You are on page 1of 22

1

SEJARAH FILSAFAT
I.FILSAFAT YUNANI 1.1. Pendahuluan Untuk mempelajari pemikiran filsafat, kita cenderung memulai mempelajari munculnya pemikiran filsafat Yunani, yang dapat dipandang sebagai sumber (tonggak) munculnya filsafat Barat. Hal ini dikaremakan bahwa filsafat Yunani merupakan pemikiran ilmiah yang pertama kali, dan kemudian berkembang sampai abad Modern, dengan membentuk suatu keseluruhan yang tidak dapat terpisahkan antara satu sama lain. Pemikiran filsafat ini yang mempengaruhi seuruh pemikiran ilmu dan filsafat di dunia ini. Dikatakan bahwa pada saat itu peranan mitologi di Yunani merupakan salah satu yang dominant untuk dipercaya sebagai suatu hal yang benar. Semula semua pertanyaan yang muncul mengenai asal mula dan kejadian-kejadian mengenai alam semesta dapat dijawab melalui mitologi, dan jawaban tersebut dapat lolos dari control rasio. Para filsuf pertama menerima kebenaran atas keterangan yang diberikan mengenai asal mula alam semesta beserta kejadiannya melalui mitologi. Namun semakin lama mereka mulai meragu-kan atas jawaban tersebut berdasarkan mitos. Kemudian orang mulai berpikir, bertanya-tanya dan berspekulasi untuk mencari jawaban dengan menggunakan rasionya. Oleh karena itu pada saat itu awal lahirnya filsafat pertama kali di Yunani dikatakan mulainya mitos diganti dengan logos (kebenaran yang semula didasarkan atas keterangan dari dongeng-dongeng/mitos diganti dengan menggunakan rasio). Munculnya pemikiran filsafat di Yunani ini pertama kali sekitar abad ke-6 SM, dimana orang mulai meragukan (tidak puas) terhadap ketersngan-keterangan yang bersumber pada mitos-mitos (dongeng-dongeng) tentang asal mula dan kejadian-kejadian dalam alam semesta yang selama ini mereka yakini sebagai suatu kebenaran. Yang menarik perhatian mereka ialah perubahan alam semesta dan kejadian-kejadian yang selama ini dapat mereka saksikan terusmenerus.Mereka mulai bertanya-tanya, dan kemudian berusaha untuk mencari jawaban sendiri mengenai apakah sebenarnya alam semesta ini? Apa asas terdalam yang terdapat dibelakang segala perubahan alam semesta yang tiada henti-hentinya ini, mungkin-kah yang beranek macam dalam alam semesta ini dipulangkan kepada yang satu? Jadi pemikiran mereka diarahkan untuk mencari inti, arche, atau asas terdalam mengenai alam semesta, sehingga dalam sejarah pemikiran mereka disebut filsafat alam. Seorang pemikir yang pertama kali berusaha mencari inti sari alam semesta ialah ialah: Thales (abad ke-6 SM) dari Miletos. Menurut dia bahwa yang menjadi asas (inti) alam semesta ialah air. Hal ini dimungkinkan karena tanpa air semua mahkluk hidup tidak akan hidup, dan air terdapat dimana-mana, dapat berujud benda padat, benda cair dan udara (uap). Anaximandros (610 540 SM) menolak pendapat Thales. Menurut dia bahwa asas pertama alam semesta ialah to apeiron (tidak terbatas). Karena ekkrisis (penceraian) maka dari to apeiron dilepaskan anasir-anasir yang berlawanan (panas dingin, basah kering). Apabila diantara anasir-anasir yang berlawanan tersebut ada yang dominant, maka muncul-lah hukum yang mengusahakan adanya keseimbangan lagi. Penceraian mengakibatkan gerak putting beliung yang memisahkan antara yang dingin dari yang panas, kemudian yang panas membalut yang dingin. Gerak tersebut menyebabkan terjadinya bola rasaksa, yang dingin berada ditengah-tengah yang panas. Karena panas air lepas dari tanah dan menjadi kabut. Udara menekan bola sehingga bola meletus menjadi sejumlah lingkaran yang berpusat satu.

Anaximanes (585 525 SM) menolak pendapat Anaximandros. Menurut dia bahwa asas segala sesuatu ialah udara dengan melalui proses pemadatan dan pengenceran. Apabilaudara semakin padat muncullah berturut-turut angin,air, tanah dan batu, sebaliknya apabila udara menjadi lebih encer muncullah api. Pytagoras (500SM) berpendapat bahwa asas segala sesuatu adalah bilangan. Hal ini dimungkinkan karena unsur-unsur bilangan terdapat pada segala sesuatu yang ada. Unsuru nsur tersebut ialah ganjil dan genap, terbatas dan tak terbatas. Suatu keselarasan dihasilkan oleh hal-hal yang selalu berlawanan, yaitu bilangan ganjil dan genap. Seluruh kenyataan di dunia ini disusun dari bilangan-bilangan dan mewujudkan suatu keseluruhan yang harmonis. Menurut Pytagoras ada sepuluh asas yang saling berlawanan yaitu ganjil genap, kiri kanan, laki-laki perempuan, satu banyak, baik buruk, diam bergerak, lurus bengkok, persegi bulat panjang, gelap terang, terbatas tak terbatas, Herakleitos (500 SM) filsafatnya dikenal dengan filsafat menjadi, karena menurut dia bahwa segala sesuatu yang ada selalu dalam keadaan bergerak, berubah ters menerus scara abadi dan tidak ada yang tetap. Pendapat ini dirumuskan dengan istilah panta rei (semua menjadi). Oleh karena itu hakikat segala sesuatu adalah menjadi. Sedangkan asas dari segala sesuatu adalah api, karena segala sesuatu keluar dari api dan kembali lagi ke api. Api adalah lambing perubahan. Parmenides (515 440 SM) pendapatnya bertentangan dengan Herakleitos. Menurut dia bahwa hakikat kenyataan adalah keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Pengetahuan indra adalah pengetahuan semu yang tidak tetap. Sedangkan pengetahuan budi ialah pengetahuan yang sebenarnya, pengetahuan yang tetap. Parmenides berpendapat bahwa yang merupakan realitas bukan yang bergerak, berubah dan bermacammacam, melainkan yang tetap. Dengan kata lain realitas bukan menjadi melainkan ada sebagai suatu kesatuan.Parmenides mengatakan bahwa diluar ada tentu tidak ada Tidak ada bukan realitaskarena tidak mungkin dipikirkan, tidak mungkin dikenal dan tidak mungkin diketahui. Hanya ada yang dapat dipahami. Sehingga ada dan berpikir identik. Ada yang tetap dan hanya satu ada, yang tidak berawal dan tidak dahulu dan kemudian. Ada ini hanya ada belaka yang tidak mungkin terbagi lebih dari satu. Oleh karena itu filsafatnya dikenal dengan filsafat ada. Sebelum masa Sokrates terdapat beberapa ahli pikiryang mengikuti pendapat Parmenides. Mereka dikenal deengan sebutan kaun Elea. Diantara merka ialah: Zeno yang membuktikan bahwa: a). Gerakan itu tidak ada dan tidak mungkin (contoh batu yang dilempar, sebetulnya batu itu tidak bergerak melainkan setiap saat berada ditempat tertentu, yaitu disini, kemudian disitu, disana dan seterusnya). b). Tidak ada kejamakan (missal sepotong kayu yang dibatasi oleh titik ujung dan titik pangkal dapatvdibagi menjadi beberapa bagian yang tidak terhing ga sehingga titik potongan kayu yang terdiri dari titik ujung dan titik pangkal itu tidak dapat dibagi lagi). c). Tidak ada ruang kosong(seandainya ada ruang kosong, ruang kososng tersebut akan mengambil tempat lain nya. Demikian seterusnya. Anaxagoras berpendapat bahwa unsure terdalam segala sesuatu adalah spermata (banyak biji) yang sifatnya berjenis-jenis. Dari banyak biji tersebut dapat dikatakan bahwa semuanya terdapat dalam semuanya, dalam arti bahwa tiap-tiap biji mengandung segala kemungkinan.

Demokritos berpandapat bahwa yang menjadi asas segala sesuatuvadalah atom (tidak dapat dibagi) yang jumlahnya tidak terbatas. Bentuk dan posisi atom berbeda-beda, namun kualitas atom tidak dapat dibedakan.Berkumpulnya jumlah atom tertentu merupakan hal tertentu, disampingitu gerak atom secara kebetulan. 1.2. Jaman Keemasan Sekitar abad ke-5 SM,Athena menjadi pusat kebudayaan seluruh Yunani dibawah kekuasaan Perikles. Semua penganutvajaran filsafat ada disitu.Disamping itu terdapat juga golongan Sofis (sofoi = kebijaksanaan). Sofis artinya orang-orang yang sudah memiliki kebijaksanaan, dan mereka tidak perlu lagi mencari kebijaksanaan, karena mereka beranggapan tidak mungkin keliru, sehingga dalam perdebatan mereka harus menang. Mereka ini adalah orang-orang(guru) yang berkeliling untuk mrlatih kaum muda dalam kemahiran berpidato. Menurut mereka bahwa kebenaran adalah sesuatu yang relatif. Manusia adalah ukuran segala-galanya. Sesuatu dianggap benar, baik tergantung dari orang yang menilainya. Seorang tokoh sofis yang terkenal ialah Protogoras. Sokrates (470 400 SM). Dia hidup ditengah-tengah kaum sofis dan menentang ajaran sofis. Menurut pengakuannya bahwa dia bukan pemilik kebijaksanaan melainkan mencari kebijaksanaan (mencari kebenaran pengetahuan yang sejati). Sokrates menggunakan cara berpikir induktif, yaitu dengan mengamat-amati yang konkrit, yang bermacam-macam coraknya, kemudian dihilangkan yang berbeda dan muncullah yang sama, yang sifatnya umum, maka kemudian lahirlah pengetahuan yang sejati, yang biasanya disebut definisi umum. Metode ini yang oleh Sokrates disebut maiutika (ilmu kebidanan) yaitu tugasnya seperti seorang bidan yang menolong lahirnya kebenaran (pengetahuan yang sejati), karena kebenaran itu sebetulnya telah terkandung di dalam yang konkrit. Plato (428 348 SM). Menurut dia bahwa seluruh realitas itu terbagi atas dua dunia, yaitu dunia idea dan dunia pengalaman. Dunia ide adalah ide itu sendiri yang sifatnya tetap, satu, tidak berubah-ubah dan hanya dikenal dengan budi. Ide ini menjadi contoh semua hal yang ada di dunia pengalaman. Dunia pengalaman adalah dunia baying-bayang. Yang dapat dikenal melalui pancaindra kita. Sifat dunia pengalaman tidak tetap, bermacam-macam, berubah-ubah dan tidak sempurna. Contoh segi tiga. Di dunia ide hanya dikenal adanya satu segitiga yang tetap dan tidak berubah. Namun di dunia pengalaman pancaindra kita dapat mengenal berbagai macam segitiga yang selalu berubah-ubah. Segitiga yang ada di duniapengalaman ini tidak lain adalah bayang-bayang yang berasal dari dunia ide. Jadi cara untuk menjadi bayang-bayang itu tidak semacam dan tidak sempurna. Menurut Plato jiwa manusia itu semula berasal dari dunia ide, kenal dengan ide-ide setempat. Tetapi karena suatu sebab maka jiwa berada di dunia ini, terkurung (terkumpul) dengan badan, sehingga di dunia ini manusia merupakan baying-bayang ide. Jiwa manusia yang sekarang ini berada di duniapengalaman dan teringat akan ide-ide setempat yang dahulu dikenalnya. Jadi menurut Plato dikatakan bahwa kita mencapai pengertian (ide) didunia pengalaman ini tidak lain adalah ingat. Aristoteles (384 322 SM). Dia murid Plato, tetepi kemudianmenolak pandangan Plato tentang ide. Menurut Aristotelesbahwa ide manusia itu tidak ada (tidak terdapat), yang ada ialah manusia kongrit, manusia ini atau manusia itu. Menurut dia bahwa setiap benda konkrit terdiri dari dua unsur, yaitu hule (materi) dan morfe (bentuk). Materi tidak akan lepas dari bentuk, begitu pula sebaliknya, bentuk tidak lepasa dari materi. Contoh patung kuda yang terbuat dari kayu. Kayunya adalah hule (materi,

