional seorang anak terdapat empat kunci utama emosi pada anak yaitu : 1. perasaan marah perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu punketika kemauannya tidak diturutioleh orangtuanya, terkadang timbulrasa marah pada sianak. 2. perasaan takut rasa takut ini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut akan suara-suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan mahlukmahluk yang menyeramkan lainnya. 3. perasaan gembira perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya ketika anakdiberi hadiaholeh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira. 4. rasa humor Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.

Keempat perasaan itu merupakan emosi negative dan positif. Perasaan marah dan ketakutan merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau humor merupakan sikap emosi yang positif. Menurut Kohlberg Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. 2.4 peranan keluarga Keluarga adalah institusi pertama yang melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Disanalah pertama kali dasar-dasar kepribadian anak dibangun. Anak dibimbing bagaimana ia mengenal Penciptanya agar kelak ia hanya mengabdi kepada Sang Pencipta Allah SWT. Demikian pula dengan pengajaran perilaku dan budi pekerti anak yang didapatkan dari sikap keseharian orangtua ketika bergaul dengan mereka. Bagaimana ia diajarkan untuk memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang halal yang akan mereka gunakan. Kesimpulannya, potensi dasar untuk membentuk generasi berkualitas dipersiapkan oleh keluarga. Keluarga dalam hal ini adalah aktor yang sangat menentukan terhadap masa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yang belum lahir sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yang dikerjakan oleh orang tuanya, terutama kaum ibu. Tidak heran kemudian apabila anak yang dibesarkan dalam situasi dan kondisi yang kurang membaik semasa masih dalam kandungan berpengaruh terhadap kecerdasan anak ketika lahir. Dengan demikian, pihak keluarga sejatinya banyak mengetahui perkembanganperkembangan anak. Pada saat anak masih dalam kandungan, pihak orang tua harus lebih memperbanyak perkataan, perbuatan, dan tindakan-tindakan yang lebih edukatif. Ketika anak itu sudah lahir, maka tantangan terberat adalah bagaimana orang tua dapat mengasihi dan menyayangi anak sesuai dengan dunianya. Poin yang kedua ini ketika anak-anak (usia bayi hingga dua tahun) mempunyai tahap perkembangan yang cukup potensial. Anak-anak mempunyai imajinasi dengan dunianya yang bisa membuahkan kreativitas dan produktivitas pada masa depannya. Tapi, pada fase-fase tertentu banyak orang tua tidak memberikan kebebasan untuk berekspresi, bermain, dan bertingkah laku sesuai dengan imajinasinya. Banyak orang tua yang terjebak pada pembuatan peraturan yang ketat. Ini memang tujuannya untuk kebaikan anak. Pengekangan dan pengarahan menurut orang tua tidak baik untuk memompa kecerdasan dan kreativitas anak. Bahkan, malah berakibat sebaliknya, yakni anak-anak akan kehilangan dunianya sehingga daya kreativitas anak dipasung dan dipaksa masuk dalam dunia orang tua.

Paradigma semacam inilah yang sejatinya diubah oleh pihak orang tua dalam proses pendidikan anak usia dini. Menarik salah satu pernyataan seorang pujangga Lebanon, Kahlil Gibran (1883). "Anak kita bukanlah kita, pun bukan orang lain. Ia adalah ia. Dan hidup di zaman yang berbeda dengan kita. Karena itu, memerlukan sesuatu yang lain dengan yang kita butuhkan. Kita hanya boleh memberi rambu-rambu penentu jalan dan menemaninya ikut menyeberangi jalan. Kita bisa memberikan kasih sayang, tapi bukan pendirian. Dan sungguh pun mereka bersamamu, tapi bukan milikmu. Pernyataan tersebut cukup tepat untuk mewakili siapa sebenarnya anak-anak kita dan bagaimana seharusnya kita berbuat yang terbaik untuknya. Untuk itu pernyataan di atas sejatinya dijadikan referensi dalam memandang anak-anak oleh keluarga, terutama orang tua, yang ingin menjadikan anaknya berkembang secara kreatif, dinamis, dan produktif. Keluarga yang selama ini masih cenderung kaku dalam mendidik anaknya pada masa kecil sejatinya diubah pada pola yang lebih bebas. Anak adalah dunia bermain. Dunia anak adalah dunia di mana keliaran imajinasi terus mengalir deras. Anak sudah mempunyai dunianya tersendiri yang beda dengan orang dewasa. Hanya dengan kebebasan bukan pengerangkengan anak-anak akan bisa memfungsikan keliaran dan kreativitasnya secara lebih produktif. Hanya dengan dunianya anak-anak akan mampu mengaktualisasikan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Oleh karena begitu besarnya peranan orang tua dalam perkembangan anak maka orang tua dituntut untuk dapat memahami pola-pola perkembangan anak sehingga mereka dapat mengarahkan anak sesuai dengan masa perkembangan anak tersebut. Selanjutnya orangtua berkewajiban untuk menciptakan situasi dan kondisi yang memadai untuk menunjang perkembangan anak-anaknya. Dengan tercapainya perkembangan anak kearah yang sempurna maka akan terciptanya keluarga yang sejahtera. Menurut Siregar dalm makalahnya 2 agustus 1996 pada seminar hari anak Indonesia di Bandung mengemukakan tentang keluarga sejahtera yaitu bahwa keluarga sejahtera selalu didambakan setiap individu. Tujuan utama dari keluarga sejahtera adalah keluarga hendaknya merupakan wadah pengembangan anak seoptimal mungkin, sehingga mereka berkembang menjadi pribadi dewasa yang penuh tanggung jawab dan matang dikemudian hari.

2.5 Menumbuhkan Kecerdasan Anak Usia Dini Seorang anak yang baru lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan fungsifungsi fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Namun secara pasti berangsur-angsur anak akan terus belajar dengan lingkungannya yang baru dan dengan alat inderanya, baik itu melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan mapun pengecapan. Anak berkemungkinan besar untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Bahkan anak bisa meningkat pada taraf perkembangan tertinggi pada usia kedewasaannya sehingga ia mampu tampil sebagai pionir dalam mengendalikan alam sekitar. Hal ini karena anak memiliki potensi yang telah ada dalam dirinya.

Hal yang dibutuhkan anak agar tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah adanya upayaupaya pendidikan sepertiu terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi anak untuk belajar, dan bimbingan serta arahan kearah perkembangan yang optimal. Dengan begitu menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri anak. Sebab jika potensi kecerdasannya tidak dibimbing dan diarahkan dengan rangsangan-rangsangan intelektual, maka walaupun dia memiliki bakat jenius aakan tidak ada artinya sama sekali. Sebaliknya jika seorang anak yang memiliki kecerdasan rata-rata atau normal bila didukung lingkungan yang kondusif maka ia akan dapat tumbuh menjadi anak yang cerdas diatas rata-rata atau superior. Hal ini berarti lingkungan memegang peranan penting bagi pendidikan anak selain bakat yang telah dimiliki oleh anak itu sendiri.

2.6 Karakteristik Belajar Anak Menurut konsep PAUD yang sebenarnya, anak-anak seharusnya dikondisikan dalam suasana belajar aktif, kreatif, dan menyenangkan lewat berbagai permainan. Dengan demikian, kebutuhannya akan rasa aman dan nyaman tetap terpenuhi. Kalaupun kepada siswa SD kelas awal ingin diajarkan konsep berhitung, contohnya, pilihlah sarana pembelajaran melalui nyanyian atau cara lain yang mudah dipahami dan menyenangkan. Hanya saja, meski sama-sama melalui cara yang menyenangkan, tujuan pendidikan anak usia prasekolah berbeda dari pendidikan anak usia sekolah dasar awal. Kalau pendidikan bagi anak usia prasekolah bertujuan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, maka konsep pendidikan di awal sekolah dasar bertujuan mengarahkan anak agar dapat mengikuti tahapantahapan pendidikan sesuai jenjangnya. Selain tentu saja untuk mengembangkan berbagai kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan guna mengoptimalkan kecerdasannya. Proses pembelajaran kepada anak harus sesuai dengan konsep pendidikan anak usia dini. Mengajarkan konsep membaca dan berhitung, contohnya, haruslah dengan cara yang menarik dan bisa dinikmati anak. Yang tidak kalah penting, selama proses belajar, jadikan anak sebagai pusatnya dan bukannya guru yang mendominasi kelas. Dalam pelaksanaannya, inilah yang disebut CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Jadi bukannya "CBSA" yang kerap diplesetkan sebagai "Catat Buku Sampai Abis". Sementara pendidikan usia dini yang diberikan dalam keluarga juga harus berpijak pada konsep PAUD. Artinya, pola asuh yang diterapkan orang tua hendaknya cukup memberi kebebasan kepada anak untuk mengembangkan aneka keterampilan dan kemandiriannya. Ingat, porsi waktu terbesar yang dimiliki anak adalah bersama keluarganya dan bukan di sekolah.

2.7 Program Pendidikan Bagi Anak Usia Dini Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1992 tentang pendidikan pra-sekolah, pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa bentuk satuan pendidikan pra-sekolah meliputi Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan Penitipan Anak serta bentuk lain yang diterapkan oleh Menteri. Kelompok Bermain

Pendidikan dini bagi anak-anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) merupakan hal yang penting, karena pada usia ini merupakan masa membentuk dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan serta kemandirian maupun kemampuan bersosialisasi. Pada dasarnya dunia anak adalah dunia fundamental dari perkembangan manusia menuju manusia dewasa yang sempurna. Disadari bahwa generasi merupakan generasi penerus yang perlu dibina sejak dini, karenanya pembinaan sejak dini merupakan tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Pembinaan anak usia pra-sekolah terutama peranan keluarga sangat menentukan. Menurut Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1990 tentang pendidikan pra-sekolah, Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan anak dengan mengutamakan kegiatan bermain, yang juga menyelenggarakan pendidikan pra-sekolah bagi anak usia 3 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Selama tahun pra-sekolah, taman kanak-kanak, pusat penitipan anak-anak dan kelompok bermain semuanya menekankan permainan yang memakai mainan. Akibatnya baik sendiri atau berkelompok mainan merupakan unsure yang penting dari aktivitas bermain anak. Bermain dengan teman-teman sebayanya, anak dirangsang dalam kemampuan mental seperti kecerdasan, kreativitas, kemampuan sosial yang sangat bermanfaat pada masa kini dan masa yang akan datang. Kegiatan bermain memiliki arti positif terhadap perkembangan sosial anak. Seperti yang dikemukakan oleh Zulkifli bahwa dengan berman mereka lebih banyak mengenal benda-benda yang berguna bagi perkembangan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dengan mengenal benda seperti mobil dapat mengembangkan rasa sosial anak dimana benda tersebut dapat membantu orang lain eprgi kesuatu tempat tertentu. Secara lebih jauh dapat dilihat dengan adanya perkembangan teknologi menunjukan makin menariknya teknis dan permainan elektronik bagi anak yang ditunjang oleh situasi dan kondisi dimana anak-anak sulit mendapat teman sebaya untuk bersosialisasi sehingga anak dapat menonton atau bermain sendiri tanpa memerlukan oranglain.

BAB III KESIMPULAN

Seorang anak yang baru lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan fungsifungsi fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Hal yang dibutuhkan anak agar tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah adanya upaya-upaya pendidikan sepertiu terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi anak untuk belajar, dan bimbingan serta arahan kearah perkembangan yang optimal. Dengan begitu menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri anak. Masa usia dini merupakan Periode emas yang merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di lembaga pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain. DAFTAR PUSTAKA

M. Taqiyuddin. (2005). Pendidikan Untuk semua (Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah). Cirebon: STAIN Cirebon Press. Purwanto. Ngalim. (2006). Ilmu pendidikan teoretis dan praktis. Bandung: Rosda Gunawan, Ari. (1995). Kebijakan-kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rhineka Cipta Tilaar. (1992). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosda Latif, Abdul. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Reflika Aditama Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini http://qeeasyifa.multiply.com/journal/item/61/MEMAHAMI_PENDIDIKAN_ANAK_USIA_DI NI http://www.tabloid-nakita.com/artikel2.php3?edisi=07327&rubrik=topas http://eldiina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=29&Itemid=1 www.akhmadsudrajat.wordpress.com

Material Makalah; Peran Keluarga Terhadap Pendidikan Anak Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar peserta didik, baik berupa fisik maupun non fisik yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses pendidikan. Dengan demikian keluarga sebagai lingkugan pendidikan mencakup lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari manusia yang berada di lingkungan keluarga atau rumah dengan segala perlengkapannya sebagai tempat tinggal. Sedang lingkungan non fisik seperti; suasana hubungan sosial, suasana psikologis, dan suasana religius. Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa anak. Hal ini disebabkan karena keluargalah tempat pertama dan utama bagi anak-anak dalam memperoleh pendidikan. Keluarga merupakan tempat anak-anak diasuh, tumbuh dan berkembang. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis yang artinya: Diriwatkan dari Ibnu Umar dari Nabi saw. ia bersabda: Ingatlah, kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban dari yang dipimpinnya. Penguasa atas rakyat adalah pemimpin, dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya, laki-laki pemimpin dalam rumah tangga dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap keluarga yang dipimpinnya, perempuan adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan anak-anaknya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya, dan hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Arti hadis di atas menggambarkan betapa besarnya tanggung jawab keluarga atas anggota keluarganya. Dengan demikian wajar apabila orang tua mempunyai peran penting dalam pendidikan anak-anaknya untuk perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Keluarga sebagai lingkungan awal pertumbuhan anak harus diisi dengan hal-hal yang bersifat positif sehingga menjadi star yang baik bagi pertumbuhannya. Pengalaman sukses bagi anak di awal pertumbuhannya terus diusahakan, sebab pengalaman seperti itu akan membuka peluang demi kemajuan yang lebih tinggi lagi. Akan tetapi sebaliknya, pengalaman gagal di awal pertumbuhannya bisa mengakibatkan penghambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak pada fase berikutnya. Selain itu, hubungan orang tua dengan anak-anaknya akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Hubungan yang serius, penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa pada pembinaan pribadi yang tenang dan terbuka. Hal ini disebabkan karena ia memdapat kesempatan yang cukup baik untuk tumbuh dan berkembang. Tetapi hubungan yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan, akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi yang sukar dan tidak mudah dibentuk karena ia tidak mendapatkan suasana yang baik untuk berkembang, karena selalu terganggu oleh suasana orang tuanya.

Dalam kaitannya dengan penataan non fisik, salah satunya adalah penataan psikologis. Penataan psikologis ini menyangkut emosi dan suasana kejiwaan yang menyertai dan dirasakan dalam kehidupan keluarga. Faktor-faktor Yang Menjadi Penyebab Terciptanya Pendidikan Keluarga Dalam Upaya Mengembangkan Kepribadian Anak Dilihat dari peran orang tua terhadap pembinaan keluarga adalah sangat penting artinya. Dalam hal ini orang tua merupakan obyek sekaligus menjadi subyek, karna tidak bisa disangkal lagi bahwa keluarga adalah pondasi dari suatu negara yang akan membentuk watak-watak generasi muda sebagai anak bangsa. Faktor-faktor yang penulis maksudkan di sini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Kematangan fisik dan mental. Menghilangkan ketergantungan kepada orang tua. Tingkat pendidikan. Kesehatan Ekonomi

Hal yang penting yang juga harus diperhatikan dalam kehidupan keluarga adalah terciptanya kasih sayang bersama. Bila dalam suatu keluarga senantiasa didasari oleh rasa kasih sayang di antara semua anggota keluarga terutama oleh kedua orang tua terhadap anak-anaknya, maka seluruh anggota keluarga akan merasakan betapa nikmatnya hidup dalam naungan keluarga yang bahagia.

PENTIIIING MAKALAH : MENDIDIK ANAK DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN MENDIDIK ANAK DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN Oleh : Daniel F. Iswahyudi, S.Th. PENDAHULUAN Masalah anak dan remaja masa kini sungguh kompleks. Ayah dan ibu pun harus bahu-membahu dalam mendidik dan membina anak-anak mereka. Ibu Ani, sebut saja begitu, tersentak saat menemukan kalimat aneh di buku anaknya. Kalimat itu kurang lebih begini, Aku mencintaimu. Nanti kita mandi bareng, baru ciuman. Sang buah hati masih duduk di kelas 1 SD. Wanita itu tidak membayangkan anak seusia anaknya berpikiran seperti dalam kalimat yang ditulisnya. Tak percaya dengan ungkapan dalam kalimat itu, Ani lalu bertanya, `Ini tulisanmu, ya?`Ya, tapi disuruh (teman), jawab si anak. Merasa tidak puas, Ani menyampaikannya kepada guru kelas. Sang guru mengatakan, teman anaknya itu memang suka menyuruh teman-

temannya menuliskan hal-hal semacam itu. Ani pun bertanya, Bagaimana saya bicara ke anak saya? Kalau anak sudah menulis seperti itu, orang tua jangan lagi membuang waktu. Misalnya, menunggu waktu yang dianggap tepat untuk mengatasinya. Apalagi berharap penyelesaian dari guru di sekolah. Anak kita harus kita urus sendiri. Masalah anak dan remaja saat ini memang berat. Orang tua sibuk dengan banyak persoalan, juga serbuan media seperti koran, majalah, televisi, video hingga internet. Mengharapkan sekolah untuk bisa mengatasinya, pun tidak mudah, karena umumnya sekolah lebih mengedepankan perkembangan otak kiri.

Dalam Amsal 22:6 dikatakan Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Ini adalah sebuah perintah dan janji yang datang dari Tuhan bagi setiap orang tua dan para pembina anak. Perintah untuk mendidik anak dan janji bahwa pendidikan yang dilakukan sejak dini itu akan terus tertanam hingga ia dewasa. Dan setiap orang tua pasti merindukan anakanaknya memiliki karakter yang baik mulai dari kecil hingga mereka dewasa. Tetapi, mendidik anak sehingga anak menjadi seperti yang diharapkan orang tua, bukanlah hal yang mudah. Ada tantangan yang harus dihadapi oleh orang tua sebagai pendidik dan pembimbing anak. Tantangan itu bisa berasal dari diri orang tua sendiri, maupun dari lingkungan dan media modern saat ini.