bahan), sedangkan kuda adalah morfe (bentuknya). Mater pertama adalah prinsip yang sama sekali tidak ditentukan dan terbuka untuk menerima bentuk, sedangtkan bentuk ialah prinsip yang menentukan. Karena materi pertama suatu benda merupakan suatu benda kongkrit, dan bentuknya suatu benda kongrit merupakan benda tertentu, jenis tertentu (seperti hewan tertentu atau tumbuh-tumbuhan tertentu) akibatnya dapat dikenal oleh rasio. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dimungkinkan atas dasar bentuk yang terdapat dalam setiap benda kongrit. Menurut Aristoteles ada dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan indra untuk mencapai yang kongkrit dan pengetahuan budi untuk mencapai intinya. Kedua pengetahuan ini adalah pengetahuan sesungguhnya, dan mungkin keduanya sesuai dengan obyeknya. Menurut Aristoteles pengetahuan indra bukan ilmu, melainkan yang membimbing ke ilmu, karena ilmu hanya mengenai yang umum, mutlak dan tetap. Cara budi untuk mencapai pengetahuan umum dengan mengabstraksi obyek-obyek kongrit, satu persatu, bermacammacam dan berubah-ubah, yang dikenal melalui pancaindra. Budi mengolah pengetahuan yang dikenal melalui pancaindra tersebut dengan meninggalkan yang bermacam-macam, yang tidak sama dan hanya memandangyang sama, satu tetap dan umum. Pengetahuan budi ini oleh Aristoteles disebut idea tau pengertian. Idea tau pengertian ini bukan realitas tersendiri di dunianya sendiri, melainkan sifat-sifat yang terdapat pada hal-hal yang kongrit. Jadi pengetahuan budi merupakan putusan yang terdapat pada ilmu. 1. 3. Jaman Hellenisme Semenjak sepeninggal Aristoteles tidak ada ahli piker yang menyamai dia. Pada umumnya pemikirannya hanya didasarkan pada pemikiran yang sudah ada, dan pemikiran-nya merupakan perpaduan dari filsafat teoritis yang menuju ke filsafat praktis, yang dipusatkan pada cara hidupnya. Dengan demikian orang yang dikatakan bijaksana adalah apabila orang tersebut dapat mengatur hidupnya menurut budinya.Hal ini terjadi pada masa kejayaan Alexander Agung (323 SM) ketika menguasai seluruh wilayah Yunani. Pada waktu itu kebudayaan Yunani berkembang ke seluruh wilayah kekuasaan Alexander Agung (Romawi), sehingga jaman itu disebut jaman Hellenisme. Aliran-aliran yang muncul pada jaman itu antara lain: Stoisme, yang didirikan oleh Zeno. Menurut aliran ini bahwa pengetahuan berdasarkan pengalaman indra. Begitu pula pengetahuan umum. Namun sebenarnya tidak terdapat yang umum. Yang sungguh-sungguh ada hanyalah yang dapat dicapai oleh pancaindra. Menurut aliran ini bahwa alam dengan Tuhan adalah sama. Aturan yang ada di alam ini timbul dari alam. Keteraturan seluruh ala mini merupakan harmoni, dan aturan ini yang merupakan nasib. Disamping itu manusia adalah bagian dari alam. Oleh karena itu ia harus merupakan harmoni dari harmoni alam. Keharmonisan ini bias terjadi apabila manusia hidup selaras dengan dirinya sendiri, yaitu dengan budinya. Dengan demikian orang yang dapat dikatakan bijaksana ialah orang yang dapat mengatur nafsunya untuk menselaraskan hidupnya dengan harmoni alam. Epikurisme didirikan oleh Epikuros. Filsafatnya ditujukan untuk memberikan kebahagiaan kepada manusia. Ajarannya didasarkan pada etika dan logika. Menurut aliran ini bahwa dasar yang sedalam-dalamnya bagi semua hal yang ada di alam ini ialah atom. Karena gerak atom maka terjadilah bermacam-macam benda, dan ini tidak ada kaitannya dengan kekuatan dewa (Tuhan). Jiwa manusia itupun benda juga, tetapi lebih halus. Jiwa tidak mungkin ada tanpa badan. Oleh karena itu tidak mungkin ada hidup setelah badan tidak ada. Agar manusia di dunia ini dapat hidup dengan tenang maka orang tidak perlu takut baik kepada

marah dewa, mati maupun kepada nasib, karena segala sesuatu yang terjadi di alam ini diakibatkan oleh gerak atom. Demikian pula tentang kematian. Orang tidak perlu takut mati, karenaapabila manusia mati jiwanya ikut mati. Manusiadapat hidup bahagia apabila kesenangannya dapat terpenuhi dengan bebas. Tetapi apabila terlalu banyak kesenangan orang menjadi gelisah. Orang dapat dikatakan bijaksana apabila dapat membatasi diri, terutama dalam mencari kesenangan rohani. Neoplatonisme, yaitu suatu ajaran filsafat yang berusaha untuk menghidupkan kembali ajaran-ajaran Plato yang telah dipengaruhi oleh aliran-aliran filsafat lain. Tokoh aliran ini ialah Plotinos (204 270). Ia menyatakan bahwa semua yang ada di alam ini berasal dari Yang satu, dan semua yang ada ini berusaha untuk kembali kepada Yang Satu. Oleh karena itu dalam realitasnya terdapat gerakandua arah, yaitu dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Semua makhluk yang ada di dunia ini merupakan pancaran dari Yang Satu (Tuhan). Semula dari Yang Satu muncul roh yang menjiwai alam semesta. Dari roh muncul jiwa, dan dari jiwa muncul materi. Proses ini tidak akan merubah atau mengurangi sedikitpun kesempurnaan Yang Satu (Tuhan). Ibarat matahari meskipun telah memancar-kan sinar namun tidak akan kehabisan sinar. Karena segala sesuatuyang ada merupakan pancaran dari Yang Satu maka tugas manusia ialah untuk kembali kepada Yang Satu.Namun apabila manusia tertarik oleh dunia dan segala tenaga beserta pikirannya tercurah pada dunia, maka lupalah dia akan derajat yang sejati. Sebaliknya apabila manusia dapat memandangi keindahan dunia dengan sewajarnya, maka dapatlah ia naik dan kembali kepada Yang Satu. Untuk dapat mencapai Yang Satu itu harus melalui tiga tahap, yaitu: Pertama pencucian diri, yaitu berbuat kebajigan, memiliki pengetahuan yang baik, berbuat adil, dan berani mengendalikan diri. Kedua, penerangan, yaitu dimilikinya pengetahuan segala sesuatu secara mendalam, sampai pada pengetahuan ide-ide. Ketiga, menyelami diri sendiri secara sempurna (menyelami Yang Satu, yang ada dalam dirinya sendiri), sehingga dapat mengatasi segala pikiran dan kesadaran sampai pada ketakjuban yang bahagia. 2. FILSAFAT EROPA 2. 1. Filsafat Abad Permulaan danAbad Pertengahan SetelahYunani mengalami kemegahan serta menunjukkan adanya hasil budaya yang tinggi, dan setelah dikuasai oleh kerajaan Romawi, maka besar pengaruh alam pikiran Yunani kepada Romawi. Namun didalam tumbuh dan berkembangnya filsafat Yunani di Benua Eropa dalam suasana lain. Ini bukan berarti bahwa filsafat Eropa berlainan sama sekali dengan filsafat Yunani, melainkan filsafat eropa menyatakan adanyaunsur baru. Dikatakan demikian karena alam pikiran Eropa merupakan sesuatu yang baru, namun pohon filsafat itu bukan merupakan pohon baru dan lain, melainkan tunasnya yang baru, yang memungkinkan tumbuh dan berkembang menjadi rindang. Semula di dalam filsafat Yunaniorang sengaja mencari kebijaksanaan melalui budinya. Namun pada abad Permulaan agama merupakan sesuatu yang amat utama. Wahyu atau firman Tuhan merupakan unsur baru. Halini dapat dipahami bahwa pada waktu itu orangorang Yunani berfilsafat belum mengenal wahyu sejati (Injil), karena pada waktu itu Injil belum diturunkan. Walaupun demikian filsafat Yunani telah menghasilkan pandangan hidup ataupan dangan dunia, sehingga pada waktu itu di Eropa muncul dua aliran yaitu:

a. Aliran yang menolak filsafat Yunani, karena filsafat Yunani dianggap kebijaksanaan kafir. Anggapan dari aliran ini bahwa satu-satunya kebijaksanaan ialah kebenaran yang difirmankan Tuhan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. b. Aliran yang menerima filsafat Yunani sebagai kebijaksanaan manusia, karena manusia adalah ciptaan Tuhan, maka kebijaksanaan manusia juga berasal dari Tuhan. Diakui bahwa budi dapat mencapai kebenaran, namun tidak diakui bahwa seluruh filsafat Yunani mencapai kebenaran, dan tidak boleh dikatakan bahwa filsafat Yunani itu seluruhnya keliru. Aliran kedua ini juga menerima metode-metode filsafat untuk mencapai kebenaran. Dalam perkembangan selanjutnya muncullah orang-orang cerdas dari kalangan masyarakat katolik yang kenal benar filsafat Yunani. Mereka kemudian menggunakan kebijaksanaan untuk mengabdi kepada agama. Diantara mereka itulah para pemipin masyarakat Katolik (gereja) yang disebut bapa atau pater (Latin). Aliran ini dalam permulaan sejarah Eropa disebut patristik dengan tokoh Tertulinus (160 222) dan Agustinus (354 430) Pada jaman kekuasaan Karl Agung, agama Katolik menyebar di seluruh Eropa. Pada waktu itu di Eropa telah terjadi organisasi masyarakat Katolik yang teratur, baik untuk menyebarkan agama Katolik maupun untuk meperdalam pengetahuan agama. Katolik. Untuk memperlancar misinya, didirikanlah sekolah-sekolah calon pemimpin gereja (masyarakat katolik). Yang diajarkan pada waktu itu ialah artes liberares (seni merdeka) dan dialektika (meliputi seluruh filsafat), sehingga pada jaman itu disebut jaman Scholastik. Yang menjadi inti persoalan pada waktu itu ialah tentang adanya Tuhan, hakikat Tuhan, hubungan iman dengan akal budi, antropologi, etika dan politik dengan menggunakan sarana filsafat. Sedangkan ahli-ahli pikir waktu itu seperti Anselimus (1033 1109), Petrus Abaelardus (1079 1143) dan Thomas Aquino (1225 1308). 2. 2. Filsafat Modern Pada abad ke- 13 sistem filsafat di Eropa dapat dikatakan merupakan keseluruhan yang ditandai dengan munculnya aliran-aliran baru. Sebagai dasar munculnya aliran baru tersebut ialah kesadaran individu tentang yang kongrit, satu persatu, yang akan mencapai pengetahuan sesungguhnya. Jaman ini sering disebut jaman subyektivitas, karena seluruh sejarah filsafat pada jaman ini dapat dilihat sebagai suatu rantai perkembangan pemikiran mengenai subyektivitas. Semua filsafat pada jaman ini menyelidiki segi-segi subyektivitas manusia aku sebagai pusat pemikiran, pengamatan, kebebasan tindakan perasaan dan kehendak. Orang tidak menganggap lagi bahwa dirinya sebagai viator mundi (orang yang berziarah ke dunia) melainkan sebagai faber mundi (orang yang menciptakan dunia). Menu-rut mereka hanya pengetahuan yang berlandaskan pengalaman itu yang sempurna. Filsafat modern ini meliputi dua jaman yaitu jaman yang disebut Renaissance dan Aufklarung. 2. 2. 1. Renaissance Renaissance (kelahiran kembali) adalah suatu masa yang mendahului munculnya jaman modern, yang terjadi di Eropa. Dengan kata lain bahwa Renaisance ini merupakan yang menjebatani antara abad pertengahan dengan abad modern. Pada jaman ini orang berkeinginan untuk mengembalikan kebudayaan kuna, karena mereka beranggapan bahwa kebuadaan lama adalah kebudayaan yang sempurna. Orang tidak lagi memusatkan perhatiannya kepada Tuhan dan surga, melainkan kepada dunia, terutama kepada manusia. Manusia di dewa-dewakan, di sana sini merupakan tujuan adanya sehingga aliran ini disebut humanisme. Manusia sebagai

individu (perorangan) dan kongrit menjadi pusat pandangan dan pengetahuan. Semenjak jaman inilah ilmu berkembang dengan pesat, demikian pula metodenya. Nikolaus Kopernikus menyatakan bahwa Matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi memiliki dua macam gerak yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengelilingi Matahari. Karena dia takut dikucilkan dari gereja maka pendapatnya baru diterbitkan setelah dia meninggal dunia. Galileo Galilei menemukan pentingnya akselerasi, yaitu perubahan kecepatan dalam arah besarnya maupun arah geraknya. Suatu benda jatuh dalam ruang kosong kecepatannya tetap, namun apabila dalam ruang yang ada gerak hawa yang berlawanan dengan gerak kejatuhan maka kecepatannya berubah. Dalam perkembangan selanjutnya terjadilah penyempurnaan pemikiran yang dialami oleh beberapa tokoh. Selain itu pada masa kini orang memandang adanya dua sumber pengetahuan yaitu pengalaman (empiri) dan akal (rasio). Namun pada umumnya orang memberikan tekanan pada salah satu dari keduanya tersebut sehingga timbul dua aliran yang saling bertentangan yaitu aliran empirisme dan aliran rasionalisme. 1). Empirisme Empirisme berpendapat bahwa ilmu pengetahuan yang berguna, pasti, dan benar itu diperoleh melalui indranya. Empiri (pengalaman) memegang peranan amat penting bagi pengetahuan, bahkan merupakan satu-satunya dasar dan sumber pengetahuan. Pada umum-nya kaum empirisme ini tidak mau berfilsafat, namun ada juga diantara mereka yang berfilsafat serta mengadakan sistem filsafat. Diantara mereka itu adalah: Francis Bacon (1561- 1626). Dia peletak dasar ilmu pengetahuan yang baru, yang bermanfaat untuk hidup. Dia menggunakan metode induksi. Seluruh azas filsafatnya bersifat praktis untuk menguasai hukum-hukum (kekuatan-kekuatan) alam. Tugas ilmu pengetahu-an ialah untuk mengusahakan penemuan-penemuan yang dapat meningkatkan kemakmuran hidup. Pengetahuan yang sebenarnya ialah pengetahuan dari dunia fakta (alam) yang diteri-ma melalui indranya. Oleh karena itu pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati. Metode induksi yang dia terapkan ialah dengan mengamat-amati alam semesta tanpa prasangka. Setelah itu menetapkan fakta-faktaber dasarkan percobaan-percobaan yang dilakukan berulang kali dengan berbagai macam cara. Apabila fakta-fakta tersebut telah ditetapkan, maka kemudian dibuat ringkasan (rangkuman). Dengan demikian maka metode ini akan naik dari pengenalan fakta ke pengenalan hukum hingga bentuk-bentuk tertentu yang lebih tinggi dan bersifat tunggal. Dpl. metode induksi ini merupakan suatu proses penyisihan (pelenyapan) mengenai semua sifat yang tidak termasuk sifat tunggal. Menurut Bacon metode empiris ini dapat menunjukkan bagaimana menyusun data-data yang telah diamati dan diperlukan bagi ilmu pengetahuan. Kita tidak boleh hanya mengumpulkan fakta-fakta saja, melainkan harus menyusun dan mengaturnya. Thomas Hobes (1588 1679). Dalam menyusun sistem filsafat dia menggunakan metode ilmu alam yang bersifat matematis. Dia berusaha mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis, sehingga terbentuk filsafat materialisme. Menurut dia filsafat adalah ilmu pengetahuan bersifat umum, yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek (akibatakibat, penampakan-penampakan) seperti yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang kita mliki dari sebab-sebab asalnya (pengalaman, pengamatan). Menurut dia bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman ini yang memberi jaminan kepastian. Sedangkan pengetahuan dengan menggunakan akal hanya berupa

pengertian-pengertian tentang gambaran atau tanda-tanda yang dimiliki oleh jiwa dan diucapkan dengan kata-kata. Pengertian umum hanya nama saja bagi gambaran yang ada dalam ingatan kita. Pengalaman adalah seluruh totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan yang digambarkan dengan harapan masa depan. Tujuan filsafati ialah untuk mencari sebab-sebab dengan menggunakan pengertianpengertian yang menggambarkan fakta-fakta yang diungkapkan dengan kata-kata. Menurut Hobes tidak semua benda yang diamati itu nyata, karenayang benar-benarnyata hanyalah gerak dari bagian kecil benda itu. Sedangkan gejala benda yang menunjukkan sifat benda itu ternyata hanyalah perasaan yang ada pada si pengamat. Dunia adalah keseluruhan sebab akibat, termasuk kesadaran. Hobes termasuk seorang filosof materialis pertama yang menerangkantentang yang ada secara mekanis.Dikatakanmaterialis karena segala yang ada bersifat bendawi. Segala kejadian adalah gerak, dan realitas yang bersifat bendawi tidak tergantung pada gagasan. Oleh karena itu manusia tidak lebih dari suatu bagian alam yang mengelilingi-nya. Selain itu Hobes dikenal seorang penganut sensualisme karena mengenai pengetahuan dia menguta-makan sensus (indra) dan pengetahuan yang benar baginya hanyalah pengetahuan indra. John Locke (1632 1704). Dia ingin menyelidiki pengetahuan manusia, sampai sejauh mana dapat mencapai kebenaran dan bagaimana cara mencapainya. Dia menggabungkan teori empirisme dengan ajaran rasionalisme. Dia menggunakan istilah reflection dan sensation. Reflection ialah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan yang lebih baik dan lebih penuh pada manusia. Namun pengalaman batin ini apabila tanpa sensasi manusia tidak dapat memiliki suatu pengetahuan apapun. Sedangkan sensation merupakan sesuatu yang mempunyai hubungan dengan dunia luar, namun tidak dapat meraih dan tidak dapat mengerti yang sesungguhnya. Oleh karena itu setiap pengetahuan dapat diperoleh karena terjadi kerja sama antara sensation dan reflection yang akan menghasilkan ide-ide tunggal. Namun setiap pengetahuan harus diawali dengan sensation, karena jiwa manusia itu waktu dilahirkan masih bersih, seperti kertas putih (merupakan tabula rasa) yang seluruh isinya berasal dari pengalaman. David Home (1711 1776). Dia dikenal sebagai seorang empirisme yang konsekuen, karena menggunakan prinsip-prinsip empirisme dengan carapaling radikal. Sebagai bahan kritikan ialah pengertian substansi dan kausalitas (sebab akibat). Dia menganalisa pengertian substansi. Menurut dia bahwa seluruh pengetahuan kita tidak lain adalah jumlah dari pengalaman kita. Di dalam budi kita tidak ada sesuatu ideyang tidak sesuai dengan kesan. Kesan tersebut disebabkan oleh hal diluar kita. Pengetahuan hanya disebabkan oleh pengalaman kita, namun halnya sendiri tidak dapat kita kenal. Sedangkan yang bersentuhan dengan kita adalah sifat-sifat atau gejala-gejala dari hal tersebut. Yang menyebabkan kita dapat memiliki pengetahuan yang tepat (substansi) itu tidak lain dikarenakan perulangan pengalaman yang sering kali terjadi, sehingga kita beranggapan bahwa kita mempunyai pengertian sesuatu hal. Namun anggapan ini sebenarnya tidak ada, dan ini hanya khayalanbelaka. Begitu pula mengenai pengetahuan yang tetap dan umum, itu semuanya tidak ada. Yang kita kenal hanyalah urut-urutan kejadian. Misalnya ada pukulan kemudian ada rasa sakit. Kita merasa sakit setelah ada pukulan. Dari peristiwa itu muncullah asosiasi antara pukulan dan rasa sakit, yang kemudian kita mengatakan bahwa yang menyebabkan rasa sakit adalah pukulan. Pernyataan ini sesungguhnya tidak benar. 2). Rasionalisme

Rasonalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya hanyalah akal (rasio), dengan alasan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui rasio memenuhi persyaratan ilmiah dengan menerapkanmetode deduktif. Pengalaman hanya dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapat oleh akal. Sebagai contoh ilmu pasti. Tokohtokoh rasionalisme ini antara lain: Rene Descartes (1596 -1650). Dia dijuluki bapak filosof modern. Menurut dia tidak ada keterangan yang memuaskan, yang pasti dan dapat dipercaya, baik ilmu maupun filsafat. Bahkan filsafat yang dimajukan sering bertentangan satu sama lain. Hal ini dikarenakan bahwa tidak ada pangkal dan metode yang sama. Ia mulai menggunakan metode baru yang disebut metode keragu-raguan, dengan membuang jauh segala kepas-tian. Ia ragu-ragu terhadap segala sesuatu, bahkan dirinya sendiri diragukan. Dengan keragu-raguan ini maka nampaklah pada dirinya bahwa ia berpikir. Keragu-raguan ini adalah suatu cara berpikir. Dengan keragu-raguan ini segera tampak kepastian dan kebenaran yang tidak perlu diragukan lagi, sebab yang berpikir itu ada yaitu saya. Oleh Descartes hal ini dirumuskan cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Ini adalah pengetahuan lamgsung yang disebut kebenaran filsafat pertama (primum philosophicum). Aku adalah sesuatu yang berpikir, suatu substansi yang seluruh hakikat dan tabiatnya terdiri dari pikiran yang keberadaanya tidak memerlukan tempat (sesuatu yang bersifat bendawi). Cogito (aku berpikir) adalah pasti, karena cogito adalah jelas dan terpilah-pilah. Oleh karena itu ciri khas kebenaranya dapat dipastikan jelas dan terpilahpilah. .Kepastian yang terdapat pada kesadaran inilah yang dijadikan pangkal pikiran dan filsafat, karena kesadaran tampak pada tindakan budi yang menjadi pangkal untuk bertindak selanjutnya, serta untuk mengadakan sistem filsafat. Yang benar hanyalah tindakan budi yang terang benderang (idees claires et distinctes), yang dijamin oleh Tuhan. Tindakan budi yang terang benderang ini adalah bawaan, merupakan pemberian Tuhan sebagai bekal hidup sebelum orang itu dilahirkan. Descartes berpendapat bahwa dalam dirinya dapat ditemukan tiga ide bawaan (innateideas) yang sudah ada pada dirinya sejak manusia itu lahir. Ketiga ide bawaan itu ialah pemikran, Allah dan keluasan. a). Pemikiran. Saya memahami diri saya sebagai mahkluk yang berpikir harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya b). Allah sebagai wujud yang sama sekali sempurna. Karena saya mempunyai ide sem-purna ini diakibatkan oleh adanya wujud yang sempurna, tidak lain adalah Allah. c). Keluasan. Materi sebagai keluasan (ekstensi) sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur. Karena idea terang benderang ini bawaan, pemberian Tuhan sebagai pedoman hidup maka tidak mungkin salah. Rasio akan membawa orang kepada kebenaran dan memberi pimpinan dalam segala pikiran. Spinoza (1632 1677). Dia mencita-citakan suatu sistem yang berdasarkan rasionalisme. Menurut dia aturan hukum yang terdapat pada semua hal tidak lain adalah aturan hukum yang mutlak, tidak terbatas, yang terdapat pada idea. Sebagai dasar segala-galanya diterimanya sesuatu yang mutlak, yang tidak berdasarkan pada yang lain, yang disebut substansi, yang essensinya ialah ada-nya. Sifat substansi tersebut mutlak tidak terbatas. Oleh karena itu segala yang dipikirkan tentu ada padanya.

10

Ada dua sifat substansi yaitu budi (jiwa, pemikiran) dan keluasan (tubuh), yang masing-masing mengandung segala macam dan tingkatan ada. Kedua-duanya merupakan satu kasatuan yaitu dalam substansi tunggal. Leibniz (1646 1716). Menurut dia banyak terdapat substansi dan jumlah substansi itu tidak terhingga. Substansi itu ia beri nama monade. ;Monade ini tidak bersifat jasmani dan tidak dapat dibagi-bagi. Jiwa merupakan monade tetapi juga materi yang terdiri dari banyak monade. Hubungan antara jiwa dengan tubuh. Jiwa merupakan monade dan tubuh terdiri dari banyak monade. Satu monade tidak dapat mempengaruhi monade yang lain, karena masingmasing monade tertutup. Jiwa dapat bekerja sama dengan tubuh, karena Tuhan mengadakan harmoni antara monade-monade (satu keseluruhan yang ditentukan sebelumnya). Pada saat penciptaan monade diatur sedemikian rupa sehingga peristiwa dalam suatu monade ada reaksinya terhadap monade yang lain. Contoh dua arloji yang menunjukkan waktu dengan cara yang persis sama, sedangkan satu sama lain tidak ada hubungannya. 2. 2. 2. Aufklarung (Pencerahan atau Fajar Budi). Aufklarung adalah nama suatu jaman yang meliputi abad ke- 18 yang diawali jaman renaissance, dimana manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Voltaire menyebutnya jaman Aufklarung ini jaman Pencerahan (jaman akali). Menurut Immanuel Kant Aufklarung adalah jaman manusia keluar dari keadaan akil balik yang disebabkan oleh kesalahan manusia sendiri. Kesalahan manusia tersebut ialah karena manusia tidak mau memanfaatkan akalnya. Oleh karena itu semboyan orang pada waktu itu: Hendaklah anda berani berpikir sendiri. Dengan demikian jaman Pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi ahli-ahli pikir di Barat. Pada umumnya sikap Pencerahan memusuhi atau paling tidak mencurigai agama wahyu. Pemikiran pada jaman itu sangat dipengaruhi ilmu pengetahuan alam dari Issac Newton yang memberikan landasan dasar kepada fisika klasik dan menjanjikan suatu perkembangan yang tiada batasnya. Metode yang digunakan dalam filsafat ialah metode induksi dengan berpangkal dari gejala-gejala, dan mencoba untuk mengembalikan kepada beberapa asas (hukum) yang bersifat umum. Eduard Herbert (1581 1648). Dia adalah tokoh Pencerahan di Inggris. Salah satu gejala pencerahan yang muncul dalam alam filsafat di Inggris dikenal deisme (suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini, tetapi setelah alam semesta diciptakan Tuhan menyerahkan alam semesta ini kepada nasibnya sendiri). Hal ini dikarenakan bahwa Tuhan telah memasukkan hukum-hukum dunia kedalamnya, sehingga segala sesuatu dapat berjalan dengan sesuai dengan hukum-hukum tersebut. Manusia dapat menenuaika tugasnya untuk berbakti kepada Tuhan dengan hidup yang sesuai dengan hukum-hukum akali. Menurut Herbert bahwa akal memiliki otonomi mutlak di bidang agama, termasuk agama Kristen ditaklukkan akal. Atas dasar pendapat tersebut dia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Dia berusaha meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah terhadap segala keraguan dibidang agama. Pandangan Herbert ini kemudian dikembangkan lebih lanjutsekitar akhir abad ke- 17 dan awal abad ke-18, baik mengenai unsur-unsur positif maupun unsur-unsur negatif. George Berkley (1685 1753). Pemikiran Berkley bermuara pada idealisme yang olehnya disebut imaterialisme. Dioa menyangkal adanya satu dunia yang ada di luar kesadaran. Keyakinan yang asasi yaitu:

11

a. Segala realitas diluar manusia tergantung pada kesadaran. b. Tidak ada perbedaan antara dunia rohani dengan dunia badani. c. Tidak ada perbedaan antara pengalaman lahiriah dengan pengalaman batiniah. d. Tidak ada sesuatu kecuali roh yang dalam realitas kongrit adalah pribadi-pribadi yang berpikir. Pangkal pikir Berkley terdapat dibidang teori pengalaman. Menurut dia pengeta-huan kita bersandar pada pengamatan, sedangkan pengamatan identik dengan gagasan yang diamati. Pengamatan terjadi karena hubungan antara pengamatan indra yang satu dengan pengamatan indra yang lain (penglihatan dengan peraba). Gambaran ini tidak menggambar-kan sesuatu realitas yang adadi luar kita. Di luar pengamatan tidak ada benda kongrit. Yang ada hanyalah benda-benda yang diamati. Realitas itu terletak di dalam pengamatan. Hanya pengamatan yang ada. Sedangkan obyek yang dikenal adalah penggabungan bagian gambaran yang diamati. Di Perancis hasil pemikiran diberikan dalam bentuk populer sehingga filsafat dapat diterima oleh golongan yang lebih luas. Hal ini yang menyebabkan filsafatnya memasuki pandangan umum dan memberikan pimpinan dalam kejadian-kejadian kema-syarakatan. Pada waktu itu filsafat di Perancis lebih erat hubungannya dengan kehidupan politik, sosial, dan kebudayaan. Disamping itu ada macam-macam aliran, diantaranya materialisme, yang meneruskan azas mekanisme. Jean Jacques Rousseau (1712 1778). Dia seorang filsof yang menekankan pada perasaan subyektivitasnya, namun di dalam menghambakan diri pada perasaan meng-gunakan akalny yang tajam. Menurut Rousseau kebudayaan bertentangan dengan alam, sebab kebudayaan meru-sak martabat manusia. Manusia yang biadab lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang Perancis yang beradab. Kesengsaraan yang diderita oleh orangpada waktu itu dipandang sebagai hukum surga., karena usaha mereka untuk membebaskan diri dari keadaan alamiah. Manusia alamiah adalah manusia yang baik, manusia yang dilahirkan dari kandungan alam, yang senantiasa berbuat sesuai dengan asas-asas yang tetap. Keadaan yang baru ini menim-bulkan persoalan baru pula, seperti muncul persaingan dan percekcokan. Oleh karena itu perlu menciptakan aturan-aturan guna melindungi milik pribadi. Menurut Rousseau didalam hidup bermasyarakat keuntungan-keuntungan secara alamiah harus tetap dipelihara. Bentuk persekutuan harus ditemukan, dimana kebebasan dan kesamaan yang dinikmati orang pada jaman alamiah tetap dipertahankan sejauh hidup bermasyarakat memungkinkan. Oleh karena itu kebebasan harus diambil alih, dimana hidup perorangan harus digantungkan pada undang-undang sebagai pengungkap-an asli kehendak umum. Pengertian kehendak umum harus dibedakan dengan kehendak semua orang. Kehendak semua orang ialah kehendak sebagai hasil kepu-tusan suara terbanyak, sedangkan kehendak umum ditentukan pada kepentingan umum yang senantiasa mengikuti hal-hal yang benar, yang tidak sesat. Kehendak umum ini akan menjadi kekuatan yang memaksa apabila terjadi contact social (perjanjian kemasyarakatan). Contact social yaitu apabila orang meninggalkan kehendan, kepentingan, dan hak-hak sendiri, sedangkan dalam perjanjian biasa hak, kepentingan dan kehendak perorangan justru ditetapkan 3). Kritisisme Immanuel Kant (1724 1804) adalah seorang tokoh kritsisme yang hidup pada jaman prakritis dan jaman kritis. Jaman prakritis ialah jaman ketika ia menganut rasionalis-me. Namun karena terpengsruh oleh David Hume, maka ia meninggalkan rasionalisme dan