I. TANTANGAN DARI DIRI ORANG TUA Ketika anak tidak mau mendengarkan nasihat orang tua, bertindak semau sendiri dan suka memberontak melawan orang tua, maka orang tua seperti mendapat tantangan dalam mendidik anak-anaknya. Tetapi tanpa disadari, jauh sebelum sifat dan perilaku yang tidak baik itu muncul, orang tualah yang kemungkinan salah mendidik atau salah memberikan teladan kepada mereka. Kalau bicara tantangan, sebenarnya tantangan yang pertama dan paling utama, berasal dari orang tua sendiri. Tantangan dari diri orang tua lebih bisa disebut kesalahan-kesalahan orang tua dalam mendidik anak atau dalam membangun hubungan dengan anak-anaknya. Ada beberapa kesalahan yang harus dibenahi dari pihak orang tua dalam hal ini: 1. Gagal Menjadi Pendengar Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. Banyak orang tua cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan. Contohnya: suatu hari anak pulang dengan baju kotor, pipi dan matanya lebam membiru, ada sedikit darah kering di sela bibirnya yang terluka. Apa reaksi orang tua? Ada orang tua yang langsung menghakimi anaknya berkelahi dan langsung menghukumnya. Ada juga yang bereaksi dengan mencecar anaknya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Dan tidak

banyak yang mendudukkan anaknya, memberi minum dan membiarkan anaknya tenang, kemudian duduk di hadapannya dan berkata, ceritalah nak, ibu/ayah siap mendengarkan. Menjadi pendengar yang baik itu berarti mendengarkan dengan sungguh-sungguh tanpa menginterupsi dan tanpa terganggu oleh keadaan sekitar, atau memalingkan perhatian ke hal yang lain selama anak bercerita. Dengan mendengar anak-anak Anda secara aktif berarti menganggap bahwa mereka cukup istimewa untuk menerima perhatian penuh dari Anda. Berikan tanggapan yang bukan hanya sekedar basa-basi ketika anak Anda mengungkapkan atau menceritakan apa yang telah terjadi atau yang mereka rasakan. Biarkan mereka membangun kebiasaan berkata jujur dan terbuka tanpa rasa takut, sejak mereka kecil. Karena ini akan sangat berpengaruh ketika mereka menginjak remaja dengan pergaulan dan pengaruh dunia luar yang kompleks. Bila anak kita sedang bercerita pada kita, jangan memotong cerita anak. Jangan mendengarkan dengan posisi tiduran, karena saya yakin Anda akan tertidur sebelum anak selesai bercerita. Jangan mendengarkan cerita sambil melakukan kegiatan lain, seperti nonton TV, main komputer, makan, dll. Itu menunjukkan bahwa kita tidak sungguh berminat mendengarkan anak kita. Jangan menghakimi atau mengecam anak, ketika ia mengungkapkan kejujuran yang ternyata berisi pelanggaran atau kenakalan. Hargailah kejujurannya, kalau memang harus dihukum, kurangilah hukumannya sebagai reward atas kejujurannya. Keberhasilan kita mendengarkan anak kita akan terlihat dengan imbal balik anak mendengarkan kita. Tetapi bila kita tidak mau atau gagal mendengarkan anak kita, jangan heran dan marah ketika mereka tidak lagi mau mendengarkan kita. Jangan menjadi orang tua yang otoriter, yang menganggap setiap perkataan kita harus didengarkan, sementara kita sendiri tidak mau mendengarkan. Mendengarkan itu memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Ingat apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. 2. Gagal Untuk Berbagi Anak-anak membutuhkan perhatian, diajak berbicara, kebenaran, kepercayaan, sentuhan, ucapan terima kasih, dll. Itu semua adalah bentuk dari kesediaan kita sebagai orang tua untuk berbagi kepada anak. Kadang-kadang cerita-cerita kita di masa kecil/remaja merupakan cerita yang menarik dan bisa diteladani bagi anak-anak kita. Diskusikan hal-hal yang membebani anak atau justru membebani kita dalam waktu bersama, sehingga terbentuk sebuah keterikatan saling membutuhkan antara kita dan anak kita. Kegagalan untuk berbagi ini bisa disebabkan karena kesibukan orang tua sehingga tidak punya waktu atau kurang waktu untuk bertemu dengan anak. Apalagi di kota-kota besar yang kebanyakan kedua orang tua bekerja. Bukan kwantitas waktu yang saya bicarakan di sini, tetapi kualitas waktu kebersamaan kita dengan anak, itulah yang lebih penting. Jadikan waktu bersama

dengan anak menjadi waktu yang menyenangkan. Nikmati kebersamaan itu sehingga anak tahu, bahwa ayah ibunya juga senang bersama dengan mereka. Mendengarkan dan didengarkan adalah bentuk dari hasrat untuk berbagi. Kita memberi pendapat, dan biarkan anak juga mengemukakan pendapatnya. Kita memberi nasihat, biarkan pula mengungkapkan nasihatnya. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan kita. Jadikan waktu libur, adalah waktu untuk keluarga. Jangan berdalih pekerjaan atau pelayanan lebih penting. Keluarga kita adalah tanggung jawab kita yang pertama sebelum kita melayani orang lain. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi. Kegagalan yang lain mungkin disebabkan oleh ketidakpedulian orang tua akan perkembangan anak mereka. Ayah menganggap pendidikan anak adalah kewajiban ibu, ibu menganggap ayah tidak mendukung, sehingga yang terjadi kemudian lebih kepada tidak peduli. Yah, biarkan saja anak tumbuh dengan sendirinya, toh di sekolah mereka sudah mendapatkan pendidikan. Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam. Kenali bagaimana anak Anda bertumbuh dan mengembangkan pikiran- pikiran dan kreativitasnya. Hasil riset yang telah dilakukan menemukan bahwa 'seorang ayah yang berhasil' mengetahui apa yang dilakukan oleh anaknya ketika merasa sedih, menghadapi hari yang sulit, hal-hal apa saja yang membuat anak mereka merasa senang, kelebihan dan kekurangan dari anak-anak mereka, nama-nama teman anak mereka, dan lain sebagainya. Anda dapat mengenal anak Anda dengan meluangkan waktu sejenak bersama dengan anak-anak Anda. 3. Tidak Konsisten Kadangkala orang tua sendiri tidak konsisten dengan apa yang mereka katakan, sehingga gagal menegakkan aturan dan norma kebenaran dalam rumah. Hari ini melarang, besok mengizinkan, atau ibu melarang tetapi ayah memperbolehkan. Sehingga dalam rumah ada aturan ganda. Ada dualisme yang membuat anak bingung harus melakukan yang mana. Bila orang tua tidak konsisten, maka anak akan berpikir bahwa setiap aturan yang diterapkan dalam rumahnya, tidak kuat dan gampang untuk dilanggar. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak. Disamping itu, bila kita membuat aturan, jangan pula kita yang melanggarnya. Seringkali orang tua membuat aturan, ketika anak melanggar, orang tua menghukum, tetapi ketika orang tua melanggar, siapa yang menghukum???

Sikap konsisten tidak hanya menyangkut aturan, tetapi juga janji-janji yang diucapkan kepada anak. Setiap janji harus ditepati, apapun konsekuensinya. Anak-anak di sekolah minggu diajari bahwa Janji Tuhan Ya dan Amin, artinya selalu ditepati. Darimana mereka belajar, penggenapan janji ini, kalau tidak dari orang tuanya. Bila ayah atau ibu suka mengingkari janji, maka gambaran anak akan Bapa di Sorga yang tidak pernah ingkar janji akan rusak. Sikap konsisten orang tua mengenai penegakan aturan dan ketepatan janji, akan membuat anak percaya pada orang tuanya. Tidak hanya takut dan hormat, tetapi akan bangga kepada ayah atau ibu yang bisa dipercayai. 4. Gagal Menjadi Teladan Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah bertengkar dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar di depan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak. Ini hanyalah salah satu bentuk keteladanan orang tua kepada anak. Bentuk keteladanan yang baik dari orang tua dibutuhkan dalam segala aspek perilaku dan perkataan. Orang tua ibarat guru: digugu dan ditiru, kalau orang tua kencing berdiri, anak kencing berlari. Artinya, apa yang kita teladankan, maka anak akan melakukannya lebih lagi. Kita beri dia teladan buruk, maka ia akan berperilaku lebih buruk lagi. Bila kita gagal memberi teladan yang baik kepada anak, maka bisa dipastikan, suatu saat perilaku anak akan menjadi bumerang yang menyusahkan kita. Anak adalah peniru yang ulung. Anak akan mengucapkan apa yang dia dengar dan melakukan apa yang dia lihat. Berilah anak teladan yang baik dalam berbicara, dalam kesopanan dalam pengenalan akan Tuhan, dalam doa, dalam ibadah, dll. Teladan kita lebih keras berbicara, ketimbang perkataan kita. Berilah mereka teladan, maka mereka akan menirunya. 5. Gagal Membina Cinta Kasih Tunjukan kasih sayang Anda pada istri di depan anak-anak. Perkataan dan tindakan yang berjalan bersama-sama memberikan bukti yang menyakinkan bahwa ayah mencintai ibu dan semua berjalan dalam satu kesatuan. Hal ini penting karena bagi anak seorang ayah merupakan contoh seorang pemimpin yang patut ditiru. Cinta itu juga berarti menerima apa adanya dan selalu bersedia mengampuni kesalahan orang lain. Di atas semua keteladanan dan didikan kepada anak, letakkan dasar kasih. Dalam setiap ajaran, setiap hukuman, setiap nasihat dan aturan, kita membutuhkan kasih. Hajarlah anak dengan kasih, nasihati mereka dengan kasih, teladankan kepada mereka hubungan yang penuh kasih dengan

menunjukkan cinta kasih antara suami dan istri. Anak akan melihat ayah mengasihi ibu, ibu mengasihi ayah, orang tua mengasihi anak, dengan demikian mereka juga akan melakukannya dengan kasih. Bila kita gagal membangun hubungan yang penuh cinta kasih ini, maka bisa dipastikan anakanak akan tumbuh dengan hati yang luka dan pahit. Kekecewaan karena tidak menemukan kasih di rumah, maka mereka akan mencarinya di luar rumah. Dengan bergaul dengan komunitas yang mau menerima mereka, berpacaran, free sex, dan narkoba. Pelarian dari anak yang kurang mendapat perhatian dan cinta dari orang tuanya, lebih cenderung ke arah yang negatif dan merugikan diri si anak. Oleh sebab itu, limpahilah anak-anak dengan kasih. Agar mereka tidak perlu mencarinya di luar rumah. Terima mereka apa adanya, agar mereka juga tidak perlu mencari penerimaan di luar rumah. Untuk membina cinta kasih yang sesungguhnya, bacalah dan lakukanlah I Korintus 13. Ini akan membuat hubungan antara ayah dan ibu jadi baik dan berdampak pada hubungan yang baik dengan anak dan orang tua. II. TANTANGAN DARI LINGKUNGAN Lingkungan di sekitar kita dan lingkungan bergaul anak akan sangat berpengaruh kepada anak. Kecerdasan, mental dan kerohanian anak lebih banyak ditentukan oleh lingkungan dimana dia berada, ketimbang sifat yang diturunkan oleh orang tuanya. Bila mereka hidup di lingkungan yang baik, suka belajar dan bekerja, cinta Tuhan dan suka melayani, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang cerdas, cinta Tuhan dan peduli dengan sesamanya. Tetapi coba kita biarkan anak kita hidup di lingkungan orang-orang malas, tidak takut Tuhan, dan suka berbuat kejahatan, maka bisa dipastikan, mereka akan menjadi anak yang berandalan, pemakai atau bahkan pengedar narkoba dan hidup dalam kegagalan. Salah satu contoh anak dalam Alkitab yang hidupnya dipengaruhi lingkungannya ada dalam : Hakim-hakim 11:1 1. Lingkungan Keluarga Lingkungan yang paling utama itu adalah keluarga. Sudahkah ayah dan ibu menjadi teladan yang baik? Sudahkah seluruh orang dewasa dalam keluarga kita sehati dalam melakukan pendidikan dan pembinaan kepada anak kita? Sudahkah keluarga menjadi tempat menyenangkan bagi anak kita? Bila rumah dan keluarga kita adalah tempat menyenangkan bagi anak kita, maka bisa dipastikan, mereka tidak akan mencarinya di luar rumah. Dan itu artinya perkembangan pribadi anak akan mudah dikontrol. 2. Masyarakat Di Sekitar Tempat Tinggal Kita Perhatikan bagaimana tetangga-tetangga di mana kita tinggal. Perhatikan bagaimana anak-anak kita bergaul dengan mereka. Pengaruh apa yang paling banyak diterima anak kita dari mereka?

Bila pengaruh buruk yang lebih banyak ditularkan maka orang tua harus pandai-pandai mengatur waktu bermain mereka dengan anak-anak di sekitar kita. 3. Lingkungan Sekolah Di sekolah tidak hanya pengaruh baik yang diterima anak. Tetapi ada juga anak-anak yang nakal dan suka bicara/berlaku tidak baik. Pengaruh ini akan diserap anak dan akan dibawa pulang. Itu sebabnya tidak heran ketika ada orang tua yang mengeluh ketika anaknya bicara kasar atau Ngomong jorok di rumah. Padahal di dalam keluarga tidak pernah ada yang mengajarkan demikian. Ada baiknya bila secara berkala orang tua juga memonitor pergaulan anak dengan cara datang sendiri ke sekolah dana memperhatikan bagaimana teman-teman bergaul anak kita di sekolah, atau berkomunikasi dengan gurunya mengenai hal ini. 4. Teman-Teman Bergaul Anak Kita Selain teman di rumah, teman di lingkungan kita, teman di sekolah, kadang-kadang anak-anak kita juga memiliki lingkungan bergaul sendiri. Misalnya mereka memiliki kelompok belajar, kelompok home schooling, kelompok kursus, kelompok band atau kelompok di gereja. Bila hubungan orang tua dan anak saling terbuka dan saling percaya, maka hal ini mudah dimonitor. Tetapi bila hubungan antara anak dan orang tua dalam masalah maka pergaulan mereka akan sulit kita pantau. Tak heran bila suatu hari orang tua mendapati anaknya berpenampilan aneh, merokok, atau bahkan menjadi pecandu narkoba. Bila hal itu yang terjadi, maka sia-sialah semua ajaran yang baik yang diajarkan di rumah, di gereja atau di sekolah. Ingat ayat ini: 1 Korintus 15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Lalu bagaimana agar anak-anak kita tidak terbawa pada pengaruh buruk pergaulan mereka? Cara yang paling mudah tetapi tidak mudah memulainya adalah dengan membangun mezbah keluarga. Pastikan selalu ada waktu untuk mezbah keluarga! Sebab dalam mezbah keluarga ini kita bisa berbagi cerita dan saling terbuka tentang kejadian-kejadian dalam keseharian kita dan anak kita. Di samping itu kita bisa saling mendoakan di antara anggota keluarga. Dan dengan cara yang tidak kita mengerti Doa itu akan memagari kita dan anak kita dari pengaruh buruk dunia ini. III. TANTANGAN DARI MEDIA MASA KINI Media cetak dan elektronik sudah menjadi barang yang dengan mudah bisa kita nikmati di mana saja. Dapat dipastikan bahwa setiap orang sudah pernah menggunakannya, setidaknya mengetahui dan melihatnya. Memang, di zaman yang sudah serba canggih ini peranan media massa semakin penting. Dengan keberadaan mereka, kita bisa mendapatkan berbagai informasi dari berbagai belahan dunia. Selain itu, media massa juga bisa menjadi sarana hiburan saat kepenatan mulai kita rasakan. Bila dimanfaatkan dengan tepat, media massa bisa menjadi alat yang akan memperkaya

pengetahuan kita. Namun sebaliknya, media massa juga bisa menjadi "pembunuh" bila tidak digunakan dengan bijaksana. Tidak hanya orang dewasa saja yang bisa menjadi korbannya, saat ini anak-anak pun sangat berpeluang menjadi korban. Perhatikan saja, berapa lama seorang anak duduk di depan televisi atau permainan setiap harinya. Perhatikan juga berapa banyak majalah dan buku cerita yang sering kali dengan jelas menampilkan cerita-cerita yang mengandung unsur kekerasan, pornografi dan okultisme. Di sinilah sikap bijaksana dan selektif orang tua sangat berperan. Orang tua harus pandai mengatur dan mengontrol anak-anak mereka supaya mereka tidak dikuasai oleh media massa. Mengingat pengaruh buruk media massa terhadap anak jika tidak digunakan dengan tepat. Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Tetapi sayangnya, orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama di depan TV daripada mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya film atau iklan negatif yang tidak mendidik. 1. TELEVISI Mungkin televisi merupakan kekuatan yang dapat dengan mudah merembes masuk ke dalam masyarakat kita. Anda dan anak Anda perlu terampil dalam menyaring hal-hal mana yang dapat Anda terima dan mana yang tidak, selama menghadapi tabung ajaib ini. Dalam hal ini, keterampilan untuk menyaring itu lebih diperlukan dibandingkan dalam hal-hal lainnya. Tergantung dari kebiasaan-kebiasaan menonton dan waktu yang dihabiskan untuk itu, televisi dapat memberikan pengaruh yang positif atau negatif terhadap anak Anda. Dilihat dari segi negatifnya, terlalu banyak menonton televisi atau menonton televisi tanpa pengarahan dan didikan tertentu dari orang tua, dapat memberi pengaruh yang merugikan seperti di bawah ini. 1. Iklan di televisi itu memengaruhi anak untuk menginginkan dan membeli barang-barang yang belum tentu baik untuk dia atau yang tidak betul-betul diperlukannya. 2. Televisi dapat dijadikan tempat pelarian dari kenyataan hidup yang sebenarnya. 3. Benda ini dapat menggantikan persahabatan dan suasana bermain yang aktif, menghalanghalangi kreativitas, dan perkembangan pribadinya. 4. Televisi dapat menyebabkan beberapa anak tertentu menjadi agresif dan bahkan kejam. 5. Televisi dapat menyebabkan seorang anak mempunyai pandangan yang tidak realistis tentang dunia ini. Akan tetapi jika digunakan dengan benar, televisi dapat bermanfaat. 1. Televisi dapat mengumpulkan dan mendekatkan keluarga. 2. Televisi dapat merangsang percakapan di antara para anggota keluarga. 3. Televisi itu dapat melegakan perasaan tertekan dan memberi perasaan santai kepada seorang anak. 4. Televisi dapat menjadi hiburan yang sehat.