12

menyusullah kritisisme. Aliran ini disebut kritisisme karena setelah terpengaruh oleh David Hume (empirisme) membawa keragu-raguan terhadap budi. Immanuel Kant mengakui bahwa budi dapat mencapai kebenaran, tetapi apa syarat-syarat untuk mencapai kebenaran? Maka Kant akan mengadakan penyelidikan (mengadakan kritik) pengetahuan budi serta diterangkan mengapa pengetahuan budi itu mungkin. Kritisisme ialah pemikiran yang dimulai dengan menyelidiki kemampuan dan batasbatas rasio. Pada jaman ini Kant mengubah wajah filsafat secara radikal. Tiga kerangka utama yang disebut kritisisme ialah: a. Kritik der reinen vernunft (kritk rasio murn)i. Kritik ini dianggap sebagai usaha untuk mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Rasionalisme mementingkan unsur apriori dalam pengalaman, yaitu unsur-unsur yang lepas dari pengalaman (Descartes dengan ideaidea bawaan). Empirisme menekankan unsur aposteriori, yaitu unsur-unsur dari pengalaman (Locke dengan tabula rasa). Dari masing-masing pandangan tersebut berat sebelah. Kemudian Kant berusaha untuk menjelaskan bahwa pengalaman manusia itu merupakan perpaduan (sintesa) antara unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori. b. Kritik der praktischen vernunft (kritik atas rasio praktis). Yang dimaksud rasio praktis ialah rasio yang memberi perintah kepada kehendak kita (mengatakan apa yang harus kita lakukan). Perintah ini sifatnya mutlak (imperatif katagoris) yang tidak mengenal pertanyaan untuk apa? Misalnya Jangan mengambilmilik orang lain. Pertanyaan Kant :Bagaimana keharusan itu mungkin, dan apa yang memungkinkan keharusan itu? Prinsip pokok ialah apabila kita harus, maka bisa juga. Ada tiga hal yang harus diandaikan agar tingkah laku kita tidak menjadi mustahil, tetapi harus diinsafi baik-baik bahwa ketiga hal itu tidak dibuktikan, melainkan hanya dituntut. Ketiga hal tersebut ialah kebebasan kehendak, imortalitas jiwa dan adanya Tuhan (Allah). Ketigahal ini oleh Kant disebut ketiga postulat dari rasio praktis yang diterima sebagai kepercayaan. c. Kritik der urteilkraft (kritik atas daya pertimbangan), maksudnya mengerti persesuaian kedua kawasan, yaitu kawasan keperluan mutlak dibidang alam (kritik atas rasio murni) dan kawasan kebebasan dibidang tingkah laku (kritik atas rasio praktis) dengan menggunakan konsep finalis (tujuan).Tujuan bisa bersifatsubyektif dan bisa bersifat obyektif. Tujuan bersifat subyektif apabila obyeknya diarahkan kepada dirinya sendiri, sedangkan tujuan bersifat obyektif apabila terdapat keselarasan antara satu sama lain dari benda-benda alam. 2. 2. 3. Filsafat Dewasa ini Pada jaman ini perasaan subyek sangat besar. Pengetahua umum harus melalui indra, kemudian dioleh ole budi. Dengan demikian bukan budi yang mengarahkan kepada benda, melainkan bendalah yang mengarahkan kepada budi untuk dibentuk. Pengerian umum adalah hasil pembentukan budi. Das ding an sich (benda dalam dirinya sendiri) merupakan masa berikutnya, dan subyek mengenal mendapat perhatian istimewa dari filsuf-filsuf berikutnya. Subyek merupakan sesuatu yang kongrit, dapat disadari dan merupakan suatu keseluruhan. Oleh karena itu subyek merupakan pusat segala tindakan, berpikir, kongrit, tertentu dan lain dar pada yang lain. Dari individu mereka mencoba untuk bertemu dengan bukan aku, dan kemudian yang sama sekali lain, yang mutlak. Kelainan sifat filsafat sesudah Immanuel Kant ini dapat disebut filsafat dewasa ini. 4). Idealisme

13

Para idealisme menyangkal adanya Das ding an sich(realitas pada dirinya sendiri), atau suatu realitas obyektif. Seluruh realitas bersifat subyektif sebagai hasil aktivitas subyek. Yang dimaksud subyek bukan perorangan tertentu, melainkan subyek absolut atau Tuhan. Ada tiga sistem idealisme yang dapat dipandang sebagai metafisika monistis, sedangkan yang dimaksud metafisika monistis yaitu metafisika yang sangat menekankan pada kesatuan realitas seluruhnya. Dasar pemikiran mereka bahwa realitas seluruhnya (termasuk alam dan manusia) merupakan buah hasil aktivitas Subyek Absolut (aktivitas rohani) yang sifatnya tidak terhingga, sebagai suatu proses yang terus berkembang. Aktivitas subyek itu tidak boleh dianggap sebagai pemikiran sadar. Baru pada manusia aktivitas Subyek absolut itu menciptakan kesadaran. Oleh karena itu dalam diri manusia Allah menjadi sadar akan dirinya, dan alam maupun manusia merupakan syarat untuk mencapai kesadaran dirinya. Tiga penganut idealisme ini antara lain: Johan Gottlieb .Fichte, FWJ Schelling, dan GWF Hegel. JG Fichte (1762 1814). Menurut dia bahwa filsafat merupakan ilmu yang mendasari ilmu-ilmu lain sehingga disebut wissenschaftlehre (ajaran tentang pengeta-huan). Menurut dia bahwa filsafat harus berpangkal dari suatu perbuatan Aku Absolut. Dengan kata lain bahwa realitas seluruhnya harus dianggap menciptakan dirinya sendiri (self creating). Dengan cara ini Fichte mendamaikan pertentangan antara rasio teoritis dengan rasio praktis (yang terdapat pada Kant), sehingga idealisme Fichte disebut idealisme praktis. Aktivitas Aku Absolut menghasilkan non-aku (alam semesta). Tindakan aku Absolut ini serentak mengadakan diri sebagai aku yang dibatasi non-aku. Dengan kata lain non-aku (alam semesta) merupakan buah hasil aktivitas Aku Absolut, dan aku terhingga merupakan buah hasil dari itu juga. Namun hasil ini diperoleh dengan cara tidak sadar. Menurut Fichte dualisme yang terdiri dari aku terhingga dan non-aku didamaikan lagi dalam praktis moral. Dualisme itu perlu agar praktis moral dapat dijalankan. Aku Absolut mengadakan non-aku untuk menciptakan bahan bagi aktivitas moral. FWJ Schelling (1775 1854). Perkembangan pemikiran Schelling dapat dibagi dalam beberapa periode, namun dalam periode terahkir ia mencurahkan perhatiannya pada agama dan mistik. Di sini perlu dibatasi yang bisa disebut filsafat identitas. Taraf pemikiran inilah yang dianggap sebagai penghubung filsafat Fichte dengan filsafat Hegel. Pada filsafat Fichte alam (non-aku) adalah hasil roh (Aku Absolut), namun bagi Schelling , roh (Aku Absolut) tidak memiliki preoritas terhadap alam atas atau alam sebaliknya. Kedua-duanya berasal dari sumber yang netral, yang disebut Identitas Absolut atau Indeferensi Absolut. Sumber ini tidak boleh dianggap subyek atau obyek, material maupun spiritual, karena semua bentuk perlawanan terdapat dalam bentuk kesatuan yang belum terpisahkan. Dari identitas Absolut ini keluarlah alam serta roh dengan realitasnya. Oleh karena itu alam tidak ditempatkan di bawah roh, namun alam dan roh seakan-akan membentuk kutub yang derajatnya sama. Roh selalu hadir dalam alam dan alam selalu hadir dalam roh. GWF Hegel (1770 1831). Hegel sangat mengutamakan rasio. Bukanya rasio manusia perseorangan, melainkan rasio Subyek Absolut. Menurut dia realitas seluruh rasio harus disetarakan dengan satu subyek sehingga dalil Hegel berbunyi Semua yang riel bersifat rasional, dan semua yang rasional bersifat riel. Artinya luas rasio sama dengan luas realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran yang memikirkan dirinya sendiri. Filsafat Hegel ini dalam aliran sastra disebut Romantika. Filsafat Hegel menggunakan metode dialektika, yaitu mendamaikan antara beberapa pendapat yang satu sama lain saling berlawanan. Prosesnya terdiri dari tiga fase. Fase pertama tesis. Dari fase pertama (tesis) ini kemudian muncul fase kedua antitesis (lawan dari tesis).