5. Televisi dapat menjadi sarana bagi seorang anak untuk memperoleh informasi, gagasan, dan pandangan yang lebih luas. 6. Televisi dapat memperluas persepsi seorang anak tentang dunia ini. Tiga pertanyaan di bawah ini merupakan pertanyaan yang paling penting. 1. Berapa lama sebaiknya menonton televisi itu? 2. Acara-acara yang bagaimana yang sepatutnya dihindari? 3. Bagaimana cara Anda meningkatkan daya saring anak Anda dalam memilih apa yang akan ditontonnya pada layar televisi? Ada banyak pendapat yang berbeda-beda, tetapi beberapa prinsip berikut ini pada umumnya dapat diterima. 1. Tidak menjadi soal berapa jam sehari atau seminggu anak Anda diperkenankan menonton televisi (sebagian mengatakan satu jam sehari itu batasnya; yang lainnya mengatakan boleh sampai empat jam), tetapi demi kesehatan mentalnya, tidaklah baik bagi seorang anak untuk menonton televisi lebih dari dua jam secara terus-menerus (atau lebih tepat, maksimal dua jam per hari). Menonton adalah suatu kegiatan yang pasif, sedangkan dalam kehidupan ini orang yang aktif melakukan sesuatu jauh lebih produktif daripada orang yang hanya sekadar menjadi pengamat. 2. Pengaturan waktu atau menonton pada saat yang tepat itu sama pentingnya dengan jumlah waktu yang dipergunakan untuk menonton. Apakah waktu yang dipergunakan untuk Anda sekeluarga menonton televisi itu mengganggu waktu Anda sekeluarga makan bersama atau menjadi pengganti saat Anda sekeluarga bercakap-cakap dengan santai? Apakah menonton televisi telah merampas waktu bercerita sebelum tidur atau waktu Anda sekeluarga berdoa bersama? Apakah menonton televisi itu telah menyisihkan kesempatan untuk Anda sekeluarga berjalan-jalan pada waktu sore, bermain, atau membaca bersama-sama sebagai satu keluarga? Berikut ini langkah/tips praktis yang dapat Anda terapkan. 1. Berikan teladan. Sikap orangtua akan ditiru anak. Sebaiknya orangtua lebih dulu menentukan batasan bagi dirinya sendiri dulu sebelum membuat batasan bagi anaknya. Misalnya, orangtua hanya menonton TV pada saat merasa lelah atau bosan pada kegiatan lain. Dengan begitu, Anda tidak menjadikan menonton TV sebagai menu utama setiap hari. Jangan hidupkan TV sepanjang waktu. Matikan TV ketika sedang makan, berdoa bersama, bercengkerama, atau belajar. 2. Hindari memanfaatkan TV sebagai babysitter. Di tengah kesibukan kerja, para orangtua lebih merasa aman dan tenang jika anak duduk manis di depan pesawat TV ketimbang main di luar. Tingginya angka kejahatan dan semrawutnya lalu lintas sudah membuat orangtua mengkhawatirkan keselamatan putra- putrinya. Untuk mengalihkan menonton TV, berikanlah aktivitas positif bagi anak seperti ikut kursus, olahraga, berkebun, mewarnai, memancing, membantu memasak, dan sebagainya. 3. Buat jadwal. Ajak anak bersama-sama membuat jadwal kegiatan anak pulang sekolah. Yang penting beri porsi tidak lebih dari dua jam untuk menonton TV.

4. Letakkan pesawat TV di tempat terbuka. Dengan begitu Anda bisa memantau acara apa yang sedang ditonton anak. Namun begitu, usahakan juga letak pesawat TV tidak menjadikannya sebagai pusat aktivitas keluarga. Jangan menempatkan TV di kamar anak (kalau radio boleh). 5. Pakailah TV untuk mendidik. Ada beberapa acara TV yang bagus ditonton bersama seperti program dokumentasi, edutainment (tayangan edukatif yang menghibur seperti discovery), kuis, olahraga, konser musik klasik, talk show, (lihat dahulu "Acara TV" yang layak ditonton -biasanya terdapat di koran). 6. Diskusikan adegan anti sosial di TV. Ajaklah anak membahas: Apakah kata-kata kasar yang diucapkan patut ditiru? Apakah perilaku kekerasan itu layak dicontoh? Apakah setiap masalah harus diselesaikan dengan berkelahi? Diskusikan dan bandingkan nilai-nilai yang ada dalam TV dengan nilai kristiani. 7. Terangkan antara fakta dan fiksi. Anak masih kesulitan membedakan antara fiksi dan fakta. Tokoh drakula yang Anda anggap biasa saja, bisa membuat anak ketakutan dan susah tidur. Terangkan proses pembuatan film/sinetron laga dan misteri, termasuk trik-trik pembuatannya. Apakah darah yang muncrat itu sungguhan? Mengapa jagoannya bisa terbang? Jelaskan bahwa untuk adegan yang berbahaya dilakukan pemeran pengganti yang terlatih. Ada teknik tertentu untuk memuat pemainnya bisa mengecil, menghilang dan menembus tembok. Jelaskan juga tali (sling) yang dipakai untuk membuat pemainnya bisa melayang. 8. Diskusikan tayangan iklan. Mengapa ada iklan di TV? Apa tujuan iklan? Mengapa iklan selalu tampak menarik? Apakah iklan pernah menunjukkan kekurangan barang yang diiklankan? Apakah iklan yang bagus berarti barang yang diiklankan pasti bagus? Tunjukkan barang-barang yang paling sering diiklankan di TV. Ajak anak membandingkan: lebih bagus mana penampilan sebenarnya dengan yang di TV? 9. Rumuskan bersama aturan menonton TV. Aturan ini berlaku untuk semua anggota keluarga, juga pembantu, babysitter, famili, teman, tamu atau tetangga yang nebeng menonton. 10. Tolaklah semua media yang mengandung kekerasan. Bukan hanya TV, PlayStation pun mengandung banyak adegan kekerasan. Buatlah kesepakatan bahwa tidak ada tempat dalam keluarga bagi media yang mengandung kekerasan. Entah itu berupa TV, VCD/CD, PlayStation, Video Games, radio, kaset atau bacaan. Anak Anda dapat dengan bijaksana memilih acara mana yang akan ditontonnya. Percayalah bahwa Allah dapat memberi hikmat dan bersiapsedialah untuk mulai terjun dalam pertempuran khusus ini. Televisi tidak perlu menjadi monster di dalam keluarga Anda. 2. GAME Banyaknya permainan yang tidak sesuai dengan usia anak membuat perkembangan anak dapat terganggu. Terlebih lagi usia anak-anak adalah usia dimana mereka menirukan apa yang mereka lihat, tanpa mengetahui konsekuensinya. Kalau yang mereka lihat hal-hal yang baik, tentunya tidak masalah jika mereka menirukannya. Namun jika yang mereka lihat adalah hal-hal yang buruk, seperti kekerasan, seksualitas, dan lain-lain, tentunya akan berpengaruh buruk pula pada psikologi mereka.

Mari bersama-sama melihat sejauh mana dampak negatif video game yang bisa menjadi candu bagi anak-anak kita. Dalam hal ini bukan dampak yang bersifat sementara, namun dampak yang bersifat jangka panjang, yang sedikit banyak berpengaruh pada perkembangan aspek pendidikan, kesehatan, keadaan psikis anak, dan kehidupan sosial anak. 1. Aspek Pendidikan. Anak yang gemar bermain video game adalah anak yang sangat menyukai tantangan. Anak-anak ini cenderung tidak menyukai rangsangan yang daya tariknya lemah, monoton, tidak menantang, dan lamban. Hal ini setidaknya berakibat pada proses belajar akademis. Suasana kelas seolah-olah merupakan penjara bagi jiwanya. Tubuhnya ada di kelas, tetapi pikiran, rasa penasaran, dan keinginannya ada di video game. Sepertinya sedang belajar, tetapi pikirannya sibuk mengolah bayang-bayang game yang mendebarkan. Kadangkala anak juga jadi malas belajar atau sering membolos sekolah hanya untuk bermain game. 2. Aspek Kesehatan Dari sisi kesehatan, pengaruh kecanduan video game bagi anak jelas banyak sekali dampaknya. Untuk menghabiskan waktu bermain game, anak yang telah kecanduan tidak hanya membutuhkan waktu yang sedikit. Penelitian Griffiths pada anak usia awal belasan tahun menunjukkan bahwa hampir sepertiga waktu digunakan anak untuk bermain video game setiap hari. "Yang lebih mengkhawatirkan, sekitar 7%-nya bermain paling sedikit selama 30 jam per minggu." Selama itu, anak kita hanya duduk sehingga memberi dampak pada sendi-sendi tulangnya. Seperti dikemukakan Rab A.B., di London terdapat fenomena "Repetitive Strain Injury" (RSI) yang melanda anak berusia tujuh tahun. Penyakit ini semacam nyeri sendi yang menyerang anak-anak pecandu video game. Jika tidak ditangani secara serius, dampak yang terparah adalah menyebabkan kecacatan pada anak. Hal semacam inilah yang seharusnya patut kita perhatikan. 3. Aspek Psikologis Berjam-jam duduk untuk bermain video game berdampak juga pada keadaan psikis anak. Anak dapat berperilaku pasif atau sebaliknya anak akan bertindak sangat aktif atau agresif. Perilaku pasif yang biasa muncul adalah anak jadi apatis dengan lingkungan sekitar, kehidupan sosialisasi anak agak sedikit terganggu karena anak jauh lebih senang bermain dengan game-gamenya daripada bergaul dengan teman-temannya. Video game dapat juga menyebabkan anak dapat berperilaku aktif bahkan bisa agresif. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh game-game yang banyak menghadirkan adegan kekerasan. Dalam waktu selama itu, anak hanya berinteraksi dengan kekerasan, gambar yang bergerak cepat, ancaman yang setiap detik selalu bertambah besar, serta dorongan untuk membunuh secepat-cepatnya. Sangat mengerikan sekali jika tidak ada kontrol dari orang tua untuk menyikapi hal tersebut. Jika anak kita belum terlanjur kecanduan video game, ambillah langkah yang bijak dalam menangani masalah ini. Berikut langkah yang bisa diambil. 1. Berikan waktu luang dan perhatian yang banyak kepada anak-anak Anda. Ada kesan bahwa orang tua yang sibuk bekerja dengan mudah menyediakan perangkat video game hanya karena tidak mau repot dengan anak. Mereka mau membelikan apa pun asalkan dapat membuat anak diam. Seharusnya, orang tua boleh memberikan mainan yang anak minta asalkan ada kendali

juga dari orang tua. Padahal cara ini bisa berdampak pada lemahnya keterampilan emosi anak. 2. Orang tua harus lebih selektif dalam mencarikan mainan untuk anak-anaknya. Sebisa mungkin permainan yang mempunyai unsur edukatif, bukan permainan yang memertontonkan adegan kekerasan. 3. Buatlah sebuah peraturan yang dibuat oleh Anda dengan anak Anda secara bersama-sama. Di antaranya perihal batasan waktu antara bermain game, belajar, dan kegiatan sosialisasi anak dengan teman-temannya. 4. Orang tua harus menanamkan pemahaman keagamaan kepada anak dengan baik. Dari segi kerohanian, orang tua dapat melibatkan anak secara aktif dalam kegiatan sekolah minggu, mengadakan doa, atau saat teduh bersama anak di rumah. Sebab hal ini akan berpengaruh kepada moral anak. 3. INTERNET Bagi konsultan pendidikan Colleen Moulding, sangat penting bagi orang tua untuk memproteksi anak-anak mereka dari pengaruh buruk internet. "Tapi juga bukan berarti mereka dilarang sama sekali untuk mengetahui dan menggunakannya. Yang paling penting bagi orang tua adalah mengetahui bagaimana memproteksi anak-anak mereka dari situs-situs yang belum pantas mereka konsumsi," terangnya. Berikut ini sepuluh tips dari Moulding bagi Anda. 1. Hal paling utama yang dapat Anda lakukan adalah dengan memastikan "keamanan" si kecil dari situs-situs tertentu. Tetaplah waspada saat mereka menggunakan teknologi ini. "Jangan biarkan si kecil menggunakan internet di dalam kamar mereka atau di ruangan terpisah dari keluarga," saran Moulding. Apabila memang tidak dapat dihindari, pastikan Anda terus mengawasi dan mengamati apa yang tengah mereka lakukan. 2. Terapkan peraturan yang tegas dan konsisten tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan si kecil. Tetapkan tak ada fasilitas e-mail, "chat room", atau berikan "chat room" tertentu yang Anda pilihkan untuknya. Lakukan kesepakatan dengan anak-anak tentang situs apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dibuka. Bila perlu, lakukan proteksi agar mereka hanya bisa membuka situs-situs tertentu saja. 3. Berpartisipasilah saat ia tengah menelusuri internet. Biarkan mereka memerlihatkan situs-situs kegemaran mereka, atau membacakan e-mail dari teman-temannya dan menjelaskan apa yang tengah mereka lakukan. Ini bukan saja membuat si kecil merasa diperhatikan, tetapi Anda pun tahu apa yang digemari si kecil saat bermain internet. 4. Unduhlah beberapa program penyaringan (filtering) yang mampu memblokir kemungkinan penyadapan identitas si kecil oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tekankan pada mereka tentang pentingnya menjaga kerahasiaan identitas mereka. 5. Untuk balita, Anda bisa memberikan situs khusus anak-anak bagi mereka, misalnya di www.surfmonkey.com yang memungkinkan Anda mengunduh gratis beberapa program yang aman baginya. Pastikan situs pilihan Anda itu memunyai gambar dan permainan edukatif yang

disukai anak-anak. 6. Anak-anak usia sekolah umumnya lebih kritis dan rentan dibanding anak balita. Misalnya, tanpa sepengetahuan kita, putri kita bertemu dengan orang yang hanya ia kenal melalui "chat room" yang belum tentu berniat baik. Jadi, tekankan pada mereka untuk tidak bertemu dengan siapa pun yang ia kenal melalui internet, kecuali bila didampingi orang tua. 7. Berilah pengertian padanya bahwa apa yang ada di dunia maya itu tidak seratus persen nyata. Mungkin hal ini tidak sulit mereka terima pada awalnya. Tetapi bagaimanapun, si kecil harus mulai belajar menghadapi kenyataan. Tanyakan dan diskusikan pengetahuan baru yang ia dapatkan, berikan penjelasan tentang apa yang nyata dengan apa yang hanya sekadar opini. 8. Ajarkan mereka untuk tidak "bermain api" dengan mengirimkan hal-hal yang tidak baik bagi orang lain -- betapa pun marahnya ia kepada orang yang ingin ia kirimi itu. Karena informasi yang disebarkan melalui internet, semua orang bisa membacanya dan tidak dapat ditarik kembali. 9. Mereka juga harus tahu bahwa mengambil gambar, tulisan, atau pun musik dari situs tertentu tanpa izin akan membuat kesulitan bagi dirinya kelak. Hal ini sama saja dengan mencuri hasil kerja seseorang. 10. Beritahukan pula agar mereka tidak membayar apa pun tanpa sepengetahuan dan pengawasan orang tua -- terutama dengan memberikan nomor kartu kredit orang tua tanpa izin. Jelaskan pada mereka tentang hal ini sesuai dengan kemampuan pemahaman mereka. TIPS Berikut ini adalah tips untuk mengenali anak kita: 1. Memperhatikan. Perhatikanlah pakaian, gaya rambut, komunikasi yang tidak lisan, temanteman, minat, perubahan dalam kebiasaan, temperamen, perasaan, musik, program TV, video game, e-mail, perkataan, sikap, tingkah laku, kenaikan kelas, ke mana mereka pergi, dan sebagainya. Dengan kata lain, perhatikanlah semua. 2. Berbicara. Berbicaralah (termasuk banyak mendengarkan) mengenai perasaan, pikiran, pendapat, sukacita, luka batin, hal-hal biasa, seksualitas, keuangan, benar dan salah, dsb.. Tidak ada batasnya. Berbicara yang disertai banyak mendengarkan akan mengomunikasikan kehangatan, kepedulian, minat, keprihatinan, kasih, dan empati. Anak-anak yang bicara dengan orang tua lebih banyak, lebih punya ketahanan di luar, Membicarakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Beri tahu pula bagaimana caranya secara konkret. 3. Kebenaran. Sampaikanlah kepada anak-anak Anda kebenaran mengenai Allah, moralitas, diri Anda sendiri, dan dunia di sekitar mereka. 4. Kepercayaan. Percayailah anak-anak Anda dan bersikaplah konsisten sehingga mereka dapat belajar bagaimana memercayai seseorang dari memercayai Anda. 5. Kebersamaan. Biarlah anak Anda mengetahui bahwa Anda "beserta" mereka, bukan