14

Kemudian munyusul fase ketiga sintesis, yang mendamaikan tesis dengan antitesis. Dengan adanya sintesis ini maka tesis dengan anti tesis menjadi aufgehoben (tidak ada/tidak berlaku lagi). Sintesis ini akan menjadi tesis baru yang tingkatannya lebih tinggi. Proses ini akan berlangsung terus menerus. Kebenaran dalam tesis dan antitesis tetap akan disimpan dalam sintesis, dalam bentuk yang lebih sempurna. Contoh ada merupakan tesis. Kemu-dian muncul ketidak adaan merupakan antitesis. Pertentangan dari keduanya tersebutakan didamaikan oleh sintesis, yaitu menjadi, ini sebagian ada dan sebagian tidak ada. Arthur Schopenhauer (1788 1860). Dia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bersifat subyektif, sedangkan realitas menurut hakikatnya adalah kehendak. Dalam diri manusia kehendak metafisis mencapai kesadaran, namun kehendak manusia itu tidak pernah dipuaskan. Schopenhauer memiliki pandangan dunia yang pesimis, yaitu bahwa hidup di dunia ini sengsara. Untuk mengatasi kesengsaraan tersebut ada dua jalan yaitu jalan estetis dan jalan etis. Jalan estetis adalah kesenian, khususnya musik.Namun kesenian ini hanya dapat melupakan kesengsaraan yang sifatnya sementara. Jalan yang paling efektif ialah jalan etis, yaitu dengan memadamkan segala hawa nafsu secara radikal dan melepaskan diri dari segala keinginan. Dengan demikian manusia dapat mencapai kelepasan (nirwana). 5). Evolusionisme. Aliran ini mengatakan bahwa segala sesuatu akan berkembang menurut hukum mekanikan dengan berlakunya hukum strugal of the life dan survival of the fities. Oleh karena itu segala mahkluk menghasilkan keturunan yang berlebih-lebihan sehingga diantara mahklukmahkluk hidup tersebut timbul perang untuk hidup. Dalam perang ini yang lemah tidak bisa bertahan dan tidak dapat melangsungkan kehidupan keturunannya, sehingga jenis dari mahkluk hidup yang lemah akan musnah. Jenis yang tetap dapat hidup dan melang-sungkan keturunannya ialah jenis yang dapat bertahan dalam perang. Jenis yang menang dalam perang ini akan mewarisi sifat-sifat yang kuat kepada keturunannya. Hal ini mengaki-batkan munculnya bentuk-bentuk hidup yang semakin lama semakin tinggi (contoh manusia adalah salah satu bentuk hidup dari perkembangan tersebut). Tokoh evolusionisme ialah: Charles Robert Darwin (1809 1882). Dia mengajarkan evolusi dan perang untuk hidup (the strugal for live). Gagasan-gagasan tentang evolusi menguasai seluruh ilmu pengetahuan. Ia berpendapat bahwa: a). Gejala biologi yang terus berubah yang tampak pada segala mahkluk hidup/ b). Hukum pewarisan c). Keturunan yang berlebih-lebihan. Herbert Spencer (1820 1903). Seluruh pikirannya terpusatkan pada evolusi. Menurut dia bahwa yang absolut tidak dapat dikenal meskipun dibelakang fenomena terdapat yang absolut, kecuali hanya mengenal fenomena-fenomena saja karena, pengenalan kita hanya menyangkut fenomena. Dibelakang fenomena itu tinggal the great unknowable. Dengan demikian mustahil percobaan-percobaan untuk merancang semua metafisika. Dia adalah seorang agnotis, yaitu bahwa dalam bidang religius kebenaran tidak dapat dicapai. Dia berpendapat bahwa setiap ilmu harus membatasi diri pada pengertian fenomena. Tugas filsafat ialah mempersatukan pengertian fenomena. Apabila setiap ilmu menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku pada lapangan masing-masing, maka filsafat harus mencari suatu prinsip yang berlaku untuk segala macam fenomena. Jadi prinsip filsafat ialah hukum evolusi yang sama sekali bersifat umum dan diterapkan pada berbagai macam ilmu.

15

Spencer mengartikan evolusi secara mekanis, bahwa hukum-hukum gerak mengakibatkan bagian-bagian material mencapai deferensiasi dan integrasi yang semakin besar, namun dia tidak mengakui tujuan evolusi sebagai keseluruhan. Menurut diabahwa evolusi merupakan puncak suatuv proses yang kemudian muncul suatu dissolution (penghancuran). Pada kenyataan kongrit dapat dianggap merupakan suatu proses yang tiada henti-hentinya, dimana materi dan gerak selalu disusun kembali apabila puncak evolusi telah dilewati. 6). Positivisme Positivisme berasal dari kata positif yang berpangkal dari apa yang telah diketa-hui, yaitu fakta-fakta positif. Semua uraian di luar fakta (kenyataan) dikesampingkan. Apa yang dapat diketahui scara positif adalah yang tampak, sehingga aliran ini menolak metafisika dan filsafat, sedangkan ilmu pengetahuan dibatasi pada bidang gejala saja. Menurut pandangan positivisme, kita melakukan seperti apa adanya kemudian berusaha menyusun fakta-fakta tersebut menurut hukum-hukum tertentu. Kemudian kita melihat ke masa depan, gejala apa akan tampak, kemudian kita berusaha untuk menyesuai-kan diri dengannya. Kesamaan antara positifisme dengan empirisme ialah bahwa keduanya mengutama-kan pengalaman. Perbedaanya bahwa positivisme membatasi pada pengalaman obyektif sedangkan empirisme disamping membatasi pada pengalaman obyektif juga pengalaman subyektif (batiniah). August Comte (1798- 1857). Ajarannya berkaitan dengan tanggapan perkrm-bangan pengetahuan manusia, baik manusia perorangan maupun manusiasebagai keseluruhan. Ajaran tersebut meliputi tiga jaman yaitu: 1. Jaman teologis, yaitu orang percaya bahwa dibelakang setiap kejadian tersirat suatu kehendak yang khusus. Pada jaman ini orang mengarahkan rohaninya kepada hakikat batiniah, sebabpertama dan tujuan terakhir. Pada jaman ini pemikiran dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: a). Tahap pertama paling bersahaja (primitif), yaitu ketika orang-orang menganggap bahwa benda-benda berjiwa. b). Tahap kedua, ketika orang percaya kepada dewa-dewa, dan setiap dewa mengusai suatu lapangan tertentu (politeisme) c). Tahap ketiga yaitu ketika orang mengganti bermacam-macam dewa dengan satu tokoh tertinggi (monoteisme). 2. Jaman metafisi yang sebenarnya hanya merupakan perubahan dari jaman teologis, dimana kekuatan adikodrati (dewa-dewa) diganti dengan konsep-konsep dari prinsip-prinsip abstrak dengan pengada-pengada lahiriah, kemudian disatukan kedalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut alam, dan dipandang sebagai gejala yang khusus. 3. Jaman positif yaitu jaman manusia membatasi diri pada fakta-fakta yang disajikan kepadanya. Dalam observasi yang menggunakan rasio, orang berusaha menetapkan relasi persamaan atau urutan yang terdapat antara fakta. Pada jaman ini dihasilkan ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Mengenai susunan ilmu pengetahuan,matamatika merupakan ilmu paling fondamen-tal dan menjadi pembantu bagi semua ilmu yang lain. Sedangkan sosiologi (yang pertama kali dibentuk oleh Comte) merupakan puncak dari segala usaha ilmiah yang mengambil obyek penyelidikan gejala-gejala kemasyarakatan. Oleh karena itu selaku pencipta sosiologi dia

16

menghantar ilmu pengetahuan masuk ke dalam taraf positif dan praktis, yaitu dengan mengadakan susunan masyarakat yang lebih sempurna. 7). Materialisme Materialisme adalah suatu pandangan hidup yang mencari dasar segala-galanya termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indrawi. Dpl bahwa materialisme menganggap yang ada hanyalah materi. Segala sesuatu yang lain yang kita sebut roh (jiwa) itu tidak merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Perbedaan materialisme dengan positifisme ialah bahwa positifisme membatasi diri pada fakta, oleh karena itu positifisme menolak metafisika, sedangkan materialisme berangapan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari materi. Oleh karena itu setiap benda atau kejadian dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses materi. Materialisme ini ada dua macam yaitu: a. Materialisme ilmiah yang meneruskan materialisme masa aufklarung, seperti yang dianut oleh kalangan ilmu pengetahuan alam, yang para pengikutnya menganggap bahwa prinsip materialisme merupakan hasil ilmu pengetahuan . b. Materialisme yang timbul sebagai reaksi terhadap idealisme. Tokoh-tokoh materialisme. Lametre (1709 1751) yang beranggapan bahwa manusia tidak lain dari pada mesin, demikian pula tentang binatang, sehingga tidak ada bedanya antara manusia dengan binatang. Dia mengingkara prinsip hidup pada umumnya dengan membuktikan jiwa tanpa badan (bahan) tidak akan hidup, sedangkan badan (bahan) tanpa jiwa dapat hidup (bergerak). Contoh jantung katak yang dikeluarkan dari tubuhnya, dalam beberapa detik masih berdenyut, namun tidak mungkin ada katak tanpa badan. Feuer Bach (1804 1872). Menurut dia satu-satunya yang ada ialah alam. Pengetahuan ialah pengalaman, dan tujuannya cenderung pada alam (cenderung akan kepuasan hidup). Kepuasan ialah kebahagiaan manusia dan kesusahan tidak lain usaha untuk mencapai kebahagiaan yang biasanya dilakukan di dunia. Hubungan aku dan engkau merupakan inti kebahagiaan. Kebahagiaan orang lain sama pentingnya dengan kebahagiaan dirinya sendiri. Pengalaman adalah dasar kesusilaan. Oleh karena itu usaha untuk mencapai kebahagiaan dirinya harus mengindahkan kebahagiaan orang lain. Karl Marx (1818 -1883). Dia terpengaruh oleh Hegel dan Feuer Bach. Dari Hegel diterima metode dialektika (materialisme dialektika) dan rapat hubungan antara filsafat dengan masyarakat. Dari Feuer Bach diterima cara menerangkan kerohkanian yang jasmani dan mengarahnya segala minat kepada manusia yang hidup dalam masyarakat. Marx menghubungkan ekonomi dengan filsafat. Teorinya diadakan bukan untuk tahu dan mau melainkan untukmengabdi pada tindakan. Tugas filsafat bukan untuk menerangkan dunia, melainkan untuk mengubah dunia. Tetapi ternyata hidup manusia ini ditetapkan oleh keadaan ekonomi. Semua hasil tindakanhanyalah endapan keadaan ekonomi, sedangkan keadaan ditentukan dalam keadaan sejarah. Pada awalnya masyarakat tidak mengenal pertentangan tingkat masyarakat. Dalam masyarakat purba muncul tingkatan masyarakat karena keahlian pekerjaan dan adanya milik sehingga munculgolongan orang yang berada (kapitalis) dan orang tidak berada (proletar). Kedua golongan ini bertentangan satu sama lain. Ketegangan ini semakin lama semakin