"melawan" mereka. Anda dan mereka bukanlah musuh. Sebagai keluarga, Anda bekerja bersama, bukan memisahkan diri. 6. Sentuhan. Anak-anak Anda membutuhkan sentuhan jasmani, pelukan, ciuman, dekapan, dan segala macam sentuhan yang tepat. 7. Ucapan terima kasih. Suatu sikap yang berterima kasih bermanfaat bagi kedua belah pihak. Katakanlah kepada anak Anda betapa Anda berterima kasih untuk adanya mereka, dan mereka juga akan mulai mengatakan hal yang sama kepada Anda. 8. Waktu. Anak-anak membutuhkan Anda. Kehadiran Anda tidak dapat digantikan oleh barangdan uang. 9. Pengajaran. Anda adalah guru utama bagi anak Anda, bukan sekolah, gereja, klub, tutor, atau pelatih. 10. Hati Bapa Sorgawi. Bagi seorang anak, gambar pertama mengenai Allah dilukis oleh orang tuanya. 11. Ucapkanlah kehidupan, bukan kematian, kepada anak-anak Anda. "Maafkan ayah. Ayah tidak benar-benar mau mengatakan itu." Dalih-dalih yang kita kemukakan setelah kita mengucapkan kematian tidak akan menghilangkan kerusakan dari racun yang kita masukkan dalam hati si anak. Bila kita tidak bermaksud begitu, jangan mengatakannya. Berpikirlah sebelum Anda berbicara. Pastikanlah bahwa Anda mengucapkan perkataan yang membangun, bukan meruntuhkan hidup seorang anak. Jagalah diri Anda agar tetap menjadi orang yang bertanggung jawab. Selama seminggu, catatlah dalam jurnal harian Anda semua pernyataan positif dan negatif yang Anda ucapkan kepada anak Anda. Apakah yang negatif lebih banyak daripada yang positif? Mengucapkan kehidupan ke dalam diri seorang anak dimulai dengan penerimaan dan mendengarkan, serta melimpah dengan peneguhan, membesarkan hati, membangun, mendukung, dan mengucapkan hal-hal yang berarti dalam kehidupan si anak setiap hari. Daripada terus-menerus menyampaikan kritik, cobalah menyampaikan koreksi yang positif dan pujian supaya anak dapat bertumbuh dan menjadi matang. "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakan, akan memakan buahnya" (Amsal 18:21). LAKUKAN PERINTAHNYA DAN RASAKAN JANJINYA DIGENAPI Mendidik anak sejak usia dini adalah PERINTAH mutlak dari Tuhan. Salah satu ayat yang populer tentang perintah mendidik anak ini tertuang secara rinci dalam Ulangan 6:5-9. Bila kita mencintai Tuhan, maka kita akan melakukan perintah-Nya dengan sungguh-sungguh, termasuk dalam hal mendidik anak. Bila orang tuanya takut akan Tuhan dan membawa anak-anaknya kepada Tuhan dengan benar, maka bisa dipastikan anak-anaknya akan menjadi anak yang takut

akan Tuhan. Jadi, bila kita rindu anak-anak kita dilindungi dari pengaruh jahat dunia ini dan menjadi anak-anak yang bisa kita banggakan, maka tidak ada cara yang lebih baik selain membawa mereka kepada Tuhan. Mengenalkan Kristus sebagai Juruselamat mereka sejak kecil dan menanamkan Firman Tuhan dalam hati mereka setiap hari, sebab Firman itu akan bekerja dengan baik dalam kehidupan mereka. Maka janji dalam Amsal 22:6 bahwa di masa tua mereka tidak akan berpaling dari jalan itu, pasti digenapi. Amin.

KEZALIMAN HATI-HATI TERHADAP PERBUATAN ZALIM Posted 3 Agustus 2009 by jalandakwahbersama in TASAWUF. Ditandai:TASAWUF. 26 Komentar Kezaliman terbagi dua, yaitu menzalimi diri sendiri, dan menzalimi orang lain. Menzalimi diri sendiri ada dua bentuk yaitu syirik dan perbuatan dosa atau maksiat. Menzalimi orang lain adalah menyakiti perasaan orang lain/ aniaya, mensia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan. Zalim secara istilah mengandung pengertian berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil yang keluar dari jalur syariat Agama Islam. Diantara perbuatan-perbuatan zalim yang mengotori hati yaitu, sombong, dengki (tidak suka terhadap kebahagian orang lain), ghibah (membicarakan keburukan orang lain), fitnah (menuduh tanpa bukti yang kuat), adu domba (bermuka dua), dusta (bohong), ujub (bangga diri dengan merendahkan orang lain), dan lain sebagainya. Dalam pergaulan dan interaksi kita dengan orang lain, sebaiknya benar-benar menjaga perkataan dan sikap kita agar tidak menyinggung dan menyakiti persaan orang lain, apalagi sampai berbuat zalim. Kalau kita tidak sengaja melakukan kesalahan kepada orang lain saja, kita harus segera minta maaf, terlebih lagi bila kita dengan sengaja melakukannya. Allah SWT telah mengingatkan dalam Al Quran bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Zaljalah : 7-8 Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya juga. Yang lebih berbahaya lagi, apabila kita menyakiti seseorang dan orang tersebut tidak ikhlas, serta berdoa memohon kepada Allah, mengadukan kezaliman yang menimpanya dan memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah. Serta dalam doanya, ia menyatakan bahwa ia tidak ikhlas atas perbuatan zalim yang dilakukan seseorang, maka tunggu saja, keadilan dari Allah, pasti akan mendatangi orang yang telah menzaliminya, entah itu didunia ini atau diakhirat kelak. (lihat hadits No. 4 di bawah, tentang perbuatan zalim yang tidak dibiarkan oleh Allah SWT, yaitu kezaliman yang dilakukan seorang terhadap orang lain).

Allah SWT tidak suka terhadap perbuatan zalim, perhatikan firman-Nya berikut ini : Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS Ali Imran [3] : 57). Dan perhatikan juga firman-Nya yang lain: Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS. Asy Syuura [42] ; 40) Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran tentang larangan dan akibat dari perbuatan zalim 1. Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim, (QS. Al Araaf [7]: 41) 2. Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)? Mereka (penduduk neraka) menjawab: Betul. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim (QS : Al Araaf [7 ] : 44) 3. Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (QS Al Qashash [28]:59) 4. Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman. (QS. Yunus [10]:13) 5. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu pelajaran bagi kaum yang mengetahui. (QS. An Naml [27]:52) 6. 6. Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Surah Asy-Syura : 42 Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. 7. Allah SWT melarang perbuatan zalim, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya di Surah Ibrahim ayat 42-45 : Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam

waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan): Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? dan kamu telah berdiam di tempattempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan.. Berikut beberapa hadits Rasulullah SAW tentang larangan berbuat zalim : 1. Dari Abu Dzar Al-Ghifari ra dari Nabi SAW bersabda meriwayatkan firman Allah azza wa jalla, berfirman, Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian, kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu. Wahai hambahambaKu, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan Aku akan mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakanKu. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun dalam Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki, hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hambahambaKu, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian. Maka barang siapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah, dan barang siapa mendapatkan selain itu, hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya. (HR. Muslim) 2. Dari Anas r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda : Hendaklah kamu menolong saudaramu yang menganiaya dan yang teraniaya, sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, (benar) aku akan menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana cara menolongnya apabila ia menganiaya? . Beliau menjawab: Engkau cegah dia dari (perbuatan) penganiayaan, maka yang demikian itulah berarti menolongnya (HR. Bukhari) 3. Dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?, mereka (sahabat) berkata: Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang (kemudian) Rasulullah menjawab: Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari

kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hakhak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis, sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkankedalam neraka (HR. Muslim) 4. Rasulullah SAW bersabda, Kezaliman itu ada 3 macam: Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, dan kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah. Adapun kezaliman yang tidak diampunkan Allah adalah syirik, firman Allah SWT: Sesunggahnya syirik itu kezaliman yang amat besar!, adapun kezaliman yang dapat diampunkan Allah adalah kezaliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah, Tuhannya. DAN KEZALIMAN YANG TIDAK DIBIARKAN ALLAH ADALAH KEZALIMAN HAMBA-HAMBANYA DI ANTARA SESAMA MEREKA, KARENA PASTI DITUNTUT KELAK OLEH MEREKA YANG DIZALIMI. (HR. al-Bazaar & ath-Thayaalisy) 5. Apabila kita berbuat salah terhadap orang lain, kita harus segera minta maaf, selagi kita masih hidup dan untuk memperingan siksa di akhirat nanti. Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya. (HR. Bukhori, Muslim) Setelah kita mengetahui bahayanya perbuatan zalim yang dapat membuat kita menjadi seorang hamba yang bangkrut di akhirat kelak, marilah kita selalu menjaga diri kita, agar tidak berbuat zalim terhadap sesama. Dewi Yana http://jalandakwahbersama.wordpress.com http://dewiyana.cybermq.com 4 Kejahatan Orang Tua Terhadap Anak Rabu, 03 November 2010 21:15 administrator Penulis : H. Romelly Yuliardi Usamah bin Zaid ketika masih kecil punya kenangan manis dalam pangkuan Rasulullah saw.; Rasulullah saw. pernah mengambil dan mendudukkanku diatas pahanya, dan meletakkan Hasan diatas

pahanya yang lain, kemudian memeluk kami berdua, dan berkata, Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena sesungguhnya aku mengasihi keduanya. (HR. Bukhari). Rasulullah saw. sangat penyayang terhadap anak-anak, baik terhadap keturunan beliau sendiri ataupun anak orang lain. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa; Suatu ketika Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada Al-Aqra bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata, Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorangpun dari mereka. Rasulullah saw. segera memandang kepadanya dan berkata; Barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi. (HR. Bukhari).

Begitulah sikap Rasulullah saw. kepada anak-anak, dan melalui perbuatan atau kata-kata, Beliau saw. mengajarkan kepada setiap orang tua bagaimana seharusnya memperlakukan anak dengan penuh cinta kasih dan kelemah lembutan. Abdullah bin Syaddad meriwayatkan dari ayahnya bahwa; Ketika datang waktu shalat Isya, Rasulullah saw. datang sambil membawa Hasan dan Husain. Beliau kemudian maju (sebagai imam) dan meletakkan cucunya. Beliau kemudian takbir untuk shalat. Ketika sujud, Beliau pun memanjangkan sujudnya. Ayahku berkata; Aku kemudian mengangkat kepalaku dan melihat anak kecil itu berada di atas punggung Rasulullah saw. yang sedang bersujud. Aku kemudian sujud kembali. Setelah selesai shalat, orang-orang pun berkata; Wahai Rasulullah, saat sedang sujud diantara dua sujudmu tadi, engkau melakukannya sangat lama, sehingga kami mengira telah terjadi sebuah peristiwa besar, atau telah turun wahyu kepadamu. Beliau kemudian berkata; Semua yang engkau katakan itu tidak terjadi, tapi cucuku sedang bersenang-senang denganku, dan aku tidak suka menghentikannya sampai dia menyelesaikan keinginannya. (HR. An-Nasai). Rasulullah saw. bahkan menjaga aliran kemauan anak kecil yang bersih dengan tidak menyelanya agar tidak menjadi gelombang besar yang bisa merusak dikemudian hari. Anak-anak ibarat lembaran kertas putih yang siap menyerap warna apapun yang diberikan para orang tua kepadanya, dan pada saatnya kelak akan dipancarkannya warna itu kepada seluruh dunia. Segala apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. adalah sebaik-baik contoh. Bila ada sikap dan ucapan orang tua terhadap anaknya yang bertolak belakang dengan contoh tersebut, maka adalah merupakan suatu bentuk kejahatan orang tua terhadap anak-anak, yang secara umum diketahui ada empat macam : 1. Pilih kasih Orang tua yang memberi perhatian lebih kepada anak kesayangannya dan mengabaikan anaknya yang lain adalah juga bentuk kejahatan terhadap anak. Sikap ini adalah salah satu faktor pemicu putusnya hubungan silaturrahmi anak kepada orang tuanya dan pangkal permusuhan antar saudara.

Numan bin Basyir bercerita; Ayahku menginfakkan sebagian hartanya untukku. Ibuku Amrah binti Rawahah kemudian berkata; Saya tidak suka engkau melakukan hal itu sehingga menemui Rasulullah. Ayahku kemudian berangkat menemui Rasulullah saw. sebagai saksi atas sedekah yang diberikannya kepadaku. Rasulullah saw. berkata kepadanya; Apakah engkau melakukan hal ini kepada seluruh anak-anakmu? Ia berkata; Tidak. Rasulullah saw. berkata; Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu. Ayahku kemudian kembali dan menarik lagi sedekah itu. (HR. Muslim). Puncak kezaliman orang tua terhadap anak adalah ketika orang tua tidak bisa memunculkan rasa cinta dan sayangnya kepada anak perempuannya yang kurang cantik, kurang pandai, atau cacat, padahal tidak cantik dan cacat bukanlah kemauan si anak, juga apabila tidak pintar karena tidak pintar bukanlah dosa dan kejahatan. Justru sebaliknya bahwa setiap keterbatasan anak seharusnya menjadi pemacu bagi orang tua untuk lebih mencintainya dan membantunya. Rasulullah saw. bersabda, Semoga Allah mengasihi orang tua yang membantu anaknya di atas kebaikan. (HR. Ibnu Hibban) 2. Menghina anak Orang tua dikatakan menghina anak-anaknya ketika seorang ayah menilai kekurangan anaknya dan memaparkan setiap kebodohannya. Lebih jahat lagi jika itu dilakukan di hadapan temanteman anaknya, termasuk memberi nama buruk kepada anak. Seorang lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan anaknya. Umar kemudian memanggil putra orang itu dan menghardiknya atas kedurhakaannya. Tidak lama kemudan anak itu berkata, Wahai Amirul Mukminin, bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya? Betul, jawab Umar. Apakah hak sang anak? Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Quran, jawab Umar. Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satupun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi, ia menamakanku Julan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Quran, kata anak itu. Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu. Rasulullah saw. menekankan agar orang tua memberi nama yang baik kepada anak-anaknya. Abu Darda meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda; Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaikilah nama kalian. (HR. Abu Dawud). Rasulullah saw. kerap mengganti nama seseorang yang bermakna jelek dengan nama baru yang bermakna baik. Atau mengganti julukan yang buruk terhadap seseorang dengan julukan yang baik dan bermakna positif. Misalnya, Harb (perang) menjadi Husain, Huznan (yang sedih) menjadi Sahlun (mudah), Bani Maghwiyah (yang tergelincir) menjadi Bani Rusyd (yang diberi

petunjuk). Rasulullah saw. memanggil Aisyah dengan nama kecil Aisy untuk memberi kesan lembut dan sayang. Jadi adalah sebuah bentuk kejahatan bila orang tua memberi dan memanggil anaknya dengan sebutan yang buruk lagi bermakna menghinakan dirinya. 3. Mendoakan keburukan untuk anak Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda; Ada tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa (keburukan) orang tua atas anaknya. (HR. Tirmidzi). Banyak terjadi orang tua begitu membenci anaknya. Karena kebenciannya terhadap anaknya, seorang ibu bisa sepanjang hari begitu sibuk mulutnya memaki dan melaknat anaknya, hingga mendoakan agar anaknya celaka. Itulah setolol-tololnya wanita. Setiap doanya yang buruk, setiap ucapan laknat yang meluncur dari lidahnya, dan setiap makian yang diucapkannya, bisa terkabul, lalu menjadi bentuk hukuman bagi dirinya atas semua amal lisannya yang tak terkendali. Seseorang pernah mengadukan putranya kepada Abdullah bin Mubarak. Abdullah bertanya kepada orang itu, Apakah engkau pernah berdoa (yang buruk) atasnya. Orang itu menjawab, Ya. Abdullah bin Mubarak berkata, Engkau telah merusaknya. Naudzubillah! Pikirlah, doa buruk bagi anak adalah bentuk kejahatan yang akan menjadikan rusaknya moral si anak. 4. Mengabaikan pendidikan anak Ada syair Arab yang berbunyi; Anak yatim itu bukanlah anak yang telah ditinggal orang tuanya dan meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan hina. Sesungguhnya anak yatim itu adalah yang tidak dapat dekat dengan ibunya yang selalu menghindar darinya, atau ayah yang selalu sibuk dan tidak ada waktu bagi anaknya. Kata kuncinya adalah perhatian. Bentuk perhatian yang tertinggi orang tua kepada anaknya adalah dengan memberikan sebaik-baik pendidikan. Jika sebaliknya, maka dapat dikategorikan sebagai bentuk kejahatan orang tua terhadap anak. Dan segala kejahatan pasti berbuah buruk bagi pelakunya. Mendidik anak dengan baik adalah realisasi iman dan taqwa. Secara umum kepada seluruh orang tua, perintah mengenai hal ini langsung dari Allah swt.; Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. AtTahrim : 6) Secara khusus perintah ini adalah bagi kepala rumah tangga tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan kelas sosial, tapi bukan berarti tidak mencakup seorang ibu dalam kedudukannya

sebagai orang tua bagi anaknya. Jadi secara umum setiap orang tua wajib memberikan pendidikan kepada anaknya tentang agamanya dan memberi keterampilan untuk bisa mandiri dalam menjalani kehidupannya sendiri. Penekanannya bahwa; Antarlah anak kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Rasulullah saw. bersabda, Ajarilah anak-anakmu shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila tidak melaksanakan shalat) pada usaia sepuluh tahun. (HR. Tirmidzi). Orang tua yang mengatas namakan mencari rezeki bagi keluarga sehingga sibuk sendiri dan berakibat terabaikannya pendidikan akhlak, moral dan aqidah agama anaknya, maka berarti telah dengan sengaja, bahkan dapat dikatakan, merencanakan kejahatan terhadap anaknya, dan secara sadar melanggar perintah Allah pada surat Thaha ayat 132. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. Sebaik-baik pemberian orang tua terhadap anaknya adalah memberikan pendidikan yang baik, dan sebaik-baik bekal dari orang tua kepada anaknya untuk kehidupannya kelak adalah bekal pengetahuan yang baik, mencakup kehidupan si anak di dunia dan di akhirat. Hadits riwayat Ayyub bin Musa yang berasal dari ayahnya dan ayahnya mendapat dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. bersabda, Tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik. (HR. Tirmidzi. Tirmidzi berkata, Hadits mursal.) Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla menolong setiap orang tua untuk tidak melakukan empat kejahatan itu kepada anak-anaknya. Amin.

You might also like