17

meningkat sehingga meletus revolusi Kaum proletar akan mengambil alih kekuasaan kaum kapitalis. Apabila masa diktator proletar ini sudah lewat, muncullah masa masyarakat tidak bertingkat. Pada masa ini milik adalah ada pada masyarakat, yaitu negara. Negara ini bukan nasional melainkan internasional (kumpulan bangsa-bangsa sedunia). Menurut Marx manusia terbentuk oleh alam kodrat, tetapi alamkodrat dipandang dari segi kemasyarakata. Adapun masyarakat itu hasil berkembang yang disebut sejarah. TujuanMarx ialah memberi arah kepada manusia kemana jalan sejarah, karena gerak sejarah terjadi oleh manusia sendiri. Sedangkan yang mendorong perkembangan masyarakat adalah kekuatan-kekuatan materi yang ada pada masyarakat. Dengan kata lain perkembangan masyarakat tidak lain adalah perkembangan dari materi (bahan). 8). Pragmatisme Pragmatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang dapat membuktikan adanya akibat yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu asal membawa akibat pragtis. Pengalaman pribadi dapat diterima, begitu pula kebenaran mistis, asal bermanfaat. Patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup, sedangkan pegangannya ialah logika pengamatan. Tokoh-tokoh pragmatisme iala: William James (1842 1910), lahir di New York. Menurut dia bahwa kesadaran adalah sebutan sesuatu yang tidak mewujudkan suatu kesadaran lahiriah.Kesadaran ialah suatu fungsi yang didalamnya terdapat arus gejala-gejala yang berlangsung terus-menerus tiada henti-hentinya. Oleh karena itu kesadaran tidak boleh diberi tempat diantara asas-asas pertama. Satu-satunya bahan (materi) asli adalah pengalaman murni. Pengalaman murni ialah perubahan-perubahan langsung yang terus-menerus dari hidup ini, yang diperlukan bagi pemikiran kita di kemudian hari. Menurut James bahwa akal ditaklukkan oleh perbuatan, sedangkan akal dan per-buatan hanya berfungsi sebagai pemberi informasi bagi praktek hidup. Setelah mendapat informasi kita akan mendapat suatu keyakinan yang disebut kepercayaan Informasi ini merupakan persiapan yang diperlukan bagi perbuatan, Jadi informasi tersebut sebagai pembuka jalan baru bagi perbuatan-perbuatan berikutnya. Menurut James tidak ada kebenaran yang mutlak, bersifat tetap, berlakuumum, berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal. Hal ini dikarenakan bahwa pengalaman kita berjalan terus. Segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman senanti-asa berubah, dan di dalam praktek apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Nilai pertimbangan kita tergantung pada akibat-nya. Pertimbangan itu benar jika bermanfaat bagi pelakunya, dan dapat memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup. John Dewey (1859 -1952). Menurut dia bahwa tugas filsafat ialah memberikan garisgaris arah perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan menyelidiki serta mengolah pengalamansecara aktif dan kritis sehingga filsafat dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai. Pemikiran kita berpangkal pada pengalaman dan bergerak kembali menuju pengalaman.Pikiran inilah yang menuju sasaran pengetahuan. Menurut Dewey bahwa penyelidikan adalah tranformasi yang terperinci (terawasi) dari suatu keadaan tak tentu menjadi suatu keadaan tertentu. Penyelidikan berkaitan dengan penyusunan kembali pengalaman yang dilakukan dengan sengaja. Oleh karena itu penyelidikan dengan nilai adalah suatu instrumen, yaitu suatu usaha untuk menyusun suatu teori

18

yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan yang penyimpulannya dalam bentuk bermacam-macam mengenai konsekwensi-konsekwensi di masa depan. Dalam rangka pandangan ini yang benar ialah apa yang disetujui oleh semua orang yang menyelidiki. Menurut Dewey mengenal adalah berbuat. Kadar kebenaran akan tampak dalam pengujian oleh pengalaman-pengalaman dalam praktek. Satu-satunya cara yang dapat dipercaya adalah dengan menggunakan metode induktif, baik yang berlaku untuk ilmu fisika maupun persoalan-persoalan sosial dan moral. 9). Filsafat Hidup Filsafat ini munculmenjelang akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, dimana ilmu dan teknologi berkembang dengan cepatnya, yang menyebabkan lajunya perkembangan industrialisasi. Hal ini menyebabkan segala pemikiran diarahkan pada hal-hal yang badani. Akal digunakan untuk menyelidiki segala sesuatu. Segala sesuatu dianalisa, dibongkar, ditafsirkan, kemudian disusun kembali. Ilmu yang menyelidiki jiwapun berbuat demikian. Jagad raya dan manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian. Dari masing-masing bagian menempati tempatnya sendiri-sendiri dan bekerja menurut hukumhukum yangtelah ditentukan. Kerja roh manusia sebagai akibat proses badani yang berjalan karena keharusan, seperti ginjal mengeluarkan air kencing, jantung memompa darah dan otak mengeluarkan buah pikiran. Henri Bergson (1859 1941). Menurut dia bahwa hidup adalah tenaga ekplosip yang ada semenjak dunia ini ada, dan berkembangmelawan penekanan materi. Bila digambarkan perkembangan hidup ini bergerak ke atas, sedangkan materi bergerak ke bawah. Hal ini menyebabkan hidup terbagi menjadi arus yang menuju banyak arah yang sebagian ditundukkan oleh materi, dan bagian yang lain, yang memiliki kecepatan tetap berbuat secara bebas untuk keluar darigenggaman materi. Berdasarkan perkembangan ini Bergson mengakui adanya evolusi, yaitu suatu perkembangan yang menciptakan dan meliputi segala kesadaran, segala hidup dan segala kenyataan yang dalam perkembangannya terus menerus menciptakan bentuk-bentuk baru serta menghasilkan kekayaan baru. Evolusi tersebut berkembang ke arah bermacam-macam. Pada tumbuh-tumbuhan perkembangan kan-das dalam bentuk-bentuk tanpa kesadaran. Pada binatang perkembangan akan kandas pada materi. Sedangak pada manusia perkembangan akan berlangsung terus sampai pada akal. Manusia memiliki akal yang muncul karena penyesuaian manusia yang digunakan untuk menciptakan dan mengubah alat kerja bagi dirinya sendiri secara bebas. Karena akal adalah hasil perkembangan dalam proses hidup, maka akal dapat menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya, yang memiliki fungsi praktis. Namun akal tidak dapat menyelami hakikat segala kenyataan. Dalam hidup praktisakal menggunakan pengertian-pengertian untuk mengabdikan perubahan-perubahan yang ada. Oleh karena itu akal berguna sekali untuk pemikiran ilmu. Guna menyelami hakikat kenyataansiperlukan institusi, yaitu suatu tenaga rohani yang dapat melepaskandiri dari akal, kecakapan untuk menyimpulkan serta meninjau dengan sadar. Intuisi adalah suatu bentuk naluri pemikiran yang dinamis,berbeda dengan pemikiran akal. Fungsi intuisi ialah untuk mengenal hakikat pribadi (aku) dengan lebih murni, dan untuk mengenal hakikat seluruh kenyataan. Apabila akal ingin mengerti keadaan suatu hakikat kenyataan, kenyataan itu dianalisa, dibongkar dalam banyak unsur, dibedakan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain, dan ditempatkan yang satu disamping yang lain, kemudian memikirkan kembali unsur-unsur tersebut dalam ruang dan waktu.

19

Kerja intuisi ialah baik apa yang terjadi dalam kesadaran maupun di luar kesadaran dalam kenyataan. Dilihat dari kelangsungan yang murni, dimana masa lampau, masa kini dan masa depan saling berpautan, saling kait-mengkait dan merupakan suatu kesinambungan yang menciptakan perubahan hal-hal yang baru. Bergson membedakan antara masyarakat tertutup dengan masyarakat terbuka, dan moral tertutup dengan moral terbuka. Masyarakat tertutup ialah masyarakat yangmenjadi sumber kewajiban-kewajiban moral dan adat-istiadat, sedangkan masyarakat terbuka ialah masyarakat yang pada dasarnya meliputi seluruh umat manusia. Moral tertutup ialah moral yang berlaku bagi masyarakat tertentu, bernilai relatif, sedangkan moral terbuka ialah moral yang mutlak berlaku bagi seluruh umat manusia. 10). Fenomenologi Fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Menurut para pengikutfilsuf fenomenologisuatufenomen tidak perlu harus diamati dengan indra, sebab fenomen dapat juga dilihat(ditilik) secara rohani tanpa melewati indra. Fenomen juga tidak perlu suatu peristiwa. Menurut para pengikut fenomenologi, fenomen ialah apa yang menampakkandiri dalam dirinya sendiri, apa yang menampakkandiri seperti apa adanya, apa yang jelas dihadapan kita. Fenomenologi disini dimaksudkan sebagai suatu metode berpikir tertentu yang teliti secara khas. Edmud Husserl (1859 1983) adalah pelopor fenomenologi. Menurut dia bahwa didalam hidup sehari-hari kita yakin suatu pengertian bersifat obyektif, yaitu sesuatu yang benar-benar ada di luar kita. Hal ini desebabkan bahwa setiap hari kita mengalami dunia yang ada di luar kita. Namun apabila kita berpikir lebih mendalam, kita tidak mengerti sepenuhnya tentang segala sesuatu yang nanpak pada diri kita sehingga kita tidak dapat memastikan bahwa pengetahuan tentang dunia betul sama sekali. Oleh karena itu kita harus mencari pengertian yang sebenarnya dengan menerobos segala gejala yang menampakkan diri, menuju pada barangnya sendiri dan harus sampai pada hakikat segala sesuatu dengan menggunakan reduksi (penyaringan). Menurut Husserl reduksi ini terdiri dari reduksi fenomenologis, reduksi editis dan reduksi transendental. a. Reduksi fenomenologis yaitu penyaringan pengalaman kita untuk mendapatkan fenomena dalam ujudnya yang murni. Fenomena yang menyodorkan diri secara nyata ada itu tidak boleh kita terima begitu saja. Misalnya setelah melihat rumah, kita tidak boleh tergesa-gesa mengatakan ada rumah. Keputusan itu harus ditangguhkan (ditempatkan diantara tanda kurung). Apabila tindakan ini berhasil maka kita menemukan gejala sebenarnya. b. Reduksi eiditis, yaitu penyaringan segala sesuatu yang bukan eidos (inti sari, hakikat gejala) dan hasilnya penilik hakikat Inilah pengertian sejati, hakikat sesuatu yang kita lihat. Misalnya ada banyak pendapat tentang rumah. Semua pendapat tentang rumah tersebut kita tempatkan diantara tanda kurung dahulu dan sisanya mewujudkan rumah yang nampak pada kita. Semua gejala tersebut kita tinjau kembali, mana yang termasuk inti sari dan mana yang tidak. Disini kita akan sampai pada hakikat rumah. c. Reduksi transendental, yang harus ditempatkan diantara tanda kurung dahulu ialah eksistensi dan segala sesuatu yang tidak ada hubungan timbal-balik dengan kesadaran murni dengan tujuan agar supaya dari obyek tersebut orang sampai pada apa ada pada subyeknya.

20

Dpl metode fenomenologi diterapkan pada subyeknya sendiri, kepada perbuatannya dan kepada kesadaran murni. Dunia yang nampak kepada kita tidak dapat memberi kepastian kebenaran. Agar supaya ada kepastian akan kebenaran pengertian kita harus mencari dalam Erlebnisse (pengalaman dengan sadar). Dengan Erlebnisse ini kita mengalami diri kita sendiri atau aku kita yang senantiasa berhubungan dengan dunia benda di luar kita. Aku kita senantiasa berada dalam jasmaniah tertentu.(misal aku sedang duduk). Aku dalam pengalaman ini adalah aku yang empiris, yang dijangkti dunia benda. Oleh karena itu untuk sementara waktu aku yang empiris ini harus ditempatkan diantara tanda kurung. Setelah aku yang empiris kita beri tanda kurung, maka akan tinggal kesadaran murni atau aku murni yang tidak empiris lagi, yang mengalami segala pengalaman transendental. 11). Eksistensialisme Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang bahwa segala gejala berpangkal pada eksistensi. Kata eksistensi berarti keberadaan, namun dalam filsafat eksistensi mempunyai arti khusus, yaitu cara manusia berada di dalam dunia. Cara manusia berada di dunia ini berbeda dengan cara berada benda-benda. Cara benda-benda berada di dunia ini tanpa disadari dan yang satu disamping yang lain tanpa hubungan. Sedangkan cara manusia berada di dunia ini bersama-sama dengan benda-benda, dan benda-benda itu menjadi berarti karena manusia. Untuk membedakan dua cara berada ini dalam filsafat eksistensialisme dibedakan bahwa benda-benda itu berada sedangkan manusia bereksistensi. Sebenarnya eksistensialisme adalah suatu aliran filsafat yang bersifat tehnis, yang terjilma dalam bermacam-macam sistem, dan antara sistem yang satu dengan sistem yang lain tidak sama. Namun demikian ada ciri-ciri yang sama yang dapat dikatakan filsafat eksistensialisme. Ciri-ciri tersebut ialah: a). Eksistensi adalah cara khas manusia berada, yang perhatiannya dipusatkan pada manusia. b). Bereksistensi diartikan secara dinamis, yaitu berbuat, merencanakan dan menjadi. c). Pada hakkatnya manusia terikat pada dunia sekitarnya, kepada sesama manusia. Karena realitas manusia belum selesai maka harus dibentuk. d). Eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman kongrit yang eksistensial. Tujuan filsafat eksistensialisme ialah untuk mengerti realitas seluruhnya, dan untuk menyadari apakah sebenarnya mengerti itu? Oleh karena itu orang harus mempunyai pengetahuan tentang manusia yang tahu. Soren Kerkergaard (1813 1855). Dia adalah pengikut Hegel. Tetapi karena dianggap mengaburkan hidup yang kongkrit, maka Hegel ditinggalkannya. Menurut Hegel bahwa hidup yang kongrit itu hanya mewujudkan suatu unsur saja dalam proses perkembangan ide. Pandangan ini yang ditolak oleh Kierkergaard. Menurut dia bahwa setiap hari orang dihadapkan dengan pertanyaan: Apa yang harus dilakukan dalam keadaan yang kongrit itu? Patokan umum yang berlaku bagi seluruh umat manusia di segala jaman dan tempat tidak mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan hidup kongrit yang timbul sehari-hari. Sebab setiap orang dihadapkan dengan persoalannya sendiri yang khusus berlaku baginya. Persoalan yang kongrit yang timbul setiap hari itu oleh Kierkergaard disebut persoalan-persoalan eksistensial. Menurut Kierkergaard bahwa pertama-tama yang penting bagi manusia adalah keadaanya sendiri (eksistensinya sendiri). Eksistensi manusia bukan suatu ada yang statis, melainkan suatu menjadi, yang didalamnya mengandung suatu perpindahan , yaitu

21

perpindahan dari kemungkinan ke kenyataan. Perubahan atau perpindahan ini adalah perubahan atau perpindahan yang bebas, yang terjadi dalam kebebasan dan keluar dari kebebasan karena pilihan manusia. Jadi eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan yang harus dilakukan setiap orang bagi dirijya sendiri. Menurut Kierkergaard hidup manusia itu ada tiga stadia (tingkatan). Tiga tingkatan ini bukan merupakan peralihan melainkan pertentangan, sehingga orang harus meloncat dari stadium yang satu ke stadium berikutnya. Tiga stadium tersebut ialah: 1). Stadium aestetis, yaitu orang berpikir tanpa gerak. Pada stadium ini orang dapat memikirkan segala sesuatu, tetapi dia sendiri berada di luar yang dipikirkan, dan tidak menyelami serta tidak menyentuhnya. Jadi orang tersebut berpikir secara abstrak, sehinnga dia dikenal seorang positivis atau rasionalis. 2). Stadium etis, yaitu orang berpaling dari alam luar dan mengarahkan perhatiannya kepada realitas yang ada di dalam diriya sendiri. Baginya tidak ada persoalan lain kecuali kesalahan (dosa)-nya sendiri. Kesungguhan tidak dipandang sebagai hal yang menyenangkan karena batinnya sendiri yang harus diubahnya. Renungan berpuncak pada tindakan etis, yang untuk dirinya tidak diperlukan diubah. Dalam stadium ini orang ingin mencari ukuran-ukuran umum, sehingga mereka belum meninggalkan yang umum. 3). Stadium religius, yaitu diputuskannya segala ikatan umum. Pada stadium religius ini manusia sebagai subyek individu berhubungan dengan yang kongrit (yaitu Kristus) yang sungguh ada. Disini minat manusia tidak lagi pada diri sendiri, melainkan pada Kristus, Tuhan yang hidup sebagai manusia dalam waktu, sehingga manusia berada dalam waktu yang berhubungan dengan keabadian. Dengan demikian manusia dapat mengetahui eksistensinya. Martin Heidegger (lahir 1889) menerangkan dalam analisanya bahwa eksistensi manusia yang disebut dasein itulah yang menjadi permulaan yang benar untuk pengetahuan ontologi atau pengetahuan filsafat tentang ada. Jalan pikiran Heidegger bahwa ada nampak pada eksistensi aku dalam anasir dasar tertentu yang disebut existenzialen, misalnya sebagai ada di dunia. Segala sesuatu yang merupakan dunia bukan aku. Aku ini lagi menyelenggarakan. Penyelenggaraan ini adalah suatu eksistensial. Dalam hubungan yang mengandung penyelenggaraan pada barang di dunia ini aku kehilangan diri sendiri. Maka aku merendahkan diri pada barang itu dan aku tidak sesungguhnya. Aku dapat mengatasi kerendahan diri karena takut. Takut pada kepapaan sekarang dan amat sederhana, takut pada pertanyaan dari mana yang meliputi masa lalu, takut terhempas ke arah masa datang, dan disitu ada aku terjun ke maut. Maka ternyata bahwa eksistensi manusia itu tidak lain menuju ajalnya dasein, ialah sein zun tode. Hal ini memberikan Dasein itu corak kemustahilan dan tak bertujuan. Tetapi apabila aku tetap bertahan diri pada Dasein maka datanglah aku dari ada yang tidak sesungguhnya pada ada yang sesungguhnya dan asli. Pertanyaan eksistensi yang lebih tinggi ialah Tuhan, yang sebetulnya memberi dasar dan arti pada semuanya itu, tetapi tak terjawab oleh aku yang berfilsafat ini. Paul Sartre (lahir 1905). Menurut Sartra bahwa ada itu ada dua yaitu ada pada sendirinya(letre-en-soi) dan ada bagi sendirinya (letre-pour-soi). Ada pada sendirinya ini ialah ada pada hal-hal jasmani. Ada ini tidak memiliki penentuan lebih lanjut. Sedangkan ada bagi sendirinya ini ialah kesadaran yang mempunyai sifat intensionalitas. Ia selalu terarahkan kepada yang lain, dalam arti ia sadar (tahu) bahwa ia bukan yang lain. Kesadaran yang

22

demikian ini oleh Sartre disebut peniadaan (neantisation). Di luar peniadaan itu hanya nihil. Inilah yang menimbulkan nihil di dunia. Dengan demikian tidak mungkin kesadaran itu bertemu dengan dirinya sendiri, karena tidak mungkin aku menyamakan diri aku dengan aku yang sekarang ini. Ini dikarenakan bahwa aku selalu mengatasi aku serta meniadakan segala sesuatu yang ada pada aku. Itulah merdeka. Kesadaran tidak mungkin disamakan dengan dirinya, dan tidak mungkin disamakan dengan kesadaran orang lain. Yang disebut cinta itu sebenarnya usaha untuk mencapai kesamaan dengan yang lain dalam kesadaran, namun sia-sia, karena apabila orang mau demikian maka orang membuat orang lain sebagai sesuatu hal, sehingga tidak ada hubungan yang sebenarnya. Mungkin juga orang itu sendiri yang membuat dirinya sebagai sesuatu hal yang dikuasai oleh orang lain, ini pun tidak mungkin karena tidak ada hubungan yang sebenarnya. Kesadaran memang cenderung bersamaan dengan yang lain dan dengan dirinya sendiri. Jadi mau menjadi suatu hal dan kesadaran sekaligus. Untuk merealisasikan cita-cita ini mala diciptakanlah oleh Tuhan, sehingga orang mengatakan bahwa Tuhan ini sudah cukup bagi dirinya sendiri (sebagai suatu hal) dan sebaliknya, ia pun kesadaran. Tetapo hal semacam ini mengandung kemustahilan, oleh karena itu mustahil adanya Tuhan, sehingga filsafat Sartre berahkir pada paham ateisme..

You might also like